V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan. Pembahasan meliputi penyajian hasil identifikasi model, hasil estimasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan. Pembahasan meliputi penyajian hasil identifikasi model, hasil estimasi"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab hasil dan pembahasan berisi mengenai hasil perhitungan yang telah dilakukan. Pembahasan meliputi penyajian hasil identifikasi model, hasil estimasi model, dan hasil simulasi model. Hasil simulasi model tersebut divalidasi kemudian dilakukan simulasi historis terhadap beberapa variabel endogen dan eksogen untuk mengetahui dampak yang terjadi. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hasil dari perhitungan ini dapat dijadikan dasar dalam menentukan alternatif kebijakan untuk meningkatkan produksi beras di Indonesia Hasil Identifikasi Model Model yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah model linier persamaan simultan. Proses perumusan dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama yang dilakukan yaitu spesifikasi model bertujuan membuat model terbaik sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Langkah selanjutnya, identifikasi pada beberapa persamaan untuk melihat apakah over identified, exactly identified ataukah unidentified. Metode estimasi untuk pengujian model ada beberapa macam, diantaranya metode kuadrat terkecil (OLS), metode kuadrat terkecil tidak langsung (ILS = Indirect Least Squares), metode kuadrat terkecil dua tahap (2 SLS), dan metode kuadrat terkecil tiga tahap (3 SLS = Three Stage Least Squares). Umumnya metode OLS tidak sesuai untuk menaksir persamaan tunggal dalam hubungan model persamaan simultan, walaupun OLS dapat diterapkan untuk menaksir parameter dari dua persamaan secara individual. Metode OLS hanya digunakan sebagai standar atau norma perbandingan. Selain itu, metode OLS hanya cocok untuk persamaan yang exactly identified (Gujarati, 1978). 45

2 Tabel 7. Hasil Identifikasi Model dari Masing-Masing Persamaan Persamaan K M G (K-M) (G-1) Keterangan AREA Over identified PRDV Over identified HGTPR Over identified IMPR Over identified QDBR Over identified HBINR Over identified HIMPR Over identified Sumber: Data (diolah), 2010 Penelitian ini terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Dimana variabel endogen mencakup 10 variabel, yaitu AREA, PRDV, HGTPR, IMPR, QDBR, HBINR, HIMPR, PRDP, PRDB, dan QSBR. Sedangkan, variabel eksogen mencakup 10 current variable dan 3 lagged variable. Current variable, yaitu RHGHP, HJTPR, KUTA, CRAH, HPUKR, TREN, HDPPR, JPDK, INCKR, HBRDR dan lagged variable, yaitu LSTOK, LHJTPR, LTRIF. Disamping itu, terdapat 7 lagged variable endogenous, yaitu LAREA, LPRDV, LHGTPR, LIMPR, LQDBR, LHBINR, dan LHIMPR. Setelah dilakukan identifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 7, model dinyatakan over identified sehingga metode ILS tidak dapat digunakan karena metode tersebut memiliki dua kelemahan. Pertama, tidak memberikan standard error bagi parameter struktural yang dihitung berdasarkan parameter dari bentuk sederhana (parameters of reduced form). Kedua, tidak dapat digunakan untuk menghitung perkiraan parameter struktural yang unik dan konsisten bagi suatu persamaan yang over identified dalam suatu model atau sistem persamaan simultan (Supranto, 2004). Metode estimasi untuk pengujian model selanjutnya adalah metode 3 SLS. Metode 3 SLS lebih cocok digunakan dalam estimasi model karena metode ini umumnya memberikan hasil estimasi yang konsisten dan secara asimtotik lebih 46

3 efisien. Namun, metode 3 SLS menuntut spesifikasi model yang akurat karena model tersebut sangat peka terhadap kesalahan spesifikasi dan memerlukan data yang besar (Koutsoyiannis, 1977). Metode 2 SLS sangat ekonomis untuk memecahkan suatu model dengan banyak persamaan dan dapat diterapkan bagi setiap persamaan dalam suatu model tanpa memberikan pengaruh yang jelek pada persamaan lain dalam model. Selain itu, metode 2 SLS mudah sekali penerapannya, yaitu membuat regresi bagi setiap variabel endogen terhadap seluruh variabel eksogen atau predetermined variable dalam model, kemudian mengganti variabel endogen asli dengan variabel endogen perkiraan, hasil regresi. Walaupun metode 2 SLS khusus dirancang untuk persamaan yang over identified, tetapi juga dapat diterapkan untuk persamaan yang exactly identified (Supranto, 2004). Berdasarkan penjelasan di atas, metode 2 SLS dipilih untuk pengujian model karena cukup toleran terhadap kesalahan spesifikasi model dan kesalahan spesifikasi satu persamaan tidak ditransfer ke persamaan lain. Selain itu, metode 2 SLS lebih efisien dibandingkan OLS, cocok digunakan pada contoh yang jumlahnya sedikit, konsisten serta dapat menghindari estimasi yang bias (Supranto, 2004) Hasil Estimasi Model Secara umum berdasarkan hasil estimasi model dalam setiap persamaan yang tersaji dalam Lampiran 3 sampai Lampiran 9 dapat ditunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) dari masing-masing persamaan berkisar antara 0.28 sampai Berdasarkan nilai tersebut, keragaman masing-masing variabel endogen dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel-variabel eksogen yang 47

