PERKAWINAN SATU SUKU DI NAGARI JAWI-JAWI SUMATERA BARAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM. Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKAWINAN SATU SUKU DI NAGARI JAWI-JAWI SUMATERA BARAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM. Skripsi"

Transkripsi

1 PERKAWINAN SATU SUKU DI NAGARI JAWI-JAWI SUMATERA BARAT DITINJAU DARI HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: YOSSI FEBRINA K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H/2011

2

3

4 KATA PENGANTAR Segala puji, dan syukur diucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan rahmatnya dan shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi SAW, keluarga dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti hingga akhir zaman. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 2. Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H., MA., selaku ketua Program Study dan Pembimbing Skripsi. Kemudian Hj. Rosdiana, MA, selaku sekretaris jurusan Ahwal Syakhsiyyah yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan i

5 yang banyak membantu penulis memfasiltasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Teristimewa kepada Ayahanda H. Syamsijar dan ibunda Hj. Yulianis, serta seluruh skeluarga yang sangat saya cintai dan sayangi. Terima kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan kalian yang tidak terlupakan. Terima kasih juga atas doa dan pengorbanan kalian yang tidak terhingga serta senantiasa memberi semangat tanpa jemu sehingga penulis menyelesaikan belajar disini dengan selamat dan sempurna. Semoga Allah SWT menempatkan kalian ditempat orang-orang yang sholeh dan mulia. Tidak ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan, melainkan sebuah kejayaan. 5. Terkhusus kepada seorang yang berada di Negeri Kinanah (Mesir) yaitu H. Ahmad Arif yang telah membantu dan selalu memberikan semangat serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kemudian kepada sahabat-sahabat saya: Efi Salinda yang membantu saya mencari bahanbahan skripsi, Ade uswatul Jamiliyah, Sari Eka Lestari Putri, Nurul Hikmah, dan andini Hafizhotin Nida yang ikut serta dalam memberi semangat, dan teman-teman MAKN Koto Baru Padang Panjang, Jakarta, Mesir, Padang dan sekitarnya. Dan teman-teman angkatan 2007/2008 jurusan Akhwalu Syakhsiyyah, terima kasih atas kebersamaan kalian dalam menemani penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ii

6 Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada para pembaca. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis akan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis amat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan. Maka kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dalam rangka perbaikan, dan kesempurnaan tulisan ini. Kepada Allah SWT penulis memohon dan mendoakan semoga jasa baik yang telah kalian sumbangkan menjadi ladang amal sholeh dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin Ciputat, 25 April 2011 Penulis Yossi Febrina iii

7 Dengan ini saya menyatakan bahwa: LEMBAR PERNYATAAN 1. Skripsi ini merupakan hasl karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Srata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. 3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 25 April 2011 Penulis Yossi Febrina iv

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i LEMBAR PERNYATAAN...iv BAB 1: PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan dan manfaat penelitian... 9 D. Metode penelitian...10 E. Sistematika penulisan BAB ll: PERKAWINAN DALAM ISLAM A. Pengertian Perkawinan...13 B. Dasar Hukum Perkawinan...17 C. Rukun dan Syarat Perkawinan...19 D. Tujuan Perkawinan...25 E. Larangan-larangan Perkawinan BAB lll: POTRET NAGARI JAWI-JAWI SUMATERA BARAT A. Sejarah singkat wilayah...33 B. Geografis dan Luas wilayah...37 C. Agama dan pendidikan masyarakat D. Sosial Budaya masyarakat...41 v

9 BAB lv: PERKAWINAN SATU SUKU A. Pengertian Perkawinan Satu Suku...43 B. Latar belakang larangan Perkawinan Satu Suku...48 C. Sanksi adat Perkawinan Satu Suku...50 D. Analisa hukum Islam terhadap Perkawinan Satu Suku...52 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan...57 B. Saran DAFTAR PUSTAKA 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN: 1. Wawancara Surat Observasi Surat dari Kelurahan...71 vi

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluknya untuk dapat berkembangbiak dan melestarikan hidupnya. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturan.demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai, dengan upacara ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridha meridhai, dan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat. 1 Selain itu juga pernikahan merupakan salah satu kebutuhan jasmani dan rohani yang sudah menjadi sunnatulah, bahwa dua manusia dengan jenis kelamin berlainan, seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan saling mengenal satu sama lain untuk hidup bersama. Pernikahan disyariatkan supaya manusia mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan 1 Abd. Rahman Ghazaly, Fikh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h

11 2 bahagia dunia akhirat dan ridha ilahi. Perkawinan merupakan kebutuhan alami manusia. Tingkat kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu untuk menegakkan kehidupan berkeluarga berbeda-beda, baik dalam hal kebutuhan biologis (gairah seks) maupun biaya dan bekal yang berupa materi. 2 Perkawinan merupakan kebutuhan alami manusia. Tingkat kebutuhan dan kemampuan masingmasing individu untuk menegakkan kehidupan berkeluarga berbeda-beda, baik dalam hal kebutuhan biologis (gairah seks) maupun biaya dan bekal yang berupa materi. Dari tingkat kebutuhan yang bermacam-macam ini, para ulama mengklasifikasikan hukum perkawinan dengan beberapa kategori. Ulama mazhab asy-syafi i mengatakan bahwa hukum asal menikah adalah boleh mubah. 3 Sedangkan menurut kelompok mazhab Hanafi, Malikidan Hanbali, hukum melaksanakan perkawinan adalah sunat. Sedangkan menurut Zahiri, hukum asal perkawinan adalah wajib bagi orang muslim satu kali seumur hidup. 4 Dasar perkawinan menurut KHI pasal 1, perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan 2 As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah cet ke 2, (Beirut: Muassasah Risalah, 2005), h, Pendapat ini dapat dilihat di Abd ar-rahman Al-Jaziri, Kitab al-fiqh ala al-mazahib al- Arba ah, IV : h Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, h. 28

