PERLAWANAN WACANA POLITIK DI DUNIA MAYA. Rizky Abrian, S.S, M.Hum. PT Pelindo Husada Citra Pos-el:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERLAWANAN WACANA POLITIK DI DUNIA MAYA. Rizky Abrian, S.S, M.Hum. PT Pelindo Husada Citra Pos-el:"

Transkripsi

1 PERLAWANAN WACANA POLITIK DI DUNIA MAYA Rizky Abrian, S.S, M.Hum. PT Pelindo Husada Citra Pos-el: Abstrak Perkembangan internet melahirkan banyak laman-laman media yang salah satunya adalah laman mojok.co dengan gaya tulisannya yang satir dan jenaka. Dalam praktiknya, Mojok.co sebagai laman media menulis wacana-wacana tentang Jonru yang kemudian menimbulkan ketidakberesan sosial. Jurnal ini berusaha meneliti bagaimana konstruksi wacana kritis Jonru dalam esai mojok.co melalui perspektif analisis wacana kritis Norman Fairclough. Kata-kata kunci: wacana, satir, counter discourse, Mojok.co Abstract The development of internet is bringing up many media. One of the media that attract the public s attention by its funny and entartaining language style in writing opinions are Mojok.co. In its development, Mojok.co as a media that wrote discourse on Jonru which led to social wrongs. This Journal try to analyze how to constructs discourse analysis of Jonru in Mojok.co s essays with a critical paradigm using the theory of critical discourse analysis of Fairclough. Keywords: discourse, satir, counter discourse, Mojok.co PENDAHULUAN Perkembangan internet melahirkan banyak laman-laman media yang menawarkan berbagai jenis tulisan.tulisan-tulisan media di internet sebagai bagian dari jurnalisme publik terikat dengan kode etik untuk menjaga kredibilitas media itu sendiri. Salah satu dari laman media tersebut adalah laman Mojok.co. Laman Mojok.co dibentuk pada 28 Agustus 2014 di Jogja yang dipimpin oleh Puthut EA. Laman tersebut merupakan laman media online berisi esai-esai yang mengomentari isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Tulisan opini di Mojok.co berasal dari berbagai penulis dan tema yang beragam.setiap orang disilakan untuk mengirim tulisannya ke laman ini, kemudian tulisan-tulisan tersebut akan dikurasi oleh bagian redaksi Mojok.co. Tulisan-tulisan yang dirasa sesuai dengan redaksi akan diposting ke laman (Mojok.co, 2017). Kekhasan yang membuat laman ini cepat dikenal di dunia maya adalah karakter tulisannya yang santai dan jenaka. Sesuai dengan tagline yang mereka miliki sedikit nakal banyak akal, dalam mengomentari isu-isu yang terjadi di masyarakat, tulisan- 1

2 tulisan di laman ini menampilkan gaya menulis yang santai, yang terkadang diisi guyonan ataupun sindiran yang berhubungan dengan isu dan menggunakan bahasa ala obrolan warung kopi. Meskipun demikian, esai-esai yang diterbitkan Mojok.co sebagai media jurnalistik tetap terikat dengan kode etik jurnalistik. Meski pemimpin Mojok.co menyatakan bahwa laman ini merupakan laman yang netral dan tidak berafiliasi dengan pihak manapun 1. Akan tetapi, dalam praktiknya, Mojok.co justru menunjukkan ketidaknetralan dengan cenderung berpihak ke golongan tertentu sehingga terdapat arah keberpihakan. Keberpihakan yang ada dalam laman Mojok.co adalah terdapat satu bagian yang berisi beberapa tulisan yang membahas dan mencitrakan satu tokoh. Tulisan-tulisan tentang satu tokoh itu dikelompokkan dalam bagian khusus yang dikategorikan dalam tag dan diberi nama Jonru. Dalam kategori ini sementara terdapat 11 artikel yang membahas secara implisit dengan gaya bahasa ala Mojok.co untuk mendeskriditkan sosok Jonru. Jonru adalah seseorang yang mulai muncul dan dikenal pada saat Pemilu Presiden Jonru mulai dikenal publik ketika sering menulis di beberapa media sosial. Pada awalnya, Jonru, dengan nama asli Jon Riah Ukur Ginting adalah salah satu kader Partai Politik PKS (Partai Keadilan Sejahtera), sering menulis esai maupun opini melalui statusstatus facebook. Pada saat pemilihan presiden 2014 Jonru lebih banyak menulis opini di sosial media facebook dan twitter tentang Joko Widodo dan Prabowo. Sebagai pendukung calon presiden Prabowo, Jonru banyak menuliskan opini di fanpage dengan mencitrakan Prabowo dan mengkritisi Joko Widodo. Setelah Pemilihan Presiden usai, Jonru masih tetap rutin untuk menuliskan opini-opini di fanpage miliknya yang berisi kritikan terhadap pemerintah. Jonru banyak menulis opini berisi wacana kritikan terhadap kinerja pemerintahan kabinet Joko Widodo. Hal tersebut kemudian menjadikan popularitas Jonru di sosial media melambung tinggi. Kemunculan Jonru semakin membuat ramai dunia maya karena banyak tulisan Jonru yang subjektif dan terkesan menggiring persepsi masyarakat. Dari berbagai wacana yang ditulis Jonru, beberapa merupakan isu yang merujuk pada salah satu calon presiden 1 Pada tanggal 17 maret 2015, Puthut EA sebagai pemimpin Mojok.co memberikan statement melalui status facebook tentang Mojok.co dalam salah satu pernyataannya adalah bahwa Mojok.co merupakan laman yang tidak berafiliasi dengan politik apapun dan tidak dapat didefinisikan. Pernyataan tersebut ditulis dalam 2

3 yaitu Joko Widodo. Beberapa wacananya antara lain, identitas orang tua Jokowi yang dituduh tidak jelas, isu tentang Jokowi yang melakukan korupsi, isu tentang Jokowi adalah komunis, isu tentang Jokowi anti-islam dengan menghapus Kementrian Agama, hingga foto kunjungan kerja Jokowi yang dituduh editan 2 (Sujatmiko, 2014). Kontroversi dari opini-opini Jonru ini kemudian mendapatkan banyak respon dari publik. Di satu sisi banyak pihak yang mendukung, di sisi lain juga banyak pihak yang berusaha melawan. Dari kontroversi Jonru yang fenomenal ini, kemudian Mojok.co hadir dengan esai-esainya sebagai respon. Mojok.co hadir merespon Jonru dengan menempatkan diri sebagai media akal sehat publik. Namun dalam perkembangan praktiknya sebagai media, mojok.co sendiri memiliki beberapa masalah yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah pelanggaran kode etik jurnalistik. Meski begitu, nyatanya Mojok.co mendapat respon yang bagus dari pengguna internet di Indonesia, dalam satu tahun, laman ini telah mencapai ranking kunjungan laman pengunjung per hari. Mojok.co sebagai bagian jurnalistik yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pembacanya. Bahasa dapat digunakan untuk beragam fungsi dan bahasa mempunyai berbagai konsekuensi, bisa juga untuk memerintah, memengaruhi, mendeskripsi, mengiba, memanipulasi, menggerakan kelompok atau membujuk (Haryatmoko, 2016). Haryatmoko melanjutkan bahwa bahasa juga bisa digunakan untuk menciptakan realitas sosial. Dari asumsi tersebut, didukung dengan pernyataan bahwa analisis wacana kritis tertarik pada cara bagaimana bahasa dan wacana digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial, termasuk untuk membangun kohesi sosial atau perubahan-perubahan sosial (Haryatmoko, 2016), maka penelitian ini menggunakan teori analisis wacana kritis Norman Fairclough sebagai perangkat teori. Penelitian ini dirasa perlu karena kehadiran Mojok.co sebagai teks media yang berusaha menjadi mediator akal sehat di tengah masyarakat, menghadirkan beberapa ketidakberesan sosial yang menurut Fairclough dipahami sebagai aspek-aspek sistem sosial, bentuk dan tatanan yang merugikan atau merusak kesejahteraan bersama yang bisa 2 daftar isu yang disebar Jonru ini telah dihapus oleh penulisnya, namun beberapa sempat didokumentasikan oleh salah satu akun twitter dan diposting menjadi sebuah daftar dalam satu tautan di 3

