BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas perlu ditunjang dengan pemberian nutrisi yang tepat sejak lahir. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah nutrisi yang paling tepat bagi bayi sejak lahir dan bisa diterima secara optimal oleh bayi sampai usia 6 bulan. ASI tidak dapat digantikan oleh jenis nutrisi apapun, khususnya pada hari-hari pertama sampai bayi usia 6 bulan. Pemberian ASI yang dianjurkan adalah pemberian ASI saja segera (30 menit-1 jam) setelah melahirkan, dilanjutkan pemberian ASI saja atau ASI eksklusif hingga usia 6 bulan serta tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun atau lebih (World Health Organization (WHO)/United Nations Children s Fund (UNICEF)/Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2005). Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006). Setiap tahun sekitar 4 juta bayi di dunia meninggal karena penyakit-penyakit infeksi yang berkaitan dengan perilaku tidak memberikan kolostrum dan ASI Eksklusif pada bayi sehingga menyebabkan bayi kurang gizi. Bayi yang tidak mendapatkan kolostrum dan ASI eksklusif berdampak pada imunitas bayi sehingga mudah terserang penyakit infeksi (Morhason-Bellp et all, 2009). Penelitian WHO di enam negara berkembang, risiko kematian bayi usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui (Roesli, 2008) Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi 1

2 2 semakin buruk karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan dan meningkatkan Angka Kematian Bayi. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran nafas, infeksi telinga, pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit lainnya (obesitas, diabetes, alergi, penyakit inflamasi saluran cerna, kanker) dikemudian hari. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap dibanding bayi yang mendapat susu formula. Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respon imun tubuh melawan infeksi (Hegar, 2010). Untuk keberhasilan program pemberian ASI eksklusif, keberhasilan seorang ibu untuk menyusui diperlukan dukungan dari semua pihak, baik suami, keluarga, masyarakat, lingkungan kerja dan sistem pelayanan kesehatan. Konvensi hak anak, mengatakan bahwa setiap anak mempunyai hak untuk hidup dan kepastian untuk dapat bertahan hidup dan tumbuh kembang secara optimal. Oleh karenanya pemberian dukungan terhadap ibu yang menyusui merupakan faktor penting bagi keberhasilan meyusui eksklusif sampai 6 bulan dan menyusui dilanjutkan hingga 2 tahun (Kemenkes RI, 2012). Menurut profil kesehatan tahun 2014 target program pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun, secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia belum mencapai target tersebut yaitu sebesar 52,3%. Menurut provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai target nasional yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Saat ini Rencana Strategis (Renstra) tahun menargetkan persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif sebesar 39%. Pemberian ASI eksklusif belum membudaya pada masyarakat termasuk di kalangan ibu yang bekerja. Salah satu faktor penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah tidak adanya pusat informasi program ASI eksklusif danmanajemen laktasi yang benar, terlalu gencarnya promosi susu formula dan sistem cuti bersalin

3 3 yang hanya 3 bulan yang diberlakukan dengan sistem 1 bulan diambil sebelum dan 2 bulan sesudah melahirkan. Praktis ibu pekerja hanya dapat memberikan ASI eksklusif selama 2 bulan saja. Kondisi diperparah dengan tidak adanya tempat penitipan anak di lingkungan kerja (Roesli, 2000). Praktik pemberian ASI oleh ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah tempat pemeriksaan kehamilan, dukungan suami (Astuti, 2015), informasi tenaga kesehatan tentang pemberian ASI, sikap sosial budaya (Handayani, 2014), tingkat pengetahuan ibu (Juliastuti, R., 2011), Inisiasi Menyusu Dini (Susilawati, 2010), promosi pemberian susu formula (Nuraini, 2013), dukungan keluarga (Emilda, 2011). Di Kabupaten Kulon Progo cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2016 sebesar 75,11%. Cakupan tersebut belum mencapai target Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) sebesar 80% (Dinkes Kulon Progo, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara pada salah satu petugas gizi di Dinas Kesehatan Kulon Progo bahwa cakupan ASI Eksklusif yang paling rendah pada tahun 2016 adalah Puskesmas Samigaluh II sebesar 37,29% sedangkan cakupan ASI eksklusif yang paling tinggi adalah puskesmas Girimulyo II sebesar 95,10%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor yang berhubungan dengan cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas yang cakupan ASI eksklusifnya terendah dan puskesmas yang cakupan ASI eksklusifnya tertinggi di Kabupaten Kulon Progo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dilatar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu Apakah terdapat perbedaan faktor-faktor terkait pemberian ASI Eksklusif pada wilayah Puskesmas dengan cakupan tinggi dibandingkan dengan cakupan rendah di Kabupaten Kulon Progo?.

4 4 1. Tujuan Umum C. Tujuan Peneltian Untuk mengetahui perbedaan faktor-faktor terkait pemberian ASI Eksklusif pada wilayah Puskesmas dengan cakupan tinggi dibandingkan dengan cakupan rendah di Kabupaten Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui perbedaan gambaran penerapan 10 LMKM terhadap cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas dengan cakupan tinggi dan rendah di Kabupaten Kulon Progo. b. Mengetahui perbedaan gambaran SDM terhadap cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas dengan cakupan tinggi dan rendah di Kabupaten Kulon Progo. c. Mengetahui perbedaan gambaran ketersediaan ruang laktasi terhadap cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas dengan cakupan tinggi dan rendah di Kabupaten Kulon Progo. d. Mengetahui perbedaan gambaran penerapan Peraturan Bupati tentang ASI Eksklusif terhadap cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas dengan cakupan tinggi dan rendah di Kabupaten Kulon Progo. e. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, pekerjaan, dukungan keluarga danpromosi susu formula pada Puskesmas dengan cakupan ASI Eksklusif tinggi dan cakupan ASI Eksklusif rendah di Kabupaten Kulon Progo. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Puskesmas Diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi tentang faktor yang berhubungan cakupan ASI eksklusif dan sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang.

5 5 2. Bagi Masyarakat Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif dan pentingnya pemberian ASI eksklusif. 3. Bagi Peneliti Lanjutan Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan untuk pengembangan penelitian yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan cakupan ASI eksklusif.

6 6 E. Keaslian Penelitian No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1. Asfaw, MM., Factors associated with - Variabel bebas: pendidikan ibu et al (2015) exclusive breastfeeding dan pekerjaan ibu practices in Debre Berhan District, Central Ethiopia: a cross sectional community based study 2. Kristiansen, AL., et al ( Shifraw, T., et al (2015) 4. Henderawaty, R., et al(2014) 5. Krisnamurti., et al (2013) Factors associated with exclusive breastfeeding and breastfeeding in Norway Factors associated axclusive breastfeeding practices of urban women in Addis Ababa public health centers, Ethiopia: a cross sectional study Analisis Implementasi Kebijakan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Bagi Ibu Bekerja dinprovinsi Kalimantan Selatan Evaluasi Pelaksanaan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (Studi Pada Bidan di Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya - Variabel terikat: Cakupan ASI eksklusif - Desain: mix method - Variabel bebas: pendidikan ibu - Variabel terikat: Cakupan ASI eksklusif - Desain: mix method - Variabel bebas: pekerjaan ibu dan pendidikan ibu - Variabel penelitian: Kebijakan pemberian ASI Eksklusif - Desain: Kualitatif - Pengumpulan data: Indept interview - Variabel penelitian: 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui - Pengumpulan data: indept interview - Variabel terikat: Cakupan ASI eksklusif - Desain: mix method - Informant: pemangku kebijakan - Penelitian dilakukan di Rumah Sakit - Desain: mixed method - Waktu dan tempat penelitian