BAB IV TINJAUAN LOKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV TINJAUAN LOKASI"

Transkripsi

1 BAB IV TINJAUAN LOKASI 4.1. Gambaran umum lokasi penelitian Lokasi perumahan yang diambil adalah perumahan yang berada dalam satu Kecamatan Banyumanik. Perumahan tersebut antara lain Perumahan Syailendra, Villa Pinus dan Villa Krista dimana ketiga perumahan tersebut memiliki kriteria RTH yang berbeda-beda. : 1. Perumahan Syailendra 2. Perumahan Villa Pinus 3. Perumahan Villa Krista Gedawang Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber : googleearth.com Kecamatan Banyumanik yang berada pada daerah Semarang Selatan dengan tingkat kepadatan penduduk sedang, sehingga cocok untuk dijadikan kawasan pemukiman, hal ini ditunjang juga oleh fasilitas yang cukup memadai dan akses yang cukup mudah untuk menuju ke pusat kota. Perumahan Syailendra, Perumahan Villa Pinus dan Villa Krista Gedawang terletak di Kecamatan Banyumanik yang termasuk dalam BWK VII pada RDTRK Kota Semarang.Batas-batas wilayah Kecamatan banyumanik adalah: 36

2 a. Sebelah Utara : Kecamatan Gajahmungkur dan Kecamatan Candisari. b. Sebelah Selatan : Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang. c. Sebelah Timur : Kecamatan Tembalang. d. Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati. Fungsi Bagian Wilayah Kota (BWK) VII adalah: a. Permukiman; b. Perkantoran; c. Perdagangan dan Jasa; d. Kawasan Khusus Militer; e. Campuran Perdagangan dan Jasa, Permukiman; f. Konservasi; g. Transportasi. Gambar 4.2 Peta Wilayah Tata Ruang Kota Semarang Sumber : TopografiTapak Kota Semarang memiliki topografi yang variatif karena terdiri dari dataran rendah, perbukitan, dan pesisir. Kondisi topografi Perumahan Syailendra, Villa Pinus dan Villa krista yang memiliki kontour yang sangat variatif disebabkan oleh letaknya di daerah perbukitan, sehingga memerlukan penggaturan cut dan fill yang baik. Gambar 4.3 Peta Kondisi Tanah Kota Semarang Sumber : 37

3 4.1.2.Keadaan Iklim Semarang memiliki iklim tropis yang terdiri dari dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus pergantian 6 bulan. Temperatur udara berkisar antara 25.8ºC sampai dengan 29.3ºC, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62 % sampai dengan 84 %. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan ratarata berkisar antara 5.7 km/jam Keadaan Tanah Menurut RDTRK BWK VII, tanah di daerah ini memiliki daya dukung tanah yang baik dan cukup kuat untuk menyangga bangunan diatasnya dengan sigma tanah antara 0,5 1 kg / cm2. Pada umumnya jenis tanah yang ada adalah jenis tanah keras Lokasi Objek Penelitian Berikut ketiga objek penelitian yang berada di Kecamatan Banyumanik: Perumahan Villa Krista Gedawang Perumahan ini terletak di Jl. Villa Krista Kelurahan Gedawang, Kecamatan Banyumanik. Batas batas kawasan: - Utara : Perbukitan - Selatan : Perbukitan - Timur : Perbukitan - Barat : Jembatan layang Tol Semarang-Solo Letak perumahan yang berada di sisi timur jalan tol ini merupakan percabangan dari Jalan Gedawang, sehingga termasuk ke dalam jalan local sekunder. Sesuai Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VII (Kecamatan Banyumanik) Tahun , perumahan Villa Krista termasuk ke dalam Jalan lokal sekunder dengan peraturan untuk perumahan: - Perumahan KDB yang direncanakan 40 % - GSB Perumahan 17 meter - Termasuk ke dalam Kelurahan Gedawang dengan luas konservasi dan Ruang Terbuka Hijau : 138,957 Ha Daerah ini berada di daerah perbukitan, sehingga perumahan ini memiliki kontur yang miring dan agak curam. Tetapi, justru karena kontur 38

