V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. KONDISI LINTASAN UJI Pengujian daya tarik traktor dilakukan selama beberapa hari pada waktu yang tidak bersamaan. Pengukuran kondisi lintasan uji dilakukan pada saat pengujian daya tarik traktor pada lintasan tanah berumput. Pengujian daya tarik traktor pada lintasan tanah berumput terdapat enam perlakuan pengujian yaitu perlakuan 0, 1, 2, 3, 4, dan 5. Perlakuan 0, 1, 2, dan 3 dilakukan pengujian pada hari yang bersamaan, sedangkan dua perlakuan lainya dilakukan pada hari berbeda dengan selang waktu yang cukup lama. Sehingga pengukuran kondisi lintasan uji dilakukan pada hari pengujian pertama dan hari pengujian kedua untuk lintasan tanah berumput. Hasil dari pengujian sifat fisik lintasan tanah berumput, dapat dilihat pada Tabel 4. Pengukuran kondisi lintasan tanah berumput menunjukan bahwa kerapatan isi tanah dari lintasan tersebut sebesar 1.13 g/cm 3. Kadar air tanah rata-rata pada saat pengujian pertama adalah sebesar % sedangkan pada saat pengujian kedua adalah sebesar %. Dari data dapat diketahui bahwa kadar air tanah pada lintasan tanah berumput pada saat pengujian kedua lebih besar dari pada kadar air tanah pada saat pengujian pertama. Perbedaan ini cukup besar karana pada saat pengujian pertama cuaca didaerah sekitar sangat panas dan tidak terjadi hujan beberapa minggu sebelumnya. Sedangkan pada pengujian kedua dilakukan pada saat cuaca mendung dan sering terjadi hujan pada beberapa hari sebelumnya. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap tahanan penetrasi tanah. Tahanan penetrasi tanah pada lintasan uji juga terdapat perbedaan antara hari pertama dengan hari kedua pengujian. Dari data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa tahanan penetrasi tanah pada pengujian pertama lebih besar dibandingkan tahanan penetrasi tanah pada pengujian kedua. Tabel 6. Data kondisi lintasan uji parameter lintasan tanah berumput (pengujian pertama) lintasan tanah berumput (pengujian kedua) Kerapatan tanah (g/cm 3 ) Kadar air tanah (%) Tahanan penetrasi (kpa) awal Tahanan penetrasi (kpa) akhir Kedalam (cm) Kedalam (cm) over load over load over load over load over load over load over load over load 31

2 Hasil dari pengujian tahanan penetrasi tanah pada lintasan tanah berumput didapatkan data tahanan penetrasi tanah sebelum lintasan dilewati traktor dan setelah dilewati traktor. Data pada Tabel 4 menunjukan terjadinya kenaikan tahanan penetrasi tanah setelah lintasan dilewati traktor. Kenaikan tahanan penetrasi pada tanah setelah dilewati traktor diakibatkan oleh aktifitas traktor pada permukaan tanah dan beban traktor yang membuat tanah menjadi padat. Nilai penetrasi tanah juga meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Hal ini disebabkan karena semakin dalam tanah akan semakin kompak, sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menekan tanah akan semakin besar juga. Pada data tahanan penetrasi tanah terjadi over load, itu diakibatkan karena tanah pada lintasan tersebut sangat keras dan kering, sehingga alat uji penetrasi tidak mampu membaca gaya penetrasi pada kedalaman tertentu KINERJA TARIK TRAKTOR Traktor uji yang digunakan adalah traktor roda dua. Traktor roda dua dimodifikasi untuk dapat dipasangkan perangkat generator HHO. Modifikasi traktor dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 27. Traktor roda dua yang telah dimodifikasi. Pengujian tenaga tarik traktor dilakukan pada dua lintasan yaitu lintasan beton dan lintasan tanah berumput. Masing-masing lintasan dilakukan pengujian traktor dengan perlakuan yang sama seperti tertera pada diagram perlakuan pengujian pada Gambar14. Data yang didapatkan merupakan data rata-rata tiga kali ulangan setiap tingkatan slip roda pada semua perlakuan yang diberikan. 32