4 diperbaiki melalui perubahan radikal dari sistem (Fairclough, Critical Discourse Analysis, 2012). Ketidakberesan sosial tersebut yang pertama adalah cap netralitas yang ditempelkan di laman Mojok.co oleh pemiliknya sendiri yang digunakan untuk menutupi posisi ideologisnya. Ketidakberesan sosial kedua muncul ketika Mojok.co dengan tulisantulisannya berusaha mengonstruksi tokoh Jonru secara negatif yang bisa dikategorikan sebagai propaganda karena adanya usaha sistematis dan disengaja yang digunakan untuk membentuk persepsi dan mengarahkan perilaku sesuai dengan maksud yang diinginkan penulis (Nohrstedt SA, et al, 2000). Ketidakberesan sosial yang ketiga adalah ada upaya mengaburkan konstruksi negatif yang diwacanakan dalam Mojok.co terhadap Jonru dengan menggunakan gaya bahasa yang jenaka sehingga mengesankan tidak adanya konstruksi negatif atau upaya dalam mendeskriditkan Jonru dalam esai-esainya. Berdasarkan ketidakberesan sosial tersebut, penelitian ini berusaha untuk menganalisis bagaimana konstruksi wacana Jonru dalam esai mojok.co, apa saja ideologi yang ingin disampaikan dalam konstruksi wacana tersebut serta bagaimana mengatasi ketidakberesan sosial yang muncul atas kehadiran mojok.co. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yaitu Satire as counterdiscourse: Dissent,cultural citizenship, and youth culture in Morocco meneliti tentang video satire dalam youtube yang dibuat oleh warga kota, sebagai bentuk partisipasi produksi kultural dalam konteks paska protes di maroko (Marzouki, 2015). Peneliti memetakan isu-isu yang paling sering digunakan satire sebagai praktik budaya alternatif, kemudian menganalisis posisi ideologis counter-discourse mereka. Peneliti berusaha menjelajah konsekuensi dari satire online pada budaya politik di maroko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran laman internet sebagai medium partisipan dan bentuk persaingan budaya menunjukkan kebangkitan atas budaya perbedaan pandangan politik melalui publik, serta ajakan global dan praktik kosmopolitan budaya perkotaan. Penelitian selanjutnya adalah Wacana Identitas Kota Surabaya dalam Media Alternatif Ayorek. Penelitian tersebut mengkaji tentang identitas kota Surabaya yang diwacanakan media alternatif Ayorek(Fitri, 2016). Ayorek atau Ayorek.org merupakan salah satu media alternatif melalui perantara internet yang mengangkat isu kota, khususnya kota Surabaya. Menjadi menarik ketika sebuah media alternatif mewacanakan 4

5 isu kota selain Jakartaarena mengingat identitas kota yang selama ini diwacanakan media masih cenderung Jakartasentris. Berdasarkan hasil analisis, Ayorek sebagai media alternatif tak hanya menghadirkan counter-discourse atas diskursus dominan mengenai identitas kota Surabaya. Alternativitas yang diajukan sebagai wacana dominan oleh Ayorek selaku media alternatif ini justru menyimpan motif politis lain, seperti memuat kepentingan pihak-pihak tertentu yang masih berada dalam satu jaringan. Landasan Teori Pemikiran awal tentang wacana diawali bahwa wacana adalah alat bagi kepentingan kekuasaan, hegemoni, dominasi budaya, dan ilmu pengetahuan. Kekuasaan dalam hal ini memiliki dimensi yang luas, segala hal yang berada pada sistem relasi, yang menempatkan keberadaan pihak yang dikuasa dan menguasai (Foucault, 1990). Melalui kajiannya tentang inklusi (penyertaan) dan eksklusi (penyingkiran), Foucault menyatakan bahwa kekuasaan terartikulasikan melalui penyelenggaraan pengetahuan dan pengetahuan selalu memiliki efek kuasa. Dalam penelitian ini, teks media ditempatkan sebagai sistem penyelenggaraan pengetahuan yang nantinya mengartikulasikan kekuasaan. Pandangan selanjutnya adalah menurut Fairclough yang mengemukakan wacana sebagai instrumen penting dalam praktik sosial yang mereproduksi dan mengubah pengetahuan, identitas dan hubungan sosial yang mencakup hubungan kekuasaan dan sekaligus dibentuk oleh struktur dan praktik sosial yang lain (Marriane W Jorgensen, 2007). Hal tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan dialektik antara wacana dengan dimensi sosial yang lain. Fairclough selanjutnya memahami struktur sosial sebagai hubungan sosial di masyarakat secara keseluruhan dan terdiri atas unsur kewacanaan dan nonkewacanaan Analisis Wacana Kritis, dipandang Fairclough sebagai bagian dari analisis kritik sosial yang kemudian bisa dipahami sebagai kritik normatif dan eksplanatoris. Analisis Wacana Kritis menjadi kritik normatif karena tidak hanya mendeskripsikan realitas yang ada, tapi juga mengevaluasi sejauh mana realitas tersebut sesuai dengan berbagai nilai yang ada. Analisis Wacana Kritis juga menjadi kritik eksplanatoris karena tidak hanya mendeskripsikan realitas tapi juga mencoba untuk menjelaskannya (Fairclough, Critical Discourse Analysis, 2012). 5