4 yang miring inilah view di perumahan ini menarik. View yang menarik yang ditawarkan oleh perumahan ini adalah view Gunung Ungaran. Perumahan Villa Krista mulai dibangun pada tahun Terbagi menjadi 8 tipe rumah dengan luas lahan yang bevariasi. Luas lahan perumahan sekitar ±6 Ha. Terdiri dari 13 blok dan satu cluster Mansion Villa krista.perumahan ini mengoptimalkan lahan yang ada untuk dimanfaatkan sebagai pembangunan rumah rumah dengan berbagai type rumah. Dalam satu blok, terdapat beberapa type rumah sesuai dengan luas bangunan dan luas lahannya masing masing. Sehingga di perumahan ini dapat ditemui berbagai macam type bangunan. Gambar 4.4 Siteplan Perumahan Villa Krista Sumber : PT. Properindo Griya Pelangi, 2013 Gambar 4.5 Denah Rumah Standar Type 33 dan Type 36 Sumber : PT. Properindo Griya Pelangi,

5 Gambar 4.6 Foto Perumahan Villa Krista Gedawang Perumahan Syailendra Perumahan ini terletak di Jl. Tejosari Raya, Kelurahan Gedawang Batas batas tapak: - Utara : Permukiman Penduduk Selatan : Permukiman Penduduk Timur : Jalan Lingkungan Barat : Sungai Sesuai Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VII (Kecamatan Banyumanik) Tahun , perumahan Syailendra termasuk ke dalam Jalan lokal sekunder dengan peraturan untuk perumahan: - Perumahan KDB yang direncanakan 40 % - GSB Perumahan 17 meter - Termasuk ke dalam Kelurahan Gedawang dengan luas konservasi dan Ruang Terbuka Hijau : 138,957 Ha Perumahan Syailendra mulai dibangun pada tahun 2011, perumahan ini memiliki 39 unit rumah yang terbagi menjadi 2 type rumah yaitu 20 unit type 54 dan 19 unit type 60. Pada tahun 2013, 90 % unit rumah di perumahan Syailendra telah terisi oleh penghuni.konsep desain modern minimalis tropis dimana memiliki akses jalan yang cukup lebar. Disetiap rumah memiliki konsep awal taman yang seragam. Kondisi kontur tanah yang miring membuat beberapa rumah harus memiliki anak tangga diakses masuk rumahnya. 40

6 Gambar 4.8 Denah Standar Syailendra Tipe 54 dan Tipe 60 Sumber : Teknik Perumahan Syailendra, 2013 Gambar 4.7 Siteplan Perumahan Syailendra Sumber : Teknik Perumahan Syailendra, 2013 Gambar 4.9 Foto Lokasi Perumahan Syailendra Sumber : Teknik Perumahan Villa Pinus, Perumahan Villa Pinus Perumahan ini terletak di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik. Batas batas tapak: - Utara : Perumahan Watu Gong - Selatan : Sungai - Timur : Perbukitan - Barat : Perbukitan Sesuai Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Kota Semarang Bagian Wilayah Kota VII (Kecamatan Banyumanik) Tahun , perumahan Villa Pinus termasuk ke dalam Jalan lokal sekunder dengan peraturan untuk perumahan: - Perumahan KDB yang direncanakan 40 % - GSB Perumahan 17 meter - Termasuk ke dalam Kelurahan Gedawang dengan luas konservasi dan Ruang Terbuka Hijau : 138,957 Ha 41

7 Perumahan Villa Pinus mulai berdiri pada tahun Perumahan ini memiliki84 unit rumah, dan sampai tahun 2013 sebanyak 36 unit rumah yang sudah terisi oleh penghuni. Pembagian jumlah unit rumah antara lain: - Type 75 : 12 unit - Type 60 : 24 unit - Type 54 : 26 unit - Type 48 : 15 unit - Type 45 : 9 unit Villa pinus memiliki konsep perumahan perbukitan dengan desain yang tropis. Kondisi kontur tanah yang miring sehingga pengembang memiliki konsep sendiri yaitu penanaman pohon pinus yang sangat cocok untuk iklim dan kontur tanah tersebut. Gambar 4.10 Siteplan Villa Pinus Sumber : Teknik Perumahan Villa Pinus, 2013 Gambar 4.11 Denah Standar Type 54 dan Type 60 Villa Pinus Sumber : Teknik Perumahan Villa Pinus, 2013 Gambar 4.12 Foto Perumahan Villa Pinus. 42