3 Kinerja Tarik Traktor pada Lintasan Beton Hasil pengujian kinerja tarik traktor pada lintasan beton dapat dilihat pada Gambar 27 dan Gambar 28. Kurva pada grafik tersebut memperlihatkan pola kinerja tarik traktor dalam tiga kali ulangan untuk setiap tingkatan slip roda traktor uji. Gambar 27 menunjukan hubungan drawbar pull dengan slip yang terjadi pada traktor uji. Dari kurva pada grafik dapat diketahui bahwa dengan meningkatnya beban maka drawbar pull atau gaya tarik juga ikut meningkat. Hal ini dikarenakan ketika traktor yang bergerak maju diberi beban, berarti ada gaya berlawanan arah yang diberikan pada traktor. Semakin besar beban yang diberikan, maka semakin besar juga gaya tarik yang terjadi antara traktor dengan beban. Namun semakin besar beban yang diberikan juga akan meningkatkan slip pada roda, dimana pada slip yang tinggi, kemampuan cengkram roda pada permukaan landasan semakin berkurang sehingga traksi yang dihasilkan juga cenderung menurun. Keadaan ini terlihat pada kurva, dimana pada kisaran slip diatas 25% tenaga tarik terlihat konstan dan bahkan terjadi penurunan. Gambar 28 menunjukan hubungan antara daya tarik (drawbar power) dengan slip roda traktor. Dari kurva pada grafik terlihat bahwa daya tarik traktor uji cenderung menurun dengan bertambahnya beban yang diberikan. Penurunan daya tarik traktor terjadi karena penurunan kecepatan maju traktor secara bertahap dengan bertambahnya slip roda pada traktor akibat bertambahnya beban tarik yang diberikan. Hubungan drawbar pull dengan slip roda di setiap perlakuan pada traktor uji dapat terlihat pada Gambar 27. Nilai tenaga tarik untuk setiap tingkatan slip roda pada traktor uji tanpa perlakuan (perlakuan 0) merupakan kontrol terhadap peningkatan nilai tenaga tarik traktor yang diberi perlakuan. Nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 0 berada paling bawah pada grafik. Nilai tenaga tarik traktor uji dengan perlakuan 3 adalah yang paling tinggi, diikuti dibawahnya yaitu perlakuan 2 dan perlakuan 1. Perbandingan pengaruh generator HHO dengan generator HHO resonansi juga terlihat pada grafik, dimana terjadi penurunan tenaga tarik traktor. Nilai tenaga tarik yang dihasilkan dari traktor uji perlakuan 5 berada dibawah nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 2 dimana konsentrasi elektrolit yang digunakan sama. Begitu juga dengan traktor uji perlakuan 4 yang nilai tenaga tariknya juga berada dibawah nilai tenaga tarik traktor uji perlakuan 1 dengan konsentrasi elektrolit yang sama. Hal tersebut sangat berhubungan dengan nilai debit gas HHO yang dihasilkan oleh generator untuk setiap perlakuan. Debit gas HHO dari perlakuan 3 lebih besar dibandingkan dengan debit gas HHO perlakuan 2 dan perlakuan 1. Sedangkan untuk perlakuan generator HHO biasa dengan resonansi, dimana debit gas HHO dari perlakuan 5 lebih rendah dari debit gas HHO dari perlakuan 2, begitu juga perlakuan 4 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan 1. Untuk lebih jelasnya mengenai debit gas HHO yang dihasilkan oleh tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 3. Hubungan daya tarik (drawbar power) dengan slip pada Gambar 28 juga terlihat perbedaan nilai antara semua perlakuan. Nilai daya tarik traktor perlakuan 0 yang diambil sebagai kontrol pengujian, berada paling bawah pada grafik. Daya tarik traktor dengan perlakuan 3 memiliki nilai daya tarik yang paling tinggi diantara perlakuan yang lainya, berada dibawahnya traktor perlakuan 2 dan traktor dengan perlakuan 1. Dari grafik juga terlihat terjadinya perbedaan nilai daya tarik traktor antara generator HHO dengan. Dimana traktor yang dipasangkan yaitu perlakuan 5, nilai daya tariknya berada dibawah traktor perlakuan 2 yang menggunakan generator biasa dengan konsentrasi yang sama. Begitu juga dengan traktor perlakuan 4 mengalami penurunan nilai 33

4 dibandingkan perlakuan 1 yang menggunakan konsentrasi elektrolit sama. Perbandingan nilai daya tarik pada tiap perlakuan juga sama alasanya dengan perbandingan gaya tarik pada traktor untuk setiap perlakuan, yaitu berhubungan dengan debit gas HHO yang dihasilkan oleh tiap perlakuan yang mempengaruhi gaya tarik dan daya tarik traktor uji. Grafik hubungan gaya tarik dan daya tarik dengan slip roda traktor pada lintasan beton menunjukan terjadinya peningkatan gaya tarik maupun daya tarik terhadap traktor untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dengan pembanding nilai pengujian pada traktor tanpa perlakuan. Data yang diperoleh menunjukan peningkatan kinerja tarik traktor pada lintasan beton mencapai 14.14% untuk drawbar pull dan 23.13% untuk drawbar power pada traktor uji perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran Drawbar pull (N) generator HHO slip roda (%) Gambar 28. Grafik hubungan drawbar pull dengan slip roda pada lintasan beton Drawbar power (W) slip roda (%) generator HHO Gambar 29. Grafik hubungan drawbar power dengan slip roda pada lintasan beton. Peningkatan kinerja tarik traktor, dalam hal ini gaya tarik dan daya tarik traktor adalah berhubungan langsung dengan pengumpanan gas HHO pada ruang 34