12 3 tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5 Rasulullah SAW sendiri menerangkan, bahwa pada kenyatannya nikah itu tidak hanya sekedar akad. Akan tetapi, lebih dari itu, setelah pelaksanaan akad si pengantin harus merasakan nikmatnya akad tersebut. Sebagaimana dimungkinkan terjadinya proses perceraian setelah dinyatakannya akad tersebut. 6 Pada dasarnya golongan fuqaha yakni jumhur ulama berpendapat bahwa nikah itu hukumnya sunnah, sedangkan golongan Zahiri mengatakan menikah itu wajib. Para ulama Maliki Mutatakhirin berpendapat bahwa menikah itu wajib bagi sebagian orang dan sunnah bagi sebagian lainnya dan mubah bagi golongan lainnya. Hal ini ditinjau berdasarkan kekhawatiran dan kesusahan atau kesulitan dirinya. 7 Dari begitu banyaknya suruhan Allah dan Nabi untuk melaksanakan perkawinan itu maka perkawinan itu adalah perbuatan yang disukai oleh Allah 5 Kompilasi Hukum Islam, (Bandung:Citra Umbara, 2007).h, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 1998), h 7 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung:CV Pustaka Setia, 1999), h.

13 4 dan nabi untuk dilakukan. Atas dasar ini hukum perkawinan itu menurut asalnya adalah sunnah menurut pandangan jumhur ulama. Namun karena ada tujuan yang mulia yang hendak dicapai dari perkawinan itu melakukannya juga berbeda pula kondisinya. Adapun pengertian yang dikemukakan dalam Undang-undang Perkawinan (UU no. 1 tahun 1974), adalah: Perkawinan adalah ikatan lahir bathin a\ntara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 8 Bunyi pasal 1 Undang-undang Perkawinan ini dengan jelas menyebutkan tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga bahagia dan kekal yang didasarkan pada ajaran agama. Tujuan yang diungkap pasal ini masih bersifat umum yang perinciannya dikandung pasal-pasal lain berikut penjelasan Undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Dalam penjelasan ini disebutkan bahwa membentuk keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan, yang juga merupakan tujuan perkawinan, di mana pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua. Rothenberg dan Blumenkrantz mengarakan Marriage, as it is commonly secucced, refers to a contractual relationship between two persons,one male and 8 Dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 1.

14 5 one female, a rising out of the mutual promises that are recoqnized bay law. 9 Maksudnya ialah bahwa perkawinan sebagaimana pada umumnya merujuk kepada hubungan perjanjian yang nyata antara dua orang yaitu seorang laki-laki (ayah) dan seorang perempuan yang saling berjanji yang disahkan oleh hukum. Menurut Muhammad Jalaluddin Al Qasyimi dalam Kitab Mau Izatul Mukminim menyebutkan bahwa adapun manfaat dari suatu perkawinan itu ada lima yaitu : pertama, untuk melangsungkan keturunan, kedua untuk penyaluran hawa nafsu, ketiga untuk mengatur kehidupan rumah tangga, keempat untuk memperkuat/memperluar kekeluargaan dan kelima mengendalikan diri. 10 Tujuan nikah pada umumnya bergantung pada masing-masing individu yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subyektif. Namun demikian, ada juga tujuan umum yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan akhirat. Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan cinta serta penghormatan.wanita muslimah berkewajiban h Rothenberg dan Blumenkrantz, Personal Law, Oenanta, State University of New York, 10 Muhammad Jalaluddin Al Qasyini, Mau Izatul Mukminim, Terjemahan, t.t, h.103.

15 6 untuk mengerjakan tugas dalam berumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan suasana menyenangkan, supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi. 11 Dengan akad nikah suami mempunyai hak untuk memilih milik itu hanya bersifat milk al-intifada (hak milik untuk menggunakan) bukan milk almuqarabah (hak milik yang bisa dipindah tangankan seperti kepemilikan benda) dan bukan pula milk al-manfa ah (kepemilikan manfaat yang bisa dipindahkan). 12 Berhubungan antara adat dan agama Islam di Minangkabau membawa konsekuensi sendiri.baik ketentuan adat, maupun ketentuan agama dalam mengatur hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau, tidak dapat di abaikan khususnya dalam bidang perkawinan.kedua aturan itu harus dipelajari dan dilaksananakan secara serasi, seiring dan sejalan. Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum adat yang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah Minang atau Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 1998), h 12 Abdul Basit Mutawally, Muhadarah fi al-fiqh al-muqaran, (Mesir: t.t), h. 120.