4 dimasukkan dalam masing-masing persamaan struktural. Variabel-variabel eksogen secara bersama-sama dapat menjelaskan keragaman variabel endogen sebagaimana ditunjukkan dengan nilai peluang uji statistik-f yang lebih rendah dari taraf α = 5%, berkisar antara sampai Disamping itu, setiap persamaan struktural dalam model mempunyai tanda parameter estimasi sesuai dengan harapan dari sudut pandang ekonomi. Nilai peluang uji statistik-t digunakan untuk menguji apakah masingmasing variabel eksogen berpengaruh nyata terhadap variabel endogennya. Nilai peluang uji statistik-t menunjukkan bahwa ada beberapa variabel eksogen yang tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel endogennya pada taraf α = 20%. Berdasarkan uji statistik durbin-h, dari 7 persamaan struktural terdapat 3 persamaan yang mempunyai masalah serial korelasi, yaitu produktivitas padi (PRDV), harga riil gabah tingkat petani (HGTPR), dan harga riil beras impor Indonesia (HIMPR). Hal ini dikarenakan nilai D h yang dimiliki masing-masing persamaan sebesar -3.14, 5.83, dan sedangkan 2 persamaan tidak mempunyai masalah serial korelasi, yaitu luas areal panen padi (AREA) dan jumlah impor beras (IMPR) dengan nilai D h masing-masing sebesar dan Dua persamaan lainnya yaitu permintaan beras (QDBR) dan harga riil beras Indonesia (HBINR) tidak terdeteksi serial korelasinya karena hasil kali antara jumlah contoh observasi dengan ragam variabel bedakala nilainya lebih besar dari satu. Menurut Pindyck dan Rubinfeld (1981), masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan 48

5 bias parameter regresi, maka hasil dalam estimasi model dalam penelitian ini dapat dinyatakan cukup representatif dalam menggambarkan fenomena ekonomi beras di Indonesia. Penjelasan lebih rinci dari masing-masing persamaan disajikan dalam pembahasan berikut ini Luas Areal Panen Padi Hasil estimasi persamaan luas areal panen padi secara lengkap disajikan pada Lampiran 3. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.1) sebagai berikut: AREA t = RHGHP t 0.209HJTPR t KUTA t CRAH t LAREA t... (5.1) R-Square = 95.25%, nilai peluang uji-f = , dan D h = Variabel yang secara nyata mempengaruhi luas areal panen padi pada taraf α = 5% adalah luas areal panen padi t-1 (LAREA) sedangkan curah hujan berpengaruh nyata pada taraf α = 10%. Adapun rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk urea, harga riil jagung tingkat petani, dan kredit usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi. Tidak nyatanya pengaruh variabel rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk urea, harga riil jagung tingkat petani, dan kredit usahatani terhadap luas areal panen padi menunjukkan bahwa perubahan variabel harga riil gabah tingkat petani, harga riil pupuk urea, harga riil jagung tingkat petani, dan kredit usahatani hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk urea berpengaruh positif terhadap luas areal panen padi. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan harga riil gabah tingkat petani, maka luas areal panen padi akan 49

6 bertambah, ceteris paribus. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan harga riil gabah tingkat petani akan menstimulus petani untuk memperluas lahan garapannya, sehingga luas areal panen padi akan bertambah. Sebaliknya jika harga riil gabah tingkat petani menurun, maka petani tidak mempunyai insentif atau gairah untuk menanam padi. Harga riil pupuk urea naik (harga gabah tetap) sehingga rasio harga riil gabah tingkat petani dengan harga riil pupuk urea menjadi turun. Hal ini menyebabkan petani mengurangi jumlah pembelian pupuk urea sehingga luas areal panen padi akan semakin menurun. Oleh karena itu, intervensi pemerintah sangat diperlukan dalam menentukan harga riil pupuk urea melalui kebijakan subsidi pupuk. Variabel harga riil jagung tingkat petani sebagai komoditi kompetitif padi berpengaruh negatif terhadap luas areal panen padi sebesar Hal ini berarti jika harga riil jagung tingkat petani naik sebesar satu rupiah per kilogram, maka kemungkinan petani beralih menanam jagung, sehingga luas areal panen padi akan berkurang sebesar hektar. Sebaliknya, jika harga riil jagung tingkat petani turun sebesar satu rupiah per kilogram, maka petani akan banyak yang menanam padi sehingga luas areal panen padi akan bertambah sebesar hektar, ceteris paribus. Harga riil jagung tingkat petani terhadap luas areal panen padi diketahui tidak berpengaruh nyata. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa meskipun terjadi peningkatan harga riil jagung, maka petani tidak mudah secara langsung akan beralih menanam jagung karena harus melakukan persiapan lahan dari yang semula ditanam padi menjadi jagung ataupun sebaliknya. 50

7 Faktor lain yang memberikan insentif bagi petani dalam pelaksanaan usahatani padinya yaitu kredit usahatani. Hasil estimasi model menunjukkan kredit usahatani berpengaruh positif sebesar Oleh karena itu, jika terjadi peningkatan kredit usahatani sebesar satu rupiah maka luas areal panen padi akan bertambah sebesar hektar, ceteris paribus. Kredit usahatani diketahui tidak berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi. Hal ini terjadi karena umumnya petani Indonesia sulit mendapat pinjaman dari bank untuk mendapatkan modal usahataninya sehingga cenderung lebih memilih meminjam uang kepada keluarganya sendiri atau kepada tengkulak. Faktor-faktor teknis budidaya seperti curah hujan berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel curah hujan berpengaruh positif sebesar Hal ini berarti jika curah hujan naik sebesar satu mm per tahun maka ketersediaan air bagi tanaman padi akan meningkat sehingga luas areal panen padi bertambah sebesar hektar. Sedangkan jika curah hujan turun sebesar satu mm per tahun, maka luas areal panen padi berkurang sebesar hektar, ceteris paribus. Rata-rata curah hujan yang sesuai agar tanaman padi tumbuh dengan baik adalah 200 mm per bulan atau 1,500 2,000 mm per tahun 1. Hal ini berarti peningkatan curah hujan yang dapat meningkatkan luas areal panen padi harus berada dalam kisaran 1,500 2,000 mm per tahun. Adapun penurunan curah hujan yang dapat menurunkan luas areal panen padi, yaitu jika curah hujan lebih rendah dari 1,500 2,000 mm per tahun. 1 http// diakses tanggal 23 Januari