5 bakar mesin diesel traktor. Tenaga mesin yang awalnya didapat dari pembakaran solar dengan nilai kalor antara kj/kg s/d kj/kg akan meningkat ketika bahan bakar mesin dengan bahan bakar solar dicampur dengan gas HHO, dimana senyawa hidrogen yang terkandung didalam gas HHO memiliki nilai kalor kj/kg sampai kj/kg. Nilai kalor yang lebih besar pada pembakaran didalam torak mesin otomatis akan meningkatkan tenaga mesin dan memperbesar torsi mesin. Hal ini juga dijelaskan oleh Kahraman (2005) dimana kecepatan pembakaran hidrogen mencapai 6 kali lebih cepat dibandingkan gas alam atau bensin. Oleh karena itu pembakaran hidrogen meningkatkan ledakan pembakaran dibandingkan bahan bakar lain. Yilmaz et al. (2010) menyatakan terjadi peningkatan rata-rata 19.1% torsi mesin diesel yang menggunakan gas HHO dibandingkan mesin diesel biasa. Peningkatan energi disebabkan oleh oksigen dari gas HHO serta pencampuran antara gas hidrogen, udara dan bahan bakar yang lebih baik sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih baik juga. Cepat rambat pembakaran gas hidrogen dapat menurunkan jeda pembakaran dan waktu pembakaran yang singkat menghasilkan kehilangan panas yang rendah dan mendekati pembakaran ideal. Hal ini menyebabkan meningkatnya rasio kompresi dan efisiensi termal mesin. Cepatnya pembakaran yang dihasilkan gas HHO mengakibatkan peningkatan tekanan dan suhu serta meminimalisir knocking. Penurunan waktu pembakaran mereduksi suara mesin. Perbedaan kinerja tarik traktor pada lintasan beton yang diumpankan gas HHO dari generator HHO dengan konsentrasi elektrolit yang berbeda juga terlihat. Alasan utama terjadi perbedaan tersebut adalah konsentrasi KOH dalam air sebagai larutan elektrolit. KOH sebagai katalisator akan mempercepat reaksi elektrolisis, karena fungsi katalis menurunkan energi aktifasi dari suatu proses, dalam hal ini adalah proses elektrolisis. Elektrolit dengan konsentrasi 50gr KOH/ 1 liter air akan lebih cepat terurai menjadi gas HHO pada proses elektrolisis dibandingkan elektrolit dengan konsentrasi 25gr dan 10gr KOH/ 1 liter air. Proses penguraian air dengan katalis 50gr KOH/1 liter air otomatis akan menghasilkan gas HHO yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan katalis 25gr dan 10gr KOH/1 liter air. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi larutan elektrolit berimplikasi pada meningkatnya konduktivitas elektrik atau hambatan elektrik yang terjadi. Berdasarkan hukum listrik, pada tegangan yang sama, bila hambatan dalam lebih kecil, maka arus yang mengalir lebih tinggi. Dampak dari peningkatan arus yang mengalir seharusnya diikuti dengan meningkatnya produksi gas HHO yang dihasilkan. Karena menurut hukum Faraday bahwa arus yang mengalir sebanding dengan kecepatan reaksi elektrolisis yang terjadi. Bila reaksi elektrolisis terjadi semakin cepat, maka debit yang terjadi akan semakin cepat. Data debit HHO yang dihasilkan oleh perlakuan terhadap generator HHO dapat dilihat pada Tabel 3. Semakin banyak jumlah gas HHO yang dihasilkan, berarti semakin banyak juga gas HHO yang masuk kedalam ruang bakar mesin. Semakin banyak gas HHO yang masuk keruang bakar, berarti gas HHO yang terbakar juga semakin besar, sehingga meningkatkan tenaga pada mesin. Kinerja tarik traktor yang didapat dari pemasukan gas HHO yang berasal dari generator HHO mengalami penurunan ketika gas HHO yang dihasilkan berasal dari. Pada rancangan awal, penggunaan resonansi pada generator HHO bertujuan untuk menurunkan hambatan pada generator HHO sehingga arus yang mengalir pada generator lebih besar. Dalam hal elektronika, resonansi merupakan suatu keadaan dimana fase induktansi sama dengan fase 35

