SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015
|
|
- Tabrani ZA
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015 Copyright 2015 FTK Ar-Raniry Press All rights reserved Printed in the Indonesia PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM PLURALIS SEBAGAI SOLUSI INTEGRASI BANGSA (Suatu Analisis Wacana Pendidikan Pluralisme Indonesia) Musradinur 1 dan Tabrani. ZA 2 1 STAI Al-Wasliyah Banda Aceh dan Pemerhati Pendidikan Aceh 2 Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, Aceh, Indonesia Abstract Pada prinsipnya, Islam secara normatif-teoritik sangat menjunjung tinggi pluralism. Hal itu merupakan suatu modal penting bagi kehidupan bernegara dalam bangsa pluralistik, seperti Indonesia di mana Islam merupakan agama mayoritas. Meski demikian, dalam konteks memperkokoh integrasi bangsa, konsep normatif-teoritik yang dimiliki Islam tersebut harus pula dilihat secara realistis dari sisi aplikatifnya ditengah masyarakat. Pendidikan Islam di Indonesia memiliki peranan penting dalam memberi kontribusi bagi integrasi bangsa di masa depan. Mengingat persoalan integrasi bangsa berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan berbangsa, maka perhatian penting pada kuantitas, kualitas, dan berbagai persoalan kegagalan pendidikan Islam pada masa lalu perlu menjadi perhatian. Dalam hal ini, konsep normatif-teoritik pendidikan Islam yang peduli pada pluralisme akan bermakna positif bila tergambar kuat pada realitas-aktual kehidupan bangsa Indonesia yang pluralistik. Sebagai umat dengan jumlah terbesar di Indonesia, maka peran umat Islam sangat signifikan dalam menentukan masa depan bangsa ini. Umat Islam semestinya memberikan suri tauladan dalam sikap dan tindakan atas dasar prinsip toleransi sebagaimana diajarkan ajaran Islam. Keywords: Paradigma,Pluralis, Integrasi, Pendidikan, Indonesia. 1. Pendahuluan Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang memiliki keragaman budaya, agama dan suku bangsa. Keberadaan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang plural merupakan berkah dan kekayaan yang patut disyukuri. Pluralisme merupakan satu pandangan hidup atau sikap kemasyarakatan yang mengutamakan sifat kemajemukan atau keanekaragaman dalam kehidupan manusia. Dengan mengambil kenyataan bahwa dalam kehidupan terdapat berbagai perbedaan, mereka yang berpaham pluralisme menganggap bahwa setiap perbedaan itu harus mendapat pengakuan sebagai entitas yang otonom dan memperoleh penilaian yang sama. Buat bangsa Indonesia pluralisme bukan barang baru. Sudah sejak permulaan abad ke 20 ketika terjadi kebangkitan nasional, kemajemukan menjadi isu yang menonjol. Tidak sedikit pakar ilmu sosial Barat mengatakan bahwa Indonesia adalah hal yang artifisial. Mereka beranggapan bahwa yang ada secara nyata adalah entitas-entitas etnik dengan budayanya masingmasing yang berbeda. Yang menamakan diri Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 77
2 1 st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS Indonesia hakikatnya kemajemukan berupa banyak entitas budaya yang berbeda satu sama lain. Ditambah dengan kemajemukan yang disebabkan oleh perbedaan agama yang cukup banyak. Sebab itu para pakar itu tidak percaya Indonesia akan terus ada dan hanya ada karena ada niat melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Begitu penjajahan Belanda berakhir, apa yang menamakan diri Indonesia akan ambyar seperti pasir kering, kata mereka. Adalah memang kenyataan bahwa di bumi Indonesia hidup berbagai satuan etnik dengan budayanya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Namun terbukti bahwa perjuangan kebangsaan bangsa Indonesia berhasil mewujudkan entitas Indonesia berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menunjukkan vitalitasnya dengan usianya yang lebih dari 60 tahun. Dengan begitu menolak pendapat para pakar Barat itu. Sekalipun ada pihak-pihak yang menginginkan Indonesia berakhir eksistensinya, pertama penjajah Belanda dengan dukungan berbagai pihak luar negeri dan banyak orang Indonesia, namun terbukti RI yang merdeka tetap survive dan tidak ada indikasi akan berakhir eksistensinya. Indonesia terdiri dari banyak entitas dengan budayanya masing-masing, yaitu Indonesia merupakan kesatuan dalam kemajemukan. Perjuangan kebangsaan telah berhasil karena didukung semboyan Bhinneka Tunggal Ika atau