8 Variabel luas areal panen padi t-1 berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi. Hal ini berarti luas areal panen padi lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya luas areal panen padi pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya luas areal panen padi yang digunakan pada tahun sekarang Produktivitas Padi Hasil estimasi persamaan produktivitas padi secara lengkap disajikan pada Lampiran 4. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.2) sebagai berikut: PRDV t = LHGTPR t HPUKR t TREN t KUTA t LPRDV t... (5.2) R-Square = 98.92%, nilai peluang uji-f = , dan D h = Variabel yang secara nyata mempengaruhi produktivitas padi pada taraf α = 5% adalah harga riil pupuk urea dan produktivitas padi t-1 (LPRDV) sedangkan harga riil gabah tingkat petani t-1 (LHGTPR), tren waktu, dan kredit usahatani tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Tidak nyatanya pengaruh variabel harga riil gabah tingkat petani t-1, tren waktu, dan kredit usahatani terhadap produktivitas padi menunjukkan bahwa perubahan variabel harga riil gabah tingkat petani t-1, tren waktu, dan kredit usahatani hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel harga riil gabah tingkat petani t-1 berpengaruh positif terhadap produktivitas padi sebesar Hal ini berarti jika terjadi kenaikan harga riil 52

9 gabah tingkat petani t-1 sebesar satu rupiah per kilogram, maka produktivitas padi akan bertambah sebesar ton per hektar, ceteris paribus. Variabel harga riil pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel harga riil pupuk urea berpengaruh negatif sebesar Hal ini berarti jika harga riil pupuk urea naik sebesar satu rupiah per kilogram, maka produktivitas padi akan berkurang sebesar ton per hektar. Jika harga riil pupuk urea turun satu rupiah per kilogram, maka produktivitas padi akan bertambah sebesar ton per hektar, ceteris paribus. Naik atau turunnya harga riil pupuk urea bergantung pada kebijakan pemerintah. Hal ini berkaitan dengan kemampuan petani untuk membeli pupuk. Jika pemerintah memberikan subsidi pupuk atau jika subsidi pupuk dinaikkan, maka harga riil pupuk urea bisa lebih murah sehingga produktivitas padi akan bertambah. Namun, jika pemerintah mengurangi bahkan mencabut subsidi pupuk, maka harga riil pupuk urea akan menjadi mahal. Oleh karena itu, petani akan mengurangi jumlah pembelian pupuk yang menyebabkan menurunnya penggunaan pupuk urea sehingga produktivitas padi akan berkurang. Adapun parameter estimasi tren waktu yang dihasilkan sebesar Hal ini berarti terdapat pengaruh positif perkembangan teknologi yang diwakili oleh variabel tren waktu. Hasil estimasi model menunjukkan variabel kredit usahatani berpengaruh positif terhadap produktivitas padi. Parameter estimasi variabel kredit usahatani sebesar Jika kredit usahatani naik sebesar satu rupiah maka produktivitas padi akan bertambah sebesar ton per hektar dan jika kredit 53

10 usahatani turun satu rupiah maka produktivitas padi akan berkurang sebesar ton per hektar, ceteris paribus. Variabel produktivitas padi t-1 berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Hal ini berarti produktivitas padi lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya produktivitas padi pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya produktivitas padi yang dihasilkan pada tahun sekarang Harga Riil Gabah Tingkat Petani Hasil estimasi persamaan harga riil gabah tingkat petani secara lengkap disajikan pada Lampiran 5. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.3) sebagai berikut: HGTPR t = HDPPR t 0.021PRDP t LHGTPR t... (5.3) R-Square = 85.37%, nilai peluang uji-f = , dan D h = 5.83 Semua variabel eksogen secara nyata mempengaruhi harga riil gabah tingkat petani pada taraf α = 5%. Variabel harga riil pembelian pemerintah berpengaruh positif terhadap harga riil gabah tingkat petani sebesar Hal ini berarti jika harga riil pembelian pemerintah naik sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil gabah tingkat petani naik sebesar rupiah per kilogram. Jika harga riil pembelian pemerintah turun sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil gabah tingkat petani turun sebesar rupiah per kilogram, ceteris paribus. Selain secara nyata mempengaruhi harga riil beras Indonesia, variabel harga riil pembelian pemerintah juga mempunyai nilai besaran parameter paling tinggi. Hal ini berarti kebijakan harga riil pembelian pemerintah sangat besar 54

11 pengaruhnya terhadap harga riil gabah tingkat petani. Jika pemerintah menaikkan harga riil pembelian pemerintah, maka harga riil gabah tingkat petani juga akan naik sehingga pendapatan petani akan bertambah. Variabel produksi padi berpengaruh negatif terhadap harga riil gabah tingkat petani sebesar Hal ini berarti jika produksi padi naik sebesar satu ton, maka harga riil gabah tingkat petani akan turun sebesar rupiah per kilogram. Sedangkan jika produksi padi turun sebesar satu ton, maka harga riil gabah tingkat petani akan naik sebesar rupiah per kilogram, ceteris paribus. Produksi padi secara nyata mempengaruhi harga riil gabah tingkat petani. Hal ini berarti perubahan produksi padi memiliki pengaruh cukup besar terhadap harga riil gabah tingkat petani. Jika produksi padi berlebih, maka padi tersebut bisa dibeli oleh pemerintah untuk disimpan agar petani tidak merugi ketika produksi padi meningkat yang umum terjadi saat musim panen tiba. Sedangkan jika produksi padi menurun, maka padi yang telah disimpan tersebut bisa disalurkan kepada masyarakat. Variabel harga riil gabah tingkat petani t-1 (LHGTPR) berpengaruh nyata terhadap harga riil gabah tingkat petani. Hal ini berarti harga riil gabah tingkat petani lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya harga riil gabah tingkat petani pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya harga riil gabah tingkat petani yang berlaku pada tahun sekarang. 55