6 kapasitansi, sehingga menghasilkan reaktansi minimum. Impedansi merupakan gabungan hambatan reaktansi dan resistansi. Dengan reaktansi yang minimum,maka impedansi yang dihasilkan dari rangkaian tersebut adalah juga minimum (Sears dan Zhemansky, 1960). Namun dari hasil pengujian, terjadi penurunan kinerja generator setelah menggunakan efek resonansi. Generator HHO tidak memiliki nilai kapasitansi yang tetap, sehingga perhitungan untuk mencapai resonansi belum dapat dilakukan yang membuat frekuensi untuk mencapai resonansi belum didapatkan. Penurunan kinerja mengakibatkan penurunan produksi gas HHO, sehingga suplay gas HHO yang masuk ke ruang bakar mesin menurun, dan menyebabkan penurunan tenaga mesin dibandingkan menggunakan generator HHO Kinerja Tarik Traktor pada Lintasan Tanah Pengukuran kinerja tarik traktor juga dilakukan pada lintasan tanah berumput. Nilai hasil dari pengujian kenerja tarik traktor yang dilakukan dalam tiga kali pengulangan untuk setiap tingkatan beban yang diberikan disajikan pada Gambar 29 dan Gambar 30. Gambar 29 menunjukan hubungan drawbar pull atau gaya tarik traktor uji terhadap tingkatan slip roda traktor, sedangkan Gambar 30 menunjukan hubungan drawbar power atau daya tarik traktor uji terhadap tingkatan slip roda traktor. Kurva pada grafik yang tertera pada Gambar 29 menunjukan peningkatan gaya tarik seiring bertambahnya beban pada traktor. Seperti halnya juga dengan gaya tarik pada lintasan beton, gaya tarik traktor pada pengujian di lintasan tanah berumput yang awalnya mengalami kenaikan namun diantara slip roda diatas 25% gaya tarik cenderung konstan dan bahkan mengalami penurunan. Itu diakibatkan karena semakin besar slip yang terjadi pada roda traktor maka daya cengkram roda juga akan berkurang dan traksinya akan cenderung menurun. Peningkatan nilai gaya tarik antara perlakuan yang diberikan pada traktor uji juga terlihat. Nilai gaya tarik traktor uji perlakuan 0 (kontrol) berada dibawah nilai gaya tarik traktor perlakuan 1. Selanjutnya diikuti diatasnya nilai gaya tarik traktor uji perlakuan 2, dan yang paling tinggi adalah tenaga tarik traktor perlakuan 3. Hal ini sama alasanya dengan peningkatan gaya tarik pada lintasan beton. Hal berbeda terjadi pada nilai gaya tarik traktor yang dimasukan gas HHO keruang bakar mesin dari hasil elektrolisis menggunakan. Dimana nilai gaya tarik traktor mengalami penurunan dan berada di bawah nilai gaya tarik traktor tanpa perlakuan. Gaya tarik traktor uji dengan perlakuan 5 berada dibawah nilai gaya tarik traktor perlakuan 0, dan berada dibawahnya yaitu traktor uji perlakuan 4. Hal ini diakibatkan karena adanya perbedaan kondisi lintasan pengujian. Untuk pengambilan data traktor uji perlakuan 4 dan perlakuan 5 dilakukan pada hari yang berbeda (hari kedua) dengan hari pengujian perlakuan yang lainya (hari pertama). Perbedaan kondisi lintasan uji terlihat dari kondisi fisik lintasan tanah berumput. Dimana kadar air rata-rata tanah pada lintasan yang diukur pada hari pertama pengujian yaitu sebesar % sedangkan pada saat pengujian hari kedua adalah sebesar %. Dari data dapat diketahui bahwa kadar air tanah pada lintasan tanah berumput pada saat pengujian kedua lebih besar dari pada kadar air tanah pada saat pengujian pertama. Tahanan penetrasi tanah pada pengujian hari pertama lebih besar dibandingkan pada saat pengujian hari kedua. Perbedaan nilai tahanan penetrasi tanah dapat dilihat pada Tabel 6. Kondisi tanah pada pengujian hari kedua dimana kadar air yang meningkat dan penurunan tahanan penetrasi pada tanah menyebabkan penurunan gaya tarik traktor uji. Kadar air yang meningkat dan 36

7 tahanan penetrasi tanah yang menurun menyebabkan daya cengkram roda traktor uji menurun sehingga traksi yang dihasilkan juga ikut menurun. Grafik pada Gambar 30 menunjukan terjadinya penurunan daya tarik traktor seiring bertambahnya nilai slip roda pada traktor yang diuji pada lintasan tanah berumput. Penurunan daya tarik terhadap slip roda diakibatkan terjadinya penurunan kecepatan maju traktor karena slip roda yang semakin besar. Nilai daya tarik traktor antara perlakuan juga terjadi perbedaan dimana daya tarik yang dihasilkan dari traktor uji tanpa perlakuan lebih kecil dari traktor uji yang diberikan gas HHO dari generator HHO. Namun untuk traktor uji yang diberikan gas HHO dari generator HHO resonansi, nilai daya tariknya berada dibawah nilai daya tarik traktor uji tanpa perlakuan. Hal ini dikarenakan nilai gaya tarik traktor yang menggunakan generator HHO resonansi juga rendah Drawbar pull (N) slip roda (%) generator HHO Gambar 30. Grafik hubungan drawbar pull dengan slip roda pada lintasan tanah berumput Drawbar power (W) generator HHO slip roda (%) Gambar 31. Grafik hubungan drawbar power dengan slip roda pada lintasan tanah berumput. 37

8 Grafik hubungan gaya tarik dan daya tarik dengan slip roda traktor pada lintasan tanah berumput menunjukan terjadinya peningkatan gaya tarik maupun daya tarik terhadap traktor untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dengan pembanding nilai pengujian pada traktor tanpa perlakuan. Data yang diperoleh menunjukan peningkatan kinerja tarik traktor pada lintasan tanah berumput mencapai 6.39% untuk drawbar pull dan 13.99% untuk drawbar power pada traktor uji perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran KONSUMSI BAHAN BAKAR TRAKTOR Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan untuk mengetahui banyaknya bahan bakar yang dikonsumsi mesin pada selang waktu tertentu. Data dari hasil pengukuran bahan bakar untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor dapat dilihat pada Lampiran 12 sampai Lampiran 23 dan lebih jelasnya lagi dipaparkan pada grafik yang tertera pada Gambar 31 dan Gambar 32. Grafik pada Gambar 31 menjelaskan hubungan antara konsumsi bahan bakar traktor uji terhadap slip roda traktor pada lintasan beton. Sedangkan grafik pada Gambar 32 memperlihatkan hubungan konsumsi bahan bakar traktor uji terhadap slip roda traktor ketika pengujian pada lintasan tanah berumput. Pada Gambar 31 dan Gambar 32 memperlihatkan kecenderungan rata-rata peningkatan konsumsi bahan bakar akibat bertambah besarnya slip roda yang terjadi pada traktor. Peningkatanya terlihat pada garis kurva pada grafik yang cenderung naik ketika slip roda traktor bertambah besar. Hal ini terjadi karena ketika slip roda traktor semakin besar yang disebabkan bertambahnya beban tarik terhadap traktor, membuat putaran mesin traktor menurun. Governor pada mesin yang berfungsi untuk menstabilkan kecepatan putar mesin, dimana ketika mesin mengalami penurunan kecepatan putar akibat adanya beban, governor pada mesin akan memperbesar jumlah bahan bakar yang disemprotkan keruang bakar. Maka daya poros mesin akan bertambah besar dan putaran mesin akan naik sampai stabil. Perbedaan besarnya konsumsi bahan bakar untuk setiap perlakuan yang diberikan pada traktor sangat jelas terlihat baik konsumsi bahan bakar traktor pada lintasan uji beton maupun lintasan tanah berumput. Nilai konsumsi bahan bakar pada traktor uji perlakuan 0 sebagai kontrol merupakan yang paling besar, diikuti dibawahnya traktor uji perlakuan 4 dan perlakuan 5. Selanjutnya diikuti traktor uji perlakuan 1 dan perlakuan 2. Nilai konsumsi bahan bakar traktor uji dengan perlakuan 3 merupakan yang paling kecil. Semakin sedikit atau semakin kecil nilai konsumsi bahan bakar berarti terjadi penghematan penggunaan bahan bakar. Data pengukuran menunjukan penurunan konsumsi bahan bakar mencapai 19.21% pada lintasan beton dan 16.69% pada lintasan tanah berumput untuk perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Menurut Yilmaz et al. (2010), konsumsi bahan bakar spesifik rata-rata mengalami penurunan sebesar 14% setelah mesin CI (compression ignition) menggunakan sistem HHO. Gas HHO pada mesin CI dapat meningkatkan efisiensi termalnya. Pada kecepatan tinggi, penurunan konsumsi bahan bakar diakibatkan oleh pencampuran yang seragam antara gas HHO dengan udara (difusifitas yang tinggi pada gas HHO). Pada kecepatan tinggi, bahan bakar diesel sulit untuk terbakar sempurna pada kondisi campuran miskin bahan bakar yang menyebabkan meningkatnya ampas/residu dari gas dan campuran yang kurang bagus. Gas HHO yang memiliki kecepatan pembakaran yang tinggi dan kemampuan bakar yang luas, penambahan gas HHO membantu mempercepat pembakaran bahan bakar dan menuju pembakaran sempurna pada kecepatan tinggi ( 1750). Penyeragaman dan perbaikan campuran dari gas HHO-udara dan kandungan oksigen dari gas HHO mendorong pembakaran yang berefek pada pengurangan konsumsi bahan bakar spesifik dari bahan bakar diesel (Yilmaz et al. 2010). 38

9 Konsumsi bahan bakar (gr/ jam) slip (%) generator HHO KOH 25 gr/l Gambar 32. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar dengan slip roda pada lintasan beton. Konsumsi bahan bakar (gr/jam) slip (%) generator HHO Gambar 33. Grafik hubungan konsumsi bahan bakar dengan slip roda pada lintasan tanah berumput. Perbedaan nilai konsumsi bahan bakar untuk setiap perlakuan tidak lepas dari banyaknya gas HHO yang diproduksi dari generator HHO maupun. Semakin besar gas HHO yang masuk ke dalam ruang bakar, maka semakin banyak pula gas HHO yang terbakar sehingga tenaga yang dihasilkan juga semakin besar. Daya poros akan semakin besar menyebabkan putaran mesin akan naik. Governor yang berfungsi untuk menstabilkan putaran mesin akan mendeteksi peningkatan kecepatan putar mesin, sehingga suplay bahan bakar yang disemprotkan ke ruang bakar diperkecil dan otomatis terjadi penghematan penggunaan bahan bakar EMISI GAS BUANG TRAKTOR Hasil pengukuran emisi gas buang menggunakan gas analyzer dapat dilihat pada Tabel 5. Data yang didapat berupa kadar karbon monoksida (CO) yang terukur dalam tiga kali pengulangan untuk setiap perlakuan. Pengukuran dilakukan ketika traktor uji dalam keadaan diam dengan putaran mesin traktor 2000 rpm. Tabel 7 menunjukan adanya 39

10 pengurangan emisi dalam hal ini kadar CO terukur ketika sistem bahan bakar traktor uji (traktor tangan) ditambahkan gas HHO pada ruang pembakaranya. Sebagai data kontrol, dimana kadar CO pada traktor perlakuan 0 rata-rata sebesar 355 ppm jauh lebih tinggi dibandingkan dengan traktor uji perlakuan 3 dengan kadar CO rata-rata sebesar 113 ppm. Data pengukuran menunjukan penurunan kadar CO pada traktor uji yang sistem bahan bakarnya ditambahkan HHO dapat mencapai 68.17% untuk perlakuan 3. Untuk lebih jelasnya dilampirkan pada Lampiran 29. Menurut Yilmaz et al. (2010), pengurangan rata-ata 13.5% didapatkan pada saat emisi CO di kecepatan sedang dan kecepatan tinggi ( 1750 Rpm). Ketidak adaan karbon pada gas HHO adalah alasan utama untuk pengurangan CO. Kemampuan pembakaran yang lebih luas dan kecepatan pembakaran dari gas HHO membuat mesin lebih tepat dioperasikan pada beban rendah. Campuran antara gas HHO dan bahan bakar solar lebih cepat terbakar dan lebih sempurna pembakaranya dibandingkan bahan bakar diesel murni. Jadi emisi CO pada kecepatan tinggi dan kondisi miskin bahan bakar sangat efekti mereduksi CO pada saat penambahan gas HHO. HHO mengandung oksigen, sehingga efisiensi pembakaran yang lebih tinggi dicapai dan peningkatan emisi CO berkurang. Gas HHO yang bersifat lebih explosive (mudah terbakar) dibandingkan bahan bakar diesel, membuat bahan bakar lebih efisien sewaktu pembakaran. Dari data pengujian konsumsi bahan bakar pada traktor yang menggunakan generator HHO, diketahui bahwa terjadi penurunan konsumsi bahan bakar dibandingkan dengan traktor. Penurunan konsumsi bahan bakar berarti bahan bakar solar yang dibakar juga sedikit, sehingga emisi dari gas hasil pembakaran juga berkurang, dalam hal ini khususnya CO. Pembakaran gas HHO dilihat dari reaksi kimia pembakaranya yaitu 2H 2 +O 2 2H 2 O + energi. Pembakaran gas HHO menghasilkan energi dan gas hasil pembakaranya berupa uap air (H 2 O). Dapat dikatakan gas buang pembakaran gas HHO lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan dengan gas buang hasil pembakaran bahan bakar solar. Tabel 7. Data pengukuran kadar CO pada traktor uji Perlakuan traktor uji Ulangan 1 Kadar CO terukur (ppm) Ulangan Ulangan 2 3 Ratarata Tanpa perlakuan Generator HHO elektrolit 50gr KOH/1 liter air Kenerator HHO elektrolit 25gr KOH/1 liter air Generator HHO elektrolit 10gr KOH/1 liter air Generator HHO resonansi elektrolit 25gr KOH/1 liter air Generator HHO resonansi elektrolit 10gr KOH/1 liter air Kadar CO terukur juga berkurang seiring bertambahnya konsentrasi larutan elektrolit pada generator HHO. Traktor uji perlakuan 1 memiliki kadar CO rata-rata sebesar lebih besar dibandingkan dengan traktor uji perlakuan 2. Pada data pengukuran juga memperlihatkan penurunan kinerja dengan semakin besarnya kadar CO terukur dibandingkan dengan menggunakan generator HHO biasa. Sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan kadar CO pada gas buang traktor diakibatkan oleh banyaknya gas HHO yang ikut terbakar didalam ruang bakar mesin. 40

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Fahmi Wirawan NRP 2108100012 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc Latar Belakang Menipisnya bahan bakar Kebutuhan bahan bakar yang banyak Salah satu solusi meningkatkan effisiensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni Percobaan pertama dilakukan pada motor bakar dengan bensin murni, untuk mengetahui seberapa besar laju konsumsi BBM yang

Lebih terperinci

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Oleh: Dyah Yonasari Halim 3305 100 037 PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian (Tabel 6) yang digunakan untuk menghitung besarnya daya engkol ( bp) dan konsumsi bahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian. Spesifikasi Sepeda Motor 4-langkah Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4- langkah. Adapun spesifikasi dari mesin uji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MOTOR BAKAR DIESEL Bagian Utama Motor Bakar Diesel

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MOTOR BAKAR DIESEL Bagian Utama Motor Bakar Diesel II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MOTOR BAKAR DIESEL Motor bakar adalah motor yang dapat mengubah tenaga panas hasil dari suatu pembakaran menjadi tenaga mekanik. Motor bakar dapat dibedakan dalam 2 golongan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi melaju sangat pesat, hampir semua sektor kehidupan telah menerapkan berbagai macam teknologi. Salah satu sektor yang selalu melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jptk PENGARUH PENGGUNAAN HYDROGEN ECO BOOSTER TIPE DRY CELL DENGAN VARIASI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP TORSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi dewasa ini semakin meningkat. Segala aspek kehidupan dengan berkembangnya teknologi membutuhkan energi yang terus-menerus. Energi yang saat ini sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu campuran komplek antara hidrokarbon-hidrokarbon sederhana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara yang diakibatkan oleh gas buang kendaraan bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan dan memberikan andil yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di

I. PENDAHULUAN. premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Warga Lampung kini amat disulitkan akibat langkanya bahan bakar minyak jenis premium dan solar. Kelangkaan terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota di provinsi Lampung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan krisis energi dan polusi udara merupakan permasalahan besar

I. PENDAHULUAN. Permasalahan krisis energi dan polusi udara merupakan permasalahan besar I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Permasalahan krisis energi dan polusi udara merupakan permasalahan besar dan harus segera dicarikan solusinya. Diikuti dengan peningkatan pemakaian bahan bakar minyak bumi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC TUGAS AKHIR RM 1541 (KE) PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC RIZKY AKBAR PRATAMA 2106 100 119 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER Oleh: HASIS AGUNG NUGROHO 050306012 Dosen Pembimbing: Ir. Joko Sarsetyanto, MT D III TEKNIK MESIN FTI-ITS Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepage jurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL Sadar Wahjudi 1

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO Fahmi Wirawan, Djoko

Lebih terperinci

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap. 1 Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Gas Hasil Elektrolisis Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi (Pada Motor Bakar 4 Langkah) (The Influence of Potassium Hydroxide Molarity on Brown's Gas from the

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Elektrolisasi Air Elektroisasi air merupakan peristiwa penguraian air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.

Lebih terperinci

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014 STUDI KOMPARASI DARI ZAT ADITIF SINTETIK DENGAN ZAT ADITIF ALAMI TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN GENSET MOTOR BENSIN 4-LANGKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat transportasi sebagai moda penggerak berbagai bidang dimana terjadi perpindahan orang maupun barang dari suatu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan alat transportasi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB IV DATA DAN ANALISA BAB IV DATA DAN ANALISA 4.1 Data Pengujian Dari hasil pengujian yang dilakukan pada sepeda motor merk Suzuki Shogun 125 CC tahun 2010 maka didapatkan hasil data dengan memanfaatkan sistem kelistrikan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 217 Terbit 64 halaman PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

Lebih terperinci

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang l. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan pada proses pembakaran. Udara mengandung banyak gas seperti nitrogen, oksigen, hydrogen, uap air, karbon dioksida,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAS HHO DAN UJI KINERJANYA PADA TRAKTOR TANGAN SKRIPSI TRIO ANDRELOV F

PENGGUNAAN GAS HHO DAN UJI KINERJANYA PADA TRAKTOR TANGAN SKRIPSI TRIO ANDRELOV F PENGGUNAAN GAS HHO DAN UJI KINERJANYA PADA TRAKTOR TANGAN SKRIPSI TRIO ANDRELOV F4080008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 203 PERFORMANCE OF HAND TRACTOR USING HHO GAS Trio Andrelov

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Didi Eryadi 1), Toni Dwi Putra 2), Indah Dwi Endayani 3) ABSTRAK Seiring dengan pertumbuhan dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SABAM NUGRAHA TOBING

Lebih terperinci

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM: SKRIPSI MOTOR BAKAR UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN BAHAN BAKAR DIMETIL ESTER [B 06] DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM: 060421019

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Penelitian Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji dirancang untuk penggunaan bahan bakar bensin. Mesin Ini menggunakan sistem

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH Pradana Aditya *), Ir. Arijanto, MT *), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

Andersen Karel Ropa, Naif Fuhaid, Nova Risdiyanto Ismail, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 1-4

Andersen Karel Ropa, Naif Fuhaid, Nova Risdiyanto Ismail, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 1-4 PENGARUH MEDAN MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA KINERJA MOTOR BAKAR BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET 1000 Andersen Karel Ropa 1), Naif Fuhaid 2), Nova Risdiyanto Ismail 3) ABSTRAK Pemerintah menghadapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi di bidang otomotif saat ini berkembang sangat pesat. Hampir semua inverter menawarkan produk dengan keutamaan dapat menghemat konsumsi bahan bakar. Ada 2 jenis produk

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK GENERATOR GAS HHO DRY CELL DAN APLIKASINYA PADA KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300 CC

STUDI KARAKTERISTIK GENERATOR GAS HHO DRY CELL DAN APLIKASINYA PADA KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300 CC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (1) 1-6 1 STUDI KARAKTERISTIK GENERATOR GAS HHO DRY CELL DAN APLIKASINYA PADA KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 13 CC Iqbal Wahyudzin dan Harus Laksana Guntur Jurusan Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas buang motor bensin mengandung nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO 2 ) (NO 2 dalam

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX THE INFLUENCE OF INDUCT PORTING INTAKE AND EXHAUST FOR THE 4 STROKES 200 cc PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR

RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR RANCANG BANGUN ALAT PENGHASIL GAS HIDROGEN UNTUK BAHAN BAKAR KOMPOR Maria Riswanti Tadubun, Rika Winarni, Fransiskus Tayi dan Richard Samuel Waremra S.T., M.Si, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN GENERATOR GAS H 2 O 2 JENIS WET DAN DRY CELL 6 RUANG UNTUK KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300CC

PENGEMBANGAN GENERATOR GAS H 2 O 2 JENIS WET DAN DRY CELL 6 RUANG UNTUK KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300CC 0069: Harus L.G. dkk. TR-29 PENGEMBANGAN GENERATOR GAS H 2 O 2 JENIS WET DAN DRY CELL 6 RUANG UNTUK KENDARAAN BERMESIN INJEKSI 1300CC Harus Laksana Guntur, I Nyoman Sutantra, Bambang Sampurno, dan Rasiawan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi daya, torsi dan konsumsi bahan bakar. Data yang dikumpulkan meliputi data spesifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (www.solopos.com)

I. PENDAHULUAN. produksi minyak per tahunnya 358,890 juta barel. (www.solopos.com) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lembaga Kajian untuk Reformasi Pertambangan, Energi, dan Lingkungan Hidup (ReforMiner Institute) bahwa cadangan minyak bumi Indonesia akan habis 11 tahun lagi.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI Pembimbing : Ir. Joko Sarsetyanto, MT PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tekanan Biogas Untuk mengetahui tekanan biogas yang ada perlu dilakukan pengukuran tekanan terlebih dahulu. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat sebuah manometer sederhana

