BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan wilayah kerja Puskesmas Mongolato Ha dan wilayah kerja terdiri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dengan wilayah kerja Puskesmas Mongolato Ha dan wilayah kerja terdiri"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Mongolato merupakan salah satu puskesmas yang terletak di Kecamatan Telaga dan berada di dekat dengan Ibukota Provinsi Gorontalo. Dengan wilayah kerja Puskesmas Mongolato Ha dan wilayah kerja terdiri dari 9 Desa yaitu: Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat, Desa Dulohupa, Desa Dulamayo Selatan, dan Desa Dulamayo Barat, dengan batas wilayah Puskesmas sebagai berikut: 1. Sebelah Timur : Kota Gorontalo 2. Sebelah Barat : Kecamatan Telaga Biru 3. Sebelah Utara : Kecamatan Tapa 4. Sebelah Selatan : Kecamatan Telaga Jaya Tenaga kesehatan Puskesmas Mongolato sebanyak 49 orang yang terdiri dari: Dokter Umum 3 orang, Dokter Gigi 1 orang, Apoteker 2 orang, Sarjana Kesmas 3 orang, Sarjana Farmasi 1 orang, Sarjana Gizi 1 orang, Bidan 9 orang, Perawat (D3) 9 orang, Perawat (SPK) 2 orang, Perawat Gigi 1 orang, Sanitasi (D1) 2 orang, Gizi (D3) 1 orang, Pekarya 2 orang, dan tenaga abdi / magang 12 orang.

2 4.2 Hasil Analisis Univariat Analisis univariat atau analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik atau distribusi dari jenis kelamin balita, umur balita, umur responden, pekerjaan responden, pendidikan terakhir responden, kejadian diare, sumber air bersih, kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah (SPSS). Analis data univariat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel Distribusi responden Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan umurnya yang dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Umur (Tahun) Jumlah n % 25 8, , , , ,0 28 9,7 18 6,3 4 1,4 4 1,4 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa umur responden yang paling banyak terdistribusi pada umur tahun yaitu sebanyak 68 responden (16,0%) dan

3 paling sedikit berumur tahun dan berumur tahun yaitu masingmasing sebanyak 4 responden (1,4%) Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan pekerjaannya yang dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Pekerjaan PNS URT Pedagang Tukang Jahit Jumlah n % 8,7 86,5 4,2 0, Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa pekerjaan responden yang paling banyak terdistribusi berprofesi sebagai URT yaitu sebanyak 249 responden (86,5%) dan paling sedikit yang berprofesi sebagai tukang jahit sebanyak 2 responden (0,7%) Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi responden berdasarkan pendidikannya yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :

4 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Jumlah Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA PT n % ,0 52,8 17,7 24,3 4,2 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa responden yang berpendidikan SD lebih banyak terdistribusi yaitu sebanyak 152 responden (52,8%) dan paling sedikit yang berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 3 responden (1,0%) Distribusi Balita Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi balita berdasarkan umurnya yang dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Umur (Bulan) Jumlah n % 31 10, , , , , , ,8 9 3,1 Total

5 Dari hasil analisis didapatkan bahwa umur balita yang paling banyak terdistribusi pada umur bulan yaitu sebanyak 53 balita (18,4%) dan paling sedikit berumur bulan yaitu sebanyak 9 balita (3,1%) Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi balita berdasarkan jenis kelaminnya yang dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Pendidikan Jumlah n % Laki-laki Perempuan ,4 48,6 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa sampel yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 148 balita (51,4%) dan perempuan sebanyak 140 balita (48,6%). Jadi dapat disimpulkan jumlah balita yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah balita yang berjenis kelamin perempuan Distribusi Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kejadian diare yang dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

6 Tabel 4.6 Distribusi Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kejadian Diare Jumlah n % Diare Tidak Diare ,8 39,2 Total Dari hasil analisis univariat didapatkan bahwa sampel yang menderita diare sebanyak 175 sampel (60,8%) dan sampel yang tidak menderita diare sebanyak 113 sampel (39,2%) Distribusi Sumber Air Bersih Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi sumber air bersih yang dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Distribusi Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Sumber Air Bersih Jumlah n % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat ,2 45,8 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 156 (54,2%) dan sumber air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 132 (45,8%).

