BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6 o 53 LS, 107 o 32 BT dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6 o 53 LS, 107 o 32 BT dengan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kawasan Industri Tekstil Kota Cimahi merupakan salah satu kawasan industri yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kota Cimahi berada dikoordinat 6 o 53 LS, 107 o 32 BT dengan ketinggian berkisar antara meter di atas permukaan laut (mdpl). Data dari Badan Pusat Statistik Kota Cimahi tahun 2016, Kota Cimahi memiliki luas mencapai 4.025,73 Ha dan terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Cimahi Tengah dan Kecamatan Cimahi Selatan. Berdasarkan fungsi kota secara umum, Kecamatan Cimahi Tengah diarahkan untuk perdagangan dan jasa, pendidikan dan pemerintahan. Kecamatan Cimahi Utara diarahkan untuk pendidikan, pelayanan umum dan pemerintahan dan Kecematan Cimahi Selatan diarahkan untuk Industri, pendidikan dan pelayanan umum. Kecamatan Cimahi Selatan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cimahi Selatan memiliki ketinggian yang bervariasi yatitu mdpl dengan luas mencapi 16,90 Km 2. Kecamatan Cimahi Selatan diarahkan sebagai pusat industri tekstildi Kota Cimahi. Berdasarkan data dari BPS Kota Cimahi tahun 2016, jumlah industri di Kecamatan Cimahi Selatan mencapai 996 industri meliputi industri kecil, sedang, besar atau rumah tangga. Menurut BPS kota Cimahi tahun 2016 di daerah sekitar Sungai Cibaligo, Cimahi Selatan terdapat 77 industri tekstil berskala besar. Data dari BPS Kota 57

2 58 Cimahi, sebanyak jiwa bekerja dalam bidang industri baik menjadi buruh ataupun menjadi pengusahanya. 4.2 Pengambilan Sampel Air Pengambilan sampel air dilakukan di 3 titik air sumur dan 3 titik air sungai dengan jarak Sungai Cibaligo ke kawasan industri tekstil yaitu 249 m, 295 m, dan 324 m sedangkan jarak sumur ke Sungai Cibaligo 46,1 m, 58,2 m dan 82,64 m. Penentuan titik lokasi sumur ditentukan berdasarkan ketinggian. Ketinggian lokasi sumur lebih rendah dari ketinggian sungai. Penentuan titik pada sungai mengikuti interval jarak pada titik sumur agar bisa diketahui hubungan korelasi antara titik sumur dan titik sungai. Informasi mengenai titik lokasi pengambilan sampel bisa dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. dibawah ini: Tabel 9.Titik Pengambilan Sampel Air Nama Titik Koordinat Titik Sampling Jarak dari Sungai Sumber Smr 1 E o, S o 46,1 m Sumur Smr 2 E o, S o 58,2 m Sumur Smr 3 E o, S o 82,64 m Sumur Sumber : Olahan, 2018 Tabel 10. Titik Pengambilan Sampel Air Sungai Nama Titik Koordinat Titik Sampling Jarak Sumber dari kawasan industri Sng 1 E , S m Sungai Sng 2 E , S m Sungai Sng 3 E , S m Sungai Sumber : Olahan, 2018

3 59 Penentuan titik lokasi sampel dilakukan dengan bantuan GPS (GlobalPositioning System) dan waterpass, kemudian data yang diperoleh diolahmenjadi peta penelitian. Proses pengambilan sampel air dicatat juga data pendukung lain seperti data pengamatan fisik sumur. Data tersebut terdapat pada Tabel 11 dibawah ini: Tabel 11. Data Pengamatan Fisik Sumur Titik Sumur Ketinggian Sumur (mdpl) Kedalaman Sumur (m) 245 m 73 11,7 295 m 47 12,9 324 m 43 13,3 Sumber : Olahan, 2018 Data pengamatan mengenai debit Sungai Cibaligo diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Berikut tabel mengenai debit pada lokasi pengamatan sampling, dapat dilihat pada Tabel 12. berikut: Tabel 12. Debit Aliran Sungai Cibaligo Titik Lokasi Debit Aliran Musim Hujan (m 3 /s) Debit Aliran Musim Kemarau (m 3 /s) Sumur 1 0,62 0,35 Sumur 2 0,55 0,32 Sumur 3 0,44 0,27 (Sumber : Olahan, 2018) Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan, jika terdapat perbedaan pada musim hujan dan musim kemarau di aliran Sungai Cibaligo. Debit aliran pada musim hujan memiliki nilai debit yang lebih tinggi dibandingkan debit pada musim kemarau. Debit air mempengaruhi tingkat absorpsi dari konsentrasi bahan pencemar yang berada pada aliran sungai, sehingga pada debit air yang tinggi mengakibatkan kadar bahan pencemar lebih cepat berkurang.

4 60 Data pengamatan cuaca pada lokasi samplingdiperoleh dari pengamatan langsung di lapangan. Tabel menganai pengamatan cuaca pada lokasi pengambilang sampel dapat dilihat pada Tabel 13 berikut: Tabel 13. Tabel Pengamatan Cuaca Pada Lokasi Pengambilan Sampel Titik Lokasi Cuaca Sehari Sebelum Sampling Cuaca Pada Saat Sampling Sumur 1 Hujan Mendung Sumur 2 Hujan Berawan Sumur 3 Hujan Berawan Sungai 1 Hujan Berawan Sungai 2 Hujan Mendung Sungai 3 Hujan Mendung Sumber : Olahan, Pengambilan sampel air sumur dan sampel air sungai dilakukan 3 kali pengulangan. Pengambilan sampel air sungai dilakukan dari jarak titik sampel yang paling dekat dengan kawasan industri tekstil ke titik yang jaraknya paling jauh dari kawasan industri tekstil, kemudian pengambilan sampel air sumur dilakukan dari jarak titik yang paling dekat dengan sungai ke titik yang paling jauh. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dengan selang waktu satu minggu untuk 1 kali ulangan. Pengulangan pada pengambilan sampel air dilakukan untuk mewakili variasi data yang mungkin didapatkan di lapangan serta digunakan untuk perhitungan data secara statistik. Sampel yang telah diperoleh, selanjutnya diuji di Laboratorium Ekologi Universitas Padjajaran dan di uji secarain situ. Parameter yang diuji di laboratorium adalah krom total, fenol total, TSS dan warna. Parameter suhu dan ph di uji secara in situ kemudian untuk menjawab pertanyaan penelitian dilakukan analisis data.

