Sistem Informasi Geografis (SIG) Analisis Metode Saw Dalam Pemetaan Lokasi Sarana Prasarana Kawasan Permukian Kumuh Di Kota Gorontalo Berbasis Web Sig
|
|
- Surya Tanudjaja
- 4 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 18 Sistem Informasi Geografis (SIG) Analisis Metode Saw Dalam Pemetaan Lokasi Sarana Prasarana Kawasan Permukian Kumuh Di Kota Gorontalo Berbasis Web Sig Budiyanto Ahaliki Program Studi Teknik Informatika Politeknik Gorontalo Abstract Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo merupakan bentuk program kerja dari Pemerintah Kota Gorontalo dalam rangka upaya peningkatan kualitas kawasan perkotaan tanpa permukiman Hasil data peninjauan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Gorontalo tahun 2016, terdapat 5 titik kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Biawu/Biawao, Kelurahan Limba B, Kelurahan Bugis, Kelurahan Ipilo dan Kelurahan Siendeng. Masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Gorontalo dalam menangani masalah permukiman kumuh adalah belum adanya konsep penanganan kawasan permukiman kumuh dan pengelompokkan database kumuh berbasis spasial. Sehingga Pemerintah Kota Gorontalo sulit dalam mengambil keputusan penanganan kawasan permukiman Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dianalisa konsep penanganan dan pengelompokkan database berdasarkan undang-undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu dengan menggunakan 2 pola yaitu Pola Pencegahan dan Pola Peningkatan Kualitas. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode analisis survey lapangan dengan pembagian kawasan permukiman kumuh Berat, Kumuh Sedang dan Kumuh Ringan serta penerapan metode SAW untuk melihat nilai bobot dari masing masing kriteria. Hasil analisa menggunakan Kedua Pola ini akan dibuatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis WEB. Analisa Pola menggunakan 7 komponen yaitu komponen Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. Sistem analisa berbasis WEB SIG ini akan membantu Pemerintah Kota Gorontalo dalam pengambilan kebijakan penanganan kawasan permukiman Kata kunci : Permukiman Kumuh, SIG, Survey, Kota Gorontalo, SAW. I. PENDAHULUAN Penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Gorontalo merupakan salah satu penanganan kawasankawasan permukiman kumuh yang ada di kota kecil yaitu dengan luasan Kota Gorontalo adalah 64,79 Km 2 atau 0,53 % dari luas Provinsi Gorontalo. Jumlah kepadatan penduduk di Kota Gorontalo tahun 2016 yaitu 206,454 Jiwa dengan kepadatan penduduk jiwa/km 2 (Badan Pusat Statisk Kota Gorontalo, 2016). Penanganan kawasan permukiman kumuh di kota Gorontalo cukup strategis karena kawasan ini memiliki kaitan langsung dengan bagian-bagian kawasan pusat kota metropolitan, kawasan pusat pertumbuhan kota metropolitan, maupun kawasan-kawasan lain seperti kawasan industri, perdagangan, pergudangan, dan perkantoran. Selain memiliki kaitan langsung dengan kawasan strategis, juga kawasan permukiman kumuh di Kota Gorontalo merupakan daerah kawasan penyangga. Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo merupakan bentuk program kerja dari Pemerintah Kota Gorontalo dalam rangka upaya peningkatan kualitas kawasan perkotaan tanpa permukiman Menurut data Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Gorontalo tahun 2016, terdapat 5 titik kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Biawu/Biawao, Kelurahan Limba B, Kelurahan Bugis, Kelurahan Ipilo dan Kelurahan Siendeng. Persebaran 5 titik kawasan permukuman kumuh ini, Pemerintah Kota Gorontalo mengalami masalah dalam penanganan konsep kawasan permukiman kumuh dan pengelompokkan database kumuh berbasis spasial. Sehingga Pemerintah Kota Gorontalo sulit dalam mengambil keputusan penanganan kawasan permukiman Data-data yang mendukung secara teknis lapangan belum terintegrasi, multisektor dan berbasis kawasan. Oleh karena itu penanganan kawasan kumuh yang telah berlangsung lama belum mampu memberikan hasil yang optimal. Pelaksanaan penelitian ini bertujuan menganalisa konsep penanganan kawasan dan pengelompokkan database spasial berdasarkan undang-undang No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman yaitu dengan menggunakan 2 pola yaitu Pola Pencegahan dan Pola Peningkatan Kualitas. Sedangkan Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menggunakan metode analisis survey lapangan dengan melihat arah pengembangan kawasan yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu kawasan permukiman kumuh Berat, Kumuh Sedang dan Kumuh Ringan.
