FORMULASI DAN EVALUASI IN VITRO FILMTRANSDERMALNATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN POLIMER KITOSAN DAN POLIVINIL ALKOHOL TAUT SILANG NATRIUM TRIPOLI FOSFAT
|
|
- Handoko Susanto
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 TESIS FORMULASI DAN EVALUASI IN VITRO FILMTRANSDERMALNATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN POLIMER KITOSAN DAN POLIVINIL ALKOHOL TAUT SILANG NATRIUM TRIPOLI FOSFAT OLEH: ERNAWATY GINTING NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017
3 FORMULASI DAN EVALUASI IN VITRO FILMTRANSDERMALNATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN POLIMER KITOSAN DAN POLIVINIL ALKOHOL TAUT SILANG NATRIUM TRIPOLI FOSFAT TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH: ERNAWATY GINTING NIM PROGRAM STUDI MAGISTER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018
4 iii
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21 DAFTAR GAMBAR xii
22
23
24
25
26
27
28
29
30 13 II Glutamat Dalam beberapa tahun terakhir, neurotransmiter glutamat secara teoritis berperan penting dalam patofisiologi hipotesis skizofrenia, serta di sejumlah gangguan kejiwaan lainnya, termasuk depresi. Glutamat adalah neurotransmiter eksitasi utama dalam sistem saraf pusat dan kadang-kadang dianggap sebagai " master switch " dari otak, karena dapat membangkitkan dan mengaktifkan hampir semua neuron SSP. Sintesis, metabolisme, regulasi reseptor, dan jalur utama glutamat karena itu penting untuk fungsi otak. Glutamat juga didefinisikan 15 sebagai neurotransmiter yang merupakan asam amino. II Norepinefrin Anhedonia telah lama diperhatikan sebagai ciri yang penting dari skizofrenia. Degenerasi neuronal selektif di dalam sistem saraf norepinefrin dapat menjelaskan aspek simtomatologi dari skizofrenia. Namun, data biokimia dan 12 farmakologi yang berhubungan hal ini masih belum meyakinkan. II Hipotesis GABA -aminobutyric acid (GABA) memiliki pengaruh pada patofisiologi skizofrenia berdasarkan penemuan bahwa beberapa penderita skizofrenia mengalami pengurangan neuron GABAergik di hipokampus. GABA memiliki efek regulator terhadap aktivitas dopamin dan kehilangan neuron inhibitory GABAergic dapat menyebabkan hiperaktivitas dari neuron dopaminergik. 12
31
32
33
34 18 atau lebih apabila simtom-simtom itu kurang tajam atau kurang jelas) dari simtom yang termasuk salah satu kelompok simtom (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua simtom dari kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih. 17 II.1.6. Fase Pengobatan pada Skizofrenia Terdapat tiga fase skizofrenia dari segi pengobatan, yaitu: a. Fase akut. Pengobatan selama fase ini berfokus pada mengurangi gejala psikotik paling parah. berlangsung 4-8 minggu. b. Fase stabilisasi. Setelah fase akut, yang biasanya pasien biasanya akan memasuki fase stabilisasi di mana gejala akut telah dikendalikan, tetapi pasien tetap berisiko untuk kambuh jika pengobatan terganggu atau jika pasien terkena stres. Selama fase ini, perawatan berfokus pada konsolidasi keuntungan terapi, dengan perawatan yang sama seperti yang digunakan d alam tahap akut. Fase ini bisa berlangsung selama 6 bulan setelah pemulihan dari gejala akut dan dipertahankan selama minimal 6 bulan dengan jenis dan dosis yang sama pada fase akut, setelah 6 bulan, dosis obat dapat diturunkan perlahan-lahan sampai ditemukan dosis efektif terendah (dosis pemeliharaan). c. Fase stabil atau pemeliharaan ketika penyakit ini baik dalam tahap relatif remisi atau gejalanya stabil. Tujuan pada tahap ini adalah untuk mencegah kekambuhan psikotik atau eksaserbasi dan untuk membantu pasien dalam meningkatkan tingkat mereka berfungsi. Dosis pemeliharaan ini dipertahankan selama 1 tahun sampai seumur hidup, tergantung pada episode skizofrenia, umumnya dipertahankan selama 1-2 tahun untuk