5 Kualitas Air Sungai Cibaligo Sungai Cibaligo merupakan tempat pembuangan limbah cair industri tekstil dari pabrik-pabrik yang ada di sekitar kawasan industri. Dilihat dari segi fisik air tersebut, air yang berada di aliran Sungai Cibaligo memiliki air yang berwana biru kehitaman, sedangkan dilihat dari topografi air sungai ini mengalir dari wilayah kawasan industri tekstil yang lebih tinggi menuju ke sungai yang wilayahnya lebih rendah. Kondisi sungai disekitar kawasan industri tekstil memiliki aliran yang lambat sehingga air dari sungai tersebut dapat mencemari air sumur di kawasan sekitar kawasan industri tekstil tersebut. Letak air sungai dekat dengan kawasan industri tekstil oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran pada bahan pencemar limbah tekstil. Hasil dari data yang didapatkan Sungai Cibaligo memiliki kualitas air yang buruk. Jarak sungai mempengaruhi terhadap kualitas airnya. Semakin dekat sungai dengan kawasan industri maka kualitas airnya semakin buruk, begitu sebaliknya semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil maka kualitas airnya semakin baik. 4.4 Status Mutu Air dengan Menggunakan Metode STORET Metode STORET merupakan salah satu metode untuk penentuan status mutu air yang umum digunakan. Metode STORET ini dapat diketahui parameterparameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukan guna menentukan status mutu air. Apabila hasil pengukuran mutu air memenuhi standar baku mutu, maka akan diberi skor 0,

6 62 sedangkan jika pengukuran mutu air tidak memenuhi standar baku mutu yang ada, maka akan diberi skor sesuai dengan Tabel 8 di atas. Skor dari setiap parameter kualitas air yang telah diuji kemudian dijumlahkan skornya dan dibandingkan dengan status mutu air yang dikeluarkan oleh EPA (Environmental ProtctionAgency). Semakin banyak parameter kualitas air yang di uji melebihi ambang batas yang telah ditentukan maka skor yang diperoleh akan semakin tinggi. Berikut 4 kelas status mutu air menurut EPAdapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Status Mutu Air EPA (Environmental Protction Agency) Kelas Skor Status A 0 Memenuhi baku mutu B -1 s/d -10 Cemar ringan C -11 s/d 30 Cemar sedang D -31 Cemar berat Sumber: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun Penentuan status mutu dengan menggunakan metode STORET pada penelitian ini dilakukan untuk menentukan status mutu air sumur di sekitar kawasan industri tekstil dan status mutu air Sungai Cibaligo. Sumur yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah sumur dengan jarak 46,1 m, 58,2 m, dan 82,64 m dari Sungai Cibaligo. Sungai Cibaligo yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah Sungai Cibaligo dengan jarak 245 m, 295 m dan 324 m dari kawasan industri tekstil. Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan data yang telah diperoleh dari setiap titik yang telah ditentukan. Baku mutu yang digunakan adalah baku mutu

7 63 kelas 1 untuk air sumur dan baku mutu kelas 2 untuk air sungai sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 sehingga diperoleh status mutu air disetiap jarak sumur dan sungai pada Tabel 15 dan Tabel 16 di bawah ini (Hasil analisis yang lengkap ada dalam lampiran): Tabel 15. Hasil Perhitungan STORET Sumur Penelitian Parameter Satuan 46,1 58,2 82,64 Skor Skor Skor ph Suhu O C Warna mg/l TSS mg/l Krom Total mg/l Fenol Total ptco Total Skor Tidak Cemar Cemar Ringan Status Mutu Sumber : Olahan Pribadi 2019 Cemar Ringan Tabel 16. Hasil Perhitungan STORET Sungai Penelitian Parameter Satuan Skor Skor Skor ph Suhu O C Warna mg/l TSS mg/l Krom Total mg/l Fenol Total ptco Total Skor Cemar Cemar Sedang Sedang Status Mutu Sumber : Olahan Pribadi 2019 Cemar Sedang

8 64 Berdasarkan Tabel 15 dan Tabel 16 mengenai perhitungan status mutu air dengan menggunakan metode STORET menujukkan, jika status mutu air sumur dan air sungai berbeda. Status mutu air Sungai Cibaligo termasuk kedalam kategori cemar sedang dengan memiliki nilai skor akhir melebihi -10 tetapi tidak melebih - 31 dimana skor untuk sungai 1 yaitu 19, sungai 2 yaitu 17 sedangkan untuk sungai 3 memiliki skor -11 dimana rentang -11 sampai dengan 30 termasuk ke dalam kategori status mutu cemar sedang. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut menujukkan jika kegiatan industri tekstil disekitar kawasan tersebut mempengaruhi terhadap status mutu air Sungai Cibaligo dimana sungai tersebut merupakan sungai yang biasanya digunakan sebagai tempat membuang limbah dari hasil kegiatan industri yang dihasilkan oleh pabrik pabrik sekitar. Status mutu air sumur di sekitar kawasan industri tekstil berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode storet menunjukkan, jika air sumur sekitar termasuk ke dalam kategori cemar ringan. Skor dari masing masing sumur tidak melebihi -10 yaitu skor untuk sumur 1 adalah 0, sumur 2 dan sumur 3 skornya adalah -2. Rentang -1 sampai dengan -10 termasuk kedalam kategori cemar ringan. 4.5 Ketinggian Titik Sampel Air Ketinggian titik pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan waterpass dengan menggunakan metode sifat ukur datar memanjang. Pabrik yang berada di kawasan industri diasumsikan sebagai titik 0, dimana titik 0 merupakan titik pengukuran pertama dengan memiliki ketinggia 0 mdpl. Hasil pengukuran