12 Jumlah Impor Beras Hasil estimasi persamaan jumlah impor beras secara lengkap disajikan pada Lampiran 6. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.4) sebagai berikut: IMPR t = HIMPR t 0.284PRDB t JPDK t 0.386LSTOK t LIMPR t... (5.4) R-Square = 38.10%, nilai peluang uji-f = , dan D h = 0.78 Variabel yang secara nyata mempengaruhi jumlah impor beras pada taraf α = 5% adalah jumlah impor beras t-1 (LIMPR). Adapun produksi beras, jumlah penduduk, dan stok beras t-1 (LSTOK) berpengaruh nyata pada taraf α = 10% sedangkan harga riil beras impor Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah impor beras. Tidak nyatanya pengaruh variabel harga riil beras impor Indonesia terhadap jumlah impor beras menunjukkan bahwa perubahan variabel harga riil beras impor Indonesia hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel harga riil beras impor Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor beras sebesar Hal ini berarti jika terjadi kenaikan harga riil beras impor Indonesia sebesar satu rupiah per kilogram, maka jumlah impor beras berkurang sebesar ton, ceteris paribus. Variabel produksi beras berpengaruh nyata terhadap jumlah impor beras. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel produksi beras berpengaruh negatif sebesar Hal ini berarti jika produksi beras naik sebesar satu ton, maka jumlah impor beras akan berkurang sebesar ton. Sedangkan jika produksi beras turun sebesar satu ton, maka jumlah impor beras akan bertambah sebesar ton, ceteris paribus. 56

13 Hal ini menunjukkan adanya perubahan pada produksi beras sangat besar pengaruhnya terhadap jumlah impor beras. Oleh karena itu, dapat diketahui jika Indonesia ingin mengurangi jumlah impor beras yang masuk ke dalam negeri, maka pemerintah harus berupaya memberikan dorongan supaya petani mau meningkatkan produksi berasnya sehingga ketergantungan terhadap beras impor berkurang. Ketika produksi beras berlebih, maka pemerintah bisa menyimpannya sebagai cadangan atau stok beras dalam negeri sedangkan ketika produksi beras menurun, maka beras yang sudah disimpan bisa disalurkan kepada masyarakat melalui operasi pasar. Hasil estimasi model menunjukkan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap jumlah impor beras. Parameter estimasi variabel jumlah penduduk sebesar Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar jumlah impor beras. Hal ini berarti jika jumlah penduduk naik satu juta jiwa, maka jumlah impor beras akan bertambah sebesar ton. Sedangkan jika jumlah penduduk turun satu juta jiwa, maka jumlah impor beras akan berkurang sebesar ton, ceteris paribus. Variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap jumlah impor beras. Hal ini berarti bahwa dampak dari peningkatan atau penurunan jumlah penduduk sangat besar terhadap jumlah impor beras. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan pemerintah yang efektif bagaimana supaya tingkat pertumbuhan penduduk bisa diatur. Jika jumlah penduduk terus meningkat maka konsumsi beras akan semakin tinggi sehingga menyebabkan jumlah impor beras semakin besar. 57

14 Variabel stok beras t-1 berpengaruh nyata terhadap jumlah impor beras. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel stok beras t-1 berpengaruh negatif sebesar Variabel ini menggambarkan besarnya stok beras yang dimiliki Bulog pada tahun sebelumnya. Hal ini berarti jika stok beras t-1 naik sebesar satu ton, maka jumlah impor beras akan turun sebesar ton. Sedangkan jika stok beras t-1 turun sebesar satu ton, maka jumlah impor beras akan naik sebesar ton. Besarnya stok beras pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya jumlah impor yang diimpor pada tahun sekarang. Variabel jumlah impor beras t-1 berpengaruh nyata terhadap jumlah impor beras. Hal ini berarti jumlah impor beras lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya jumlah impor beras pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya jumlah impor beras yang dihasilkan pada tahun sekarang Permintaan Beras Hasil estimasi persamaan permintaan beras secara lengkap disajikan pada Lampiran 7. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.5) sebagai berikut: QDBR t = HBINR t LHJTPR t INCKR t JPDK t LQDBR t... (5.5) R-Square = 98.21%, nilai peluang uji-f = , dan D h = tidak ada Variabel yang secara nyata mempengaruhi permintaan beras pada taraf α = 5% adalah jumlah penduduk dan harga riil beras Indonesia. Adapun harga riil jagung tingkat petani t-1 (LHJTPR), pendapatan riil per kapita, dan permintaan beras t-1 (LQDBR) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Tidak nyatanya pengaruh variabel harga riil jagung tingkat petani t-1, pendapatan riil per 58

15 kapita, dan permintaan beras t-1 terhadap permintaan beras menunjukkan bahwa perubahan variabel harga riil jagung tingkat petani t-1, pendapatan riil per kapita, dan permintaan beras t-1 hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel harga riil beras Indonesia berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel harga riil beras Indonesia berpengaruh negatif sebesar Hal ini berarti jika harga riil beras Indonesia naik sebesar satu rupiah per kilogram, maka permintaan beras akan berkurang sebesar ton. Sedangkan jika harga riil beras Indonesia turun sebesar satu rupiah per kilogram, maka permintaan beras akan bertambah sebesar ton, ceteris paribus. Perubahan pada harga riil beras memberikan pengaruh yang besar terhadap jumlah beras yang diminta. Hal ini terkait dengan kemampuan masyarakat untuk membeli beras. Kondisi saat ini beras masih menjadi komoditi pilihan sebagai bahan pangan utama. Namun, yang terjadi di lapangan dengan naiknya harga beras tidak menyebabkan masyarakat beralih mengkonsumsi bahan pangan lain sehingga mereka menjadi kelaparan karena terbiasa mengkonsumsi nasi. Variabel harga riil jagung tingkat petani t-1 berpengaruh positif terhadap permintaan beras dengan nilai sebesar Hal ini berarti jika terjadi kenaikan harga riil jagung tingkat petani t-1 sebesar satu rupiah per kilogram, maka permintaan beras akan bertambah sebesar ton, ceteris paribus. Hasil estimasi model menunjukkan variabel pendapatan riil per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan beras. Parameter estimasi variabel pendapatan riil per kapita sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa 59