16 7 Adat Minangkabau juga dipakai dan berlaku bagi masyarakat Minang yang berada di perantauan di luar wilayah Minangkabau. Adat adalah landasan bagi kekuasaan para Raja dan Penghulu, dan dipakai dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari. Semua peraturan hukum dan perundang-undangan disebut Adat, dan landasannya adalah tradisi yang diwarisi secara turun-temurun serta syariat Islam yang sudah dianut oleh masyarakat Minangkabau. Seorang Raja atau Penghulu memegang kekuasaan karena keturunan, dan kekuasaan itu menjadi sah karena didukung oleh para ulama yang memegang otoritas agama dalam masyarakat. Dari ide ini muncul adagium Adat basandi syarak; Syarak basandi Kitabullah. 13 Di Minangkabau dikenal dengan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, dalam arti semua hukum adat mengacu kehukum agama (Islam). Semua aturan adat akan diselaraskan dengan ketentuan Allah sebagai pedoman utama dalam menjalankan adat. Berbicara masalah perkawinan di Minangkabau menerapkan aturan-aturan tentang perkawinan salah satunya perkawinan satu suku yang di anggap tabu (menurut hukum adat) di Ranah Minang. Tapi kalau 1 maret Adat Minangkabau, diakses pada tanggal

17 8 kita mengacu ketentuan Allah, tidak semua yang tergolongsatu suku (yang dilarang adat) juga dilarang agama.bagaimana dengan bagian satu suku yang diperbolehkan oleh Allah? 14 Dalam hal ini apakah adat melakukan pembangkangan terhadap syarak, atau orang minang yang tidak mengerti azas hukumadatnya? apapun jawabannya, yang pasti orang Minangkabau mempunyai dasar agama yang lebih baik, karena azas hukum adat minang mengacu ke agama, sehingga terbentuklah pribadi-pribadi buya dalam setiap diri masyarakat minang (dulu). Lalu kenapa masih ada yang menjalankan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Dalam penulisan skripsi ini agar dapat dicermati secara seksama dan diharapkan nantinya dapat memberikan kontribusi pemahaman yang mendalam penulis lebih menitik beratkan analisa masalah terhadap norma-norma atau aturan-aturan hukum adat Minagkabau, yaitu larangan melangsungkan perkawinan bagi mereka yang satu suku.karena larangan dan segala permasalahan yang berkaitan dengan perkawinan menurut hukum Islam itu luas, maka penulis memberi batasan penyusunan skripsi ini adalah pada hal-hal 14 Budaya Alam Minangkabau, diakses pada tanggal 11 Desember 2010.

18 9 yang hanya berkaitan dengan larangan perkawinan satu suku dilihat dari segi hukum Islam. 2. Rumusan masalah Menurut Al-Quran, hadist, Fiqh, dan Peraturan Perundang-undangan tidak dilarang kawin satu suku. Kenyataannya di lapangan di Nagari Jawi-jawi Sumatera Barat perkawinan sesuku itu di larang. Dan bagi yang melanggarnya maka akan di hukum sesuai dengan aturan adat Minangkabau. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa alasan yang mendasari larangan perkawinan satu suku dalam masyarakat adat Minangkabau? 2. Dalam bentuk apa saja sanksi adat terhadap pelanggaran ketentuan perkawinan satu suku di Minangkabau? 3. Pandangan hukum Islam terhadap pelanggaran perkawinan satu suku dalam masyarakat adat Minangkabau? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui faktor penyebab larangan perkawinan satu suku b. Untuk mengetahui sanksi adat terhadap pelanggaran ketentuan perkawinan satu suku c. Untuk mengetahui bagaimana Pandangan hukum Islam tentang larangan perkawinan satu suku dalam masyarakat adat Minangkabau.

19 10 2. Manfaat penelitian a. Memberikan pengetahuan kepada seluruh masyarakat Islam khususnya masyarakat Minangkabau tentang pandangan hukum Islam terhadap larangan perkawinan satu suku. b. Diharapkan sebagai konstribusi pengetahuan dan pemikiran kepada masyarakat umum dalam melakukan praktek kawin satu suku. D. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakanmetode penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan, langkah-langkah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan data a. Data primer yaitu: data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan penulis terhadap perkawinan satu suku dengan menggunakan penelitian lapangan (Fiel Reseach) yaitu dengan jalan mengadakan riset lapangan (observasi) yang bertujuan menghimpun data tersebut penulis juga menggunakan alat data dengan pedoman wawancara langsung dengan pihak terkait yang berhubungan dengan skripsi. b. Data sekunder adalah data yang diambil dari bahan-bahan pustaka yang menunjang data primer, dalam hal ini data sekunder diperoleh

20 11 dari buku-buku hukum, majalah, artikel, internet yang berhubungan dengan masalah penelitian ini. 15 1) Pengolahan data Pada tahap ini, semua data yang telah terhimpun dianalisa secara kualitatif, dengan menggunakan metode penalaran deduktif dan induktif. Dan dengan mengkorelasikan antara data yang satu dengan data yang lain untuk melihat titik temu dan hubungannya, sehingga tersusun menjadi laporan dalam bentuk skripsi. 16 2) Tahap akhir Untuk mencapai hasil diatas, maka kajian dalam skripsi ini menggunakan deskriptif analisis dengan cara dua pendekatan yaitu pendekatan yuridis (syariah dan fikih), dan pendekatan histori (sejarah kebudayaan). Dengan cara ini dapat mempermudah penulis untuk mendeskripsikan argument brdasarkan premis-premis rangkaian logika. Kemudian merumuskan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan hukum kajian dengan metode sebagaimana yang telah diuraikan. 15 Muhammad Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), cet. Ke-3, h. 63, lihat Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: P.T. Garamedia Pustaka Utama, 1991), h , lihat juga Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Pustaka Pelajar, 1992), h Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h