Kesatuan dalam Perbedaan yang dicanangkan semua pihak yang ingin Indonesia menjadi negara dan bangsa yang merdeka. Hal ini menunjukkan bahwa Pluralisme mengandung kebenaran bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi Pluralisme tidak dapat dan tidak boleh berdiri sendiri kalau Indonesia hendak hidup sepanjang zaman. Di samping Pluralisme harus selalu ada paham Kebersamaan. Keberhasilan meruntuhkan penjajahan Belanda menunjukkan sikap Kebersamaan dari semua unsur bangsa yang majemuk sebagai implementasi dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Tanpa didampingi paham Kebersamaan Pluralisme dapat menimbulkan niat, gerak dan usaha yang aneka ragam arahnya dan tujuannya. Hal itu telah dimanfaatkan penjajah Belanda ketika membentuk berbagai negara untuk setiap satuan etnik, seperti Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra Timur, Negara Pasundan, dan lainnya. Usaha Belanda itu bermaksud merangsang ambisi setiap etnik, sehingga tidak terbentuk usaha kebersamaan. Sekali gus hal itu digunakan untuk merongrong Semangat Kebangsaan yang digelorakan para pejuang yang berhasil membentuk Republik Indonesia Merdeka pada 17 Agustus Namun, di sisi lain, perlu disadari bahwa aspek pluralitas tersebut menjadikan bangsa ini juga rentan terhadap ancaman disintegrasi bangsa. Berbagai bentuk gejala dan fenomena disintegrasi sosial dan disintegrasi bangsa semakin tampak di permukaan. Apakah sesungguhnya hakikat pluralitas tersebut beserta implikasi yang menyertainya? Tulisan ini mengkaji pandangan Islam tentang pluralism dan kontribusi pendidikan Islam dalam memperkokoh integrasi bangsa. 2. Islam dan Pluralisme Kata pluralisme berasal dari bahasa Inggris, pluralism. Kata ini diduga berasal dari bahasa Latin, plures, yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan. Dari asal-usul kata ini diketahui bahwa pluralisme agama tidak menghendaki keseragaman bentuk agama. Sebab, ketika keseragaman sudah terjadi, maka tidak ada lagi pluralitas agama (religious plurality). Keseragaman itu sesuatu yang mustahil. Allah menjelaskan bahwa sekiranya Tuhanmu berkehendak niscaya kalian akan dijadikan dalam satu umat. Pluralisme agama tidak identik dengan model beragama secara eklektik, yaitu mengambil bagian-bagian tertentu dalam suatu agama dan membuang sebagiannya untuk 78 Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
3 SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015 kemudian mengambil bagian yang lain dalam agama lain dan membuang bagian yang tak relevan dari agama yang lain itu. Pluralisme agama tidak hendak menyatakan bahwa semua agama adalah sama. Frans Magnismemandang pluralitas agama sebagai kemungkaran yang harus dibasmi. Dinyatakan secara optimis, karena kemajemukan agama itu sesungguhnya sebuah potensi agar setiap umat terus berlomba menciptakan kebaikan di bumi. Suseno (2010) berpendapat bahwa menghormati Dalam hubungannya dengan pluralitas agama orang lain tidak ada hubungannya dengan agama, Islam menetapkan prinsip saling ucapan bahwa semua agama adalah sama. Agamaagama jelas berbeda-beda satu sama lain. Perbedaanperbedaan syariat yang menyertai agama-agama menunjukkan bahwa agama tidaklah sama. Setiap agama memiliki konteks partikularitasnya sendiri sehingga tak mungkin semua agama menjadi sebangun dan sama persis. Yang dikehendaki dari menghormati dan saling mengakui eksistensi masing-masing.(abdullah Idi & Toto Suharto: 2006) Ketika kita membicarakan toleransi dan pluralisme dalam Islam, ada satu rujukan tradisi Islam klasik yang patut kita jadikan studi. Yaitu yang kita kenal dengan Piagam Madinah, meskipun dalam bentuk yang sederhana, tetapi piagam tersebut telah gagasan pluralisme agama adalah adanya menjamin sebuah kebebasan kepada pemeluk pengakuan secara aktif terhadap agama lain. Agama lain ada sebagaimana keberadaan agama yang dipeluk diri yang bersangkutan. Setiap agama punya hak hidup. Nurcholish Madjid menegaskan, pluralisme agama berbeda untuk menjalankan keyakinannya sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing (M. Imdadun Rahmat: 2003). Untuk menuju Indonesia masa depan dengan semakin kompleksnya pluralitas dalam berbagai tidak saja mengisyaratkan adanya sikap bersedia aspek kehidupan berbangsa, Islam perlu mengakui hak kelompok agama lain untuk ada, melainkan juga mengandung makna kesediaan