16 semakin tinggi pendapatan riil per kapita, maka permintaan beras akan semakin meningkat. Jika pendapatan riil per kapita naik satu rupiah, maka permintaan beras akan bertambah sebesar ton, ceteris paribus. Hal ini berarti beras merupakan barang normal. Variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel jumlah penduduk berpengaruh positif sebesar Hal ini berarti jika jumlah penduduk naik satu juta jiwa, maka permintaan beras akan bertambah sebesar ton. Sedangkan jika jumlah penduduk turun satu juta jiwa, maka permintaan beras akan berkurang sebesar ton, ceteris paribus. Perubahan pada variabel jumlah penduduk memberikan pengaruh sangat besar terhadap permintaan beras karena pada saat ini sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama. Variabel permintaan beras t-1 berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Hal ini berarti permintaan beras lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya permintaan beras pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya permintaan beras pada tahun sekarang Harga Riil Beras Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil beras Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 8. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.6) sebagai berikut: HBINR t = QSBR t HDPPR t LHBINR t... (5.6) R-Square = 93.13%, nilai peluang uji-f = , dan D h = tidak ada 60

17 Variabel yang secara nyata mempengaruhi harga riil beras Indonesia pada taraf α = 5% adalah harga riil pembelian pemerintah. Adapun penawaran beras dan harga riil beras Indonesia t-1 (LHBINR) tidak berpengaruh nyata terhadap harga riil beras Indonesia. Oleh karena itu, pengaruh variabel penawaran beras dan harga riil beras Indonesia t-1 terhadap luas areal panen padi menunjukkan bahwa perubahan variabel penawaran beras dan harga riil beras Indonesia t-1 hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel penawaran beras berpengaruh negatif terhadap harga riil beras Indonesia. Parameter estimasi variabel penawaran beras sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi penawaran beras, maka harga riil beras Indonesia akan semakin turun. Jika penawaran beras naik satu ton, maka harga riil beras Indonesia akan turun sebesar rupiah per kilogram. Sedangkan jika penawaran beras turun satu ton, maka harga riil beras Indonesia akan naik sebesar rupiah per kilogram, ceteris paribus. Variabel harga riil pembelian pemerintah berpengaruh nyata terhadap harga riil beras Indonesia. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel harga rill pembelian pemerintah berpengaruh positif sebesar Hal ini berarti jika harga riil pembelian pemerintah naik sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil beras Indonesia akan naik sebesar rupiah per kilogram. Sedangkan, jika harga riil pembelian pemerintah turun sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil beras Indonesia akan turun sebesar per kilogram, ceteris paribus. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika pemerintah mengeluarkan kebijakan menaikkan harga riil pembelian pemerintah, maka harga 61

18 riil beras Indonesia juga akan meningkat sehingga pendapatan petani akan bertambah. Variabel harga riil beras Indonesia t-1 tidak berpengaruh nyata terhadap harga riil beras Indonesia. Hal ini berarti harga riil beras Indonesia cepat dalam merespon perubahan ekonomi Harga Riil Beras Impor Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil beras impor Indonesia secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. Adapun secara ringkas, hasil estimasinya terlihat pada persamaan (5.7) sebagai berikut: HIMPR t = HB R DR t LTR I F t LHIMPR t... (5.7) R-Square = 90.27%, nilai peluang uji-f = , dan D h = Variabel yang secara nyata mempengaruhi harga riil beras impor Indonesia ada dua variabel, yaitu harga riil beras dunia dan harga riil beras impor Indonesia t-1 (LHIMPR) pada taraf α = 5%. Adapun tarif impor beras t-1 (LTRIF) tidak berpengaruh nyata terhadap harga riil beras impor Indonesia. Tidak nyatanya pengaruh variabel tarif impor beras t-1 terhadap harga riil beras impor Indonesia menunjukkan bahwa perubahan variabel tarif impor beras t-1 hanya menyebabkan perubahan yang kecil dibandingkan jika yang berubah variabel eksogen yang pengaruhnya signifikan. Variabel harga riil beras dunia berpengaruh nyata terhadap harga riil beras impor Indonesia. Hasil estimasi model menunjukkan parameter estimasi variabel harga riil beras dunia berpengaruh positif sebesar Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi harga riil beras dunia, maka harga riil beras impor Indonesia akan semakin naik. Hal ini berarti jika harga riil beras dunia naik 62

19 satu dollar per kilogram, maka harga riil beras impor Indonesia akan naik sebesar rupiah per kilogram. Sedangkan jika harga riil beras dunia turun satu dollar per kilogram, maka harga riil beras impor Indonesia akan turun sebesar rupiah per kilogram, ceteris paribus. Ketika harga riil beras impor lebih murah dibandingkan dengan harga riil beras Indonesia, maka akan banyak beras yang diselundupkan ke Indonesia. Variabel tarif impor beras t-1 berpengaruh positif terhadap harga riil beras impor Indonesia dengan nilai sebesar Hal ini berarti jika terjadi kenaikan tarif impor beras t-1 sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil beras impor Indonesia akan naik sebesar ton. Sedangkan jika terjadi penurunan tarif impor beras t-1 sebesar satu rupiah per kilogram, maka harga riil beras impor Indonesia akan turun sebesar ton, ceteris paribus. Variabel harga riil beras impor Indonesia t-1 berpengaruh nyata terhadap harga riil beras impor Indonesia. Hal ini berarti harga riil beras impor Indonesia lamban dalam merespon perubahan ekonomi karena variabel dirinya sendirilah yang mempengaruhi adanya perubahan tersebut. Besarnya harga riil beras impor Indonesia pada tahun sebelumnya mempengaruhi besarnya harga riil beras impor Indonesia yang berlaku pada tahun sekarang Dampak Simulasi Kebijakan Pemerintah dan Perubahan Faktor Lain terhadap Pendapatan Petani Padi di Indonesia Kebijakan pemerintah dan faktor lain difokuskan pada kebijakan harga riil gabah tingkat petani, harga riil pembelian pemerintah, harga riil pupuk urea, luas areal panen padi, jumlah penduduk, curah hujan, dan tarif impor beras. Berikut ini dipaparkan hasil dari validasi model dan simulasi historis yang diolah dalam penelitian. 63