7 4.2.8 Distribusi Kepemilikan Jamban Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi kepemilikan jamban yang dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini : Tabel 4.8 Distribusi Kepemilikan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kepemilikan Jamban Jumlah n % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat ,9 45,1 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat sebanyak 158 (54,9%) dan memiliki jamban yang memenuhi syarat sebanyak 130 (45,1%) Distribusi Tempat Pembuangan Sampah Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi tempat pembuangan sampah yang dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9 Distribusi Tempat Pembuangan Sampah di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Tempat Pembuangan Jumlah Sampah n % Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat ,1 38,9 Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat sebanyak 176 (61,1%) dan memiliki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat sebanyak 112 (38,9%).

8 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan distribusi tempat pembuangan sampah yang dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini : Tabel 4.10 Distribusi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Jumlah SPAL n % , ,0 Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total Dari hasil analisis didapatkan bahwa saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak memenuhi syarat sebanyak 193 (67,0%) dan memiliki SPAL yang memenuhi syarat sebanyak 95 (33,0%). 4.3 Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yang bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara faktor sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mongolato. Analisis hasil data secara statistik dilakukan dengan uji Chi Square, dengan menggunakan bantuan program SPSS. Diakatakan ada hubungan jika didapatkan nilai p value < 0, Hubungan Sumber Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini :

9 Sumber Air Bersih Tabel 4.11 Hubungan Sumber Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kejadian Diare Total Diare Tidak Diare n % n % n % Chi Square (χ 2 ) p value Phi (Ф) Tidak Memenuhi , , ,2 50,047 Syarat 0,000 Memenuhi Syarat 51 17, , ,8 0,417 Jumlah , , Dari hasil analisis hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang menggunakan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 124 responden (43,1%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 32 responden (11,1%). Sedangkan responden yang menggunakan sumber air bersih yang memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 51 responden (17,7%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 81 responden (28,1%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (50,047) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien phi (Ф) = 0,417, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian diterima dimana ada hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita, dengan kategori hubungan sedang Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.12 di bawah ini :

10 Kepemilikan Jamban Tabel 4.12 Hubungan Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kejadian Diare Total Diare Tidak Diare n % n % n % Chi Square (χ 2 ) p value Phi (Ф) Tidak Memenuhi , , ,9 19,040 Syarat 0,000 Memenuhi Syarat 61 21, , ,1 0,257 Jumlah , , Dari hasil analisis hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 114 responden (39,6%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 44 responden (15,3%). Sedangkan responden yang memiliki jamban yang memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 61 responden (21,2%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 69 responden (23,9%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (19,040) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien phi (Ф) = 0,257, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian diterima dimana ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita, dengan kategori hubungan lemah Hubungan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.13 di bawah ini :

11 Tabel 4.13 Hubungan Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Tempat Pembuangan Sampah Kejadian Diare Total Diare Tidak Diare n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat , , ,1 Memenuhi Syarat 55 19, , ,9 Jumlah , , Chi Square (χ 2 ) p value Phi (Ф) 10,445 0,002 0,190 Dari hasil analisis hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang memiliki tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 120 responden (41,7%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 56 responden (19,4%). Sedangkan responden yang memiliki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 55 responden (19,1%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 57 responden (19,7%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (10,445) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,002 (p < 0,05) dengan koefisien phi (Ф) = 0,190, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian diterima dimana ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita, dengan kategori hubungan lemah.

12 4.3.4 Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare pada Balita Hubungan antara sumber air bersih dengan kejadian diare pada balita disajikan pada tabel 4.14 di bawah ini : Tabel 4.14 Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kejadian Diare SPAL Diare Tidak Diare Total n % n % n % Tidak Memenuhi Syarat , , ,0 Memenuhi Syarat 34 11, , ,0 Jumlah , , Chi Square (χ 2 ) p value Phi (Ф) 37,087 0,000 0,359 Dari hasil analisis hubungan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang memiliki SPAL yang tidak memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 141 responden (49,0%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 52 responden (18,0%). Sedangkan responden yang memiliki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat dan anak balitanya terkena diare berjumlah 34 responden (11,8%), sementara yang tidak terkena diare berjumlah 61 responden (21,2%). Hasil analisa dengan menggunakan uji statistic Chi Square pada tabel diatas didapatkan χ 2 hitung (37,087) > χ 2 tabel (3,841) dan nilai p value = 0,000 (p < 0,05) dengan koefisien phi (Ф) = 0,359, maka dapat disimpulkan hipotesis

13 penelitian diterima dimana ada hubungan antara tempat pembuangan sampah dengan kejadian diare pada balita, dengan kategori hubungan sedang. 4.4 Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa balita yang paling rentang penyakit diare yaitu pada umur dua tahun ke atas dan sesuai hasil observasi di lapangan hal ini disebabkan karena kebiasaan anak balita yang bermain di mana saja termasuk di tanah dan lantai yang kotor sekalipun. Selain itu anak balita sering memasukkan benda apa saja yang ditemuinya ke dalam mulutnya yang tanpa di dasari bahwa kebiasaan buruk tersebut menjadi salah satu proses penularan penyakit diare pada balita dengan masukknya kuman E.coli. Berdasarkan tabel 4.3 ditunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar berprofesi sebagai URT yaitu sebanyak 249 responden (86,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua khususnya ibu yang mempunyai banyak waktu luang untuk mengurusi anak balitanya. Sedangkan untuk tingkat pendidikan responden seperti yang terlihat pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa masih banyak responden yang hanya berpendidikan SD yaitu sebanyak 152 responden (52,8%) dan ada pula yang tidak sampai tamat SD yaitu sebanyak 3 responden (1,0%). Hal itu terlihat bahwa masih rendahnya pendidikan responden. Menurut Setiyaningsi (2007), tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

14 tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penentu mortalitas anak, karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap pemahamannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2006). Berdasarkan analisis univariat distribusi kejadian di wilayah kerja Puskesmas Mongolato diperoleh balita yang menderita diare lebih banyak yaitu 175 balita (60,8%) dan yang tidak menderita diare sebanyak 113 balita (39,2%) Hubungan antara Sumber Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa sumber air bersih yang digunakan ada hubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mongolato. Dimana dari hasil penelitian masih banyak responden yang menggunakan air bersih yang tidak memenuhi syarat untuk kehidupan sehari-hari. Menurut Pratiwi (2011), air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Air bersih jika ketersediaan nya menurun akan mengakibatkan penyakit diare, di Indonesia diare merupakan penyebab kematian kedua terbesar bagi anak- anak dibawah umur lima tahun, Sebanyak 13 juta anakanak balita mengalami diare setiap tahun. Air yang terkontaminasi dan

15 pengetahuan yang kurang tentang budaya hidup bersih ditenggarai menjadi akar permasalahan ini Sementara itu 100 juta rakyat Indonesia tidak memiliki akses air bersih. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Muchtar (2011) tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Anggrek Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sumber air minum dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hasil penelitian lainnya yang mendukung yakni penelitian Bintoro (2010) tentang antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan perhitungan statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,009 dimana p 0,05, berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penggunaan sumber air dengan kejadian diare di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karangayar. Menurut asumsi peneliti bahwa sumber air bersih yang digunakan oleh responden masih tergolong rendah dilihat dari segi kesehatannya. masih banyak sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat memungkinkan untuk terjadinya kontaminasi dengan kuman patogen. Hal ini dapat berpengaruh pada kejadian diare pada balita. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan sebagian besar responden masih menggunakan air yang berasal dari sumur untuk keperluan sehari-hari yang konstruksi sarana yang tidak memenuhi syarat sehingga mudah tercemar. Sumber air bersih seperti sumur sebagian besar belum