berlaku adil kepada kelompok lain itu atas dasar dikembangkan sebagai agama rahmatan lil alamin (yang mendatangkan rahmat bagi alam semesta). Melalui kehadirannya sebagai rahmatan lil alamin, perdamaian dan saling menghormati. Allah pluralitas agama dapat dikembangkan menjadi berfirman, Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi dalam urusan agama dan bagian dari proses pengayaan spiritual dan penguatan moralitas universal. Tanpa kesediaan umat Islam untuk menerima pluralitas keagamaan, tidak pula mengusir kamu dari negerimu. konflik dan pertentangan internal maupun Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang eksternal sangat mudah muncul. berlaku adil.(qs. al-mumtahanah [60]: ayat 8). Paparan di atas menyampaikan pada suatu pengertian sederhana bahwa pluralisme agama 3. Pluralitas Agama di Indonesia Keanekaragaman (pluralitas) agama yang adalah suatu sistem nilai yang memandang hidup di Indonesia, termasuk di dalamnya keberagaman atau kemajemukan agama secara positif sekaligus optimis dengan menerimanya sebagai keanekaragaman paham keagamaan yang ada di dalam tubuh intern umat beragama adalah kenyataan (sunnatullâh) dan berupaya untuk berbuat merupakan kenyataan yang tidak dapat sebaik mungkin berdasarkan kenyataan itu. disangkal oleh siapa pun. Proses munculnya Dikatakan secara positif, agar umat beragama tidak pluralitas agama di Indonesia dapat diamati Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 79
4 1 st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS secara empiris historis. Secara kronologis dapat disebutkan bahwa dalam wilayah kepulauan nusantara, hanya agama Hindu dan Budha yang dahulu dipeluk oleh masyarakat, terutama di pulau Jawa. Candi Prambanan dan candi Borobudur adalah saksi sejarah yang paling otentik. Kenyataan demikian tidak menepikan tumbuh berkembangnya budaya animisme dan dinamisme, baik di pulau Jawa maupun di luar Jawa. Ketika penyebaran agama Islam lewat jalan perdagangan sampai di kepulauan Nusantara, maka proses perubahan pemelukan (conversi) agama secara bertahap berlangsung. Proses penyebaran dan pemelukan agama Islam di kepulauan Nusantara yang berlangsung secara massif dan dengan jalan damai tersebut sempat dicatat oleh Marshall Hudgson sebagai prestasi sejarah dan budaya yang amat sangat mengagumkan (M. Amin Abdullah: 2004). Islam bukannya agama terakhir yang masuk di wilayah kepulauan Nusantara. Ketika kepulauan Nusantara memasuki era penjajahan Eropa, terutama penjajahan Belanda, sekitar abad 16, agama Kristen Protestan dan agama Kristen Katolik juga ikut menyebar secara luas. Semula penyebaran itu berpusat di wilayah nusantara di luar pulau Jawa, dan baru abad ke 18 mulai ke wilayah pulau Jawa secara lebih luas. Dalam sensus Nasional, tercatat hanya ada lima agama besar dunia, yaitu agama Hindu, Budha, Islam, Kristen Protestan dan Kristen katolik, yang tumbuh subur berkembang di Indonesia (M. Amin Abdullah: 2004). Indonesia sebagai Negara bekas jajahan Belanda selama (secara bervariasi) 350 tahun, tetap dapat mempertahankan budaya tanpa sedikit pun kehilangan identitas, meskipun ada unsur-unsur budaya Barat yang ikut memperkaya. Dalam perjalanan sejarah yang dialami bangsa Indonesia terutama dalam pembinaan moral bangsa, perlu dilakukan deteksi budaya Islam yang ikut membina moral bangsa Indonesia. Seperti halnya bangsa Mikronesia, Polenesia, dan Melanesia yang pada awal pertama pertumbuhannya memeluk agama veteisme, animisme, dinamisme, dan politheisme, bangsa Indonesia merupakan contoh evolusi budaya yang patut digali secara cermat karena Indonesia pernah mengalami zaman Hindu-Budha yang kemudian diisi dengan Islam serta dilanda dengan arus missie dan zondig di zaman penjajahan. Yang menarik, unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kepatutan tersingkir dengan sendirinya, sedangkan yang baik yang mengandung unsurunsur kepatutan dan kepantasan, hidup secara berdampingan yaitu, hidup secara unity in diversity (M. Abdul Karim: 2007). Hal di atas didasarkan pada pandangan bahwa Islam merupakan agama universal dan fitrah yang memuliakan seluruh manusia. Mengenai pluralisme kebenaran, Zuly Qodir (2006) mengutip pendapat Madjid, berpendapat bahwa cita-cita keislaman di Indonesia adalah sama dengan cita-cita manusia Indonesia secara keseluruhan. Hal ini sangat sesuai dengan cita-cita universal Islam. Sebab itu, sistem politik yang sebaiknya diterapkan di Indonesia adalah sistem yang tidak mengabaikan umat di luar Islam, tetapi harus memberikan kebaikan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sikap memberikan kebaikan kepada semua orang merupakan watak inklusif Islam. Kenyataan bahwa sebagian besar bangsa Indonesia beragama Islam merupakan suatu dukungan, karena Islam adalah agama yang pengalamannya dalam melaksanakan toleransi dan pluralisme adalah unik dalam sejarah 80 Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