6 Wacana kemudian dijelaskan lebih lanjut sebagai kritis, dengan melihat wacana tidak hanya berdasari bentuk teks dan makna saja, tapi juga melalui proses produksi wacana dan reproduksi makna juga. Analisis wacana kritis berusaha melihat wacana sebagai praksis sosial yang memiliki hubungan dengan kekuasaan. Haryatmoko menjelaskan dalam AWK, penganalisis mengambil posisi, berpihak dan membongkar, mendemistifikasi bentuk-bentuk dominasi melalui analisis wacana (Haryatmoko, 2016). Teori analisis wacana kritis mengharuskan peneliti menentukan posisinya sejak awal terhadap wacana sehingga dalam penelitiannya terdapat tanggung jawab moral dan politik. Tanggung jawab moral dan politik ini yang kemudian diharapkan analisis wacana kritis tak hanya membongkar ideologi tapi juga menghasilkan perubahan sosial. Dalam menganalisis wacana, metode yang dikemukakan oleh Fairclough didasarkan pada tiga komponen, yakni deskripsi, interpretasi, dan penjelasan (Fairclough, Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language, 1995). Properti-properti linguistik dideskripsikan sebagai hubungan antara proses-proses praktik diskursif yang produktif dan interpretatif dengan teks diinterpretasikan, dan hubungan antara praktik sosial dan diskursif dijelaskan Dalam teori analisis wacana kritis, Norman fairclough menawarkan empat langkah strategi analisis wacana kritis. Berbeda dengan tahap metode penelitian, empat langkah ini digunakan untuk menganalisis dan mengatasi ketidakberesan sosial dalam wacana. Pertama, memberikan perhatian pada ketidakberesan sosial dalam aspek semiotiknya. Ketidakberesan sosial adalah aspek-aspek sosial, bentuk dan tatanan yang merugikan atau merusak kesejahteraan bersama, yang masih bisa diperbaiki dengan perubahan-perubahan sistem yang radikal. Langkah pertama dalam analisis adalah memfokuskan ketidakberesan sosial yang muncul. Dalam fokus ketidakberesan sosial terdapat dua langkah yang dilakukan, pertama adalah memilih sebuah topik penelitian tentang ketidakberesan sosial, Langkah kedua adalah mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani ketidakberesan sosial yaitu dengan menanyakan bagaimana kehidupan sosial diorganisir dan distruktur sehingga mencegahnya dari upaya menanganinya. Dalam langkah kedua ini terdapat tiga tahap, pertama menganalisis hubungan dialektik antara semiosis dalam teks. Kedua menyeleksi teks yang berkaitan serta mengelompokkannya sesuai dengan tujuannya untuk membentuk objek penelitian.ketiga melakukan analisis teks. 6

7 Langkah ketiga adalah mempertanyakan apakah tatanan sosial membutuhkan ketidakberesan sosial atau tidak. Apakah ketidakberesan sosial yang muncul atas kehadiran wacana melekat pada tataran sosial, apakah dapat ditangani dalam sistem tersebut, atau hanya bisa ditangani bila diubah. Langkah keempat adalah mengidentifikasi cara-cara yang memungkinkan untuk mengatasi hambatan. Dalam langkah ini dilakukan identifikasi kemungkinankemungkinan dalam proses sosial yang ada untuk mengatasi hambatan-hambatan mengenai ketidakberesan sosial pada wacana. Keempat langkah ini digunakan digunakan ketika memandang objek penelitian sebagai sebuah ketidakberesan sosial. Wacana kemudian ditemukan solusi dari ketidakberesan tersebut yang nantinya akan digunakan dalam membentuk tatanan masyarakat sesuai nilai-nilai yang ada. METODE PENELITIAN Dalam Penelitian yang berjudul Konstruksi Wacana Jonru Dalam Esai-Esai Mojok.co ini, digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode analisis wacana kritis juga disertakan dalam metode analisis penelitian. Metode ini dipahami oleh Fairclough sebagai proses interdisipliner dalam membangun objek penelitian secara teoritis dalam penelitian. (Fairclough, Critical Discourse Analysis, 2012). Dalam versi ini, Analisis Wacana Kritis terhubung dengan metode secara umum, Namun beberapa metode-metode spesifik digunakan untuk bagian-bagian tertentu dalam penelitian berdasarkan dari proses teoritis yang membangun objek penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data dokumentasi ini diperoleh melalui media internet dengan cara mengunduh arsip tulisan dalam laman Mojok.co dengan menggunakan aplikasi google chrome. Data berupa arsip tulisan dalam laman Mojok.co terhitung sebanyak 300 tulisan hingga juni 2015 ( Dengan banyaknya populasi tersebut, maka dilakukan teknik pengambilan sampling data dengan cara purposive sampling. Pertimbangan yang dipilih peneliti didasari aspek yang ingin diteliti yaitu konstruksi Jonru dalam laman Mojok.co. Data tersebut adalah tulisan-tulisan yang diarsipkan oleh laman Mojok.co yang diberi kategori tag Jonru. Data primer penelitian ini berupa sebelas tulisan yang telah dipilih secara purposive sampling oleh peneliti.data tersebut adalah esai-esai yang membahas tentang 7

8 jonru. Sedangkan data sekunder dalam penelitian terdiri dari dua aspek. aspek pertama adalah hasil transkrip wawancara dengan Agus Mulyadi selaku redaktur dari laman Mojok.co. Serta laman blog mojok.co. laman blog ini berisi laporan secara berkala tentang perkembangan dari laman mojok.co serta deskripsi kerja yang telah dilakukan oleh redaksi dan rencana-rencana yang akan dilakukan kedepannya dalam mengelola laman mojok.co. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data. Analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data (Sudaryanto, 1993). Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan dua langkah analisis, yaitu padan referensial, dan empat langkah metode analisis wacana kritis norman Fairclough. Hasil Konstruksi wacana Jonru dalam esai mojok.co Esai dijelaskan berdasarkan unsur, gaya bahasa, serta referensi yang terkait yang dibutuhkan. Setelah itu istilah-istilah atau kutipan dalam esai yang mengonstruksikan Jonru akan dijelaskan beserta referensi pendukung yang memperjelas maksud. Penjelasan dari sebelas esai tersebut akan dijelaskan secara berurutan berdasar tanggal esai dimuat karena tiap esai merupakan representasi dari kondisi sosial pada saat itu. Dari hasil analisis tekstual sebelas esai dengan, ditemukan beberapa aspek konstruksi wacana terhadap Jonru. Semua aspek konstruksi wacana kemudian dikategorisasi dalam tabel sehingga bisa diperlihatkan aspek konstruksi apa saja yang dominan dari tiap-tiap esai. Tabel 1 Konstruksi Wacana Jonru dalam Mojok.co No Judul Esai Aspek Konstruksi 1 Jonru for President Jonru sebagai kritikus, Jonru dengan cacat pikir, Jonru sebagai provokator 2 Cacat Pikir Jonru Ginting Jonru dengan cacat pikir, Jonru sebagai orang berpengetahuan sempit 3 Membela Kak Jonru Jonru sebagai tukang fitnah, Jonru sebagai kritikus, Jonru sebagai orang berpengetahuan sempit, Jonru sebagai pelaku komodifikasi, Jonru dengan logika berpikir keliru, Jonru sebagai orang bodoh, Jonru penulis yang tidak terkenal 4 Pelarangan Jilbab BUMN, Jurnalisme, dan Jonru Syndrome Jonru dengan cacat pikir, Jonru sebagai penyakit, 5 Mojok Person of The Year 2014 Jonru sebagai kritikus, Jonru sebagai pelaku komodifikasi. 8