2 19 Hasil analisa menggunakan Kedua Pola ini akan dibuatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis WEB. Analisa Pola pengembangan kawasan perkumuhan kumuh menggunakan 7 komponen dasar (Kementerian PU, 2015) yaitu komponen Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. Sistem analisa berbasis WEB SIG ini akan membantu Pemerintah Kota Gorontalo dalam pengambilan kebijakan penanganan kawasan permukiman II. KERANGKA TEORI 2.1 Permukiman Kumuh Penanganan permukiman kumuh menuju kota tanpa permukiman kumuh tahun difokuskan pada upaya peningkatan kualitas dikawasan perkotaan, dengan tetap mempertimbangkan perlunya upaya pencegahan dalam menyelesaikan permasalahan permukiman (Kementerian PU, 2015). Rehabilitasi unit SPAM dengan penambahan jaringan perpipaan, penyediaan jaringan non perpipaan dan penambahan instalasi air minum. e. Air Limbah Penyediaan sistem sanitasi setempat atau terpusat dan perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah. f. Sampah Pembangunan sarana prasarana persampahan dan rehabilitasi persampahan dengan perbaikan dan penambahan komponen bangunan sampah. 2.2 Peta dan Pemetaan Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data maupun informasi sesuai lokasinya secara dua dimensi. Ditinjau dari perannya peta adalah bentuk penyajian informasi spasial (keruangan) tentang permukaan bumi untuk dapat dipakai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pemetaan adalah suatu bentuk komunikasi secara grafis antara pembuat dan pemakai peta yang telah lama dikenal orang (Sumarno, 2009). Peta dan pemetaan sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah menangani permasalahan tata ruang kawasan permukiman Hal tersebut disebabkan oleh karena pemetaan sarana dan prasarana permukiman kumuh merupakan program pemerintah pusat dan menjadi salah satu target program pertama dari pemerintah Kota Gorontalo. Gambar 1. Target Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Klasifikasi tipologi kawasan permukiman kumuh terdiri dari : kawasan kumuh berat dengan luasan ha, kawasan kumuh sedang dengan luasan ha dan kawasan kumuh kecil dengan luasan 273 ha. Konsep penanganan kawasan permukiman kumuh memiliki 7 komponen yaitu Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase Lingkungan, Air Minum, Air Limbah, Persampahan, Pengamanan Kebakaran. (Kementerian PU, 2015). Komponen kawasan permukiman kumuh yaitu : a. Bangunan Gedung Rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap komponen bangunan agar memenuhi standar konstruksi dan persyaratan teknis bangunan gedung. Rekonstruksi dengan membongkar dan membangun kembali bangunan atau sarana prasarana. b. Jalan Lingkungan Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan dengan penambahan lebar, perubahan material dan penambahan bangunan pelengkap jalan. c. Drainase Lingkungan Peningkatan kualitas unit sistem drainase dan penyediaan sistem drainase serta penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan sistem drainase perkotaan. d. Air Minum Gambar 2. Peta Administratif Kota Gorontalo 2.3 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau sering juga disebut dengan Sistem Informasi Geospasial merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk menyusun, menyimpan, merevisi dan menganalisa data dan atribut yang bereferensi kepada lokasi atau posisi obyek-obyek di bumi (Sukarsa, 2009). Menurut ESRI bahwa: SIG Adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personilyang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensigeografis (dalam Eddy Prahasta, 2009). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan sistem informasi yang didasarkan pada kerja