35
36 21 II.2.2. Farmakodinamik II Mekanisme Aksi Risperidon memiliki afinitas sangat tinggi terhadap reseptor dopamin D 2 dan serotonin 5 -HT 2A. Risperidon juga menunjuk kan afinitas tinggi untuk histamine -1 (H 1 ), memiliki afinitas sedang untuk serotonin 5 -HT 1 C, 5 -HT 1 D dan reseptor 5 -HT 2 A dan afinitas lemah untuk reseptor dopamin D 1. Risperidon tidak memiliki afinitas untuk reseptor muskarinik koliner gik atau 1 2 reseptor adrenergik. Meskipun risperidon memiliki afinitas tinggi untuk reseptor D 2, namun ia tidak memiliki tingkat potensi tinggi untuk EPS seperti generasi pertama. Risperidon menghambat 65% reseptor D 2 (persentase ambang terendah unt uk khasiat antipsikotik) pada dosis rata -rata 2 mg per hari. Pada rata - rata 6 mg per hari, 80% reseptor D 2 dihambat, dan EPS dapat terjadi. 2 0,21 II.2.3. Dosis dan Pemberian Obat Risperidon tersedia dalam 0,25, 0,5, 1, 2, 3, dan 4 mg tablet dan larutan oral 1 mg / ml. Dosis awal biasanya 1 sampai 2 mg pada malam hari, kemudian dapat dinaikkan secara bertahap, bila dapat ditoleransi dengan penambahan 1 mg perdosis setiap 2 atau 3 hari sampai mencapai dosis target sebesar 3-6 mg sehari. 20,21 Perubahan pad a simtom psikotik mulai tampak pada 1 minggu penggunaan namun dibutuhkan beberapa minggu untuk mendapatkan efek penuh pada perilaku, kognitif dan juga stabilisasi afektif. Biasanya direkomendasikan untuk menunggu sekitar 4-6 minggu untuk mendapatkan kemanj uran dari pengobatan. 24 Efek antipsikotik dari antagonis serotonin -dopamin umumnya muncul dalam 2 minggu pertama pengobatan, walaupun pasien yang parah Universitas Sumatera Utara
37 22 mungkin memerlukan waktu sampai 6 minggu pengobatan untuk memperoleh respon yang menguntungkan. Efektifitas penuh umumnya dicapai dalam 4-6 minggu pengobatan. Risperidon 6 mg sama manjurnya dengan dosis yang lebih tinggi. Di Amerika Serikat, tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat EPS antara pasien dengan risperidon 6 mg dan plasebo. 2 0,21 II.2.4. Efikasi dan Efek Samping Studi-studi menunjukkan bahwa rieperidon merupakan antipsikotik yang efektif dan memiliki keuntungan melebihi antpsikotik konvensional dalam hal profil efek samping dan efikasinya. Risperidon efektif untuk pengobatan skizofrenia dan skizoafektif, baik untuk episode pertama maupun episode selanjutnya. 2 0,21 Risperidon merupakan pilihan yang tepat untuk pasien yang gagal berespon terhadap antipsikotik konvensional. Pada studi yang dilakukan di Amerika Serikat, orang dengan skizofreni a yang telah dirawat inap paling sedikit 6 bulan sebelum studi, cenderung memperlihatkan keuntungan lebih besar dengan risperidon dibanding haloperidol. Keadaan ini mengusulkan bahwa risperidon efektif untuk beberapa pasien yang resisten terhadap pengobata n atau yang kurang berespon konvensional. s terhadap antpsikotik 2 1 Risperidon menghasilkan sedasi relatif rendah terkait dosis dalam kisaran (<6 mg/hari), dibandingkan dengan olanzapin. Olanzapin umumnya dapat ditoleransi dengan baik dengan efek samping ekstrapiramidal dibanding risperidon, namun dikaitkan dengan penambahan berat badan yang signifikan. 2 2
38
39
40 26 II.3.2. Dosis Valproat Dosis awal untuk mania atau epilepsi adalah 15 mg / kg dalam 2 dosis terbagi (sekali sehari untuk extended release valproat), mania akut (dewasa) awal 1000 mg / hari, meningkatkan dosis dengan cepat, dosis maksimum umumnya 60 mg / kg per hari untuk yang hipomania, bisa dimulai pada mg diberikan tiga kali sehari pada hari pertama, lalu titrasi sesuai yang bisa ditoleransi oleh pasien dengan ambang terapeutik (tingkat serum lebih besar dari 50 mikrogram / L). Setelah dosis mencapai steady state tercapai. Migrain (dewasa) 500 mg / hari untuk dosis awal, dosis maksimum yang direkomendasikan 1000 mg / hari. Epilepsi (dewasa) untuk dosis awal mg / kg per hari, meningkat 5 10 mg / kg per minggu, dosis maksimum umumnya 60 mg / kg per hari. 127,28 Dosis anjuran dengan mg / kg per hari dapat mengurangi onset tindakan sampai 5 hari atau kurang dan mungkin sangat berguna untuk pengobatan mania akut pada pasien rawat inap. Mengingat waktu paruh pelepasan valproat Immediate Release (misalnya; De pakene, Depacote ), dosis dua kali sehari dapat diberikan. Sedangkan untuk Extended Release (misalnya; Depacote ER) dapat diberikan sekali sehari pada malam hari. Namun Extended Release hanya sekitar 80 % sebagai bioavailabel, dan menghasilkan kadar plasma % lebih rendah dibandingkan dengan yang Immediate Release. 27,28 II.3.3. Efek Samping dan Toksikologi Efek samping valproat dapat menyebabkan iritasi lambung dan hipergonemia, yang keduanya dapat menyebabkan mual. Kelesuan dan kebingungan terkadang bisa terjadi dengan dosis awal di atas 750 mg/hari. Penambahan berat badan bisa dijumpai signifikan, terutama bila valproat
41
42
43
44
45
46
47
48 = = = 40 n 2 : Besar sampel kelompok yang hanya mendapat terapi risperidon dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan = 15 Dari rumus maka diperoleh hasil sebagai berikut: Sg = = 1,421 36,37 Untuk besar sampel didapatkan: n 1 : Besar sampel kelompok yang mendapat terapi risperidon dengan penambahan sodium divalproex n 2 : Besar sampel kelompok yang hanya mendapat terapi risperidon Z : Deviat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% dengan hipotesis dua arah, sehingga Z = 1, Z : Deviat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, sehingga Z = 1,28. 36
49
50
51
52 47 Z. : Deviat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% dengan hipotesis dua arah, sehingga Z. = 1, Z : Deviat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, sehingga Z = 1, S : Simpangan baku gabungan dari hasil studi pendahuluan = 1,898 X 1 -X 2 : Perbedaan rerata diantara dua kelompok yang dianggap bermakna = 2 = Sebelumnya dihitung simpangan baku gabungan dengan menggunakan rumus 36 : Sg (sg) 2 : simpangan baku gabungan : varian gabungan S 1 : simpangan baku kelompok yang mendapat terapi risperidon dengan penambahan sodium divalproex dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan = 2,404
53
54
55
56 55 III Besar Sampel yang Diperkirakan untuk Mengetahui Perbedaan Skor PANSS Positif pada Laki-laki Dengan Skizofrenia yang Hanya Mendapat Terapi Risperidon pada Akhir Minggu Ke 3 n Z : Besar sampel kelompok yang mendapat terapi : Deviat baku alfa, kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% dengan hipotesis dua arah, sehingga Z = 1, Z : Deviat baku beta, kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, sehingga Z = 1, S : Simpangan baku selisih antara sesudah dan sebelum terapi dari hasil studi pendahuluan = 1,710 X 1 -X 2 : Selisih minimal antara sesudah dan sebelum terapi yang dianggap bermakna = 2 = 7,673 8
57
58
59
60 60 III Besar Sampel yang Diperkirakan untuk Mengetahui Perbedaan Total Skor PANSS pada Laki-laki Dengan Skizofrenia yang Hanya Mendapat Terapi Risperidon pada Akhir Minggu Ke 6
61
62
63 63 PANSS Negatif Selisih minimal = - 0, 4 0 1,96 x 0,699 = -1, 7 7 Selisih maksimal = - 0, ,96 x 0,699 = 1,77 Total PANSS Selisih minimal = - 0,80 1,96 x 1,033 = - 2,825 Selisih maksimal = - 0, ,96 x 1,033 = 2, Kelompok pertama adalah kelompok yang mendapat terapi risperidon dengan penambahan sodium divalroex dengan dosis sodium divalproex satu kali sehari pada malam hari, yang dititrasi dari mulai 500 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya dinaikkan menjadi 1000 mg/hari pada hari keempat, dan pada hari ketujuh dinaikkan kembali men jadi 1500 mg/hari, kemudian dosis dipertahankan s ampai dengan pengamatan di akhir minggu keenam. Dosis risperidon diberikan dengan dosis terbagi dalam 2 kali pemberian/hari, yang dititrasi dari mulai 4 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya dinaikkan menj adi 5 mg/hari pada hari keempat, dan pada hari ketujuh dinaikkan menjadi 6 mg/hari, kemudian dosis dipertahankan sampai dengan pengamatan di akhir minggu keenam. 7. Kelompok kedua adalah kelompok yang hanya mendapat terapi risperidon dengan dosis terbagi da lam 2 kali pemberian/hari, yang dititrasi dari mulai 4 mg/hari pada hari pertama selanjutnya dinaikkan menjadi 5 mg/hari pada hari keempat, dan pada hari ketujuh dinaikkan menjadi 6 mg/hari, kemudian dosis dipertahankan sampai dengan pengamatan di akhir minggu keenam.
64
65
66
67
68
69
70
71 78 IV.3. Kelompok yang Hanya Mendapat Terapi Risperidon IV.3.1. Tabel Perbedaan Skor PANSS Positif pada Laki-laki dengan Skizofrenia yang Hanya Mendapat Terapi Risperidon pada Saat Sebelum Terapi, Akhir Minggu Ke 3 dan Akhir Minggu Ke 6 Skor PANSS Positif Yang Hanya Mendapat Terapi Risperidon n Median (Minimum- Maksimum) Nilai
72 80 Tabel IV.3.2 memperlihatkan nilai median skor PANSS negatif sebelum terapi untuk kelompok terapi yang hanya mendapatkan risperidon adalah 16,000 dengan batas nilai minimum-maksimum 13,000-19,000 sedangkan nilai median skor PANSS negatif pada akhir minggu ke 3 adalah 14,000 dengan batas nilai minimum-maksimum 11,000-16,000 dan nilai median skor PANSS negatif pada akhir minggu ke 6 adalah 10,500 dengan batas nilai minimum-maksimum 9,000-14,000. Hasil analisis dengan uji Friedman untuk skor PANSS negatif pada saat sebelum terapi, akhir minggu ke 3 dan akhir minggu ke 6 memiliki nilai p <0,001 yang menunjukkan terdapat dua pengukuran yang berbeda p < 0,05), ( yang dilanjutkan dengan Post Hoc Wilcoxon dimana secara statistik dan klinis, skor PANSS negatif sebelum terapi berbeda dengan skor PANSS negatif pada akhir minggu ke 3 dengan nilai p <0,001. Skor PANSS negatif sebelum terapi berbeda dengan skor PANSS negatif akhir minggu ke 6 dengan nilai p< 0,001 dan skor PANSS negatif pada akhir minggu ke 3 berbeda dengan skor PANSS negatif pada akhir minggu ke 6 dengan nilai p< 0,001. Sehingga dalam hal ini menunjukkan perbedaan bermakna pada ketiganya p <0,001( p <0,05).
73
74
75 84 Universitas Sumatera Utara
76 85 ke 6 untuk kelompok yang mendapatkan risperidon-sodium divalproex adalah 9,500 dengan batas nilai minimum-maksimum,000-12,000 7 sedangkan nilai median skor PANSS negatif untuk kelompok yang hanya mendapatkan risperidon adalah 10,500 dengan batas nilai minimum -maksimum 9,000-14,000 dengan nilai =0,001, dimana terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok <0,05). ( Risperidon-Sodium Divalproex Risperidon ,000 (44,000-55,000) 70,500 (63,000-76,000) <0,001 Risperidon-Sodium Divalproex Risperidon Uji Berulang <0, ,000 (39,000-43,000) 46,000 (42,000-49,000) <0,001 Untuk melihat perbedaan total skor PANSS antara kelompok yang mendapatkan terapi risperidon dengan penambahan sodium divalproex dan yang hanya mendapat terapi risperidon, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji. Hasil dari uji normalitas yang didapat, data tidak berdistribusi normal dimana nilai <0,05, sehingga dilakukan uji transformasi data, hasilnya data tetap tidak berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji Berulang.
77
78
79 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan 103
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyebabkan penderitaan dan ketidakmampuan bagi pasien dan secara signifikan menimbulkan beban yang berat bagi dirinya sendiri,
Lebih terperinciBIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ
BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia adalah suatu penyakit psikiatrik yang bersifat kronis dan menimbulkan ketidakmampuan, dengan prevalensi seluruh dunia kira-kira 1% dan perkiraan insiden
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sering dijumpai di pelayanan gawat darurat psikiatri sebagai
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis 1, umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) agitasi didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Januari Dengan menggunakan desain cross sectional didapatkan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia fase akut di RSJ Grhasia. Data diambil dari catatan rekam medis pasien pada bulan November
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta adanya gangguan fungsi psikososial (Sukandar dkk., 2013). Skizofrenia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat serta
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi skizofrenia adalah gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham),
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agitasi Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas. Agitasi sangatlah sering dijumpai di dalam pelayanan gawat darurat
Lebih terperinciGangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ
Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode
Lebih terperinciFarmakoterapi Obat Gangguan Mental
Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan 1 Psikosis Ditandai: Gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gejala negatif skizofrenia merupakan dimensi psikopatologi penting yang mencerminkan tidak adanya atau berkurangnya perilaku dan fungsi normal, termasuk kekurangan
Lebih terperinciFarmakoterapi Obat Gangguan Mental. Alfi Yasmina
Farmakoterapi Obat Gangguan Mental Alfi Yasmina Psikotropika Antipsikotik/neuroleptik/major tranquilizer Antiansietas/ansiolitik/minor tranquilizer Antidepresi Psikostimulan Psikosis Ditandai: Gangguan
Lebih terperinciGangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin
Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Pendahuluan Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Benedict A.Morel ( ), seorang dokter psikiatri dari Prancis
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Benedict A.Morel (1809-1873), seorang dokter psikiatri dari Prancis menggunakan istilah demence precoce untuk pasien yang memburuk dimana penyakitnya (gangguannya)
Lebih terperinciBIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ
BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
Lebih terperincidr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN TERAPI ANTIPSIKOTIK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGAYKARTA dr Dyah Ayu Shinta Lesmanawati NIP.198709232014022001 HASIL
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan gangguan mental psikotik yang etiologinya belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam proses pikir, mood, dan perilaku.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Wahid, dkk, 2006).
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari mengingat suatu hal. Dengan kata lain, pengetahuan dapat diartikan sebagai mengingat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penderita skizofrenia sekitar 1% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat, dengan jumlah keseluruhan lebih dari 2 juta orang (Nevid et al.,
Lebih terperinciMethadon sejak 1972 disetujui FDA telah terbukti secara klinis mengurangi jumlah orang kecanduan opiat dengan efek samping jangka panjang terbatas
Methadone dan Suboxone Methadone pertama kali digunakan dan dipasarkan pada tahun 1939 di di Jerman sebagai obat penghilang rasa sakit yang efektif. Pada awal 1950-an, penggunaan metadon mulai di di Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah
Lebih terperinciBAB II. STUDI PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinci1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP
NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI
Lebih terperinciREFERAT Gangguan Afektif Bipolar
REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut
Lebih terperinciFARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS
FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS dr HM Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi FK UNLAM Banjarbaru PENGGUNAAN OBAT PADA ANAK Perbedaan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh, maupun enzim yang bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang harus diberi perhatian. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan penyakit otak yang presisten dan serius yang harus diberi perhatian. Skizofrenia merupakan sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan harta yang paling penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah diatur oleh undang-undang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang berpengaruh terhadap perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang. Ciriciri individu yang normal
Lebih terperinciPsikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia
Psikoedukasi keluarga pada pasien skizofrenia Posted by Lahargo Kembaren ABSTRAK Skizofrenia merupakan gangguan kronik yang sering menimbulkan relaps. Kejadian relaps yang terjadi pada pasien skizofrenia
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan menguraikan diskusi dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari masalah penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 Defenisi Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA. Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif,
BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Gejala khas dari skizofrenia melibatkan berbagai disfungsi kognitif, perilaku, dan emosional tetapi tidak ada gejala tunggal yang patognomonik dari gangguan. Diagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jiwa sampai saat ini memang masih dianggap sebagai penyakit yang memalukan, menjadi aib bagi si penderita dan keluarganya sendiri. Masyarakat kita menyebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.I. LATAR BELAKANG Penyakit hipertensi termasuk penyakit yang banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya. Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan berbagai hal yang menyusahkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerebrovaskular accident atau yang sering di sebut dengan istilah stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi otak yang berkembang
Lebih terperinciREFERAT GANGGUAN BIPOLAR. Disusun oleh: Brigitta Intan P.S Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA
REFERAT GANGGUAN BIPOLAR Disusun oleh: Brigitta Intan P.S. 1510221041 Pembimbing : dr.asmarahadi,sp.kj KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN NOVEMBER-DESEMBER
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) memberikan definisi gangguan jiwa sebagai pola psikologis atau perilaku secara klinis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Gangguan jiwa dapat menyerang semua usia. Sifat serangan penyakit biasanya akut tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang sering dijumpai dan termasuk gangguan jiwa yang paling menimbulkan kerusakan dalam psikiatri. Skizofrenia juga merupakan salah
Lebih terperinciPETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM
PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat
Lebih terperinciGangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya gangguan pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh. Penyakit ini
Lebih terperinciObat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral
Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama
Lebih terperincibebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua
BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terdapat 204 resep (50,62%) dan pasien berjenis kelamin laki-laki
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Data Pasien Hasil penelitian menunjukan dari 403 resep yang masuk kriteria inklusi meliputi pasien anak berjenis kelamin perempuan terdapat 204 resep (50,62%)
Lebih terperinciANALISIS GEJALA EFEK SAMPING AMINOFILLIN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER
ANALISIS GEJALA EFEK SAMPING AMINOFILLIN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciFaktor Biologis Faktor Kognitif
ANSIETAS Amelia Herawati 1041611166 Meridian Puspawati 1041611181 Mujahidah Asma K 1041611182 Nur Aliya Fitri Ana 1041611184 Bonita Murniati 1041611171 Putri Nur Fatimah 1041611186 Ansietas Kecemasan/ansietas
Lebih terperincib. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...,... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan
Lebih terperinciRISPERIDONE. (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat. Skizofrenia
RISPERIDONE (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Skizofrenia Risperdal (risperidone) boleh digunakan dalam rawatan akut dan lanjutan skizofrenia. Ia dindikasikan untuk pesakit dewasa dan remaja yang berumur 13 17
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat kita, banyak ditemukan penyakit kelainan muskuloskeletal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan masalah pada anak-anak di seluruh dunia. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit pada penderita diare sering disebabkan oleh diare itu sendiri dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Epilepsi adalah kondisi neurologis yang ditandai dengan kekambuhan kejang berulang disebabkan oleh pelepasan sinkron berulang, abnormal, dan berlebihan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk obat-obat yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian intervensi analitik komparatif prospektif.
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian intervensi analitik komparatif prospektif. 24 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Unit Gawat Darurat Rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciA. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap
A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis dari berbagai keadaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skizofrenia 2.1.1 Sejarah dan definisi skizofrenia Skizofrenia merupakan suatu sindrom klinis dari berbagai keadaan psikopatologi yang sangat mengganggu serta melibatkan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Afrika 11,9%, terendah di Eropa 6,2% dan Asia Tenggara 11,1% (Beck, 2010).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi kurang bulan (BKB) adalah bayi lahir dengan umur kehamilan (UK) kurang dari 37 minggu. Angka kelahiran BKB di dunia sebesar 9,6%, tertinggi di Afrika 11,9%, terendah
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Di Amerika, nyeri kepala lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria (Karli,2012). Sebagai contoh, 18% wanita memiliki migren sedangkan pria hanya 6%. Wanita
Lebih terperinciESCITALOPRAM. Jika terlupa mengambil ubat, ambil sejurus selepas mengingati selagi masih dalam beberapa jam masa yang sepatutnya
ESCITALOPRAM (i) Tujuan/ Kegunaan Ubat Lexapro (escitalopram) adalah ubat psikiatri yang digunakan untuk merawat gangguan utama depresi (MDD- Major Depressive Disorder) pada orang dewasa dan remaja berusia
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa dan psikososial menurut The World Health Report tahun 2001 dialami kira-kira 25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia (Mansjoer, 2000). Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum dan Karakteristik Responden Penelitian Penelitian tentang Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Gejala Klinis Pasien Skizofrenia telah dilaksanakan
Lebih terperinciPengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2
Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik Farmakodinamik - 2 1 Mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia seluler dan mekanisme kerja obat Mempelajari mekanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sangat kompleks, yang ditandai dengan sindrom heterogen seperti pikiran kacau dan aneh, delusi, halusinasi,
Lebih terperinciJournal Reading ULFA ELSANATA ( )
Journal Reading ULFA ELSANATA (01.211.6546) Tujuan Mengevaluasi efektifitas gabapentin untuk menghilangkan gejala pada CTS Pendahuluan : Pengobatan CTS mencakup obat oral, suntikan steroid, decompressive
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang sangat digemari, karena bentuknya yang padat, mudah di bawa dan dapat menghasilkan efek yang cepat. Dalam
Lebih terperinciBerdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan
Lebih terperinciSinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man
Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang masih merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit maupun di masyarakat. Anggaran besar harus dialokasikan
Lebih terperinciPengertian farmakodinamika Dosis Efek samping, reaksi yang merugikan dan efek toksik. Interaksi reseptor Mekanisme non-reseptor
Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping, reaksi yang merugikan dan efek toksik Farmakodinamik - 2 Mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia seluler dan mekanisme kerja obat Mempelajari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
tua. 1 Berdasarkan data pada Agustus 2010, terdapat pasien anak berusia 2-12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak-anak mempunyai kondisi berbeda dengan orang dewasa pada saat pra bedah sebelum masuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
Lebih terperinciSKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE JANUARI - JUNI 2007 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah
Lebih terperinciKeefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta
Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta Oleh : Nugroho Adi Setiawan S 5703005 BAB I PENDAHULUAN A.
Lebih terperinci