9 6 Chelsea Islan Penyelamat Loper Koran Jonru menggunakan agama untuk kepentingan pribadi 7 Kenapa Om Jonru Tidak Ikut Demo Menjatuhkan Jokowi? Jonru sebagai provokator, Jonru sebagai pembenci Jokowi, Jonru sebagai kritikus 8 Anjuran kepada Jonru dan Bunda Eden agar Segera Melakukan RevolUFO Jonru sebagai anti pluralisme, Jonru sebagai ekstrimis, Jonru pejuang facebook, Jonru calon diktator, 9 Kartu Penulis Mojok Jonru sebagai bahan olok-olok. 10 Lupakan Jokowi, Inilah Lima Capres Masa Depan Indonesia Jonru sebagai juru kampanye pilpres, Jonru sebagai anti plurarisme, 11 Surat Tertutup Buat Oom Krishna Murti Jonru sebagai pelaku komodifikasi, Jonru kritikus presiden, Ideologi Dalam Esai-Esai Mojok.co Dari praktik yang dilakukan oleh Mojok.co terdapat beberapa aspek ideologi yang coba dibangun berdasarkan analisis teks dalam esai, proses produksi teks dalam redaksi dan konteks sosial. Ideologi pertama adalah kapitalisme wacana di era digital. Kemunculan internet yang mengubah banyak tatanan hidup di masyarakat telah membawa pola hidup masyarakat menuju era digital. Yaitu era dimana informasi melimpah dalam ruang digital dengan kecepatan produksi dan distribusi yang tinggi karena tingkat aksesibilitasnya yang begitu mudah. Perubahan pola hidup masyarakat yang terjadi di era digital ini juga kemudian berpengaruh pada pergeseran pola komunikasi wacana publik di media sosial. Media sosial dengan meminjam istilah menurut Habermas,adalah sebuah ruang publik (publik sphere) yang terbuka bagi semu orang untuk mengemukakan opini, mengunggah informasi sesuai keinginan dan kebutuhan (Habermas, 2011). Dalam konteks di era digital, pola komunikasi politik lebih berfokus kepada pemilih mayoritas yang bergeser dari media massa konvensional menjadi media sosial di internet. Berdasarkan pendapat Suko Widodo, generasi mayoritas pemilih adalah generasi melek internet yang telah menjadikan media sosial sebagai ruang komunikasi publiknya. Sampai saat ini, sudah ada 88,1 juta pengguna internet aktif di Indonesia (Widodo, 2016). Mayoritas yang telah berpindah dari konvensional menjadi digital ini pada akhirnya membuat para tokoh politik juga mengikuti pola komunikasi di media sosial. Dari pola komunikasi seperti yang sudah disebutkan, maka publik kemudian berusaha memaknai politik melalui informasi-informasi yang tersedia di laman-laman berita, bukan dari peristiwa dan pengalaman langsung yang dialami publik dalam dunia nyata. Laman berita berlomba dalam membentuk wacana yang nantinya akan dikonsumsi 9

10 oleh publik. Wacana-wacana ini kemudian menghasilkan citra atas pihak-pihak yang memiliki kepentingan politik kepada publik sebagai konsumen wacana. Pentingnya citra ini sangat berpengaruh terhadap elektabilitas tokoh politik karena berkaitan dengan kesukaan publik atas tokoh-tokoh tertentu. Ketika wacana mampu dikonstruksi secara massif terhadap publik, maka wacana tersebut dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan citra yang bisa menguntungkan tokoh politik. Dari pemahaman tersebut kemudian citra dianggap sebagai komoditas yang penting di era digital untuk dikapitalisasi dalam meningkatkan elektabilitas tokoh politik. Kapitalisme, sebagai sistem dinamis dengan mekanisme pengendalian keuntungan yang membawa kepada revolusi berkesinambungan atas makna produksi, dan selalu mencari pasar baru (Barker, 2004). Pemahaman kapitalisme kemudian menempatkan citra sebagai komoditas baru yang bisa dikomersialisasikan oleh produsen-produsen berita. Tokoh politik kemudian memandang redaksi laman berita sebagai produsen dimana tokoh politik bisa memesan wacana-wacana yang mencitrakan pihaknya sebagai aktor politik dengan baik sehingga publik kemudian menyukai aktor politik tersebut. Kontestasi kemudian terjadi diantara institusi-institusi penyedia berita bukan dalam persaingan dalam menyediakan berita yang informatif dan mencerahkan akal sehat publik, namun kontestasi terjadi karena tiap-tiap laman berita telah mewakili afiliasi politik tertentu. Kontestasi yang mulanya hanya terjadi antar institusi politik kemudian menjalar kepada kontestasi laman berita karena laman berita merupakan perpanjangan tangan dari aktor politik tersebut. Kontestasi antara Jonru dengan mojok.co, merupakan salah satu contoh kontestasi wacana yang terjadi di Indonesia. kontestasi wacana ini merupakan perwujudan dari kepentingan kapitalis dalam menguasai pasar opini publik. Publik dianggap sebagai asset yang diperebutkan dalam upaya memenangkan opininya sehingga berpengaruh dalam pemilihan umum. Jonru yang pada awalnya berafiliasi dengan Partai Keadilan Sejahtera, kemudian menyadari bahwa pengikutnya merupakan sebuah komoditas yang bagus, menggeser perilaku wacananya dari penulis yang fokus memperjuangkan ideologi demi apa yang diyakini, menjadi penulis wacana yang berfokus pada kepentingan ekonomis. Sama halnya dengan mojok.co, yang pada awalnya menyatakan diri sebagai institusi yang netral namun setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata mojok.co merupakan representasi dari 10

11 sebuah perusahaan yang bergerak di bidang internet marketing. Permintaan pasar yang tinggi terhadap komoditas wacana membuat para produsen wacana berpindah dari mempertahankan ideologi menjadi memperebutkan pasar dalam rangka meraup keuntungan sebesar-besarnya. Di Indonesia, produsen berita lebih menganggap wacana sebagai komoditas yang bisa dijual kepihak manapun tanpa perlu melihat afiliasi politik. Selama ada tokoh politik yang ingin membentuk citranya melalui wacana, maka produsen berita selalu siap menerima pesanan dalam menciptakan wacana-wacana maupun propaganda. Kepentingan ekonomis ini juga kemudian berpengaruh terhadap etika jurnalisme yang semakin diabaikan. Produsen berita lebih berfokus pada bagaimana membentuk citra daripada mengutamakan kode etik jurnalisme. Pandangan inilah yang akhirnya membuat media sosial penuh dengan berbagai opini, hingga maraknya kampanye negatif, kampanye hitam dan Hoax. Pemerintah kemudian mengesahkan Undang-undang nomr 11 tahun 2008 atau yang biasa disebut UU ITE dalam melindungi publik dari fenomena yang merugikan tersebut. UU ITE kemudian membatasi kebebasan publik dalam membentuk wacana sehingga publik tidak merugikan banyak pihak. Ideologi kedua adalah Satir sebagai counter discourse.konstruksi Jonru dalam esai-esai Mojok.co menggunakan gaya bahasa satir. yang dipahami sebagai distorsi realitas yang menyenangkan (Heather L. LaMarre, 2009). Mojok.co dengan satir seolah bermain-main menggunakan bahasa dalam menghibur pembaca sekaligus mengkonstruksikan Jonru. dalam esai-esai yang telah diteliti, terdapat beberapa bentuk satir yang dikategorikan peneliti menjadi dua bagian besar yaitu modifikasi dan hiperbola. Modifikasi yang muncul dalam teks esai Mojok.co tentang Jonru berupa modifikasi atas istilah-istilah umum yang sudah dipahami di masyarakat seperti pepatah, peribahasa dan konsep-konsep umum. beberapa contoh modifikasi yang dilakukan oleh penulis-penulis mojok dengan menggunakan pepatah adalah Pertempuran dimenangkan oleh para prajurit di garis depan, tapi perang dimenangkan oleh para jenderal di warung kopi sambil update status.,lempar kentut, sembunyi pantat yang berasal dari pepatah. Sedangkan modifikasi yang menggunakan pemahaman umum adalah modifikasi tentang penggunaan water canon yang dikombinasikan dengan mobil sedot WC, sehingga konvensi masyarakat tentang water canon yang biasa menggunakan air untuk menghalau demonstran diganti dengan tinja yang dibawa mobil sedot WC, serta modifikasi istilah 11

12 syndrome sebagai sebuah gejala atau ketidaknormalan yang terjadi secara serentak, kemudian digabungkan dengan istilah Jonru. Kategori hiperbola dalam esai Mojok.co digunakan untuk mencitrakan Jonru sebagai sosok yang sempurna, dengan menampilkan hal-hal yang terdapat dalam diri Jonru dengan penggambaran yang kolosal. Penggunaan hiperbola tersebut kadang disisipi dengan penggunaan tanda baca yang mencoret satu kata yang seharusnya menjadi kata kunci sehingga menggugurkan penggambaran hiperbolik yang sudah berusaha dibangun. Penggunaan istilah 20 juta mahasiswa, dengan mencoret tanda juta dalam salah satu esai seperti ingin membangun citra Jonru yang miliki pengaruh besar sehingga sanggup menggerakkan jutaan massa namun dibatalkan penulis esai tersebut. Juga ketika penggunaan di tengah-tengah lautan para demonstran dengan mencoret istilah lautan memperlihatkan usaha pembangunan kesan hiperbola yang dibatalkan sendiri oleh penulis. Penggambaran lain yang dilakukan secara hiperbola adalah penyebutan Jonru yang memiliki jadwal seminar padat, penggambaran kemampuan Jonru yang mampu berpikir dan mengkritisi segala aspek kehidupan masyarakat dengan jangkauan yang luas mulai dari politik, sosial budaya, ekonomi, energi sampai dengan kaidah hukum fiqih dan syariat, dan penggambaran kebijaksanaan dan pengetahuan Jonru yang begitu tinggi sehingga orang biasa tidak sanggup memahaminya. Satir sebagai gaya bahasa yang melekat dengan laman Mojok.co dijelaskan melalui salah satu esai yang dimuat. Dalam esai kartu penulis mojok, dijelaskan tentang karakter Mojok.co sebagai media. Situs ini didaulat sebagai media alternatif, media satire di tengah seragamnya isi dari arus besar situs online. Tulisan-tulisan di Mojok dianggap berbeda dari tulisan-tulisan di media lain. Penuh olok-olok dan konon membuat yang membacanya tertawa atau minimal tersenyum masam (Mathari, 2015). Dengan menggunakan esai ini, Mojok.co secara tersirat ingin menyampaikan tentang karakter dari laman Mojok.co. Mojok.co berusaha menyampaikan pada publik bahwa laman ini adalah media satir yang berjuang sebagai media alternatif di tengah seragamnya isi dari arus besar situs online. Satir sebagai gaya bahasa juga diafirmasi oleh redaksi Mojok.co. dalam wawancara dengan Agus Mulyadi, redaktur Mojok.co, dijelaskan bahwa Mojok.co memiliki beberapa kriteria tersendiri tentang tulisan-tulisan yang bisa dimuat. 12

13 Kriteria apa saja yang dibutuhkan agar bisa dimuat di situs, yang pertama gaya tulisannya menarik, menarik itu apa ya, yang jelas kita ndak punya parameter menarik itu bagaimana tapi orang-orang yang sering baca mojok passti tau ini artikel yang mojok, ini artikel yang nggak mojok jadi mungkin sudah ada parameter sendiri. itu pertama menarik punya tata bahasa yang mojok yang lucu, lucu harus, jenaka, itu yang kedua, kemudian punya sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan sudut pandang orang-orang. Jadi pertama gaya tulisan menarik, yang kedua jenaka ya, yang ketiga punya sudut pandang yang lain daripada yang lain (Mulyadi, 2015) Agus menjelaskan bahwa tidak ada kriteria wajib yang harus dilakukan dalam menentukan tulisan seperti apa yang dimuat dalam Mojok.co. namun terdapat tiga kriteria yang dibutuhkan, pertama adalah tata bahasa yang lucu, kedua jenaka, dan ketiga adalah memiliki sudut pandang yang berbeda dari sudut pandang orang-orang. Dua kriteria yaitu tata bahasa yang lucu dan jenaka inilah yang kemudian membentuk karakter satir dalam setiap esai-esai di Mojok.co. Selain sebagai gaya bahasa, satir juga digunakan sebagai counterdiscourse. Jones menjelaskan bahwa satire politik adalah penggunaan humor untuk mengkritik, mengejek, dan mengekspos kekurangan politisi, kebijakan dan rezim pemerintah itu sendiri (Jones, 2017). Dari pemahaman ini satir yang digunakan dalam teks sebagai gaya bahasa, memiliki fungsi lain yaitu menjadi alat untuk melawan wacana dominan lain, yang dalam penelitian ini adalah wacana-wacana Jonru. Sebelum menggambarkan aspek apa saja yang berusaha dilawan Mojok.co terhadap Jonru, perlu diteliti bagaimana posisi ideologis dari Mojok.co. dengan mengetahui posisi ideologis Mojok.co, maka bentuk perlawananan Mojok.co terhadap Jonru bisa dijabarkan secara rinci. Penjelasan posisi ideologis Mojok.co diawali dengan memahami proses kerja redaksi dari laman tersebut. Mojok.co selain memiliki situs sebagai tempat menampilkan wacana-wacananya, juga memiliki blog yang digunakan untuk menyampaikan perkembangan laman Mojok.co dari awal dibentuk hingga sekarang. Dalam blog tersebut disampaikan bagaimana dinamika Mojok.co dalam prosesnya sebagai sebuah media, serta hal-hal teknis yang telah dilakukan oleh redaktur dalam mengembangkan situs ini. Di blog ini juga dijelaskan bahwa Mojok.co sebagai media ternyata memiliki sisi politis. Posisi politis Mojok.co pada awalnya tidak disebutkan secara jelas. Hal ini disampaikan sendiri oleh pendiri Mojok.co dalam status facebooknya yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang mojok. Dalam salah satu pertanyaan tentang afiliasi politik 13

14 Mojok.co, Puthut EA menjelaskan bahwa afiliasi politik Mojok.co tidak jelas dan sulit untuk didefinisikan. Peneliti kemudian mencoba mencari posisi ideologis Mojok.co melalui aspek lain yaitu proses wawancara redaksi dan pengamatan proses kreatif Mojok.co. berkenaan dengan perlawanan Mojok.co terhadap Jonru, Agus melalui wawancara menjelaskan bahwa Mojok.co tidak terlalu memfokuskan dalam menulis tentang Jonru. Agus menjelaskan bahwa Jonru dipilih sebagai topik karena pada saat itu isu yang ramai menghiasi media sosial adalah Jonru. Agus menambahi bahwa di Mojok.co tulisan tentang Jokowi jauh lebih menarik pembaca dan meningkatkan kunjungan di laman Mojok.co. selain itu Agus menambahi bahwa dalam sejarah mojok tulisan terbanyak justru terdapat pada tulisan-tulisan yang membahas Jokowi. Berkenaan dengan apakah Mojok.co berafiliasi dengan ideologi atau institusi tertentu, agus menjawab bahwa Mojok.co tidak berafiliasi dengan ideologi atau institusi apapun. Agus menambahkan lagi bahwa Mojok.co menerima tulisan dari penulis dengan ideologi manapun, selama kriteria tulisan sesuai dengan karakter Mojok.co. sedangkan tujuan dari Mojok.co menurutnya adalah supaya pembaca bisa menikmati tulisan-tulisan serius, tulisan-tulisan bertema berat dengan cara yang menyenangkan, dalam bentuk tulisan yang ringan lagi jenaka. Berdasarkan analisis tentang satir yang dikonstruksikan Mojok.co terhadap Jonru. Mojok.co berusaha menjadikan satir sebagai bentuk perlawanan wacana terhadap beberapa aspek. Pertama adalah perlawanan terhadap wacana kebohongan publik. Mojok.co berusaha membongkar kebohongan publik yang dilakukan Jonru dengan penggambaran secara satir Jonru sebagai kritikus yang tidak pernah berhenti dalam mengkritisi pemerintahan Jokowi dengan berbagai cara, termasuk dengan cara membangun wacana berdasarkan opini-opini yang kurang berdasar. Segala hal baik yang berhubungan maupun tidak dengan Jokowi diolah sedemikian rupa sehingga menjadi wacana yang bisa menggiring opini publik terhadap Jokowi secara negatif. Kedua, perlawanan terhadap Black campaign. black campaign (kampanye hitam) dipahami sebagai kampanye yang isinya bukanlah kebenaran atau fakta tapi lebih pada fitnah (Institut Studi Arus Informasi, 2005). Mojok.co dengan satirnya terhadap Jonru berusaha melawan wacana black campaign yang dikonstruksi Jonru terhadap Jokowi. ketiga, perlawanan terhadap seragamnya isi arus besar media di laman internet. Mojok.co 14

15 menempatkan diri sebagai media alternatif, diantara maraknya media-media online yang serius. Dengan gaya bahasa yang khas, Mojok.co mengajak publik untuk menikmati informasi, berita dengan santai, ringan dan jenaka. Ketidakberesan Sosial dalam Wacana Mojok.co Dalam menganalisis ketidakberesan dalam wacana di Mojok.co, Fairclough menawarkan empat langkah. Pertama, memberikan perhatian pada ketidakberesan sosial dalam aspek semiotiknya. Langkah kedua adalah mengidentifikasi hambatan-hambatan untuk menangani ketidakberesan sosial. Langkah ketiga adalah mempertanyakan apakah tatanan sosial membutuhkan ketidakberesan sosial atau tidak. Langkah keempat adalah mengidentifikasi cara-cara yang memungkinkan untuk mengatasi hambatan (Fairclough, Critical Discourse Analysis, 2012). Perhatian terhadap ketidakberesan sosial dalam aspek semiotik ditunjukkan dengan penggunaan istilah-istilah yang terdapat dalam esai-esai di Mojok.co yang berkaitan dengan Jonru. ketidakberesan sosial yang terungkap dalam wacana ini adalah malpraktik jurnalisme. Mojok.co sebagai media menggunakan esai-esainya untuk mengkonstruksi salah satu tokoh secara negatif. Penggunaan kata atau istilah yang menunjukkan keberpihakan terdapat dalam esai-esai Mojok.co yang mengkostruksikan Jonru telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya. Hasil analisis konstruksi wacana tentang Jonru menghasilkan beberapa aspek konstruksi yang kemudian disimpulkan menjadi sebuah konsep yaitu penggambaran Jonru secara negatif, dari simpulan tersebut diketahui bahwa keberpihakan Mojok.co adalah oposisi dari Jonru. Hambatan-hambatan untuk menangani ketidakberesan sosial yang terdapat dalam wacana Mojok.co terdiri dari tiga aspek. hambatan pertama adalah posisi ideologis Mojok.co yang menggambarkan diri sebagai institusi yang netral. Penggambaran posisi ideologis ini ditunjukkan dari pernyataan pendiri Mojok.co melalui status facebook, dan pernyataan dari hasil wawancara. Posisi ideologis yang disamarkan menjadi hambatan terutama bagi publik yang memahami wacana sebatas permukaan saja. Hambatan kedua adalah gaya bahasa Mojok.co yang ringan, santai, jenaka dan tidak provokatif. Gaya bahasa ini kemudian memberikan efek rekreatif terhadap pembaca dan membuat pembaca melihat esai-esai dalam Mojok.co sebagai sarana hiburan, bukan sebagai wacana perlawanan terhadap pihak-pihak tertentu. 15

16 Hambatan ketiga adalah realitas sosial yang terbentuk dari esai-esai Mojok.co. Konstruksi sosial atas realitas (sosial construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. (Poloma, 2004). Mojok.co menciptakan wacana-wacana setiap harinya yang kemudian diterima oleh publik, kemudian wacana itu ditafsirkan oleh individu sebagai realitas yang kemudian dialami secara bersama-sama sehingga terbentuk menjadi sebuah realitas sosial. Realitas sosial yang terbentuk dari penafsiran bersama tersebut ditunjukkan dari salah satu esai yang dimuat. Silakan dicek, setiap kali muncul tulisan yang mengejek Jonru, menertawakan Felix Siauw, mengolok-olok Yusuf Mansur; tingkat kunjungan pembaca Mojok ikut pula terdongkrak (Mathari, 2015). Dari kutipan tersebut, digambarkan realitas sosial yang menyebutkan bahwa dengan menggunakan Jonru sebagai bahan ejekan dalam esai mampu meningkatkan kunjungan di laman Mojok.co. Realitas sosial ini menjadi hambatan dalam menangani ketidakberesan sosial karena ketika dalam praktik jurnalistik terjadi pemberitaan yang menyudutkan pihak tertentu, justru malpraktik jurnalisme ini malah diminati oleh publik. Penentuan apakah tatanan sosial membutuhkan ketidakberesan sosial dijelaskan dengan pembandingan beberapa alasan. Dalam kehadiran Mojok.co, wacana-wacana yang dikonstruksikan hadir sebagai antithesis dari wacana-wacana Jonru yang memposisikan diri sebagai oposisi pemerintah. Mojok.co dengan wacananya melawan wacana Jonru yang selalu mengkritik pemerintah dengan opini-opini yang menyesatkan, cacat logika, serta membohongi publik. Di sisi lain, wacana Mojok.co sebagai perlawanan atas Jonru ternyata masih terdapat pelanggaran dalam prinsip jurnalisme. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tatanan sosial membutuhkan ketidakberesan sosial tersebut agar terjadi keseimbangan antara wacana yang mengkritik pemerintah dengan wacana yang mendukung pemerintah, serta perlawanan terhadap opini-opini publik yang kurang memperhatikan kepentingan akal sehat publik. Berdasarkan pengamatan atas ketidakberesan sosial, hambatan-hambatan, dan pentingnya ketidakberesan sosial tersebut oleh tatanan sosial maka terdapat beberapa solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi ketidakberesan sosial tersebut. 16