16 memenuhi syarat dilihat dari jarak sumur dengan lubang kakus, lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah serta sumber-sumber pengotor lainnya. Ditemui masih banyak jarak sumur yang kurang dari 10 meter. Bahkan ditemukan bahwa masih ada responden yang mengambil air berasal dari sumur gali masih tanah saja belum memiliki cincin atau bibir sumur. Hal tersebut memungkinkan adanya kontaminasi kuman patogen, tinja atau kotoran ternak yang berkeliaran bebas sehingga menyebabkan terjadinya diare pada balita. Dari data tersebut juga didapatkan responden yang sumber air bersih tidak memenuhi syarat dan tidak diare, hal ini dikarenakan walaupun air yang dikonsumsi tidak memenuhi syarat penyediaan air bersih tetapi ada faktor lain yang ketika hal tersebut dapat dimaksimalkan akan mengurangi resiko diare, misalnya faktor sanitasi lingkungan yang lain. Disamping itu adapula sumber air bersih memenuhi syarat namun menyebabkan diare, asumsinya sama dengan sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat dan tidak menyebabkan diare. Yaitu selain faktor sumber air bersih terdapat faktor sanitasi lingkungan yang lain yang menjadi faktor resiko kejadian diare, misalnya kepemilikan jamban, tempat pembuangan sampah dan SPAL. Ketika hal tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi faktor resiko kejadian diare, demikian juga sebaliknya Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita Selain sumber air bersih, kepemilikan jamban juga merupakan sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa jamban yang dimiliki oleh responden ada hubungan dengan

17 kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Dimana dari hasil penelitian masih banyak responden yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat. Jamban keluarga adalah suatu yang dikenal dengan WC dimana digunakan untuk membuang kotoran manusia atau tinja dan urine bila mana pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pencernaan separti diare dan cholera. Menurut Notoatmodjo (2007:182) syarat pembuangan kotoran yang memenuhi syarat kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air tanah di sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, tidak menimbulkan bau, dan lain-lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Umiati (2009) tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali dengan hasil uji stastistik menunjukkan adanya hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 dimana nilai p = 0,018 (p<0,05). Hasil penelitian lainnya yang juga mendukung adalah hasil penelitian Muchtar (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Menurut asumsi peneliti, pengaruh kepemilikan jamban terhadap kejadian diare adalah pembuangan tinja manusia yang tidak maksimal atau disembarang tempat sehingga dapat mencemari keberadaan sumber air minum. Selain itu dapat

18 mencemari tanah yang kemudian dapat dijangkau oleh serangga seperti lalat dan kecoa yang menyebarkan bakteri dan masuk ke dalam tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan terjadinya diare. Penempatan jamban kemungkinan dapat mengurangi terjadinya kontaminasi air tanah yang akan masuk ke dalam sumur dan terjadinya pencemaran terhadap sumber air dapat diminimalisasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan bahwa masih banyak responden yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat, disamping itu juga masih banyak masyarakat yang tidak memiliki jamban sehingga untuk buang air besar mereka melakukannya di sungai, kebun, atau jamban tetangga. Bila dilihat dari perilaku ibu, masih ada sebagian ibu yang tidak membuang tinja balita di pekarangan rumah, kebun atau ke sungai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat khususnya ibu balita untuk membuang tinja tidak disembarang tempat. Mereka beranggapan bahwa membangun jamban bukanlah prioritas yang utama, sehingga banyak yang membuang tinjanya di sungai atu kebun saja. Pembuangan tinja yang tidak dilakukan dijamban tertutup selanjutnya menjadi sumber penularan terjadinya penyakit diare dan juga berdampak pada kesehatan lingkungan. Dari hasil penelitian ada juga responden yang memiliki jamban yang tidak memenuhi syarat namun tidak menyebabkan diare, hal tersebutkan dikarenakan adanya faktor lain yang dapat dimaksimalkan akan mengurangi resiko kejadian diare. Sebaliknya responden yang memiliki jamban kelurga memenuhi syarat namun menyebabkan diare juga terjadi, hal tersebut juga membuktikan bahwa ada

19 faktor lain yang menyebabakan diare selain pemanfaatan jamban keluarga, misalnya air bersih, sampah dan air limbah Hubungan antara Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa tempat pembuangan sampah yang digunakan ada hubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mongolato. Di mana dari hasil penelitian masih banyak responden yang tidak memiliki tempat sampah dan membuang sampah di sembarang tempat. Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan metode tertentu dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Terkait permasalahan sampah ini harus diperhatikan keberadaan vektor lalat. Vektor adalah salah satu mata rantai dari penularan penyakit. Lalat merupakan salah satu vektor penyakit terutama penyakit saluran pencernaan seperti thypus perut, kolera, diare dan disentri. Sampah yang mudah membusuk merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan bahan organik yang membusuk, baunya merangsang lalat untuk datang mengerumuni, karena bahan bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka (Arifin, 2011). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Muchtar (2011) tentang hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Anggrek Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo

20 Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tempat sampah dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Menurut asumsi peneliti, tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat menyebabkan lebih banyak diare karena sampah yang tidak diolah atau dibuang sembarangan dapat menjadi tempat yang baik bagi perkembangbiakan serangga dan mikroorganisme, serangga sebagai pembawa mikroorganisme patogen dapat menyebarkan mikroorganisme kemana- mana sehingga menjadi resiko kejadian diare. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan sebagian besar responden tidak memiliki tempat sampah dan banyak hanya membuang sampah di sembarang tempat, seperti di sekitar rumah dan di sungai. Banyak sampah yang hanya ditumpuk di sekitar rumah mereka dan tidak segera dibuang atau dibakar Hal tersebut menyebabkan banyak serangga atau mikroorganisme patogen seperti lalat dan kecoa yang berkembiang biak di kerumunan sampah tersebut, sehingga dapat memungkinkan terjadinya penularan penyakit diare dan berdampak pada kesehatan lingkungan lainnya. Dari hasil yang ada sebagian responden yang memiliki tempat pembuangan sampah memenuhi syarat namun menyebabkan, hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kejadian suatu penyakit, misalnya diare terjadi bukan karena satu faktor akan tetapi ada faktor lain yang turut menjadi resiko terjadinya diare. Tempat pembuangan yang memenuhi syarat bukanlah jaminan untuk tidak terjadinya diare, namun faktor lain juga berpengaruh. Ada pula sebagian responden yang tempat pembuangan sampah tidak memenuhi syarat

21 namun tidak menyebabkan diare juga terdapat pada penelitian ini, asumsinya sama yaitu meskipun tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat namun ketika faktor sanitasi lingkungan yang lain maksimal akan mengurangi resiko kejadian diare Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dengan Kejadian Diare pada Balita Faktor sanitasi lingkungan yang terakhir yang dapat menyebabkan kejadian diare, yaitu saluran pembuangan air limbah (SPAL). Hasil analisis data statistik menunjukkan bahwa saluran pembuangan air limbah (SPAL) yang digunakan ada hubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Mongolato. Dimana dari hasil penelitian masih banyak responden yang belum memiliki SPAL dan ada yang memiliki tapi belum memenuhi syarat. Air limbah merupakan air kotor yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia. Air limbah yang dimaksud adalah air buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci dan lain-lain yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen dapat menyebabkan penyakit (Herawati, 2012). Sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga dan industri pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan, sehingga zat yang terkandung di dalam air limbah terlebih dahulu perlu dibersihkan agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan, antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit

22 terutama kolera, diare, typus, media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen dan tempat berkembangbiaknya nyamuk (Notoatmodjo, 2003). Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bintoro (2010) tentang antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,026 dimana p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara saluran pembuangan air limbah (SPAL) dengan kejadian diare di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karangayar. Menurut asumsi peneliti bahwa pengaruh masih banyak saluran pengelolaan air limbah terhadap diare terjadi karena air limbah atau air kotor yang dibuang begitu saja tanpa pengelolaan yang baik akan menjadi tempat yang baik sebagai tempat berkembangbiaknya vektor pembawa bakteri yang menyebabkan diare sehingga menimbulkan bahaya kontaminasi bagi masyarakat yang mempergunakan air permukaan untuk keperluan sehari- hari. Berdasarkan hasil penelitian, wawancara dan observasi langsung di lapangan sebagian besar responden yang belum memiliki SPAL, mereka sebagian besar hanya membuang air limbah di sembarang tempat seperti di sekitar rumah dan di kali/sungai. Ditemukan ada sebagian yang memiliki SPAL tapi tidak memenuhi syarat yaitu salurannya hanya berupa galian tanah sehingga air limbah tidak mengalir dengan lancar dan dapat mengotori permukaan tanah, mencemari sumber air serta menimbulkan bau. Hal tersebut berdampak pada pencemaran lingkungan dan menyebabkan terjadinya penyakit berbasis lingkungan seperti

23 diare karena adanya lalat dan serangga lainnya yang berkembang biak di saluran pembuangan air limbah tersebut. Dari hasil penelitian juga mendapatkan bahwa ada juga responden yang memiliki SPAL tidak memenuhi syarat namun tidak menyebabkan diare, menurut analisa peneliti hal tersebut karena SPAL yang tidak memenuhi syarat jika diimbangi dengan maksimalnya faktor sanitasi yang lain, misalnya air bersih, pengelolaan sampah yang maksimal akan menurunkan resiko kejadian diare. Namun sebaliknya responden yang meskipun memiliki SPAL yang memenuhi syarat juga dapat menyebabkan diare sebagaimana yang terjadi pada penelitian ini, hal tersebut karena ketidak mampuan memaksimalkan faktor resiko yang lain yang juga dapat menyebabkan kejadian diare, misalnya air bersih dan pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan pula responden yang memiliki anak balita yang menderita diare tetapi sarana sanitasi lingkungannya semua memenuhi syarat. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor perilaku dan pengetahuan dari ibu balita yang kurang baik seperti masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah bermain, orang tua juga membiarkan anaknya membeli makanan jajanan terbuka. Penularan kuman diare biasanya melalui makanan, gelas piring atau sendok yang tidak bersih atau sudah tertular kuman. Pengetahuan ibu merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian, karena pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap terjadinya kejadian diare pada anak balita.

24 Selain itu, ditemukan pula responden yang memiliki anak balita yang tidak diare tetapi semua sarana sanitasi lingkungannya tidak memenuhi syarat. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa sanitasi lingkungan yang jelek dapat meyebabkan diare pada balita. Penyebabnya mungkin karena daya tahan tubuh balita yang baik dalam mencegah kumah penyebab diare masuk ke dalam tubuhnya dan mungkin pula mereka sudah terbiasa dengan keadaan lingkungan yang seperti itu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Summary Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Merliyanti Ismail 811 409 043 Jurusan kesehatan masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga HUBUNGAN SARANA PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN JENIS JAMBAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PILOLODAA KECAMATAN KOTA BARAT KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Septian Bumulo

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah kesehatan masyarakat Indonesia,baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun angka kematiannya. Angka

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI Ani Murtiana 1, Ari Setiyajati 2, Ahmad Syamsul Bahri 3 Latar Belakang : Penyakit diare sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini di laksanakan pada 28 April sampai 5 Mei 2013 di Desa Tabumela. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran Sanitasi Lingkungan wilayah pesisir danau Limboto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, dengan Luas wilayah 17,9 KM². Kelurahan Buol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Heriyani Hasnawi 811408035 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi 1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Talumopatu merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Mootilango, kabupaten Gorontalo mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini berisi hasil dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama dua minggu mulai tanggal 21 Mey sampai dengan 4 Juni 2013,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

Lampiran 1. I. Data Responden

Lampiran 1. I. Data Responden Lampiran 1 KUESIONER HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 I.

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI Enda Silvia Putri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar, Meulaboh Email: endasilvia@utu.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu J Kesehat Lingkung Indones Vol.4 No.2 Oktober 2005 Analisis Sarana Dasar Kesehatan Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR Correlation between Basic Home Sanitation and Housewives Behavior with Diarrhea

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Bukit Tingki merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Popayato dengan luas wilayah 5.250 Ha,

Lebih terperinci

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015 Mahmudah FKM Uniska, Banjarmasin, Kalimantan Selatan E-mail: mahmudah936@gmail.com Abstrak Latar belakang: Diare

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo, dan memiliki batas-batas administrasi sebagai berikut : 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Demografi Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Kecamatan ini terletak disebelah timur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia hingga saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan makin meningkatnya angka kesakitan diare

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula.1

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016 Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEURAXA TAHUN 2016 Meri Lidiawati Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Global Mongolato Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di Kabupaten Gorontalo,

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN PEMBUANGAN SAMPAH TERHADAP KEJADIAN DIARE DI DESA TANJUNG ANUM KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN

PENGARUH KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN PEMBUANGAN SAMPAH TERHADAP KEJADIAN DIARE DI DESA TANJUNG ANUM KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 10/07 (2017), 09-15 PENGARUH KUALITAS AIR SUMUR GALI DAN PEMBUANGAN SAMPAH TERHADAP KEJADIAN DIARE DI DESA TANJUNG ANUM KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil serta merata (Depkes RI, 2009). Masalah penyehatan lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud

Lebih terperinci

Oleh : Suharno ABSTRAK

Oleh : Suharno ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI DENGAN KETERSEDIAAN JAMBAN KELUARGA DI DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suharno ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Visi pembangunan kesehatan yaitu hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat diantaranya memiliki kemampuan hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan sekolah merupakan syarat sekolah sehat. Upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010 No. Responden : IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Tubuh manusia sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian dapat digambarkan bahwa keadaan lokasi penelitian sebagai berikut: 4.1.1Gambaran Umum a. Keadaan Geografi Puskesmas Telaga Biru adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah mempunyai peran yang penting bagi kehidupan dan penghidupan rakyat Indonesia, karena fungsinya sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, seperti memasak,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah, Higiene Perorangan dan Karakteristik Orangtua dengan Kejadian

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Kuesioner Penelitian PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI INTERVENSI DAN TIDAK DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN GUMAI TALANG

Lebih terperinci

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan : Lampiran 1 Observasi dan kusioner penelitian HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DIARE SERTA KUALITAS AIR SUNGAI PADA PENGGUNA AIR SUNGAI DELI DI KELURAHAN SUKARAJA KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. Oleh : Novrianti Kaharu Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu penyakit yang berbasis pada

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran I No Responden : KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RENDAHNYA KEPEMILIKAN JAMBAN KELUARGA DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA SEI MUSAM KENDIT KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab

Lebih terperinci

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan BAB 5 : PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat 5.1.1 Kejadian Diare pada Balita Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden (59,1%) mengalami kejadian diare. Beberapa penelitian terdahulu

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008

KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 IDENTITAS RESPONDEN 1. Umur Responden : a). < 20 tahun b).

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG Volume 1, Nomor 2, Tahun 212, Halaman 147-153 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG * ) Alumnus FKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN ABSTRAK Mery Aferdina Kosat, S.M.J Koamesah, Kresnawati W. Setiono

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei penjelasan atau explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pekerjaan, pendidikan,

Lebih terperinci

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH Dalam tiga bulan terakhir penyakit infeksi diare dan typhus mendominasi angka kesakitan pada rekapitulasi klaim PT. Asuransi ReLiance Indonesia. Diare dan

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor penyebab kontaminasi makanan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Lampiran 1 INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Nama Lokasi : Diperiksa Tanggal : Alamat : No. Sasaran Jenis Pemeriksaan 1. Halaman Bersih/tidak ada sampah berserakan Ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare sampai saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/bulan. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN Oleh: Mulia Susanti dan Ika Nurasih Akademi Analis Kesehatan Pekalongan, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tak akan ada kehidupan termasuk manusia. Kebutuhan air

Lebih terperinci

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang FAKTOR INDIVIDU DAN KEADAAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI RT 01 RW 09 KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG Zainul Ikhwan 1) 1) Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena masyarakat yang berada di daerah pedesaan, terutama yang dilalui sungai masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai, pekarangan

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Limboto Barat Barat Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni 2012. 3.2 Desain Penelitian

Lebih terperinci

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan derajat kesehatan

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare 9) 1. Definisi Diare Secara operasional, didefinisikan bahwa diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan tercermin dari kualitas lingkungan dan rumah yang dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek berikut: jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: ) HUBUNGAN KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN DAN BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Alifia Nugrahani Sidhi, Mursid Raharjo, Nikie

Lebih terperinci

STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR STUDI SANITASI DASAR PADA PENDERITA DIARE DI PULAU KODINGARENG KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR Study of Based Sanitation Diarrhea Sufferers in Kodingareng Island Ujung Tanah Distric Makassar City Andriyani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan 68 Lampiran Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas 2007 No Kode Quesioner Pertanyaan Karakteristik Keluarga. RKD07.RT Blok I No.5 Klasifikasi desa/ kelurahan. Perkotaan 2. Pedesaan 2.

Lebih terperinci