JGK-vol.7, no
|
|
- Indra Lesmana
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Gambaran Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata di Wilayah Kerja Puskesmas Candiroto Temanggung Laily Anggraeni, Yuliaji Siswanto, Luvi Dian A Luvyankghra@yahoo.com Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Upaya Departemen Kesehatan RI mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga. Namun kenyataannya satu Desa Siaga di wilayah kerja Puskesmas Candiroto masih mencapai Desa Siaga berstrata Pratama. Salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto, Temanggung. Desain penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah Anggota FKD di wilayah kerja Puskesmas Candiroto dengan teknik Total Sampling sehingga didapatkan 40 Anggota FKD Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri dengan masing-masing 15 pertanyaan setiap Strata. Analisa data menggunakan analisa Univariat. Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto Temanggung yaitu pengetahuan anggota FKD pada desa pratama dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 8 responden (80,0%). Pengetahuan anggota FKD pada desa madya dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%). Pengetahuan anggota FKD pada desa purnama dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%). Pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa mandiri dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Hasil penelitian ini diperoleh pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga berdasarkan Strata di wilayah kerja Puskesmas Candiroto Temanggung yaitu desa pratama kategori kurang, yaitu sejumlah 8 responden (80,0%), desa madya dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 responden (50,0%), desa purnama kategori cukup, yaitu sejumlah 5 responden(50,0%),desa mandiri dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Kata Kunci : Anggota FKD,Desa Siaga Jurnal Gizi dan Kesehatan 104
2 PENDAHULUAN Pembangunan Kesehatan tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs pertama, menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, kedua, mencapai pendidikan dasar untuk semua, Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, keempat, menurunkan angka kematian anak, kelima, meningkatkan kesehatan Ibu, keenam, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, ketujuh, memastikan kelestarian lingkungan hidup, kedelapan, membangun kemitraan global untuk pembangunan. Lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. 1 Upaya Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan desa siaga. 2 Tujuan Desa dan Kelurahan Siaga aktif yaitu percepatan terwujudnya masyarakat desa dan kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu mengenal, mencegah, serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. 3 Sejak dikembangkannya Desa atau Kelurahan Siaga pada Tahun 2006, sampai pada tahun 2009 telah terbentuk (56,1%) dari Desa dan Kelurahan se- Indonesia. Namun demikian, belum semua Desa dan Kelurahan Siaga mencapai kondisi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sesungguhnya. Atas pertimbangan tersebut diatas, perlu melaksanakan pengembangan Desa atau kelurahan Siaga guna mengakselerasi pencapaian target 80% Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun Desa atau Kelurahan Siaga Aktif merupakan desa atau kelurahan, yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan program berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan hal tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 4 Cakupan Desa Siaga aktif di Jawa Tengah Tahun 2012 dan 2013 adalah (100%). Cakupan Strata Desa Siaga diwilayah Kabupaten Temanggung pada Tahun 2012 dan 2013 sama, tidak mengalami kenaikan untuk Strata Pratama (41%), Strata Madya (38%), Strata Purnama (16%), Strata Madya (5%). Cakupan Desa Siaga di Temanggung Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung tahun 2013 (100%) dari 14 Desa semuanya sudah menjadi desa siaga, untuk Strata Pratama (1 desa), Strata Madya (9 desa), Strata Purnama (3 desa), Strata Purnama (1 desa). 5 Salah satu langkah pokok yang dilakukan dalam program Desa Siaga yaitu Jurnal Gizi dan Kesehatan 105
3 pengembangan tim masyarakat, ini bertujuan untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Tokoh masyarakat ini bertujuan agar mereka memahami dan mendukung khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. 6 Kriteria yang ada untuk menjamin kemantapan dan kelestarian pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang harus dipenuhi, yaitu pertama, kepedulian pemerintah desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan, kedua, Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, ketiga peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 4 Pengembangan desa siaga yang dinamakan Forum kesehatan desa (FKD) merupakan wadah partisipasi dan lembaga kemasyarakatan bagi masyarakat dalam mengembangkan pembangunan kesehatan di tingkat desa atau kelurahan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan di desa. FKD juga berfungsi untuk pemberdayaan di bidang kesehatan dalam alih informasi, pengetahuan, dan keterampilan dari pengurus FKD kepada warga masyarakat. 