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS

PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF KAPASITAS BESAR. Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS PENGARUH PENAMBAHAN GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL OTOMOTIF Dosen pembimbing : Prof.Dr.Ir.H.D.SUNGKONO, M.Eng.Sc. KAPASITAS BESAR Tugas Akhir Konversi Energi TEKNIK MESIN FTI-ITS Theo

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data meliputi durasi standard camshaft dan after market camshaft, lift standard camshaft dan after market

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tekanan Biogas Untuk mengetahui tekanan biogas yang ada perlu dilakukan pengukuran tekanan terlebih dahulu. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat sebuah manometer sederhana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gas-gas pencemar dari gas buang kendaraan bermotor seperti gas CO dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat hemoglobin darah

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-339 (3-97 Print) B-8 Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar,, Plus Dan Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah Rapotan Saragih dan Djoko Sungkono Kawano Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc

PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc TUGAS AKHIR - TM 091486 (KE) PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT KALIUM HIDROKSIDA (KOH) PADA GENERATOR HHO TERHADAP UNJUK KERJA & EMISI GAS BUANG MESIN SUPRA X PGMFi 125 cc ANDRIAN DWI PURNAMA 2105 100 003 Dosen

Lebih terperinci

IV. PERSIAPAN PENGUJIAN

IV. PERSIAPAN PENGUJIAN IV. PERSIAPAN PENGUJIAN 4.1. PERSIAPAN GENERATOR HHO Persiapan pemasangan generator HHO pada traktor dimulai dengan membuat rancangan generator HHO dan pembuatanya, pembuatan komponen-komponen pendukung

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara Joko Suwignyo Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, IKIP Veteran Semarang Email: jokosuwignyu@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC AALISA PEGARUH CAMPURA PREMIUM DEGA KAPUR BARUS (APTHALE) TERHADAP EMISI GAS PADA MESI SUPRA X 125 CC Tinus Ginting ST, MT Dosen Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan Abstrak Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE) PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE) PADA METODE SNCR (SELECTIVE NON-CATALYTIC REDUCTION) UNTUK REDUKSI EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL Sutoyo 1, M. Imron Rosyidi 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO)

PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO) PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA/ LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bahan bakar menggunakan teknologi elektrolisis air sebetulnya bukan merupakan sesuatu yang baru. Seorang berkebangsaan Swiss, Isaac De Rivaz

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET

PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET Widya Teknika Vol.20 No.1; Maret 2012 ISSN 1411 0660: 63-69 PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET Toni Dwi Putra 1) ABSTRAK Kelangkaan bahan

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin UMY

Jurnal Teknik Mesin UMY PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI 3 JENIS BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX 95 Erlangga Bagus Fiandry 1 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menjadikan teknologi otomotif juga semakin berkembang. Perkembangan terjadi pada sistem pembakaran dimana sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Penambahan gas hasil elektrolisa air pada motor bakar 4 langkah ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan BBM sebagai bahan bakarnya. Pengaruh penambahan gas hasil elektrolisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelangkaan bahan bakar merupakan masalah yang sering terjadi dan umum di Indonesia. Masalah ini adalah salah satu masalah yang berdampak pada masyarakat, karena permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno Hatta mempunyai tugas pokok menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno Hatta mempunyai tugas pokok menyediakan pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta merupakan salah satu Bandar udara yang dibawah naungan PT. Angkasa Pura II (persero). Bandar Udara Internasional Soekarno

Lebih terperinci

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW Suliono 1) dan Bambang Sudarmanta 2) 1) Program Studi Magister Rekayasa Energi, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Frekuensi Listrik terhadap Performa Generator HHO dan Unjuk Kerja Engine Honda Kharisma 125CC

Pengaruh Penggunaan Frekuensi Listrik terhadap Performa Generator HHO dan Unjuk Kerja Engine Honda Kharisma 125CC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-294 Pengaruh Penggunaan Frekuensi Listrik terhadap Performa Generator HHO dan Unjuk Kerja Engine Honda Kharisma 125CC Rizky

Lebih terperinci

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN Riccy Kurniawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Unika Atma Jaya, Jakarta Jalan Jenderal Sudirman 51 Jakarta 12930

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya kelangkaan serta tiadanya jaminan ketersediaan pasokan minyak dan gas (Migas) di negeri sendiri, merupakan kenyataan dari sebuah negeri yang kaya sumber energi.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC TUGAS AKHIR Oleh REKSA MARDANI 0405220455 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN DIESEL Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang  . BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan bahan bakar yang meningkat dengan semakin bertambahnya industri dan jumlah kendaraan bermotor baru, 5 juta unit sepeda motor dan 700.000 mobil per tahun.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010 Oleh Maulana Sigit Wicaksono 218 3 83 PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 21 Pembimbing Ir. Joko Sarsetyanto, MT. LATAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas pemikiran dan kebutuhan manusia yang juga berkembang pesat. Atas dasar itulah penerapan teknologi

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang SELENOID VALVE 12 VOLT SEBAGAI PENGAMAN PADA SEPEDA MOTOR BERBAHAN BAKAR GAS SEBAGAI KONVERSI ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN 1 Jusnita, Arifin 2, Suwandi 2 1 Dosen Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci