BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok yang diperlukan oleh tubuh manusia yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan manusia secara langsung. Jika makanan tidak memenuhi standart keamanan, mutu, dan gizi akan memberi efek negatif pada tubuh. Oleh karena itu perlu seleksi terhadap makanan sebelum dikonsumsi agar terhindar dari makanan yang membahayakan kesehatan. 1 Banyak sekali pedagang makanan yang tidak tahu atau tidak peduli terhadap keamanan makanan sehingga mereka menggunakan bahan tambahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan, karena hanya menginginkan keuntungan yang besar. Makanan inilah yang harus diwaspadai dan dihindari untuk dikonsumsi. 1 Banyak bahan tambahan makanan yang membahayakan kesehatan dan sering digunakan oleh para pedagang untuk tambahan makanan diantaranya adalah formalin. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, karena formalin tidak hanya memberikan gejala akut (jangka pendek), seperti mual, muntah, diare, dsb, tetapi juga memberikan gejala kronis (jangka panjang), seperti luka pada ginjal, kanker paru-paru, gangguan jantung, dan gangguan alat pencernaan. 2 Pada tahun 1980-an isu formalin pada makanan sudah banyak beredar dan ternyata terbukti. Namun, hingga kini formalin tetap saja bisa dijumpai pada makanan. Ada beberapa penyebab mengapa formalin masih muncul. Pertama, karena kurangnya informasi atau sosialisasi mengenai bahaya zat tersebut sehingga masih banyak produsen makanan yang menggunakannya, disamping harganya yang murah dan mudah didapat sehingga menambah keuntungan produsen. Murahnya harga formalin menjadi salah satu faktor yang membuat produsen dan pedagang makanan menggunakannya sebagai bahan tambahan makanan, sehingga mereka dapat meraih keuntungan yang lebih besar, dan produk mereka lebih tahan lama.

2 Berdasarkan pengawasan terhadap pangan yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2005), makanan yang menggunakan formalin sebagai bahan pengawet antara lain dijumpai pada produk ikan segar, ikan asin, mie basah, ayam potong dan tahu. 2 Perilaku sebagian konsumen yang masih senang memilih produk yang awet dan harga yang murah menjadi penyebab dari penggunaan formalin pada makanan. Konsumen umumnya bersikap tidak ambil peduli, yang penting harganya murah. Alasan konsumen yang lain, sulit membedakan produk yang diawetkan dengan formalin yang boleh jadi membuat mereka mengambil jalan mudah memilih produk apa saja. Kasus pemberian formalin pada makanan membuat masyarakat iba melihat pedagang eceran tahu, bakso, ikan basah dan ikan asin yang mulai sepi pasaran. Merekalah korban pengusaha besar yang produknya menggunakan formalin dan tak sadar bahwa formalin menyebabkan efek akut tenggorokan, perut terasa terbakar, sulit menelan, mual, muntah dan diare. Kadang terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Efek kronisnya, timbul iritasi saluran pernapasan, muntah-muntah dan kepala pusing, penurunan suhu badan dan gatal di dada. Bila dikonsumsi menahun, menyebabkan kanker. 4 Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen. 6 Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) Jateng, sepanjang November hingga Desember 2005 menemukan jumlah makanan yang dijual di pasar tradisional mengandung formalin. Dari pengujian terhadap 40 mi basah gepeng maupun bulat, 21 ikan asin yang berupa teri, ebi, cumi dan sebagainya, ditemukan kandungan formalin. Pada mi basah ditemukan kadar formalin 101,24 ppm sampai 3.129,92 ppm dan ikan asin

3 mengandung formalin antara 337,23 ppm hingga 1.426,36 ppm. Sampel-sampel ini diambil dari sejumlah supermarket dan pasar tradisional yang diambil secara acak. 3 Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk. 5 Menurut Robert Hasibuan tahun 2005, 95 persen ikan asin yang dijual di sejumlah pasar tradisional, termasuk di Pasar Lawang Seketeng, Kota Bogor, positif mengandung formalin. 7 Berdasarkan hasil dari survei atau observasi awal diketahui ikan asin yang diproduksi oleh produsen di daerah TPI Tambak Lorok Semarang dengan mengambil 4 sampel dari 14 produsen ikan asin. Hasil uji laboratorium menunjukkan 50% ikan asin positif mengandung formalin dan 50% negatif dari 4 sampel. Hasil survei awal tersebut menjadi faktor pengambilan keputusan untuk melanjutkan penelitian tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana dan sikap produsen ikan asin tentang formalin dengan keberadaan formalin dalam ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang.. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui dan sikap produsen ikan asin tentang formalin dan keberadaan formalin dalam ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang. 2. Tujuan Khusus : a. Mendiskripsikan produsen ikan asin tentang formalin pada ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang.

4 b. Mendiskripsikan sikap produsen terhadap formalin pada ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang. c. Mendiskripsikan keberadaan formalin dalam ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang. d. Menganalisis hubungan dengan keberadaan formalin pada ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang. e. Menganalisis hubungan sikap dengan keberadaan formalin pada ikan asin di TPI Tambak Lorok Semarang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan masukan 1. Bagi produsen : sebagai masukan dalam pembuatan produk yang sehat dan tidak membahayakan kesehatan masyarakat pengguna atau konsumen. 2. Bagi masyarakat: sebagai masukan masyarakat mengenai makanan sehat dan bahaya serta ciri makanan yang berformalin. 3. Bagi institusi terkait (DinKes): dengan mengetahui hasil penelitian ini pihak terkait diharapkan lebih meningkatkan pembinaan lewat penyuluhan tentang makanan sehat. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya bidang keamanan pangan (food safety) F. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelitian yang hampir sama, ingin diteliti tentang dan sikap produsen ikan asin terhadap keberadaan formalin di TPI Tambak Lorok Semarang, letak perbedaan dengan penelitian Fauziah adalah pada variabel bebas (tingkat, sikap, keyakinan, dan nilai penjual ikan asin) variabel terikat (perilaku penjual ikan asin dan keberadaan formalin dalam ikan asin) Perbedaan

5 dengan penelitian Mulyaningsih adalah pada variabel bebas (, sikap produsen ikan asin) variable terikat ( kadar formalin pada ikan asin). Tabel 1.1 : Penelitian yang hampir sama No Judul Peneliti Tahun Desain Variabel Hasil 1 Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap Fauziah 2006 Penelitian secara kuantitatif v.bebas: tingkat, keyakinan, penjualan sikap, dan ikan asin berformalin dikalangan pedagang ikan asin di pasar Johar 2 Hubungan dan sikap produsen dengan kadar formalinpad a ikan asin di Kelurahan Karangasem Utara Kecamatan Batang Mulyani ngsih 2006 Penelitian secara kuantitatif nilai. v. terikat: perilaku penjual ikan asin dan keberdaan formalin dalam ikan asin. v. bebas: dan sikap produsen ikan asin v. terikat: kadar formalin dalam asin. ikan penjual akan formalin masih kurang dan hasil laborat ikan asin yang dijual di pasar Johar mengandung formalin. positf Pengetahuan produsen ikan asin akan formalin yang baik dan sikap produsen yang positif memberi pengaruh pada kadar formalin dalam ikan asin