7 Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan tingkat Keberhasilan dan kemantapan seseorang dalam memutuskan suatu hal, seperti hal nya dalam pengembangan Desa Siaga, Tingkatan Desa Siaga ke Strata yang lebih tinggi tidak lepas dari indikator kriteria dan unsur-unsur berbagai pihak termasuk Anggota FKD, dimana dalam pengembangan Desa Siaga pengetahuan Anggota FKD menjadikan landasan untuk merencanakan, menetapkan, koordinasi dan penggerak kegiatan serta monitoring evaluasi pembangunan kesehatan didesa. Dalam pelaksanaan Program Desa Siaga tersebut,pentingnya pengetahuan bagi Anggota FKD menjadi salah satu pengaruh keberhasilan pengembangan Desa Siaga. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Desa desa Muntung, Kentengsari, Muneng, Lempuyang pada Mei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Anggota FKD di desa Muntung, Kentengsari, Muneng, Lempuyang sebanyak 40 responden. Teknik sampling yang digunakan ialah Total sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu semua Anggota FKD sebanyak 40 responden. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan membagikan kuesioner pada Anggota FKD sejumlah 40 responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain dan data sudah ada yaitu data jumlah Anggota FKD masing-masing desa. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan distribusi frekuensi. Jurnal Gizi dan Kesehatan 106
4 HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata di Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung Sub Variabel Jumlah (%) Desa Siaga Pratama Baik 0 0,0 Cukup 2 20,0 Kurang 8 80,0 Desa Siaga Madya Baik Cukup Kurang Desa Siaga Purnama Baik Cukup Kurang Desa Siaga Mandiri Baik Cukup Kurang ,0 20,0 50,0 30,0 50,0 20,0 70,0 30,0 0,0 Total ,0 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa pratama sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 8 orang (80,0%), pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa madya lebih banyak dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 5 orang (50,0%), pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa purnama lebih banyak dalam kategori cukup, yaitu sejumlah 5 orang (50,0%), dan pengetahuan anggota FKD tentang desa siaga pada desa mandiri lebih banyak dalam kategori baik, yaitu sejumlah 7 orang (70,0%). Grafik 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perbedaan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri di Wilayah Puskesmas Candiroto Temanggung, 2014 Berdasarkan bagan 4.1 dapat dilihat bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%). PEMBAHASAN 1. Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Pratama Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 8 responden (80%), Hal ini dikarenakan banyak responden yang belum mengetahui tentang arti Desa Siaga (70%) Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan Desa Siaga (90%) Tujuan umum Desa Siaga yaitu Mengembangkan kepedulian dan kesiap siagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan Jurnal Gizi dan Kesehatan 107
5 Desa Siaga yang Tanggap, Sehat, Peduli. Pelaksanaan Desa Siaga (80%) Kriteria untuk sebuah desa dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memili sekurang-kurangnya sebuah PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakn kegiatan.prinsip pengembangan Desa siaga (70%) Prinsip respons segera begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes dan RSUD) (Dinkes Prov Jateng,2008). Penentuan strata desa siaga dalam strata pratama pencapaian rumah tangga sehat (80%) Pencapaian rumah tangga sehat (strata utama dan paripurna) kurang dari 20%. Kurangnya pengetahuan responden tentang Desa Siaga kemungkinan dipengaruhi oleh kurang aktifnya mencari tahu dan kurang aktif dalam mengikuti penyuluhan pendidikan promosi kesehatan tentang Desa Siaga yang diberikan kepada Anggota FKD, karena informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan belum cukup jelas, sehingga responden berpengetahuan kurang tentang Desa Siaga. Dilihat dari hasil penelitian pengetahuan responden yang kurang tentang Desa Siaga kemungkinan dipengaruhi oleh Pendidikan yaitu sebanyak 5 responden berpendidikan SMP (62,5%) sebagian besar responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah, mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin berkurang pula pengetahuan yang dimilikinya sehingga kurangnya informasi dan pemahaman tentang Desa Siaga,semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuannya akan semakin baik. 8 Dilihat dari Pekerjaan Sebagian besar responden bekerja sebagai Petani, sebanyak 4 Responden (40%), ini kemungkinan dikarenakan sebagian besar waktu untuk bekerja dan tidak sempat untuk mencari tahu dan memahami tentang Desa Siaga, responden yang bekerja dapat lebih memanfaatkan lingkungan pekerjaan untuk digunakan sebagai sarana informasi yaitu dengan bertukar pikiran Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Madya Dilihat hasil penelitian kategori kurang 5 responden (50%). Hal ini disebabkan karena responden kurang mengetahui tentang Pengertian Desa Siaga (60%) Desa Siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tujuan desa siaga (50%) Tujuan umum Desa Siaga yaitu Mengembangkan kepedulian dan kesiap siagaan masyarakat desa dalam mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri untuk mewujudkan Desa Siaga yang Tanggap, Sehat, Peduli. Pelaksanaan desa siaga (80%) Kriteria untuk sebuah desa dikembangkan menjadi desa siaga, apabila desa tersebut telah memili sekurangkurangnya sebuah PKD atau tenaga profesional kesehatan yang siap melaksanakn kegiatan. Prinsip desa siaga (50%) Prinsip respons segera begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes dan RSUD). Banyaknya responden yang memiliki pengetahuan kurang kemungkinan disebabkan karena pendidikan menengah SMP sebanyak 4 responden (80%), mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, hal ini dikarenakan semakin rendah tingkat pendidikan, maka semakin kurang pula pengetahuan yang dimilikinya, pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal salah satunya yaitu sumber informasi. 10 Hal ini sependapat dengan Y.B Mantra yaitu pendidikan dapat mempengaruhi Jurnal Gizi dan Kesehatan 108
6 seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Mariner yaitu lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengetahuannya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 11 Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. 12 Dilihat dari hasil penelitian sebagian besar memiliki pekerjaan Buruh dan petani yaitu 4 responden (80%) ini kemungkinan karena pekerjaan mereka yang menghabiskan banyak waktu sehingga mereka belum sempat untuk lebih memahami dan mengetahui tentang desa siaga. bahwa pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan. Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu seperti TV, televisi, radio, internet. Sumber informasi dari media cetak yaitu majalah, koran, tabloid Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Purnama Dilihat dari hasil penelitian menunjukkan responden dalam kategori kurang 2 responden (20%). Hal ini disebabkan responden belum mengetahui tentang Penentuan strata desa siaga (50%) bahwa FKD dalam desa siaga Purnama minimal rapat 1 tahun 3 kali dan Pencapaian rumah tangga sehat pada desa siaga purnama (30-40%). Penentuan strata harus dipertanggung jawabkan termasuk Objektif dan jujur (50%) Obyektif dan jujur, dengan pengertian bahwa hasil dari penentuan strata desa/kelurahan siaga yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi maupun secara moral. Dilihat dari hasil penelitian responden sebagian besar memiliki pendidikan menengah yang kurang yaitu SMP sebanyak 2 responden (100%). Pendidikan penting karena pendidikan dipengaruhi oleh pola pikir seseorang tentang sesuatu yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. 10 Dilihat dari hasil penelitian responden sebagian besar bekerja sebagai Buruh sebanyak 2 responden (100%) ini karena responden tidak mencari informasi dari media elektronik atau buku sehingga pengetahuan yang di dapat kurang karena terlalu sibuk dengan bekerja, bahwa pekerjaan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan Gambaran Pengetahuan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Mandiri Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan baik sebanyak 7 responden (70%). Hal ini dikarenakan responden sudah mengetahui tentang Pengertian desa siaga yaitu desa yang memiliki kesiap siagaan segera (90%), dan dapat mengatasi masalah kesehatan secara mandiri (80%).Tujuan desa siaga terwujudnya masyarakat yang Tanggap, Sehat, Peduli (80%). Pelaksanaan dalam desa siaga memiliki bentuk kegiatan upaya kesehatan kecuali ambulan desa (90%). Prinsip pengembangan desa siaga mengandung arti Siap Siaga (90%). Komponen dalam desa siaga PKD, FKD, Gotong royong (90%). Penentuan strata desa Siaga FKD minimal rapat 1 tahun 12 kali (80%), dalam pencapaian rumah tangga sehat >40% (80%), memiliki kader minimal 9-10 orang (80%), penentuan ini dapat dipertanggungjawabkan termasuk Objektif dan jujur (80%), bentuk pembiayaan kesehatan dimasyarakat kecuali Ambulan desa dan donor darah (90%). Jurnal Gizi dan Kesehatan 109
7 Dilihat dari hasil diatas sebagian Besar Responden berpengetahuan Baik. Hal ini dikarenakan sumber informasi yang didapatkan responden lebih banyak dan responden juga sudah cukup jelas dengan penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, sehingga pengetahuan yang diterima lebih bisa dipahami serta dimengerti oleh responden. Responden yang berpengetahuan Baik sebagian besar Anggota FKD berpendidikan SMA sebanyak 8 responden (80%). Dilihat dari tingkat Pendidikan Anggota FKD menengah keatas juga dapat mempengaruhi pengetahuan responden. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 10 Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. 12 Dilihat dari hasil penelitian sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta yang bekerja akan mudah menerima informasi karena adanya saling bertukar informasi saat bekerja sehingga pengetahuan yang di dapat cukup baik, bahwa bekerja akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Pekerjaan akan mempermudah seseorang dalam memperoleh pengetahuan dari interaksi rekan-rekan yang berada pada tempat kerjanya Gambaran Perbedaan FKD tentang Desa Siaga Berdasarkan Strata Pratama, Madya Purnama, Mandiri Dilihat dari hasil penelitian Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri yaitu bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%). SIMPULAN 1. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama yaitu kategori Baik 0 responden (0%), kategori Cukup 2 responden (20%), kategori Kurang 8 responden (80%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Pratama sebagian besar berpengetahuan Kurang sebanyak 8 responden (80%) 2. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Madya yaitu kategori Baik 3 responden (30%), kategori Cukup 2 responden (20%), kategori Kurang 5 responden (50%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Madya sebagian besar berpengetahuan Kurang sebanyak 5 responden (50%) 3. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Purnama yaitu kategori Baik 3 responden (30%), kategori Cukup 5 responden (50%), kategori Kurang 2 responden (20%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Purnama sebagian besar berpengetahuan Cukup sebanyak 5 responden (50%) 4. Pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Mandiri yaitu kategori Baik 7 responden (70%), kategori Cukup 3 responden (30,0%), kategori Kurang 0 responden (0%). Dengan demikian pengetahuan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Desa Siaga Strata Pratama sebagian besar berpengetahuan Baik sebanyak 7 responden (70%) 5. Perbedaan Anggota FKD tentang Desa Siaga pada Strata Pratama, Madya, Purnama, Mandiri yaitu bahwa desa siaga dalam kategori baik yaitu Desa Siaga Strata Mandiri yaitu sebanyak 7 Jurnal Gizi dan Kesehatan 110
8 responden (70%). Desa siaga dalam kategori cukup yaitu Desa Siaga Strata Purnama yaitu sebanyak 5 responden (50%) dan desa siaga dalam kategori kurang yaitu Desa Siaga Strata Pratama sebanyak 8 responden (80%), DAFTAR PUSTAKA 1. DepKes, RI Pengembangan Desa Siaga Dan Keluarga Siaga Aktif. Semarang : DepKes RI 2. DepKes, RI Buku Paket Pelatihan Kader Kesehatan dan tokoh Masyarakat dalam Pengembangan Desa Siga. Semarang : DepKes RI 3. DepKes, RI Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Semarang: DepKes RI 4. DepKes, RI Pedoman Pelaksanaan strata Desa/ Kelurahan Siaga Aktif Propinsi Jawa Tengah. Semarang : DepKes RI 5. DinKes Jateng Kesehatan Jawa Tengah Mei Lisnawati, lilis Buku Praktis Kebidanan Komunitas. Jakarta; Trans Info Media 7. DepKes, RI Pengembangan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif. Semarang : DepKes RI 8. Notoadmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 9. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 10. Notoatmodjo Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta 11. Prawirohardjo Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP. P: 111, 114, Mubarak, Wahit Iqbal, dkk, (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jurnal Gizi dan Kesehatan 111
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 Hj. Norlena 1, Vonny Khresna Dewi 2, Suhrawardi 3 ABSTRAK Program pengembangan Desa
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014 Suhrawardi 1, Vonny Khresna Dewi 2, Hj. Norlena 3 123 Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Dalam Buku Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (2014) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diartikan sebagai bentuk pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan yang penduduknya
Lebih terperinciGAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih
GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih PENDAHULUAN Kelas Ibu Hamil merupakan sarana belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehatadalah hak azazi manusia, hal ini tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dimana Negara berkewajiban melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF. Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF Dinas Kesehatan Kab. Klungkung Bidang Kesmas MASALAH KESEHATAN di BALI Unfinished agenda : DBD, Diare, dll Emerging disease : PTM (Diabetes, Kanker,
Lebih terperinci: Pengetahuan dan Motivasi, Stakeholders, Desa Siaga
PENGETAHUAN DAN MOTIVASI STAKEHOLDERS TENTANG DESA SIAGA DI DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Yulita Nur Farida 1), Emi Sutrisminah 2) Abstrak : Desa Siaga merupakan salah satu strategi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU Titiek Idayanti Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : tik.nurul@gmail.com ABSTRAK Seorang
Lebih terperinciPERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA
PERSEPSI KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGEMBANGAN DESA SIAGA DI DESA NGEMPLAK KECAMATAN KARTASURA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : ANIS SARI LISTIANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan pembangunan sebagai respons atas permasalahan global yang akan dicapai pada 2015. Delapan tujuan tersebut antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
PETUNJUK TEKNIS PENGHITUNGAN BIAYA PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF i ii KATA PENGANTAR Desa dan merupakan salah satu indikator dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2007 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN RW SIAGA KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya
Lebih terperinciHubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu Ainy M. Pakasi 1, Berthina H. Korah 2, Henry S. Imbar 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado 2. Jurusan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Strategi Pembangunan Kesehatan tahun adalah meningkatkan derajat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu misi pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan tahun 2010-2014 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
Lebih terperinciPERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008
PERAN KADER DALAM PENINGKATAN STRATA PELAYANAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN 2008 Asep Taryana, Tri Sulastri, Sunaryo ABSTRAK Posyandu sebagai salah satu bentuk upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama
Lebih terperinciWALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN
WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK
GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK Latar Belakang: Berdasarkan Survey Kesehatan Daerah tahun 2006, AKI di provinsi Jawa Tengah sebesar 101/100000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kader kesehatan telah menyita perhatian dalam beberapa tahun terakhir ini, karena banyak program kesehatan dunia menekankan potensi kader kesehatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BAYI TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DI KELURAHAN TIPAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIPAR KOTA SUKABUMI Nuur Octascriptiriani Rosdianto ABSTRAK
Lebih terperinciBUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF
Seri Desa Siaga Aktif MENUJU MASYARAKAT BER-PHBS di Desa Membangun menuju Desa Peradaban BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Kesehatan 2010 Gerakan Sadar PHBS cara murah
Lebih terperinciPENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN
PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN Endang Wahyuningsih, Sri Handayani ABSTRAK Latar Belakang Penelitian,
Lebih terperinciKerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat
Kerangka Acuan Program Pemberdayaan Masyarakat A. Pendahuluan Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat karena yang berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA Oleh M. Kusumastuty 1, O. Cahyaningsih 2, D.M. Sanjaya 3 1 Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama 189 negara
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Resha Cahyanti 201510104386 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. MAKMUR. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025 adalah INDONESIA
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Tika Febriyani*, Ahmad Syahlani 1, Agus Muliyawan 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS A. PENDAHULUAN Desa siaga kesehatan adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN Oleh MAHARDIKA CAHYANINGRUM NIM: 030113a050 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangun
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 50
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POSYANDU DENGAN KETERATURAN IBU MENGUNJUNGI POSYANDU DI DESA CIBEBER RW 14 PUSKESMAS CIBEBER CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Indria Astuti dan Rivqoh Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK
Lebih terperinciPendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa
Pendekatan Kemasyarakatan Bidang Kesehatan di Desa Heri Muchdiyono, dr, MKes Derajad Kesehatan. Status kesehatan masyarakat memiliki beberapa faktor pengaruh yaitu faktor perilaku masyarakat, faktor lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan: 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan 2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kewajiban Keikutsertaan Masyarakat di Bidang Kesehatan 3. Masih tingginya
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU
TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU Pandeirot *, Safitri Rossita* *AKPER William Booth Surabaya, Jln. Cimanuk No. 20, Telp. (031)
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Erwin Silitonga Dosen Akbid Dewi Maya Medan ABSTRAK Keluarga disebut Sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Nila Eriza Sativa 1610104275 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016 Rickah Liva Yulianti Akademi Kebidanan Manna Abstrak:
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif masyarakat dalam bentuk
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG
Menimbang PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan seperti masalah yang tanpa ujung pangkal. Barangkali, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan masalah kemiskinan adalah mati satu tumbuh seribu. Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih diarahkan pada upaya menurunkan
Lebih terperinciGLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem
Lebih terperinciKata Kunci : Pengetahuan, Perawatan, Demam Berdarah Dengue
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN DBD (DEMAM BERDARAH DENGUE) DI KELURAHAN PULUBALA KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Fadlun Lapaleo. 841409036. Skripsi, Program Studi Keperawatan, Fakultas
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu
BAB V PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi hasil analisis univariat yaitu pengetahuan ibu nifas terhadap senam nifas dengan praktik senam nifas. Analisis bivariat yaitu hubungan antara pengetahuan
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN
GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN 2014 1 Sondang, 2* Hardiana 1,2 STIKes Prima Jambi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
Lebih terperinciSri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK
EFEKTIVITAS PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN P4K PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS KARANGNONGKO KLATEN Sri Wahyuni,
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA KELAS IBU HAMIL TAHUN 2013
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA KELAS IBU HAMIL TAHUN 2013 Umi Baroroh 1 Tias Dwi Arti 2 Tri Hestini 3 Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram
Lebih terperincid. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota
14. Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin a. Pengertian 1) Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi diagnosa pengobatan rehabilitasi
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DI DESA PAGEDANGAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DI DESA PAGEDANGAN Nurani Dewi 1, Edy Sucipto 2, Istichomah 3 D III Kebidanan Politeknik Harapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut dikategorikan
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembukaan UUD 1945, mencantumkan tujuan nasional bangsa Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
Lebih terperinciHUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan
HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA Retno Setyo Iswati Tenaga Pengajar Prodi DIII Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana
Lebih terperinciOleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan
Lebih terperinciVolume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Visi pembangunan nasional tahun sebagaimana dalam Undang-
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciAsti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2
HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG POSYANDU DAN KADER DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI KELURAHAN NANGGELENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGELENG KOTA SUKABUMI Asti Nurilah Khadar
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Asta Kartika 1) Eko Mardiyaningsih 2) Wulansari 3) 1 Akper Ngudi Waluyo Ungaran 2 Akper Ngudi
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PERSALINAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI KABUPATEN KUDUS Nasriyah 1, Ika Tristanti 2
UPAYA PENCEGAHAN KOMPLIKASI KEHAMILAN DAN PERSALINAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DI KABUPATEN KUDUS Nasriyah 1, Ika Tristanti 2 1 Stikes Muhammadiyah Kudus email: Nasriyah@stikesmuhkudus.co.id
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN MOTIVASI MEMBERI MAKANAN BERGIZI DI DESA PANAONGAN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2015 Eva Nurhidayati, Program Studi Diploma Kebidanan FIK Universitas
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO
PERILAKU MASYARAKAT TENTANG RUMAH SEHAT DI DUSUN NGUMPAK DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandhari 1, Ellen Yuni Yastuti 2 1) Dosen Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU
UPAYA PENINGKATAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM ) KALBAR DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DAN IBU PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KESEHATAN DAFTAR ISI A. PENDAHULUAN B. FAKTA
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI Aulia Kurnianing Putri 1), Yaniar Dyah Novitasari 2) Prodi DIII Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta Abstrak
Lebih terperinciOleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK
HUBUNGAN PENDIDIKAN, PARITAS DAN KETERPAPARAN INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG BUKU KIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LOJI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK
Lebih terperinciI P H S S J U L I D R. W A S I S TA B U D I W A L U YO, M H A S E K J E N P E R S I
I P H S S 1 4 1 6 J U L I 2 0 1 1 D R. W A S I S TA B U D I W A L U YO, M H A S E K J E N P E R S I 1 1. PENDAHULUAN Histori : Not for Profit For Profit Healthcare Kebutuhan Layanan Kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan keputusan menteri kesehatan NO.HK.02.02/MENKES/ 52/2015 tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun 2015-2019. Pembangunan kesehatan pada periode
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KADER DENGAN PERAN KADER POSYANDU LANSIA DI DESA KANGKUNG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK Ike Putri Setyatama * ) * ) Akademi Kebidanan Karsa Mulia Semarang Korespondensi:
Lebih terperinciSTUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT
STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT Bernadeth Rante Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Abstrak : Masalah gizi semula dianggap
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN Martikowati Suryanis*, Andri Tri Kusumaningrum**, Mu ah***.......abstrak....... Kontrasepsi
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA
KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMBINAAN DESA SIAGA A. Pendahuluan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
Lebih terperinciAgus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi dari responden. Pemilihan wilayah berdasarkan data DBD dari Dinas
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia sejak janin dalam kandungan, bayi, balita, remaja dewasa sampai usia lanjut, memerlukan kesehatan dan gizi
Lebih terperinciKEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG
KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG Puji Pranowowati 1, Yuliaji siswanto 2, Alfan Afandi 3 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Ngudi Waluyo
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA DI DESA X KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN PTEMANGGUNG ARTIKEL
HUBUNGAN JENIS MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA DI DESA X KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN PTEMANGGUNG ARTIKEL Oleh : DEWI PURWATI 040112a009 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH
Lebih terperinciOleh : VINELLA ISAURA No. BP
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan
Lebih terperinci