21 12 Adapun sebagai pedoman penulisan dalam skripsi ini, penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi fakultas Syariah dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press. E. Sistematika Penulisan Pertama membahas tentang pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan metode penelitian. Kedua membahas tentang masalah pengertian perkawinan dalam hukum Islam, yaitu mulai dari pengertian, dasar hukum perkawinan, rukun dan syarat perkawinan, mahar, dan larangan-larangan perkawinan. Ketiga membahas kondisi objektif Nagari Jawi-jawit, yang berisikan, tinjauan umum dan sejarah singkat, Geografis dan Demokratis, Agama, Pendidikan, Sosial Budaya dan adat istiadat. Keempat membahas tentang perkawinan satu suku dalam masyarakat adat Nagari Jawi-jawi Sumatera Barat, yang berisikan mengenai pengertian perkawinan satu suku, latar belakang adanya larangan perkawinan satu suku, sanksi adat terhadap larangan perkawinan satu suku, dan analisa hukum Islam terhadap perkawinan satu suku. Kelima berisi membahas Penutup yang berisikan tentang Kesimpulan dan Saran. LAMPIRAN-LAMPIRAN

22 13 BAB II PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Perkawinan Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata kawin yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; artinya melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. 17 Perkawinan disebut juga dengan pernikahan, berasal dari kata nikah menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wath i). 18 Selain itu ada juga yang mengartikan dengan pencampuran. Alfara mengatakan: An-Nukh adalah sebutan untuk kemaluan. Sedangkan Al- Azhari mengatakan: Akar kata dalam ungkapan bahasa Arab berarti hubungan badan. 19 Menurut istilah hukum islam, terdapat beberapa definsi, diantaranya adalah: Perkawinan menurut syara yaitu akad yang ditetapkan syara untuk membolehkan bersenag-senang antara laki-laki dengan perempuan dan 17 Dep. Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 1994), cet.ke-3. Edisi kedua, h Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Muanakahat, (Jakarta: Kencana, 2008), cet, ke-3. Edisi Pertama, h, Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,1998), cet ke-1, h

23 14 menghalalkan bersenang-senang antara laki laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dnagn laki-laki. Abu Yahya Zakariya Al-Anshary mendefinisikan: Nikah menurut istilah syara ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual denagn lafadz nikah atau denagn kata-kata yang semakna denagnnya. Pengertian-pengertian di atas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang semula dilarang menjadi kebolehan. Padahal setiap perbuatan hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal-hal inilah yang menjadikan perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupannya sehari-hari, sperti terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan antara suami istri, sehingga memerlukan penegasan arti perkawinan, bukan saja dari segi kebolehan hubungan seksual tetapi juga dari segi tujuan dan akibat hukumnya. Mahmud Abu Ishrah memberikan definisi yang lebih luas, yaitu: akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong dan memberi batas ha bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masingmasing. 20 Adapun pengertian yang dikemukakan dalam Undang-undang: 20 Abdul Rahman Ghozali, Fikh Munakahat, h. 8-9.

24 15 Perkawinan menurut Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Hukum Perdata Barat tidak ditemukan defenisi dari perkawinan, istilah perkawinan (huwelijk) digunakan dalam dua arti yaitu: 1. Sebagai suatu perbuatan, yaitu perbuatan melangsungkan perkawinan (pasal 104 Kitab Undang Undang Hukum Perdata). Dengan demikian perkawinan adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan pada suatu saat tertentu. 2. Sebagai suatu keadaan hukum yaitu keadaan bahwa seorang pria dan seorang wanita terikat oleh suatu hubungan perkawinan. 21 Perkawinan (UU no. 1 tahun 1974), adalah: Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 22 Bunyi pasal 1 Undang-undang Perkawinan ini dengan jelas menyebutkan tujuan perkawinan yaitu membentuk keluarga bahagia dan kekal yang didasarkan pada ajaran agama. Tujuan yang diungkap pasal ini masih bersifat umum yang perinciannya dikandung pasal-pasal lain berikut penjelasan 21 Titik Triwulan Tutik dan Trianto, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta:Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h Dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 1.

25 16 Undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Dalam penjelasan ini disebutkan bahwa membentuk keluarga yang bahagia itu erat hubungannya dengan keturunan, yang juga merupakan tujuan perkawinan, di mana pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan kewajiban orang tua. Tujuan nikah pada umumnya bergantung pada masing-masing individu yang akan melakukannya, karena lebih bersifat subyektif. Namun demikian, ada juga tujuan umum yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan akhirat. Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan cinta serta penghormatan.wanita muslimah berkewajiban untuk mengerjakan tugas dalam berumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan suasana menyenangkan, supaya suami dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk kepentingan duniawi maupun ukhrawi. 23 Dengan akad nikah suami mempunyai hak untuk memilih milik itu hanya bersifat milk al-intifada (hak milik untuk menggunakan) bukan milk almuqarabah (hak milik yang bisa dipindah tangankan seperti kepemilikan Syaikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 1998), h

26 17 benda) dan bukan pula milk al-manfa ah (kepemilikan manfaat yang bisa dipindahkan). 24 B. Dasar dan Hukum Perkawinan Perkawinan yang dinyatakan sebagai ketetapan Ilahi (baca:sunnatullah) merupakan kebutuhan bagi setiap naluri manusia dan dianggap sebagai ikatan yang sangat kokoh. Allah swt dan Rasul-Nya saw telah menjelaskan isyarat perintah melalui kalam-nya dan sabda Rasul-Nya, di antaranya yaitu: Perkawinan yang dinyatakan sebagai ketetapan Ilahi (baca:sunnatullah) merupakan kebutuhan bagi setiap naluri manusia dan dianggap sebagai ikatan yang sangat kokoh. Allah swt dan Rasul-Nya saw telah menjelaskan isyarat perintah melalui kalam-nya dan sabda Rasul-Nya, di antaranya yaitu: 25 Surat An-Nisa ayat: 3 Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau 24 Abdul Basit Mutawally, Muhadarah fi al-fiqh al-muqaran, (Mesir, t.t), h Imam Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad bin abdul Mu'min. t.t Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayaatul Ikhtishar Syarah Matana Abi Syuja.( Beirut: Dar al Minhaj), h. 669.