9 65 ketinggian dengan menggunakan waterpass pada titik sumur dan sungai dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini: Tabel 17. Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air Ketinggian Titik Pengambilan Sampel Air Titik Koordinat x Koordinat y Elevasi (mdpl) Sumur ,95 Sumur ,59 Sumur ,18 Sungai ,85 Sungai ,28 Sungai ,49 Sumber : Olahan Pribadi Berdasarkan Tabel 17 di atas menunjukkan jika sungai memiliki ketinggian yang lebih tinggi daripada ketinggian sumur. Ketinggian yang didapat pada titik sumur berkisar antara 1,95 mdpl 7,18 mdpl sedangkan ketinggian yang didapat pada titik sungai berkisar antara 3,85 mdpl 7,94 mdpl. Ketinggian air sungai dan sumur memiliki perbedaan yang yang relatif rendah, sungai 1 dan sumur 1 memiliki perbedaan ketinggian 1,9 mdpl, sungai 2 dan sumur 2 memiliki perbedaan ketinggian 1,33 mdpl sedangkan sungai 3 dan sumur 3 memiliki perbedaan ketinggian 0,31 mdpl. Perbedaan ketinggian yang relatif rendah tersebut memungkinkan bahwa sumur yang dijadikan sebagai sampel pengambilan air memiliki kualitas air yang relatif baik, pada sumur 1 berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode STORET memiliki nilai 0. Nilai tersebut menujukkan jika kulitas air pada sumur 1 baik atau tidak tercemar dari kegiatan industri tekstil, sedangkan pada sumur 2 dan sumur 3 memiliki nilai -2 yang artinya sumur tersebut termasuk kedalam kategori cemar ringan. Parameter ph pada sampel air sumur di titik 2 dan titik 3 memiliki nilai diatas ambang batas yang telah

10 ph ph 66 ditentukan sedangkan parameter suhu, warna, TSS, fenol total dan krom total nilainya masih memenuhi ambang batas yang telah ditentukan. 4.6 Pengaruh Jarak Dengan Kualitas Air Sumur Sekitar Kawasan Industri Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana pengaruh jarak sumur ke Sungai Cibaligo terhadap kualitas air sumur penduduk dan jarak sungai ke kawasan industri tekstil terhadap kualitas air sungai di sekitar kawasan industri tekstil akan dianalisis menggunakan persamaan regresi, dan korelasi Analisis Regresi 1. ph (Derajat Keasaman) Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata ph dari masing masing titik berkisar antara 8,2 9,17. Nilai rata- rata ph pada sumur berkisar antara 8,2 8,4 sedangkan nilai rata- rata ph pada sungai berkisar antara 8,6 9,17. Nilai rata- rata ph terendah didapatkan pada titik sumur 1 dimana sumur tersebut berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo dan nilai ph tertinggi didapatkan pada titik sungai 1 dimana sungai tersebut berjarak 249 m dari kawasan industri tektil. Sungai Sumur 9,5 9 8,5 8 7,5 y = -0,285x + 9,5267 9,17 9,1 R² = 0,8405 8, ,6 8,5 8,4 8,3 8,2 8,1 8 8,4 8,3 8,2 R² = 1 y = 0,1x + 8,1 46,1 58,2 82,64 Gambar 6. Hubungan Jarak Terhadap ph Air Sumur Dan Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

11 67 Kriteria kualitas air salah satunya adalah derajat keasaman (ph). Air yang baik adalah air yang tidak tercemar, dalam kondisi yang demikian berarti air bersifat netral, sedangkan apabila di dalam perairan terdapat zat pencemar akan dapat berakibat sifat air berubah menjadi asam atau basa. Gambar 6 di atas menunjukkan jika hasil pengukuran nilai rata- rata phnya ada yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan yaitu 8,5 sedangkan nilai minimum ph air adalah 6,5. Sumber pencemaran pada wilayah ini disebabkan oleh pembuangan limbah industri tekstil yang berupa buangan limbah cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan industri tekstil. Kegiatan tersebut memungkinan terdapat kandungan mikroorganisme dan bahan kimia yang beracun. Adanya kandungan ph dalam suatu limbah industri tekstil dipengaruhi oleh bahan buangan yang berupa zat kimia sehingga dapat meningkatkan nilai ph pada titik sumur dan titik sungai tersebut. Nilai ph dapat mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari unsurunsur renik yang terdapat dalam di perairan. Nilai ph yang rendah akan menyebabkan air bersifat asam, sehingga dalam kadar tertentu tidak ada makhluk yang dapat hidup dalam perairan tersebut. Beberapa proses pengerjaan pada industri tekstil dilakukan pada ph tinggi. Proses pemasakan dilakukan pada ph 9-10 dan beberapa proses pencelupan yang menggunakan alkali sebagai zat pembantu di dalam pengerjaannya. Penggunaan bahan bahan kimia dalam proses industri akan mempengaruhi sifat kimia air limbah yang dihasilkan terutama nilai phnya. Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 6 diperoleh hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y = -0,285x + 9,5267 untuk ph sungai dan membentuk persamaan y = 0,1x + 8,1 untuk

12 68 ph air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai sedangkan sumbu y menggambarkan peningkatan nilai ph. Dari persamaan tersebut diperoleh nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,8405 sedangkan nilai variabilitas data R² pada air sumur adalah 1. Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur menunjukkan jika jarak mempengaruhi terhadap ph air tersebut. ph sumur memiliki nilai regresi 1 yang artinya memiliki pengaruh yang sangat kuat dimana nilai regresi 1 merupakan nilai regresi tertinggi. Nilai regresi berkisar 0 1 semakin tinggi nilai regresinya maka terdapat pengaruh yang sangat kuat terhadap kedua variabel tersebut. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak mempengaruhi nilai ph yang didapat. Semakin jauh jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai ph yang didapat akan semakin rendah, sedangkan semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai ph yang didapat akan semakin tinggi. 2. Suhu Suhu air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, dan ketinggian geografis. Suhu udara juga dipengaruhi oleh tingginya laju pertumbuhan tanaman bambu pada daerah sekitar mata air yang menyebabkan rendahnya intensitas cahaya matahari. Suhu berkaitan dengan energi rata-rata dari suatu sistem partikel untuk sistem dalam kesetimbangan yang berkerja untuk sistem nano. Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang terjadi di dalam air. Suhu pada air buangan

13 Suhu ( o C) Suhu ( o C) 69 (limbah) biasanya akan memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada suhu pada air murni. Hal ini disebabkan karena pada air buangan (limbah) terjadi proses biodegradasi. Biodegradasi merupakan proses pemecahan zat melalui aksi mikroorganisme (seperti bakteri atau jamur) yang dapat menyebabkan kenaikan suhu pada air. Suhu pada air akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik pada lingkungan luar maupun di dalam tubuh ikan. Semakin tinggi suhu, maka reaksi kimia akan semakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk kadar oksigen dalam air. Data hasil analisa laboratorium suhu pada air sungai dan air sumur dapat dilihat pada Gambar 7 berikut: 26 25, , ,7 Sungai y = -0,35x + 25,977 R² = 0, , Sumur 24,86 46,61 58,2 82,64 y = -0,78x + 25, R² = 0, ,3 Gambar 7. Hubungan Jarak Terhadap Suhu Air Sumur Dan Air Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan analisis regresi linier seperti pada Gambar 7. Diperoleh hubungan jarak terhadap air sumur dan air sungai yang membentuk persamaan y = -0,35x + 25,977untuk suhu sungai dan membentuk persamaan y = -0,78x + 25,613 untuk suhu air sumur. Sumbu x menggambarkan jarak sumur dan jarak sungai sedangkan sumbu y menggambarkan peningkatan nilai ph. Persamaan yang diperoleh dari nilai regresi untuk setiap titik sungai dan titik sumur dimana nilai

14 70 variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,99 sedangkan nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,88. Suhu sumur memiliki nilai regresi 0, 99 dimana artinya nilai tersebut hampir mendekati angka 1 yang artinya memiliki pengaruh yang sangat kuat dimana nilai regresi 1 merupkan nilai regresi tertinggi. Suhu sungai memiliki nilai regresi 0,88 yang artinya juga kedua variabel tersebut berpengaruh. Berdasarkan Kurva regresi yang didapat dari titik sungai dan titik sumur menujukkan jika jarak sungai ke kawasan industri tekstil dan jarak sumur ke sungai mempengaruhi nilai suhunya. Semakin jauh jarak sumur ke sungai dan semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri maka nilai suhu yang didapat semakin rendah. 3. Warna Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata- rata warna dari masing masing titik air berkisar antara 4,78 ptco 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada sumur berkisar antara 4,78 ptco 9,77 ptco sedangkan nilai rata- rata warna pada sungai berkisar antara 85 ptco 127 ptco. Nilai rata- rata warna pada titik sumur memiliki nilai yang rendah sedangkan nilai rata- rata warna pada titik sungai memiliki nilai yang sangat tinggi. Berikut hasil pengukuran warna yang didapatkan dapat dilihat pada Gambar 8.

15 Warna (ptco) Warna (ptco) Sungai ,33 85 y = 19,835x + 60,107 R² = 0, Sumur y = 0,855x + 5,3033 R² = 0,1137 9,77 4,78 6,49 46,61 58,2 82,64 Gambar 8. Hubungan Jarak Terhadap Warna Air Sumur Dan Air Sungai (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan Gambar 8, menunjukkan, jika nilai warna sungai pada jarak 249 m dari kawasan industri memiliki nilai rata- rata 87,33 ptco sedangkan pada jarak 295 m dan 324 m mengalami kenaikan nilai warna. Dimana nilai warna pada jarak 295 m yaitu 85 ptco dan 324 m yaitu 127 ptco. Nilai tersebut menujukkan jika air sungai tersebut kualitasnya buruk. Sedangkan nilai warna pada jarak 46,61 m dan 58,2 m dari Sungai Cibaligo memiliki nilai yang mengalami peningkatan dimana pada jarak 46,61 m memiliki nilai 4,78 ptco dan jarak 58,2 m memiliki nilai 9,77 ptco. Kemudian nilai rata- rata warna mengalami penurunan pada jarak sumur ke Sungai Cibaligo 82,64 m memiliki nilai warnanya 6,14 ptco. Nilai warna tersebut menunjukkan jika air sumur masih termasuk air dengan warna yang baik. Warna perairan merupakan indikator adanya logam berat dalam air, warna yang memiliki nilai makasimum 15 ptco. Nilai air sungai yang diperoleh menunjukkan jika air tersebut sudah sangat tercemar oleh kegiatan industri di sekitar kawasan tersebut dimana nilai warna yang diperoleh memiliki nilai dengan angka yang relatif tinggi. Nilai warna pada sumur

16 72 tersebut menunjukkan jika air sumur masih dalam kondisi yang baik dimana nilai yang diperoleh relatif rendah dan masih dibawah maksimum ambang batas air yang memiliki warna yang baik. Grafik pada gambar air sungai membentuk persamaan y = 19,835x + 60,107 sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,855x + 5,3033. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,7 sedangkan. Nilai variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,11. Kurva regresi air sungai tersebut menunjukkan jika warna pada air sungai tidak dipengaruhi oleh jarak dimana terjadi penurunan pada titik sungai ke 2 kemudian mengalami peningkatan pada titik sungai yang ke 3. Nilai peningkatan pada sungai 3 melebihi nilai warna yang diperoleh pada titik sungai 1 yaitu 87,33 ptco sedangkan pada titik sungai ke 3 memiki nilai yang sangat tinggi yaitu 127 ptco. Kurva air sumur menujukkan hasil yang berbalik dengan hasil yang diperoleh pada air sungai. Air sumur mengalami peningkatan pada titik sumur 1 dan titik sumur 2 kemudian mengalami penurunan pada titik sumur ke 3. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak tidak memiliki pengaruh kepada nilai warna yang didapatkan. Hasil tersebut bisa terjadi disebabkan pada saat pengukuran cuacanya tidak sama, dimana pada pengukuran minggu pertama dan minggu ke 3 sehari sebelum pengambilan sampel air di wilayah tersebut terjadi hujan yang relatif tinggi sehingga air sungai tersebut telah tercampur air hujan dan mengakibatkan sungai tersebut memiliki kualitas warna yang lebih baik. Warna air pada saat musim hujan akan lebih baik dibanding warna pada musim kemarau, dimana pada musim kemarau air sungai tidak tercampur oleh air hujan. Warna air

17 TSS (mg/l) TSS (mg/l) 73 pada saat musim hujan memiliki warna keabu-abuan sedangkan warna air sungai pada musim kemarau memiliki warna kehitaman. Warna kehitaman tersebut disebabkan oleh kegiatan berindustri dimana Sungai Cibaligo merupakan tempat pembuangan limbah cair industri tekstil di kawasan tersebut. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai warna yang didapat. 4. Total Suspended Solid (TSS) Analisis zat zat padat tersuspensi yang berada dalam air sangat penting bagi penentuan komponen komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan dengan tujuan penentuan parameter mutu air, desain pra sedimentasi, flokulasi, filtrasi pada pengolahan air minum, desain pengendapan primer pada pengolahan air buangan, sedimentasi pada air sungai, drainase dan lain lain. Data hasil analisa laboratorium TSS pada air sungai dan air sumur dapat dilihat pada Gambar ,67 Sungai 166, y = 34,665x + 73,782 R² = 0, Sumur 4,36 46,61 58,2 82,64 y = 2,835x + 4,2033 R² = 0, ,23 10,03 Gambar 9. Hubungan Jarak Terhadap TSS Air Sumur Dan Air Sungai (Sumber : Olahan Pribadi, 2019)

18 74 Berdasarkan pengukuran yang didapat nilai rata -rata TSS dari masing masing titik air sumur memiliki nilai yang relatif rendah dimana nilainya berkisar antara 4,36 mg/l 15,23 mg/l. Nilai rata-rata titik air sungai memiliki nilai yang relatif tinggi dimana nilainya berkisar antara 96,67 mg/l 166,67 mg/l. Jarak sungai ke kawasan industri tekstil pada jarak 249 m dan 295 m kemudian jarak sumur ke Sungai Cibaligo pada jarak 46,61 m dan 58,2 m mengalami peningkatan pada hasil nilai TSS yang didapat, kemudian mengalami penurunan pada jarak 324 m dari kawasan industri tekstil dan jarak 82,64 m ke Sungai Cibaligo. Nilai TSS yang diperoleh pada air sungai yaitu 96, 67 mg/l, 166,67 mg/ L dan 166 mg/ L menunjukkan jika air tersebut dalam kondisi yang kurang baik. Sedangkan nilai TSS yang diperoleh pada air sumur yaitu 4,36 mg/l, 15,23 mg/l dan 10,03 mg/l menunjukkan jika air sumur tersebut dalam kondisi yang baik. Grafik pada Gambar 9 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan y = 2,835x + 4,2033 sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 34,665x + 73,782. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,74 sedangkan, nilai variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,27. Nilai rata-rata TSS pada titik sungai dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian mengalami penurunan pada titik ke 3. Nilai TSS yang tinggi dipengaruhi oleh partikel-partikel kecil seperti lumpur, tanah dan pasir halus akan tetap berada di dalam air, beberapa ada yang mengendap dan sebagian melayang-layang dalam air karena tidak dapat terlarutkan. Padatan tersuspensi ini tidak hanya berasal dari lumpur, tanah liat, ataupun pasir saja, padatan tersuspensi juga dapat berasal dari limbah buangan hasil aktivitas