5 SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015 agama-agama. Sampai sekarang bukti hal ini tampak jelas dan nyata dalam berbagai masyarakat dunia; di mana agama Islam merupakan anutan mayoritas, agama-agama lain tidak mengalami kesulitan berarti; namun sebaliknya jika dalam sebuah negeri, di mana umat Islam menjadi minoritas, maka umat Islam senantiasa mengalami yang tidak kecil, kecuali Negara-negara demokratis Barat. Di sana umat Islam sejauh ini masih memperoleh kebebasan beragama yang menjadi hak mereka. Sebagai agama yang berwatak inklusif, Islam pada asalnya merupakan umat penengah, sehingga sebagai mayoritas Islam menghargai umat minoritas, sebagaimana ditunjukkan dalam kitab suci tentang penghormatannya pada Yahudi dan Nasrani. Cirri-ciri inklusivitas dalam teologi Islam ditunjukkan dengan adanya ajaran Islam yang bersifat terbuka (open religious). Dengan prinsip ini sebenarnya Islam menolak ekslusivisme dan absolutism, sehingga sangat jelas memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pluralisme (Zuly Qodir: 2006). Dengan memegang prinsip teologi inklusif, sesungguhnya yang hendak disuguhkan kepada kita adalah sikap toleransi dari Islam kepada agamaagama di luar Islam. Islam sangat menghormati adanya kebebasan beragama. Hal ini ditunjukkan dalam doktrin kitab suci tentang adanya larangan pemaksaan dalam beragama. Dalam hal toleransi agama yang ditunjukkan Islam, Zuly Qodir (2006) mengutip pendapat Madjid, berpendapat: Tanpa mengurangi keyakinan seorang muslim akan kebenaran agamanya (hal yang dengan sendirinya menjadi tuntutan dan kemestian seorang pemeluk agama suatu sistem keyakinan), sikap-sikap unik Islam dalam hubungan antaragama itu adalah toleransi, kebebasan, keterbukaan, kewajaran, keadilan, dan kejujuran (fairness). Prinsip-prinsip itu tampak jelas pada sikap dasar sebagian besar umat Islam sampai sekarang, namun lebih-lebih lagi sangat fenomenal pada generasi kaum muslim klasik. Pandangan Madjid tentang pluralisme agama dan toleransi, sangat jelas disandarkan pada kebenaran ajaran kitab suci dan pengalamanpengalaman generasi klasik Islam. Adanya kaum minoritas dalam sebuah negeri yang mayoritas Islam dan mereka bebas beribadah, bebas memeluk agamanya, adalah wujud dari toleransi yang ada dalam Islam dan harus dihadirkan oleh umat Islam sebagai mediator, sebagai umat penengah dan terbuka, sesuai prinsip teologi inklusif. Kebebasan beragama dalam pandangan Madjid merupakan kebebasan paling fundamental dalam urusan sosiopolitik kehidupan umat manusia. Ajaran agama sesungguhnya adalah ajaran yang paling benar, namun dalam hal ini mungkin tidak dapat dipaksakan kepada seseorang. Nabi Muhammad Saw sendiri selalu diingatkan bahwa tugasnya hanyalah menyampaikan pesan-pesan Allah SWT dan tidak berhak memaksa seseorang untuk beriman dan mengikutinya. Kerukunan umat beragama di Negara Indonesia yang selama sedang berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia, sedang menjadi kajian serta telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat dari mancanegara dan belahan dunia lainnya. Sehingga apa yang telah kita capai saat ini perlu terus dijaga dengan sebaik mungkin sehingga pluralitas agama di Indonesia tetap berjalan seperti yang diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Pada akhirnya umat beragama tidak memandang pluralitas agama sebagai kemungkaran yang harus dibasmi, karena kemajemukan agama itu sesungguhnya sebuah potensi agar setiap umat terus berlomba menciptakan kebaikan di bumi. Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 81