27 18 empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, 26 ) Maka (kawinilah) seorang saja 27 ), atau budak-budak yang kamu miliki. Firman allah yang lainnya: Surat An-Nur ayat: 32 Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu 28 ), dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Sabda Rasulullah Saw: Artinya: Wahai generasi muda, barang siapa diantara kalian telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata dan memelihara kemaluan. (Muttafaqun Alaih). Hukum perkawinan Hukum Perkawinan ada 5: 26 Berlaku adil adalah perlakuan yang adil di dalam melayani istri seperti terhadap pakaian, tempat tinggal, giliran an lain sebagainya yang bersifat lahiriyyah. 27 Islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat tentang poligami ini, sudah ada dan pernah dijalankan oleh para Nabi sebelum Rasulullah SAW. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang wanita saja. 28 Maksudnya, hendaklah laki-laki yang belum menikah atau wanita-wanita yang tidak bersuami dibantu, agar menreka dapat segera menikah. 29 Imam Muhyiddin Annawawi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Ma'rifah, 2007), h. 176.

28 19 1. Wajib, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina seandainya tidak kawin maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah wajib. 2. Sunnat, bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan perkawinan, tetapi kalau tidak kawin tidak dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan bagi orang tersebut adalah sunnat. 3. Haram, bagi orang yang mem[unyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajibankewajiban daalm rumah tangga sehingga apabila melangsungkan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram. 4. Makruh, bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. 5. Mubah, bagi orang yang mempunyain kemampuan untuk melakukan perkawinan bila seseorangkawin dengan 30 C. Rukun dan Syarat Perkawinan Jumhur ulama sepakat bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas: 30 Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h

29 20 a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita. c. Adanya dua orang saksi. d. Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang di ucapkan oleh wali atau akilnya dar pihak wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki. 31 Tentang jumlah rukun nikah, para ulama berbeda pendapat: Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: Wali dari pihak perempuan Mahar (maskawin) Calon pengantin lakil-laki Calon pengantin perempuan Sighat akad nikah Imam Malik berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu: Calon pengantin laki-laki Calon pengantin perempuan Wali Dua orang saksi Sighat akad nikah Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 48.

30 21 Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja (yaitu akad yang dilakukan oelh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki). Sedangkan menurut golongan yang lain rukun nikahb itu ada empat macam, yaitu: Sighat (ijab qabul) Calon pengantin perempuan Calon pengantin laki-laki Wali dari pihak calon pengantin perempuan 33 Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin permpuan digabung menjadi satu rukun. Rukunnya adalah: a. Dua orang yang saling melakukan akad perkawinan yakini mempelai lakilaki dan mempelai perempuan. b. Adanya wali c. Adanya dua orang saksi d. Dilakukan dengan sighat tertentu 34 Syarat Sahnya Perkawinan 33 Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h

31 22 Syarat-syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segalahak dan perkawinan sebagai suami istri. Secara garis besar syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua: 1. Calon mempelai perempuannya harus dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri 2. Akad nikahnya dihadiri para saksi 35 Syarat-syarat kedua mempelai Syariat Islam mentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, yaitu: a. Syarat-syarat pengantin pria. 1). Calon suami beragama Islam 2). Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki 3). Orangnya diketahui dan tertentu 4). Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin denagn calon istri 5). Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya. 6). Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu. 7). Tidak sedang melakukan ihram. 8). Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri. 35 Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h. 49

32 23 9). Tidak sedang mempunyai istri empat. 36 b. Syarat-syarat calon pengantin perempuan: 1). Beragama Islam atau ahli Kitab. 2). Terang bahwa ia wanita, bukan Khunsa (banci). 3). Wanita itu tentu orangnya. 4). Halal bagi calon suami. 5). Wanita itu tidak dalam ikatan perkawinan da tidak dalam iddah. 6). Tidak dipaksa/ikhtiar 7). Tidak dalam keadan ihram haji/umrah 37 Syarat-syarat saksi Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham) akan maksyd akad nikah. Menurut golongan Hanafi dan Hambali, boleh juga saksi saksi itu satu orang lelaki dan dua orang perempuan. Dan menurut Hanafi, boleh dua orang buta atau dua orang fasik (tidak adil). Orang tuli, orang tidur dan orang mabuk tidak boleh menjadi saksi. 38 Ada yang berpendapat bahwa syarat-syarat saksi itu adalah sebagai berikut: Berakal, bukan orang gila Baligh, bukan anak-anak 36 Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h.51.

33 24 Merdeka, bukan budak Islam Kedua orang saksi itu mendengar 39 Hikmah perkawinan menurut Ali Ahmad al-jurjawi: 1. Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. 2. Keadaan hidup manusia tidak akan tentram jika keadaan rumah tangganya teratur. 3. Laki-laki dan perempuan dalah dua sekutu yang berfungsi memakmurkan dunia masing-masing dengan cirri khasnya berbuat dengan berbagai macam pekerjaan. 4. Sesuai dengan tabiatnya manusia cenderung mengasihi orang yang dikasihi. 5. Manusia di ciptakan dengan memiliki rasa ghirah (kecemburuan) untuk menjaga kehormatan dan kemuliaannya. 6. Perkawinan akan memelihara keturunan serta menjaganya. 7. Berbuat baik yang banyak lebih baik dari pada berbuat baik sedikit. 8. Manusia itu jika telah mati terputuslah seluruh amal perbuatannya yang mendatangkan rahmat dan pahala kepadanya. 40 Menurut Sayyid Sabiq hikmah perkawinan adalah: 39 Abd. Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, h Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmah Al- Tasyri wa Wafalsafatuh (Falsafah dan Hukmah Hukum Islam), Penerjemah: Hadi Mulyo dan Sobahus Suhur, (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992), h

