BAB 3 KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP
|
|
- Djaja Atmadjaja
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 3 KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teoritis Infeksi Alergi Barotrauma Tumor hidung/nasofaring Tampon Gangguan tuba Eustachius Tekanan negatif telinga tengah Efusi Sembuh Otitis media akut Stadium oma Stadium oklusi Stadium hiperemis Stadium surpurasi Stadium perforasi Stadium resolusi usia terapi jenis kelamin Gejala klinis Jumlah sisi yang terkena OMA Gambar 3.1 Kerangka Teori
2 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Oleh karena itu, kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Otitis Media Akut usia jenis kelamin gejala klinis stadium oma jumlah sisi telinga yang terkena oma terapi Gambar 3.2 Kerangka Konsep
3 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional dimana penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan rekam medis dari RSUP H. Adam Malik Medan. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan karena tersedianya data yang dibutuhkan juga merupakan rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan di Provinsi Sumatera Utara Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai November Populasi dan Subjek Penelitian Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien OMA yang berobat di RSUP H. Adam Malik yaitu sebanyak 191 kasus dari 1 januari sampai 31 desember 2014 dan Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh data pasien yang telah didiagnosis menderita OMA sesuai data rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan Besar sampel menggunakan total sampling. Cara pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi dari rekam medis
4 sebagai sampel. Pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu: 1. Kriteria inklusi Semua data rekam medis penderita OMA yang berobat dari 1 januari sampai 31 Desember tahun 2014 dan Kriteria eksklusi Data rekam medis yang tidak lengkap. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder pasien OMA, yaitu rekam medis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 dan 2015 sesuai dengan status penelitian dimana hal-hal yang diperlukan dalam mendapatkan karakteristik penderita OMA akan dicatat dan diuraikan sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4.5 Definisi Operasional Otitis Media Akut OMA adalah penyakit infeksi mukosa telinga yang berlangsung lebih dari 3 bulan yang dapat didiagnosis dengan adanya tanda efusi dan adanya tanda/gejalaperadangan telinga tengah. 1. Usia Definisi : Usia adalah lamanya hidup penderita OMA yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita OMA menjadi pasien di RSUP HAM. Cara ukur : Mengambil catatan usia pasien di rekam medis. Alat ukur : Rekam medis. Hasil ukur : a tahun b tahun c tahun d tahun
5 e tahun f tahun g. > 60 tahun 2. Jenis Kelamin Definisi : Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita OMA sesuai yang tercatat pada rekam medis. Cara ukur : Mencatat jenis kelamin yang dinyatakan pada rekam medis. Alat ukur : Rekam medis Hasil ukur : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Gejala klinis Definisi : Gejala klinis adalah keluhan atau gejala yang diujumpai pada penderita OMA sesuai yang tercatat dalam rekam medis. Cara ukur : Mencatat gejala klinis yang dialami oleh penderita OMA. Alat Ukur : Rekam medis Hasil ukur : a. Nyeri telinga b. Keluar cairan dari telinga c. Rasa penuh pada telinga d. Demam e. Pendengaran menurun f. Gelisah atau sukar tidur 4. Stadium OMA Definisi : Stadium OMA adalah keterangan yang menunjukkan tingkat keparahan OMA sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis, Cara ukur : Mencatat stadium penyakit OMA berdasarkan rekam medis Alat ukur : Rekam medis Hasil ukur : a. Stadium Oklusi Tuba
6 b. Stadium Hiperemis atau Pre-supurasi c. Stadium Supurasi d. Stadium Perforasi e. Stadium Resolusi 5. Sisi telinga yang terkena OMA Definisi : Sisi telinga yang terkena OMA. Cara ukur : Mencatat sisi telinga yang terkena OMA. Alat ukur : Rekam medis Hasil ukur : a. Unilateral (Kanan) b. Unilateral (Kiri) c. Bilateral 6. Terapi OMA Definisi : Terapi OMA adalah pengobatan yang dilakukan atas penderita OMA. Cara ukur : Mencatat terapi yang diberikan kepada penderita OMA. Alat ukur : Rekam medis. Hasil ukur : a. Antibiotik b. Miringotomi c. Timpanosintesis d. Adenoidektomi Cara Ukur Penelitian dilakukan dengan menganalisis rekam medis (data sekunder) di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan Alat Ukur Rekam medis penderita OMA yang berobat di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015 bermula 1 januari sampai 31 desember.
7 4.5.4 Skala Pengukuran Skala kategorikal yaitu skala nominal ( jenis kelamin, gejala klinis, stadium OMA, sisi telinga yang terkena OMA, terapi) dan skala interval (usia). 4.6 Metode Pengelolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program komputer melalui proses proses berikut: 1. Editing Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan dan kesesuain data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian. 2. Coding Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan serta kelengkapannya kemudian diberikan kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer. 3. Entry Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS(Statical Package For Social Science). 4. Cleaning Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. 5. Saving Menyimpan data untuk dianalisis. data yang terkumpul dan disimpan akan diolah lebih lanjut dengan analisis statistik Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dan telah dikelompokkan selanjutnya diolah dan dianalisa dengan menggunakan program komputer berupa program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.
8 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Deskripsi Lokasi Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Medan, Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara Deskripsi Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini berjumlah 191 orang yaitu seluruh pasien OMA yang berobat di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2014 dan Dari keseluruhan subjek yang ada, diperoleh gambaran mengenai perbandingan karakteristik penderita OMA yaitu usia, jenis kelamin, gejala klinis, stadium OMA, sisi telinga yang terkena OMA dan terapi yang dilakukan ke atas pasien OMA Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan usia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah.
9 Tabel 5.1. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015 Tahun 2014 Usia(bln/tahun) Frekuensi (n) Persen(%) 1-12 bln thn thn thn thn thn thn >60 thn Jumlah Tahun 2015 Usia(bln/tahun) Frekuensi (n) Persen (%) 1-12 bln thn thn thn thn thn thn >60 thn Jumlah Pada tahun 2014, diketahui bahwa dari 142 pasien OMA, proporsi yang tertinggi terdapat pada usia tahun (16.9%) sedangkan proporsi terendah terdapat pada usia tahun (10.6%). Hal ini berbeda jika dibandingkan pada tahun 2015, yaitu dari 49 pasien OMA, proporsi yang tertinggi terdapat pada usia 1-10 tahun (32.7%) sedangkan proporsi terendah terdapat pada usia tahun (2%) Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah.
10 Tabel 5.2. Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015 Tahun 2014 Jenis kelamin Frekuensi(n) Persen(%) Laki laki perempuan Jumlah Tahun 2015 Jenis kelamin Frekuensi(n) Persen(%) Laki laki perempuan Jumlah Pada tahun 2014, diperoleh proporsi lebih besar pada jenis kelamin perempuan (56.3%), sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki (43.7%). Hal ini sama dengan tahun 2015 yaitu proporsi lebih besar pada jenis kelamin perempuan (53.1%), sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki (46.9%) Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Gejala Klinis Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan gejala klinis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah. Tabel 5.3 Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015 Tahun 2014 Gejala klinis Frekuensi (n) Persen (%) Nyeri telinga Keluar cairan pada telinga Rasa penuh dalam telinga Demam Pendengaran menurun Gelisah atau susah tidur 1 7 Tahun 2015 Gejala klinis Frekuensi (n) Persen (%) Nyeri telinga Keluar cairan pada telinga Rasa penuh dalam telinga Demam Pendengaran menurun Gelisah atau susah tidur 1 2.0
11 Pada tahun 2014, diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita pasien OMA adalah keluar cairan dari telinga (63.4%). Keluhan yang paling sedikit diderita pasien OMA adalah gelisah dan sukar tidur (7%). Hal ini sama pada tahun 2015, yaitu bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita pasien OMA adalah keluar cairan dari telinga (98%). Keluhan yang paling sedikit diderita pasien OMA adalah gelisah dan sukar tidur (2%) Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan stadium OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah. Tabel 5.4. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan 2015 Tahun 2014 Stadium Frekuensi (n) Persen (%) Oklusi tuba 1 7 Hiperemis Supurasi Perforasi Jumlah Tahun 2015 Stadium Frekuensi (n) Persen (%) Oklusi tuba 0 0 Hiperemis Supurasi Perforasi Jumlah Pada tabel 2014, diketahui proporsi tertinggi pasien OMA berdasarkan stadium OMA adalah stadium perforasi (53.5%) dan yang terendah adalah stadium oklusi tuba (7%). Hal ini sama dengan tahun 2015, diketahui proporsi tertinggi pasien OMA berdasarkan stadium OMA adalah stadium perforasi (87.8%) dan yang terendah adalah stadium oklusi (0%).
12 Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena OMA Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan sisi telinga yang terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah.. Tabel 5.5. Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan Tahun 2014 Sisi yang Terkena Frekuensi (n) Persen (%) Kanan Kiri Bilateral Jumlah Tahun 2015 Sisi yang Terkena Frekuensi (n) Persen (%) Kanan Kiri Bilateral Jumlah Pada tahun 2014, diperoleh proporsi sisi telinga yang terkena OMA lebih tinggi pada unilateral (kiri) (40.8%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada unilateral (kanan) (28.2%). Hal ini sama dengan tahun 2015 yaitu diperoleh proporsi sisi telinga yang terkena OMA lebih tinggi pada unilateral (kiri) (51%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada bilateral (38.8%) Perbandingan distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi Perbandingan distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan terapi di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah.
13 Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dan Tahun 2014 Terapi Frekuensi (n) Persen (%) Antibiotik Miringotomi 11 7 Timpanosintesis 0 0 Adenoidektomi Jumlah Tahun 2015 Terapi Frekuensi (n) Persen (%) Antibiotik Miringotomi Timpanosintesis 0 0 Adenoidektomi Jumlah Pada tahun 2014, diperoleh terapi OMA yang paling tinggi adalah pemberian antibiotik (88%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada timpanosintesis (0%). Hal ini sama dengan tahun 2015 yaitu paling tinggi adalah pemberian antibiotik (83.7%) dan yang paling rendah adalah timpanosintesis (0%) Pembahasan Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Usia Dari hasil penelitian yang ditemukan, diketahui bahwa dari 191 pasien OMA, proporsi yang tertinggi terdapat pada usia tahun yaitu sebanyak 25 orang (16.9%) pada tahun 2014 dan pada usia 1-10 tahun sebanyak 16 orang (32.7%) pada tahun Proporsi terendah terdapat pada usia tahun yaitu sebanyak 15 orang (10.6%) pada tahun 2014 dan pada usia tahun sebanyak 1 orang (2%) pada tahun Menurut penelitian yang dilakukan di poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dari tahun menyatakan bahwa bayi dan anak anak lebih sering terkena OMA berbanding dewasa. 6 Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Osazuwa pada tahun 2011 yang juga mengatakan bahawa OMA sering terjadi pada anak anak berbanding orang dewasa yaitu 81.4%. 23
14 Anak-anak lebih sering menderita OMA kerana tuba Eustachiusnya lebih pendek, lebar dan letaknya lebih horizontal. Menurut Worral 2007, OMA merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak-anak dan mulai hilang setelah usia 5 tahun. Demam yang merupakan tanda inflamasi dan infeksi sering tidak muncul pada neonatus dan bayi, sehingga bayi tersebut sering dianggap tidak menderita OMA. Pada anak yang lebih tua, keluhan tambahan lain yang dialami seorang anak juga dilaporkan muncul, seperti sakit kepala, hipoaktif, batuk, rhinitis, gangguan pencernaan dan kongesti sinus, sehingga tanda dan gejala klinis ini tidak spesifik untuk OMA, bahkan sering disalah artikan sebagai tanda dan gejala penyakit lain Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil penelitian, diperoleh proporsi lebih besar pada jenis kelamin perempuan sebanyak 80 orang (56.3%) pada tahun 2014 dan 26 orang (53.1%) pada tahun 2015, sedangkan proporsi lebih kecil terdapat pada laki-laki sebanyak 62 orang (43.7%) pada tahun 2014 dan 23 orang (46.9%) pada tahun Pada penelitian yang dilakukan di poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dari tahun 2012 hingga 2013 menyatakan bahwa pasien perempuan lebih banyak menderita OMA berbanding laki-laki. 6 Dari 20 subjek penelitian tersebut, terdapat 11 pasien perempuan (55%) dan 9 pasien laki laki (45%). Dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelum ini, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan insiden terjadinya OMA Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Gejala Klinis Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak diderita pasien OMA pada tahun 2014 adalah keluar cairan dari telinga sebanyak 90 orang (63.4%), diikuti nyeri telinga 67 orang (47.2%), rasa penuh pada telinga 25 orang (17.6%), pendengaran menurun 18 orang (12.7%) dan demam sebanyak 17 orang (12%). Pada tahun 2015 adalah keluar cairan dari telinga sebanyak 48
15 orang (98%), diikuti nyeri telinga 26 orang (53.1%), rasa penuh pada telinga 26 orang (53.1%), pendengaran menurun 21 orang (42.9%) dan demam sebanyak 2 orang (4.1%). Menurut Djaafar 2015, kebanyakan pasien OMA yang hanya mengalami gejala nyeri telinga lebih memilih untuk berobat ke klinik terdekat atau membeli obat sendiri di apotek. Ketika pasien mengalami gejala lain berupa keluarnya cairan yang berulang dari telinga, pasien merasa cemas dan datang ke rumah sakit. Hal ini menyebabkan proporsi keluhan keluarnya cairan dari telinga lebih tinggi daripada gejala yang lain. Adanya cairan keluar dari telinga disebabkan oleh rupturnya membran timpani sehingga sekret berupa nanah mengalir ke liang telinga luar Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Stadium OMA Dari hasil penelitian, diketahui proporsi tertinggi pasien OMA berdasarkan stadium OMA pada tahun 2014 adalah stadium perforasi sebanyak 76 orang (53.5%) dan yang terendah adalah stadium oklusi sebanyak 1 orang (7%) manakala pada tahun 2015 stadium perforasi sebanyak 43 orang (87.8%) dan yang terendah adalah stadium supuratif sebanyak 2 orang (4.1%). Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Untuk stadium oklusi tuba, gejala klinis yang timbul berupa retraksi membran timpani tetapi membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan atau hanya berwarna keruh pucat. Selain itu, pada stadium ini belum timbul gejala klinis berupa demam. Menurut penelitian yang dilakukan di instalasi rawat jalan poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2009 menyatakan bahwa stadium perforasi adalah paling tinggi yaitu 66.3%. Tingginya proporsi pasien OMA pada stadium perforasi dibandingkan dengan stadium lainnya disebabkan pada stadium tersebut pasien merasa cemas dan datang ke rumah sakit karena mengalami gejala keluarnya cairan yang berulang dari telinga. 27
16 Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Sisi Telinga yang terkena OMA Pada penelitian ini, menunjukkan proporsi sisi telinga yang terkena OMA lebih tinggi pada unilateral (kiri) yaitu 58 orang (40.8%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada unilateral (kanan) yaitu 40 orang (28.2%) pada tahun Proporsi sisi telinga yang terkena OMA pada tahun 2015 lebih tinggi pada unilateral (kiri) yaitu 25 orang (51.0%), sedangkan diperoleh proporsi lebih rendah pada bilateral yaitu 5 orang (10.2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Titisari (2005) di Departemen THT FKUI RSCM & poli THT RSAB Harapan Kita bahwa proporsi tertinggi adalah unilateral sebesar 79,1%, sedangkan pada bilateral hanya (10)%. Namun dari penelitian terdahulu tidak disebutkan penyebab proporsi unilateral lebih tinggi daripada bilateral Perbandingan Distribusi Frekuensi Pasien OMA Berdasarkan Terapi OMA Pada penelitian ini menunjukkan semua pasien yang mengalami OMA diterapi dengan menggunakan antibiotik. Pengobatan OMA biasanya tergantung pada stadium penyakitnya. Pada penelitian ini terapi yang paling tinggi digunakan adalah terapi antibiotik yaitu sebanyak 125 orang (88%) pada tahun 2014 dan 41 orang (83.7%) pada tahun Terapi yang paling sedikit digunakan dalam penelitian ini adalah terapi adenoidektomi yaitu 6 orang (4.2%) pada tahun 2014 dan 3 orang (6.1%) pada tahun Menurut Djaafar 2015, penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakit yaitu: 1. Stadium Oklusi : diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%, dan pemberian antibiotik. 2. Stadium Presupurasi : analgetika, antibiotika (biasanya golongan ampicillin atau penisilin) dan obat tetes hidung. 3. Stadium Supurasi : diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat juga dilakukan miringotomi bila membran timpani menonjol dan masih utuh untuk mencegah perforasi.
17 4. Stadium Perforasi : Diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat. Pemberian obat merupakan pendekatan pertama dalam terapi OMA, terapi pembedahan perlu dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi (OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis. Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi. Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membrane timpani agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.timapanosintesis berarti pungsi pada membran timpani untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik. 18
18 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diperoleh, kesimpulan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah pasien Otitis Media Akut (OMA) di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 dan 2015 berjumlah 191 orang. 2. Pasien OMA berdasarkan usia yang tertinggi adalah tahun yaitu 25 orang (17,6%) pada tahun 2014 tetapi 1-10 tahun yaitu 25 orang (51%) pada tahun Pasien OMA berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi adalah perempuan yaitu 80 orang (56,3%) pada tahun 2014 tetapi 26 orang (53.1%) pada tahun Pasien OMA berdasarkan gejala klinis yang tertinggi adalah keluar cairan dari telinga yaitu 90 orang (63,4%) pada tahun 2014 tetapi 48 orang (98%) pada tahun Pasien OMA berdasarkan stadium OMA yang tertinggi adalah stadium perforasi yaitu 76 orang (53,5%) pada tahun 2014 tetapi 43 orang (87.8%) pada tahun Pasien OMA berdasarkan sisi telinga yang terkena OMA yang tertinggi adalah unilateral (kiri) yaitu 58 orang (40.8%) pada tahun 2014 tetapi 25 orang (51.0%) pada tahun Pasien OMA berdasarkan terapi OMA yang tertinggi adalah terapi antibiotik yaitu 125 orang (88% ) pada tahun 2014 tetapi 41 orang (83.7%) pada tahun 2015.
19 6.2. Saran 1. Sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat supaya anak anak diperhatikan kerana OMA sering terjadi pada anak anak. 2. Sebagai bahan penyuluhan kepada pihak rumah sakit kerana angka terjadinya OMA pada anak anak meningkat. 3. Sebagai penyuluhan kepada peneliti lain agar meneliti secara mendalam tentang jenis bakteri yang menyebabkan OMA.
4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan penyakit yang sering dijumpai pada masa anak-anak (Vernacchio et al, 2004). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA PENELITIAN
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual Dari hasil tinjauan kepustakaan serta kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut, maka dikembangkan suatu kerangka
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Karakteristik Penderita Otitis Media Akut pada Anak yang Berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009 Oleh: TAN HONG SIEW 070100322 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP. Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut: Pasien AIDS Pola Penyakit Kulit Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pharmaceutical Care adalah salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan dan selalu berhubungan dengan elemen lain dalam bidang kesehatan. Farmasi dalam kaitannya
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi
Lebih terperinciKERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Etiologi: 1. Heriditer 2. Trauma 3. Pekerjaan 4. Infeksi 5. Metabolik 6. Endokrin 7. Neoplasma 8. Penyakit kolagen 9. Degeneratif 10. Iatrogenik 11.
Lebih terperinciA PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all
A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA Paula A. Tahtinen, et all PENDAHULUAN Otitis media akut (OMA) adalah penyakit infeksi bakteri yang paling banyak terjadi pada
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
12 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Umur Jenis kelamin Suku Pekerjaan
Lebih terperinciGambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014
1 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Oleh: Sari Wulan Dwi Sutanegara 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tubaeustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. otitis media terbagi atas otitis mediasupuratif
Lebih terperinci1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis d.
THT [TELINGA] Jumlah soal : 30 soal 1. Pria 35 tahun, pekerja tekstil mengalami ketulian setelah 5 tahun. Dx a. Noise Induced HL b. Meniere disease c. Labirintis 2. Tuli Konductive berapa db?? a. > 75
Lebih terperinciBAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT
32 BAB 5 HASIL DAN BAHASAN 5.1 Gambaran Umum Sejak Agustus 2009 sampai Desember 2009 terdapat 32 anak adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT RSUP Dr. Kariadi Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan masalah yang sering terjadi pada anak anak, misal otitis media akut (OMA) merupakan penyakit kedua tersering pada
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Isolat Pseudomonas aeruginosa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan metode pendekatan cross sectional yaitu mengukur variabel bebas aktivitas olahraga dan variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2010). Yang dimaksud dengan telinga tengah adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rinosinusitis merupakan penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban ekonomi yang tinggi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.
18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga adalah organ penginderaan yang berfungsi ganda untuk pendengaran dan keseimbangan dengan anatomi yang kompleks. Indera pendengaran berperan penting dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media merupakan peradangan mukosa telinga tengah yang terdiri atas otitis media non supuratif dan supuratif. Berdasarkan durasi waktu otitis media dibagi menjadi
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup disiplin ilmu penyakit dalam sub bagian endokrinologi 4.2 Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak. Pada populasi anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.
28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
31 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan leher 4.2. Rancangan Penelitian Desain penelitian
Lebih terperinciRadang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga.
THT Otitis Eksterna (OE) Radang liang telinga akut maupun kronis akibat infeksi jamur, bakteri, atau virus. Faktor predisposisi: trauma ringan, mengorek telinga. Terdapat 2 jenis OE, yaitu OE sirkumkripta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Disiplin Ilmu THT (Telinga Hidung Tenggoroan) 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 sampai
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciSHAUMBAUGH. Radang akut telinga tengah yang biasanya. pada anak-anak sampai 3 minggu
Prof.dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL(K) Radang akut telinga tengah yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas sering pada anak-anak sampai 3 minggu SHAUMBAUGH Radang akut dari keseluruhan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 2014. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung selama minimal 12 minggu berturut-turut. Rinosinusitis kronis
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang
Lebih terperinciPENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012
PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012 1 Andre Ch. T. Palandeng 2 R. E. C. Tumbel 2 Julied Dehoop 1 Kandidat Skrispi Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada tonsil atau yang biasanya dikenal masyarakat amandel merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak- anak usia 5 sampai 11 tahun. Data rekam medis RSUD
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu
Lebih terperinci2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan
2.3 Patofisiologi Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA) sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) sering disebut sebagai nyeri pinggang atau low back pain merupakan keluhan yang sering dijumpai. Hampir 80% penduduk di negara-negara industri
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yaitu jenis pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional yang menghubungkan antara perbedaan jenis kelamin dengan derajat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan
Lebih terperinciHIPERTENSI ESENSIAL. No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP
HIPERTENSI ESENSIAL SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Pemerintah Kabupaten Cirebon Hj. Umihani,S.SiT,MMKes NIP.19620212 198302 2 001 Puskesmas Astanajapura 1. Pengertian Peradangan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Anestesiologi dan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di instalasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mengambil ruang lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Manajemen Pemasaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah
ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, Sinusitis adalah peradangan pada membran
Lebih terperinciTabel 2.Proporsi penderita tumor orbita range umur anak-anak dan dewasa. Umur (tahun) 0-19 >19 - <70 Jumlah (%)
38 Lampiran 1. Dummy Tabel Tabel 1: Proporsi penderita tumor orbita menurut kelompok umur di RSUP H. Adam Malik 2011-2013 KELOMPOK UMUR (Tahun) 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 Jumlah F (%) Tabel
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis
BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL. Selama penelitian diambil sampel sebanyak 50 pasien
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN
13 BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Virus Dengue Lingkungan Vektor (Nyamuk) Host (Manusia) Faktor Demografis Jenis Kelamin Umur Demam Berdarah Dengue (DBD) Pekerjaan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit inflamasi kronik telinga tengah yang ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian dengan desain observational analitik dengan metode case control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.
33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Lingkup ilmu : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Lingkup lokasi : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Lingkup
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai meliputi bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10 besar penyakit baik di puskesmas maupun di bagian
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan terapi intensive. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian adalah
Lebih terperinciIDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN
66 Lampiran 1 STATUS PENELITIAN No. I. IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN Nama :... Tanggal lahir :... Jenis Kelamin :... Alamat :... Telepon :... No. M R :... Anak ke/dari :... Jumlah orang yang tinggal
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang Ilmu Penyakit Dalam divisi Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara lama paparan asap
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang Lingkup Tempat Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medik yang diambil dari Rawat Inap Simpur Kota Bandar Lampung.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian
34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak subbidang neurologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian
Lebih terperinciSikap Sikap adalah perilaku wanita terhadap pemeriksaan mammografi a. Cara Ukur : metode angket
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan Tentang Mammografi Sikap Terhadap Mammografi Wanita 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. RSUP Dr. Kariadi Semarang telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2014
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis dan Mikrobiologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Pengambilan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Variabel Terikat Masa Kerja Carpal Tunnel Syndrome Lama Kerja Sikap Kerja Gambar 3.1 Kerangka Konsep 31 32 B. Hipotesis 1.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Metode ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala (Goadsby, 2002).
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini disiplin ilmu yang dipakai meliputi Bidang Farmakologi, Ilmu Mikrobiologi Klinik dan Ilmu Kesehatan Anak 4.2 Tempat dan waktu penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring. Lebih dari 90% penderita karsinoma laring memiliki gambaran histopatologi karsinoma
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pengukuran data yang artinya terhadap subjek yang diteliti tidak diberikan perlakuan dan pengambilan
Lebih terperinciPEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI
PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS 2007 Oleh Departemen Kesehatan RI FARINGITIS AKUT Laporan Penyakit : 1302 ICD X : J.00-J.01 Faringitis adalah Inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring (dapat
Lebih terperinci