6 1 st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS Ada tiga ukhuwah yang patut kita cermati dalam hal pluralitas agama dan integrasi Bangsa. Pertama, ukhuwah ubudiah yaitu persaudaraan internal umat Islam. Kedua, ukhuwah basyariah atau insaniah, yaitu persaudaraan antar-sesama manusia. Ketiga, ukhuwah wathaniah yaitu ukhuwah yang berlandaskan kebangsaan. Ketiga macam ukhuwah ini tidak bisa dipertentangkan antara yang satu dan yang lain, karena ketiga-tiganya harus mengiringi kehidupan dalam berbangsa. Mencermati hubungan internal umat Islam, ada konsep yang harus diperhatikan, yaitu konsep syahadat. Umat Islam yang benar-benar meyakini kalimat syahadat dan kalimat tauhid La Ilaha Illallah harus yakin bahwa hanya satu hakikat Yang Mutlak, Yang Maha Benar, Yang Maha Bijak, dan Yang Maha Tinggi, yaitu Allah Ta ala. Akan tetapi, konsep Syahadat harus mempunyai implikasi sosial. Artinya bahwa selain Allah SWT tidak ada kebenaran Mutlak. Dengan demikian, orang lain pun punya potensi untuk benar, dan punya cara tertentu untuk memperoleh kebenaran. Artinya bahwa hakikat keimanan seseorang juga harus diejawantahkan dalam kehidupan sosial. Dalam beragama yang kita perlukan adalah kesadaran beragama bukan hanya dari orang tua saja atau pun pemaksaan, tetapi kita sadar betul bahwa ada sebuah cara untuk mengekspresikan ajaran kita. Kalau memang kita meyakini Islam ini memang benar, mari kita jalankan Islam ini secara Kaffah. Seyogyanya umat Islam harus memahami konsep syahadah atau konsep tauhid, jangan hanya beriman kepada Allah SWT, tetapi mengesampingkan persoalan-persoalan sosial. 4. Pendidikan Islam dan Integrasi Bangsa Tidak dapat dipungkiri bahwa nasionalisme dan agama di masyarakat kita masih termasuk dalam agenda kegiatan kegiatan nasional yang menyita banyak energi. Agenda tersebut memang menjadi kenyataan fundamental perihal keberagaman di era global, yang kemudian menjadi melatari hubungan baru antara doktrin keagamaan dan doktrin nasionalisme. Masalah tersebut semakin mengkristal ketika dikaitkan dengan fenomena meletusnya berbagai kerusuhan bernuansa suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) dalam beberapa tahun semenjak Padahal, nasionalisme dipandang sebagai pemersatu pluralitas latar belakang kultural dan agama agar terbentuk suatu mozaik yang indah. Keberagamaan yang ada tampak sudah menjadi realitas yang tidak dapat ditolak. Salah satu cara untuk menopang kelestarian nasionalisme adalah perlunya pengembangan budaya inklusivisme dalam berbagai agama. Melalui paham itu, di satu sisi, seseorang diharapkan dapat meyakini bahwa agama yang dianutnya yang paling benar, dan disisi lain, secara bersamaan dapat bersikap toleran dan bersahabat dengan pemeluk agama lain. Melalui pemeliharaan nasionalisme bangsa yang demikian itu, integrasi bangsa dapat dipertahankan (Abdullah Idi & Toto Suharto: 2006). Integrasi bangsa adalah hal yang berbeda dari integrasi sosial. Integrasi bangsa menunjuk pada keutuhan bangsa dalam konteks hubungannya dengan bangsa atau Negara lain; sedangkan integrasi sosial merupakan keutuhan internal masyarakat dalam suatu Negara. Meskipun demikian, kedua corak integrasi tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Integrasi bangsa hanya aka nada bila integrasi sosial telah tercipta lebih dahulu. Berbagai peristiwa sosial politik yang dialami bangsa Indonesia pada dekade terakhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 merupakan permasalahan keduanya, yakni masalah integrasi bangsa dan integrasi sosial. Praktik Pendidikan Islam di tanah air pada dasarnya memiliki andil besar dalam penguatan 82 Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
7 SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015 integrasi bangsa. Untuk memahami peran pendidikan Islam di Indonesia dalam memperkokoh integrasi bangsa di masa depan, perlu kiranya melihat prestasi dan kondisi pada masa sebelumnya. Adalah suatu sikap arif bahwa selain melihat sisi kelebihan dan keberhasilan, perlu pula diungkapkan kelemahan dan kegagalan pendidikan nasional maupun pendidikan Islam (Abdullah Idi & Toto Suharto: 2006). Ada sejumlah kegagalan yang dialami pendidikan nasional maupun pendidikan Islam, yakni sebagai berikut: Pertama, Kegagalan dalam menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Dalam laporan UNDP mengenai Human Development Index (HDI) 1998 dan 1999, Indonesia berada pada urutan ke- 109, sedangkan pada periode sebelumnya Indonesia berada pada urutan ke Rangking HDI Indonesia tersebut diperkirakan tidak akan