3 20 komputer yang untuk dikelola, memanipulasi dan mengidentifikasi data yang berhubungan dengan permukaan bumi untuk dianalisis dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. 2.4 Model Data GIS Data dalam SIG dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu data spasial dan data non spasial. Data spasial merupakan data yang memuat tentang lokasi suatu objek dalam peta berdasarkan posisi geografi objek tersebut di dalam bumi dengan menggunakan sistem koordinat. Data spasial mempunyai dua elemen dasar, antara lain (Ulfiah, 2010): 1. Lokasi Lokasi umumnya mengacu pada letak geografi suatu objek dalam sistem koordinat bumi, akan tetapi kode geografi lainnya juga dapat dipergunakan. Sebagai contoh, kode pos. 2. Atribut Atribut merupakan karakteristik atau ciri dasar dari suatu objek, contoh nama lokasi, jenis kelamin dan lain-lain. Data non spasial adalah data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Data ini sering disebut juga data atribut. Dalam suatu peta, atribut biasanya disajikan sebagai teks atau legenda peta. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Objek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan, di tahun 2018 dengan Objek dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survei lapangan yaitu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh data fakta mengenai persebaran sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo. Metode survei yang digunakan meliputi survei lapangan kondisi fisik kawasan permukiman kumuh dan metode analisa komponenkomponen pola penanganan kawasan permukiman Survei lapangan menggunakan GPS (Global position System) untuk mendapatkan titik-titik koordinat disetiap objek yang diambil dan pengambilan foto-foto dokumen analisa. Sementara itu survey lapangan digunakan juga untuk mencari data-data primer, dengan melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui letak kondisi persebaran sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo. Sedangkan metode dokumentasi sebagai bentuk data sekunder yang diperoleh dari badan atau instansi terkait yang akan dilakukan pola analisa terhadap sistem. 3.3 Alat dan Bahan Penelitian Alat 1. Perangkat Keras (Hardware) a. Labtop Lenovo b. Intel Core i5 c. Memory 4 GB d. VGA 1 GB e. Printer Canon MP2580 f. Hardisk 500 GB g. Mouse & Keyboard Acer Optional 2. Perangkat Lunak (Software) a. Windows 10 Ultimate 32-bit b. ArcGIS 10.2 c. Database Spatial PostgreSql Bahan 1. Data statistik kondisi persebaran sarana dan prasarana kawasan permukiman 2. Data titik koordinat masing-masing sebaran kawasan permukiman 3. Peta.shp Kota Gorontalo. 3.4 Tahapan Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan yaitu: 1. Pengumpulan Data Pada tahapan ini peneliti melakukan pengumpulan data agar nantinya dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data sebaran sarana dan prasarana permukiman Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut : a. Wawancara Pada teknik wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung atau tatap muka dengan dinas terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Perumahan Rakyat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan masyarakat terkait yang menjadi objek kawasan permukiman kumuh yang merupakan objek penelitian guna mendapatkan informasi tentang keadaan objek serta mendapatkan gambaran tentang upaya dan perencanaan kawasan permukiman b. Kuesioner Dalam teknik ini, peneliti mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner kepada pihak masyarakat dan pemerintah yang terkait sebagai objek penelitian, pihak kecamatan/desa terkait dengan data-data yang dapat menunjang proses penelitian selanjutnya, seperti data kondisi sarana prasarana, persebaran wilayah dan komponen-komponen pendukung lainnya. c. Kepustakaan Dalam teknik ini, peneliti mencari dan mempelajari literatur yang ditulis oleh para ahli yang berhubungan masalah yang sedang diteliti seperti perancangan aplikasi SIG, permasalahan kawasan permukiman kumuh yang ditemukan baik dari buku, internet, perpustakaan dan literature lainnya. d. Observasi Pada tahap ini, peneliti turun lapangan untuk menentukan titik koordinat lokasi sebaran sarana dan prasarana
4 21 permukiman kumuh dimasing-masing kecamatan dengan menggunakan alat penentuan koordinat, dalam hal ini digunakan handphone yang memiliki GPS. Tabel 1. Matriks Ternormalisasi SAW 2. Analisa dan Pengolahan Data Dalam tahap ini, penulis melakukan analisa terhadap sebaran kawasan sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kota Gorontalo, mulai dari analisa persebaran kondisi sarana dan prasarana dimasing-masing kecamatan, dan jumlah komponen-komponen pendukung, yang kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan grafik agar data siap dimasukan dalam peta. 3. Pembuatan Aplikasi Dalam pembuatan aplikasi ini, peneliti menggunakan metode waterfall sebagai metode pengembagan sistem. a. Analisa Kebutuhan Pada tahap analisis kebutuhan ini peneliti melakukan analisa kebutuhan sistem yang akan dibangun, seperti peta, data yang akan dimasukan dalam peta, guna sebagai acuan yang digunakan untuk merancang dan implementasi sistem sesuai dengan hasil analisis. b. Perancangan Sistem Pada tahap ini, peneliti melakukan perancangan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan sistem mulai dari digitasi peta, rancangan input, proses, rancangan output dan hubungan antar data. c. Coding/Implementasi Sistem Pada tahap ini, peneliti akan mengimplementasikan hasil analisis dan perancangan sistem. d. Uji Coba dan Evaluasi Merupakan tahap pengujian terhadap sistem yang telah dibuat, apakah layak atau tidak untuk diterapkan, sekaligus mengevaluasi kekurangan serta kelebihan sistem tersebut Tabel 2. Nilai Preferensi Dari setiap Alternatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Implementasi SAW Tahapan awal dari proses hasil pengolahan SAW adalah menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, kemudian menentukan rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria. Setelah itu membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria, kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut, sehingga diperoleh matriks ternormalisasi. Setelah mendapatkan hasil matriks ternormalisasi maka akan diperoleh hasil perengkingan yang didapatkan dari penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi. 4.2 Nilai Preferensi SAW Secara umum proses pengolahan menggunakan SAW memiliki prosedur atau langkah-langkah dimulai dari proses pembuatan Tabel Keputusan kriteria dan alternatif, kemudian membuat matriks keputusan yang ternormalisasi, setelah itu membuat Normalisasi Matriks Keputusan Terbobot. Terhadap sistem yang telah dikembangkan, dilihat proses perhitungan yang dilakukan oleh sistem terhadap perhitungan manual menggunakan Ms. Excel, sehingga dapat diketahui antara proses perhitungan secara manual dengan sistem memiliki nilai kesamaan. Dengan menggunakan proses masukan yang sama, maka dalam penelitian ini, hasil perhitungan manual menggunakan Ms. Excel dan perhitungan sistem mengeluarkan keluaran nilai yang sama. Kemudian hasil dari perhitungan sistem ini akan dijadikan penilaian terhadap Kawasan Permukiman Kumuh di Kota Gorontalo. 4.3 Proses Validasi Dalam penelitian ini yang menjadi acuan dalam menguji tingkat validitasnya adalah menggunakan aturan RTRW Kota Gorontalo. Berikut ini adalah rencana pemerintah Kota Gorontalo dalam merencanakan kawasan Permukiman Kumuh.
5 22 Tabel 3. Rencana Kawasan Permukiman Kumuh No Nama Kecamatan Keterangan 1 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Ringan 2 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Timur Sedang 3 Kecamatan Kota Kawasan Permukiman Kumuh Selatan Sedang 4 Kecamatan Kota Kawsan Permukiman Kumuh Tengah Ringan Tabel 4. Kevalidan Sistem terhadap Rancangan Permukiman Kumuh Rencana Kawasan Perhitungan Metode No Permukiman SAW Kumuh 1 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Timur Timur 2 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Utara Selatan 3 Kecamatan Kota Tengah 4 Kecamatan Kota Kecamatan Kota Kecamatan Dungingi Setelah didapatkan hasil validasi antara sistem dengan perancangan Kawasan Permukiman Kumuh terhadap perencanaan kawasan wilayah perkantoran, maka sistem akan menampilkan hasil perankingan Metode SAW kedalam peta. Berikut adalah peta perankingan sistem. (a) Kota Timur (b) Kota Utara V. KESIMPULAN Telah dibangun sistem informasi untuk persebaran Kawasan Permukiman Kumuh Di Kota Gorontalo. Maka terdapat beberapa kesimpulan sebagi berikut : 1. Metode SAW yang diimplementasikan dengan konsep analisis beberapa kriteria dan alternatif terhadap Rencana Persebaran Kawasan Permukiman Kumuh memiliki hasil validasi yang berbeda. Sehingga metode SAW mempunyai tingkat ketelitian yang baik pada saat proses analisis persebaran. 2. Pada studi kasus ini diperoleh perbandingan dari beberapa hasil perencaan yang dibuat oleh pemerintah terhadap hasil analisis menggunakan metode SAW. Hasil perhitungan SAW terhadap lokasi perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh adalah kecamatan Kota Timur, Kota Utara, Kota dan Kota Dungingi. Hasil yang didapatkan berdasarkan perhitungan menggunakan data primer yaitu data dari BAPPEDA, BPS dan data hasil analisis oleh beberapa peneliti sebelumnya, sehingga hasil penelitian dari perhitungan sistem ini akan dijadikan rekomendasi terhadap perancangan Kawasan Permukiman Kumuh.. VI. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo, Kota Gorontalo Dalam Angka. Gorontalo : Badan Pusat Statistik. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2015). Perancangan Kawasan Permukiman Kumuh. Jakarta. Prahasta, eddy Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika. Prahasta, Eddy Sistem Informasi Geografis Konsep- Kosep Dasar (Perspektif Geodesi dan Geomatika). Bandung: Informatika Prahasta, Eddy Tutorial Destop ArcGis. Bandung: Informatika. Sumarno Analisis Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Sekolah Dasar Di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Surakarta. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukarsa, Pemetaan Kualitas Pendidikan di Provinsi Bali berbasis Spatial. Universitas Udayana, Bali. Ulfiah, (2009), Sistem Informasi Geografi Pendidikan Kota Bogor Berbasis Web Dengan menggunakan Quantum GIS, Jurnal Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma, Depok (c) (d) Kota Dungingi Gambar 3. Peta Perankingan Sistem Metode SAW
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan. Keberadaan fasilitas pendidikan
Lebih terperinciAnalisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting
Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya perikanan. Keberadaan lokasi budi daya udang di Kecamatan Medan Belawan tersebar cukup merata
Lebih terperinciPENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi informasi dan didistribusikan untuk pemakai. apapun seiring dengan perkembangan teknologi. Semakin tingginya wawasan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis merupakan suatu sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk menyimpan, mengolah dan menampilkan informasi bereferensi geografis, misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan teknologi yang terus berkembang seakan tidak ada titik akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information Technology (IT). Apalagi
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN GORONTALO
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN DAN ANALISIS DAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN GORONTALO Budiyanto Ahaliki Program Studi Teknik Informatika, Politeknik Gorontalo E-mail: budiyanto_ahaliki@poligon.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada dasarnya manusia membutuhkan waktu untuk mencapai suatu tujuan. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang ditempuh. Hal ini menunjukkan
Lebih terperinciPetunjuk Penggunaan Alat. Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan
Petunjuk Penggunaan Alat 1. Spesifikasi Peranti Keras (Hardware) baik: Spesifikasi minimum yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi dengan 1. Processor Intel Pentium 4 yang berfungsi untuk melakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di semua jenjang Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang berkembang saat ini, pengelolaan informasi dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir hardware, software, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SIG sebagai suatu sistem yang mengorganisir hardware, software, dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia selalu menginginkan kemudahan, kecepatan dan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap manusia selalu menginginkan kemudahan, kecepatan dan sistem informasi yang relevan untuk memudahkan dalam segala aktivitasnya.tidak terkecuali dalam bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada saat ini semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh pada masyarakat Indonesia, terutama pada Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG
PENGEMBANGAN PROTOTIPE SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENYEBARAN RUTE ANGKUTAN UMUM KOTA SEMARANG Afif Luthfi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Email : luthrev@gmail.com ABSTRAK : Tugas Akhir
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GOEGRAFIS PEMETAAN AREA PERKEBUNAN SAWIT PT KASIH AGRO MANDIRI 1
SISTEM INFORMASI GOEGRAFIS PEMETAAN AREA PERKEBUNAN SAWIT PT KASIH AGRO MANDIRI 1 Ade Hermawan, Muhammad Nasir, Ekapuji Agustini Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Darma
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Pembagian Rayon dalam Suatu Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan otonomi yang dimiliki perusahaan daerah untuk mengelola air minum menghadapi masalah pemetaan. Masalah pemetaan ini disebabkan oleh pembagian wilayah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kotamadya Jakarta Pusat yang terletak di tengah-tengah Provinsi DKI Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota Jakarta, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 3.1.1 Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara berikut ini, yaitu : 1. Observasi Observasi dilakukan dengan
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFI PROFIL DESA TEMUWUH KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL BERBASIS WEB
SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PROFIL DESA TEMUWUH KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL BERBASIS WEB Arfian 1) Wibawa 2) M. Fairuzabadi 3) arfian07@gmail.com 1), ndorobowo@gmail.com 2), fairuzelsaid@gmail.com
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Perkembangan kota yang semakin pesat membuat banyak bangunan didirikan dimana-mana dan tentunya akan merubah tata ruang yang telah ada.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN TEKNIK GEODESIGN DALAM PERENCANAAN TATA RUANG KECAMATAN BEKASI TIMUR Dr. Lintang Yuniar B., MSc *), Novitasari Kuswidyandari **) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan spasial. Metode penelitian kuantitatif dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelayanan Bank sangat dibutuhkan masyarakat hampir di semua. dengan lokasi Bank yang lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pelayanan Bank sangat dibutuhkan masyarakat hampir di semua Kecamatan di kota Medan. Beberapa cabang Bank sangat membantu masyarakat dengan lokasi Bank yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini sangat pesat sekali, dampaknya dapat kita lihat betapa kompleksnya persoalan persoalan dalam kehidupan perkantoran, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada zaman yang telah maju ini manusia telah dimanjakan dengan berbagai kecanggihan teknologi. Hampir diseluruh aspek kehidupan manusia terdapat teknologi yang canggih
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan sekumpulan rangkaian tahapan kegiatan atau prosedur yang digunakan oleh pelaksana penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan kepadatan penduduk dalam berbagai bidang dan memiliki berbagai macam informasi yang berhubungan
Lebih terperinciPERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL
PERBANDINGAN FUNGSI SOFTWARE ARCGIS 10.1 DENGAN SOFTWARE QUANTUM GIS 2.14.5 UNTUK KETERSEDIAAN DATA BERBASIS SPASIAL Jeri Kurniawan 1, Bebas Purnawan 2, Dessy Apriyanti 3 ABSTRAK Ketersediaan berbagai
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan disediakan untuk masyarakat umum yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri
32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dengan judul Dampak Pembangunan Jalan Arteri Primer Tohpati-Kusamba Terhadap Penggunaan Lahan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekembangan teknologi informasi dan komputer yang sangat pesat dewasa ini semakin luas. Komputer merupakan alat bantu yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba umumnya sangat sulit untuk dapat keluar lagi dari penggunaan. Bahaya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini bahaya narkoba sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat umum. di kota medan sendiri dihadapkan pada keadaan yang mengkhawatirkan akibat semakin
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)
Lebih terperinciPENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS
PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PADA PEMBANGUNAN TURAP DI KECAMATAN BENGKALIS Dedi Enda 1,a, Oni Febriani 1 dan Ahmad Salim 1 1) Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bengkalis, Bengkalis Riau,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertanian memberikan kontribusi banyak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, terutama kontribusinya sebagai sumber pangan, sumber lapangan pekerjaan bagi sebagian
Lebih terperinciKarena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?
PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PEMETAAN JARINGAN PIPA DAN TITIK PROPERTI PELANGGAN DI PT AETRA AIR TANGERANG Ardiansyah 1, Kardono 2 Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial. Sistem Informasi
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN
No Makalah : 103 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. prosedur (tata kerja) ilmiah geografi, untuk mencapai tujuan penelitian, di bidang
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian geografi adalah tata cara kerja atau pedoman yang sistematis untuk memahami obyek penelitian gegrafi, dengan menggunakan alat dan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Timur adalah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Jawa Timur saat ini tumbuh menjadi provinsi besar yang modern. Dengan pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3
ANALISIS DAERAH MILIK JALAN (DAMIJA) MENGGUNAKAN ArcGis 9.3 Alan Rama Budi Email : alan.rama16@gmail.com Program Studi Ilmu Komputer FMIPA Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Fungsi Utama dari jalan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengalihan fungsi lahan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota semakin banyak terjadi pada saat sekarang. Hal ini seiring dengan permintaan pembangunan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data spasial berikut atribut-atributnya, seperti memodifikasi bentuk, warna,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu teknologi mengenai geografis yang memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan peta, data spasial berikut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau dalam arti yang lebih sempit,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang hasil dari Perancangan Sistem Informasi Geografis Lokasi Bimbingan Belajar Di Kota Medan Berbasis Web, yang berisi tentang daftar bimbingan
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI SISTEM
BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem
Lebih terperinciBab 3. Metode Perancangan
Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Handphone Menggunakan Metode Simple Multi Attribute Rating Technique
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu keadaan penduduk yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan untuk
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2014
Analisis Geospasial Persebaran TPS dan TPA di Kabupaten Batang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Mufti Yudiya Marantika, Sawitri Subiyanto, Hani ah *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Salah satu perusahaan yang memanfaatkan potensi ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah
25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut (Sugiyono,
1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah wilayah yang berpotensi dibukanya suatu usaha di Kabupaten Bolaang Mongondow. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Tampilan aplikasi perancangan SIG lokasi klinik hewan di wilayah Medan akan tampil baik menggunakan Mozilla Firefox, untuk menjalankan aplikasi ini buka Mozilla
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENATAAN RUANG (SIMTARU) KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016
1 KERANGKA ACUAN KERJA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PENATAAN RUANG (SIMTARU) KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2016 I. LATAR BELAKANG Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat maka akan mempengaruhi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut
25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2003:54) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian dalam
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Ahmad Hasanuddin, Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI) Jl.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengidentifikasi karakteristik industri kecil dan rumah tangga, menentukan pola distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2001 dengan diberlakukannya otonomi daerah istilah pemerintahan nagari kembali digunakan untuk menggantikan istilah pemerintahan desa yang digunakan sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu faktor penunjang perkembangan zaman. Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka segala sesuatu dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (hardware) dan piranti lunak yang memadai. Sistem Informasi Geografis ini antara lain:
94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Agar user dapat menjalankan aplikasi ini, maka diperlukan perangkat keras (hardware) dan piranti lunak yang memadai. 4.1.1 Perangkat Keras (Hardware)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bencana kebakaran yang dapat terjadi setiap saat. yang terlambat (http://kebakaran.jakarta.go.id, tahun 2010)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta Selatan merupakan bagian dari ibu kota DKI Jakarta yang menunjang aktivitas di ibu kota negara ini. Di wilayah ini banyak objek ataupun tempat-tempat yang strategis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Pada bab ini akan di jelaskan tampilan hasil dari aplikasi yang telah dibuat, yang digunakan untuk memperjelas tentang tampilan-tampilan yang ada pada Sistem
Lebih terperinciIdentifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya
C389 Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya Elpidia Agatha Crysta dan Yanto Budisusanto Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciMONITORING KONDISI JALAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KOTA DEPOK
MONITORING KONDISI JALAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MEMBANTU PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN JALAN KOTA DEPOK Budi Setiawan, Skom, MMSI Fakultas Sistem Informasi, Universitas Gunadarma Jl. Jalan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 1. Processor Pentium III 1 Ghz
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Spesifikasi sistem Informasi Geografis (SIG) untuk aplikasi ini dibagi menjadi dua, yaitu perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). 4.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diidentifikasikan menurut lokasinya dalam sebuah database, dimana nantinya data
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Secara umum Sistem Informasi Geografis merupakan suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha bengkel sepeda motor, membuat mereka sering mengalami kesulitan dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tingginya keinginan masyarakat dalam membuka suatu usaha khususnya usaha bengkel sepeda motor, membuat mereka sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di mana saja. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai
Lebih terperinciKeywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit
SISTEM INFORMASI GIOGRAFIS PEMETAAN PABRIK SAWIT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR R. Zulkarnain, Abdullah Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI)
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POTENSI SMA/SMK BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kabupaten Kebumen)
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN POTENSI SMA/SMK BERBASIS WEB (Studi Kasus : Kabupaten Kebumen) 1 Erna Kharistiani, 2 Eko Aribowo (0006027001) 1,2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Ahmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan lokasi cabang Mode Fashion di Kota Medan yang begitu cepat harus diimbangi dengan penyampaian informasi dengan cepat dan tepat. Pemetaan lokasi cabang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan tentang kerangka pemikiran dan hipotesa yang akan digunakan untuk penelitian. Pada pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan perlu untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan menganalisis Ruang Terbuka Hijau. Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN (STUDI KASUS JALAN KABUPATEN DI KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG) KETUT CHANDRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya) (KBBI, 2015). Penduduk pada suatu daerah tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka kurang mengetahui potensi pelayanan umum yang ada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai letak dan fasilitas pelayanan umum yang ada di beberapa kota sampai saat ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum, sehingga mereka kurang mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur jalan itu sendiri. Penyediaan infrastruktur jalan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling dibutuhkan di Kota Palangka Raya karena ada banyak ketergantungan pengembangan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada Ilmu Komputer, Sistem Informasi merupakan hal yang sangat mendasar keterkaitannya dengan sistem secara global. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Studio musik yang ada pada saat ini sudah banyak memfasilitasi sebuah band dalam hal latihan maupun proses rekaman. Saat ini pengguna jasa penyewaan studio musik melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara memiliki gedung dengan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara memiliki gedung dengan enam (6) lantai, di mana tiap lantai memiliki ruangan dengan fungsionalitas berbeda. Permasalahan
Lebih terperinciBAB V IMPLEMENTASI SISTEM
BAB V IMPLEMENTASI SISTEM Sistem setelah dianalisa dan dirancang, maka sistem tersebut siap diterapkan atau diimplementasikan. Tahap implementasi sistem ini merupakan tahap meletakkan perancangan sistem
Lebih terperinci