34 25 1. Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat. 2. Kawin merupakan jalan terbaik untuk menciptakan anak-anak menjadi mulia. 3. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh salin melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tummbuh pula perasaanperasaan ramah. 4. Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. 5. Dengan perkawinan, diantaranya dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga. 6. Adanya pebagian tugas, dimana yang satu mengurusi dan mengatur rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja diluar sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami istri dalam menangani tugasnya. 41 D. Tujuan perkawinan Tujuan perkawinan menurut agama Islam adalah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menjalankan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan bathin disebabkan 41 Sayyid Sabiq, Fiqh Munakahat, jilid 6, h

35 26 terpenuhinya keperluan hidup lahir dan bathinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih saying antar anggota keluarga. 42 Tujuan perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. 43 Melihat dari tujuan di atas, dan memperhatikan uraian Imam Al-Ghazali dalam Ihyanya tentang faedah melangsungkan perkawinan, maka tujuan perkawinan dapat dikembangkan menjadi lima bagian: 1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan. 2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya. 3. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. 4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak serta kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal. 5. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih saying. 44 E. Larangan-larangan Perkawinan 1. Nikah Mut'ah 42 Abdul Rahman Ghozali, Fihk Munakahat, h Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Citra Umbara, 2007), Abdul Rahman Ghozali, Fikh Munakahat, h. 24.

36 27 Yaitu suatu pernikahan yang dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu, jika waktu yang ditentukan sudah habis maka siwanita atau istri dinyatakan terlepas dari ikatan pernikahannya dan dia berhak menerima mut'ah dari suaminya. 45 Menurut Asrorun Ni'am Sholeh nikah mut'ah ialah nikah yg diniatkan untuk bersenang-senang, yang diniatkan dan hanya untuk jangka waktu tertentu saja, misalnya jangka waktu seminggu, sebulan, setahun, dan seterusnya. Nikah mut'ah pada mulanya dibolehkan oleh Rasulullah Saw, yaitu pada saat sedang meninggalkan istrinya dimedan perang. Dengan pertimbangan jangan sampai para sahabat jatuh pada perubuatan mesum (zina), maka pada waktu itu Rasulullah membolehkan nikah mut'ah karena di anggap darurat sementara saja. 46 Para sahabat mutlak mengharamkan nikah jenis ini dan perbedaan ada pada diri sahabat ibnu Abbas yang membolehkan pernikahan ini dengan alasan dalam kondisi darurat. Akan tetapi Ibnu Abbas kemudian mencabut fatwanya karena telah digampangkan oleh orang-orang yang mengikuti fatwanya. 47 Sebagaimana sabda Nabi: 45 Muhammad Zuhaili, Almu tamad fi fiqhi as syafi I (ahwalus syakhsiyah) jilid 4 cet ke-2,(damasqus: Darul Qalam, 2010), h Asrorun Ni'am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, (Jakarta: Elsas, 2008), h Muhammad Zuhaili, Almu tamad fi fiqhi as syafi I (ahwalus syakhsiyah), h. 56.

37 28 Artinya : Dari Rabi' bin Sabrah dari ayahnya ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda: sesungguhnya aku pernah mengizinkan kalian untuk menikahi perempuan secara mut'ah. Sekarang Allah Swt mengharamkan hal itu sampai hari kiamat. kemudian siapa siapa yang mempunyai istri hasil nikah mut'ah hendaklah ia malepaskannya dan janganlah kalian mengambil sesuatu yang telah kalian berikan kepada mereka (HR. Muslim, Abu Dawud, ibnu Majah Ahmad dan Ibnu Hibban). mut'ah ini. Beberapa golongan Syi ah membenarkan tentang adanya perkawinan Golongan syi'ah imamiyah membolehkan kawin mut'ah dengan syaratsyarat; kalimat yang digunakan untuk perkawinan itu adalah zawwajtuka Nikah Shighar Yaitu suatu pernikahan yang dilakukan dengan cara tukar menukar anak perempuannya untuk dijadikan istrinya masing-masing tanpa mas kawin, seperti seorang laki-laki berkata kepada laki-laki lain : 48 Imam Muhyiddin Annawawi, Shahih Muslim, h Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, jilid II, (Yogyakarta: Dana Bhakti Waqaf, 1995).

38 29 "Nikahkanlah aku dengan anakmu dan nanti aku nikahkan kamu dengan anakku". 50 Nikah shigar adalah pernikahan dalam adat Jahiliyyah. Jadi pernikahan ini di larang oleh Islam, dan apabila terjadi pernikahan seperti itu maka pernikahannya batal. 51 Rasulullah Saw bersabda: Artinya: Dari Ibnu Umar ra., ia berkata: Rasulullah Saw telah melarang nikah shighar, yaitu seseorang mengawinkan anak perempuannya kepada seorang laki-laki dengan syarat laki-laki itu harus mengawinkan anak perempuannya kepada laki-laki pertama masingmasing tidak membayar mahar (HR. al-bukhari dan Muslim) Ada beberapa pendapat tentang sebab dilarangnya perkawinan jenis ini yakni: 53 a. Sifat perkawinan ini menggantung. b. Kemaluan dijadikan milik bersama dan perempuan juga tidak mendapat mas kawin 3. Nikah Muhallil 50 Muhammad Zuhaili, Almu tamad fi fiqhi as syafi I (ahwalus syakhsiyah), h Asrorun Ni'am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h Imam Hafidz Abi abdillah Muhammad Ibn Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Riadh: Baitul Afkar Addauliyah, 1998), h Asrorun Ni'am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h

39 30 Muhallil artinya menghalalkan atau membolehkan. 54 Yaitu suatu pernikahan antara laki-laki dan wanita yang telah dithalak tiga oleh suaminya dengan tujuan untuk menghalalkan kembali pernikahan antara wanita dengan bekas suaminya setelah dia dithalak oleh suaminya yang kedua. Dikatakan sebagai muhallil karena ia dianggap menghalalkan lagi bekas suami yang dahulu agar bisa menikahi bekas istrinya yang sudah ditalak bain. Sedangkan suami terdahulu yang kemudian melakukan pernikahan kepada bekas istrinya yang telah ditalak tiga itu dinamakan al muhallal lahu ( orang yang yang dihalalkan untuknya). Sedangkan seorang lelaki yang pekerjaanya sebagai muhallil sehingga ia terkenal karena itu, pekerjaannya itu haram. Demikian pula orang yang menjadi muhallil dengan menerima upah, walaupun sekali saja menjadi muhallil haram juga, bahkan juga dikutuk oleh Allah SWT dan Rasulnya. 55 Sebagaimana sabda Nabi saw: Artinya : Uqbah bin Amir berkata: Telah bersabda Rasulullah Saw: " maukah aku beritahukan kepadamu tentang kambing jantan yang di pinjam?" 54 Asrorun Ni'am Sholeh, Fatwa-fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, h Muhammad Zuhaili, Almu tamad fi Fiqhi Asy Syafi I Akhwalus Syakhsiyah, h Abi 'Abdillah Muhammad ibn Yazid ibn Majjah Qazwini, Sunan ibnu Majjah, (Libanon: Bait Al-Afkar ad-daulah, 2004), h. 210.

IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI

IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI IMPLEMENTASI PP NOMOR 10 TAHUN 1983 jo PP NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERCERAIAN BAGI PNS DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Oleh SITI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh: Muchammad Abu Bakar, alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh: Muchammad Abu Bakar, alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui lebih jelas tentang penelitian ini, maka sangat penting untuk mengkaji hasil penelitian dalam permasalahan yang serupa dan telah terbit lebih

Lebih terperinci

Kata Pengantar. serta kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian

Kata Pengantar. serta kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian Kata Pengantar Puja dan puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta kekuatan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademis di Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keturunan, maka timbullah hubungan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keturunan, maka timbullah hubungan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Lantar belakang Pernikahan adalah fitrah manusia yang mana Allah telah menciptakan makluk yang berpasangan dan saling membutuhkan. Dalam rangka pemenuhan untuk memperoleh keturunan,

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM HUKUM NASIONAL DAN HUKUM ISLAM

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM HUKUM NASIONAL DAN HUKUM ISLAM TESIS AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN BEDA AGAMA DALAM HUKUM NASIONAL DAN HUKUM ISLAM Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H.) OLEH : NAMA : TAUFIK NOMOR MAHASISWA :

Lebih terperinci

FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) SKRIPSI

FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) SKRIPSI FASILITASI PERKAWINAN BEDA AGAMA OLEH LEMBAGA SOSIAL (Study Kasus Terhadap Percik Salatiga ) SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S. Sy) Oleh: AZZA FAIQ HAMAM NIM 21108023 JURUSAN SYARI

Lebih terperinci

PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DALAM MENGATASI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR SKRIPSI

PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DALAM MENGATASI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR SKRIPSI PERAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DALAM MENGATASI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Petung dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EKSISTENSI KETENTUAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EKSISTENSI KETENTUAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EKSISTENSI KETENTUAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penetapan Hakim Tentang Perkawinan Beda Agama di Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI

Lebih terperinci

PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT ISLAM DAN KATOLIK

PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT ISLAM DAN KATOLIK PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT ISLAM DAN KATOLIK Skripsi diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Theologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat oleh Abdi

Lebih terperinci

HAK ALIMENTASI ORANG TUA DARI ANAK KANDUNGNYA

HAK ALIMENTASI ORANG TUA DARI ANAK KANDUNGNYA HAK ALIMENTASI ORANG TUA DARI ANAK KANDUNGNYA FADLI B111 07 050 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Bagian Hukum Perdata Abstrak Penilitian ini bertujuan mendiskripsikan penitipan orang tua di Panti

Lebih terperinci

Studi tentang pertimbangan hakim Dalam menjatuhkan penetapan permohonan Perkawinan beda agama (studi kasus di pengadilan negeri surakarta)

Studi tentang pertimbangan hakim Dalam menjatuhkan penetapan permohonan Perkawinan beda agama (studi kasus di pengadilan negeri surakarta) Studi tentang pertimbangan hakim Dalam menjatuhkan penetapan permohonan Perkawinan beda agama (studi kasus di pengadilan negeri surakarta) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEHARMONISAN PASANGAN BEDA AGAMA ( STUDI KASUS DI DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN )

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEHARMONISAN PASANGAN BEDA AGAMA ( STUDI KASUS DI DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN ) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEHARMONISAN PASANGAN BEDA AGAMA ( STUDI KASUS DI DESA TIRTOADI KECAMATAN MLATI KABUPATEN SLEMAN ) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG MENDAPAT PENETAPAN PENGADILAN NEGERI DI KABUPATEN WONOGIRI

PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG MENDAPAT PENETAPAN PENGADILAN NEGERI DI KABUPATEN WONOGIRI PELAKSANAAN PENCATATAN PERKAWINAN BEDA AGAMA YANG MENDAPAT PENETAPAN PENGADILAN NEGERI DI KABUPATEN WONOGIRI Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN

TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN TINJAUAN YURIDIS DAN SOSIOLOGIS TENTANG PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN (Studi Kasus di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon) TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Islam

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) KONSEP PENGUASAAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-060-063/PUU-II/2004 dan 008/PUU-III/2005 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 7

Lebih terperinci

METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR

METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR METODE BIMBINGAN ISLAM BAGI LANJUT USIA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS IBADAH DI RUMAH PERLINDUNGAN LANJUT USIA JELAMBAR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

OLEH : SRI RAHAYU NIM 10350060. PEMBIMBING : Dra. Hj. ERMI SUHASTI, MSI.

OLEH : SRI RAHAYU NIM 10350060. PEMBIMBING : Dra. Hj. ERMI SUHASTI, MSI. PENGARUH ISTRI SEBAGAI PENCARI NAFKAH UTAMA TERHADAP KEHIDUPAN RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM ( STUDI KASUS DI DUSUN JOLOPO, DESA BANJARSARI, KECAMATAN NGADIREJO, KABUPATEN TEMANGGUNG) SKRIPSI

Lebih terperinci

PELECEHAN SEKSUAL. (Di Lihat Dari Kacamata Hukum Islam dan KUHP)

PELECEHAN SEKSUAL. (Di Lihat Dari Kacamata Hukum Islam dan KUHP) PELECEHAN SEKSUAL (Di Lihat Dari Kacamata Hukum Islam dan KUHP) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy) OLEH Yayah Ramadyan NIM: 105045101503 KONSENTRASI

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR

SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN DORONGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI SMUN I SUTOJAYAN BLITAR Oleh ESTI MUFIDATUL CHUSNA 05130029 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENGKAJIAN HUKUM TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA ( PERBANDINGAN BEBERAPA NEGARA) Oleh tim Di bawah Pimpinan Dr. Abd. Rozak A.

PENGKAJIAN HUKUM TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA ( PERBANDINGAN BEBERAPA NEGARA) Oleh tim Di bawah Pimpinan Dr. Abd. Rozak A. PENGKAJIAN HUKUM TENTANG PERKAWINAN BEDA AGAMA ( PERBANDINGAN BEBERAPA NEGARA) Oleh tim Di bawah Pimpinan Dr. Abd. Rozak A. Sastra, MA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL(BPHN) KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151

SKRIPSI. Oleh SITI AMILATUL FADLILAH 11408151 PENGARUH KESIBUKAN KERJA ORANG TUA TERHADAP PRESTASI MATA PELAJARAN FIQIH PADA SISWA KELAS II MI KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh SITI AMILATUL FADLILAH

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL MAHLIGAI PERKAWINAN KARYA ANNI IWASAKI

ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL MAHLIGAI PERKAWINAN KARYA ANNI IWASAKI ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM NOVEL MAHLIGAI PERKAWINAN KARYA ANNI IWASAKI Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.i) Oleh Julia Amrestiani 105051001859

Lebih terperinci

S K R I P S I OLEH: FATCHURROCHMAN NIM. 03350108. PEMBIMBING: PROF. Dr. H. KHOIRUDDIN NASUTION, MA. Dra. Hj. ERMI SUHASTI S, MSI.

S K R I P S I OLEH: FATCHURROCHMAN NIM. 03350108. PEMBIMBING: PROF. Dr. H. KHOIRUDDIN NASUTION, MA. Dra. Hj. ERMI SUHASTI S, MSI. PANDANGAN HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN SESAMA JENIS (STUDI KRITIS PEMIKIRAN M. KHOLIDUL ADIB ACH. DALAM BUKU INDAHNYA KAWIN SESAMA JENIS: DEMOKRATISASI DAN PERLINDUNGAN KAUM HOMO SEKSUAL ) S K R I P

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI

HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI HUBUNGAN KETAATAN BERIBADAH DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA DI MTs SATU ATAP AL-MINA NGAWINAN JETIS BANDUNGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh FITRIA NURMANISA NIM 111

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISTIK DI SEKOLAH INKLUSI SDN SUMBERSARI 1 MALANG SKRIPSI Oleh : DEWI IMROATUL AZIZAH 04120003 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

Lebih terperinci

PRO-KONTRA ATAS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGESAHAN HUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN DENGAN AYAH BIOLOGIS 305. Siti Musawwamah 306

PRO-KONTRA ATAS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGESAHAN HUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN DENGAN AYAH BIOLOGIS 305. Siti Musawwamah 306 PRO-KONTRA ATAS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGESAHAN HUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN DENGAN AYAH BIOLOGIS 305 Siti Musawwamah 306 ABSTRAK Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang pengesahan

Lebih terperinci

Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama

Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama Pemilihan Agama Pada Anak Dari Perkawinan Beda Agama (Studi kasus proses pengambilan keputusan memilih agama di Kel. Lau Cimba dan Padang Mas Kec. Kabanjahe Kab. Karo) SKRIPSI D I S U S U N OLEH: MINARTI

Lebih terperinci

KONSEP HUDUD MUHAMMAD SYAHRUR

KONSEP HUDUD MUHAMMAD SYAHRUR Aplikasi konsep batas hukum tuhan (hudud) KONSEP HUDUD MUHAMMAD SYAHRUR Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Abstract Hudud or Limits of the God s law as likely a

Lebih terperinci

PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011

PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 i PEMBATALAN HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES) PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENUMPANG ANGKUTAN UMUM (STUDI PADA ANGKUTAN UMUM JURUSAN JATINGALEH - UNNES) SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ginanjar

Lebih terperinci