19 75 manusia.meteri yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion terlarut (Slamet, 1996). Ambang batas baku mutu TSS adalah 50 mg/l, dari hasil pengukuran nilai rata -rata TSS tertinggi terdapat pada titik sungai ke 2 yang berjarak 295 m dari kawasan industri dimana nilainya adalah 166,67 tidak berbeda jauh dengan nilai TSS pada sungai 3 yang berjarak 324 m dari kawasan industri yang memiliki nilai rata-rata TSS 166,00. Nilai rata-rata TSS terendah terdapat pada pengukuran di titik sumur 1 yang berjarak 46,1 m dari Sungai Cibaligo. Kandungan dari TSS memiliki dampak yang kurang baik bagi kualitas air karena apabila nilai TSS tinggi akan menyebabkan terjadinya kekeruhan pada air tersebut, selain itu nilai TSS yang tinggi akan mengurangi cahaya yang masuk ke dalam air. Materi tersuspensi ini juga dapat memberikan efek bagi kesehatan manusia apabila jumlah materi tersuspensi memiliki jumlah yang banyak kemudian mengendap dalam tubuh manusia maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit salah satu penyakit yang akan timbul akibat materi tersuspensi yang mengendap dalam tubuh adalah penyakit batu ginjal (Slamet, 1996). Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai TSS yang didapat. 5. Fenol Total Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata fenol total yang didapat dari pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang relatif rendah dimana nilai rata-rata fenol yang didapat berkisar antara 0,006 mg/l 0,011 mg/l. Nilai rata-rata fenol hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 10.

20 Fenol Total (mg/l) Fenol Total (mg/l) 76 Sungai Sumur 0,015 0,01 0, ,011 0,009 0,007 y = 0,001x + 0,007 R² = 0, ,01 0,008 0,006 0,004 0, ,006 0,0076 0,007 y = 0,0005x + 0,0059 R² = 0, ,61 58,2 82,64 Gambar 10. Hubungan Jarak Terhadap Fenol Total Air Sumur Dan Air Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan hasil pengukuran nilai rata-rata fenol total yang didapat pada titik sumur 1 yaitu 0,006 mg/l, titik sumur 2 yaitu 0,0076 mg/l dan titik sumur 3 yaitu 0,007 mg/l. Nilai fenol rata-rata dari masing- masing sungai yaitu untuk titik sungai 1 0,007 mg/l, titik sungai 2 yaitu 0,011 mg/l dan titik sungai 3 yaitu 0,009 mg/l. Berdasarkan keenam titik lokasi penelitian tersebut nilai kandungan fenol total tertinggi terdapat pada titik sungai 2 hal ini disebabkan karena banyaknya zat kimia dan adanya ion-ion logam yang terlarut didalam suatu badan perairan. Nilai terendah didapat pada titik sumur 1. Grafik pada Gambar 10 menunjukkan jika air sungai membentuk persamaan y = 0,001x + 0,007sedangkan pada air sumur membentuk persamaan y = 0,0005x + 0,0059. Nilai variabilitas data R² pada air sungai adalah 0,25 sedangkan, nilai variabilitas data R² pada air sumur adalah 0,38. Nilai rata-rata fenol total pada titik sungai dan sumur mengalami peningkatan pada titik 1 dan titik 2 kemudian mengalami penurunan pada titik ke 3.

21 77 Fenol dan senyawa turunannya salah satu parameter kualitasair olahan dari limbah cair industri tekstil. Fenol dan senyawa turunannya merupakan zat berbahaya dan beracun. Dalam konsentrasi tertentu masuknya fenol dan turunannya dapat menyebabkan efek karsinogenik pada binatang dan manusia. Dalam pengelolaan lingkungan, berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi pencemaran fenol dan senyawa turunannya antara lain dengan metode elektrolisis, oksidasi, ekstraksi, filtrasi melalui membran cair dan metode adsorpsi. Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai kandungan fenol total yang memenuhi standar air bersih yaitu 1mg/L. Berdasarkan peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi memiliki nilai berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat disimpulkan jika kegiatan industri di sekitar kawasan industri tersebut tidak mempengaruhi terhadap kandungan fenol total nya. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai fenol total yang didapat dan menujukkan jika kawasan industri tidak mempengaruhi kualitas airnya pada parameter fenol total.

22 Krom Total (mg/l) Krom Total Hasil penelitian menunjukkan nilai rata- rata krom total yang didapat dari pengukuran titik air sumur dan titik air sungai memiliki nilai yang sama yaitu < 0,03. Berikut hasil pengukuran mengenai krom total dapat dilihat pada Gambar 11 dibawah ini: 0, ,03 0,03 0,03 0, Sumur dan Sungai 1 Sumur dan Sungai 2 Sumur dan Sungai 3 R² = #N/A Gambar 11. Hubungan Jarak Terhadap Krom Total Air Sumur Dan Air Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan hasil yang didapat dan menurut peraturan pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air nilai kandungan krom total yang memenuhi standar air bersih yaitu 0,05 mg/l. Berdasarkan peraturan tersebut maka limbah yang dihasilkan dari keenam lokasi memiliki nilai yang berada diambang batas. Data yang telah diperoleh dapat menyimpulkan jika kegiatan industri tekstil di sekitar kawasan industri tersebut tidak mempengaruhi terhadap kandungan krom total nya. Nilai krom total tidak memiliki persamaan maupun kurva regresi hal ini dikarenakan nilai yang diperoleh

23 Parameter Uji 79 pada setiap titik baik itu titik sungai maupun titik sumur nilainya sama. Dapat disimpulkan jika tidak terjadi pengaruh jarak baik untuk jarak dari titik sumur maupun jarak dari titik sungai. Berdasarkan grafik dan nilai regresi yang didapat pada air sumur dan air sungai dapat disimpukan jika interval jarak tidak mempengaruhi nilai krom total yang didapat PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total Gambar 12. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sumur. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sumur menunjukkan, jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai ph yang didapat pada sampel air sumur berkisar antara 8,2 8,4, nilai Suhu yang didapat berkiasar antara 23,3 o C 24,86 o C, nilai warna yang didapat berkisar antara 4,78 ptco 9,77 ptco, nilai TSS yang didapat berkisar antara 4,36 mg/l 15,23 mg/l, nilai fenol total yang didapat berkisar antara 0,006 mg/l 0,0076 mg/l dan nilai krom total yang didapat sama yaitu 0,03 mg/l. Nilai yang didapat pada parameter warna, TSS,

24 Parameter Uji 80 fenol total dan krom total masih memenuhi amabang batas baku mutu air yang telah ditentukan. Berdasarkan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 12 menunjukkan, jika hanya parameter ph dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak. Semakin jauh jarak sumur ke sungai maka nilai ph yang didapat akan semakin tinggi dan semakin jauh jarak sumur ke sungai, maka nilai suhu yang didapat semakin rendah PH Suhu Warna TSS Krom Total Fenol Total Gambar 13. Hubungan Jarak Terhadap Parameter Air Sungai. (Sumber : Olahan Pribadi, 2019) Berdasarkan hasil uji parameter terhadap sampel air sungai menunjukkan, jika nilai untuk setiap parameter yang didapat bervariasi. Nilai ph yang didapat pada sampel air sumur berkisar antara 8,5 9,1, nilai Suhu yang didapat berkiasar antara 25 o C 25,7 o C, nilai warna yang didapat berkisar antara 85 ptco 147 ptco,

25 81 nilai TSS yang didapat berkisar antara 96,6 mg/l 166,6 mg/l, nilai fenol total yang didapat berkisar antara 0,005 mg/l 0,007 mg/l dan nilai krom total yang didapat sama yaitu 0,03 mg/l. Nilai yang didapat untuk parameter warna, ph dan TSS nilainya melampaui ambang batas yang telah ditentukan, sedangkan nilai pada parameter yang didapat pada suhu, fenol total dan krom total nilainya masih memenuhi ambang batas yang telah ditentukan. Grafik yang ditunjukkan pada Gambar 13 menunjukkan, jika hanya parameter ph dan suhu yang nilainya dipengaruhi oleh interval jarak. Semakin jauh jarak sungai ke kawasan industi tekstil maka nilai ph yang didapat akan semakin rendah dan semakin jauh jarak sungai ke kawasan industri tekstil, maka nilai suhu yang didapat semakin rendah. Berdasarkan hasil yang diperoleh memiliki nilai regresi yang bervariasi, untuk parameter ph dan suhu memiliki nilai regresi dengan nilai regresi yang mendekati angka 1 yang menujukkan jika interval jarak mempengaruhi nilai dari ph dan suhu air sumur dan air sungai. Parameter warna, TSS dan fenol total memiliki nilai yang berfluktuasi dimana terjadi peningkatan pada titik sumur 2. Titik sumur 2 setelah dilakukan identifikasi merupakan sumur yang berada didalam rumah dan dilingkungan yang padat akan penduduk. Hal tersebut memungkinkan terjadi pencemaran dari berbagai macam limbah. Sumur 2 pada saat dilakukan pengambilan sampel memiliki air yang berwarana hitam dan berbau. Sumur tersebut tidak lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena memiliki kualiatas yang buruk, oleh karena itu pada titik sumur 2 memiliki nilai yang selalu tinggi dibandingkan dengan titik sumur 1 dan titik sumur 3. Titik sumur 1 dan titik sumur

26 82 3 pada saat pengambilan sampel air memiliki warna yang relatif jernih dan tidak berbau berbeda dengan titik sumur 2 yang warnanya keruh dan kehitaman serta berbau Uji Korelasi Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan (pengaruh) antara kadar parameter kualitas air pada saluran air Sungai Cibaligo dengan kadar parameter kualitas air pada sumur disekitarnya. berikut hasil perhitungan didapatkan nilai r dari tiap parameter kualitas air. Informasi mengenai nilai korelasi dapat dilihat pada Tabel 18. berikut: Tabel 18. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Menggunakan SPSS Parameter Nilai Korelasi Hubungan ph 0 Sangat Rendah Suhu 0 Sangat Rendah Warna 0 Sangat Rendah TSS 0 Sangat Rendah Fenol Total 0 Sangat Rendah Krom Total 0 Sangat Rendah Sumber : Olahan Pribadi 2019 Berdasarkan Tabel 18. menunjukkan hasil dari perhitungan nilai dan status hubungan korelasi dari tiap parameter kualitas air. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7, dari hasil tersebut menunjukkan jika hubungan pengaruh dari setiap parameter kualitas air antara kadar parameter pada sumur ke sungai dan kadar parameter dari sungai ke kawasan industri tekstil memiliki hubungan yang sangat rendah.

27 83 Tabel 19. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sumur Menggunakan Ms. Excel Parameter Nilai Korelasi Hubungan ph 0,75 Kuat Suhu 0,15 Sangat Lemah Warna 0 Sangat Lemah TSS 0,35 Lemah Fenol Total 0 Sangat Lemah Krom Total 0 Sangat Lemah Sumber : Olahan Pribadi 2019 Tabel 20. Hasil Perhitungan Nilai Korelasi Air Sungai Menggunakan Ms. Excel Parameter Nilai Korelasi Hubungan ph 0 Sangat Lemah Suhu 0,77 Kuat Warna 0 Sangat Lemah TSS 0,39 Lemah Fenol Total 0 Sangat Lemah Parameter Nilai Korelasi Hubungan Krom Total 0 Sangat Lemah Sumber : Olahan Pribadi 2019 Berdasarkan hasil perhitungan mengenai uji korelasi, dilakukan perhitungan dengan menggunakan 2 software yaitu software SPPS dan Ms. Excel. Hasil perhitungan menggunakan software SPPS dan Ms. Excel memiliki nilai yang berbeda. Hasil perhitungan menggunakan software SPPS menunjukkan nilai 0 yang artinya adalah memiliki hubungan yang sangat lemah, sedangkan hasil perhitungan dengan menggunakan Ms. Excel menujukkan tingkat hubungan yang bervariasi. Perhitungan nilai korelasi pada software SPPS memiliki nilai 0 karena variabel terikat dan variabel bebas yang di uji hanya 3 variabel. Variabel dengan jumlah yang sedikit memungkinkan hubungan yang dihasilkan sangat lemah, karena software SPPS tidak dapat menguji nilai korelasi apabila jumlah variabelnya sedikit. Parameter suhu air sumur menggunakan Ms Excel memiliki hubungan yang

28 84 kuat, parameter TSS memiliki hubungan yang lemah, sedangkan parameter ph, warna, krom total dan fenol toal memiliki hubungan yang sangat lemah. Perhitungan dengan menggunakan Ms.Excel mendapatkan nilai hubunngan yang bervariasi. Hal tersebut dikarenakan pada Ms.Excel dapat menguji tingkat korelasi meskipun variable yang di uji hanaya variable.

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Estuari dan Debit Sungai. Tipe estuari biasanya dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Pada saat pasang, salinitas perairan akan didominasi oleh salinitas air laut karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN : Pemetaan Sebaran Kandungan ph, TDS, dan Konduktivitas Air Sumur Bor (Studi Kasus Kelurahan Sengkuang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat) Leonard Sihombing a, Nurhasanah a *, Boni. P. Lapanporo a a Prodi

Lebih terperinci

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif.

kini dipercaya dapat memberantas berbagai macam penyakit degeneratif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat serta adanya kegiatan masyarakat yang beraneka ragam, membuat usaha perbaikan kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan menjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sumber Air Bersih Secara umum terdapat lima sumber air yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan air bersih dalam kehidupan sehari hari kita diantaranya : 1. Air hujan, yaitu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Air merupakan kebutuan yang sangat vital bagi manusia. Air yang layak diminum,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR TPA TAMANGAPA DENGAN PARAMETER BIOLOGI Farida Nur Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan teknik Sipil, Universitas Hasanuddin ABSTRAK TPA Tamangapa merupakan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN : Analisis Kualitas Air Sumur Bor di Pontianak Setelah Proses Penjernihan Dengan Metode Aerasi, Sedimentasi dan Filtrasi Martianus Manurung a, Okto Ivansyah b*, Nurhasanah a a Jurusan Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN: PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (217), Hal. 31 36 ISSN: 2337-824 Uji Perbandingan Kualitas Air Sumur Tanah Gambut dan Air Sumur Tanah Berpasir di Kecamatan Tekarang Kabupaten Sambas Berdasarkan Parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produktivitas Primer Fitoplankton Berdasarkan hasil penelitian di Situ Cileunca didapatkan nilai rata-rata produktivitas primer (PP) fitoplankton pada Tabel 6. Nilai PP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran air yang terus meningkat telah menurunkan kualitas air di seluruh dunia. Pencemaran air disebabkan oleh jumlah manusia dan kegiatan manusia yang beragam.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disegala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Utara, Kelurahan Heledulaa Selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran wilayah penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan Kecamatan yang terdiri dari 6 kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan kota Timur adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR Tabel Hasil Pengamatan Sampel Warna Endapan Suhu ph Ikan Jumlah gerak mulut ikan dalam 1 menit Keadaan akhir Jernih Tidak Tanpa 25-7 35-75 Hidup sumur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia, dan manusia selama hidupnya selalu membutuhkan air. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Air dan Sungai 1.1 Air Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Penurunan kualitas air akan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada era industrialisasi. Terdapat puluhan ribu industri beroperasi di Indonesia, dan dari tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Vol 3 Nomor 1 Januari-Juni 2015 Jurnal Fropil PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Endang Setyawati Hisyam

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang OP-18 REKAYASA BAK INTERCEPTOR DENGAN SISTEM TOP AND BOTTOM UNTUK PEMISAHAN MINYAK/LEMAK DALAM AIR LIMBAH KEGIATAN KATERING Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Wonorejo terletak di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 225,6990 ha, jumlah sumur yang terdapat di Desa Wonorejo 898, curah hujan

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan eksplorasi minyak dan gas sebagaimana dilakukan oleh PT Lapindo Brantas, Inc. merupakan kegiatan survey seismic dan eksplorasi. Kegiatan tersebut merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Sungai Sebagian besar air hujan turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempattempat yang lebih rendah dan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya

Lebih terperinci

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU

ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme, atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS 4.1 Tinjauan Umum. BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS Salah satu jenis manifestasi permukaan dari sistem panas bumi adalah mata air panas. Berdasarkan temperatur air panas di permukaan, mata air panas dapat dibedakan

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis IV. HASIL DA PEMBAHASA A. Penelitian Pendahuluan 1. Analisis Karakteristik Bahan Baku Kompos Nilai C/N bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Aktivitas mikroorganisme dipertinggi

Lebih terperinci

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga

Lebih terperinci

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.

Lebih terperinci

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA Endyi 1), Kartini 2), Danang Gunarto 2) endyistar001@yahoo.co.id ABSTRAK Meningkatnya aktifitas manusia di Sungai Jawi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Salah satu sumber daya alam yang pokok dalam kehidupan adalah air. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri atas air. Metabolisme yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian, Rancangan Penelitian atau Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan penelitian non randomized pretest-postest

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PENCEMARAN Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau

Lebih terperinci