20 Validasi Model Salah satu tujuan penelitian dengan menggunakan model ekonometrika, yaitu pengambilan keputusan yang menyangkut masa mendatang. Melalui teknik simulasi dapat dianalisis dampak yang terjadi akibat pemilihan berbagai alternatif kebijakan. Oleh karena itu, model yang digunakan perlu divalidasi apakah daya ramal yang dimilikinya cukup baik atau tidak. Hasil validasi model permintaan dan penawaran beras di Indonesia dari tahun 1971 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai statistik U-Theil sebesar Hal ini berarti nilai statistik U-Theil mendekati nilai ideal yaitu nol, nilai ini mengindikasikan bahwa simulasi model mengikuti data aktualnya dengan baik. Tabel 8. Hasil Validasi Model Perberasan di Indonesia Tahun No. Persamaan RMSPE R UM UR UD US UC U 1. AREA PRDV HGTPR IMPR QDBR HBINR HIMPR PRDP PRDB QSBR Sumber: Data (diolah), Simulasi Historis Variabel yang disimulasikan pada penelitian ini, yaitu kenaikan harga riil gabah tingkat petani sebesar 9 persen, kenaikan harga riil pembelian pemerintah sebesar 8 persen, kenaikan harga riil pupuk urea 4 persen, penurunan luas areal panen padi sebesar 1 persen, kenaikan jumlah penduduk sebesar 0.04 persen, kenaikan curah hujan sebesar 10 persen, dan penurunan tarif impor beras sebesar 0.8 persen. Tujuan dari ketujuh simulasi di atas, yaitu untuk mengetahui 64

21 bagaimana dampak perubahan kebijakan pemerintah dan faktor lain terhadap pendapatan petani padi di Indonesia. Hasil simulasi model perberasan di Indonesia tahun 1971 sampai tahun 2008 disajikan pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Hasil Simulasi Model Perberasan di Indonesia Tahun No. Persamaan Nilai Dasar Perubahan (%) I II III IV V VI VII 1. AREA 10, PRDV HGTPR 1, IMPR QDBR 24, HBINR 1, HIMPR 1, PRDP 41, PRDB 26, QSBR 28, Keterangan: I : Harga riil gabah tingkat petani naik 9 persen II : Harga riil pembelian pemerintah naik 8 persen III : Harga riil pupuk urea naik 4 persen IV : Luas areal panen padi turun 1 persen V : Jumlah penduduk naik 0.04 persen VI : Curah hujan naik 10 persen VII : Tarif impor beras turun 0.8 persen Sumber : Data (diolah), Kenaikan Harga Riil Gabah Tingkat Petani Sebesar 9 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil gabah tingkat petani dinaikkan sebesar 9 persen akan mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas padi sebesar 1.71 persen sehingga produksi padi/beras dan penawaran beras meningkat masing-masing sebesar 1.66 persen dan 0.84 persen. Adapun permintaan beras hanya meningkat sebesar 0.02 persen sehingga jumlah impor beras dan harga riil beras Indonesia menurun masing-masing sebesar persen dan 0.14 persen. Besarnya persentase peningkatan produksi beras sama dengan produksi padi karena produksi beras merupakan hasil perkalian antara produksi padi dengan faktor konversi atau tingkat rendemen pengolahan padi menjadi beras. Dampak kenaikan harga riil gabah tingkat petani menyebabkan peningkatan paling besar pada produktivitas padi dan penurunan paling besar pada 65

22 jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sebaiknya tetap menerapkan kebijakan subsidi pupuk untuk meningkatkan produktivitas padi sehingga dapat menurunkan jumlah impor beras Kenaikan Harga Riil Pembelian Pemerintah Sebesar 8 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil pembelian pemerintah dinaikkan sebesar 8 persen, akan mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.70 persen sehingga produksi padi/beras dan penawaran beras juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0.72 persen dan 0.37 persen. Oleh karena itu, jumlah impor beras mengalami penurunan sebesar 8.53 persen yang juga disebabkan penurunan permintaan beras sebesar 1.09 persen. Adanya kenaikan harga riil pembelian pemerintah akan meningkatkan harga riil gabah tingkat petani dan harga riil beras Indonesia masing-masing sebesar 5.29 persen dan 7.77 persen. Dampak kenaikan harga riil pembelian pemerintah menyebabkan peningkatan paling besar pada harga riil beras Indonesia dan penurunan paling besar pada jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sebaiknya meningkatkan harga pembeliannya agar harga riil beras Indonesia naik sebagai upaya mensejahterakan petani sehingga dapat mengurangi jumlah impor beras Kenaikan Harga Riil Pupuk Urea Sebesar 4 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika harga riil pupuk urea dinaikkan sebesar 4 persen. Kenaikan harga riil pupuk urea menyebabkan petani mengurangi penggunaannya sehingga berdampak pada produktivitas padi akan menurun sebesar 0.73 persen. Hal tersebut juga menyebabkan penurunan produksi padi/beras dan penawaran beras masing-masing sebesar 0.74 persen dan

23 persen sehingga harga riil gabah tingkat petani, harga riil beras Indonesia, dan jumlah impor beras mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0.85 persen, 0.06 persen, dan 8.85 persen. Peningkatan harga riil beras Indonesia menyebabkan permintaan beras mengalami penurunan sebesar 0.01 persen. Dampak kenaikan harga riil pupuk urea menyebabkan peningkatan paling besar pada jumlah impor beras dan penurunan paling besar pada produksi padi/beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih perlu memberikan subsidi pupuk kepada petani seperti pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp 2.5 triliun 2 karena dengan penurunan atau bahkan penghapusan subsidi, maka harga pupuk akan semakin mahal yang membuat produksi padi/beras semakin menurun dan akibatnya jumlah impor beras akan semakin meningkat Penurunan Luas Areal Panen Padi Sebesar 1 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika luas areal panen padi diturunkan sebesar 1 persen dapat menyebabkan produksi padi/beras dan penawaran beras menurun masing-masing sebesar 2.28 persen dan 1.14 persen. Sedangkan produktivitas padi, harga riil gabah tingkat petani, jumlah impor beras, dan harga riil beras Indonesia meningkat berturut-turut sebesar 0.54 persen, 2,73 persen, persen, dan 0.19 persen. Adapun permintaan beras mengalami perubahan yang sangat kecil, yaitu sebesar 0.03 persen. Dampak penurunan luas areal panen padi menyebabkan peningkatan paling besar pada jumlah impor beras dan penurunan paling besar pada produksi padi/beras. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu mewaspadai dengan semakin meluasnya konversi luas areal panen padi akibat alih fungsi lahan 2 diakses tanggal 12 Maret