banyak mengalami perubahan mengingat hingga saat ini Indonesia belum keluar dari krisis. Padahal tanpa tersedianya SDM yang berkualitas, maka suatu bangsa akan mengalami kesulitan untuk mengolah Sumber Daya Alam (SDA) yang begitu banyaknya di bumi Pertiwi ini demi kemakmuran masyarakatnya. Kedua, kegagalan pendidikan dalam menghindari ancaman disintegrasi bangsa. Kerusuhan sosial SARA telah terjadi di berbagai daerah, seperti Aceh, Maluku, Poso dan masih banyak lagi. Jika dikaji lebih seksama, kasus-kasus tersebut sebenarnya dapat dipandang sebagai kegagalan pendidikan untuk mengaplikasikan tujuan filosofisnya ke dalam realitas masyarakat plural. Hasil-hasil penelitian menyebutkan bahwa penyebab utama dari konflik atau kerusuhan sosial tersebut terkait erat dengan kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik di tengah masyarakat. Hal itu sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pembagian kekuasaan yang timpang antara Jakarta dan luar Jakarta, antara Jawa dan luar Jawa. Ketiga, kegagalan pendidikan dalam menghasilkan warga Negara yang berakhlak. Keempat, kegagalan untuk mendorong tingkat partisipasi pendidikan, dan yang kelima, kegagalan menekan secara signifikan tingkat pengangguran, termasuk di dalamnya pengangguran terdidik, muncul sebagai dampak krisis ekonomi yang melemahkan kurs rupiah terhadap dollar AS. Akibatnya banyak perusahaan dan pabrik yang tutup dan bank-bank yang dilikuidasi. Bertolak dari realitas sosial sebagai indikasi kegagalan pendidikan nasional dan pendidikan Islam di atas, maka prioritas yang harus dilakukan ke depan adalah perlunya lebih memfokuskan pengelolaan pendidikan nasional tanpa mengesampingkan sektor-sektor lainnya- secara terencana, terprogram, dan profesional. Di samping itu, pendidikan Islam perlu menyiapkan diri dan proaktif merespons gejala perkembangan zaman agar dapat memberikan output berkualitas yang memiliki pengetahuan, teknologi, dan sains agama, serta mampu berkompetisi dengan bangsa lain dalam era perdagangan bebas (Abdullah Idi & Toto Suharto: 2006). Upaya untuk memperkokoh integrasi bangsa melalui sumbangan pendidikan Islam perlu dimulai dari pemahaman konteks normatif-teoritis maupun aplikatif-realistis. Maksudnya, konsep normative pendidikan Islam yang sangat menjunjung tinggi pluralism harus diwujudkan dalam konteks praktis, aplikatif, dan realistis. Atau setidaknya, kesenjangan antara tataran konseptual (normatif-teoritis) dan tataran aplikatif-praktis jangan sampai terlalu signifikan. Pasalnya, jika realitas kehidupan di masyarakat kurang kondusif, maka integrasi bangsa yang diharapkan muskil untuk diwujudkan. Oleh karena itu, dengan berpijak pada kondisi realitas masyarakat Indonesia yang hingga kini belum keluar dari multi-krisis, maka upaya pembenahan pendidikan nasional maupun pendidikan Islam perlu menjadi prioritas (Abdullah Idi & Toto Suharto: 2006). Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 83
8 1 st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS Memiliki suatu keyakinan dan harapan untuk dapat keluar dari kemelut multi-krisis merupakan suatu keharusan. Ali bin Abi Thalib RA (sahabat Rasulullah) memiliki suatu himbauan: didiklah anak-anak kalian tidak seperti yang dididikkan kepada kalian sendiri, sebab mereka adalah generasi yang hidup pada zaman yang berbeda dengan zaman kalian. Implikasi penting dari uraian itu adalah, ketika hendak menggagas masa depan pendidikan Islam maka setidaknya ada dua hal yang mesti menjadi kepedulian. Pertama, menyangkut permasalahan substantif-filosofis pendidikan Islam, yakni tujuan dilaksanakannya pendidikan Islam. Tujuan filosofis dari pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia seutuhnya, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan seperti itu memiliki relevansi yang sangat erat dan memiliki sejumlah persamaan dengan tujuan pendidikan Islam, yakni menciptakan manusia seutuhnya, (alinsan al-kamil). Tujuan pendidikan Islam memiliki dimensi yang luas dan tidak bersifat dikotomis terhadap pendidikan umum. Sains atau pengetahuan yang dimiliki umat manusia, selagi membawa kemaslahatan bersama, dapat dikatakan sebagai tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang universal dalam tataran aplikatif pada suatu kerangka kebijakan dan strategi yang jelas guna membentuk al-insan al-kamil. Kedua, perlunya peningkatan anggaran. jika dilihat dari persentase anggaran pendidikan terhadap total anggaran Negara, sangat beralasan jika tingkat SDM bangsa Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan SDM (Sumber Daya Manusia) Negara-negara tetangga. Di sisi lain, rendahnya anggaran pendidikan nasional sudah barang tentu menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan nasional. Oleh karena itu, pada tahuntahun mendatang, anggaran pendidikan nasional diharapkan dapat terus ditingkatkan, seiring dengan pembenahan aspek-aspek lain yang berkaitan dengannya, sehingga pendidikan nasional kita bisa bersaing dengan Negara-negara di Asia maupun dunia Internasional. 5. Penutup Pada prinsipnya, Islam secara normatifteoritik sangat menjunjung tinggi pluralism. Hal itu merupakan suatu modal penting bagi kehidupan bernegara dalam bangsa pluralistik, seperti Indonesia di mana Islam merupakan agama mayoritas. Meski demikian, dalam konteks memperkokoh integrasi bangsa, konsep normatif-teoritik yang dimiliki Islam tersebut harus pula dilihat secara realistis dari sisi aplikatifnya di tengah masyarakat. Pendidikan Islam di Indonesia memiliki peranan penting dalam memberi kontribusi bagi integrasi bangsa di masa depan. Mengingat persoalan integrasi bangsa berhubungan erat dengan berbagai aspek kehidupan berbangsa, maka perhatian penting pada kuantitas, kualitas, dan berbagai persoalan kegagalan pendidikan Islam pada masa lalu perlu menjadi perhatian. Dalam hal ini, konsep normatifteoritik pendidikan Islam yang peduli pada pluralisme akan bermakna positif bila tergambar kuat pada realitas-aktual kehidupan bangsa Indonesia yang pluralistik. Sebagai umat dengan jumlah terbesar di Indonesia, maka peran umat Islam sangat signifikan dalam menentukan masa depan bangsa ini. Umat Islam semestinya memberikan suri tauladan dalam sikap dan tindakan atas dasar prinsip toleransi sebagaimana diajarkan ajaran Islam. 84 Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
9 SEMINAR PROCEEDINGS 1 st Annual International Seminar on Education 2015 Daftar Pustaka Abdullah, M. Amin (2004). Studi Agama Normativitas dan Historisitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Idi, Abdullah dan Suharto, Toto (2006). Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana. Karim,M. Abdul. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Qodir, Zuly (2006). Pembaharuan Pemikiran Islam Wacana dan Aksi Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahmat, M. Imdadun et. al. (2003), Islam Pribumi Mendialogkan Agama Membaca Realitas, Jakarta: Erlangga. Undang-undang Nomor: 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh 85
10 1 st Annual International Seminar on Education 2015 SEMINAR PROCEEDINGS 86 Faculty of Tarbiyah and Teacher`s Training of UIN Ar-Raniry Banda Aceh
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1
Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan
Lebih terperinciISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL
ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL Chairman The Institute, Jakarta Islam adalah salah satua agama besar di dunia, dimana saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciWAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan
WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU
BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012
Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QUR'AN TAHUN 1433 H/2012 M
Lebih terperinciEMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN
l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE
ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara multikultural yang masyarakatnya memiliki beragam suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Keberagaman tersebut dapat memunculkan sikap
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia secara umum adalah masyarakat yang plural atau beraneka ragam baik warna kulit, suku, bahasa, kebudayaan dan agama. Dari komposisi masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciPemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia Bahan Pembicara Untuk Dialog Kebangsaan Pada Acara Dies Natalis Universitas
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013
Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea ke Empat yaitu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.
1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang Pendidikan
116 BAB V PENUTUP Dalam bab terakhir ini, penulis akan menarik kesimpulan dari keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang Pendidikan Pluralism Perspektif Dr. Yusuf Qardhawi; Telaah
Lebih terperinciPANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik
Modul ke: PANCASILA Sebagai Ideologi Negara Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK Fakultas Teknik H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku
Lebih terperinciPlenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions
Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of
Lebih terperinciKESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA
c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah
Lebih terperinciSOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 Mata Pelajaran Kelas Nama Guru : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : SMK XI : Nur Shollah, SH.I Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciPENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014
PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014 Membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan tersebut. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciPANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA
PANCASILA MENGATASI KONFLIK IDEOLOGI-IDEOLOGI NEGARA Dosen Nama : M.Khalis Purwanto, Drs, MM : Dion Indra Mustofa NIM : 10.02.7763 Kelompok Jurusan : A : D3 - Manajemen Informatika SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Pd Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tgl 5 Feb. 2014, di Pekalongan Rabu, 05 Pebruari 2014
Sambutan Presiden RI Pd Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tgl 5 Feb. 2014, di Pekalongan Rabu, 05 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW 1435 H DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang
Lebih terperinciDALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:
A. DEFINISI AGAMA 1. Mennurut KBBI : suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada tuhan (dewa & sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiba-kewajiban yang bertalian dengan ajaran itu 2. Atau seperangkat
Lebih terperinciMenakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR
Lebih terperinciPANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.
PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinci2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,
2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang
Lebih terperinciMANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA
MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya
Lebih terperinciKERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI PENDAHULUAN Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk
Lebih terperinci2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009
Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, 07-9-09 Senin, 07 September 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Â PADA ACARA PERINGATAN NUZULUL QURAN 1430 H DI ISTANA BOGOR, JAWA BARAT,
Lebih terperinciPANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07
PANCASILA & AGAMA Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Reza Oktavianto Nim : 11.12.5818 Kelas : 11-S1SI-07 Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI KEL. : NUSANTARA DOSEN : Drs.
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT. Modul ke: 14Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika
KEWARGANEGARAAN Modul ke: 14Fakultas Nurohma, FASILKOM INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian dan arti penting
Lebih terperinciPaham Nasionalisme atau Paham Kebangsaan
PERTEMUAN KE 2 1 Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri
Lebih terperinciSUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6
SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.
Lebih terperinciWAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1
WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk
Lebih terperinciPLEASE BE PATIENT!!!
PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR
Lebih terperinciLATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat
Lebih terperinciMULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL
Seminar Dies ke-22 Fakultas Sastra Pergulatan Multikulturalisme di Yogyakarta dalam Perspektif Bahasa, Sastra, dan Sejarah MULTIKULTURALISME DI INDONESIA MENGHADAPI WARISAN KOLONIAL oleh Hilmar Farid Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan baik oleh penduduk kota tersebut. Dukungan ini tidak diperoleh secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 622 M. Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan disambut dengan baik oleh penduduk kota tersebut. Dukungan ini tidak diperoleh secara tiba-tiba, tapi diawali
Lebih terperinciBung Karno, pohon sukun dan Pancasila
Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila Rabu, 7 Juni 2017 16:28 WIB 88 Views Oleh Kornelis Kaha Masyarakat di depan patung Ir. Soekarno (Bung Karno) di alun-alun Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). (ANTARA)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai
BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA Dalam bab sebelumnya telah di uraikan tentang toleransi antar umat beragama di Desa Jolotigo Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara plural yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberagaman tersebut tersebar hampir di seluruh
Lebih terperinciUKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa
Lebih terperinciVISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL
RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup
Lebih terperinciARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS
PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Adicita itu pulalah yang merupakan dorongan para pemuda Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persatuan dan kesatuan bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta beradab merupakan adicita Bangsa Indonesia yang mulai
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Waisak Nasional Tahun 2013, Jakarta, 26 Mei 2013 Minggu, 26 Mei 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN WAISAK NASIONAL TAHUN 2013, DI JI-EXPO KEMAYORAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)
KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciIDENTITAS NASIONAL Pengertian Identitas Jenis Identitas Atribut Identitas
IDENTITAS NASIONAL 1. Hakikat Identitas Nasional Pengertian Identitas o Identitas (Identity) o Ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang menandai suatu benda atau orang. o Ciri: ciri fisik dan ciri non-fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang
Lebih terperinciLAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
LAPORAN PENGAMATAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Tentang IDEOLOGI PANCASILA Pancasila, Alat Pemersatu Bangsa Indonesia Yang Tak Dapat Tergantikan Oleh : Umminun Nasrul Kurnia Putri Kelas : XII IPA 1 MAN KALABAHI
Lebih terperinciPIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003
PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,
Lebih terperinciNILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA
NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah
Lebih terperinciSILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA
SILA I KETUHANAN YANG MAHA ESA Mata Kuliah Pendidikan Pancasila 2012/2013 Sejarah Hindu/Budha ±14 abad, Islam 7 abad, Kristen 4 abad di wilayah Nusantara kalimat dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)
10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciPendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan
Lebih terperinci