Suhu Kandang. tubuh ternak. saat starterr berkisar antara 25

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Suhu Kandang. tubuh ternak. saat starterr berkisar antara 25"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu Kandang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Kondisi cuaca sekitar tempat pemeliharaan ternak seperti panas sinar matahari dan curah hujan yang tinggi dapat diantisipasi agar ayam tetap nyaman. Pada penelitian ini hasil performa ayam broiler selama pemeliharaan salah satunya sangat dipengaruhi oleh lingkungan khususnya suhu lingkungann kandang. Suhu lingkungan kandang dipengaruhi oleh keadaan angin, penyinaran cahaya matahari, curah hujan, dan suhu tubuh ternak. Menurut Jayanto (2009), bahwa sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur saat starterr berkisar antara 25 o C-32 o C dan finisher 23 o C-25 o C, kelembaban berkisar antara 60%-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengann umur ayam. Gambar 7. Alat Pengukur Suhu dan Kelembaban Kandang Suhu saat penelitian selama 28 hari dapat diketahui dengan meletakkan ermometer di dalam kandang (Gambar 7), sehingga besarnya nilai pada alat ukur tersebut merupakan suhu kandang. Rataan suhu pagi hari bersuhu antara 24 o C-26 o C C, siang hari bersuhu antara 30 o C-34 o C, dan malam hari bersuhu antara 23 o C-25 o C C dengan rataan kelembaban kandang 74% %-85%. Data BMKG Dramaga Bogor (2010), pada bulan Agustus 2010 rataan suhu harian 25 o C-26 o C dengan kelembaban 83%-85%. Walaupun suhu kandang bukan merupakan peubah yang diamati dalan penelitian ini, tetapi suhu sangat berpengaruh untuk kelangsungan ternak bertahan hidup dan berproduksi secara optimum. Suhu kandang selama penelitian dipengaruhi 23

2 oleh suhu di luar kandang, pencahayaan, ventilasi sebagai pertukaran udara, keadaan angin dan suhu tubuh ternak. Kelembaban udara di kandang juga dipengaruhi kelembaban alas litter karena kotoran ternak dan tumpahan air minum. Performa Nilai sidik ragam pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape terhadap performa meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan (PBB), bobot akhir, dan konversi pakan periode starter dan finisher (Tabel 8 dan Tabel 9). Tabel 8. Hasil Performa Ayam Broiler Periode Starter (Umur 7-21 Hari) Peubah Ragi Tape Tepung Ubi (%) (%) 3,0 (U 3,0 ) 6,0 (U 6,0 ) Rataan 0,5 (R 0,5 ) 2152,67 ± 75, ,67 ± 73, ,17 ± 31,18 Konsumsi Air 1,0 (R 1,0 ) 2161,00 ± 22, ,33 ± 137, ,17 ± 12,96 Minum (ml/ekor) 1,5 (R 1,5 ) 2167,00 ± 105, ,33 ± 40, ,67 ± 31,59 Rataan 2160,22 ± 7, ,44 ± 37, ,33 ± 20,25 0,5 (R 0,5 ) 850,00 ± 9,17 850,00 ± 8,23 850,00 ± 0,67 Konsumsi Pakan 1,0 (R 1,0 ) 850,00 ± 5,92 850,00 ± 8,86 850,00 ± 2,08 (g/ekor) 1,5 (R 1,5 ) 850,00 ± 12,76 850,00 ± 4,34 850,00 ± 5,96 Rataan 850,00 ± 3,42 850,00 ± 2,45 850,00 ± 1,97 0,5 (R 0,5 ) 658,60 ± 11,37 629,93 ± 14,88 644,27 ± 20,27 PBB (g/ekor) 1,0 (R 1,0 ) 661,17 ± 9,26 622,17 ± 28,02 641,67 ± 27,58 1,5 (R 1,5 ) 658,87 ± 1,43 603,67 ± 12,91 631,27 ± 39,03 Rataan 659,54 B ± 1,41 618,59 A ± 13,49 639,07 ± 6,88 0,5 (R 0,5 ) 810,13 ± 5,06 785,23 ± 19,09 797,68 ± 32,95 Bobot Badan 1,0 (R 1,0 ) 799,57 ± 9,77 773,90 ± 19,38 786,74 ± 18,15 Akhir (g/ekor) 1,5 (R 1,5 ) 812,07 ± 12,14 765,47 ± 18,87 788,77 ± 32,95 Rataan 807,26 B ± 6,73 774,87 A ± 9,92 791,06 ± 5,82 0,5 (R 0,5 ) 1,33 ± 0,04 1,40 ± 0,03 1,37 ± 1,05 Konversi Pakan 1,0 (R 1,0 ) 1,31 ± 0,03 1,45 ± 0,07 1,38 ± 0,09 1,5 (R 1,5 ) 1,33 ± 0,01 1,48 ± 0,01 1,41 ± 0,11 Rataan 1,32 A ± 0,01 1,44 B ± 0,04 1,38 ± 0,02 Keterangan : superskrip pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) 24

3 Tabel 9. Hasil Performa Ayam Broiler Periode Finisher (Umur Hari) Peubah Ragi Tape Tepung Ubi (%) (%) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) Rataan Konsumsi Air 0,25 (R 0,25 ) 4516,83 ± 283, ,67 ± 68, ,25 ± 142,24 Minum 0,50 (R 0,50 ) 4346,00 ± 196, ,00 ± 293, ,00 ± 1,42 (ml/ekor) 0,75 (R 0,75 ) 4427,00 ± 109, ,07 ± 427, ,04 ± 23,99 Rataan 4429,94 ± 85, ,25 ± 1, ,09 ± 38,31 Konsumsi 0,25 (R 0,25 ) 1610,52 b ± 56, ,67 ab ± 35, ,79 ± 53,35 Pakan 0,50 (R 0,50 ) 1531,23 ab ± 28, ,33 a ± 30, ,78 ± 0,78 (g/ekor) 0,75 (R 0,75 ) 1506,93 a ± 13, ,34 ab ± 89, ,64 ± 66,05 Rataan 1549,56 ± 54, ,91± 38, ,74 ± 20,52 0,25 (R 0,25 ) 794,26 ± 102,25 774,73 ± 44,24 784,49 ± 13,81 PBB (g/ekor) 0,50 (R 0,50 ) 722,43 ± 41,57 777,43 ± 54,38 749,93 ± 38,89 0,75 (R 0,75 ) 736,23 ± 57,36 864,86 ± 88,96 800,56 ± 90,98 Rataan 750,97 ± 38,12 805,68 ± 51,29 778,33 ± 25,87 0,25 (R 0,25 ) 1604,39 ± 101, ,97 ± 38, ,18 ± 31,41 Bobot Badan 0,50 (R 0,50 ) 1522,00 ± 42, ,33 ± 59, ,67 ± 20,74 Akhir (g/ekor) 0,75 (R 0,75 ) 1548,30 ± 67, ,35 ± 74, ,33 ± 58,02 Rataan 1558,23 ± 42, ,55 ± 43, ,39 ± 28,56 0,25 (R 0,25 ) 2,10 ± 0,28 2,08 ± 0,17 2,09 ± 0,02 Konversi 0,50 (R 0,50 ) 2,34 ± 0,19 2,13 ± 0,21 2,24 ± 0,15 Pakan 0,75 (R 0,75 ) 2,23 ± 0,40 1,93 ± 0,38 2,08 ± 0,21 Rataan 2,22 ± 0,12 2,05 ± 0,10 2,14 ± 0,08 Keterangan : superskrip pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Konsumsi Air Minum Konsumsi minum ayam broiler hasil pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape dalam ransum dapat dilihat pada Tabel 8 menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi air minum ayam saat starter pada setiap perlakuan. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai konsumsi air minum tertinggi 2179,33 ml/ekor pada U 6,0 R 1,0 dan terendah 2107,67 ml/ekor pada U 6,0 R 0,5. Nilai konsumsi yang berbeda antara ternak menunjukan jumlah kebutuhan setiap ternak tidak sama. 25

4 Pemberian tepung ubi dan ragi tape tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan saat finisher pada setiap perlakuan di Tabel 9. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif konsumsi air minum tertinggi 4516,83 ml/ekor pada U 1,5 R 0,25 dan terendah 4315,67 ml/ekor pada U 3,0 R 0,25 Nilai terendah saat finisher dipengaruhi saat starter dengan konsumsi air minum juga rendah dibandingkan perlakuan lain. Shaw et al. (2006) menjelaskan bahwa konsumsi air meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi pakan dan komposisi pakannya. Konsumsi air minum tidak berbeda antara perlakuan diduga lebih banyak dipengaruhi suhu lingkungan kandang selama pemeliharaan yang cukup panas, khususnya siang hari. Pada penelitian ini pengaruh suhu tampaknya menutupi pengaruh lainnya, karena suhu juga mempengaruhi konsumsi air minum. Konsumsi Pakan Pada ayam broiler periode starter umur 7-21 hari dengan perlakuan pemberian tepung ubi dan ragi tape tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan diantara perlakuan. Rataan konsumsi pakan pada Tabel 8 di setiap perlakuan berjumlah sama yaitu 850 g/ekor. Konsumsi setiap minggu yang berbeda saat starter disebabkan kecernaan pakan ternak yang berbeda namun dengan hasil kumulatif sama pada setiap perlakuan. Hal tersebut dipengaruhi suhu lingkungan berbeda setiap hari menyebabkan kebutuhan konsumsi pakan juga berbeda pada ternak. Nilai konsumsi pakan saat starter masih rendah dibandingkan standar performa broiler CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm sebesar 1071 g/ekor. Namun lebih tinggi dari penelitian Ehsani (2011) dengan nilai 779,94 g/ekor saat starter menggunakan sumber probiotik komersil mengandung Saccharomyces cerevisiae. Pemberian tepung ubi dan ragi tape pada Tabel 9 menunjukan bahwa berbeda nyata (p<0,05) terhadap konsumsi pakan saat finisher. Nilai konsumsi pakan saat finisher tertinggi 1610,52 g/ekor pada U 1,5 R 0,25 sedangkan terendah 1506,93 g/ekor pada U 1,5 R 0,75. Nilai konsumsi pakan berbeda setiap ternak pada tiap perlakuan. Pada U 1,5 R 0,75 memiliki nilai terendah mungkin disebabkan ketidakseimbangan antara serat kasar pada pakan yang dicerna dan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Nilai pada U 1,5 R 0,25 dengan konsumsi tertinggi yang mungkin disebabkan mekanisme kerja prebiotik yang mendukung pertumbuhan dan 26

5 meningkatkan jumlah bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan saat starter dan mempertahankannya saat finisher dengan ransum perlakuan yang diberikan pada ayam broiler sampai umur 34 hari. Namun nilai konsumsi pakan saat finisher masih rendah dibandingkan standar konsumsi pakan broiler CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm sebesar 3282 g/ekor. Interaksi kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan saat periode finisher. Hubungan interaksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 8. Konsumsi Pakan Finisher (g/ekor) y = 130x R² = y = x R² = Taraf Ragi Tape (%) ubi taraf 1,5% ubi taraf 3% Gambar 8. Grafik Interaksi Pemberian Tepung Ubi Jalar dengan Ragi Tape terhadap Konsumsi Pakan Periode Finisher Kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik yang terbaik pada perlakuan U 1,5 R 0,25. Hal tersebut diduga taraf pemberian tepung ubi jalar seimbang dengan penambahan ragi tape sehingga konsumsi pakan tinggi, tetapi kecernaan dalam saluran pencernaan belum tentu terbaik. Hasil tersebut menunjukkan kinerja probiotik asal ragi tape akan bekerja optimal dengan penambahan prebiotik dari tepung ubi jalar untuk meningkatkan konsumsi pakan. Pemberian probiotik mengandung yeast menurut Widodo (2006) bahwa ditinjau dari konsumsi pakan, lebih baik dari pemberian antibiotik Sulfamix. Peningkatan jumlah bakteri dapat meningkatkan keseimbangan mikroba usus yang dapat memperbaiki kondisi saluran pencernaan dan meningkatkan nafsu makan 27

6 ternak. Hal tersebut sesuai pernyataan Ensminger et al. (1992), bahwa pengolahan pakan secara fisik, kimia, enzimatis maupun penambahan zat nutrisi lain dapat meningkatkan palatabilitas atau kecernaan dan memperbaiki komposisi pakan. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Pemberian tepung ubi jalar dan ragi menunjukan bahwa pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap PBB periode starter. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbesar 659,54 g/ekor pada U 3,0 dengan nilai PBB tertinggi 661,17 g/ekor pada U 3,0 R 1,0 dan terendah 603,67 g/ekor pada U 6,0 R 1,5. Hasil penelitian memperlihatkan nilai pertambahan bobot badan yang berbeda menunjukan bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi langsung oleh konsumsi pakan sesuai Amrullah (2004). Perbedaan hasil PBB selama pemeliharaan sangat dipengaruhi konsumsi pakan dan taraf pemberian sumber probiotik dapat mempengaruhi daya cerna pakan. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi pada ayam selama perlakuan di Tabel 9 tidak berbeda nyata terhadap PBB periode finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai pertambahan bobot badan tertinggi 864,48 g/ekor pada U 3,0 R 0,75 dan terendah 722,43 g/ekor pada U 1,5 R 0,5. Hasil tersebut menunjukkan peranan prebiotik dan probiotik meningkatkan kecernaan makanan sehingga pertambahan bobot badan dengan nilai yang tinggi dan nilai konsumsi pakan tertinggi. Mikroba lipolitik, selulolitik, lignolitik, dan mikroba asam lambung yang terkandung dalam probiotik diduga telah berperan aktif dalam meningkatkan kecernaan zat makanan terutama kandungan serat kasar yang terdapat pada tepung ubi jalar. Prebiotik juga menyediakan makanan untuk mikroorganisme sehingga dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem mikroorganisme baik dalam usus. Nilai pertambahan bobot badan (PBB) baik periode starter maupun finisher setiap minggu selalu meningkat. Hal tersebut disebabkan kebutuhan zat makanan untuk tubuh yang semakin meningkat sehingga konsumsi pakan juga meningkat dan hasil bobot badan akhir tinggi. Hasil nilai PBB lebih besar dari standar PBB broiler CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu 637 g/ekor saat periode starter, namun lebih besar dari standar PBB broiler CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm 831 g/ekor saat periode finisher. 28

7 Bobot Badan Akhir Pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap nilai bobot badan akhir periode starter antara perlakuan. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbesar 807,26 g/ekor pada U 3,0 dengan nilai bobot badan akhir tertinggi 812,07 g/ekor pada U 3,0 R 1,5 dan terendah 765,47 g/ekor pada U 6,0 R 1,5. Hal ini mungkin saat periode starter ayam masih dalam masa pertumbuhan sehingga mikroorganisme dalam saluran pencernaan belum banyak, maka bobot badan akhir pada U 6,0 R 1,5 nilainya rendah disebabkan pemberian 6% tepung ubi jalar tidak dapat tercerna dengan baik walaupun diberikan 1,5% ragi tape. Nilai tinggi pada U 3,0 R 1,5 mungkin keseimbangan antara serat kasar dalam tepung ubi yang diberikan dengan mikroorganisme dari tepung ragi yang mencerna zat makanan tersebut. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi pada ayam selama perlakuan tidak berbeda nyata terhadap bobot badan akhir periode finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai bobot badan akhir pada Tabel 9 tertinggi 1630,35 g/ekor pada U 3,0 R 0,75 dan bobot badan akhir terendah 1522,00 g/ekor pada U 1,5 R 0,5. Hal tersebut seiring bertambahnya umur ternak yang dapat mentoleransi jumlah pemberian sumber prebiotik dengan probiotik sebagai mikroorganisme pencerna sehingga meningkatkan daya tahan ayam seperti yang dijelaskan Pusponegoro (2007). Ayam pada periode finisher memiliki mikroorganisme yang terbentuk ketika periode starter sehingga saat finisher hanya mempertahankan jenis mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Hal tersebut didukung oleh mekanisme kerja prebiotik yang mendorong jumlah bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan, fungsi bakteri tersebut yaitu meningkatkan keseimbangan mikroba usus yang dapat memperbaiki saluran pencernaan. Nilai bobot badan akhir baik periode starter maupun finisher setiap minggu selalu meningkat, hal ini disebabkan konsumsi pakan yang meningkat akan membuat PBB semakin tinggi sehingga hasil bobot badan akhir tinggi. Namun nilai bobot badan akhir besar dari standar yang diperoleh dari perhitungan bobot badan broiler CP 707 dari Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu 757,00 g/ekor saat periode starter dan 1117,00 g/ekor saat periode finisher. 29

8 Konversi Pakan Nilai konversi pakan atau FCR (Feed Conversion Ratio) yang rendah mencerminkan keberhasilan dalam menyusun pakan yang berkualitas. Pada pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan bahwa pemberian tepung ubi jalar berbeda nyata (P<0,01) terhadap konversi pakan saat starter antara perlakuan. Hasil pada Tabel 8 nilai rataan terbaik 1,32 pada U 3,0 dengan nilai konversi pakan tertinggi 1,48 pada U 6,0 R 1,5 dan terendah 1,31 pada U 3,0 R 1,0. Hal tersebut menunjukan ayam saat starter memiliki efisiensi pemanfaatan pakan baik sehingga kecernaan baik pada pemberian 3% tepung ubi jalar yang diimbangi 1% ragi tape dan pemberian 6% tepung ubi jalar dan 1,5% ragi tape menyebabkan efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik sehingga konversi tinggi. Nilai konversi penelitian ini tidak berbeda jauh dari penggunaan probiotik komersil Ehsani (2011) saat starter yaitu 1,46. Penggunaan ekstrak oligosakarida dari ubi jalar sebagai prebiotik pada ayam pedaging oleh Haryati dan Supriati (2010) bahwa akan memberikan nilai konversi pakan yang baik sampai umur 3 minggu, penambahan pada level 0,1% akan memperbaiki penyerapan kalsium dan fosfor. Pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape menunjukan tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan saat finisher. Meskipun tidak berbeda nyata, tetapi secara kuantitatif nilai konversi pakan pada Tabel 9 tertinggi 2,34 pada U 1,5 R 0,5 dan terendah 1,93 pada U 3,0 R 0,75. Hasil nilai konversi yang diperoleh menunjukan bahwa pemberian sumber prebiotik dan probiotik dapat memperbaiki nilai kecernaan pakan dengan memperbaiki kondisi saluran pencernaan yaitu meningkatkan mikroorganisme pencernaan sehingga zat makanan dapat dicerna dan diserap lebih baik. Namun berbeda denga periode starter, nilai konversi pada periode finisher lebih tinggi. Hal ini sesuai Wahju (2004) bahwa pada masa akhir setelah umur empat minggu, pertumbuhan ayam menjadi lambat dan mulai menurun sedangkan penggunaan ransum bertambah terus. Konversi pakan merupakan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dalam penggunaan ransum, semakin rendah konversi pakan maka semakin efisien penggunaan pakan dalam tubuh ternak untuk menghasilkan pertambahan bobot badan selama waktu tertentu. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh konsumsi dan PBB, kemungkinan nilai kecernaan yang berbeda dengan taraf penambahan ragi dan 30

9 tepung ubi jalar yang tinggi. Namun nilai konversi periode starter dan periode finisher berbeda dengan nilai standar konversi pakan broiler CP 707 dari PT. Charoen Phokphand Jaya Farm yaitu pada periode starter 1,25 dan finisher 1,6. Mortalitas Mortalitas atau angka kematian merupakan perbandingan antara jumlah keseluruhan ayam yang mati selama pemeliharaan dengan jumlah awal ayam yang dipelihara. Nilai rataan mortalitas ayam perlakuan dengan pemberian tepung ubi jalar (prebiotik) dan ragi tape (probiotik) tergolong rendah yaitu 5 ekor dari 180 ekor (2,78%) mortalitas pada penelitian selama pemeliharaan. Hal tersebut lebih baik dari hasil Daud (2005) bahwa mortalitas 8,33% dengan penggunaan sinbiotik dari daun katuk yang ditambahkan Bacillus sp. Mortalitas pada penelitian selama pemeliharaan terjadi di masa akhir pemeliharaan yaitu periode finisher yaitu umur pemeliharaan hari. Pemberian taraf tertinggi tepung ubi jalar dan ragi tape pada (U 3,0 R 0,75 ) selama pemeliharaan memiliki mortalitas lebih tinggi yaitu 3 ekor dari 30 ekor ayam dibandingkan perlakuan dengan taraf terendah pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape (U 1,5 R 0,25 ) sebesar 2 ekor dari 30 ekor ayam. Kematian ayam pada penelitian ini mungkin disebabkan suhu lingkungan siang hari yang tinggi antara 30 0 C-34 0 C membuat ayam stres karena panas dan ditambah dengan hasil kotoran ayam lebih pekat dan lengket. Feses ayam lebih pekat dan lengket disebabkan pemberian tepung ubi jalar yang diimbangi dengan ragi tape membuat serat kasar dapat tercerna dengan baik dan menghasilkan feses dengan kandungan air lebih banyak. Hal tersebut membuat litter berupa sekam lebih cepat basah akan mempengaruhi kelembaban pada kandang ayam dan meningkatkan gas ammonia hasil dari dekomposisi feses yang terakumulasi pada litter. Mortalitas yang rendah mungkin disebabkan mikroorganisme ragi tape dapat mempertahankan bakteri baik untuk mencegah bakteri patogen dalam usus seperti yang dilansir dari Widodo (2006). Organ Pencernaan Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan dan organ pencernaan yang berperan dalam proses pencernaan secara mekanik maupun kimia. Penelitian ini mengamati saluran pencernaan dengan pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape pada 31

10 beberapa taraf berbeda dalam ransum. Adapun saluran pencernaan yang diukur dan diamati meliputi usus halus, colon, dan sekum. Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu : bagian duodenum, bagian jejunum dan bagian ileum. Pengamatan pada usus halus meliputi bobot usus, panjang usus dan tebal usus. Duodenum Usus halus bagian duodenum adalah bagian pertama usus halus yang melakukan pencernaan dan penyerapan zat makanan. Zat makanan lemak sebagian besat tercerna di usus halus bagian duodenum oleh enzim lipase pankreas. Zat makanan lainnya dicerna dan diserap pada bagian usus jejunum dan ileum karena aktifitas enzim pepsin terhambat saat makanan memasuki duodenum (Ardiansyah, 2011). Nilai persentase bobot duodenum dan panjang relatif duodenum ayam broiler umur 34 hari terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Usus Halus Duodenum Umur 34 Hari Tepung Ubi Jalar (% ransum) Ragi Tape Peubah 3,0 (U 3,0 ) / 6,0 (U 6,0 ) / Rataan (% ransum) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,507 ± 0,024 0,395 ± 0,034 0,451 ± 0,079 Bobot 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,422 ± 0,061 0,388 ± 0,059 0,405 ± 0,024 (%) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,456 ± 0,123 0,382 ± 0,009 0,419 ± 0,052 Rataan 0,462 b ± 0,043 0,388 a ± 0,007 0,425 ± 0,024 Panjang 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 1,635 ab ± 0,174 1,600 a ± 0,120 1,618 ± 0,025 (cm/100g 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 1,519 a ± 0,090 1,855 b ± 0,185 1,687 ± 0,238 bobot hidup) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 1,691 ab ± 0,117 1,570 a ± 0,058 1,631 ± 0,086 Rataan 1,615 ± 0,088 1,675 ± 0,157 1,645 ± 0,037 Keterangan : superskrip pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Hasil sidik ragam menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum sebagai prebiotik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot duodenum, tetapi pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot duodenum. Selain itu hasil sidik ragam menunjukkan interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum sebagai sinbiotik berpengaruh nyata (P<0,05) 32

11 terhadap panjang duodenum, tetapi pemberian tepung ubi jalar atau ragi tape tidak berpengaruh nyata terhadap panjang duodenum. Hasil bobot duodenum pada Tabel 10 berbeda nyata dengan nilai rataan tertinggi 0,462 % pada U 3,0 /U 1,5 dan terendah 0,388 % pada U 6,0 / U 3,0. Hasil sidik ragam panjang duodenum dengan nilai tertinggi (U 6,0 R 1,0 / U 3,0 R 0,5 ) sebesar 1,855 cm/100g bobot hidup dan terendah 1,519 cm/100g bobot hidup (U 3,0 R 1,0 / U 1,5 R 0,5 ). Bobot duodenum yang tinggi tidak selalu diikuti dengan besarnya nilai panjang dan sebaliknya. Nilai bobot duodenum yang rendah pada pemberian tepung ubi 6% saat starter dan 3% saat finisher diduga pemberian prebiotik (tepung ubi jalar) dan probiotik (ragi tape) yang seimbang. Nilai yang rendah tersebut disebabkan serat kasar yang terkandung dalam tepung ubi jalar dapat dicerna oleh mikroflora saluran pencernaan usus halus duodenum. Serat kasar merupakan karbohidrat yang tidak larut dan sangat sulit dicerna oleh saluran pencernaan ternak unggas karena unggas tidak memiliki enzim selulolitik (Anggorodi, 1995). Peningkatan serat kasar dapat membuat kecernaan rendah sehingga duodenum akan bekerja lebih keras dalam memproduksi enzim pencernaan yang berfungsi dalam mencerna pakan. Namun kandungan serat kasar dari 6% tepung ubi jalar dapat tercerna karena jumlah mikroorganisme dari pemberian ragi tape seimbang dengan jumlah serat kasar pakan. Hal tersebut sesuai Selfert dan Gessler (1997), bahwa mekanisme probiotik yang diberikan akan memperbaiki saluran pencernaan serta merangsang produksi enzim usus halus. Enzim tersebut untuk mencerna pakan, yang menyebabkan proses pencernaan dalam usus menjadi semakin baik sehingga usus halus memperluas ukurannya karena usus halus memiliki kemampuan meregang dan mencerna ransum yang mengandung serat kasar tinggi. Hal ini dapat memperkirakan ketebalan duodenum lebih rendah, sehingga penyerapan lebih baik. Interaksi kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang duodenum (Gambar 9). Panjang duodenum yang dihasilkan dipengaruhi oleh kombinasi taraf pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape selama pemeliharaan. Kombinasi antara tepung ubi jalar dan ragi tape sebagai sinbiotik yang terbaik pada perlakuan U 3,0 R 0,5 saat finisher. Hal tersebut diduga taraf pemberian tepung ubi 33

12 jalar seimbang dengan penambahan ragi tape sehingga kecernaan pakan dalam saluran pencernaan baik. Namun diduga pada perlakuan tersebut duodenum memiliki tingkat ketebalan yang tinggi karena hasil sidik ragam ukuran lebih panjang dan bobot yang rendah. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat penyerapan zat makanan yang tercerna, karena jika tingkat ketebalan tinggi maka proses penyerapan zat makanan lebih lama untuk terserap di tubuh Panjang Duodenum (cm/100 g bobot hidup) y = -0,06x + 1,705 R² = 0,009 y = 0,112x + 1,559 R² = 0,101 3,0 (U3,0) / 1,5 (U1,5) 6,0 (U6,0) / 3,0 (U3,0) ,5 / 1.0 0,25 1,0/ 2.00,5 01,53.0 / 0, Taraf Ragi Tape (%) Gambar 9. Grafik Interaksi Pemberian Tepung Ubi Jalar dengan Ragi Tape terhadap Panjang Duodenum Ayam Umur 34 Hari Jejunum Jejunum merupakan tempat pencernaan dan penyerapan zat makanan terbanyak, semakin bertambahnya umur ayam broiler bobot jejunum akan semakin menurun terhadap bobot total saluran pencernaan. Nilai persentase bobot jejunum, panjang relatif jejunum dan tebal jejunum ayam broiler umur 34 hari terdapat pada Tabel 11. Hasil sidik ragam menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum atau pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot jejunum. Selain itu hasil sidik ragam menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum dalam ransum sebagai prebiotik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap panjang dan tebal jejunum, tetapi pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi 34

13 antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap panjang dan tebal jejunum. Tabel 11. Persentase Bobot Panjang Relatif dan Tebal Usus Halus Jejunum Umur 34 Hari Peubah Tepung Ubi Jalar (% ransum) Ragi Tape 3,0 (U 3,0 ) / 6,0 (U 6,0 ) / (% ransum) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) Rataan 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,866 ± 0,077 0,840 ± 0,178 0,853 ± 0,018 Bobot 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,794 ± 0,149 0,856 ± 0,101 0,825 ± 0,044 (%) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,838 ± 0,166 0,863 ± 0,015 0,851 ± 0,018 Rataan 0,833 ± 0,036 0,853 ± 0,012 0,843 ± 0,016 Panjang 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 3,530 ± 0,400 3,872 ± 0,378 3,701 ± 0,242 (cm/100g 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 3,790 ± 0,463 4,257 ± 0,478 4,024 ± 0,330 bobot hidup) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 3,816 ± 0,207 4,213 ± 0,092 4,015 ± 0,281 Rataan 3,712 a ± 0,158 4,114 b ± 0,211 3,913 ± 0,184 Tebal 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,012 ± 0,001 0,011 a ± 0,003 0,012 ± 0,001 (mm/100g 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,013 ± 0,005 0,011 a ± 0,001 0,012 ± 0,002 bobot hidup) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,012 ± 0,001 0,008 a ± 0,001 0,010 ± 0,003 Rataan 0,012 b ± 0,001 0,010 a ± 0,002 0,011 ± 0,001 Keterangan : superskrip pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Meskipun secara statistik nilai bobot jejenum tidak berpengaruh nyata, tetapi secara kuantitatif bobot jejunum tertinggi (U 3,0 R 0,5 / U 1,5 R 0,25 ) sebesar 0,866% bobot hidup dan terendah 0,794% bobot hidup (U 3,0 R 1,0 / U 1,5 R 0,5 ). Hasil panjang jejunum pada Tabel 11 berbeda nyata dengan nilai rataan tertinggi 4,114 cm/100g bobot hidup pada U 6,0 /U 3,0 dan terendah 3,712 cm/100g bobot hidup pada U 3,0 / U 1,5. Hasil tebal jejunum pada Tabel 11 berbeda nyata dengan nilai rataan tertinggi 0,012 mm/100g bobot hidup pada U 3,0 / U 1,5 dan terendah 0,010 mm/100g bobot hidup pada U 6,0 / U 3,0. Nilai bobot jejenum rendah pada pemberian tepung ubi jalar diimbangi dengan ragi tape sebagai sumber probiotik membantu meningkatkan mikroorganisme sehingga meningkatkan kecernaan, selain itu memudahkan penyerapan zat makanan yang tercerna karena menurut Anggorodi (1995), kelarutan zat makanan di jejunum tinggi disebabkan kerja duodenum maksimal sehingga proses penyerapan di jejunum 35

14 lebih mudah. Pada pemberian tepung ubi jalar berkaitan erat antara panjang dan tebal jejunum yang dapat dilihat dengan penambahan taraf tertinggi ubi jalar akan membuat jejunum memiliki ukuran lebih panjang dan tingkat ketebalan rendah (tipis). Hal tesebut mungkin karena pakan mengandung serat kasar yang tinggi sehingga aktivitas jejunum bekerja keras untuk mencerna dan menyerap zat makanan, agar terserap maksimal maka saluran pencernaan usus jejunum akan memperpanjang dan mengurangi ketebalan. Hasil bobot dan panjang jejunum penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan pemberian taraf yang sama saat starter sampai finisher pada penelitian Dafi (2012). Hal tersebut menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dan ragi tape dengan taraf berbeda pada dua periode pemeliharaan lebih baik karena akan mempengaruhi kecernaan pakan di saluran pencernaan terutama usus halus. Ileum Ileum adalah bagian usus halus terakhir yang menghubungkan jejunum dengan colon dan berfungsi pengabsorpsi zat makanan mikro seperti asam amino, asam lemak, monosakarida, vitamin, dan mineral. Pada penelitian ini nilai persentase bobot dan panjang relatif ileum ayam broiler umur 34 hari terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Usus Halus Ileum Umur 34 Hari Tepung Ubi Jalar (% ransum) Ragi Tape Peubah 3,0 (U 3,0 ) / 6,0 (U 6,0 ) / Rataan (% ransum) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,901 ± 0,159 0,770 ± 0,229 0,836 ± 0,093 Bobot 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,778 ± 0,147 0,850 ± 0,084 0,814 ± 0,051 (%) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,881 ± 0,237 0,798 ± 0,042 0,840 ± 0,059 Rataan 0,853 ± 0,066 0,806 ± 0,041 0,830 ± 0,014 Panjang 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 3,258 ± 0,635 3,535 ± 0,654 3,397 ± 0,196 (cm/100g 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 3,540 ± 0,292 4,020 ± 0,421 3,780 ± 0,339 bobot hidup) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 4,046 ± 0,239 3,811 ± 0,286 3,929 ± 0,166 Rataan 3,615 ± 0,399 3,789 ± 0,243 3,702 ± 0,275 Hasil sidik ragam pada Tabel 12 menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum atau pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi antara pemberian 36

15 tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot dan panjang ileum. Meskipun secara statistik nilai bobot dan panjang ileum tidak berpengaruh nyata, tetapi secara kuantitatif bobot ileum tertinggi (U 3,0 R 0,5 / U 1,5 R 0,25 ) sebesar 0,901% bobot hidup dan terendah 0,770% bobot hidup (U 6,0 R 0,5 / U 3,0 R 0,25 ). Hasil sidik ragam panjang ileum dengan nilai tertinggi (U 3,0 R 1,5 / U 1,5 R 0,75 ) sebesar 4,046 cm/100g bobot hidup dan terendah 3,258 cm/100g bobot hidup (U 3,0 R 0,5 / U 1,5 R 0,25 ). Hal tersebut disebabkan pada ileum tidak terlalu banyak menyerap zat makanan karena pencernaan zat makanan terjadi di duodenum yang kemudian penyerapannya terbanyak pada jejunum. Colon Colon atau usus besar adalah organ yang menghubungkan usus halus dengan kloaka dan berfungsi untuk menyalurkan sisa makanan yang tidak tercerna dari usus halus ke kloaka. Pada organ pencernaan ini juga terjadi penyerapan air dari hasil proses pencernaan zat makanan dan pencernaan oleh bakteri proteolitik dan selulolitik dibantu oleh bakteri di sekum. Nilai persentase bobot colon ayam broiler umur 34 hari dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Persentase Bobot Colon Umur 34 Hari Tepung Ubi Jalar (% ransum) Ragi Tape 3,0 (U 3,0 ) / 6,0 (U 6,0 ) / Rataan (% ransum) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,140 ± 0,047 0,138 ± 0,044 0,139 ± 0,001 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,139 ± 0,060 0,126 ± 0,029 0,133 ± 0,009 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,159 ± 0,053 0,081 ± 0,066 0,120 ± 0,055 Rataan 0,146 ± 0,011 0,115 ± 0,030 0,131 ± 0,009 Hasil sidik ragam pada Tabel 13 menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum atau pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot colon. Meskipun secara statistik nilai bobot colon tidak berpengaruh nyata, tetapi secara kuantitatif bobot colon tertinggi (U 3,0 R 1,5 / U 1,5 R 0,75 ) sebesar 0,159% bobot hidup dan terendah 0,081% bobot hidup (U 6,0 R 1,5 / U 3,0 R 0,75 ). 37

16 Bobot colon (usus besar) yang rendah menunjukkan, bahwa penambahan tepung ubi dan ragi dengan taraf yang tinggi membuat kinerja colon tidak terlalu berat dalam proses penyerapan zat makanan. Hal tersebut disebabkan mekanisme kerja probiotik dan prebiotik asal ragi tape dan ubi jalar dapat membantu proses penyerapan yang dilakukan oleh usus besar. Sekum Sekum adalah bagian organ pencernaan yang dapat mencerna zat makanan tidak tercerna pada organ sebelumnya, terutama serat kasar karena pada organ sekum terdapat bakteri yang membantu mencerna serat kasar yaitu selulolitik. Nilai persentase bobot dan panjang relatif sekum ayam broiler umur 34 hari dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Persentase Bobot dan Panjang Relatif Sekum Umur 34 Hari Tepung Ubi Jalar (% ransum) Ragi Tape Peubah 3,0 (U 3,0 ) / 6,0 (U 6,0 ) / Rataan (% ransum) 1,5 (U 1,5 ) 3,0 (U 3,0 ) 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,287 ± 0,011 0,273 ± 0,041 0,280 ± 0,009 Bobot 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,349 ± 0,112 0,240 ± 0,059 0,295 ± 0,077 (%) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,236 ± 0,050 0,239 ± 0,044 0,238 ± 0,002 Rataan 0,291 ± 0,057 0,251 ± 0,019 0,271 ± 0,029 Panjang 0,5 (R 0,5 ) / 0,25 (R 0,25 ) 0,720 ± 0,129 0,879 ± 0,099 0,800 ± 0,112 (cm/100g 1,0 (R 1,0 ) / 0,50 (R 0,50 ) 0,888 ± 0,113 0,895 ± 0,077 0,892 ± 0,005 bobot hidup) 1,5 (R 1,5 ) / 0,75 (R 0,75 ) 0,864 ± 0,039 0,899 ± 0,097 0,882 ± 0,025 Rataan 0,824 ± 0,091 0,891 ± 0,011 0,858 ± 0,050 Hasil sidik ragam pada Tabel 14 menunjukkan pemberian tepung ubi jalar dalam ransum atau pemberian ragi tape dalam ransum dan interaksi antara pemberian tepung ubi jalar dengan ragi tape dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap bobot dan panjang sekum. Meskipun secara statistik nilai bobot dan panjang sekum tidak berpengaruh nyata, tetapi secara kuantitatif bobot sekum tertinggi (U 3,0 R 1,0 / U 1,5 R 0,5 ) sebesar 0,349% bobot hidup dan terendah 0,236% bobot hidup (U 3,0 R 1,5 / U 1,5 R 0,75 ). Hasil sidik ragam panjang sekum tertinggi (U 6,0 R 1,5 / U 3,0 R 0,75 ) sebesar 38

17 0,899 cm/100g bobot hidup dan terendah 0,720 cm/100g bobot hidup (U 3,0 R 0,5 / U 1,5 R 0,25 ). Menurut Yuwanta (2008), panjang dan bobot sekum dipengaruhi oleh ukuran tubuh ayam, umur dan pakan yang dikonsumsi ayam. Pada bagian sekum pula pencernaan serat kasar dilakukan oleh bakteri pencerna serat kasar. Sekum berperan dalam pencernaan makanan yang tidak tercerna pada organ pencernaan sebelumnya terutama serat kasar dengan bantuan bakteri (fermentasi). Panjang seka dengan nilai tertinggi mungkin karena kandungan serat kasar yang lebih banyak pada ransum (U 6,0 R 1,5 / U 3,0 R 0,75 ) dibandingkan (U 3,0 R 0,5 / U 1,5 R 0,25 ) sehingga aktivitas kerja sekum meningkat dan meningkatkan panjang sekum juga. Hal ini kemungkinan penambahan ragi dapat mempertahankan bakteri fermentasi sehingga zat makanan dapat dicerna walaupun bobot sekum tidak besar dengan taraf ragi tertinggi. Pada penelitian ini kemungkinan sekum bekerja keras karena penambahan tepung ubi jalar taraf tertinggi mengandung tinggi serat maka memiliki sekum paling panjang. 39

OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING

OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian 2016 OPTIMALISASI PENAMBAHAN SINBIOTIK DARI TEPUNG UBI JALAR DENGAN RAGI TAPE PADA PERFORMA DAN KUALITAS PRODUKSI AYAM PEDAGING Permata Ika Hidayati, Dyah Lestari Yulianti

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Agustus 2010. Pemeliharaan ayam bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Unggas sedangkan analisis organ dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu Riswandi 1), Sofia Sandi 1) dan Fitra Yosi 1) 1) Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik

TINJAUAN PUSTAKA. Sinbiotik TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan salah satu pengembangan pakan konvensional dengan konsep penggabungan probiotik dan prebiotik, yang menjadi jenis makanan berfungsi sebagai makanan pembawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang pesat dengan kemajuan tekhnologi hingga saat ini. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat tersebut diikuti pula dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Kandang Kandang Penelitian Kandang penelitian yang digunakan yaitu tipe kandang panggung dengan dinding terbuka. Jarak lantai kandang dengan tanah sekitar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin meningkat, tetapi hal ini tidak didukung sepenuhnya oleh sumber bahan pakan yang tersedia. Padahal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat yang semakin meningkat, sejalan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak 22 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Mikro Suhu dan kelembaban udara merupakan suatu unsur lingkungan mikro yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak homeothermic,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai suhu dan kelembaban lingkungan hariannya tinggi, suhu mencapai 27,7-34,6 C dan kelembaban antara 55,8%-86,6% (Badan Pusat Statistik,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup adalah bangsa itik yang berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini sering disebut sebagai itik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Lemak Abdominal Persentase lemak abdominal ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan ayam pembanding.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ekstrak Daun Mengkudu dan Saponin Dosis pemberian ekstrak daun mengkudu meningkat setiap minggunya, sebanding dengan bobot badan ayam broiler setiap minggu. Rataan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Performa Itik Alabio Jantan Umur 1-10 Minggu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Protein Kasar Tercerna Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara tingkat kepadatan kandang dengan suplementasi vitamin C terhadap nilai protein kasar tercerna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR (SUPLEMENTATION OF PROBIOTICS IN DRINKING WATER ON THE PERFORMANCE OF FINISHER BOILER) Sutan Y.F.G. Dillak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium, karena pertumbuhan ayam jantan tipe medium berada diantara ayam petelur ringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Bahan Kering Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi bahan kering ransum ayam kampung yang diberi Azolla microphyla fermentasi (AMF) dapat di lihat pada Tabel 8.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah,

Lebih terperinci

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Seminar Nasional Hasil Penelitian, 2016 KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING Aju Tjatur Nugroho Krisnaningsih, Mardhiyah Hayati Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum broiler pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik

TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik TINJAUAN PUSTAKA Sinbiotik Sinbiotik merupakan pengembangan ransum konvensional dengan penggabungan probiotik dan prebiotik (Winarno, 2003) yang diberikan secara bersamaan. Istilah sinbiotik digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk induk semangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Jumlah dan Bobot Folikel Kuning Telur Puyuh

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler 29 IV PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh lama penggunaan litter pada kandang panggung terhadap konsumsi ransum disajikan pada Tabel 5. Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup

Lebih terperinci

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat, kebutuhan produk pangan sumber protein terus meningkat. Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan unggas air banyak dipelihara oleh masyarakat untuk menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik merupakan ternak unggas penghasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya adalah untuk menghasilkan daging yang banyak dengan kecepatan pertumbuhan yang sangat pesat. Ayam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Persilangan Ayam kampung persilangan merupakan salah satu ayam jenis lokal yang banyak dipelihara masyarakat baik dari skala kecil maupun skala industri yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang 52 Lampiran 1 Analisis ragam konsumsi ransum kumulatif Waktu * kandang 71413,000 2 35706,500 1,148,339 Waktu 4959,375 1 4959,375,159,694 Kandang 2078192,333 2 1039096,167 33,405,000 ** Galat 559901,250

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Itik Bali Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena badannya yang tegak saat berjalan mirip dengan burung penguin (Rasyaf,1992).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan di Indonesia dewasa ini sudah berkembang sangat pesat, seiring dengan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya kebutuhan gizi terutama protein yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Kecernaan adalah banyaknya zat makanan yang tidak dieksresikan di dalam feses. Bahan pakan dikatakan berkualitas apabila

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium dan tipe berat yang didasarkan pada bobot maksimum yang dapat dicapai (Wahju,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum 36 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum Rataan jumlah vili dan ukuran (panjang dan lebar) vili ileum itik Cihateup yang diberi dan tanpa kitosan iradiasi disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Berdasarkan bobot maksimum yang dapat dicapai oleh ayam terdapat tiga tipe ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan (Babcock,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi. Pada permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan daging unggas khususnya daging ayam broiler sudah banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa dagingnya yang dapat diterima semua kalangan,

Lebih terperinci

Tabel 8. Pengaruh Tepung Kulit Pisang Uli terhadap Serat Kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum Perlakuan

Tabel 8. Pengaruh Tepung Kulit Pisang Uli terhadap Serat Kasar, Lemak Kasar, dan Beta-Karoten Ransum Perlakuan Ransum Perlakuan Ransum perlakuan yang diberikan kepada ayam arab umur 19 minggu mengandung tepung kulit pisang uli (Musa paradisiaca L) dengan level 0%, 20%, 30% dan 40% dalam ransum. Tepung kulit pisang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG UBI JALAR MERAH DITAMBAH RAGI TAPE TERHADAP PERFORMA DAN ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER SKRIPSI DAFI ARISTA DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam yang dipelihara untuk menghasilkan daging. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen pada umur

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh I. TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh Coturnix coturnix japonica merupakan jenis puyuh yang populer dan banyak diternakkan di Indonesia. Puyuh jenis ini memiliki ciri kepala, punggung dan sayap berwarna coklat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Fase Grower Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras dan tidak boleh disilangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah banyaknya hutan tropis yang membentang dari sabang sampai merauke. Hutan tropis merupakan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Lingkungan Tempat Penelitian Pemeliharaan puyuh dilakukan pada kandang battery koloni yang terdiri dari sembilan petak dengan ukuran panjang 62 cm, lebar 50 cm, dan tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konsumsi Ransum Tabel 7. Pengaruh suplementasi L-karnitin dan minyak ikan lemuru terhadap performa burung puyuh Level Minyak Ikan Variabel Lemuru P0 P1 P2 P3 P4 Pr > F *) Konsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7. 22 A. Kecernaan Protein Burung Puyuh BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Nilai Kecernaan Protein

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler atau lebih dikenal dengan ayam pedaging adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai penghasil daging (Kartasudjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF NDF adalah bagian dari serat kasar yang biasanya berhubungan erat dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap terhadap Konsumsi Pakan Ayam Pedaging Periode Grower Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik dengan menggunakan ANOVA tunggal

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi pemberian pakan dan periode pemberian pakan terhadap performa ayam buras super dilaksanakan pada September 2016 sampai dengan November

Lebih terperinci