24 pertanian akan berdampak pada peningkatan jumlah impor beras dan penurunan produksi padi/beras Kenaikan Jumlah Penduduk Sebesar 0.04 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika jumlah penduduk meningkat sebesar 0.04 persen, akan terjadi perubahan terhadap 4 variabel, yaitu jumlah impor beras, permintaan beras, harga riil beras Indonesia, dan penawaran beras. Harga riil beras Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.01 persen sedangkan jumlah impor beras dan permintaan beras mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0.75 persen dan 0.06 persen. Penawaran beras domestik juga meningkat sebesar 0.61 persen karena terjadi peningkatan jumlah impor beras. Dampak kenaikan jumlah penduduk menyebabkan peningkatan paling besar pada jumlah impor beras dan penurunan pada harga riil beras Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa jika setiap tahun jumlah penduduk terus meningkat, maka jumlah impor beras akan semakin besar karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan utama sehingga kebutuhan beras domestik semakin tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang efektif dalam pengaturan jumlah penduduk Kenaikan Curah Hujan Sebesar 10 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika curah hujan meningkat sebesar 10 persen, akan meningkatkan luas areal panen padi, produksi padi/beras, permintaan beras dan penawaran beras masing-masing sebesar 7.13 persen, 6.40 persen, 0.08 persen, dan 3.30 persen. Adapun produktivitas padi, harga riil gabah tingkat petani, jumlah impor beras, dan harga riil beras Indonesia mengalami 68

25 penurunan masing-masing sebesar 0.98 persen, 7.42 persen, persen, dan 0.55 persen. Dampak kenaikan curah hujan menyebabkan peningkatan paling besar pada luas areal panen padi dan penurunan paling besar pada jumlah impor beras. Hal ini menunjukkan bahwa curah hujan sangat berpengaruh pada luas areal panen padi. Jika curah hujan meningkat, maka luas areal panen padi juga akan meningkat sehingga produksi padi akan mengalami peningkatan. Sedangkan jika curah hujan menurun, maka luas areal panen padi juga akan menurun sehingga produksi padi akan mengalami penurunan Penurunan Tarif Impor Beras Sebesar 0.8 Persen Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa jika tarif impor diturunkan sebesar 0,8 persen, akan menyebabkan jumlah impor beras naik sebesar 0.03 persen sedangkan penawaran beras domestik meningkat sebesar persen. Adapun harga riil beras impor Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.06 persen. Dampak penurunan tarif impor beras menyebabkan peningkatan paling besar pada jumlah impor beras (tahun 2008 tarif impor beras diketahui sebesar Rp 450 per kilogram). Hal ini menunjukkan jika tarif impor beras diturunkan maka jumlah impor beras yang masuk ke Indonesia akan semakin meningkat akibatnya harga riil beras Indonesia semakin menurun. Penurunan harga riil beras Indonesia merugikan petani karena pendapatan petani akan berkurang. Disisi lain jika harga riil beras impor Indonesia menurun, maka harga riil beras Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan beras impor sehingga memungkinkan adanya penyelundupan beras. 69

26 5.4. Penentuan Alternatif Kebijakan untuk Peningkatan Produksi Beras di Indonesia Berdasarkan hasil analisis dari ketujuh simulasi di atas, diperoleh kebijakan paling layak untuk disarankan kepada pemerintah Indonesia sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai melalui program pencapaian target pemenuhan beras dari kemampuan produksi sendiri (swasembada), yaitu kebijakan kenaikan harga riil pembelian pemerintah. Kebijakan ini terbukti mampu mendorong peningkatan produksi padi/beras yang cukup besar melalui peningkatan harga riil gabah tingkat petani dan harga riil beras Indonesia. Pilihan alternatif kebijakan yang dipilih disesuaikan dengan kondisi perberasan di Indonesia. Jika harga riil gabah tingkat petani dan harga riil beras Indonesia mengalami peningkatan, maka diharapkan pendapatan petani padi bisa bertambah sehingga kesejahteraan dapat dirasakan oleh petani. 70

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode two stage least squares (2SLS). Pada bagian ini akan dijelaskan hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, model integrasi pasar beras Indonesia merupakan model linier persamaan simultan dan diestimasi dengan metode two stage least squares

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu penelitian dari tahun 1980 sampai 2008. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan statistik sebagai alat bantu untuk mengambil keputusan yang lebih baik telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Setiap orang, baik sadar maupun

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PERUBAHAN FAKTOR LAIN TERHADAP PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA: ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN LYZA WIDYA RUATININGRUM DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

31 Universitas Indonesia

31 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah memperhatikan karakteristik permintaan kedelai di Indonesia pada bab terdahulu maka sekarang tiba saatnya untuk memodelkan faktor faktor yang mempengaruhi permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series

III. METODE PENELITIAN. berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun Data time series III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa time series dari tahun 1995 sampai tahun 2011. Data time series merupakan data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Riau. Penelitian ini berlangsung dari bulan Oktober 2007- Maret 2008. Kegiatannya meliputi penyusunan proposal,

Lebih terperinci

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN 6.1 Validasi Model Simulasi Awal. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan simulasi model, validasi model dilakukan untuk melihat apakah

Lebih terperinci

Model Persamaan Simultan

Model Persamaan Simultan Model Persamaan Simultan Dalam peristiwa ekonomi seringkali ditemukan bahwa beberapa variabel saling mempengaruhi. Contoh : Pendapatan akan mempengaruhi konsumsi, artinya jika pendapatan naik maka diharapkan

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pool data 13 kabupaten dan satu kota di Kalimantan Tengah selama periode 1995-2005. Data sekunder yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series

IV. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dalam bentuk time series tahunan dengan rentang waktu dari tahun 1990 sampai 2010. Data dalam penelitian