8 4.3. Data Hasil Survey Dari 3 Lokasi Penelitian Kondisi Keberadaan Jumlah Pohon saat Ini Gambar 4.13 Grafik Jumlah Pohon Saat Ini Dari grafikdiatas menunjukan profil dari jumlah pohon pada kondisi saat ini dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 14 responden terdapat 14% (2/14) yang memiliki 1 pohon, 7% (1/14) yang memiliki 2 pohon, 57% (8/14) yang memiliki 3 pohon dan 21% (3/14) tidak memiliki pohon. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 23% (3/13) yang memiliki 1 pohon, 0% (0/13) yang memiliki 2 pohon, 77% (10/13) yang memiliki 3 pohon dan 0% (0/13) tidak memiliki pohon. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 14% (2/14) yang memiliki 1 pohon, 7% (1/14) yang memiliki 2 pohon, 57% (8/14) yang memiliki 3 pohon dan 21% (3/14) tidak memiliki pohon. 43

9 Kondisi jumlah pohon pada masing-masing perumahan : Perumahan 1 pohon 2 pohon 3 pohon Tidak ada pohon Villa Krista Syailendra Tidak Ada Tidak Ada Villa Pinus Tidak Ada Gambar 4.14 Foto Keberadaan Pohon Pada 3 lokasi Perumahan Profil alasan Penanaman Pohon Tambahan Gambar 4.15 Grafik Alasan Tidak Menambah Pohon 44

10 Dari grafik diatas menunjukan profil alasan penanaman pohon tambahan pada kondisi saat ini dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 8 responden terdapat 63% (5/8) terbatas lahan, 0% (0/8) menghalang sinar matahari, 0% (0/8) menghalang pandangan dan 38% (3/8) Lain-lain. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 9 responden terdapat 33% (5/9) terbatas lahan, 22% (2/9) menghalang sinar matahari, 22% (2/9) menghalang pandangan dan 22% (2/9) Lain-lain. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 3 responden terdapat 33% (1/3) terbatas lahan, 0% (0/3) menghalang sinar matahari, 67% (2/3) menghalang pandangan dan 0% (0/3) Lain-lain Profil Tahun Pembangunan Rumah Gambar 4.16 Grafik Tahun Pembangunan Rumah Dari grafik diatas menunjukan profile pembangunan rumah dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 12 responden terdapat 42% (5/12) dari tahun 2010, 8% (1/12) dari tahun 2011, 17% (2/12) dari tahun 2012 dan 33% (4/12) tahun

11 b. Kondisi perumahan Syailendra dari 12 responden terdapat 0% (0/12) dari tahun 2010, 8% (1/12) dari tahun 2011, 50% (6/12) dari tahun 2012 dan 42% (5/12) dari tahun c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 38% (3/8) dari tahun 2010, 38% (3/8) dari tahun 2011, 25% (2/8) dari tahun 2012 dan 0% (0/8) dari tahun Profil Kesesuaian Denah Awal Dan Sekarang Gambar 4.17 Grafik Denah Sesuai Awal Dari grafik diatas menunjukan profile denah rumah sesuai awal dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 14 responden terdapat 43% (6/14) masih sesuai dengan denah rumah awal dan 57% (8/14) tidak sesuai dengan denah awal rumah dibangun. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 62% (8/13) masih sesuai dengan denah rumah awal dan 38% (5/13) tidak sesuai dengan denah awal rumah dibangun. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 50% (4/8) masih sesuai dengan denah rumah awal dan 50% (4/8) tidak sesuai dengan denah awal rumah dibangun. 46

12 Perbedaan perubahan dari rumah eksisting ke sekarang : Perumahan Awal Sekarang Villa Krista Syailendra Villa Pinus Gambar 4.18 Foto Penambahan Perkerasan Kondisi Penambahan Ruangan Dalam Rumah Dari grafik dibawah menunjukan penambahan perkerasan dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 13 responden terdapat 8% (1/13) di bagian depan, 54% (7/13) di bagian belakang, 23% (3/13) dibagian samping dan 15% (2/13) lain-lain. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 9 responden terdapat 11% (1/9) di bagian depan, 67% (6/9) di bagian belakang, 0% (0/9) dibagian samping dan 22% (2/9) lain-lain. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 13% (1/8) di bagian depan, 75% (6/8) di bagian belakang, 13% (1/8) dibagian samping dan 0% (0/8) lain-lain. 47

13 Gambar 4.19 Grafik Posisi Penambahan Perkerasan Denah dan kondisi awal tiap perumahan : 1. Perumahan Villa Krista Gambar 4.20 Denah Rumah Standar Type 33 Dan Foto Villa Krista Gedawang 48

14 2. Perumahan Syailendra Gambar 4.21 Denah Standar Syailendra Tipe 54 Dan Foto Syailendra 3. Perumahan Villa Pinus Gambar 4.22 Denah Standar Type 54 dan Foto Villa Pinus Perubahan masing-masing rumah di tiap perumahan. 1. Perubahan denah rumah perumahan Villa Krista adalah dari 14 rumah, terdapat 8 rumah yang melakukan perubahan dan 6 rumah tidak melakukan perubahan. Tabel 4.1 Perubahan Denah Dengan Penambahan Pada Kedelapan Di Perumahan Villa Krista No. Rumah 1 Denah Penjelasan Tipe 30/82.5 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 82.5 m2 33 m m2 81 % 19 % 49

15 Tipe 30/82.5 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 82.5 m2 33 m m2 68 % 32 % Tipe 30/82.5 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 82.5 m2 33 m m2 82 % 12 % Tipe 36/99 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 99 m m2 6 m2 46 % 54 % Tipe 36/99 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 99 m m2 6 m2 44 % 56 % Tipe 36/99 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 99 m m2 48 m2 88 % 12 % 50

16 7 8 Tipe 36/99 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 99 m m2 48 m2 88 % 12 % Tipe 30/82.5 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 82.5 m2 33 m m2 82 % 12 % 2. Perubahan denah rumah perumahan Syailendra adalah dari 13 rumah, terdapat 8 rumah yang melakukan perubahan dan 5 rumah tidak melakukan perubahan. Tabel 4.2 Perubahan Denah Dengan Penambahan Pada Kedelapan Di Perumahan Syailendra No. Rumah 1 2 Denah Penjelasan Tipe 54/135 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 135 m2 54 m2 6 m2 53 % 47 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 27 m2 59 % 41 % 51

17 Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 84 m2 97 % 3% Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 48 m2 73 % 27 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 41 m2 41 m2 69 % 31 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 5 m2 49 % 51 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 31 m2 63 % 37 % 52

18 8 Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 21 m2 57 % 43 % 3. Perubahan denah rumah perumahan Villa Pinus adalah dari 8 rumah, terdapat 4 rumah yang melakukan perubahan dan 4 rumah tidak melakukan perubahan. Tabel 4.3 Perubahan Denah Dengan Penambahan Pada Kedelapan Di Perumahan Villa Pinus No. Rumah Denah Penjelasan Tipe 54/135 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 135 m2 54 m2 6 m2 53 % 47 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 27 m2 59 % 41 % Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 14 m2 52 % 48 % 53

19 4 Tipe 60/153 Luas Lahan Luas Denah Awal Luas Penambahan KDB RTH 153 m2 60 m2 40 m2 68 % 32 % Alasan Dilakukan Penambahan Bangunan Gambar 4.23 Grafik Alasan Penambahan Dari grafik diatas menunjukan kegunaan dari penambahan perkerasan dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 12 responden terdapat 0% (0/12) karena jumlah keluarga, 100% (12/12) karena kebutuhan ruang, 0% (0/12) karena kendaraan dan 0% (0/12) tidak menambah. b. Kondisi perumahan Villa Krista dari 12 responden terdapat 0% (0/12) karena jumlah keluarga, 100% (12/12) karena kebutuhan ruang, 0% (0/12) karena kendaraan dan 0% (0/12) tidak menambah. 54

20 c. Kondisi perumahan Villa Krista dari 12 responden terdapat 0% (0/12) karena jumlah keluarga, 100% (12/12) karena kebutuhan ruang, 0% (0/12) karena kendaraan dan 0% (0/12) tidak menambah Luasan Penambahan Perkerasan Rumah Yang Berada Di Depan Rumah Gambar 4.24 Grafik Luasan Penambahan Depan Rumah Dari grafik diatas menunjukan luas penambahan perkerasan di bagian depan rumah dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 11 responden terdapat 27% (3/11) dengan luas 1m2-2m2, 9% (1/11) dengan luas >2 m2 3 m2, 18% (2/11) dengan luas> 3 m2 dan 45% (5/11) tidak ada. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 7 responden terdapat 29% (2/7) dengan luas 1m2-2m2, 0% (0/7) dengan luas >2 m2 3 m2, 14% (1/7) dengan luas > 3 m2 dan 57% (4/7) tidak ada. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 13% (1/8) dengan luas 1m2-2m2, 13% (1/8) dengan luas >2 m2 3 m2, 13% (1/8) dengan luas > 3 m2 dan 63% (5/8) tidak ada. 55

21 Luasan Penambahan Perkerasan Rumah Yang Berada Di Belakang Rumah Gambar 4.25 Grafik Luasan Penambahan Belakang Rumah Dari grafik diatas menunjukan luas penambahan perkerasan di bagian belakang rumah dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 11 responden terdapat 45% (5/11) dengan luas 1m2-2m2, 18% (2/11) dengan luas >2 m2 3 m2, 36% (4/11) dengan luas > 3 m2 dan 0% (0/11) tidak ada. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 7 responden terdapat 29% (2/7) dengan luas 1m2-2m2, 14% (1/7) dengan luas >2 m2 3 m2, 43% (3/7) dengan luas > 3 m2 dan 14% (1/7) tidak ada. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 13% (1/8) dengan luas 1m2-2m2, 13% (1/8) dengan luas >2 m2 3 m2, 38% (3/8) dengan luas > 3 m2 dan 38% (3/8) tidak ada. 56

22 Luasan Penambahan Perkerasan Rumah Yang Berada Di Samping Rumah Gambar 4.26 Grafik Luas Penambahan Samping Rumah Dari grafik diatas menunjukan luas penambahan perkerasan di bagian samping rumah dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 11 responden terdapat 18% (5/11) dengan luas 1m2-2m2, 18% (2/11) dengan luas >2 m2 3 m2, 27% (4/11) dengan luas > 3 m2 dan 36% (0/11) tidak ada. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 7 responden terdapat 0% (0/7) dengan luas 1m2-2m2, 0% (0/7) dengan luas >2 m2 3 m2, 0% (0/7) dengan luas > 3 m2 dan 100% (7/7) tidak ada. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 0% (0/8) dengan luas 1m2-2m2, 25% (2/8) dengan luas >2 m2 3 m2, 25% (2/8) dengan luas > 3 m2 dan 50% (4/8) tidak ada. 57

23 Anggapan Penghuni Terhadap Penambahan Perkerasan Gambar 4.27 Grafik Anggapan Penambahan Perkerasan Dari grafik diatas menunjukan anggapan dari penambahan perkerasan dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 11 responden terdapat 18% (2/11) dengan luas 1m2-2m2, 0% (0/11) dengan luas >2 m2 3 m2, 0% (0/11) dengan luas > 3 m2 dan 82% (9/11) tidak ada. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 7 responden terdapat 14% (1/7) dengan luas 1m2-2m2, 0% (0/7) dengan luas >2 m2 3 m2, 0% (0/7) dengan luas > 3 m2 dan 86% (6/7) tidak ada. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 6 responden terdapat 17% (1/7) dengan luas 1m2-2m2, 0% (0/7) dengan luas >2 m2 3 m2, 0% (0/7) dengan luas > 3 m2 dan 83% (5/7) tidak ada. 58

24 Aspek Persetujuan Penghuni Dukungan Pemberian Reward / Penghargaan Dari Pemerintah Bila Mana Rumah Mempertahan RTH Gambar 4.28 Grafik Pemberian Reward / Penghargaan Dari grafik diatas menunjukan aspek persetujuan penghuni dukungan pemberian reward / penghargaan dari pemerintah bila mana rumah mempertahankan RTH dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 13 responden terdapat 100% (6/13) setuju dan 0% (0/13) tidak setuju. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 100% (13/13) setuju dan 0% (0/13) tidak setuju. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 5 responden terdapat 80% (4/5) setuju dan 20% (1/5) tidak setuju. 59

25 Aspek Persetujuan Penghuni Dukungan Pemberian Punishment / Sanksi Dari Pemerintah Bila Mana Rumah Melanggar RTH Gambar 4.29 Grafik Pemberian Punishment / sanksi Dari grafik diatas menunjukan aspek persetujuan penghuni dukungan pemberian punishment / sanksi dari pemerintah bila mana rumah melanggar RTH dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 12 responden terdapat 42% (5/12) setuju dan 58% (7/12) tidak setuju. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 77% (10/13) setuju dan 23% (3/13) tidak setuju. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 6 responden terdapat 83% (5/6) setuju dan 17% (1/6) tidak setuju. 60

26 Kondisi Taman Saat Ini Gambar 4.30 Grafik Kondisi Taman Dari grafik diatas menunjukan kondisi taman saat ini dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 13 responden terdapat 77% (10/13) terawat dan 23% (3/13) tidak terawat. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 85% (11/13) terawat dan 15% (2/13) tidak terawat. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 88% (7/8) terawat dan 13% (1/8) tidak terawat. Kondisi taman yang terawat dan tidak terawat di setiap perumahan : Perumahan Terawat Tidak Terawat Villa Krista 61

27 Syailendra Villa Pinus Gambar 4.31 Perbandingan Kondisi Rumah Yang Terawat Dan Tidak Terawat Pada Taman Rumah Diketiga Lokasi Kondisi Permukaan Tanah Taman Depan Gambar 4.32 Grafik Kondisi Permukaan Taman Depan Dari grafik diatas menunjukan kondisi permukaan taman saat ini dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 13 responden terdapat 54% (7/13) datar dan 46% (6/13) tidak datar. 62

28 b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 92% (12/13) datar dan 8% (1/13) tidak datar. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 7 responden terdapat 57% (4/7) datar dan 43% (3/7) tidak datar. Kondisi taman datar dan tidak datar Perumahan Datar Tidak Datar Villa Krista Syailendra datar miring Villa Pinus Gambar 4.33 Perbandingan 2 Kondisi Kontur Taman (Datar Dan Miring) Dari Diketiga Lokasi 63

29 Ragam Ornamen Yang Digunakan Pada Taman Depan Gambar 4.34 Grafik Ornamen Taman Depan Dari grafik diatas menunjukan ornamen taman depan saat ini dari 3 lokasi perumahan : a. Kondisi perumahan Villa Krista dari 13 responden terdapat 8% (1/13) ornamen perdu, 38% (5/13) ornamen pot bunga, 31% (4/13) ornamen rumput dan 23% (3/13) lain-lain. b. Kondisi perumahan Syailendra dari 13 responden terdapat 0% (0/13) ornamen perdu, 38% (5/13ornamen pot bunga, 46% (6/13) ornamen rumput dan 15% (2/13) lain-lain. c. Kondisi perumahan Villa Pinus dari 8 responden terdapat 0% (0/8) ornamen perdu, 50% (4/8) ornamen pot bunga, 25% (2/8ornamen rumput dan 25% (2/8) lain-lain. 64

30 Data Ornamen Taman Depan Di Setiap Perumahan Tabel 4.4 Pengolahan Ornamen Taman Depan di Villa Krista NO 1 DENAH AWAL DENAH SAAT INI FOTO KETERANGAN - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu (1 titik perdu) - Terdapat kolam ikan di halaman dalam - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan kolam ikan untuk keindahan 2 - Tidak terdapat pohon di halaman dalam - Terdapat tanaman perdu yang tidak terawat - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Semak tersebar tidak merata di halaman - Keberadaan taman yang tidak terawat. 65

31 3 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu yang tidak terawat - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Keberadaan taman yang tidak terawat 4 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu (2 titik perdu) - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan 1 pohon di halaman depan 66

32 5 - Terdapat perkerasan penuh di halaman dalam - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu di halaman depan - Terdapat 7 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman 6 - Penambahan perkerasan penuh dan bangunan untuk mencukupi kebutuhan ruang. - Penambahan beberapa pot untuk keindahan sebagai pengganti keindahan taman - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu - Terdapat beberapa pot yang berisi bunga - Terdapat kolam ikan - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan kolam ikan untuk keindahan - Penambahan beberapa pot 67

33 7 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu di halaman depan - Terdapat perkerasan penuh di halaman dalam - Penambahan perkerasan untuk ruang parkir sepeda motor - Penambahan 2 pohon di halaman depan sebagai pengganti pohon di halaman dalam. 8 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu - Rumput tersebar tidak merata di halaman - Semak tersebar merata di halaman - Keberadaan taman yang tidak terawat 68

34 9 - Terdapat 1 pohon - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Tidak terdapat pohon di halaman dalam - Tidak terdapat tanaman perduperdu 10 - Tidak terdapat pohon di halaman dalam dan depan - Terdapat penuh perkerasan di halaman dalam - Penambahan perkerasan penuh di halaman dalam untuk menambah kebutuhan ruang sebagai teras. 69

35 11 - Terdapat 3 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu (4 titik perdu) - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan 2 pohon di halaman depan 12 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu - Terdapat beberapa pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan beberapa pot untuk keindahan 70

36 13 - Terdapat 3 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu - Terdapat beberapa pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan 2 pohon di halaman depan - Penambahan beberapa pot untuk keindahan 71

37 Tabel 4.5 Pengolahan Ornamen Taman Depan Di Syailendra NO 1 DENAH AWAL DENAH SAAT INI FOTO KETERANGAN - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu di halaman ( 3 titik perdu ) - Rumput tersebar Penjelasan: Tidak terjadi perubahan di taman 2 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu ( 4 titik perdu) - Terdapat 6 pot tanaman yang berisikan bunga - Rumput tersebar Penjelasan: Penambahan 6 pot tanaman yang berfungsi untuk menambah keindahan halaman 72

38 3 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu ( 3 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Perkerasan untuk jalur pejalan kaki dan sepeda motor Penjelasan: Penambahan perkerasan untuk jalur pejalan kaki dan sepeda motor 4 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perduperdu (4 titik perdu) - Terdapat 1 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata - Perkerasan untuk jalur pejalan kaki - Terdapat ayunan - Penambahan perkerasan untuk jalur pejalan kaki - Penambahan 1 pohon 73

39 5 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu (3 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Tidak ada perubahan di halaman 6 - Tidak terdapat pohon - Terdapat tanaman perduperdu - Terdapat 1 pot yang berisi bunga - Tidak terdapat rumput - Perkerasan penuh di halaman untuk carport - Penambahan perkerasan penuh di halaman untuk carport karena memiliki 2 mobil. - Penambahan pot untuk keindahan 74

40 7 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu (4 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Tidak ada perubahan di halaman 8 - Terdapat 3 pohon - Tidak terdapat tanaman perdu - Terdapat 1 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata - Perkerasan untuk tangga - Penambahan perkerasan berupa tangga untuk akses masuk ke rumah karena keadaan kontur tanah 75

41 9 - Terdapat 1 pohon di - Terdapat tanaman perduperdu (3 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Tidak ada perubahan di halaman 10 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perduperdu - Terdapat 13 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata - Perkerasan untuk tangga - Penambahan perkerasan berupa tangga untuk akses masuk ke rumah karena keadaan kontur tanah - Penambahan 1 pohon 76

42 11 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perduperdu (2 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Tidak ada perubahan di halaman 12 - Terdapat 1 pohon Terdapat tanaman perduperdu (2 titik perdu) - Rumput tidak tersebar - Perkerasan untuk tangga - Penambahan perkerasan berupa tangga untuk akses masuk ke rumah karena keadaan kontur tanah - Rumput sangat sedikit 77

43 13 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perduperdu (3 titik perdu) - Rumput tersebar merata - Penambahan 1 pohon Tabel 4.6 Pengolahan Ornamen Taman Depan Di Villa Pinus NO DENAH AWAL DENAH SAAT INI FOTO KETERANGAN Terdapat 2 pohon - Tidak terdapat tanaman perduperdu - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Tidak ada perubahan di halaman 78

44 2 - Terdapat 1 pohon - Tidak terdapat tanaman perduperdu - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Terdapat 5 pot yang berisi bunga - Penambahan beberapa pot untuk keindahan 3 - Terdapat 2 pohon - Tidak terdapat tanaman perduperdu - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Tidak ada perubahan di halaman 79

45 4 - Terdapat 4 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu ( 2 titik) - Terdapat 9 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan 2 pohon di halaman depan - Penambahan beberpa pot dan tanaman perdu-perdu untuk keindahan 5 - Terdapat 2 pohon - Tidak terdapat tanaman perduperdu - Terdapat 4 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan beberapa pot untuk keindahan 80

46 6 - Terdapat 3 pohon Terdapat tanaman perdu-perdu Terdapat 6 pot yang berisi bunga Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan 1 pohon di halaman depan - Penambahan beberpa pot dan tanaman perdu-perdu untuk keindahan 7 - Terdapat 1 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu (2 titik perdu) - Terdapat 4 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan beberpa pot dan tanaman perdu-perdu untuk keindahan 81

47 8 - Terdapat 2 pohon - Terdapat tanaman perdu-perdu (1 titik perdu) - Terdapat 2 pot yang berisi bunga - Rumput tersebar merata di halaman - Rumput tersebar merata di halaman pada taman - Penambahan beberapa pot untuk keindahan 82

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA SEMARANG 3.1.1 Keadaan Geografis BAB III TINJAUAN LOKASI Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, secara geografis terletak di Pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI

BAB IV GAMBARAN LOKASI BAB IV GAMBARAN LOKASI 4.1 Tinjauan Umum Kota Banjar Baru A. Lokasi Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 1.1.1. Data Non Fisik Sebagai stasiun yang berdekatan dengan terminal bus dalam dan luar kota, jalur Busway, pusat ekonomi dan pemukiman penduduk,