17 Pertama dengan perbaikan dari sistem kerja redaksi di Mojok.co. redaksi memperbaiki sistem seleksi tulisan-tulisan yang akan dimuat dalam laman Mojok.co. Kedua, dengan keterbukaan tentang posisi ideologis Mojok.co. Mojok.co perlu menunjukkan posisi ideologis secara jelas dan terbuka, apakah berposisi ideologis netral atau berpihak pada ideologi tertentu sehingga tidak muncul persepsi yang memancing kerancuan dalam pemaknaan atas esai. Selain itu dengan adanya keterbukaan posisi ideologis dari Mojok.co, publik mampu memahami serta mampu menempatkan konteks dalam tulisan-tulisan di laman Mojok.co dengan baik. Penutup Peneliti menemukan beberapa poin penting yang menunjukkan hasil penelitian. Mojok.co sebagai institusi, melakukan konstruksi wacana Jonru dengan menggambarkan Jonru secara negatif. Esai-esai yang dimuat,istilah-istilah yang digunakan, serta keterkaitan teks luar dengan teks di dalam laman Mojok.co menunjukkan adanya upaya secara sistematis dan tersusun dalam mengkonstruksi Jonru. Dari analisis praktik wacana dan praktik sosial,terdapat beberapa ideologi yang dikontruksikan Mojok.co kepada publik. Ideologi pertama adalah kapitalisme wacana di era digital.ideologi kedua adalah satir sebagai counter discourse. Ideologi ini menjelaskan tentang bagaimana perlawanan wacana bisa dilakukan dengan gaya bahasa satir yang lucu dan menghibur. Posisi Mojok.co dengan wacananya menjadi unik karena pada umumnya counter discourse digunakan untuk melawan pemerintah yang otoriter dan membatasi ruang wacana publik. Di dalam penelitian ini Mojok.co dengan wacananya melakukan counter discourse terhadap pihak yang melawan pemerintah sehingga bisa dipahami bahwa Mojok.co menggunakan counter discourse untuk membela pemerintahan. Pemerintah memberikan ruang pada demokrasi wacana di Indonesia. hal ini terlihat dari adanya pertarungan wacana antara kubu yang pro pemerintah dengan kubu yang kontra dengan pemerintah. Selain itu kebebasan berwacana diberikan ruang yang memadai ditunjukkan dengan tidak adanya intervensi represif yang berlebihan dari pemerintah terhadap wacana-wacana yang mengkritisi pemerintah. Dalam konteks kehidupan di Indonesia, kontestasi wacana antara mojok.co dan Jonru terjadi tidak hanya terjadi karena pertarungan ideologis yang berlawanan diantara keduanya. Dibalik ideologis tersebut terdapat pertarungan dalam memperebutkan opini 17

18 publik. Opini publik ini diperebutkan karena mojok.co dan Jonru menganggap wacana sebagai komoditas yang menghasilkan nilai ekonomis. Apabila sebagai institusi produsen wacana mereka berhasil memenangkan opini publik, Maka institusi tersebut akan menarik minat banyak pihak untuk memanfaatkan kemampuan membuat konstruksi wacana yang disediakan institusi tersebut untuk menciptakan citra yang dinginkan sesuai permintaan konsumen. Konstestasi wacana juga berpengaruh pada etika dalam memproduksi wacana di ruang publik. Karena berorientasi pada keuntungan, maka para produsen berita mengabaikan kode etik jurnalistik dan lebih mengutamakan kemampuannya dalam mengolah berita dan peristiwa sesuai keinginan tokoh politik yang menggunakan jasanya sehingga menciptakan konstruksi wacana dan propaganda yang nantinya berdampak pada citra tokoh tertentu sehingga tokoh tersebut menjadi tokoh politik yang disukai oleh publik. Pertimbangan yang berorientasi pada keuntungan itu yang menciptakan berbagai wacana di ruang publik seperti kampanye negatif,kampanye hitam hingga hoax. Atas dasar hal tersebut kemudian pemerintah menerbitkan UU No 11 tahun 2008 tentang UU ITE yang mengatur tentang teknologi informasi secara umum untuk menciptakan ruang publik digital yang sehat. DAFTAR PUSTAKA Barker, C. (2004). The SAGE Dictionary Cultural Studies. London: SAGE Publication Ltd. Fairclough, N. (1995). Critical Discourse Analysis : The Critical Study of Language. London: Longman. Fairclough, N. (2012). Critical Discourse Analysis. The Routledge Handbook of Discourse Analysis, Foucault, M. (1990). The History of Sexuality: An Introduction, Volume 1. New York: Vintage Books. Habermas, J. (2011). The Power of Religion In The Public Sphere. New York: Columbia University Press. Haryatmoko. (2016). Critical Discourse Analysis (Analisis Wacana Kritis). Jakarta : Rajawali Press. Heather L. LaMarre, K. D. (2009). The Irony of Satire : Political Ideology and the Motivation to See What You Want to See in The Colbert Report. International Journal of Press/Politics, Institut Studi Arus Informasi. (2005). Pemilu di Layar Kaca : Monitoring Berita Pemilu di Media Televisi Pada Pemilu Jakarta: Institut Studi Arus Informasi. Jones, M. O. (2017). Satire, Social Media And Revolutionary Cultural Production In The Bahrain Uprising: From Utopian Fiction To Political Satire. Communication and The Public, 137. Jonru Media Centre. (2017). about. Retrieved July 27, 2017, from 18

19 Marriane W Jorgensen, L. J. (2007). Analisis Wacana : Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mathari, R. (2015, Agustus 29). Kartu Penulis Mojok. Retrieved from Mojok.co: Mojok.co. (2017). about. Retrieved July 27, 2017, from mojok.co: Mulyadi, A. (2015, Desember 14). Wawancara Proses Redaksi Mojok.co. (R. Abrian, Interviewer) Nohrstedt SA, et al. (2000). From the Persian Gulf to Kosovo : War Journalism and Propaganda. European Journal of Communication, Poloma, M. (2004). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Redaksiindonesia. (2016, January 3). jonru tetap dilaporkan fotografer presiden meski sudah minta maaf. Retrieved from redaksiindonesia.com: Saraswati, P. D. (2017, Juni 9). Jonru: Kami adalah Muslim Cyber Army. Retrieved from CNN Indonesia: Sujatmiko, B. (2014, September 28). Daftar Fitnah dan Retrieved from chirpstory.com: Widodo, S. (2016, Juni 28). Pergeseran Pola Komunikasi Politik Indonesia. JawaPos, p

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye politik juga terus berkembang. Mulai dari media cetak, seperti: poster, stiker, dan baliho. Media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan analisis dan bahasan terhadap suatu persoalan penelitian, ada berbagai alternatif metode penelitian yang digunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun ini merupakan tahun demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan bahwa tahun 2014 adalah tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan teknik-teknik marketing, dalam pasar politik pun diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia politik adalah suatu pasar, dalam pasar itu terjadi pertukaran informasi dan pengetahuan. Dan seperti halnya pertukaran dalam dunia bisnis yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) merupakan isu publik yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar politisi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi membuat informasi mudah di akses dengan cepat tanpa harus menunggu lama. Hal tersebut yang membuat internet menjadi pilihan banyak masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus Bab 4 PENUTUP Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus liberalisasi, ruang-ruang publik di tanah air mulai menampakkan dirinya. Namun kuatnya arus liberalisasi tersebut, justeru

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai

III. METODE PENELITIAN. Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti berusaha untuk menggambarkan bagaimana persepsi elit partai politik di Provinsi Lampung terhadap wacana pemilihan gubernur oleh DPRD Provinsi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Severin & Takard (2001:295) menyatakan bahwa media massa menjadi konsumsi yang menguntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menyatakan perasaan serta pikiran. Bahasa memiliki fungsi sebagai identitas nasional, karena di Indonesia terdapat beribu-ribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam menyelesaikan persoalan penelitian dibutuhkan metode sebagai proses yang harus ditempuh oleh peneliti. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Informasi yang disajikan oleh media massa dimanfaatkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa, baik itu media massa cetak, elektronik, atau baru-baru ini media massa online (internet) telah menjadi salah satu konsumsi wajib bagi masyarakat. Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kata Italia caricare yang berarti memberi muatan atau melebihlebihkan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karikatur adalah sebuah gambar atau penggambaran suatu objek konkret yang dengan cara melebih-lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur sendiri berasal

Lebih terperinci

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan politik di Indonesia saat ini adalah kurangnya kesadaran politik dalam masyarakat khususnya generasi pemuda untuk terlibat dalam partisipasi politik. Tuntutan

Lebih terperinci

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) penelitian Analisis isi Sampel: Suara Merdeka, Wawasan, Jawa Pos Radar Semarang, Koran Sindo

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing) terhadap sebuah isu atau peristiwa melalui berita atau opini yang diterbitkannya. Praktik pembingkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, perkembangan jaman yang semakin maju membawa kita untuk masuk ke dalam kehidupan yang tak lepas dari teknologi. Keberadaan teknologi yang semakin

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 ini menjadi tahun yang ramai dengan perbincangan politik. Mulai dari pemilihan anggota DPRD sampai pemilihan calon presiden terjadi pada tahun 2014 ini.

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA Subur Ismail Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Analisis Wacana Kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas, yaitu media baru atau yang lebih dikenal dengan media online. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya hidup serba instan membuat masyarakat kini gemar dengan hal-hal yang serba cepat. Selain aktualitas dan akurasi, masyarakat juga membutuhkan kecepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. menerapkan konsep, strategi dan teknik-teknik public relations salah satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagi masyarakat di Indonesia maupun di seluruh dunia, politik merupakan permasalahan yang selalu menjadi perbincangan hangat. Hal ini tentu saja membuat para pelaku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Citra yang dibentuk oleh perpustakaan di kalangan masyarakat tidak dapat secara mudah jika hanya dilihat dengan hal-hal terkait yang telah dilakukan oleh perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan sebuah media yang dapat digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu, film juga berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ialah hanya melaporkan

Lebih terperinci

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

11Ilmu ANALISIS WACANA KRITIS. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: ANALISIS WACANA KRITIS Mengungkap realitas yang dibingkai media, pendekatan analisis kritis, dan model analisis kritis Fakultas 11Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1998), pendekatan merupakan suatu usaha/ proses yang dilakukan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi digulirkan akhir Mei 1998, kebebasan media massa di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pemberitaan media tidak lagi didominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan alat bagi manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaannya. Alwasilah (2014, hlm.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek penelitian. Karena metode berfungsi sebagai acuan dalam mengerjakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tepat 5 tahun setelah pemilihan umum pada tahun 2009, tahun 2014 bisa di katakan sebagai tahun politik. Pemilihan calon presiden dan wakil presiden menjadi satu ajang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita pasti masih ingat dengan fenomena kemenangan Joko Widodo (Jokowi)-Basuki (Ahok) dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjalan selama 2 kali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga rekomendasi bagi PKS. Di bagian temuan, akan dibahas tentang penelitian terhadap iklan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada bingkai sosok Jokowi sebagai Presiden dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Jusuf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Media sosial merupakan produk teknologi informasi dan komunikasi modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Liberalisasi politik yang hadir bersamaan dengan liberalisasi ekonomi dalam satu dasawarsa terakhir ini, telah melahirkan karakteristik tertentu dalam pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, media baru (internet) berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan ketersediaan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum melalui penggunaan media berbayar (surat kabar, radio, TV, dll)

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum melalui penggunaan media berbayar (surat kabar, radio, TV, dll) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan kampanye politik merupakan suatu tindakan spesifik yang dirancang untuk mengiklankan sebuah aktifitas politik atau kampanye dalam rangka proses pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia. Dapat dilihat dari survei Komisi Pemilihan Umum (KPU), seperti dikutip dalam artikel Kompas.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sebuah acara silahturahim dengan perwakilan SMA/SMK/MA mahasiswa se-sumatera Barat pada 8 Juni 2013, Wakil Presiden Republik Indonesia menjawab salah satu pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 merupakan pengalaman pertama bagi partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden. Ketentuan peralihan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan analisis pada bab IV.2. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bingkai kedua SKH dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Jokowi-JK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dimana teknologi semakin canggih, memudahkan semua orang mendapatkan informasi dengan cepat. Hal ini membuat pola pikir masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Opini adalah pendapat, ide, atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan tertentu terhadap perspektif dan ideologi yang bersifat kontroversial. Publik adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV

2016 PERSEPSI PEMIRSA TENTANG OBJEKTIVITAS BERITA DI KOMPAS TV BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu karakteristik komunikasi massa adalah feedback yang tertunda atau delayed, sehingga komunikator membutuhkan waktu untuk mengetahui tanggapan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa menjadi penting dalam kehidupan politik dan proses demokrasi, yang memiliki jangkauan luas dalam penyebaran informasi, mampu melewati batas wilayah, kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) Capres & Cawapres secara langsung yaitu pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat untuk memilih Calon Presiden. Sudah dua kali Indonesia mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kandidat presiden juga memanfaatkan media online termasuk di dalamnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi media baru (new media) menghasilkan perubahan besar dalam pengalaman politik masyarakat. Media baru yang dirancang untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara berpikir masyarakat. Fenomena media online (new media) di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi saat ini, ilmu komunikasi pada saat ini lebih banyak tertuju pada media massa, baik cetak seperti koran dan majalah,

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa reformasi yang terjadi di Indonesia menghasilkan perubahanperubahan positif khususnya dalam dunia politik, seperti halnya kebebasan berpendapat yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia mengalami transisi dari masa otoritarianisme ke masa demokrasi pascareformasi tahun 1998. Tentunya reformasi ini tidak hanya terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca untuk membaca apa yang ditulisnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan gaya bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena pemilih pemula selalu menarik untuk didiskusikan pada setiap momen pemilihan umum baik nasional maupun di daerah. Jumlah mereka yang sangat besar bagaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) kita mengenal istilah kampanye/campaign. Kampanye Pemilu merupakan bagian dari pendidikan politik masyarakat dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci