oleh Nurhalimah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "oleh Nurhalimah"

Transkripsi

1 PRINSIP KERJA SAMA GRICE DALAM FILM ANIMASI ADIT SOPO JARWO SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMP Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) oleh Nurhalimah JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

2

3

4

5 ABSTRAK Nurhalimah, NIM ( ), Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP, Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pembimbing Dr. Hindun, M. Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan sebanyak 6 pematuhan maksim kuantitas, 1 pematuhan maksim kualitas, 3 pematuhan maksim relevansi, dan 6 pematuhan maksim cara. Sedangkan data pelanggaran maksim kerja sama Grice yaitu 2 pelanggaran maksim kuantitas, 4 pelanggaran maksim relevansi, 3 pelanggaan maksim cara, dan tidak ditemukan pelanggaran maksim kualitas. Implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat diterapkan pada materi teks ulasan sehingga penelitian ini mampu menunjang keterampilan berbicara siswa untuk berbahasa Indonesia yang baik dan efektif saat menyampaikan tanggapan secara lisan. Kata kunci: pragmatik, prinsip kerja sama Grice, Adit Sopo Jarwo i

6 ABSTRACT Nurhalimah, NIM ( ), the principle of Grice Cooperation in Film Animation Adit Jarwo Sopo and the implications for Learning the Indonesian Language and Literature in SMP, skripsi for Department of Indonesian Language and Literature Education, Faculty of Educational Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta Supervisor Dr. Hindun, M.Pd. This study aimed to describe compliance and violations of Grice's cooperative principles in the animated film Adit Sopo Jarwo episode of Ojek Payung Bikin Bingung and Implications for Learning Indonesian Language and Literature in Middle School. The study method used was listening method by using simak bebas libat cakap technique. This study belonged to the type of qualitative descriptive research. The source of the data in this study was the animated film Adit Sopo Jarwo episode of Ojek Payung Bikin Bingung. The results of this study indicate that in compliance maxims revealed 6 in quantity, 1 in quality, 3 in relevance, and 6 in way maxims. While data on violation maxims were 2 in quantity, 4 in relevance, 3 in means, and zero in quality maxims. The study implications for learning Indonesian language and literature can be applied to review text material so that this research was able to support students' speaking skills in speaking Indonesian well and effectively when delivering responses verbally. Keywords: pragmatics, Grice's cooperative principle, Adit Sopo Jarwo ii

7 Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat serta karunia-nya kepada peneliti, sehingga dengan pertolongan-nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Shalawat dan salam peneliti sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dan revolusioner dunia juga kepada para sahabat dan pengikutnya. Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat perhatian, bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih peneliti ucapkan kepada: 1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Toto Edidarmo, MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 4. Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Dr. Nuryani, MA., dan Neneng Nurjanah, M. Hum., selaku dosen penguji skripsi. 6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. iii

8 7. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan keleluasaan dalam peminjaman buku-buku yang dibutuhkan. 8. Ayahanda Namin dan Ibunda Mardiah Sodiawati yang selalu memberikan limpahan kasih sayang yang luar biasa, do a serta dukungan dengan segala pengorbanan dan keikhlasan. 9. Kedua kakakku tercinta, Nanita Purnamasari, S.IP., dan Adi Sinangon yang selalu mengobarkan semangat baik dalam keadaan maupun ketiadaannya. 10. Adikku tersayang Kibtia Nafiranih yang selalu mengobarkan semangat baik secara lisan maupun do a yang selalu kau pinta pada-nya. 11. Teman-teman seperjuangan PBSI 2012, terutama untuk Siti Mufarrohah, S.Pd., Jesica Valiana, S.Pd., Ditri Lestari Sutopo, S.Pd., Nur Aini, S.Pd., dan sahabat SMA Cahyani Wahyu Lestari, S.Pd., yang selalu membagi suka juga duka. Segala kemampuan, pikiran, dan daya upaya peneliti kerahkan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penulisan skripsi ini. Namun, peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan serta kekhilafan. Hal ini karena keterbatasan dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat mencapai pada tahap yang lebih baik dan sempurna. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Wassalamu alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Bekasi, 26 April 2019 Nurhalimah iv

9 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 5 BAB II. KAJIAN TEORETIS A. Pragmatik... 7 B. Konteks C. Konteks Situasi Tutur D. Prinsip Kerja Sama Grice E. Hakikat Film Animasi F. Penelitian Relevan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Teknik Pengumpulan Data D. Teknik Analisis Data E. Sumber Data dan Data v

10 F. Instrumen Penelitian BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Film Animasi Adit Sopo Jarwo B. Penyajian Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kerja Sama Grice dalam Film Animasi C. Analisis Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kerja Sama Grice dalam Film Animasi D. Pembahasan E. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.. 71 BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT PENELITI vi

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 : Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung : Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung vii

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 : Uji Referensi : Surat Bimbingan Skripsi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran : Transkripsi Percakapan Film Animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung : Riwayat Peneliti viii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk memudahkan manusia dalam mencapai maksud dan tujuannya. Oleh karena itu, bahasa menjadi alat komunikasi yang mempunyai peranan sangat penting. Tanpa bahasa manusia akan kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Setiap penutur berusaha agar maksud yang disampaikan bisa diterima dengan baik oleh mitra tutur. Akan tetapi tidak selamanya proses berkomunikasi bisa berjalan dengan lancar, lebih-lebih ketika peserta pertuturan tidak memahami topik yang sedang dibicarakan, atau mitra tutur tidak mengetahui konteks yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu, dalam proses berkomunikasi, diperlukan aturan-aturan yang bisa mengatur peserta pertuturan untuk bekerja sama dalam mewujudkan komunikasi yang baik dan lancar sehingga maksud dan tujuan dari komunikasi tersebut bisa tercapai. Grice mengungkapkan bahwa agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar maka peserta pertuturan harus mematuhi empat prinsip kerja sama atau maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Prinsip kerja sama juga dibutuhkan dalam lingkungan pendidikan, karena melalui kegiatan berkomunikasi yang baik dan efektif antara pendidik dan peserta didik akan menciptakan tujuan pembelajaran dengan baik. (A) Guru: Baik anak-anak, untuk menambah pemahaman kalian mengenai teks laporan hasil observasi, silakan buka halaman 120. (B) Siswa 1: buku LKS atau buku paket, bu? (C) Siswa 2: buku paketlah. Emang buku LKS sampe halaman seratusan. (D) Guru: Buku paket, Nak. Dalam penggalan percakapan di atas, dapat kita lihat bahwa adanya kendala saat percakapan terjadi. Hal ini mengakibatkan komunikasi menjadi tidak berlangsung sesuai yang diharapkan karena informasi yang diberikan A kurang 1

14 2 dari yang seharusnya. Karena kurangnya informasi ini maka B menjadi salah paham dan bertanya kembali karena ketidaktahuannya. Sebaliknya, C memberikan informasi yang relevan, berbicara sesuai dengan topik yang dibicarakan A. C mempunyai cukup bahan dan mengerti maksud A. Berdasarkan contoh penggalan percakapan di atas, prinsip kerja Grice sangat dibutuhkan saat berkomunikasi agar tujuan pembelajaran di dalam kelas dapat tercapai. Saat ini, informasi yang diperlukan masyarakat semakin mudah didapat. Berbagai informasi kini tersedia di televisi, internet, media sosial, maupun radio. Tidak hanya informasi sehari-hari, melalui alat komunikasi ini, pesan yang didapat bisa saja mempengaruhi sikap dan perilaku. Salah satu alat komunikasi yang memiliki pengaruh dalam sikap dan perilaku manusia adalah televisi. Siaran televisi memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia sehingga ia dapat mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang. Memilih dan memilah tayangan televisi menjadi penting karena apa yang didengar dan dilihat sering berdampak pada sikap dan perilaku seseorang. Salah satu pilihan tayangan program televisi yang dapat mengedukasi penonton adalah program animasi Adit Sopo Jarwo yang pernah ditayangkan di dua siaran televisi yaitu MNCTV dan Trans TV. Program animasi Adit Sopo Jarwo yang pernah ditayangkan di Trans TV memenangkan penghargaan dalam Anugerah KPI 2017 kategori program animasi yang berjudul Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Hal ini tentu menjadi suatu pembuktian bahwa program tersebut layak ditonton masyarakat karena diapresiasi penuh oleh KPI. Selain itu, tayangan film animasi Adit Sopo Jarwo yang ditayangkan di MNCTV juga pernah meraih penghargaan media yang dianggap memberi inspirasi dan edukasi bagi masyarakat dari Organisasi Kemanusiaan Dompet Dhuafa yaitu Dompet Dhuafa Award Tidak hanya itu saja, serial animasi buatan lokal ini berhasil masuk 5 besar nominasi Festival Film Indonesia (FFI 2014), kemudian Adit Sopo Jarwo terpilih sebagai Film Animasi Terbaik di Anti Corruption Film Festival (ACFF 2014). Selain itu, dalam Anugerah Peduli Pendidikan 2015 Adit Sopo Jarwo menerima penghargaan untuk kategori media. Kemudian, Adit Sopo Jarwo juga terpilih

15 3 menjadi duta Hari Film Nasional Dan mendapatkan penghargaan dari Panasonic Gobel Awards 2017 kategori program Anak dan Animasi yang tayang di MNC TV. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, film ini baik digunakan untuk kalangan siswa SMP khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Karena film ini lebih banyak ditemukan pematuhan maksim kerja sama Grice. Selain itu, film ini juga dapat mengedukasi peserta didik melalui hikmah yang dapat dipetik dari cerita yang disajikan. Sehingga, mampu menambah pengetahuan peserta didik dalam keterampilan berbicara. Berdasarkan berbagai macam latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Biki Bingung yang pernah tayang di televisi. Penelitian yang peneliti angkat berjudul Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka muncullah identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang terjadi di dalam komunikasi film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung 2. Tujuan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung 3. Implikasi prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP

16 4 C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada: 1. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice 2. Film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung bikin Bingung (durasi 7 menit 29 detik). 3. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, yaitu 1. Bagaimanakah pematuhan prinsip kerja sama dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang digunakan di dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung bikin Bingung? 2. Bagaimanakah implikasi prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan dan menganalisis pematuhan prinsip kerja sama dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice yang digunakan di dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung bikin Bingung. 2. Mendeskripsikan implikasi prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP.

17 5 F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, di antaranya sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis Secara teoretis melalui penelitian Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP. Diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran berbahasa khususnya kemampuan berbicara yang lebih efektif dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia bahasa Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran berbahasa. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada: a. Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan untuk tolok ukur oleh peneliti sendiri dalam kajian penelitian berikutnya. Peneliti juga dapat mengetahui sejauh mana penggunaan prinsip kerja sama yang bisa dipelajari oleh peserta didik dalam berbahasa Indonesia, khusunya keterampilan berbicara. b. Guru Guru dapat mengoptimalkan fungsi dari media pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga diharapkan bisa lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran baik secara manual maupun elektronik, sehingga proses belajar jadi lebih menyenangkan. Semoga penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi ataupun acuan bagi guru untuk menerapkan dan mengembangkan media serta teknik yang telah digunakan oleh peneliti agar keterampilan berbicara peserta didik dapat lebih baik dan efektif.

18 6 c. Peserta didik Peserta didik dapat berpikir lebih kreatif, serta mampu berkoordinasi dan bekerjasama dengan peserta didik lainnya. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan individualnya untuk berbahasa khususnya kemampuan berbicara agar dapat lebih baik dan efektif. d. Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atau acuan untuk melakukan penelitian sejenis dengan teknik dan sumber data yang berbeda.

19 BAB II KAJIAN TEORETIS Pada bagian ini disajikan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam rangka memperoleh kerangka berpikir akan dibahas mengenai pragmatik, prinsip kerja sama Grice, hakikat film animasi, dan penelitian yang relevan. A. Pragmatik Leech, Mey, dan Wijana, dalam Nadar menyatakan bahwa pragmatik mengalami perkembangan yang pesat dengan cakupan kajian yang luas dalam usianya yang relatif masih muda. 1 Hal ini dibuktikan dengan perhatian terhadap bidang pragmatik diresmikan pada tahun 1977 dengan timbulnya majalah Journal of Pragmatics yang menerbitkan karya-karya tentang pragmatik. Kemudian, terbentuk pula organisasi, yaitu IPRA International Pragmatics Association dan konferensi yang membahas soal pragmatik yang mulai timbul. 2 R Kunjana Rahardi menyebutkan bahwa cabang-cabang ilmu di dalam entitas linguistik itu secara berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1) fonologi, (2) morfologi, (3) sintaksis, (4) semantik, (5) pragmatik. 3 Pragmatik merupakan cabang linguistik yang terakhir sekaligus terbaru. Berkenaan dengan usianya yang masih muda itulah ilmu pragmatik sering dikatakan sebagai young science. 4 Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan. 5 1 F.X. Nadar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm A. Hamid Hasan Lubis, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2015), hlm R. Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, (Jakarta: PT erlangga, 2009), hlm R. Kunjana Rahardi, Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Erlangga, 2005) hlm J. M. W. Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, cet. Ke-9, 2016), hlm

20 8 Jadi, pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang paling muda dari cabang ilmu linguistik yang lainnya. Pragmatik juga semakin dikenal dan semakin menarik untuk diteliti karena telah mendapat perhatian khusus dengan terbentuknya suatu organisasi dan telah diadakannya konferensikonferensi internasional yang membahas tentang pragmatik. Dalam perkembangannya, Leech menyatakan bahwa topik pragmatik sangat dikenal dalam linguistik, padahal lima belas tahun yang lalu para linguis hampir tidak pernah menyebutnya. Namun sekarang, banyak yang sependapat bahwa kita tidak dapat mengerti benar-benar sifat bahasa itu sendiri bila kita tidak mengerti pragmatik, yaitu, bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. 6 Dengan begitu, pragmatik menjadi ilmu yang sangat penting dalam penggunaan bahasa saat berkomunikasi. Pragmatik mulai berkumandang di bumi linguistik (Amerika) pada tahun 1970-an. Di belahan bumi Eropa sudah pada tahun 1940-an berkembang kegiatan menelaah bahasa dengan mempertimbangkan makna dan situasi (misalnya, Aliran Praha, Aliran Firth), dan pada tahun 1960-an Halliday mengembangkan teori sosial mengenai bahasa. 7 Istilah pragmatik itu sendiri dapat ditelusuri kelahirannya dengan menyangkutpautkan seorang filosof yang bernama Charles Morris. Ia sebenarnya mengolah kembali pemikiran para filosof pendahulunya (Locke dan Peirce) mengenai semiotik (ilmu tanda dan ilmu lambang). Oleh Morris semiotik dipilah-pilah menjadi tiga cabang: sintaksis, semantik, dan pragmatik. 8 Dengan kata lain, pragmatik lahir dari seorang filosof bernama Charles Morris. Ia mengembangkan pemikiran para filosof pendahulunya dengan membagi semiotik menjadi tiga cabang yang salah satunya adalah pragmatik. 6 Geoffrey Leech (penerjemah M.D.D. Oka), Prinsip-prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Press, 1993), hlm Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Pragmatik; Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta: Kanisius, cet. 1, 1990), hlm Ibid., hlm. 11.

21 9 George Yule memberikan empat ruang lingkup yang tercakup dalam pragmatik. 1. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. 2. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual, tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. 3. Pragmatik adalah studi tentang bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu intrepretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang tidak disampaikan. 4. Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Pandangan ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan. Jawaban yang mendasar terikat pada gagasan jarak keakraban. Keakraban baik secara fisik, sosial, dan konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang semakin dekat atau jauh jarak. 9 Berdasarkan keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan kajian tentang maksud ujaran penutur yang melibatkan 9 George Yule (penerjemah Indah Fajar Wahyuni), Pragmatik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 2, 2014), hlm. 3-4.

22 10 konteks. Maksud ujaran yang dimaksud yaitu maksud yang tersamar (tersirat) dalam tuturan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam memahami ujaran dibutuhkkan pemahaman yang sama antara penutur dan mitra tutur. Definisi selanjutnya dipaparkan oleh Jacob L. Mey, dalam Rahardi, mendefinisikan pragmatik sebagai berikut Pragmatics is the study of the conditions of human language uses as these are determined by the context of society. Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu. 10 penutur saat berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh konteks. Jadi, ujaran yang dituturkan Sedangkan Levinson, dalam Nadar, mendefinisikan pragmatik sebagai berikut Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language ( Pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa ). 11 Moore, dalam Rusminto, mengemukakan bahwa Pragmatik adalah sebuah cara yang sistematis untuk menjelaskan penggunaan bahasa yang terjadi di dalam konteks tertentu. Pragmatik mencoba menjelaskan aspek-aspek makna dalam kaitan dengan konteks yang tidak dapat ditemukan dalam pengertian kata atau struktur seperti yang dijelaskan oleh kajian semantik. 12 Menurut Leech, Pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). 13 Selanjutnya, Leech mengemukakan aspek situasi tutur dalam fenomena pragmatik mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) yang menyapa (penutur) dan yang disapa (mitra tutur), yakni pihakpihak yang terlibat dalam situasi tutur tertentu; (2) konteks tuturan, yaitu suatu pengetahuan tentang latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan Op. Cit., Kunjana Rahardi, Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, hlm. 11 Op. Cit., F.X. Nadar, hlm Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), hlm Op. Cit., Geoffrey Leech, hlm. 8.

23 11 makna tuturan; (3) tujuan tuturan, yakni tujuan yang diinginkan penutur melalui tuturannya; (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan; tindak ujar, yakni pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. 14 Fatimah Djajasudarma menyatakan bahwa Pragmatik adalah language in use, studi terhadap makna ujaran dalam situasi tertentu. Sifat-sifat bahasa dapat dimengerti melalui pragmatik, yakni bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi. 15 Kemudian, Jucker dalam Dardjowidjojo menyatakan Pragmatik merujuk ke kajian makna dalam interaksi antara seorang penutur dengan penutur yang lain. 16 Pragmatik adalah studi tentang penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan orang lain dalam masyarakat yang sama. 17 Hindun menyatakan Pragmatik adalah telaah umum tentang cara kita menafsirkan kalimat dalam suatu konteks. (unsur waktu dan tempat mutlak dituntut oleh suatu ujaran). 18 Jadi, dalam menafsirkan suatu ujaran dapat dilihat berdasarkan konteksnya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Huang menyatakan Pragmatics is a rapidly growing field in contemporary linguistics. In recent years, it has not only become a centre of interest in linguistics and the philosophy of language, it has also attracted a considerable amount of attention from anthropologists, and semioticians. 19 Dengan kata lain, pragmatik adalah suatu bidang yang berkembang pesat dalam ilmu linguistik kontemporer. Dalam beberapa tahun terakhir, hal itu tidak hanya menjadi pusat perhatian linguistik dan filsafat bahasa, juga telah menarik banyak perhatian dari antropologi, dan ahli semiotik. Sedangkan Guy Cook, dalam Hindun menyatakan bahwa Pragmatics is the discipline which studies the knowledge and procedures which enable people to 14 Ibid., hlm T. Fatimah Djajasudarma, Wacana & Pragmatik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), hlm Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010), hlm Ibid. 18 Hindun, Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, ( Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012), hlm Yan Huang, Pragmatics, (UK: Oxford University Press, 2007), hlm. 1.

24 12 understand each other s words. 20 Dengan kata lain, pragmatik merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari pengetahuan dan tata cara seseorang dalam memahami ujaran orang lain. Titik pusatnya bukan pada bentuk ujaran tersebut, melainkan pada maksud dari kata-kata yang diujarkan. Berdasarkan definisi yang diberikan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang paling muda dari cabang ilmu linguistik yang lainnya. Pragmatik lahir dari seorang filosof bernama Charles Morris. Ia mengembangkan pemikiran para filosof pendahulunya dengan membagi semiotik menjadi tiga cabang yang salah satunya adalah pragmatik. Pragmatik menjadi ilmu yang sangat penting dalam penggunaan bahasa saat berkomunikasi. Karena pragmatik merupakan kajian yang menekankan maksud ujaran penutur dengan melibatkan konteks pada saat ujaran itu dituturkan. Konteks tersebut meliputi waktu dan tempat ujaran itu terjadi serta dalam memahami ujaran dibutuhkkan latar belakang pengetahuan yang sama antara penutur dan mitra tutur. Jika peserta pertuturan tidak memperhatikan konteks pembicaraan, maka akan terjadi kesalahpahaman. B. Konteks Mey, dalam Nadar, mendefinisikan istilah konteks sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication procces to interact, and make the linguistic expressions of their interaction intelligible. 21 (situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami) Sementara itu, Grice, dalam Rusminto, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk memperhitungkan implikasi tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur Op. Cit., Hindun, hlm Op. Cit., F.X. Nadar, hlm Op. Cit., Nurlaksana Eko Rusminto, hlm. 50.

25 13 Mulyana menyatakan bahwa konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu pembicaraan/dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan, apakah itu berkaitan dengan arti, maksud, maupun informasinya, sangat tergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa tuturan itu. 23 Selanjutnya, Mulyana menggambarkan proses terjadinya language event (peristiwa tuturan) sebagai berikut Bagan PROSES PERISTIWA BERTUTUR (O 2 ) Pembicara (O 1 ) PASANGAN BICARA Maksud (pra ucap) Pemahaman (pascaucap) (decoding) Pensandian (encoding) Pembacaan sandi Pengucapan (Fonasi) Penyimakan (audisi) KONTEKS Dengan demikian, agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka penutur harus melibatkan konteks pembicaraan saat ujaran itu dibuat dan mitra tutur harus memperhatikan konteks pembicaraan agar maksud dan tujuan penutur dapat dipahami. Konteks tersebut dilatarbelakangi pengetahuan yang sama yang dimiliki peserta tutur. 23 Mulyana, Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, cet. 1, 2005), hlm 21.

26 14 C. Konteks Situasi Tutur Dell Hymes, dalam Chaer dan Agustina, seorang pakar sosiolinguistik terkenal menyatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah (diangkat dari Wadhaugh 1990): S(= Setting and Scene) P(= Participants) E(= Ends: Purpose and goal) A(= Act sequences) K(= Key: tone or spirit of act) I(= Instrumentalities) N(= Norms of Interactionand Interpretation) G(= Genres) Setting and scene. Di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola kita bisa berbicara keras-keras, tapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran sebagai pembicara atau pendengar; tapi dalam khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jamaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar peran. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda bila berbicara dengan orang tuanya atau gurunya bila dibandingkan kalau dia berbicara terhadap teman-teman sebayanya.

27 15 Ends, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara; namun, para partisipan dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan si terdakwa, pembela berusaha memberikan bahwa si terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Dalam peristiwa tutur di ruang kuliah linguistik, ibu dosen yang cantik itu berusaha menjelaskan materi kuliah agar dapat dipahami mahasiswanya; namun, barangkali di antara para mahasiswa itu ada yang datang hanya untuk memandang wajah bu dosen yang cantik itu. Act sequence, mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaanya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam kuliah umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Key, mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan: dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalitiesini juga mengacu pada kode ujaran yag digunakan, seperti bahasa, dialek, fragam, atau register. Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam interaksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan bicara. Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. 24 Komponen tutur yang diajukan Hymes itu dalam rumusan lain tidak berbeda dengan yang diajukan oleh Fishman. Dia menyebut Komponen tutur 24 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik; Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineke Cipta, cet. 2, 2004), hlm

28 16 sebagai pokok pembicaraan sosiolinguistik, yaitu who speak, what language, to whom, when, and what end. 25 Kemudian menurut Anton M. Moeliono dan Samsuri, dalam Mulyana, menyatakan bahwa konteks terdiri dari atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode, dan saluran. 26 Konteks adalah satu situasi yang terbentuk karena terdapat setting, kegiatan, dan relasi. Jika terjadi interaksi antara tiga komponen itu, maka terbentuklah konteks. 27 Setting meliputi waktu dan tempat situasi itu terjadi. Secara umum yang termasuk dalam setting adalah (1) unsur-unsur material yang ada di sekitar peristiwa interaksi berbahasa, (2) tempat, yakni tata letak dan tata atur barang dan orang, dan (3) waktu, yakni tata runtun atau pengaturan urutan waktu/jam dalam peristiwa interaksi berbahasa. Kegiatan merupakan semua tingkah laku yang terjadi dalam interaksi berbahasa. Salah satu kegiatan adalah berbahasa itu sendiri. Akan tetapi, yang termasuk dalam kegiatan itu juga interaksi nonverbal antarpenutur atau antarpecakap. Juga termasuk dalam kegiatan adalah kesan, perasaan, tanggapan, dan persepsi para penutur dan pecakap. Relasi meliputi hubungan antara peserta bicara dan tutur. Hubungan itu dapat ditentukan oleh (1) jenis kelamin, (2) umur, (3) kedudukan: status, peran,prestasi, prestise, (4) hubungan kekeluargaan, (5) hubungan kedinasan: umum, militer, pendidikan, kepegawaian, majikan dan buruh, dan sebagainya. 28 Berdasarkan pemaparan di atas, komponen situasi tutur yang diberikan beberapa ahli tidak ada perbedaan yang sangat mendasar. Letak perbedaannya hanya pada pembagian komponen situasi tutur itu sendiri. D. Prinsip Kerjasama Grice Grice, dalam Rusminto, berpendapat bahwa dalam berkomunikasi seseorang akan menghadapi kendala-kendala yang mengakibatkan komunikasi tidak berlangsung sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dirumuskan pola-pola yang mengatur kegiatan komunikasi. Pola-pola tersebut diharapkan 25 Ibid., hlm Op. Cit., Mulyana, hlm Jos Daniel Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm Ibid., hlm

29 17 dapat mengatur hak dan kewajiban penutur dan mitra tutur sehingga terjadi kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur demi berlangsungnya komunikasi sesuai dengan yang diharapkan. 29 Kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh peserta tutur agar percakapan dapat berjalan lancar, di dalam kajian pragmatik dikenal sebagai prinsip kerja sama. 30 Bagi Grice, kerja sama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai menginterpretasikan kontribusi-kontribusi orang lain. 31 Dengan kata lain, prinsip kerja sama yang dikemukakan Grice diharapkan agar maksud ujaran saat berkomunikasi dapat tersampaikan dengan baik. Rumusan prinsip kerja sama tersebut bunyinya sebagai berikut: Make your conversational contribution such as is required, at the stage at whice it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in whice you are engaged ( Berikanlah kontribusi Anda dalam percakapan sesuai dengan kebutuhan, pada tingkat di mana percakapan tersebut berlangsung, sesuai dengan maksud dan tujuan di mana Anda terlibat ). 32 Grice, dalam Achmad HP, mengungkapkan bahwa di dalam prinsip kerja sama, seorang pembicara harus mematuhi empat maksim. Maksim adalah prinsip yang harus ditaati oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi. 33 Keempat maksim tersebut sebagai berikut: a. Maxims of Quantity: 1) Make your information as informative as required (for the current purpose of exchange), 2) Do not make your contribution more informative than is required 29 Op. Cit., Nurlaksana Eko Rusminto, hlm Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cet. 3, 2009), hlm Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. 1, 2007), hlm Loc. Cit., F.X. Nadar, hlm Achmad HP, Linguistik Umum, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm. 131.

30 18 ( Maksim kuantitas: 1) Berikanlah informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; 2) jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan ). b. Maxims of Quality, 1) Do not say what you believe to be false, 2) Do not say that for which you lack adequate evidence. ( Maksim kualitas: 1) Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; 2) jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai ) c. Maxims of Relevance: Be relevant ( Maksim bergayut: Harap relevan ) d. Maxims of Manner, 1) Avoid obdcurity of expression, 2) Avoid ambiguity, 3) Be brief, 4) Be orderly ( Maksim cara: 1) Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2) Hindari ungkapan yang membingungkan; 3) Hindari ungkapan yang berkepanjangan, 4) Ungkapkan sesuatu secara runtut ). 34 Untuk menjelaskan maksim-maksim tersebut, Grice (1975:47) membuat ilustrasi sebagai berikut: 1) Quantity. If you are assisting me to mend a car, I expect your contribution to be neither more or less than is required; if, for example, at a particular stage I need four screws, I expect you to hand me four, rather than two or six. ( Kuantitas. Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya mengharapkan kontribusi Anda sesuai kebutuhan, tidak lebih, tidak juga kurang. Misalnya, kalau pada saat tertentu saya memerlukan empat sekrup, saya ingin Anda memberikan kepada saya empat sekrup bukannya dua atau enam ) 2) Quality. I expect your contributions to be genuine and not spurious. If I need sugar as an ingredient in the cake you are asking me to make, I do 34 Op. Cit., F.X. Nadar, hlm

31 19 not expect you to hand me salt; if I need a spoon, I do not expect a trict spoon made of rubber. ( Kualitas. Saya mengharapkan kontribusi Anda sungguh-sungguh, bukan palsu. Kalau saya memerlukan gula sebagai bahan pembuat kue yang Anda minta saya membuatnya saya tidak mengharapkan Anda memberikan garam kepada saya; Kalau saya memerlukan sendok, saya ingin sendok sungguhan bukan sendok mainan yang terbuat dari karet ). 3) Relation. I expect a partner s contribution to be appropriate to immediate needs at each stage of the transaction; if I am mixing ingredients for a cake, I do not expect to be handed a good book, or even an oven cloth (though it might be an appropriate contribution at a later stage.) ( Relasi. Saya menginginkan kontribusi pasangan saya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan transaksi; seandaninya saya sedang membuat adonan kue, saya tidak mengharapkan diberi buku. Atau lampin walaupun kontribusi barang-barang ini mungkin sesuai untuk tahapan berikutnya ). 4) Manner. I expect a partner to make it clear what contribution he is making, and to execute his performance with reasonable dispath. ( Cara. Saya mengharapkan pasangan saya menjelaskan kontribusi apa yang diberikan dan melaksanakan tindakannya secara beralasan ). 35 Wijana, dalam Nadar, menjelaskan agar proses komunikasi dapat berjalan lancar diperlukan kerja sama antara penutur dan mitra tutur. Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan kawan bicaranya. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya, didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. 35 Ibid,. hlm

32 20 Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, dan tidak berlebih-lebihan Maksim Kuantitas Maksim ini menyatakan bahwa sebagai pembicara informasi yang kita berikan haruslah seinformatif mungkin, tetapi jangan lebih dan jangan kurang informatif daripada yang diperlukan. Kalau informasinya kurang lengkap akan terjadi salah paham. Perhatikan contoh berikut: (48) A: Tadi malam saya lihat pak Mulyadi sama perempuan. B: Ah, masak. Apa nggak takut ketahuan istrinya. A: Ya, nggaklah, kan perempuan itu istrinya Dalam percakapan ini ada pelanggaran maksim kuantitas karena informasi yang diberikan oleh A kurang dari yang seharusnya. Karena kurangnya informasi ini maka B menjadi salah mengerti. Sebaliknya, kalimat (49) juga melanggar maksim kuantitas tetapi dalam pengertian yang terbalik. Kalau pak Mulyadi adalah orang yang sudah kita kenal, maka informasi seperti pada kalimat (49) ini berlebihan. (49) tadi malam saya lihat pak Mulyadi itu, guru kita, yang mengajar fonetik dan metode dan yang rambutnya gondrong itu sama perempuan. Dengan kata lain, pada maksim ini informasi yang diberikan hendaknya pas tidak kebanyakan dan tidak kesedikitan. 2. Maksim Kualitas Maksim ini membimbing orang untuk tidak mengatakan apa yang menurut dia tidak benar; kita juga hendaknya tidak mengatakan sesuatu yang tidak ada bukti kebenarannya. Kalau seorang pembicara mengujarkan sesuatu dan menurut dia sendiri saja sudah tidak benar, pegangan apa yang dapat dipakai oleh pendengar untuk memahami ujaran memahami ujaran itu? 36 Ibid., hlm. 26.

33 21 Sebagai missal, kalau pembicara tahu bahwa Pak Wijoyo tidak ada di Jakarta karena dia sedang di Leipzig, maka kalimat (50) melanggar maksim kualitas. (50) Pak Wijoyo sekarang ada di Jakarta Begitu pula kalau dia tidak tahu di mana Pak Wijoyo berada, maka kalimat (50) juga melanggar maksim kualitas. Dalam hal yang mana pun pendengar tidak akan pernah tahu apakah yang diucapkan oleh interlokutor dia itu benar atau tidak. Dengan demikian, komunikasi pastilah terganggu. 3. Maksim Hubungan (relation) Pada maksim ini kita diharapkan untuk memberikan informasi yang relevan terhadap ujaran percakapan. Seandainya kita baru saja membeli mobil baru, dan kita menggambarkan mobil itu kepada teman kantor maka informasi seperti (51) tidaklah relevan. (51) mobil itu warnanya merah. Merek catnya kalua nggak salah Danapaint, nomor 3021, dan tiner yang dipakai bukan tiner merek butterfly yang kalengnya hijau, tetapi yang merah dst Informasi mengenai merek cat, nomor cat, warna kaleng untuk tiner, dsb itu tidak relevan dan juga berlebihan dalam konteks gambaran mobil baru itu. Gambaran seperti ini telah keluar dari tujuan percakapan tadi. Begitu juga kalua menurut pembicara si pendengar tidak tahu siapa Mujio itu, maka kalimat (52) tidak mempunyai makna bagi pendengar; baru setelah ditambah dengan informasi yang relevan seperti pada (53) komunikasi tadi tidak terganggu. (52) Mujio mendapat pekerjaan di Trakindo (53) Mujio, ponakan saya yang baru lulus D-III, mendapat pekerjaan di Trakindo

34 22 4. Maksim Cara (Manner) Dalam berkomunikasi, orang juga harus mengungkapkan pikirannya secara jelas. Beda antara kata akan dan dapat, misalnya, dapat menimbulkan gejolak yang besar bila presiden memakai kata dapat sedangkan yang disitir oleh media masa adalah kata akan seperti dalam kalimat (54) berikut (54) Presiden akan memberhentikan Panglima ABRI. Pembicara juga harus menghindar dari kalimat-kalimat yang ambigu. Bila yang protes adalah wanita muda, sedangkan prianya ada yang muda dan ada yang tua, maka kita memakai kalimat (55) dan bukan (56) (55) Men and young women were protesting the new marriage law (56) Young men and women were protesting the new marriage law Karena pada (56) terkandung ambiguitas, yakni, (a) bisa prianya saja yang muda, tetapi juga (b) bisa kedua-duanya. Orang pada umumnya menghindari kekacauan dalam menyatakan peristiwa. Kalimat seperti (57) akan sangat mengganggu pengertian si pendengar. (57) Kemarin kami ke Puncak. Sebelum itu, mampir dulu di Kebun Raya Bogor. Di Puncak kami nginap semalaman. Udaranya enak juga, tidak terlalu dingin. Di Kebun Raya kami lihat bunga bangkai yang kebetulan sedang mekar. Vila yang kami sewa cukup bersih. Bunga bangkai itu 37 E. Hakikat Film Animasi Definisi film menurut UU 8/1992 adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, dan/atau bahan hasil penemuan tekhnologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, 37 Loc. Cit., Soenjono Dardjowidjojo, hlm

35 23 yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. 38 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, film diartikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop) 39 Film atau gambar merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame. Film dan video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap. 40 Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, animasi diartikan sebagai film yang berbentuk rangkaian lukisan atau gambar yang satu dengan lainnya hanya berbeda sedikit sehingga ketika diputar tampak di layar menjadi bergerak. 41 Selain itu, Sumarno menyatakan bahwa film animasi memanfaatkan gambar (lukisan) maupun benda-benda mati yang lain, seperti boneka, meja, dan kursi yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi. 42 Teknik film animasi, selain berguna untuk menciptakan film animasi, ternyata sering berperan dalam pembuatan film iklan, film Pendidikan, penulisan judul, dan susunan nama-nama pendukung produksi film. 43 Kemudian, Manoj Punjabi, pemimpin MD Entertainment dan MD Animation mengungkapkan bahwa film animasi Adit & Sopo Jarwo banyak ditonton karena jenaka, menampilkan anekdot masyarakat menengah, dan memiliki muatan yang lebih berbobot dibanding kebanyakan sinetron Undang-undang Perfilman No. 8 Tahun 1992 Pasal 1 Bab Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm Cecep Kustandi, Media Pembelajaran; Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, cet. 2 Edisi kedua, 2013), hlm Op.Cit., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, hlm Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), hlm Ibid., hlm Luhur Tri Pambudi, Dibalik Serial Animasi Adit Sopo & Jarwo, ( diunduh pada 19 Juli 2018 pukul

36 24 Dapat disimpulkan bahwa film animasi merupakan media komunikasi massa yang khas. Media komunikasi ini menggunakan unsur audio visual yaitu suara dan gambar yang seolah-olah bergerak. Film animasi dikemas semenarik mungkin dengan tujuan tidak hanya menyajikan informasi tetapi juga dapat mempengaruhi sikap. Hal ini sejalan dengan tujuan tayangan film animasi Adit Sopo Jarwo tidak hanya menampilkan jalan cerita yang dapat menarik penonton tetapi juga menyajikan tayangan bermutu atau tayangan yang dapat mengedukasi penonton. F. Penelitian yang Relevan Churin In Nabila (Mahasiswa UIN Jakarta 2014) telah melakukan penelitian dengan judul Prinsip Kerja Sama Grice dalam Humor Dialog Cekakak-Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan prinsip kerja sama serta penyimpangan yang dilakukan sebagai sarana penciptaan humor dan Implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam melakukan penelitian ini, Churin In Nabila menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitiannya yaitu prinsip kerja sama yang digunakan dalam beberapa dialog humor Cekakak-Cekikik Jakarta lebih besar dari pada penyimpangan yang dilakukan. Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama bisa terjadi karena penutur tidak paham dengan konteks pembicaraan, selain itu penyimpangan dilakukan sebagai sarana penciptaan humor, seperti mengkritik, menyindir, dan menghibur. Implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran bahasa Indonesia membantu guru agar proses pembelajaran menjadi baik dan lancar serta meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa di dalam berkomunikasi melalui telepon, kegiatan wawancara maupun diskusi. Persamaaan hasil penelitian yang dilakukan Churin In Nabila dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama-sama mengkaji maksim kerja sama sebagai unsur kajiannnya. Hasil penelitian Churin In Nabila sangat relevan dengan penelitian penulis. Tujuan dari penelitiannya yaitu mendeskripsikan dan

37 25 menganalisis pelaksanaan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang dilakukan dalam dialog. Sedangkan perbedaannya, terdapat pada objek penelitian. Objek penelitian Churin In Nabila terdapat pada humor Cekakak-Cekikik, sedangkan objek penelitian penulis terdapat pada dialog para tokoh dalam film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo. Shinta Mahadewi Buono (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta 2018) telah melakukan penelitian dengan judul Tindak Tutur Ekspresif dalam Serial Adit Sopo Jarwo sebagai Bahan Ajar Alternatif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan wujud dan fungsi tindak tutur ekspresif dalam serial Adit Sopo Jarwo dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar alternative dalam analisis tindak tutur ekspresif dalam serial Adit Sopo Jarwo. Dalam melakukan penelitian ini, Shinta menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya yaitu ditemukan 36 percakapan yang mengandung tindak tutur ekspresif. Terdiri dari 8 tindak tutur ekspresif meminta maaf. 7 tindak tutur ekspresif berterima kasih. 5 tindak tutur ekspresif memberikan maaf. 10 tindak tutur ekspresif memberikan pujian. 1 tindak tutur ekspresif mengucapkan selamat. 5 tindak tutur ekspresif berbela sungkawa. Dan Tindak tutur ekspresif tersebut dapat diajarkan oleh guru bahasa Indonesia pada jenjang sekolah menengah atas mata pelajaran bahasa Indonesia umum kelas X KD 3.7, KD 4.7, 3.14, KD 4.14, sedangkan kelas IX pada KD 3.8 dan KD 4.8. Mata pelajaran bahasa Indonesia peminatan kelas X pada KD 3.2, sedangkan kelas XI pada KD 3.6, KD 3.7, KD 4.7, KD 3.8, dan KD 4.8. Persamaan dari penelitian yang dilakukan Shinta dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu sama-sama mengakaji dialog para tokoh yang terdapat pada film animasi Adit Sopo Jarwo. Perbedaannya, Shinta mengkaji tindak tutur ekspresif sedangkan peneliti mengkaji maksim dalam prinsip kerja sama Grice. Rully Pratistya (Mahasiswa UIN Jakarta 2015) telah melakukan penelitian dengan judul Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Implikatur dalam Acara Debat TV One serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.

38 26 Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam acara Debat TV One dan mendeskripsikan implikatur yang terkandung dalam pelanggaran prinsip kerja sama serta fungsi dari implikatur. Dalam melakukan penelitian ini, Rully menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya yaitu maksim yang sering dilanggar dalam format Debat TV One, urutan sesuai dengan banyaknya pelanggaran yaitu maksim kuantitas, maksim relvansi, maksim cara, dan maksim kualitas. Selanjutnya, ditemukan pelanggaran maksim gabungan, yaitu pelanggaran maksim cara dan maksim kualitas serta pelanggaran maksim kuantitas dan maksim cara. Selain itu, fungsi implikatur yang paling banyak muncul, urutan sesuai dengan banyaknya temuan yaitu menyatakan, menyarankan, menegaskan, dan menyindir. Kemudian, implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di tingkat SMA khususnya kelas X, guru dapat menjelaskan cara membangun komunikasi yang efektif dan santun dalam debat dan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berbicara, khususnya debat. Persamaan dari penelitian yang dilakukan Rully dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama mengkaji teori prinsip kerja sama Grice. Perbedaannya, Rully mengkaji pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur dalam acara Debat TV One sedangkan peneliti mengkaji pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dalam film animasi Adit Sopo Jarwo.

39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada Selasa, tanggal 17 Juli 2018 dengan judul episode Ojek Payung Bikin Bingung. Adapun untuk mengolah dan menganalisis data tersebut yaitu dimulai dari bulan Februari 2019 sampai dengan April B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor, dalam Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 1 Selanjutnya, metode penelitian kualitatif menurut Lincoln dan Guba, dalam pedoman penulisan skripsi FITK, disebut sebagai Naturalistik Inquiry. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar atau setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti. 2 Selanjutnya Arikunto, dalam Mulyana memaparkan bahwa metode deskriptif dapat digunakan untuk memerikan, menggambarkan, menguraikan, dan menjelaskan fenomena objek penelitian. Dalam kajiannya, metode ini menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (apa adanya). 3 Berdasarkan hal tersebut, dalam metode deskriptif kualitatif ini, penelitian berpusat pada tuturan para tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Dekan FITK, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2014), hlm Mulyana, Kajian Wacana; teori, metode, & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, cet. 1, 2005), hlm

40 28 pematuhan maksim kerja sama Grice dan yang melanggar maksim kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. C. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Sebagaimana teori metodologi dalam Mahsun, metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. 4 Pengumpulan data dalam metode simak diwujudkan melalui teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap. Dalam arti, peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. 5 Teknik sadap dalam penelitian ini yaitu penyimakan dilakukan dengan menyimak seluruh tuturan para tokoh pada film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Peneliti mendengarkan, menyimak, memahami, dan melihat film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung secara berulang-ulang. Langkah selanjutnya, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap, maksudnya si peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. 6 Dalam pelaksanaannya, peneliti mendengarkan, menyimak, memahami, dan melihat film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung secara berulang-ulang, kemudian dilanjutkan dengan mentranskip tuturan para tokoh yang nantinya akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Setelah melakukan teknik simak bebas libat cakap, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Peneliti mencatat transkip tuturan para tokoh film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung pada lembar kertas 4 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi, Metode, dan tekniknya, (PT RajaGrafindo Persada, 2005), hlm Ibid. 6 Ibid., hlm. 93.

41 29 yang disediakan. Pada saat pencatatan transkip tuturan para tokoh, peneliti mendengarkan, menyimak, memahami, dan melihat secara saksama. Tahap ini bertujuan untuk memahami keseluruhan jalan cerita pada film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Dalam pelaksanaannya, peneliti memutar kembali film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung dan mencatat sedikit demi sedikit tuturan para tokoh pada lembar kertas yang telah disediakan untuk mendapatkan transkip tuturan para tokoh secara keseluruhan. Setelah transkip tuturan sudah selesai dicatat, peneliti mencocokkan kembali, peneliti kadang perlu untuk menghentikan beberapa saat adegan film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung dan memastikan tuturan para tokoh sesuai dengan transkip data yang telah peneliti catat. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang untuk memperoleh keakuratan data. Setelah data terkumpul, data tersebut selanjutnya dipilah-pilah ke dalam tuturan yang terdapat maksim kerja sama Grice pada film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Setelah diperoleh hasil proses identifikasi data, tahap selanjutnya mengklasifikasikan atau menggolongkan data tuturan ke dalam maksim-maksim kerja sama Grice yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerja sama Grice. Peneliti menandai dengan bolpoin warna dan memberi kode pada setiap tuturan percakapan para tokoh sesuai dengan maksim-maksim kerja sama Grice. Maksim-maksim tersebut yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selanjutnya, membuat kartu analisis kerja. D. Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan ekstralingual. Metode padan ekstralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa. 7 Teknik analisis yang digunakan pada analisis ini adalah 7 Ibid., hlm. 120.

42 30 teknik hubung banding menyamakan, teknik hubung banding membedakan, dan teknik hubung banding menyamakan hal pokok. Peneliti membanding-bandingkan bagaimana tuturan percakapan itu dihasilkan, selanjutnya mengelompokan sesuai dengan maksim prinsip kerja sama Grice dengan prinsip menyamakan yang sama dan membedakan yang berbeda, kemudian mencari kesamaan hal pokok mengenai pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dari pembedaan dan penyamaan yang dilakukan. Adapaun langkah-langkah dalam melakukan analisis data adalah sebagai berikut. 1. Membuat kartu data pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama. 2. Melakukan pembacaan terhadap hasil transkrip data yang telah dilakukan dengan metode dan teknik pengumpulan data. 3. Mengisi hasil temuan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung ke dalam kartu data. 4. Melakukan verifikasi data dengan menggunakan transkrip data maupun sumber data film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung terhadap kartu data. 5. Menganalisis pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. 6. Membahas data hasil analisis berdasarkan teori pragmatik, prinsip kerja sama Grice, dan teori SPEAKING.

43 31 E. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung dengan durasi 7 menit 29 detik diunduh dari ( 2. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah transkrip tuturan para tokoh film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung yang terdapat pematuhan maksim kerja sama Grice dan pelanggaran maksim kerja sama Grice. F. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. 8 Peneliti yang mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis penggunaan maksim kerja sama Grice yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice. Peneliti juga dibantu dengan analisis (kartu data) yang memuat tuturan para tokoh pada film animasi Adit, Sopo, dan Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Dalam kartu data, peneliti melakukan pengelompokan maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice. Seperti tabel di bawah ini. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 305.

44 32 Tabel 1 Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Prinsip Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung No Kutipan Dialog PMG PLMG Keterangan PMG : Pematuhan Maksim Grice PLMG : Pelanggaran Maksim Grice

45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, yaitu gambaran umum film animasi Adit Sopo Jarwo, penyajian data pematuhan dan pelanggaran maksim kerja sama Grice dalam film animasi, analisis pematuhan dan pelanggaran maksim kerja sama Grice dalam film animasi, pembahasan, dan implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. A. Gambaran Umum Film Animasi Adit Sopo Jarwo MD Animation adalah bagian dari MD Entertainment yang telah sukses terlebih dahulu di dunia sinetron dan film layar lebar. MD Animation merupakan pembuat serial animasi Adit Sopo Jarwo. 1 Dibentuk oleh Manoj Punjabi bersama Dana Riza. MD Animation didirikan sejak 2012 dan sudah menghasilkan karya yang memiliki hak cipta atau intectual property sebanyak 6 title antaranya Tendangan Halilintar, Adit Sopo Jarwo, Pasukan Pelangi, Cherrybelle, D Banditoz, Markas Impian. 2 Film animasi Adit Sopo Jarwo dikerjakan hampir 1,5 tahun, mulai digodog Juni 2012, diluncurkan Januari 2014, dan mendapat sambutan pasar yang luar biasa dengan rating hingga 22 persen. 3 Film animasi Adit Sopo Jarwo mulai dirilis pada 27 Januari 2014 dan pertama kali tayang di MNCTV. Dengan disutradarai oleh Dana Riza serta melibatkan 250 animator di dalamnya. Selain itu, film animasi yang pernah tayang di TRANS TV juga pernah memenangkan Anugerah KPI 2017 pada episode Ojek Payung Bikin Bingung. Film ini menceritakan tentang kisah persahabatan Adit, Dennis, Mitha, Devi juga si mungil Adelya. Adit muncul sebagai penggerak, motivator juga 1 Tim MD Animation. About Us, ( diakses pada tanggal 19 Juli 2018, pukul Herning Banirestu, Ambisi Dana Riza Membesarkan MD Animation, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Ibid., Ambisi Dana Riza Membesarkan MD Animation 33

46 34 inspirator bagi teman temannya. Adanya sosok bang Jarwo dan sopo, akan menjadi lebih seru karena mereka selalu berselisih paham dengan Adit dan temantemannya. Selain itu, ada pula sosok Haji Udin, yang menjabat sebagai ketua RW yang telah menjabat selama belasan tahun. Sosok bijaksananya menjadi penengah antara Sopo Jarwo dan Adit dan teman-teman. Petuah bijak yang disampaikannya dengan ringan dan lugas mampu mengembalikan suasana gaduh menjadi teduh. 4 a. Karakter Tokoh-Tokoh 1. Adit adalah seorang anak yang memiliki keluarga sempurna, tinggal bersama Ayah yang sering lupa, Bunda yang disiplin dan perhatian serta memiliki adik perempuan kecil bernama Adel. Adit selalu memberi semangat dan dukungan saat menghadapi masalah. 2. Adel adalah seorang anak kecil yang belum bisa berbicara dan hanya ada tiga orang saja yang bisa memahami perkataannya yaitu Adit, Sopo, dan Haji Udin. 3. Denis adalah teman bermain Adit. Karakter denis bertolak belakang dengan Adit. Denis selalu diliputi ketakutan dan ketidakpercayaan diri. 4. Jarwo adalah pria asal Semarang yang ikut kakaknya merantau ke Jakarta. Cita-citanya menjadi tantara tidak kesampaian, karena itu dia sering memperlakukan Sopo sebagai prajurit anak buahnya. Jarwo menumpang di rumah kakak perempuan dan suaminya di Kampung Karet Berkah dan bekerja serabutan. 5. Sopo adalah pria yang berasal dari Brebes. Pernah menjadi kuli angkut di Stasiun Cirebon. Dia suka membantu orang dengan senang hati dan tulus. Sopo tidak lulus SD. Dia anak ke-11 dari 12 bersaudara. 6. Haji Udin adalah ketua RW yang semasa muda menjadi anggota geng motor. Di balik baju koko yan kerap dia pakai, badannya 4 Tim MDentertainment, Adit Sopo Jarwo, ( diakses pada 21 April pukul

47 35 penuh tato. Sepeda motor yang diagunakan semasa muda kini diberikan kepada Jarwo. Sosok Haji Udin dihadirkan untuk memberi nasehat kepada Jarwo dan Sopo. 7. Kang Ujang adalah penjual bakso asal garut yang sering menjadi korban Jarwo. Jarwo dan Sopo kerap harus membantu Kang Ujang mencuci mangkok bakso untuk membayar hutang-hutang mereka. 5 b. Prestasi Film Animasi Adit Sopo Jarwo 1. Pemenang Anugerah KPI 2017 kategori program animasi yang berjudul Adit Sapo Jarwo Eps. Ojek Payung Bikin Bingung (Trans TV) 6 2. Panasonic Gobel Awards 2017 kategori program Anak dan Animasi yang tayang di MNC TV Dompet Dhuafa Award 2015 sebagai media yang memberi inspirasi dan edukasi bagi masyarakat, yakni program animasi Adit Sopo Jarwo di MNC TV Program animasi Adit Sopo Jarwo yang tayang di MNC TV mendapat pernghargan di Anugerah Peduli Pendidikan (APP) 2015 Adit & Sopo Jarwo dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk kategori program acara media televisi sub kategori Film dan Animasi Adit Sopo Jarwo terpilih menjadi duta Hari Film Nasional Dewanto Samodro, Melongok ke Dapur Adit & Sopo Jarwo, ( diakses pada 21 April 2019 pukul RG, Inilah Para Nominasi Penerima Anugerah KPI 2017, ( diakses pada tanggal 19 Juli 2018, pukul Vania Ika Aldida, PGA 2017: Tim Adit sopo Jarwo Persembahkan Penghargaan untuk Anak Indonesia, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul Gunawan Wibisono, Program Adit Sopo Jarwo di MNCTV Raih Dompet Dhuafa Award, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul Siap Bangun Negara, Adit dan Sopo Jarwo Raih Anugerah Peduli Pendidikan 2015, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul Akhyari Hananto, Serial-serial Animasi Asli Produksi Indonesia. Yuk Dukung, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul

48 36 6. Berhasil masuk 5 besar nominasi Festival Film Indonesia (FFI 2014) Film Animasi Terbaik di Anti Corruption Film Festival (ACFF 2014). Kategori film pendek animasi Adit & Sopo Jarwo Ojek Payung Bikin Bingung karya IR Wardana Riza, Jakarta. 12 B. Penyajian Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Penyajian data pematuhan dan pelanggaran maksim kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo. Data diperoleh setelah peneliti mencari, menemukan, mengumpulkan, dan menganalisis penggunaan maksim kerja sama Grice yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerja sama Grice. Durasi film animasi 7 menit 29 detik. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 16 pematuhan maksim kerja sama Grice dan 8 pelanggaran maksim kerja sama Grice di dalam film animasi Adit Sopo Jarwo. Di antaranya, 6 pematuhan maksim kuantitas, 1 pematuhan maksim kualitas, 3 pematuhan maksim relevansi, dan 6 pematuhan maksim cara, serta 2 pelanggaran maksim kuantitas, 4 pelanggaran maksim relevansi, 3 pelanggaran maksim cara. Keseluruhan akan dirinci dalam tabel sebagai berikut Tabel 2 Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Kerja Sama Grice dalam Film Animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung No Kutipan Dialog PMG PLMG (Pagi hari di perkampungan, Jarwo dan Sopo Maksim 1. sedang memesan bakso di lapak bakso kang Maksim kuantitas Ujang) relevansi Jarwo (P): eh Kang! 11 Arindra Meodia, Ini dia nominasi Festival Film Indonesia 2014, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul Aghnia Adzkia, Adit & Sopo Jarwo Lolos Nominasi Festival Film Antikorupsi, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul

49 Kang Ujang (M): (terkejut) Jarwo (P): saya baksonya yang kecil-kecil aja ya, Kang. biar dapet banyak hehe Sopo (P): saya juga ya, bos. hehe Kang Ujang (M): nih! (sambil memberikan mangkok berisi kuah bakso) Jarwo (P): weh.. lah kok kuahnya doang! Kang ujang iki piye toh? Kang Ujang (M): ini teh udah disesuaikan dengan hutang yang ada. Di manamana juga kalau banyak hutang tuh harus prihatin jangan terlalu ngarepin. Ngerti! Jarwo (P): haduh (Di seberang lapak bakso kang Ujang) Ibu berbaju merah muda (P) : ini.. nitip buat ibu kamu, ya! Payung Anak kecil (M) : he em (menganggukkan kepala) Ibu berbaju merah muda (P) : sama arisan bulan ini ya! Anak kecil (M) : iyaa iya makasih (Bang jarwo menggebrak meja karena punya ide dan yang lain terkejut) Jarwo (P) : (gebruk!) Sopo dan kang ujang (M) : MasyaaAllah Jarwo (P) : ojek payung! (ide muncul) Sopo! Sopo (M) : iya, bos. Jarwo (P) : ayo kita let s go! Kita bakal jadi pengusaha ojek payung terbesar di Maksim kuantitas Maksim kuantitas Maksim relevansi

50 38 kampung ini hehehe ayo cepetan! (Denis lewat depan rumah Adit) Denis (P) : mau ke mana, dit? 4. Adit (M) : mau beli terigu, den. Buat bunda bikin kue. Maksim kuantitas Maksim kuantitas Denis (P) : oh aku ikut ya? Adit (M) : oke (di pinggir jalan perkampungan) Jarwo (P) : pak, ojek payungnya, pak. Ojek payung biar gak kepanasan Biar gak hehe maaf loh hehe Kulitnya gak tambah hitam. (tuturan 5. Jarwo dipotong bapak bertopi merah) Bapak bertopi merah (M) : hey! Memang kulit Maksim cara beta so hitam dari sana.. beta tinggal di pulau Boeruh dari kecil so mandi di laut panas. Jarwo (P) : aduh.. i..i.. iya (di pinggir jalan perkampungan) Jarwo (P) : ojek payungnya, bu.. Ojek payung biar ngga kepanasan sama biar gak jadi.. (tuturan Jarwo dipotong Maksim 6. ibu berbaju hijau) Ibu berbaju hijau (M) : ah! Kamu pasti mau nipu saya, ya! Udah.. ngga gak sana Maksim cara Relevansi Maksim sana sana.. saya gak mau pake- cara pake gitu-gituan segala. (pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo)

51 39 7. Jarwo (P) : aaa.. gini-gini, bu. (sambil sedikit berlari untuk mengejar ibu berbaju hijau) Kalau ojek payungnya saya kasih bonus dengan ojek motor gimana, bu? Hehe Ibu berbaju hijau (M) : hmmm tapi berapa? Ntar mahal lagi. Jarwo (P) : gini.. berhubung masih dalam bulan promosi.. jadi.. cuma.. sepuluh ribu aja gimana? Hehe Ibu berbaju hijau (M) : hmmm boleh deh Ke pasar ya, bang Jarwo (P) : beres bu beres. Hehe alhamdulillah penglaris hehe (berbicara dengan diri sendiri sambil buka payung) Waduh.. Waduh.. wah kok macet.. waduuh Jarwo (P) : Sopo! Sopo! ini gimana ini kok payungnya gak bisa ke buka ini loh Sopo (M) : oh (bingung) Ibu berbaju hijau (M) : hah (kecewa sambil pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) (Sopo dan Jarwo mengejar Ibu berbaju hijau) Jarwo (P) : bu Sopo (P) : bu Ibu berbaju hijau (M) : eh (kaget) Jarwo (P) : maaf kalau gitu ini kan ada sedikit masalah ya.. naik ojek motornya aja gimana, bu? Ibu berbaju hijau (M) : Hem (memalingkan wajah dan pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Maksim cara

52 40 Sopo (P) : a (bingung) Jarwo (P) : eh eh eh bu.. lah (Jarwo berlari menuju motor yang diparkirnya dan melemparkan payung ke Sopo) Jarwo: haduuh.. lah.. eh.. ada-ada aja pake mogok lagi.. (Sopo menghampiri Jarwo) Sopo (M) : yang sabar ya bos 8. Jarwo (P) : heh! Ngoceh aja. Kejar sana ibu itu, jangan sampai pergi. Bilangin bentar lagi Maksim relevansi Maksim relevansi juga motornya nyala. Buruan! Sopo (M) : sekarang, Bos? Jarwo (P) : terserah (kesal) Sopo (M) : (angguk kepala) Jarwo (P) : (semakin kesal) hiiiii Sopo (M) : oh iya bos, iya bos (sambil membawa payung) (sopo berlari mengejar ibu berbaju hijau) Sopo (P) : bu.. (sambil garuk kepala) 9. Ibu berbaju hijau (M) : apa? Sopo (P) : anu bu.. mmm kata.. kata bos Jarwo bentar lagi motornya udah nyala kok, bu. Maksim kuantitas Ibu berbaju hijau (M) : heah (menghela napas dan memalingkan wajah) (tiba-tiba Adit, Adel, Denis lewat dan Maksim menghampiri Sopo kemudian bertanya) kuantitas 10. Adit (P) : ada apa, bang Sopo? Sopo (M) : ini loh, dit.. tadi nawarin payung. Maksim Tapi payungnya rusak, dit. cara

53 41 Adit (P) : oh.. pake yang ini aja payungnya.. (sambil mengambil payung yang berada di kemudi kanan Adit) Adit (P) : Ini bu pake aja. Ibu berbaju hijau (M) : wah terima kasih ya, dit. Adit (P) : iya sama-sama, bu. Ibu berbaju hijau (M) : nanti dari pasar saya ke rumah deh Adit (P) : iya bu iya Sopo (M) : tapi.. Adit (P) : bang Sopo adit pulang aja yah udah ditungguin bunda soalnya. Sopo (M) : i.. iya dit iya. Ati-ati ya, dit. (Adit meninggalkan Sopo dengan mengendarai 11. sepedanya kemudian melewati Jarwo) Adit (P) : jangan menyerah ya, bang Jarwo. Maksim relevansi Jarwo (M) : heh kamu lagi! (Sopo menghampiri Jarwo) 12. Jarwo (P) : loh? Sopo! Ibu yang tadi mana? Sopo (M) : m m m m (bingung) Jarwo (P) : (kesal sambil mukul-mukul Maksim kuantitas motornya) hi.. ih ih ih (di pinggir jalan perkampungan, Sopo dan Jarwo akhirnya bertemu dengan Adit, Denis, dan Adel) 13. Jarwo (P) : heh, Adit! Adit (M) : ada apa, bang Jarwo? Maksim cara Maksim cara Jarwo (P) : kamu itu loh. Masa gak punya perasaan bersalah. Kamu itu harus ganti rugi sama saya.

54 42 Adit (M) : hah (kaget) Denis (M) : ganti rugi? Adit (M) : ganti rugi apaan sih, bang? Adel (M) : a.. a.. a.. (menampilkan ekspresi wajah kesal) Jarwo (P) : loh ini anak loh bener-bener ya.. udah gak punya rasa bersalah. Gak punya sopan santun lagi. Adit (M) : hah (tambah bingung) Jarwo (P) : tadi itu loh ibu yang tadi itu. Itu calon pelanggan ojek payung saya. Lah gara-gara kamu.. ngasih payung ke dia.. hilang semua.. lah pokoknya kamu harus ganti rugi tiga puluh kali lipat! Sama itu kalian, payungnya siniin. Adit (M) : wah nggak bisa gitu dong, bang. Denis (M) : he eh he eh (menganggukanggukkan kepala) Adit (M) : kan Adit gak ada maksud apa-apa. Cuma mau bantuin doang kok. Jarwo (P) : itu dia.. itu. Mana ada gak ada maksud apa-apa tapi kok malah ngerugiin saya. Pokoknya ganti rugi. Denis (P) : (berbisik ke Adit) ih kita kabur aja deh. Adit (M) : engga ah, bang! Adit pulang dulu ya. Udah ditungguin bunda nih (sambil mulai mengayuh sepeda) Jarwo (P) : eh adit itu payungmu siniin eh. (Adit, Denis, dan Adel pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo)

55 (tiba-tiba pak Haji muncul dari gang) Jarwo: (kaget) weh Sopo: eh Jarwo (P) : ada bang haji hehe haduh.. anu bang.. anu gini.. Pak Haji (M) : iyee.. ane paham! Tadi Adel juga udah cerita.. (menoleh kea rah Adel) Pak Haji (P) : gimana, Del? Adel (M) : tca.. tcu.. tca.. tcu.. tca.. tcu.. Pak Haji (P) : Jarwo.. Jarwo.. ya kagak bisa gitu dong. Masa Adit suruh ganti rugi. (Jarwo garuk-garuk kepala) Pak Haji (P) : heem ini lagi nih (melihat ke payung yang dibawa Sopo) pantesan dari tadi ane cari nih payung. Kagak taunye ente yang bawa. Jarwo (M) : ya.. tapi payungnya juga gak bisa dipake kok, bang. Pak haji (P) : yang bener? Coba sini, Sopo! Payungnya ane pinjem dulu bentar. Sopo (M) : ini, pak haji. (payung terbuka dan semua terkejut) Jarwo (M) : weh (kaget) Pak Haji (P) : nih bisa, wo. Makanye lain kali kalau mau pinjam ntuh izin dulu.. niat usahanye sih udeh bener tapi caranye juga harus bener. Paham! Jarwo (M) : iya paham.. paham deh. (sambil garuk kepala) Maksim kualitas Maksim relevansi Maksim cara

56 Yang lain tertawa- (di warung bakso kang Ujang) Jarwo (P) : gimana, Sopo? Eh.. lumayan toh kita Sopo (M) : Alhamdulillah.. Jarwo (P) : siji, loro, telu, papat, limo nih pegang! Sopo (M) : (diam) Jarwo: (menghitung uang kembali) enem, pitu, wolu, so eh wet wet (uangnya beterbangan) Jarwo (P) : itu eh sopo itu duitnya itu terbang semua itu.. eh.. Sopo (M) : uangnya, bos.. uangnya (berlari mengejar uang yang terbang) Jarwo: aduh.. duh gusti.. uangnya aduh huhu duitnya.. (sambil berlari mengejar uang) Adit: bang Jarwo.. bang Jarwo.. (Adit, Denis, Adel tertawa) Maksim cara KETERANGAN: PMG : Pematuhan Maksim Grice PLMG : Pelanggaran Maksim Grice P : Penutur M : Mitra tutur

57 45 C. Analisis Data Pematuhan dan Pelanggaran Maksim Grice dalam Film Animasi Tabel 2 1. Percakapan pada kolom nomor 1 Jarwo (P) Kang Ujang (M) Jarwo (P) Sopo (P) Kang Ujang (M) Jarwo (P) Kang Ujang (M) Jarwo (P) : eh Kang! : (terkejut) : saya baksonya yang kecil-kecil aja ya, Kang. biar dapet banyak hehe : saya juga ya, bos. hehe : nih! (sambil memberikan mangkok berisi kuah bakso) : weh.. lah kok kuahnya doang! Kang ujang iki piye toh? : ini teh udah disesuaikan dengan hutang yang ada. Di mana-mana juga kalau banyak hutang tuh harus prihatin jangan terlalu ngarepin. Ngerti! : haduh S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, lapak bakso kang Ujang, suasana di sekitar lapak ramai dan kondusif. Suasana di lapak bakso kang Ujang tidak ada pembeli yang membeli selain Jarwo dan Sopo. Jarwo dan Sopo mengutarakan tuturan dengan malu-malu dan penuh harap, pada tuturan berikutnya Jarwo bertanya dengan sedikit kesal dan seirus, sedangkan kang Ujang menjelaskan dengan tegas, sedikit kesal, dan penuh perhatian. Hubungan di antara Jarwo dan Sopo sudah sangat dekat. Mereka bersahabat. Jarwo menganggap Sopo sebagai prajurit atau anak buah, sedangkan Sopo menganggap Jarwo sebagai komandan atau bos. Hubungan Jarwo dan kang Ujang juga dekat karena saling membutuhkan dan

58 46 P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) kenal sudah cukup lama. Jarwo dan Sopo sering berhutang kepada kang Ujang. Kang Ujang juga sering meminta bantuan Jarwo dan Sopo. : Jarwo, Sopo, dan Kang Ujang. : Jarwo ingin diberikan atau dihidangkan bakso yang berukuran kecil agar dapat banyak. Namun, kang Ujang menyajikan kuah baksonya saja karena bermaksud untuk mengingatkan Jarwo yang masih memiliki hutang. Sopo bermaksud menimpali tuturan Jarwo. : bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan topik pembicaraan mengenai Jarwo yang menginginkan diberikan bakso kecil-kecil. Sedangkan kang Ujang menginginkan Jarwo menyadari bahwa Jarwo masih memiliki hutang. : Jarwo dan Sopo mengutarakan tuturan dengan malu-malu dan penuh harap, pada tuturan berikutnya Jarwo bertanya dengan serius terhadap maksud kang Ujang yang hanya memberikan kuah bakso. Sedangkan kang Ujang menjawab pertanyaan Jarwo dengan kesal. Sopo menimpali tuturan dengan santai dan malu-malu. : Jalur lisan : Jujur dan tegas : Narasi dan Argumentasi Konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di lapak bakso kang Ujang dengan keadaan sekitar lapak ramai, banyak warga yang lewat di sekitar lapak bakso kang Ujang, sedangkan di lapak bakso kang Ujang tidak ada pembeli lain selain Jarwo dan Sopo. Peserta pertuturan terdiri dari Jarwo, Sopo, dan kang Ujang. Pertuturan di atas melanggar maksim kuantitas karena mitra tutur tidak

59 47 memberikan kontribusi sesuai yang diharapkan penutur. Mitra tutur memberikan jawaban kurang dari yang seharusnya. Hal ini bisa dilihat ketika kang Ujang tidak menjawab sapaan atau panggilan Jarwo. Kang Ujang hanya terkejut mendengar sapaan Jarwo. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Grice yang berbunyi Make your information as invormative as required (for the current purposes for exchange), yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan). 13 Selain itu Grice juga membuat ilustrasi terhadap maksim kuantitas, yaitu If you are assisting me to mend a car, I expect your contribution to be neither more or less than is required;, yang diartikan oleh Nadar ( Kuantitas. Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya mengharapkan kontribusi Anda sesuai kebutuhan, tidak lebih, tidak juga kurang. ). 14 Tuturan atau jawaban yang diberikan mitra tutur tidak sesuai dengan ilustrasi yang diberikan Grice. Mitra tutur memberikan kontribusi kurang dari yang diharapkan penutur. Selain itu, pertuturan di atas juga melanggar maksim relevansi karena kang Ujang hanya menyajikan kuah bakso saja padahal maksud atau tuturan Jarwo mengharapkan agar kang Ujang memberikannya bakso yang berukuran kecil-kecil sehingga Jarwo menjadi salah paham dan bertanya dengan nada suara yang sedikit tinggi. Hal ini dapat dikatakan bahwa kang Ujang memberikan kontribusi yang tidak relevan dengan harapan atau maksud pertuturan Jarwo. Sesuai dengan teori Grice yang berbunyi Be relevant yang diartikan oleh Nadar ( Harap relevan ). 15 Selain melanggar maksim relevansi, pertuturan di atas juga mematuhi maksim relevansi, setelah Jarwo menanyakan maksud kang Ujang yang hanya memberikan kuah bakso, melalui pertanyaan Kang ujang iki piye toh?. Jawaban atau penjelasan yang diberikan kang Ujang menjadi relevan karena Jarwo memiliki pengetahuan yang sama. Jarwo mengerti maksud kang Ujang yang kesal karena Jarwo masih memiliki hutang. Hal ini sesuai dengan Wijana, dalam Nadar 13 Op.Cit., F.X. Nadar, hlm Ibid., hlm Ibid.

60 48 yang mengatakan bahwa maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan Percakapan pada kolom nomor 2 Ibu berbaju merah muda (P) : ini.. nitip buat ibu kamu, ya! Payung Anak kecil (M) : he em (menganggukkan kepala) Ibu berbaju merah muda (P) : sama arisan bulan ini ya! Anak kecil (M) : iyaa iya makasih S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) : Pagi hari, di pinggir jalan seberang lapak bakso kang Ujang, suasana ramai dan kondusif. Hubungan antara Ibu berbaju merah muda dengan anak kecil cukup dekat, sehingga ibu berbaju merah muda percaya kepada anak kecil. : Ibu berbaju merah muda dan anak kecil : Ibu berbaju merah muda bermaksud untuk menitipkan payung dan uang arisan. Anak kecil bermaksud untuk sungguh-sungguh menyampaikan pesan dari ibu berbaju merah muda. : bentuk ujaran yang digunakan merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai payung dan uang arisan yang dititipkan kepada anak kecil. : Ibu berbaju merah muda memberikan pernyataan berupa kalimat perintah dengan sungguh-sungguh dan anak kecil juga menyampaikan ujarannya dengan sungguh-sungguh. : Jalur lisan : Serius, sopan, dan bersahabat : Narasi Pertuturan di atas telah mematuhi maksim kuantitas karena mitra tutur memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhan penutur. Jawaban atau tuturan 16 Ibid., hlm

61 49 yang diberikan anak kecil di atas cukup dan relatif memadai sehingga percakapan mengikuti ketentuan maksim kuantitas yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice yang berbunyi Do not make your contribution more informative than is required, yang diartikan oleh Nadar ( Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan ). 17 Ibu berbaju merah muda mengharapkan agar anak kecil dapat menyampaikan titipannya kepada ibu dari anak kecil itu. Kemudian, anak kecil memberikan jawaban dengan sungguh-sungguh dan sopan serta cukup dan relatif memadai. 3. Percakapan pada kolom nomor 3 Jarwo (P) Sopo dan kang ujang (M) Jarwo (P) Sopo (M) Jarwo (P) : (gebruk!) : MasyaaAllah : ojek payung! (ide muncul) Sopo! : iya, bos. : ayo kita let s go! Kita bakal jadi pengusaha ojek payung terbesar di kampung ini hehehe ayo cepetan! S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) : Pagi hari, di lapak bakso kang Ujang, suasana ramai dan kondusif. Suasana di lapak bakso kang Ujang tidak ada pembeli selain Jarwo dan Sopo. Jarwo dan Sopo mengutarakan tuturan dengan penuh semangat, sedangkan Sopo menjawab dengan langsung. Hubungan di antara Jarwo dan Sopo sudah sangat dekat. Jarwo menganggap Sopo sebagai prajurit atau anak buah. : Jarwo dan Sopo : Jarwo menginginkan Sopo untuk ikut dengannya karena Jarwo memiliki ide untuk menjadi pengusaha ojek payung. Sopo bermaksud menurut kepada Jarwo. 17 Ibid., hlm 24.

62 50 A (Bentuk dan isi ujaran) : bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai keinginan Jarwo menjadi pengusaha ojek payung dan berharap agar Sopo dapat ikut dengannya. K (Nada, cara, semangat) : Jarwo menyampaikan ujarannya dengan penuh semangat, begitu juga dengan Sopo menjawab sapaan atau panggilan Jarwo dengan semangat. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Akrab dan terbuka G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks di atas terjadi pada pagi hari, di lapak bakso kang Ujang dengan keadaan sekitar lapak ramai dan kondusif, suasana dalam pertuturan di atas cukup hangat, semangat, dan bersahabat. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim kuantitas karena mitra tutur memberikan kontribusi jawaban yang cukup dan relatif memadai sehingga percakapan mengikuti ketentuan maksim kuantitas yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice yang berbunyi Do not make your contribution more informative than is required, yang diartikan oleh Nadar ( Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan ). 18 Selain itu, Sopo memang sangat penurut terhadap seluruh perintah Jarwo karena Sopo sudah lama mengenal Jarwo dan telah menganggapnya sebagai sahabat. 4. Percakapan pada kolom nomor 4 Denis (P) : mau ke mana, dit? Adit (M) : mau beli terigu, den. Buat bunda bikin kue. Denis (P) : oh aku ikut ya? Adit (M) : oke S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, halaman rumah Adit, suasana tenang dan kondusif. Adit menjawab pertanyaan dengan hati yang senang, ditandai dengan wajah yang berseri. Denis bertanya dengan wajah berseri. 18 Ibid., hlm 24.

63 51 dengan Hubungan antara Adit dan Denis sebagai sahabat. Mereka bersabat sedari kecil dan selalu bermain bersama. P (Peserta tutur) : Denis dan Adit. E (Maksud dan tujuan) : Denis ingin mengetahui Adit akan pergi ke mana. Sedangkan Adit memperbolehkan Denis ikut dengannya. A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai keinginan Denis untuk ikut bersama Adit. K (Nada, cara, semangat) : Denis bertanya dengan semangat dan senang, Adit pun memberikan jawaban dengan senang. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Ramah dan bersahabat G (Bentuk penyampaian) : Narasi Konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, ketika itu Denis memakai payung biru melewati rumah Adit dengan keadaan sekitar tenang dan kondusif karena tidak terlihat banyak kendaraan dan orang yang lewat. Pertuturan di atas melanggar maksim kuantitas karena mitra tutur memberikan jawaban yang berlebihan dengan menambahkan jawaban buat bunda bikin kue. Padahal hanya menanyakan mau pergi ke suatu tempat. Selain itu, pertuturan di atas telah mematuhi maksim kuantitas karena mitra tutur memberikan jawaban yang cukup dan relatif memadai. Denis ingin ikut ke mana Adit pergi dan Adit menjawab dengan singkat dan sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan penutur. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Grice yang berbunyi Make your information as invormative as required (for the current purposes for exchange), yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan) Ibid., hlm. 24.

64 52 5. Percakapan pada kolom nomor 5 Jarwo (P) Bapak bertopi merah (M) Jarwo (P) S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) : pak, ojek payungnya, pak. Ojek payung biar gak kepanasan Biar gak hehe maaf loh hehe Kulitnya gak tambah hitam. (tuturan Jarwo dipotong bapak bertopi merah) : hey! Memang kulit beta so hitam dari sana.. beta tinggal di pulau Boeruh dari kecil so mandi di laut panas. : aduh.. i..i.. iya : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana ramai. Hubungan antara Jarwo dengan bapak bertopi merah tidak saling mengenal sebelumnya. Pertama kali mereka dipertemukan di jalan. : Jarwo dan bapak bertopi merah : Jarwo bermaksud menawarkan jasa ojek paying dengan sungguh-sungguh dan penuh harap, sedangkan bapak bertopi merah bermaksud memberitahukan mengapa kulitnya hitam dengan sedikit perasaan tersinggung. : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangkan isi ujaran mengenai penawaran jasa ojek payung. : Jarwo menawarkan dengan sungguh-sungguh, sedangkan bapak bertopi merah menjawab dengan kesal karena tersinggung. : Jalur lisan : Jujur dan serius : Narasi Pertuturan di atas melanggar maksim cara karena penutur memberikan ungkapan yang tidak jelas dan membingungkan sehingga mitra tutur menjadi salah paham. Konteks pertuturan terjadi pada siang hari di pinggir jalan

65 53 perkampungan dengan keadaan sekitar ramai karena banyak warga yang hilir mudik lewat di jalan. Ketika itu, Jarwo menawarkan jasa payung kepada bapak bertopi merah yang lewat di depannya. Maksud Jarwo ingin menawarkan jasa ojek payung agar bapak bertopi merah tidak kepanasan dan kulitnya tidak tambah hitam namun bapak bertopi merah tersinggung dengan tuturan Jarwo karena pada realitasnya bapak bertopi merah memang memiliki kulit hitam. Hal itulah yang menyebabkan bapak bertopi merah menjadi kesal dan marah dengan Jarwo. Seharusnya Jarwo cukup menawarkan jasa payung dengan tuturan agar tidak kepanasan karena tuturan biar kulitnya gak tambah hitam menimbulkan makna yang ambiguitas. Tuturan tersebut bisa saja dimaknai mitra tutur sebagai ejekan dari penutur. 6. Percakapan pada kolom nomor 6 Jarwo (P) : ojek payungnya, bu.. Ojek payung biar ngga kepanasan sama biar gak jadi.. (tuturan Jarwo dipotong ibu berbaju hijau) Ibu berbaju hijau (M) : ah! Kamu pasti mau nipu saya, ya! Udah.. ngga gak sana sana sana.. saya gak mau pake-pake gitu-gituan segala. (pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Jarwo (P) : aaa.. gini-gini, bu. (sambil sedikit berlari untuk mengejar ibu berbaju hijau) Kalau ojek payungnya saya kasih bonus dengan ojek motor gimana, bu? Hehe Ibu berbaju hijau (M) : hmmm tapi berapa? Ntar mahal lagi. Jarwo (P) : gini.. berhubung masih dalam bulan promosi.. jadi.. cuma.. sepuluh ribu aja gimana? Hehe Ibu berbaju hijau (M) : hmmm boleh deh Ke pasar ya, bang! Jarwo (P) : beres bu beres. Hehe alhamdulillah penglaris hehe (berbicara dengan diri sendiri sambil buka payung) Waduh.. Waduh.. wah kok macet.. waduuh Jarwo (P) : Sopo! Sopo! ini gimana ini kok payungnya gak bisa ke buka ini loh Sopo (M) : oh (bingung)

66 54 Ibu berbaju hijau (M) : hah (kecewa sambil pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana ramai. Hubungan antara Jarwo dengan ibu berbaju hijau tidak dekat, hanya sebatas kenal. : Jarwo, Sopo, dan Ibu berbaju hijau. : Jarwo meyakinkan dan menawarkan jasa ojek payung kepada ibu berbaju hijau, sedangkan ibu berbaju hijau awalnya tidak tertarik namun menjadi tertarik. : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai tawaran jasa ojek payung : Jarwo menawarkan dan meyakinkan jasa ojek payung degan sungguh-sungguh, sedangkan ibu berbaju hijau menyampaikan tuturannya dengan kewaspadaan, ketertarikan, dan kekecewaan. : Jalur lisan : Jujur dan terbuka : Persuasi Interpretasi konteks pertuturan terjadi pada siang hari di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan ramai karena banyak warga yang hilir mudik lewat di jalan. Pada saat itu Jarwo menawarkan jasa ojek payung kepada ibu berbaju hijau yang lewat di depannya. Jarwo melaksanakan penawaran dengan sedikit mendesak sehingga ibu berbaju hijau merasa tidak nyaman dan menganggap Jarwo akan menipunya. Namun, setelah Jarwo menjelaskan dengan baik akhirnya ibu berbaju hijau mulai tertarik dengan penawaran yang diberikan Jarwo. Pertuturan di atas telah melanggar maksim relevansi karena mitra tutur salah paham terhadap tuturan penutur. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa Jarwo melaksanakan penawaran dengan sedikit mendesak sehingga ibu

67 55 berbaju hijau merasa tidak nyaman dan menganggap Jarwo akan menipunya. Hal itu yang menyebabkan jawaban dari mitra tutur menjadi tidak relevan dengan penawaran yang dituturkan penutur. Mitra tutur memaknai tuturan penutur sebagai penipuan. Selanjutnya, dalam pertuturan di atas juga melanggar maksim cara karena mitra tutur menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Hal ini ditandai ketika Jarwo memberikan bonus jika ibu berbaju hijau mau memakai jasa ojek payungnya Kalau ojek payungnya saya kasih bonus dengan ojek motor gimana, bu? Hehe. Namun, ibu berbaju hijau menjawab pertanyaan dengan bertanya lagi hmmm tapi berapa? Ntar mahal lagi. Hal ini menyebabkan pertuturan di atas melanggar maksim cara karena ibu berbaju hijau menjawab pertanyaan dengan tidak lugas dan percakapan menjadi berkepanjangan. Namun, pertuturan di atas juga mematuhi maksim cara karena dalam percakapan selanjutnya mitra tutur menjawab pertanyaan penutur secara lugas. Hal ini ditandai dengan pertanyaan Jarwo gini.. berhubung masih dalam bulan promosi.. jadi.. cuma.. sepuluh ribu aja gimana? Hehe dan ibu berbaju hijau menjawab pertanyaan dengan jelas dan lugas hmm boleh deh kemudian, ibu berbaju hijau juga menginginkan untuk diantar ke pasar dengan ojek payung Jarwo Ke pasar ya, bang!. Jawaban yang diberikan Jarwo juga cukup jelas dan lugas beres bu beres.. Sesuai dengan teori Grice yang berbunyi, Maxims of Manner, 1) Avoid obdcurity of expression, 2) Avoid ambiguity, 3) Be brief, 4) Be orderly yang diartikan oleh Nadar ( Maksim cara: 1) Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2) Hindari ungkapan yang membingungkan; 3) Hindari ungkapan yang berkepanjangan, 4) Ungkapkan sesuatu secara runtut ) Percakapan pada kolom nomor 7 Jarwo (P) : bu Sopo (P) : bu Ibu berbaju hijau (M) : eh (kaget) 20 Ibid., hlm

68 56 Jarwo (P) : maaf kalau gitu ini kan ada sedikit masalah ya.. naik ojek motornya aja gimana, bu? Ibu berbaju hijau (M) : Hem (memalingkan wajah dan pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Sopo (P) : a (bingung) Jarwo (P) : eh eh eh bu.. lah S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana ramai. Hubungan antara Jarwo dengan ibu berbaju hijau tidak dekat, hanya sebatas kenal. : Jarwo, Sopo, dan Ibu berbaju hijau. : Jarwo membujuk dan bernegosiasi karena terjadi masalah dengan motornya, Sopo ikut membujuk, sedangkan ibu berbaju hijau menyampaikan kekecewaanya : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai negosiasi Jarwo dan kekecewaan ibu berbaju hijau serta kebingungan Sopo. : Jarwo bernegosiasi dengan sungguh-sungguh, Sopo memanggil ibu berbaju hijau dengan sungguhsungguh, sedangkan ibu berbaju hijau dengan serius mengungkapkan kekecewaannya. : Jalur lisan : Jujur dan kecewa : Persuasif dan Narasi Konteks pertuturan terjadi pada siang hari di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan ramai karena banyak warga yang hilir mudik lewat di jalan. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara karena mitra tutur memberikan jawaban secara lugas dan jelas. Meskipun sebelumnya Jarwo melakukan negosiasi namun, ibu berbaju hijau merasa kecewa dan Jarwo pun sudah mengetahui bahwa ibu berbaju hijau kecewa sehingga jawaban yang diberikan secara singkat, lugas, dan jelas yaitu berupa penolakan dengan cara memalingkan wajah dan pergi

69 57 meninggalkan Jarwo. Hal ini sesuai dengan maksim Grice yang berbunyi Avoid ambiguity yang diartikan oleh Nadar ( Hindari ungkapan yang membingungkan ) Percakapan pada kolom nomor 8 Jarwo: haduuh.. lah.. eh.. ada-ada aja pake mogok lagi.. (Sopo menghampiri Jarwo) Sopo (M) : yang sabar ya bos Jarwo (P) : heh! Ngoceh aja. Kejar sana ibu itu, jangan sampai pergi. Bilangin bentar lagi juga motornya nyala. Buruan! Sopo (M) : sekarang, Bos? Jarwo (P) : terserah (kesal) Sopo (M) : (angguk kepala) Jarwo (P) : (semakin kesal) hiiiii Sopo (M) : oh iya bos, iya bos (sambil membawa payung) S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana cukup ramai. Hubungan di antara Jarwo dan Sopo sudah sangat dekat. Mereka bersahabat. Jarwo menganggap Sopo sebagai prajurit atau anak buah. : Jarwo dan Sopo : Sopo mencoba menenangkan jarwo, sedangkan Jarwo menginginkan agar Sopo segera membujuk ibu berbaju hijau. : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai keinginan jarwo agar Sopo bisa membujuk ibu berbaju hijau. : Sopo bertutur dengan santai, sedangkan Jarwo bertutur dengan kesal : Jalur lisan : Jujur, terbuka, dan membingungkan. 21 Ibid.

70 58 G (Bentuk penyampaian) : Narasi Konteks pertuturan terjadi pada siang hari, di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan cukup ramai karena beberapa warga yang hilir mudik lewat di jalan. Percakapan di atas merupakan pelanggaran maksim relevansi karena saat itu tuturan Sopo bertujuan untuk memberikan semangat kepada Jarwo agar tetap sabar menghidupkan motornya, namun Jarwo memberikan jawaban yang tidak relevan. Jarwo menginginkan Sopo untuk segera mengejar Ibu berbaju hijau. Kemudian, tuturan atau jawaban Sopo pun tidak memberikan kontribusi sesuai yang dibutuhkan Jarwo. Pada akhirnya, jawaban atau tuturan Sopo menjadi tidak relevan karena ia menjawab dengan pertanyaan sekarang, Bos? sehingga menimbulkan kekesalan Jarwo yang memberikan jawaban dengan kata terserah. Selain itu, pertuturan di atas juga telah mematuhi maksim relevansi karena pada akhirnya Sopo mengerti maksud tuturan Jarwo yang menginginkannya untuk segera mengejar ibu berbaju hijau. Sopo menjawab kekesalan Jarwo dengan kata oh iya bos, iya bos (sambil membawa payung) artinya Sopo memberikan kontribusi atau jawaban yang relevan atau sesuai kebutuhan yang diharapkan Jarwo. 9. Percakapan pada kolom nomor 9 Sopo (P) : bu.. (sambil garuk kepala) Ibu berbaju hijau (M) : apa? Sopo (P) : anu bu.. mmm kata.. kata bos Jarwo bentar lagi motornya udah nyala kok, bu. Ibu berbaju hijau (M) : heah (menghela napas dan memalingkan wajah) S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana cukup ramai. Hubungan antara Jarwo dengan ibu berbaju hijau tidak dekat, hanya sebatas kenal. : Sopo dan ibu berbaju hijau : Sopo menyampaikan maksud agar ibu berbaju hijau dapat menunggu motor Jarwo.

71 59 A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai harapan Sopo agar ibu berbaju hijau dapat menunggu motor Jarwo. K (Nada, cara, semangat) : Sopo menyampaikan tuturan dengan sungguhsungguh, sedangkan ibu berbaju hijau memperlihatkan kekecewaannya melalui mimik wajah yang seakan sudah tidak peduli atau tidak tertarik. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan sopan G (Bentuk penyampaian) : Eksposisi Konteks pertuturan terjadi pada siang hari, di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan cukup ramai karena beberapa warga hilir mudik melewati jalan. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim kuantitas karena mitra tutur memberikan kontribusi yang cukup dan relatif memadai. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Grice yang berbunyi Make your information as invormative as required (for the current purposes for exchange), yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan). 22 Artinya jawaban ibu berbaju hijau terhadap sapaan atau panggilan Sopo sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain itu, ibu berbaju hijau juga memberikan jawaban yang cukup dan relatif memadai yaitu berupa penolakan dengan cara pergi dan memalingkan wajah. 10. Percakapan pada kolom nomor 10 Adit (P) : ada apa, bang Sopo? Sopo (M) : ini loh, dit.. tadi nawarin payung. Tapi payungnya rusak, dit. Adit (P) : oh.. pake yang ini aja payungnya.. (sambil mengambil payung yang berada di kemudi kanan Adit) Adit (P) : Ini bu pake aja. Ibu berbaju hijau (M) : wah terima kasih ya, dit. 22 Ibid., hlm. 24.

72 60 Adit (P) : iya sama-sama, bu. Ibu berbaju hijau (M) : nanti dari pasar saya ke rumah deh Adit (P) : iya bu iya Sopo (M) : tapi.. Adit (P) : bang Sopo adit pulang aja yah udah ditungguin bunda soalnya. Sopo (M) : i.. iya dit iya. Ati-ati ya, dit. S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) K (Nada, cara, semangat) I (Jalur bahasa) N (Norma/aturan) G (Bentuk penyampaian) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana cukup ramai. Hubungan antara Adit dan Sopo dekat. Mereka sering bermain bersama dan saling membantu. Hubungan Adit dengan ibu berbaju hijau saling mengenal karena ibu berbaju hijau mengenal ibunya Adit. : Adit, Sopo, dan Ibu berbaju hijau. : Adit ingin mengetahui apa yang sedang terjadi antara Sopo dan ibu berbaju hijau. Sopo menjelaskan masalah yang terjadi, sedangkan ibu berbaju hijau bermaksud mengungkapkan kebahagiaannya dengan berterima kasih dan bermaksud untuk segera mengembalikan payung yang dinjamkan. : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai keingintahuan Adit tentang apa yang terjadi antara Sopo dan ibu berbaju hijau. : Adit bertanya dengan santun dan sungguhsungguh, ibu berbaju hijau menjawab dengan senang, sedangkan Sopo menjawab dengan semangat. : Jalur lisan : Jujur dan sopan : Narasi

73 61 Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan cukup ramai karena beberapa warga hilir mudik melewati jalan. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara karena mitra tutur memberikan jawaban yang jelas dan tidak menimbulkan ungkapan yang membingungkan serta sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan penutur. Artinya Sopo menjawab pertanyaan dengan jelas dan lugas serta sesuai dengan yang dibutuhkan Adit sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Selain itu, pertuturan di atas juga telah mematuhi maksim kuantitas karena jawaban dari mitra tutur cukup dan relatif memadai. Kontribusi yang diberikan mitra tutur tidak melebihi yang dibutuhkan. Hal ini ditandai dengan ucapan terima kasih ibu berbaju hijau yang dibalas dengan jawaban yang cukup dan seinformatif mungkin. Ibu berbaju hijau mengucapkan terima kasih wah terima kasih ya, dit. Kemudian Adit menjawab dengan jawaban yang seinformatif mungkin iya samasama, bu. 11. Percakapan pada kolom nomor 11 Adit (P) : jangan menyerah ya, bang Jarwo. Jarwo (M) : heh kamu lagi! S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana cukup ramai. Hubungan Jarwo dengan Adit dekat karena dalam beberapa kesempatan mereka pernah bermain bersama dan saling membantu tetapi mereka sering terjadi kesalahpahaman terutama pada Jarwo. : Adit dan Jarwo : Adit memberikan semangat kepada Jarwo, sedangkan Jarwo mengungkapkan kekesalannya.

74 62 A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai pemberian semangat Adit. K (Nada, cara, semangat) : Adit bertutur dengan semangat, sedangkan Jarwo menanggapinya dengan kesal. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan sopan G (Bentuk penyampaian) : Persuasi Konteks pertuturan terjadi pada siang hari, di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan cukup ramai karena beberapa warga hilir mudik melewati jalan. Pertuturan di atas telah melanggar maksim relevansi karena penutur bermaksud memberikan semangat melalui tuturan jangan menyerah ya, bang Jarwo. Namun mitra tutur memberikan jawaban yang tidak relevan dengan tuturan yang dituturkan penutur. Mitra tutur menjawab dengan kekesalan heh kamu lagi!. Hal ini yang menjadikan pertuturan di atas melanggar maksim relevansi. 12. Percakapan pada kolom nomor 12 Jarwo (P) : loh? Sopo! Ibu yang tadi mana? Sopo (M) : m m m m (bingung) Jarwo (P) : (kesal sambil mukul-mukul motornya) hi.. ih ih ih S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) : Siang hari, di pinggir jalan perkampungan, suasana sepi. Hubungan di antara Jarwo dan Sopo sudah sangat dekat. Mereka bersahabat. Jarwo menganggap Sopo sebagai prajurit atau anak buah, sedangkan Sopo menganggap Jarwo sebagai komandan atau bos. : Jarwo dan Sopo : Jarwo menanyakan keberadaan ibu berbaju hijau, sedangkan Sopo bermaksud menyampaikan kegalalannya dengan ungkapan kebingungan.

75 63 A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai kekesalan Jarwo terhadap Sopo yang tidak bisa membujuk ibu berbaju hijau untuk menunggu motornya hidup. K (Nada, cara, semangat) : Jarwo bertanya dengan kaget dan kesal, sedangkan sopo menjawab dengan bingung. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan membingungkan G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks pertuturan terjadi pada siang hari, di pinggir jalan perkampungan dengan keadaan sepi karena tidak terlihat warga hilir mudik melewati jalan. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim kuantitas karena Jarwo memahami maksud Sopo yang hanya memberikan jawaban dengan kebingungannya. Jarwo sangat mengenal Sopo yang lugu. Mereka berteman sudah cukup lama sehingga Jarwo sangat mengerti jika Sopo hanya memberikan jawaban seperti orang yang sedang bingung maka dia tidak berhasil melaksanakan perintah Jarwo. Jawaban Sopo yang singkat mengakibatan Jarwo kesal karena Sopo tidak berhasil membujuk ibu berbaju hijau. 13. Percakapan pada kolom nomor 13 Jarwo (P) Adit (M) Jarwo (P) Adit (M) Denis (M) Adit (M) Adel (M) Jarwo (P) Adit (M) Jarwo (P) : heh Adit! : ada apa, bang Jarwo? : kamu itu loh. Masa gak punya perasaan bersalah. Kamu itu harus ganti rugi sama saya. : hah (kaget) : ganti rugi? : ganti rugi apaan sih, bang? : a.. a.. a.. (menampilkan ekspresi wajah kesal) : loh ini anak loh bener-bener ya.. udah gak punya rasa bersalah. Gak punya sopan santun lagi. : hah (tambah bingung) : tadi itu loh ibu yang tadi itu. Itu calon pelanggan ojek payung saya. Lah gara-gara kamu.. ngasih payung ke dia..

76 64 Adit (M) Denis (M) Adit (M) Jarwo (P) Denis (P) Adit (M) Jarwo (P) hilang semua.. lah pokoknya kamu harus ganti rugi tiga puluh kali lipat! Sama itu kalian, payungnya siniin. : wah nggak bisa gitu dong, bang. : he eh he eh (mengangguk-anggukkan kepala) : kan Adit gak ada maksud apa-apa. Cuma mau bantuin doang kok. : itu dia.. itu. Mana ada gak ada maksud apa-apa tapi kok malah ngerugiin saya. Pokoknya ganti rugi. : (berbisik ke Adit) ih kita kabur aja deh. : engga ah, bang! Adit pulang dulu ya. Udah ditungguin bunda nih (sambil mulai mengayuh sepeda) : eh adit itu payungmu siniin eh. S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di pertigaan jalan, suasana cukup ramai. Hubungan Jarwo dengan Adit da Denis dekat karena dalam beberapa kesempatan mereka pernah bermain bersama dan saling membantu tetapi mereka sering terjadi kesalahpahaman terutama pada Jarwo. P (Peserta tutur) : Jarwo, Adit, dan Denis. E (Maksud dan tujuan) : Jarwo ingin meminta ganti rugi. Adit mencoba memberitahukan tujuannya untuk membantu dengan cara meminjamkan payung. Denis memperkuat alasan Adit. A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai ganti rugi. K (Nada, cara, semangat) : Jarwo menyampaikan tuturan dengan marah dan berapi-api, Denis menyampaikan tuturan dengan keyakinan, sedangkan Adit menyampaikan tuturan dengan jelas dan lugas. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan membingungkan G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks tuturan terjadi pada siang hari, di pertigaan jalan dengan keadaan cukup ramai karena beberapa warga hilir mudik melewati jalan.

77 65 Pertuturan di atas melanggar maksim cara karena mitra tutur tidak mengerti maksud dari tuturan yang disampaikan penutur. Penutur menuturkan tuturan yang tidak jelas. Hal ini ditandai ketika Jarwo tiba-tiba marah-marah meminta ganti rugi kepada Adit. Jarwo menuduh Adit telah merebut pelanggan ojek payungnya. Karena tidak ada penjelasan sebelumnya, Adit menjadi bingung. Hal ini mengakibatkan pertuturan melanggar maksim cara. Selanjutnya, Mitra tutur menjadi mengerti maksud tuturan penutur setelah penutur menjelaskan maksud dan tujuannya yang datang marah-marah meminta ganti rugi kepada mitra tutur. Namun, mitra tutur tidak mau dituduh merebut pelanggan penutur sehingga tuturan atau jawaban menjadi berkepanjangan. wah nggak bisa gitu dong, bang. Kemudian dilanjutkan kan Adit gak ada maksud apa-apa. Cuma mau bantuin doang kok. Namun, di akhir pertuturan mitra tutur memberikan jawaban penolakan dengan jelas dan lugas bahwa mitra tutur tidak mau ganti rugi. Hal ini yang mengakibatkan pertuturan di atas mematuhi maksim cara yang sesuai dengan teori Grice Maxims of Manner, 1) Avoid obdcurity of expression, 2) Avoid ambiguity, 3) Be brief, 4) Be orderly yang diartikan oleh Nadar ( Maksim cara: 1) Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2) Hindari ungkapan yang membingungkan; 3) Hindari ungkapan yang berkepanjangan, 4) Ungkapkan sesuatu secara runtut ) Percakapan pada kolom nomor 14 Jarwo (P) : ada bang haji hehe haduh.. anu bang.. anu gini.. Pak Haji (M) : iyee.. ane paham! Tadi Adel juga udah cerita.. (menoleh ke arah Adel) Pak Haji (P) : gimana, Del? Adel (M) : tca.. tcu.. tca.. tcu.. tca.. tcu.. Pak Haji (P) : Jarwo.. Jarwo.. ya kagak bisa gitu dong. Masa Adit suruh ganti rugi. (Jarwo garuk-garuk kepala) 23 Ibid.

78 66 S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di gang perkampungan, suasana sepi. Hubungan Jarwo dengan pak Haji sudah dekat. Hal ini ditandai, Pak Haji mempercayakan dan memberikan motor jaman mudanya kepada Jarwo. Mereka hidup bermasyarakat di perkampungan itu. Pak haji dan Adel memiliki ikatan batin meski tidak ada hubungan saudara. P (Peserta tutur) : Jarwo, Pak Haji, dan Adel. E (Maksud dan tujuan) : Jarwo mencoba menjelaskan masalah yang terjadi, namun Pak Haji sudah mengerti masalahnya, sedangkan Adel bermaksud menjelaskan kejadian yang sebenarnya. A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai permasalahan antara Jarwo dan Adit. K (Nada, cara, semangat) : Jarwo menyampaikan tuturan dengan sopan dan malu, Adel menjelaskan dengan serius dan sungguh-sungguh, sedangkan pak Haji menjelaskan dan bertanya dengan sopan dan tegas. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan terbuka G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di gang perkampungan dengan keadaan sepi karena tidak terlihat warga hilir mudik di gang. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim relevansi karena pak Haji sudah mengerti topik permasalahan yang sedang terjadi. Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi Be relevant yang diartikan oleh Nadar ( Harap relevan ). 24 Jarwo menjelaskan maksudnya mengejar Adit tetapi pak Haji sudah memahaminya. Dalam pertuturan pak Haji tidak hanya menjadi mitra tutur namun juga menjadi penutur. Hal ini ditandai ketika pak Haji bertanya kepada Adel. 24 Ibid.

79 67 Pertuturan antara pak Haji dan Adel telah mematuhi maksim kualitas karena tuturan Adel dapat dimengerti pak Haji. Adel memberikan informasi sesuai dengan kebenaran yang terjadi. Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi Maxims of Quality, 1) Do not say what you believe to be false, 2) Do not say that for which you lack adequate evidence. yang diartikan oleh Nadar ( Maksim kualitas: 1) Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; 2) jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai ). 25 Pak Haji (P) : heem ini lagi nih (melihat ke payung yang dibawa Sopo) pantesan dari tadi ane cari nih payung. Kagak taunye ente yang bawa. Jarwo (M) : ya.. tapi payungnya juga gak bisa dipake kok, bang. Pak haji (P) : yang bener? Coba sini, Sopo! Payungnya ane pinjem dulu bentar. Sopo (M) : ini, pak haji. (payung terbuka dan semua terkejut) Jarwo (M) Pak Haji (P) Jarwo (M) : weh (kaget) : nih bisa, wo. Makanye lain kali kalau mau pinjam ntuh izin dulu.. niat usahanye sih udeh bener tapi caranye juga harus bener. Paham! : iya paham.. paham deh. (sambil garuk kepala) S (Waktu, tempat, suasana) P (Peserta tutur) E (Maksud dan tujuan) A (Bentuk dan isi ujaran) : Siang hari, di gang perkampungan, suasana sepi. : Pak Haji dan Jarwo : Pak Haji memberikan bahwa dia sedang mencari payungnya dan meyakinkan bahwa payungnya bisa digunakan, sedangkan Jarwo memberitahukan bahwa payungnya tidak bisa digunakan. : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai 25 Ibid.

80 68 K (Nada, cara, semangat) : pak Haji bertanya dengan penasaran dan santai, sedangkan Jarwo memberikan informasi dengan sungguh-sungguh. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Jujur dan terbuka G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks terjadi pada siang hari, di gang perkampungan dengan keadaan sepi karena tidak terlihat warga yang hilir mudik di gang. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara karena penutur dan mitra tutur berkontribusi memberikan dan menjelaskan permasalahan secara jelas dan lugas. Tuturan yang dituturkan tidak berkepanjangan, tidak membingungkan, dan diungkapkan secara runtut. Mitra tutur juga dapat memahami tuturan penutur dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi Maxims of Manner, 1) Avoid obdcurity of expression, 2) Avoid ambiguity, 3) Be brief, 4) Be orderly diartikan oleh Nadar ( Maksim cara: 1) Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2) Hindari ungkapan yang membingungkan; 3) Hindari ungkapan yang berkepanjangan, 4) Ungkapkan sesuatu secara runtut ) Percakapan pada kolom nomor 15 Jarwo (P) : gimana, Sopo? Eh.. lumayan toh kita Sopo (M) : Alhamdulillah.. S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di lapak bakso kang Ujang, suasana sepi. Hubungan di antara Jarwo dan Sopo sudah sangat dekat. Mereka bersahabat. P (Peserta tutur) : Jarwo dan Sopo E (Maksud dan tujuan) : Jarwo memastikan dan merasa bangga bahwa idenya bisa menghasilkan uang banyak, sedangkan Sopo merasa bahagia dengan hasil kerjanya. 26 Ibid.

81 69 A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat langsung, sedangan isi ujaran mengenai komentar tentang pendapatannya menjadi penyedia jasa ojek payung. K (Nada, cara, semangat) : Jarwo bertanya dengan senang dan semangat, sedangkan Sopo menjawab dengan senang dan singkat. I (Jalur bahasa) : Jalur lisan N (Norma/aturan) : Akrab dan bersahabat G (Bentuk penyampaian) : Narasi Interpretasi konteks terjadi pada siang hari, di lapak bakso kang Ujang dengan keadaan sepi karena tidak terlihat warga hilir mudik di sekitar lapak bakso kang ujang. Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara karena mitra tutur menjawab pertanyaan penutur dengan jelas dan lugas. Jarwo menanyakan pendapat Sopo mengenai hasil dari kerja kerasnya sebagai tukang ojek payung. Selain bertanya, Jarwo juga ingin membuktikan bahwa idenya menjadi tukang ojek payung bisa menghasilkan uang yang lumayan banyak. Hal ini sesuai dengan kajian pragmatik yang menekankan maksud (maksud tersirat) ujaran penutur dengan melibatkan konteks pada saat ujaran itu dituturkan. Agar pertuturan dapat tersampaikan dengan baik maka peserta pertuturan harus mematuhi maksim kerja sama Grice. Dalam pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara sehingga pertuturan menjadi lancar dan berlangsung dengan baik. D. Pembahasan Berdasarkan penyajian data dan analisis data yang telah dipaparkan di atas, pembahasan mengenai pematuhan dan pelanggaran maksim kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung dikaitkan pada teori yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice dan penyimpangan maksim kerja sama Grice. Hasil penyajian data dan analisis data pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama Grice ditemukan 16 pematuhan maksim kerja sama Grice dan 8 pelanggaran maksim kerja sama Grice di dalam film animasi Adit Sopo Jarwo. Di

82 70 antaranya, 6 pematuhan maksim kuantitas, 1 pematuhan maksim kualitas, 3 pematuhan maksim relevansi, dan 6 pematuhan maksim cara, serta 2 pelanggaran maksim kuantitas, 4 pelanggaran maksim relevansi, 3 pelanggaran maksim cara, dan tidak ditemukan pelanggaran maksim kualitas. Pembahasan penelitian ini mencakup tentang pematuhan dan pelanggaran maksim kerja sama dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Kecenderungan pematuhan lebih banyak maksim kuantitas dan maksim cara. Peserta pertuturan mematuhi maksim kuantitas karena para tokoh menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan keadaan dan kehidupan sehari-hari yang disepakati bersama dan tuturan yang dituturkan cukup dan relatif memadai. Selain mematuhi maksim kuantitas, peserta pertuturan juga cenderung mematuhi maksim cara karena mitra tutur berkontribusi menjawab dengan lugas dan jelas. Berdasarkan analisis data di atas, pelanggaran yang terjadi karena maksud yang disampaikan penutur tidak tersampaikan dengan baik. Penutur menuturkan tuturan yang tidak jelas. Selain itu, pelanggaran prinsip kerja sama terjadi dikarenakan peserta pertuturan tidak memiliki pengetahua yang sama. Hal ini menyebabkan mitra tutur menjadi salah paham bahkan tersinggung dengan tuturan yang dituturkan oleh penutur. Selain itu, berkaitan dengan jalan cerita dibuat agar Jarwo berselisih paham dengan Adit. Kesalahpahaman menjadikan cerita dalam film animasi semakin menarik. Pelanggaran terjadi sesuai dengan tujuan pembuatan film animasi Adit Sopo Jarwo yaitu untuk menimbulkan efek jenaka serta dapat mengedukasi penonton melalui tokoh Jarwo yang berselisih paham dengan tokoh Adit. Konteks sosial dalam pertuturan juga mempengaruhi keberhasilan dalam berkomunikasi. Hal ini ditandai dengan kedekatan hubungan antara Jarwo dan Sopo mengakibatkan maksud dari tuturan yang dibuat menjadi mudah dipahami. Jika Sopo bingung menjelaskan sesuatu maka Jarwo sudah paham bahwa Sopo tidak berhasil melaksanakan tugas atau perintah dari Jarwo. Begitu juga dengan tokoh Adel dan pak Haji. Hanya tiga orang yang mengerti maksud atau tuturan Adel, yaitu Adit, Sopo, dan Pak Haji sehingga maksud tuturan Adel menjadi mudah dipahami.

83 71 E. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian mengenai prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo merupakan penelitian yang dapat menunjang keterampilan berbicara peserta didik untuk bisa menciptakan berbahasa Indonesia yang baik dan efektif. Prinsip kerja sama merupakan aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh peserta pertuturan agar maksud dan tujuan pertuturan dapat tersampaikan dengan baik serta komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Dalam kegiatan berkomunikasi, seseorang terkadang akan menghadapi kendala-kendala yang mengakibatkan komunikasi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam film animasi Adit Sopo Jarwo pelanggaran yang dilakukan bertujuan untuk menghibur. Tidak hanya menghibur, terkadang pelanggaran dilakukan dengan sindiran-sindiran halus yang bertujuan untuk mengingatkan atau menegur. Pematuhan prinsip kerja sama Grice ini diharapkan dapat memaksimalkan tercapainya tujuan dalam indikator pembelajaran mengenai materi teks ulasan yang akan diterima peserta didik kelas VIII, yaitu (1) dapat mengidentifikasi informasi pada teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang dibaca atau diperdengarkan. (2) Menceritakan kembali isi teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang dibaca atau didengar (3) Menelaah struktur dan kebahasaan teks ulasan (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang diperdengarkan dan dibaca. (4) Menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah, dll.) dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, atau aspek lisan. Pemberian materi tentang teks ulasan dapat menggunakan media slide power point untuk mempermudah penjelasan. Setelah menyampaikan materi tersebut, pendidik atau guru dapat menggunakan media film agar menarik perhatian peserta didik atau siswa. Media film juga bisa menunjang pemahaman peserta didik untuk memahami materi teks ulasan. Media film juga bisa dijadikan contoh penugasan.

84 72 Hal ini sesuai dengan penugasan yang akan diberikan berupa mengulas film. Dalam hal ini guru bisa menampilkan film animasi Adit Sopo Jarwo. Guru juga dapat menambahkan secara implisit mengenai prinsip kerja sama Grice saat memberikan materi teks ulasan. Hal ini dilakukan karena prinsip kerja sama Grice sangat berhubungan dan mampu menunjang keterampilan berbicara dalam menceritakan kembali isi teks ulasan yang dibaca atau didengar dan menyajikan tanggapan berupa bentuk teks ulasan secara lisan. Peserta didik diharapkan dapat menceritakan kembali isi teks ulasan dan menyampaikan tanggapan dengan bahasa yang bersifat langsung, lugas, jelas, dan apa adanya agar komunikasi atau penjelasan yang disampaikan dapat berlangsung dengan baik dan efektif. Bila peserta didik diajarkan mengenai cara bertutur yang baik dan efektif saat menyampaikan tanggapan secara lisan dan menceritakan kembali isi teks ulasan maka peserta didik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Melalui komunikasi atau penjelasan yang baik dan efektif maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa prinsip kerja sama Grice dapat membantu guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik saat menyajikan tanggapan secara lisan dan menceritakan kembali isi teks ulasan di depan kelas.

85 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa simpulan, sebagai berikut. 1. Terdapat enam belas pematuhan maksim kerja sama Grice dan delapan pelanggaran maksim kerja sama Grice di dalam film animasi Adit Sopo Jarwo episode Ojek Payung Bikin Bingung. Maksim yang lebih sering digunakan oleh para tokoh adalah maksim kuantitas dan maksim cara. Maksim kuantitas dengan jumlah enam pematuhan. Maksim cara sebanyak enam pematuhan. Diikuti maksim relevansi dengan jumlah tiga pematuhan. Maksim kualitas dengan jumlah satu pematuhan. Adapun maksim yang sering dilanggar oleh para tokoh yaitu maksim relevansi dengan jumlah empat. Maksim cara dengan jumlah tiga pelanggaran. Diikuti maksim kuantitas dengan jumlah dua pelanggaran. Sedangkan maksim kualitas tidak ditemukan adanya pelanggaran. 2. Berdasarkan analisis data dan pembahasan peserta pertuturan mematuhi maksim kerja sama karena para tokoh menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan keadaan dan kehidupan sehari-hari yang disepakati bersama dan tuturan yang dituturkan cukup serta relatif memadai. Selain itu, peserta pertuturan berkontribusi menjawab dengan lugas dan jelas serta bertutur sesuai dengan kebenaran yang terjadi. Konteks sosial dalam pertuturan juga mempengaruhi keberhasilan dalam berkomunikasi. Hal ini ditandai dengan kedekatan hubungan antara Jarwo dan Sopo mengakibatkan maksud dari tuturan yang dibuat menjadi mudah dipahami. Kemudian, pelanggaran yang terjadi karena maksud yang disampaikan penutur tidak tersampaikan dengan baik. Penutur menuturkan tuturan yang tidak jelas. Kesalahpahaman menjadikan cerita dalam film animasi semakin menarik. Pelanggaran terjadi sesuai dengan tujuan pembuatan 73

86 74 film animasi Adit Sopo Jarwo yaitu untuk menimbulkan efek jenaka serta dapat mengedukasi penonton melalui tokoh Jarwo yang berselisih paham dengan tokoh Adit. Selain itu, pelanggaran prinsip kerja sama terjadi dikarenakan peserta pertuturan tidak memiliki pengetahua yang sama. 3. Prinsip kerja sama Grice dalam film animasi Adit Sopo Jarwo merupakan penelitian yang dapat menunjang keterampilan berbicara siswa untuk bisa menciptakan berbahasa Indonesia yang baik dan efektif. Dapat diterapkan pada materi teks ulasan. Prinsip kerja sama Grice dapat membantu guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik saat menyajikan tanggapan secara lisan dan menceritakan kembali isi teks ulasan di depan kelas. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut. 1. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dalam bidang pragmatik maka dapat melakukan penelitian yang sama dengan sumber data yang berbeda. 2. Diharapkan guru mampu menjelaskan dan mengarahkan peserta didik untuk mematuhi aturan-aturan yang mengatur terwujudnya komunikasi yang baik dan efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

87 DAFTAR PUSTAKA Adzkia, Aghnia. Adit & Sopo Jarwo Lolos Nominasi Festival Film Antikorupsi, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Aldida, Vania Ika. PGA 2017: Tim Adit sopo Jarwo Persembahkan Penghargaan untuk Anak Indonesia, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Banirestu, Herning. Ambisi Dana Riza Membesarkan MD Animation, ( diakses 21 April 2019 pukul Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik; Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineke Cipta. cet Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. cet Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dekan FITK. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: Refika Aditama Hananto, Akhyari. Serial-serial Animasi Asli Produksi Indonesia. Yuk Dukung, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Hasan Lubis, A. Hamid. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa

88 76 Hindun. Pragmatik untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri Huang, Yan. Pragmatics. UK: Oxford University Press HP, Achmad. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Erlangga Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. cet Kustandi, Cecep. Media Pembelajaran; Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia. cet. 2 Edisi kedua, Leech, Geoffrey (penerjemah M.D.D. Oka). Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press Mahsun. Metode Penelitian Bahasa; Tahapan Strategi, Metode, dan tekniknya. PT RajaGrafindo Persada Meodia, Arindra. Ini dia nominasi Festival Film Indonesia 2014, ( diakses pada tanggal 21 April 2019, pukul Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyana. Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. cet Nadar, F.X.. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu Negara, Siap Bangun. Adit dan Sopo Jarwo Raih Anugerah Peduli Pendidikan 2015, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Pambudi, Luhur Tri. Orang-orang Keren di balik MD Animation (Pembuat Animasi Adit Sopo Jarwo) ( diakses pada 19 Juli 2018, pukul

89 77 Parera, Jos Daniel. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Pragmatik; Menyibak Kurikulum Yogyakarta: Kanisius. cet Rahardi, R. Kunjana. Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Erlangga Sosiopragmatik. Jakarta: PT erlangga RG. Inilah Para Nominasi Penerima Anugerah KPI 2017, ( diakses pada 19 Juli 2018 pukul Rusminto, Nurlaksana Eko. Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis. Yogyakarta: Graha Ilmu Sumarno, Marselli. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Samodro, Dewanto. Melongok ke Dapur Adit & Sopo Jarwo, ( diakses pada 21 April 2019 pukul Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Tim MDentertainment. Adit Sopo Jarwo, ( diakses pada 21 April pukul Tim MD Animation. About Us, ( diakses pada 19 Juli 2018 pukul Verhaar, J. M. W. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. cet. Ke Yule, George (penerjemah Indah Fajar Wahyuni). Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. cet

90 78 Wibisono, Gunawan. Program Adit Sopo Jarwo di MNCTV Raih Dompet Dhuafa Award, ( diakses pada 21 April 2019, pukul

91

92

93

94

95

96

97

98 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Global Prima Islamic School Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII / 2 Materi Pokok : Teks Ulasan Alokasi Waktu : 4 x Pertemuan (8 JP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar 3.11 Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang dibaca atau diperdengarkan Menceritakan kembali isi teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang dibaca atau didengar 3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan teks ulasan (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang diperdengarkan dan dibaca. Indikator Pencapaian Kompetensi Memahami maksud/arti penting teks ulasan Menentukan macam-macam teks ulasan berdasarkan isinya Menuliskan kelebihan dan kekurangan teks ulasan Mengungkapkan kelebihan dan kekurangan teks ulasan Memahami struktur teks ulasan Memahami ciri-ciri bahasa teks ulasan Mengidentifikasi unsur kebahasaan teks ulasan

99 4.12 Menyajikan tanggapan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah, dll.) dalam bentuk teks ulasan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, atau aspek lisan Menyusun struktur teks ulasan secara urut Menulis teks ulasan berdasarkan novel Sang Pemimpi dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan teks ulasan. C. Tujuan Pembelajaran Pertemuan Pertama Setelah membaca teks ulasan, peserta didik dapat : 1. Memahami maksud/arti penting teks ulasan 2. Menentukan macam-macam teks ulasan berdasarkan isinya. Fokus penguatan pendidikan karakter : Cermat Teliti Pertemuan Kedua Setelah membaca teks ulasan, peserta didik dapat : 1. Menuliskan kelebihan dan kekurangan teks ulasan 2. Mengungkapkan kelebihan dan kekurangan teks ulasan Fokus penguatan pendidikan karakter : Cermat Teliti Percaya diri Kreatifitas membaca Pertemuan Ketiga Setelah mengamati gambar suatu objek wisata, peserta didik dapat : 1. Memahami struktur teks ulasan 2. Memahami ciri-ciri bahasa teks ulasan 3. Mengidentifikasi unsur kebahasaan teks ulasan Fokus penguatan pendidikan karakter : Cermat Teliti Percaya diri Santun Pertemuan Keempat Setelah mengamati gambar suatu objek wisata, peserta didik dapat: 1. Menyusun struktur teks ulasan secara urut 2. Menulis teks ulasan berdasarkan novel... dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan teks ulasan.

100 Fokus penguatan pendidikan karakter : Tanggung jawab Percaya diri Jujur D. Materi Pembelajaran 1. Materi Pembelajaran Reguler Pertemuan Pertama (1) Faktual EMAK DAN SEPOTONG ROTI Karya. Caswati Emak dan Sepotong Roti merupakan salah satu judul hasil karya sastra Caswati, yang berupa cerpen. Cerpen karangan mahasiswi jurusan satra di UGM ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang Emak dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia rela melakukan pekerjaan berat demi menyekolahkan kedua putinya, Dani dan Dina. Cerpen tersebut dikarangnya saat mengikuti lomba dalam rangka bulan bahasa dan sastra yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat Balai Bahasa Yogyakarta pada tahun Cerita dalam cerpen ini diawali dengan peristiwa kemarau berkepanjangan yang melanda sebuah desa. Kemarau itu mengakibatkan lahan persawahan dan sungai sumber mata air penduduk desa mengering. Keadaan itu membuat sebagian warga meninggalkan sungai tersebut. Namun beda halnya dengan Emak, ia justru sering mendatangi sungai itu untuk mengumpulkan batu. Sejak suaminya meninggal empat tahun yang lalu, ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar demi menyambung hidupnya dan menyekolahkan kedua putrinya, Dani dan Dina. Ia tidak ingin anaknya bernasib sama sepertinya Tapi Emak sedikit beruntung, karena Dani, putri sulungnya selalu membantunya, meski hanya di hari minggu saja, sebab sore hari ia baru pulang sekolah. Namun suatu hari minggu, saat Dani hendak membantu, tidak seperti biasanya, Emak menolak bantuaanya dan menyuruhya untuk pulang. Meski merasa agak aneh, Dani dan Dina bergegas pergi meninggalkan Emak. Tapi belum lama melangkah, mereka mendengar suara jeritan Emak yang tangan kirinya penuh dengan darah akibat terkena palu. Sejak saat itu, Emak tak lagi bisa bekerja dan jadi sangat pendiam. Dani ingin membawa Emak berobat dengan uang sisa hasil penjualan batu, namun Emak selau menolak. Dani pun menuruti kata Emak, ia merawatnya dengan penuh kasih sayang. Suatu hari saat Dani berulang tahun, Emak memberinya kejutan sebuah roti tart yang sederhana. Sebelumnya Emak berkata pada Dina agar memberitahu Dani untuk membangunkannya setelah dia pulang. Dani pun langsung membangunkan Emaknya. Namun Emak tak bangun juga. Wajah pucat Emak membuat Dani tersadar kalau ia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sementara Dina hanya memandangi keduanya dengan wajah polosnya. Cerpen karangan gadis kelahiran 23 September 1989 ini tersusun sangat runtut, sehingga pembaca lebih mudah memhami isinya. Selain itu, kosakata yang digunakan dapat membuat pembaca terlarut dalam cerita. Serta, alu ceritanya yang unik dan berbeda dengan cerpen-cerpen zaman sekarang yang biasanya berisi tentang kisah cinta remaja. Namun sayangnya, ada beberapa kata yang tak baku dalam cerpen tersebut. Seperti kata gedheg yang seharusnya diganti dengan kata lain dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti sama. Sebab, tidak semua pembaca mengetahui apa arti kata tersebut, dan pasti akan terasa lebih enak dibaca. Tetapi, dengan mengesampingkan kekurangan tersebut, cerpen ini sangatlah cocok untuk remaja Indonesia. Sebab, di dalamnya terkandung banyak pesan yang bermakna, yang dapat memotivasi kita agar semangat menjalani hidup, bersyukur atas segala pemberiaan Tuhan, berbakti kepada orang tua,

101 dan bekerja keras untuk mewujudkan sesuatu yang kita inginkan. (2) Konsep a. Pengertian teks ulasan b. Ciri isi teks ulasan c. Ciri-ciri penggunaan bahasa teks ulasan : Kata sifat sikap Kata bermetafora Kata rujukan Variasi kalimat majemuk d. Jenis teks ulasan Pertemuan Kedua (1) Faktual SURAT KECIL UNTUK TUHAN Karya. Agnes Danovar Surat Kecil untuk Tuhan merupakan salah satu judul hasil karya sastra Agnes Danovar, yang berupa novel. Novel ini mengisahkan ulang cerita pilu seorang gadis bernama Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika. Ia terkena penyakit yang terbilang langka bernama Rabdosmiosarkoma atau yang dalam bahasa awam dikenal dengan nama kanker jaringan lunak. Keke sendiri merupakan pasien pertama di Indonesia yang terdeteksi terkena penyakit tersebut. Hal ini yang menjadikan kisahnya sangat menggugah. Novel ini menceritakan Keke, seorang gadis yang cukup beruntung, karena lahir dari keluarga yang sangat berada, memiliki dua orang kakak laki-laki yang bernama Chika dan Kiki, orang tua yang sangat menyayanginya walau sudah bercerai, dan juga Pak Yus, ajudan sang Ayah. Selain itu Keke juga dikelilingi enam sahabat karib yang selalu setia menemaninya dan hidupnya pun semakin lengkap dengan kehadiran seorang kekasih yang juga begitu menyayanginya, yaitu Andy. Pada tahun 2003 kanker Rhabdomyosarcoma menghinggapinya, Keke merupakan pengidap pertama di Indonesia. Gadis cantik itu pun berubah menjadi "monster" hingga terpaksa harus menjalani serangkaian kemoterapi dan radiasi hampir setahun lamanya, akibatnya, semua rambut Keke sedikit demi sedikit mulai rontok, kulitnya mengering, dan sering mual-mual. Ketekunan Keke dan keluarganya membuahkan hasil. Keke dinyatakan sembuh dan bisa kembali menjalani aktivitas seperti sedia kala. Setahun kemudian yaitu pada tahun 2004, kanker itu kembali, lebih parah dan mematikan. Meskipun sudah ditolak di rumah sakit mana-mana, ayah Keke tidak pernah sekali pun menyerah untuk menyembuhkan anaknya. Meskipun ratusan dokter memprediksi bahwa hidup Keke tidak akan lebih dari tiga bulan, Keke berhasil bertahan untuk lebih dari setahun. Meskipun pada akhirnya, Keke harus menerima kenyataan bahwa ia memang tidak dapat disembuhkan karena kanker itu sudah terlalu menyebar. Keke meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 2006 Kelebihan dari novel karya Agnes Danovar ini adalah dapat membuat pembaca terhanyut dalam kisah yang diceritakan. Kelebihan lainnya adalah ini adalah kisah yang diangkat dari kehidupan nyata dan sangat menyentuh. Novel ini juga mengajarkan kita agar ikhlas dan tabah menerima cobaan dari Allah dan yakin setiap cobaan pasti ada jalan keluarnya. Namun sayangnya masih ada penulisan yang salah dan juga ada penulisan yang kurang menarik dan sulit dimengerti. Sedangkan kelemahan yang dimiliki novel ini, di antaranya kata-kata penulis yang kadang membuat pembaca berimajinasi lain dalam menafsirkan kata-kata kiasan penulis. Tetapi, dengan mengesampingkan kekurangan novel tersebut, cerpen ini yang mengajarkan kita

102 tentang arti kehidupan yang sebenarnya. Dalam menghadapi sebuah cobaan seberat apapun itu, kita harus tetap berusaha untuk bangkit dan tak menyerah. (2) Konsep a. Peta konsep teks ulasan kelebihan-kekurangan b. Kebahasaan teks ulasan (3) Prosedur a. Menuliskan kata-kata kunci b. Mendaftar kata-kata kunci sebagai bahan penulisan teks ulasan Materi pembelajaran remidial Disajikan teks ulasan novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Danovar Materi pembelajaran pengayaan Disajikan teks ulasan novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Danovar Pertemuan Ketiga (1) Faktual Judul : Marmut Merah Jambu Pengarang : Raditya Dika Tahun terbit : Juni 2010 Penerbit : Bukune Jumlah halaman : 222 halaman Kategori : Nonfiksi-komedi Marmut Merah Jambu adalah film indonesia tahun 2014 bergenre drama komedi yang dirilis pada 8 Mei 2014 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Franda, Kamga Mo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan dan Bucek Depp. Film ini diangkat dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama. Film keempat karya Raditya Dika yang diambil dari buku yang berjudul sama itu sukses menduduki peringkat tiga besar di daftar Indonesia film terlaris Marmut Merah Jambu ini berkisah tentang Dika yang menceritakan kisah cinta pertamanya ketika masa SMA, dengan perempuan bernama Ina Mangunkusumo. Selain itu dikisahkan pula saat Dika dan temannya Bertus yang membentuk grup detektif untuk memecahkan masalah temantemannya, juga persahabatannya dengan Cindy. Suatu hari Dika bertemu dengan bapaknya Ina Mangunkusumo, cinta pertamanya di SMA. Dika menceritakan usahanya membuat grup detektif untuk menarik perhatian Ina. Grup itu dibuat bersama Bertus, temannya yang sama-sama anak terbuang di sekolah. Dika juga bercerita tentang persahabatannya dengan cewek unik bernama Cindy di SMA. Seiring dengan cerita Dika, dia sadar: ada kasus di masa lalunya yang belum selesai hingga dia dewasa. Seiring dia berusaha memecahkannya, seiring itu pula dia bertanya, benarkah cinta pertama enggak kemana-mana? Kelebihan film ini adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami dan alurnya juga mudah dimengerti. Selain itu, cover depannya memiliki warna yang terang dan cerah, sehingga tampak menarik. Namun sayangnya, ada beberapa bagian sepanjang film yang tidak terselesaikan dengan baik. Akan tetapi, film ini sangat cocok untuk anak remaja yang haus akan tontonan yang mengandung unsure drama komedi. Marmut Merah Jambu pun terhidang sebagai sebuah tontonan yang lucu dan mengundang tawa bagi para penontonnya. Terlepas dari beberapa kekurangan yang

103 tidak dapat dimungkiri masih ada di sana-sini, sejauh ini film yang dibuat Raditya Dika, tetap memberikan hal yang bagus dan menarik. (2) Konsep a. Struktur teks ulasan 1. Judul 2. Indentitas buku 3. Orientasi 4. Sinopsis 5. Analisis 6. Evaluasi b. Komponen detail bagian pada struktur teks ulasan c. Unsur kebahasaan teks ulasan : 1. Kata sifat sikap 2. Kata bermetafora 3. Kata rujukan 4. Variasi kalimat majemuk d. Kaidah ejaan bahasa Indonesia. Pertemuan Keempat (1) Faktual : Membaca novel sesusai dengan apa yang dicari oleh peserta didik. (2) Konsep : a. Struktur teks ulasan : 1. Judul 2. Indentitas buku 3. Orientasi 4. Sinopsis 5. Analisis 6. Evaluasi b. Komponen detail bagian pada struktur teks ulasan c. Unsur kebahasaan teks ulasan : 1. Kata sifat sikap 2. Kata bermetafora 3. Kata rujukan 4. Variasi kalimat majemuk d. Kaidah ejaan bahasa Indonesia. (3) Prosedur : a. Menyusun kerangka teks ulasan b. Menulis teks ulasan berdasarkan judul novel yang dicari oleh peserta didik. c. Menyunting teks ulasan Materi Pembelajaran Remedial Menulis teks ulasan berdasarkan judul novel yang dicari oleh peserta didik. Materi Pembelajaran Pengayaan a. Kaidah ejaan bahasa Indonesia

104 b. Menulis teks ulasan c. Menyunting teks ulasan E. Metode Pembelajaran 1. Inquiry/Discovery 2. Saintifik 3. Problem based learning F. Media dan Bahan a. Media 1) Cuplikan film laskar pelangi 2) Teks ulasan 3) Tabel telaah teks 4) LK pemandu kegiatan 5) Power point b. Bahan 1) Kertas plano 2) Lem/double tapes 3) Gunting, spidol G. Sumber Belajar Buku teks pendamping Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VIII edisi revisi Kamus Besar Bahasa Indonesia Permendikbud No 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 30 Novemner H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama (3 JP) Kegiatan Pendahuluan (10 menit) a. Peserta didik mengucapkan salam dan doa di awal pembelajaran. b. Guru memotivasi peserta didik dengan bertanya tentang film, novel, cepen, atau puisi yang pernah dibaca atau dilihat. c. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengomentari film, cerpen, novel, atau puisi yang pernah dibaca atau dilihat. d. Guru menjelaskan secara singkat kepada peserta didik bahwa komentar yang telah mereka ungkapkan merupakan bentuk ulasan/review e. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. f. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. g. Guru menyampaikan lingkup penilaian pengetahuan. Kegiatan Inti (100 menit)

105 a. Peserta didik melihat cuplikan tayangan film Laskar Pelangi. b. Peserta didik mengisi pertanyaan yang berhubungan dengan tayangan film laskar pelangi c. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum dimengerti yang berkaitan dengan pertanyaan yang telah dijawab. d. Peserta didik mengumpulkan data tentang hal-hal yang ditemukan sesuai dengan jawaban dari pertanyaan. e. Guru membentuk kelas menjadi 5-6 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. f. Peserta didik berdiskusi mengerjakan lembar kerja tentang objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan cerpen emak dan sepotong roti. g. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. h. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. i. Peserta didik mencermati penguatan tentang hasil diskusi yang disampaikan oleh guru. j. Peserta didik melaksanakan evaluasi tes tertulis. Kegiatan Penutup (10 menit) a. Peserta didik mereviu (mengulas, merefleksi) hasil pembelajaran mengenai ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. b. Guru bersama peserta didik membuat simpulan mengenai ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. c. Guru bersama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran tentang ciri objek, tujuan, kebahasaan dan jenis teks ulasan, serta menyampaikan tindak lanjut/perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya. d. Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi kesempatan peserta didik untuk menyebutkan kembali ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. Pertemuan Kedua (3 JP) Kegiatan Pendahuluan (10 menit) a. Peserta didik mengucapkan salam dan doa di awal pembelajaran. b. Guru memotivasi peserta didik untuk bertanya tentang hal- hal yang dapat mengingatkan kembali mengenai teks ulasan cerpen Emak dan Sepotong Roti. c. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. d. Guru menyampaikan lingkup penilaian keterampilan. e. Guru membentuk kelompok Peserta didik dengan Peserta didik yang pandai menjadi ketua kelompok dan Peserta didik lain menjadi anggota. Kegiatan Inti (100 menit) a. Peserta didik membaca teks ulasan yang berjudul Surat Kecil Untuk Tuhan. b. Peserta didik mengisi pertanyaan yang berhubungan dengan tayangan film Surat Kecil untuk Tuhan c. Peserta didik menayakan hal-hal yang belum dimengerti tentang kata-kata kunci, peta konsep, dari teks ulasan yang berjudul Surat Kecil untuk tuhan.

106 d. Peserta didik mengumpulkan data tentang kata-kata kunci, peta konsep, dari teks yang berjudul Surat Kecil untuk tuhan. e. Peserta didik berdiskusi mengerjakan lembar kerja tentang kata-kata kunci dan peta konsep dari teks yang berjudul Surat Kecil untuk tuhan. Guru memberikan bimbingan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan. f. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. g. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. h. Peserta didik menyimak penguatan hasil diskusi yang disampaikan guru. i. Peserta didik mengumpulkan hasil diskusi kelompok untuk diberi penilaian. Kegiatan Penutup (10 menit) a. Peserta didik mereviu (mengulas, merefleksi) hasil pembelajaran mengenai katakata kunci dan peta konsep teks ulasan. b. Guru bersama peserta didik membuat simpulan mengenai kata-kata kunci dan peta konsep teks ulasan. c. Guru bersama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran tentang kata-kata kunci dan peta konsep teks ulasan, serta menyampaikan tindak lanjut/perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya. d. Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi kesempatan peserta didik untuk menyebutkan kembali mengenai kata-kata kunci dan peta konsep teks ulasan. e. Peserta didik mendapat tugas secara mandiri untuk membuat peta konsep dari teks ulasan lain. Pertemuan Ketiga (3 JP) Kegiatan Pendahuluan (10 menit) a. Peserta didik mengucapkan salam dan doa di awal pembelajaran. b. Guru memotivasi peserta didik untuk bertanya tentang struktur dan kebahasaan teks kebahasan berdasarkan kata kunci yang diberikan oleh guru. c. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu menelaah struktur dan kebahasaan dari teks ulasan novel Marmut Merah jambu. d. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. e. Guru menyampaikan lingkup penilaian pengetahuan. f. Guru membentuk kelompok Peserta didik dengan Peserta didik yang pandai menjadi ketua kelompok dan Peserta didik lain menjadi anggota. Kegiatan Inti (100 menit) a. Peserta didik membaca teks ulasan novel Marmut Merah Jambu yang dibagikan oleh guru. b. Peserta didik dibimbing oleh guru menemukan struktur teks ulasan novel Marmut Merah Jambu berdasarkan kata kunci yang diberikan. c. Peserta didik menanyakan hal-hal yang belum dimengerti tentang struktur dan kebahasaan teks ulasan. d. Peserta didik mengumpulkan data tentang struktur dan kebahasaan teks ulasan dari novel Marmut Merah Jambu. e. Peserta didik berdiskusi mengerjakan lembar kerja tentang struktur dan kebahasaan teks ulasan dari tayangan, guru memberikan bimbingan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan.

107 f. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. g. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. h. Peserta didik mencermati penguatan tentang hasil diskusi yang disampaikan oleh guru. i. Peserta didik melaksanakan evaluasi tertulis. Kegiatan Penutup (10 menit) a. Peserta didik mereviu (mengulas, merefleksi) hasil pembelajaran mengenai ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. b. Guru bersama peserta didik membuat simpulan mengenai ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. c. Guru bersama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran tentang ciri objek, tujuan, kebahasaan dan jenis teks ulasan, serta menyampaikan tindak lanjut / perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya. d. Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi kesempatan peserta didik untuk menyebutkan kembali ciri objek, tujuan, kebahasaan, dan jenis teks ulasan. e. Peserta didik mendapat tugas kelompok untuk mengulas novel yang ditentukan oleh kelompok secara tertulis. Pertemuan Keempat (3 JP) Kegiatan Pendahuluan (10 menit) a. Peserta didik mengucapkan salam dan doa di awal pembelajaran. b. Guru memotivasi peserta didik untuk bertanya jawab tentang teks ulasan. c. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, yaitu menyajikan data, gagasan, kesan dalam bentuk teks ulasansecara tulis dan lisan dengan memperhatikan struktur, kebahasaan baik secara lisan maupun tulis d. Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan. e. Guru menyampaikan lingkup penilaian keterampilan. f. Guru membentuk kelompok Peserta didik dengan Peserta didik yang pandai menjadi ketua kelompok dan Peserta didik lain menjadi anggota. Kegiatan Inti (100 menit) a. Peserta didik menyusun teks ulasan agar menjadi runtut. b. Peserta didik menulis teks ulasan dari novel yang telah dibaca. c. Peserta didik mengumpulkan data tentang kerangka teks, struktur, kebahasaan, dan menyunting teks ulasan. d. Guru memberikan bimbingan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan.mengerjakan lembar kerja tentang tentang kerangka teks, struktur, kebahasaan, dan cara menyunting teks ulasan, guru memberikan bimbingan khusus terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan. e. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. f. Kelompok lain menanggapi hasil diskusi kelompok lainnya. g. Guru memberikan penguatan hasil diskusi. h. Peserta didik mempublikasikan teks ulasan di mading kelas.

108 Kegiatan Penutup (10 menit) a. Peserta didik mereviu (mengulas, merefleksi) hasil pembelajaran mengenai katakata kunci dan peta konsep teks ulasan. b. Guru bersama peserta didik membuat simpulan mengenai kerangka teks, struktur, kebahasaan, dan menyunting teksulasan. c. Guru bersama peserta didik melakukan identifikasi kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran kerangka teks, struktur, kebahasaan, dan menyunting teks ulasan serta menyampaikan tindak lanjut/perbaikan untuk kegiatan belajar berikutnya. d. Guru memberi umpan balik peserta didik dalam proses dan hasil pembelajaran dengan cara memberi kesempatan peserta didik untuk menyebutkan kembali mengenai kerangka teks, struktur, kebahasaan, dan menyunting teks ulasan. e. Peserta didik mendapat tugas secara mandiri untuk membuat teks ulasan secara tertulis. f. Guru menutup pembelajaran I. Penilaian Teknik penilaian a. Sikap Observasi (jurnal) b. Pengetahuan Tes tertulis c. Keterampilan Produk Instrumen Penilaian Pertemuan Pertama Instrumen penilaian sikap JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah : SMP Global Prima Islamic School Kelas/Semester : VIII/Semester 2 Tahun pelajaran : 2018/ 2019 No 1 Waktu Nama Peserta didik Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd Tindak Lanjut

109 2 3 4 Instrumen Penilaian Pengetahuan KISI-KISI TES TERTULIS NO LEVEL KOGNITIF LINGKUP MATERI Pengetahuan Teks Ulasan INDIKATOR Menentukan ciri objek teks ulasan yang dibaca/didengar. Menentukan ciri tujuan teks ulasandibaca/didengar. Menentukan ciri aspek kebahasaan teks ulasan yang dibaca/didengar. INDIKATOR SOAL Menentukan 4 ciri objek teks ulasan dari novel. Menentukan 4 ciri tujuan teks ulasan novel. Menentukan 4 kata umum dan kata khusus dari teks ulasan novel NO SOAL Menentukan 4 kata sifat sikapdari teks ulasan 5 Menemukan jenis kalimat majemuk dalam teks ulasan Instrumen Soal Tes tertulis Bacalah teks ulasan berikut kemudian kerjakan sesuai dengan perintah! Laskar pelangi Keterbatasan yang ada tidak memuat anggota Laskar Pelangi putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik.cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur yang dimulai ketika SD Muhammadiyyah teramcam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jika tidak melebihi 10 anak. Saat penutupan sekolah karena jumlahnya hanya 9, Harun dan Ibunya datang dan mendaftarkan diri ke sekolah itu. Dari sanalah cerita dimulai. Mereka, Laskar Pelangi, nama yang diberikan Bu

110 Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Novel ini sangat bermanfaat bagi para remaja. Kelebihan novel ini antar lain, berisi motivasi dan amanat-amanat yang dapat diambil dari kisah tersebut. Naskah Laskar Pelangi telah diadaptasi menjadi sebuah film berjudul sama dengan novelnya. Anggota Laskar Pelangi mempunyai karakter dan bakat yang berbeda-beda. Ikal adalh tokoh aku dalam cerita ini. Lintang, teman sebangku Ikal, adalah anak yang luar biasa jenius. Sahara adalah satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi yang memiliki sikap keras kepala dan berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Mahar, pria tampan bertubuh kurus ini, memiliki bakat dan minat besar pada seni. A Kiong adalah keturunan Tionghoa dan pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Syahdan adalah anak nelayan yang dalam cerita ini tak pernah menonjol. Kucai adalah ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Borek adalah pia besar maniak otot. Harun adalah pria yang memiliki keterbelakangan mental. Tokoh lain dalam novel ini adalah Bu Muslimah, Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Pak Harfan, kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyyah. Flo, adalah seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. A Ling adalah cinta pertama Ikal yang merupakan sepupu A Kiong. Novel Laskar Pelangi yang ditulis Andrea Hirata, tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di luar Indonesia, hingga ke Amerika Serikat dan mendapatkan penghargaan penerbit para pemenang nobel sastra. Nah sekian artikel dari saya mengenai teks ulasan film laskar pelangi, semoga bermanfaat dan jangan lupa like dan share artikel ini kepada sobat yang lainnya. Saya ucapkan terima kasih untuk sobat semua yang sudah berpartisipasi untuk membuat informasibelajar.com ini menjadi salah satu blog edukasi yang membantu lebih dari ribu siswa diseluruh Indonesia. Karena bantuan sobat semua, membuat blog sederhana ini menjadi salah satu yang terbaik dan akan terus berlanjut. 1. Tulislah 4 ciri objek yang terdapat dalam teks ulasan tersebut! 2. Tulislah 4 tujuan yang menggambarkan ciri dari teks ulasan tersebut! 3. Tulislah 4 kata umum dan kata khusus dalam teks ulasan tersebut! 4. Tulislah 4 kata sifat sikap dari teks ulasan tersebut! 5. Carilah kalimat majemuk yang terdapat pada teks ulasan laskar pelangi! RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN No Soal Uraian 1. Menuliskan 4 ciri objek yang terdapat dalam teks ulasan tersebut! Menuliskan 3 objek yang terdapat dalam teks ulasan berjudul laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 2 objek yang terdapat dalam teks ulasan berjudul laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 1 objek yang terdapat dalam teks ulasan berjudul laskar pelangi dengan benar. Skor JUMLAH SKOR 4

111 2. Menuliskan 4 tujuan yang menggambarkan objek dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 3 tujuan yang menggambarkan objek dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 2 tujuan yang menggambarkan objek dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 1 tujuan yang menggambarkan objek dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar JUMLAH SKOR 4 3. Menuliskan 4 kata umun dan khusus yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 3 kata umun dan khusus yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 2 kata umun dan khusus yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 1 kata umun dan khusus yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar JUMLAH SKOR 4 4. Menuliskan 4 kata sifat dan bersinonim yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. 4 Menuliskan 3 kata sifat dan bersinonim yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 2 kata sifat dan bersinonim yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar. Menuliskan 1 kata sifat dan bersinonim yang terdapat dalam teks ulasan laskar pelangi dengan benar JUMLAH SKOR 4 5. Menuliskan jenis teks ulasan laskar pelangi dengan benar. 4 JUMLAH SKOR TOTAL 20

112 Pedoman Penilaian: Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 1) 3.11 Mengidentifikasi informasi pada teks ulasan tentang kualitas karya (film, cerpen, puisi, novel, karya seni daerah) yang dibaca atau diperdengarkan. Nama Peserta didik/kelomok :... Kelas/Kelompok :... Bacalah teks dibawah ini kemudian kerjakan tugas berikut! Marmut Merah Jambu Marmut Merah Jambu adalah film indonesia tahun 2014 bergenre drama komedi yang dirilis pada 8 Mei 2014 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Franda, Kamga Mo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan dan Bucek Depp. Film ini diangkat dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama. Film keempat karya Raditya Dika yang diambil dari buku yang berjudul sama itu sukses menduduki peringkat tiga besar di daftar Indonesia film terlaris Marmut Merah Jambu ini berkisah tentang Dika yang menceritakan kisah cinta pertamanya ketika masa SMA, dengan perempuan bernama Ina Mangunkusumo. Selain itu dikisahkan pula saat Dika dan temannya Bertus yang membentuk grup detektif untuk memecahkan masalah teman-temannya, juga persahabatannya dengan Cindy. Suatu hari Dika bertemu dengan bapaknya Ina Mangunkusumo, cinta pertamanya di SMA. Dika menceritakan usahanya membuat grup detektif untuk menarik perhatian Ina. Grup itu dibuat bersama Bertus, temannya yang sama-sama anak terbuang di sekolah. Dika juga bercerita tentang persahabatannya dengan cewek unik bernama Cindy di SMA. Seiring dengan cerita Dika, dia sadar: ada kasus di masa lalunya yang belum selesai hingga dia dewasa. Seiring dia berusaha memecahkannya, seiring itu pula dia bertanya, benarkah cinta pertama enggak kemana-mana? Kelebihan film ini adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami dan alurnya juga mudah dimengerti. Selain itu, cover depannya memiliki warna yang terang dan cerah, sehingga tampak menarik. Namun sayangnya, ada beberapa bagian sepanjang film yang tidak terselesaikan dengan baik. Akan tetapi, film ini sangat cocok untuk anak remaja yang haus akan tontonan yang mengandung unsure drama komedi. Marmut Merah Jambu pun terhidang sebagai sebuah tontonan yang lucu dan mengundang tawa bagi para penontonnya. Terlepas dari beberapa kekurangan yang tidak dapat dimungkiri masih ada di sana-sini, sejauh ini film yang dibuat Raditya Dika, tetap memberikan hal yang bagus dan menarik.

113 1. Daftarlah hal yang diulas dari teks ulasan Marmut Merah Jambu tersebut! NO OBJEK/ HAL YANG DIULAS 1. Menceritakan kehidupan tokoh pada teks tersebut Tujuan teks deskripsi menggambarkan objek dengan cara memerinci objek secara subjektif atau melukiskan kondisi objek dari sudut pandang penulis 2. Daftarlah tujuan yang akan dicapai dari teks ulasan tersebut! NO TUJUAN 1. Kelebihan novel Teks deskripsi menggunakan sinonim kata yang bermakna khusus (legam, biru toska, putih jernih, molek, permai). 3. Carilah kata khusus pada teks deskripsi yang dicontohkan di atas dengan mengisi tabel berikut! NO KATA UMUM KATA KHUSUS 1. Baik Ramah Pertemuan Kedua Instrumen penilaian sikap JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah Kelas/Semester : SMP Global Prima Islamic School : VII/Semester I Tahun pelajaran : 2018/ 2019

114 No Waktu Nama didik Peserta Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd Tindak Lanjut Instrumen Penilaian Keterampilan KISI-KISI TES KETERAMPILAN NO LEVEL LINGKUP MATERI INDIKATOR Keterampilan Teks Ulasan Menuliskan kata-kata kunci berdasarkan objek yang diamati Mendaftar kata-kata kunci sebagai bahan penulisan teks ulasan Membuat peta konsep teks ulasan dari katakata kunci. PETUNJUK KERJA Susunlah teks ulasan berdasarkan kata-kata kunci dari teks ulasan novel Marmut Merah Jambu NO SOAL RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN ASPEK SKOR Kelengkapan struktur (judul, identitas, orientasi, sinopsis, analisis, evaluasi, dan rekomendasi) Ketepatan isi pada setiap struktur - Semua gambaran umum objek, gambaran Tiga unsur struktur terpenuhi Terdapat satu bagian gambaran umum Tiga unsur struktur terpenuhi Terdapat dua bagian struktur yang gambaran umum dan Hanya satu unsur terpenuhi Semua bagian struktur yang gambaran dan rincian

115 Ketepatan penggunaan bahasa Kreativitas penggunaan bahasa rincian objek pada setiap bagian struktur teks tepat. Penggunaan kata emotif, kata depan di dan ke, dan konjungsi tepat Terdapat empat atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi dan rincian objeknya tidak tepat. Terdapat satu penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat tiga atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi rincian objeknya tidak tepat Terdapat dua penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat dua atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi objeknya tidak tepat Terdapat tiga penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat satu atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi Pedoman Penilaian Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek Pertemuan Ketiga Instrumen penilaian sikap JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah Kelas/Semester : SMP Global Prima Islamic School : VIII/Semester II Tahun pelajaran : 2018/ 2019 No 1 Waktu Nama Peserta didik Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd Tindak Lanjut 2 3 Instrumen Penilaian Pengetahuan KISI-KISI TES TERTULIS NO LEVEL LINGKUP MATERI INDIKATOR PETUNJUK KERJA NO SOAL

116 Pengetahuan Teks Deskripsi Menentukan bagian struktur teks deskripsi. Menentukan bagian struktur teks deskripsi. 1 Menentukan ciri kebahasaan teks deskripsi dengan tepat. Menentukan ciri kebahasaan teks deskripsi dengan tepat. 2 Instrumen Soal Tes tertulis 1. Bacalah teks ulasan berikut kemudian kerjakan sesuai dengan perintah! Marmut Merah Jambu Marmut Merah Jambu adalah film indonesia tahun 2014 bergenre drama komedi yang dirilis pada 8 Mei 2014 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Franda, Kamga Mo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan dan Bucek Depp. Film ini diangkat dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama. Film keempat karya Raditya Dika yang diambil dari buku yang berjudul sama itu sukses menduduki peringkat tiga besar di daftar Indonesia film terlaris Marmut Merah Jambu ini berkisah tentang Dika yang menceritakan kisah cinta pertamanya ketika masa SMA, dengan perempuan bernama Ina Mangunkusumo. Selain itu dikisahkan pula saat Dika dan temannya Bertus yang membentuk grup detektif untuk memecahkan masalah teman-temannya, juga persahabatannya dengan Cindy. Suatu hari Dika bertemu dengan bapaknya Ina Mangunkusumo, cinta pertamanya di SMA. Dika menceritakan usahanya membuat grup detektif untuk menarik perhatian Ina. Grup itu dibuat bersama Bertus, temannya yang sama-sama anak terbuang di sekolah. Dika juga bercerita tentang persahabatannya dengan cewek unik bernama Cindy di SMA. Seiring dengan cerita Dika, dia sadar: ada kasus di masa lalunya yang belum selesai hingga dia dewasa. Seiring dia berusaha memecahkannya, seiring itu pula dia bertanya, benarkah cinta pertama enggak kemana-mana? Kelebihan film ini adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami dan alurnya juga mudah dimengerti. Selain itu, cover depannya memiliki warna yang terang dan cerah, sehingga tampak menarik. Namun sayangnya, ada beberapa bagian sepanjang film yang tidak terselesaikan dengan baik. Akan tetapi, film ini sangat cocok untuk anak remaja yang haus akan tontonan yang mengandung unsure drama komedi. Marmut Merah Jambu pun terhidang sebagai sebuah tontonan yang lucu dan mengundang tawa bagi para penontonnya. Terlepas dari beberapa kekurangan yang tidak dapat dimungkiri masih ada di sana-sini, sejauh ini film yang dibuat Raditya Dika, tetap memberikan hal yang bagus dan menarik. 2. Tentukan bagian struktur teks ulasan tesebut! 3. Tentukan ciri kebahasaan teks ulasan tersebut!

117 RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSKORAN NO SOAL URAIAN SKOR 1. Menentukan struktur dalam teks ulasan Marmut Merah Jambu dengan tepat. Menentukan struktur dalam teks ulasan Marmut Merah Jambu dengan tepat. Menentukan struktur dalam teks ulasan Marmut Merah Jambu dengan tepat. 2. Menuliskan 4 ciri kebahasaan dalam teks ulasan Marmut Merah Jambu dengan tepat. Menuliskan 3 ciri kebahasaan dalam teks ulasanmarmut Merah Jambu dengan tepat. Menuliskan 2 ciri kebahasaan dalam teks ulasanmarmut Merah Jambu dengan tepat. Menuliskan 1 ciri kebahasaan dalam teks ulasanmarmut Merah Jambu dengan tepat Pedoman Penilaian Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 3) Nama Peserta didik/kelomok :... Kelas/Kelompok :... Bacalah teks dibawah ini kemudian kerjakan tugas berikut!

118 Marmut Merah Jambu Marmut Merah Jambu adalah film indonesia tahun 2014 bergenre drama komedi yang dirilis pada 8 Mei 2014 dan dibintangi oleh Raditya Dika, Franda, Kamga Mo, Tio Pakusadewo, Dewi Irawan dan Bucek Depp. Film ini diangkat dari novel karya Raditya Dika yang berjudul sama. Film keempat karya Raditya Dika yang diambil dari buku yang berjudul sama itu sukses menduduki peringkat tiga besar di daftar Indonesia film terlaris Marmut Merah Jambu ini berkisah tentang Dika yang menceritakan kisah cinta pertamanya ketika masa SMA, dengan perempuan bernama Ina Mangunkusumo. Selain itu dikisahkan pula saat Dika dan temannya Bertus yang membentuk grup detektif untuk memecahkan masalah temantemannya, juga persahabatannya dengan Cindy. Suatu hari Dika bertemu dengan bapaknya Ina Mangunkusumo, cinta pertamanya di SMA. Dika menceritakan usahanya membuat grup detektif untuk menarik perhatian Ina. Grup itu dibuat bersama Bertus, temannya yang sama-sama anak terbuang di sekolah. Dika juga bercerita tentang persahabatannya dengan cewek unik bernama Cindy di SMA. Seiring dengan cerita Dika, dia sadar: ada kasus di masa lalunya yang belum selesai hingga dia dewasa. Seiring dia berusaha memecahkannya, seiring itu pula dia bertanya, benarkah cinta pertama enggak kemana-mana? Kelebihan film ini adalah bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami dan alurnya juga mudah dimengerti. Selain itu, cover depannya memiliki warna yang terang dan cerah, sehingga tampak menarik. Namun sayangnya, ada beberapa bagian sepanjang film yang tidak terselesaikan dengan baik. Akan tetapi, film ini sangat cocok untuk anak remaja yang haus akan tontonan yang mengandung unsure drama komedi. Marmut Merah Jambu pun terhidang sebagai sebuah tontonan yang lucu dan mengundang tawa bagi para penontonnya. Terlepas dari beberapa kekurangan yang tidak dapat dimungkiri masih ada di sana-sini, sejauh ini film yang dibuat Raditya Dika, tetap memberikan hal yang bagus dan menarik. 1. Struktur teks ulasan di atas! NO STRUKTUR TEKS Ciri Kebahasaan teks ulasan! NO STRUKTUR KATA/KALIMAT 1. Kata benda dan kata yang mengikuti kata benda (yang menjelaskan) 2. Kalimat yang seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.

119 3. Kata Berimbuhan pada Teks ulasan 4. Menggunakan kata bersinonim Pertemuan Keempat Instrumen penilaian sikap JURNAL PERKEMBANGAN SIKAP Nama Sekolah : SMP Global Prima Islamic School Kelas/Semester : VIII/Semester 2 Tahun pelajaran : 2018/ 2019 No 1 Waktu Nama Peserta didik Catatan Perilaku Butir Sikap Ttd Tindak Lanjut 2 3 Instrumen Penilaian Keterampilan KISI-KISI TES KETERAMPILAN NO LEVEL LINGKUP MATERI INDIKATOR PETUNJUK KERJA NO SOAL Keterampilan Teks ulasan Membuat kerangka teks sesuai dengan struktur teks ulasan Menulis teks ulasan dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan tentangteks ulasan novel Mengomunikasikan hasil novel yang telah diulas Buatlah kerangka teks sesuai dengan struktur teks ulasan Buatlah teks ulasan dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan tentang teks ulasan

120 novel RUBRIK PENILAIAN DAN PEDOMAN PENSORAN ASPEK SKOR Kelengkapan struktur (judul, identitas, rientasi, sinopsis, analisis, evaluasi, dan rekomendasi) Ketepatan isi pada setiap struktur Ketepatan penggunaan bahasa Kreativitas penggunaan bahasa - Semua gambaran umum objek, gambaran rincian objek pada setiap bagian struktur teks tepat. Penggunaan kata emotif, kata depan di dan ke, dan konjungsi tepat Terdapat empat atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi Tiga unsur struktur terpenuhi Terdapat satu bagian gambaran umum dan rincian objeknya tidak tepat. Terdapat satu penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat tiga atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi Tiga unsur struktur terpenuhi Terdapat dua bagian struktur yang gambaran uumum dan rincian objeknya tidak tepat Terdapat dua penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat dua atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi Hanya satu unsur terpenuhi Semua bagian struktur yang gambaran dan rincian objeknya tidak tepat Terdapat tiga penggunaan unsur bahasa yang tidak tepat Terdapat satu atau lebih kekhasan dalam penggunaan diksi

121 Pedoman Penilaian Skor = jumlah perolehan angka seluruh aspek LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 4) Nama Peserta didik/kelompok :... Kelas/Kelompok :... Membuat kerangka teks sesuai dengan struktur teks ulasan dan menulis teks ulasan dengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan tentang novel yang telah dibaca. NO. HAL HASIL 1. Kerangka teks sesuai dengan struktur teks ulasan 2. Menulis teks ulasandengan memperhatikan pilihan kata, kelengkapan struktur, dan kaidah penggunaan kata kalimat/tanda baca/ejaan tentang novel yang telah dibaca. Mengetahui, Jakarta, 2019 Kepalas SMP Global Prima Islamic School Guru Mapel Bhs. Indonesia Dra. Siti Suharni, MPd Nurhalimah

122 TRANSKRIPSI PERCAKAPAN FILM ANIMASI ADIT SOPO JARWO EPISODE OJEK PAYUNG BIKIN BINGUNG Tokoh dalam cerita: Adit Denis Jarwo Sopo Kang Ujang Pak Haji Adel Ibu berbaju merah muda Ibu berbaju hijau Anak kecil Bapak bertopi merah (Pagi hari di perkampungan, Jarwo dan Sopo sedang memesan bakso di lapak bakso kang Ujang) Jarwo: eh Kang! Kang Ujang: (terkejut) Jarwo: saya baksonya yang kecil-kecil aja ya, Kang. biar dapet banyak hehe Sopo: saya juga ya, bos. hehe Kang ujang: nih! (sambil memberikan mangkok berisi kuah bakso) Jarwo: weh.. lah kok kuahnya doang! Kang ujang iki piye toh? Kang ujang: ini teh udah disesuaikan dengan hutang yang ada. Di mana-mana juga kalau banyak hutang tuh harus prihatin jangan terlalu ngarepin. Ngerti! Huh. Jarwo: haduh

123 (Di seberang lapak bakso kang Ujang) Ibu berbaju merah muda: ini.. nitip buat ibu kamu, ya! Payung Anak kecil: he em (menganggukkan kepala) Ibu berbaju merah muda: sama arisan bulan ini ya! Anak: iyaa iya makasih (Bang jarwo menggebrak meja karena punya ide dan yang lain terkejut) Jarwo: (gebruk!) Sopo dan kang ujang: MasyaaAllah Jarwo: ojek payung! (ide muncul) Sopo! Sopo: iya, bos. Jarwo: ayo kita let s go! Kita bakal jadi pengusaha ojek payung terbesar di kampung ini hehehe ayo cepetan! (di halaman rumah Adit) Adel: (berceloteh) Adit: (menaiki sepeda) (Denis lewat depan rumah Adit) Denis: mau ke mana, dit? Adit: mau beli terigu, den. Buat bunda bikin kue. Denis: oh aku ikut ya? Adit: oke (di pinggir jalan perkampungan) Jarwo: ojek payung Sopo: payung mbak.. payung mbak.. Jarwo: ojek payungnya ini loh Sopo: ojek payung

124 Jarwo: pak, ojek payungnya, pak. Ojek payung biar gak kepanasan Biar gak hehe maaf loh hehe Kulitnya gak tambah hitam. (tuturan Jarwo dipotong bapak bertopi merah) Bapak bertopi merah: hey! Memang kulit beta so hitam dari sana.. beta tinggal di pulau Boeruh dari kecil so mandi di laut panas. Jarwo: aduh.. i..i.. iya (di pinggir jalan perkampungan) Jarwo: ojek payungnya, bu.. Ojek payung biar ngga kepanasan sama biar gak jadi.. (tuturan Jarwo dipotong ibu berbaju hijau) Ibu berbaju hijau: ah! Kamu pasti mau nipu saya, ya! Udah.. ngga gak sana sana sana.. saya gak mau pake-pake gitu-gituan segala. (pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Jarwo: aaa.. gini-gini, bu. (sambil sedikit berlari untuk mengejar ibu berbaju hijau) Kalau ojek payungnya saya kasih bonus dengan ojek motor gimana, bu? Hehe Ibu berbaju hijau: hmmm tapi berapa? Ntar mahal lagi. Jarwo: gini.. berhubung masih dalam bulan promosi.. jadi.. cuma.. sepuluh ribu aja gimana? Hehe Ibu berbaju hijau: hmmm boleh deh Ke pasar ya, bang! Jarwo: beres bu beres. Hehe alhamdulillah penglaris hehe (berbicara dengan sendiri sambil buka payung) Waduh.. Waduh.. wah kok macet.. waduuh Sopo! Sopo! ini gimana ini kok payungnya gak bisa ke buka ini loh Sopo: oh (bingung) Ibu berbaju hijau: hah (kecewa sambil pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo)

125 (Sopo dan Jarwo mengejar Ibu berbaju hijau) Jarwo: bu Sopo: bu Ibu berbaju hijau: eh (kaget) Jarwo: maaf kalau gitu ini kan ada sedikit masalah ya.. naik ojek motornya aja gimana, bu? Ibu berbaju hijau: Hem (memalingkan wajah dan pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Sopo: a (bingung) Jarwo: eh eh eh bu.. lah (Jarwo berlari menuju motor yang diparkirnya dan melemparkan payung ke Sopo) Jarwo: haduuh.. lah.. eh.. ada-ada aja pake mogok lagi.. (Sopo menghampiri Jarwo) Sopo: yang sabar ya bos Jarwo: heh! Ngoceh aja. Kejar sana ibu itu, jangan sampai pergi. Bilangin bentar lagi juga motornya nyala. Buruan! Sopo: sekarang, Bos? Jarwo: terserah (kesal) Sopo: (angguk kepala) Jarwo: (semakin kesal) hiiiii Sopo: oh iya bos, iya bos (sambil membawa payung) (sopo berlari mengejar ibu berbaju hijau) Sopo: bu.. (sambil garuk kepala) Ibu berbaju hijau: apa? Sopo: anu bu.. mmm kata.. kata bos Jarwo bentar lagi motornya udah nyala kok, bu. Ibu berbaju hijau: heah (menghela napas dan memalingkan wajah)

126 (tiba-tiba Adit, Adel, Denis lewat dan menghampiri Sopo kemudian bertanya) Adit: ada apa, bang Sopo? Sopo: ini loh, dit.. tadi nawarin payung. Tapi payungnya rusak, dit. Adit: oh.. pake yang ini aja payungnya. (sambil mengambil payung yang berada di kemudi kanan Adit) Adit: Ini bu pake aja. Ibu berbaju hijau: wah terima kasih ya, dit. Adit: iya sama-sama, bu. Ibu berbaju hijau: nanti dari pasar saya ke rumah deh Adit: iya bu iya Sopo: tapi.. Adit: bang Sopo adit pulang aja yah udah ditungguin bunda soalnya. Sopo: i.. iya dit iya. Ati-ati ya, dit. (Adit meninggalkan Sopo dengan mengendarai sepedanya kemudian melewati Jarwo) Adit: jangan menyerah ya, bang Jarwo. Jarwo: heh kamu lagi! (Sopo menghampiri Jarwo) Jarwo: loh? Sopo! Ibu yang tadi mana? Sopo: m m m m (bingung) Jarwo: (kesal sambil mukul-mukul motornya) ih ih ih (di pinggir jalan perkampungan, Sopo dan Jarwo akhirnya bertemu dengan Adit, Denis, dan Adel) Jarwo: heh Adit! Adit: ada apa, bang Jarwo? Jarwo: kamu itu loh. Masa gak punya perasaan bersalah. Kamu itu harus ganti rugi sama saya.

127 Adit: hah (kaget) Denis: ganti rugi? Adit: ganti rugi apaan sih bang Adel: a.. a.. a.. (menampilkan ekspresi wajah kesal) Jarwo: loh ini anak loh bener-bener ya.. udah gak punya rasa bersalah. Gak punya sopan santun lagi. Adit: hah (tambah bingung) Jarwo: tadi itu loh ibu yang tadi itu. Itu calon pelanggan ojek payung saya. Lah gara-gara kamu.. ngasih payung ke dia.. hilang semua.. lah pokoknya kamu harus ganti rugi tiga puluh kali lipat! Sama itu kalian, payungnya siniin. Adit: wah nggak bisa gitu dong, bang. Denis: he eh he eh (menganggukkan kepala) Adit: kan adit gak ada maksud apa-apa. Cuma mau bantuin doang kok. Jarwo: itu dia.. itu. Mana ada gak ada maksud apa-apa tapi kok malah ngerugiin saya. Pokoknya ganti rugi. Denis: (berbisik ke Adit) ih kita kabur aja deh. Adit: engga ah, bang! Adit pulang dulu ya. Udah ditungguin bunda nih (sambil mulai mengayuh sepeda) Jarwo: eh adit itu payungmu siniin eh. (Adit, Denis, dan Adel pergi meninggalkan Sopo dan Jarwo) Jarwo: eh jangan mogok dulu. Jangan mogok dulu eh.. hayo motor (berbicara dengan motornya) Denis: cepetan, Dit! Jarwo: Adit.. Adit Adit (berteriak) Adit: permisi permisi Ibu yang berkerudung merah muda: pelan-pelan.. Bapak yang berkaos abu-abu: wow.. Jarwo: adit! Awas kamu eh

128 (di gang perkampungan) Jarwo: mana tadi tuh si Adit! (Adit, Denis, Adel muncul dari gang) Adit: bang Jarwo.. kita di sini Denis: hihihi Jarwo: weh kena kamu sekarang (tiba-tiba pak Haji muncul dari gang) Jarwo: (kaget) weh Sopo: eh Jarwo: ada bang haji hehe haduh.. anu bang.. anu gini.. Pak Haji: iyee.. ane paham! Tadi Adel juga udah cerita.. (menoleh kea rah Adel) Pak Haji: gimana, Del? Adel: tca.. tcu.. tca.. tcu.. tca.. tcu.. Pak Haji: Jarwo.. Jarwo.. ya kagak bisa gitu dong. Masa Adit suruh ganti rugi. (Jarwo garuk-garuk kepala) Pak Haji: heem ini lagi nih (melihat ke payung yang dibawa Sopo) pantesan dari tadi ane cari nih payung. Kagak taunye ente yang bawa. Jarwo: ya.. tapi payungnya juga gak bisa dipake kok, bang. Pak haji: yang bener? Coba sini, Sopo! Payungnya ane pinjem dulu bentar. Sopo: ini, pak haji. (payung terbuka dan semua terkejut) Jarwo: weh (kaget) Pak Haji: nih bisa, wo. Makanye lain kali kalau mau pinjam ntuh izin dulu.. niat usahanye sih udeh bener tapi caranye juga harus bener. Paham! Jarwo: iya paham.. paham deh. (sambil garuk kepala) -Yang lain tertawa- (di jalan dekat pasar)

129 Jarwo: ojek payung.. ojek.. ojek.. Alhamdulillah (pelanggan membayar jasa ojek payung) (di warung bakso kang Ujang) Jarwo: gimana, Sopo? Eh.. lumayan toh kita Sopo: Alhamdulillah.. Jarwo: siji, loro, telu, papat, limo nih pegang! Sopo: (diam) Jarwo: (menghitung uang kembali) enem, pitu, wolu, so eh wet wet (uangnya beterbangan) Jarwo: itu eh sopo itu duitnya itu terbang semua itu.. eh.. Sopo: uangnya, bos.. uangnya (berlari mengejar uang yang terbang) Jarwo: aduh.. duh gusti.. uangnya aduh huhu duitnya.. (sambil berlari mengejar uang) Adit: bang Jarwo.. bang Jarwo.. (Adit, Denis, Adel tertawa) -SELESAI-

130 RIWAYAT PENELITI Nurhalimah, lahir di Bekasi, 09 Desember Putri kedua dari bapak Namin dan ibu Mardiah ini menuntaskan pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Srimukti 03, Bekasi tahun Kemudian peneliti melanjutkan Sekolah Mengengah Pertama di SMPN 1 Tambun Utara, Kab. Bekasi tahun Pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas penulis tempuh di SMAN 1 Tambun Utara, Kab. Bekasi tahun Selama menempuh Sekolah Dasar, peneliti aktif mengikuti berbagai macam lomba, di antaranya olimpiade matematika tingkat kecamatan dan mengikuti perjusami pada tahun Ketika di SMP, peneliti pernah mengikuti lomba speech contest antar sekolah di Kabupaten Bekasi. Ketika di SMA, peneliti aktif di organisasi KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) dan menjabat sebagai sekretaris. Selain itu, pernah mengikuti Olimpiade Kimia tingkat Kabupaten. Setelah lulus SMA pada tahun 2012, peneliti melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti tak hanya berkutat di dunia perkuliahan. Selain aktif di organisasi Forum Lingkar Pena Jakarta (FLP Jakarta), ia juga sempat mengajar iqro di Pesantren Al-Qur an Nur Medina Pondok Cabe, mengajar privat, dan juga mengajar di beberapa sekolah di antaranya SMP Cenderawasih 1 Jakarta Selatan, SDIT Al Ihsan Kebagusan Pasar Minggu, dan terakhir pernah mengajar di SMP Global Prima Islamic School Kota Bekasi. Di sela-sela kuliah, mengajar, dan berorganisasi peneliti menyempatkan untuk mengikuti pembinaan Daurah Tahsin Tartil Al-Qur an Metode Maisura Riwayat Hafsh dari Imam Ashim Menurut Thariq asy-syathibiyyah.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, alih kode, campur kode dan bilingualisme. 2.1.1 Tuturan Tuturan atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret: satu istilah dapat mengandung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

ETNOGRAFI KOMUNIKASI ETNOGRAFI KOMUNIKASI Etnografi kom merupakan pengembangan dr antropologi linguistik yg dipahami dlm konteks kom. Dikenalkan Dell Hymes th 1962, sbg kritik kpd ilmu linguistik yg tll memfokuskan pada fisik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh RASMIAYU FENDIANSYAH NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DAN PERLOKUSI PADA GURU MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 TANJUNGPINANG ARTIKEL E-JOURNAL Oleh RASMIAYU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi dengan media tulisan, seperti SMS (Short Message Service), surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam masyarakat. Bahasa ditinjau dari segi fungsinya, memiliki fungsi beraneka ragam. Salah satu diantaranya yang paling menonjol

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS 9 BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengantar Sehubungan dengan masalah yang ditemukan pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan wujud Prinsip Kerja Sama di dalam dialog antartokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia.tanpa bahasa kehidupan manusia akan lumpuh dalam komunikasi atau beinteraksi antarindividu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi Pena pppp Vol.7,m,m[Type No.2 text]njnj Desember 2017 ISSN 2089-3973 PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi ABTRACT The results of this

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang telekomunikas. Saat ini untuk berkomunikasi dengan orang lain sangatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial antara individu dengan individu lain. Interaksi tersebut dapat dilakukan dengan tindakannya

Lebih terperinci

ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS. Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM

ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS. Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM 1420104002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA

PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA Ratna Ayu Yistiana, I Nyoman Sudiana, Md. Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung verianingtias@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji prinsip kerja sama pada sinetron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014

ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ANALISIS KALIMAT INTEROGATIF PEMBAWA ACARA HITAM PUTIH DI TRANS 7 EDISI PERTENGAHAN APRIL- MEI 2014 ARTIKELE-JOURNAL Diajukanuntukmememenuhisebagianpersyaratanmemeperolehgelar SarjanaPendidikan (S. Pd.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM PERCAKAPAN PEMBAWA ACARA MUSIK INBOX EDISI DESEMBER 2015 DI STASIUN TELEVISI SCTV

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM PERCAKAPAN PEMBAWA ACARA MUSIK INBOX EDISI DESEMBER 2015 DI STASIUN TELEVISI SCTV 1 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN DALAM PERCAKAPAN PEMBAWA ACARA MUSIK INBOX EDISI DESEMBER 2015 DI STASIUN TELEVISI SCTV SKRIPSI Disusun sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Haswinda Harpriyanti dan Helda Safitri Oktani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian merupakan jalan yang ditempuh peneliti dalam menuju ke pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur kerja bahasa

Lebih terperinci

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya ISSN 2527-4104 Vol. 1 No.1, 1 April 2016 REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7 Helda Safitri Oktani, Haswinda Harpriyanti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI

ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI ANALISIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA TRANSAKSI TAWAR MENAWAR PENJUAL DAN PEMBELI LAIN JENIS KELAMIN DI PASAR TRADISONAL KOTA BATU SKRIPSI Oleh SUSANTI FITRIANA PATRISIA NIM 201010080311008 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FLORENSIA MARSELLI KIDI

FLORENSIA MARSELLI KIDI ANALISIS PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DAN SOPAN SANTUN TUTURAN PARA PESERTA DALAM ACARA INDONESIA LAWAK KLUB (ILK) Edisi 1 Januari 2015, 2 Januari 2015 dan 5 Januari 2015 ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI

ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DAN PRINSIP KESOPANAN PADA BUKU HUMOR SEHAT KARYA PUJO RAHARJO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan manusia lain di sekitarnya. Sejak awal hidupnya dia sudah bergaul dengan lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbagai peristiwa yang terjadi di negeri ini, termasuk kisruh di lingkungan pemerintahan tak lepas dari sorotan masyarakat. Hal itu ditandai oleh semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK. PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Herdiana 1), Marsis 2), Syofiani 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU 194 PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU Titje Puji Lestari, M.Pd. Dosen Bahasa Indonesia Universitas Dehasen Bengkulu titjepujilestari90@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam

BAB V PENUTUP. serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dideskripsikan, serta berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tuturan ekspresif dalam novel Dom Sumurup Ing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh:

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh: KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI Oleh: Maya Dwi Jayanti NIM 100210402024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS

TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 CIAMIS TINDAK TUTUR DALAM BERCERITA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Berdasarkan observasi penulis saat melakukan kegiatan PPL. Anak terlihat cenderung pasif melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan bahasa yang dimiliki manusia merupakan suatu anugerah yang tidak terhingga. Tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan bahasa. Oleh sebab itu, bahasa berperan

Lebih terperinci

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU. Sinar Ilfat Nursal Hakim Charlina sinarilfat@ymail.com 0853555523813 Education of Indonesian Language and

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru harus menerapkan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.

Lebih terperinci

ERIZA MUTAQIN A

ERIZA MUTAQIN A IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Dalam tinjauan studi terdahulu dikaji sejumlah penelitian yang relevan dengan penelitian penulis kerjakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan

Lebih terperinci