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTA SEMARANG BAGIAN WILAYAH KOTA VII (KECAMATAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM BAB 3 TINJAUAN WILAYAH YPCM 3.1. DATA WILAYAH KABUPATEN BANTUL 1 3.1.1. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bantul Kecamatan Sewon termasuk Hierarki III merupakan sub pusat pengembangan pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1 Kondisi Administratif Gambar 3.1. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Sekitarnya Sumber : www.jogjakota.go.id Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 30' - 8 15' lintang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI

BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI 6 BAB II DESKRIPSI LOKASI STUDI 2.1. LATAR BELAKANG Pembangunan adalah suatu proses merubah sesuatu keadaan dari kondisi tertentu menjadi ke suatu kondisi yang terencana dan lebih baik dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernataan Orisinalitas... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman PersetujuanPublikasi... iv Abstrak... v Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 PROGRAM DASAR PERENCANAAN 6.1.1 Program Ruang Rekapitulasi Ruang Dalam No Jenis Ruang Luas 1 Kelompok Ruang Fasilitas Utama 2996 m2 2 Kelompok Ruang Fasilitas

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Nilai Tanah Kecamatan Banyumanik Dari pengolahan data survei pada pengolahan data spasial, diperoleh hasil perhitungan harga tanah tahun 2011 dan 2013 serta

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Kota Yogyakarta Gambar 3.1 Peta Kota Yogyakarta Sumber: google.com, diakses tanggal 17 Mei 2014 Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa kita menyebutnya DIY merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH 3.1 TINJAUAN UMUM KOTA MAGELANG MAGELANG 3.1.1 KONDISI ADMINISTRATIF KOTA MAGELANG MAGELANG Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di tengah Jawa Tengahyang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

III. BAHAN DAN METODE. perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap inventarisasi tapak dan tahap perancangan. Inventarisasi dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai bulan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami dan Retno Indryani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kabupaten Jepara 3.1.1. Tinjauan Kabupaten Jepara Posisi geografis Kabupaten Jepara merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari provinsi Jawa Tengah, yaitu pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Metode perancangan dalam seminar ini yaitu berupa penjelasan dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan obyek perancangan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai muncul

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI 62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB III DESKRIPSI PROYEK 39 BAB III DESKRIPSI PROYEK A. Gambaran Umum 1. Lokasi Dalam pemilihan lokasi proyek terdapat beberapa pertimbangan utama yaitu regulasi, analisis visibilitas, dan fasilitas lingkungan. Berikut pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III PROGRAM PERANCANGAN

BAB III PROGRAM PERANCANGAN 29 BAB III PROGRAM PERANCANGAN A. Tata Ruang Makro 1. Penentuan Lokasi Site Gambar 3.1 Peta Kabupaten Bone Bolango (Sumber: Dokumen Faksi Bone Bolango) Pemilihan lokasi site harus memperhatikan beberapa

Lebih terperinci

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 12 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 5 A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik 1. Hutan Hujan Tropis Rona gelap Pohon bertajuk, terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Provinsi D.I. Yogyakarta 3.1.1. Keadaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 110 0 00-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 33-8 0 12 Lintang

Lebih terperinci

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-17 Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta Dwitanti Wahyu Utami

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Palembang terletak pada 2 59 27.99 LS-104 45 24.24 BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Palembang

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Semarang, 2010 Gambar 4.2. Peta Kepadatan Penduduk Kota Semarang, 2008 Gambar 4.5. Peta Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Kota Semarang, 2008 Gambar 4.7. Peta Sebaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kesimpulan studi dari hasil penelitian. Selain itu akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai hasil temuan studi yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Pengertian Tapak 4.1.1 Tapak Tapak adalah suatu wilayah atau lahan atau tempat dimana suatu fungsi atau fasilitas atau bangunan akan ditempatkan atau didirikan. Data Tapak Nama

Lebih terperinci

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data

BAB II. Analisa yang Mewujudkan Art Deco. Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data BAB II Analisa yang Mewujudkan Art Deco Kegiatan survey lapangan yang telah penulis alami dan perolehan akan data data yang telah lengkap dan akurat merupakan tahap tahap yang harus dilalui penulis sebelum

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA 3.1. TINJAUAN UMUM 3.1.1. Kondisi Administrasi Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya sehingga batas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTA SEMARANG BAGIAN WILAYAH KOTA VIII (KECAMATAN

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk PENGANTAR Latar Belakang Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga yang berbasis pada keragaman bahan pangan asal ternak dan potensi sumber

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis IKLIM INDONESIA Pengertian Iklim Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun dan meliputi wilayah yang luas. Secara garis besar Iklim dapat terbentuk karena adanya: a. Rotasi dan revolusi

Lebih terperinci