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Bagian ini akan menganalisis hasil melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER P R O S I D I N G 186 DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER Novi Haryati, Soetriono, Anik Suwandari Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia tahun 2005-2009 yang diperoleh dari Dirjen Perimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB

PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB BIAStatistics (2016) Vol. 10, No. 1, hal. 52-58 PENERAPAN METODE TWO STAGE LEAST SQUARES PADA MODEL PERSAMAAN SIMULTAN DALAM MERAMALKAN PDRB Soemartini Statistika FMIPA UNPAD Email: tine_soemartini@yahoo.com

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 101 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA 233 IX. DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA Secara teoritis kinerja ekonomi rumahtangga petani dipengaruhi oleh perilaku rumahtangga dalam kegiatan produksi,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Perumusan Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia Model merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari fenomena yang terjadi. Dengan penyederhanaan itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML)

BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) BAB III METODE FULL INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (FIML) 3.1 Model Persamaan Simultan Model persamaan simultan adalah suatu model yang memiliki lebih dari satu persamaan yang saling terkait. Dalam model

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG VI. 6.1 Analisis Dayasaing Hasil empiris dari penelitian ini mengukur dayasaing apakah kedua sistem usahatani memiliki keunggulan

Lebih terperinci

SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA ABSTRACT

SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA ABSTRACT HABITAT Volume XXIV No. 1 Bulan April 2013 ISSN: 0853-5167 SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA Dwi Apriyanti Kumalasari 1). Nuhfil Hanani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bebas X yang dihubungkan dengan satu peubah tak bebas Y. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN 7.1. Hasil Validasi Model Simulasi model dilakukan untuk menganalisis dampak perubahan berbagai faktor ekonomi

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan: 1. Model ekonomi tanaman pangan Indonesia yang dibangun dengan pendekatan

Lebih terperinci

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada 47 Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada Abstrak Berdasarkan data resmi BPS, produksi beras tahun 2005 sebesar 31.669.630 ton dan permintaan sebesar 31.653.336 ton, sehingga tahun 2005 terdapat

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D

PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN. Oleh: M. Rondhi, Ph.D PENDUGAAN PARAMETER PADA MODEL SIMULTAN Oleh: M. Rondhi, Ph.D Standar Kompetensi Kompetensi dasar Metode Pembelajaran : Mahasiswa dapat menganalisis model simultan : 1. Mahasiswa menjelaskan contoh perekonomian

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam banyak situasi ekonomi, hubungan yang terjadi antarvariabel ekonomi tidak hanya bersifat satu arah namun bersifat saling mempengaruhi. Dalam bahasa ekonometrika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja kantor Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor (nasabah Bank Rakyat Indonesia dijadikan sebagai responden).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siti Nurhayati Basuki, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonometrika merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang menggunakan alat analisis matematika dan statistika dalam menganalisis masalah ekonomi secara kuantitatif

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS

IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS IV. PERUMUSAN MODEL DAN PROSEDUR ANALISIS 4.1. Spesifikasi Model Model merupakan suatu penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di benua Asia karena beras menjadi makanan pokok masyarakatnya, didukung pula oleh petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian PENDAHULUAN POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Dr. Adang Agustian 1) Salah satu peran strategis sektor pertanian dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI RIAU Partini, Suardi Tarumun, Ermi Tety Fakultas Pertanian Universitas Riau ABSTRACT The purpose of this research is

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI Prof. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG (The Impacts of Government s Policies on Cassava Economic Stockhorders Welfare In Lampung Provience) Septaria

Lebih terperinci

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA Selfia Reni Parange Sinaga 1, Satia Negara Lubis 2, Salmiah 3 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pemilihan Lokasi Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Provinsi Sumatera Utara dipilih menjadi lokasi penelitian karena daerah ini merupakan salah satu provinsi

Lebih terperinci

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN

VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN VI. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI PUPUK DAN SEKTOR PERTANIAN 6.1. Hasil Pendugaan Model Ekonomi Pupuk dan Sektor Pertanian Kriteria pertama yang harus dipenuhi dalam analisis ini adalah adanya kesesuaian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk Indonesia yang cukup pesat menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan juga semakin banyak. Perkembangan tersebut terlihat pada semakin meningkatnya jenis

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah 15 II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai beras di Indonesia telah banyak dilakukan. Namun demikian, berikut disarikan beberapa temuan hasil penelitian yang terkait dengan konversi lahan sawah, ketersediaan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan SIMULASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI System of Rice Intensification (SRI) - Non SRI (Studi Kasus di Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan) Disusun Oleh: Wenny Mamilianti

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA Metode Kuadrat Terkecil (OLS) Persoalan penting dalam membuat garis regresi sampel adalah bagaimana kita bisa mendapatkan garis regresi yang baik yaitu sedekat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan pangan di sisi penyediaan saat ini adalah permintaan pangan yang tinggi seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk, sementara pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Pendugaan Model Model persamaan simultan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ikan tuna Indonesia di pasar internasional terdiri dari enam persamaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 42 DAMPAK PENGHAPUSAN KEBIJAKAN PENETAPAN HARGA GABAH PEMBELIAN PEMERINTAH (HPP) TERHADAP PERILAKU USAHATANI PADI DAN PERDAGANGAN BERAS DI INDONESIA: SUATU SIMULASI Oleh: Budiyanto 1) ABSTRACT Rice is

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND

ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND ISBN : 9786023610020 ESTIMASI PARAMETER SISTEM MODEL PERSAMAAN SIMULTAN PADA DATA PANEL DINAMIS DENGAN GMM ARELLANO DAN BOND Arya Fendha Ibnu Shina 1, Setiawan 2 Mahasiswa Jurusan Statistika Institut Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan Kementrian Keuangan. Data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN

KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN KINERJA PRODUKSI DAN HARGA KEDELAI SERTA IMPLIKASINYA UNTUK PERUMUSAN KEBIJAKAN PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET SUKSES KEMENTERIAN PERTANIAN I. PENDAHULUAN 1. Salah satu target utama dalam Rencana Strategis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT. i iii iv v vii ix xi xii xiii xiv I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci