KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR)"

Transkripsi

1 KOMPARASI PERILAKU PENGHUNI RUMAH SUSUN DENGAN PENGHUNI PERMUKIMAN KUMUH (STUDI KASUS: RUSUNAWA MARISO KOTA MAKASSAR) A COMPARISON BETWEEN THE BEHAVIOUS OF PEOPLE LIVING IN FLATS AND SLUMS (CASE STUDY AT MARISO RUSUNAWA, MAKASSAR CITY) Abdul Fattaah Mustafa, Slamet Trisutomo, Baharuddin Hamzah Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: Abdul Fattaah Mustafa ST Kendari HP: abdul.fattaah@yahoo.com

2 Abstrak Rusunawa Mariso dibangun bagi masyarakat penghuni permukiman kumuh Mariso, untuk mengatasi kepadatan dan kekumuhan di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan perubahan perilaku penghuni rumah susun dibandingkan dengan penghuni permukiman kumuh Mariso, dilihat dari tiga karakteristik perilaku, yaitu perilaku domestik, perilaku ekonomi, dan perilaku sosial. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Lette Kota Makassar. Data dikumpulkan secara acak dari 50 sampel di rumah susun dan 50 sampel di permukiman Mariso. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan tematik eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku domestik pada penghuni rumah susun. Hal ini disebabkan karena hadirnya ruangruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun. Untuk perilaku ekonomi terjadi peningkatan pemanfaatan ruang untuk aktivitas ekonomi di rumah susun. Perubahan juga terjadi pada lokus perilaku ekonomi di rumah susun yang memanfaatkan fasilitas bersama. Sementara itu untuk perilaku sosial perubahan terjadi dalam bentuk semakin kecilnya intensitas penggunaan unit hunian sebagai sarana interaksi sosial warga. Kata kunci: perbandingan perilaku, rumah susun, permukiman kumuh. Abstract Mariso's Rusunawa constructed for Mariso slum dwellers, to overcome the density and slums in the region. This study aims to discuss the changes in behavior compared to flat dwellers dan Mariso slum dwellers, from the three characteristics of behavior, namely domestic behavior, economic behavior, and social behavior. The research was conducted in the Village Lette Makassar. Data were collected in random from the 50 samples of flats and 50 samples of Mariso dwellers. Data analysis was performed by descriptive and explorative thematic. The results showed that there is a change in the behavior of domestic residents. This is because the presence of spaces to accommodate domestic behavior in residential flats. For economic behavior increased utilization of space for economic activity in flats. Changes also occur in the locus of economic behavior in flats that utilize shared facilities. Meanwhile, for the social behavior occurs in the form of changes in the intensity of use of increasingly smaller dwelling units as a means of social interaction of residents. Keywords: comparison of behavior, flat, slum.

3 PENDAHULUAN Pada perancangan sebuah bangunan, arsitek mempunyai prediksi terhadap bagaimana pengguna nantinya menggunakan fasilitas-fasilitas bangunan tersebut. Namun pada kenyataannya, apa yang diprediksikan oleh arsitek sering kali menghasilkan akibat berbeda setelah proses penggunaannya. Rancangan lingkungan yang dilakukan oleh arsitek mungkin saja diinterpretasikan secara berbeda oleh penggunanya. Menurut Deasy, dkk., (1985), perancang hanya sering membuat asumsi-asumsi tentang perilaku manusia daripada mempelajarinya lebih jauh. Laurens (2005), mengatakan bahwa perancang umumnya lebih menekankan pentingnya activity setting (penataan aktivitas). Sementara itu, pemakai lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam penggunaan fasilitas itu. Kurangnya model manusia sebagai dasar bagi praktisi arsitektur mengakibatkan munculnya kesalahpahaman mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Fenomena maraknya pembangunan rumah susun terutama di kota-kota besar mendapat korelasi yang pas dengan masalah desain dan perilaku manusia. Haryadi dan Setiawan (2010) mengungkapkan bahwa perubahan pola permukiman dari menyebar ke samping menjadi menumpuk ke atas akan menimbulkan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Kontoversi ini sayangnya belum didukung oleh hasil-hasil penelitian yang dapat dijadikan pegangan. Masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh memiliki karakteristik perilaku yang khas. Menurut Soebroto dalam Budihardjo (2004), karena taraf hidup masyarakat di permukiman kumuh masih rendah, sehingga faktor ekonomi adalah faktor dominan yang membentuk karakteristik perilakunya. Hal ini menyebabkan ruang-ruang yang hadir di dalam rumah yang biasanya digunakan untuk istirahat ditambah dengan fungsi ekonomi, seperti tempat berjualan atau sebagai tempat kerja. Mereka tinggal di dalam hunian yang sempit yang sering kali tidak dilengkapi dengan sarana domestik, seperti WC, kamar mandi, atau dapur, sehingga mereka harus menggunakan sarana umum (MCK umum) secara bersamasama. Karena kondisi seperti itu dapat diduga bahwa hubungan sosial antarmasyarakat sangat erat. Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat tiga karakteristik perilaku masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, yaitu perilaku ekonomi, domestik, dan sosial. Rumah Susun Mariso yang diresmikan dan dihuni sejak tahun 2007, dibangun di kawasan kumuh dan padat penduduk untuk mengatasi masalah kekumuhan. Masyarakat penghuni rumah susun Mariso dulunya adalah penghuni permukiman kumuh di Mariso.

4 Masyarakat yang berdasarkan penjelasan sebelumnya memiliki tiga karakteristik perilaku yang khas kini tinggal di rumah susun yang didesain secara modern. Hal tersebut kemungkinan menimbulkan disharmoni antara perilakunya di permukiman kumuh dengan lingkungan rumah susun yang baru ditempatinya. Sehingga menjadi menarik untuk dikaji bagaimana perilaku penghuni rumah susun dibandingkan dengan perilaku penghuni permukiman Mariso ditinjau dari tiga karakteristik perilaku, yaitu perilaku ekonomi, domestik, dan sosial. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Untuk mengetahui perubahan perilaku dilakukan perbandingan antara perilaku sebelum dan sesudah. Dalam desain penelitian ini, data sebelum diwakili oleh perilaku penghuni permukiman Mariso saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari bias data, karena kemungkinan penghuni rumah susun terpengaruh oleh kondisi rumah susun sangat besar. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian campuran, yaitu penggunaan teknik analisis kuantitatif dan kalitatif secara berurutan atau sekuensial (Janice M. Morse dalam Tashakkori, dkk. (eds.), 2010). Penelitian ini menggunakan metode campuran karena memungkinkan peneliti untuk memanfaatkan kekuatan teknik analisis kuantitatif sekaligus kualitatif sehingga bisa memahami fenomena dengan lebih baik, serta kemampuan untuk menggali lebih banyak hal dari data dan memberikan peluang untuk menciptakan lebih banyak makna, sehingga meningkatkan kualitas interpretasi data. Objek Penelitian Objek penelitian adalah perilaku penghuni, yang secara spesifik terbagi atas tiga kategori perilaku, yaitu perilaku domestik, ekonomi, dan sosial. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga penghuni rumah susun Mariso yang dulu bermukim di permukiman Mariso dan penghuni permukiman Mariso Kelurahan Lette. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan random sampling atau pengambilan sampling secara acak dari populasi yang ada, yaitu teknik pengambilan sampel di mana setiap elemen dari populasi memiliki kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Arikunto, 2002). Jumlah diambil dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel minimal yang disarankan untuk jenis penelitian perbandingan adalah

5 sebanyak 30 sampel untuk setiap grupnya (Fraenkel, dkk., 1993). Untuk menambah tingkat akurasi data, maka peneliti mengambil sebanyak 50 sampel dari 30 sampel minimal yang disarankan. Instrumen Pengambilan Data Intrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengambil data di lapangan. Intrumen pengumpulan data tersebut adalah: (1) lembar observasi, berupa panduan peneliti selama melakukan observasi di lapangan terkait masalah data-data yang akan dibutuhkan untuk penelitian; (2) kamera digital, untuk mengambil foto eksisting bangunan dan perilaku penghuni bangunan; (3) pedoman wawancara, untuk mengumpulkan data-data perilaku beruang penghuni sebelum dan sesudah menghuni rumah susun dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Kuesioner bentuknya kuesioner terbuka, yang memberikan peluang kepada responden terhadap alternatif pilihan-pilihan jawaban yang lebih luas. Sumber Data Penelitian Observasi Jenis observasi yang dilakukan adalah pengamat tidak berperan serta, yaitu peneliti mengamati dari luar tanpa ada intervensi apapun terhadap objek penelitian yang sedang diamati (Moleong, 2001). Wawancara Menurut Moss dan Tubss dalam Sutrisno (2000), wawancara adalah suatu percakapan dengan suatu maksud tertentu. Tujuan wawancara dari penelitian ini adalah mengumpulkan fakta, pendapat, atau sikap dari responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Teknik Analisis Data Data kuantitatif dilakukan analisis dengan metode statistika deskriptif, sementara untuk data kualitatif dilakukan dengan metode analisis tematik eksploratoris. Definisi Operasional Perilaku dalam penelitian ini dipandang sebagai latar belakang terbentuknya sebuah ruang. Sebagaimana Marpaung (2010) menjelaskan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi latar belakang untuk terjadinya ruang yang konkrit. Dari pendekatan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan dalam rangka pemanfaatan suatu ruang, sehingga perilaku secara konkrit terwujud dalam bentuk ruang. Selanjutnya, berdasarkan latar belakang penelitian bahwa terdapat tiga karakteristik

6 perilaku yang khas pada masyarakat pemukiman kumuh, maka ketiga karakteristik perilaku tersebut sekaligus menjadi batasan perilaku dalam penelitian ini. HASIL Perilaku Domestik Penghuni di Permukiman Mariso dan Rumah Susun Di permukiman Mariso pada umumnya perilaku domestik terjadi pada dapur, tempat cuci, serta wc/kamar mandi. Karakteristik perilaku domestik di permukiman mariso dapat teridentifikasi dari ruang-ruang yang ada pada unit huniannya. Perubahan perilaku domestik penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 1. Berdasarkan pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar hunian di permukiman Mariso memiliki ruang domestik yang lengkap, terdiri dari wc/kamar mandi, dapur, dan tempat cuci, yaitu sebanyak 38% (19 responden) dan yang terdiri dari wc/kamar mandi dan dapur sebanyak 30% (15 responden), sementara itu 32% tidak memiliki ruang domestik yang lengkap, yaitu yang terdiri dari dapur dan tempat cuci sebanyak 18% (9 responden), yang hanya terdiri dari dapur saja sebanyak 8% (4 responden), dan tanpa ruang domestik sebanyak 6% (3 responden). Perilaku Ekonomi Penghuni di Permukiman Mariso dan di Rumah Susun Sebagian penghuni di permukiman Mariso memanfaatkan rumahnya sebagai sarana ekonomi yang sebagian besar menjadi sumber ekonomi utama bagi keluarga. Berbagai jenis aktivitas ekonomi yang dilakukan di dalam rumah, dari beberapa responden di lapangan antara lain kegiatan ekonomi tersebut adalah berjualan makanan, berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, tempat penampungan sampah, dan memelihara ternak. Perubahan perilaku ekonomi penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 2. Dari 50 responden, 14 responden atau 28% memanfaatkan bagian ruang dari huniannya sebagai area ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga ataupun sebagai mata pencaharian utama keluarga. Secara lebih detail pemanfaatan ruang sebagai ruang ekonomi dari 30% responden yang memanfaatkan ruang di rumahnya sebagai untuk fungsi ekonomi adalah adalah 6 responden atau 40% memanfaatkan sebagai kios atau warung yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok atau makanan ringan, sebanyak 3 responden atau 20% memanfaatkan sebagai warung makan, sebanyak 3 responden atau 20% memanfaatkan sebagai tempat penampungan sampah, sebanyak 1 responden atau 6,67 % memanfaatkan sebagai kamar kos, dan sebanyak 1 responden atau 6,67% yang memanfaatkan sebagian area huniannya untuk kandang ayam.

7 Perilaku Sosial Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun Masyarakat berpenghasilan rendah dikenal sebagai masyarakat komunal yang disebabkan rendahnya tingkat kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga dengan bantuan tetangganya kesulitan-kesulitan hidup dapat diatasi bersama. Perubahan perilaku sosial penghuni rumah susun dapat dilihat dalam tabel 3. Intensitas perilaku sosial yang cukup tinggi ini juga didukung dengan hadirnya ruangruang dalam mengakomodasi perilaku tersebut. Sebanyak 96% (48 responden) menyatakan imelakukan interaksi sosial dengan tetangganya setiap hari, sementara 4% (2 responden) tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan tetangganya karena aktivitas pekerjaan. Ruang-ruang yang digunakan dalam mengakomodasi perilaku sosial warga tersebut adalah teras yang digunakan sebanyak 26% (13 responden), area depan rumah yang digunakan sebanyak 38% (19 responden), dan bale-bale yang digunakan sebanyak 36% (18 responden). Interaksi sosial dengan tetangga pada rumah susun sedikit berkurang, yakni sebanyak 92% (46 responden) menyatakan melakukan interaksi sosial dengan tetangganya setiap hari, sementara 8% (4 responden) tidak dapat melakukan interaksi sosial dengan tetangganya karena aktivitas pekerjaan. Kondisi rumah susun yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan hadirnya fasilitas bersama, menimbulkan efek terhadap perubahan perilaku sosial penghuni rumah susun. Selain di unit huniannya, penghuni rumah susun memanfaatkan fasilitas bersama dengan mengubah setting lingkungannya menjadi ruang yang dapat mengakomodasi perilaku sosialnya. Hanya sebanyak 48% yang memanfaatkan area di unit huniannya, yaitu selasar di depan unit hunian. Sementara itu 44% sisanya memanfaatkan fasilitas bersama pada rumah susun untuk mengakomodasi perilaku sosialnya. Sebanyak 26% (13 responden) menggunakan bale-bale yang dibuat pada area selasar depan tangga atau pada area ruang bersama di lantai dasar rumah susun, sebanyak 4% (2 responden) memanfaatkan bale-bale di lantai dasar rumah susun untuk berinteraksi dengan penghuni lain, dan sebanyak 14% (7 responden) menggunakan area landscape bangunan untuk melakukan interaksi sosial dengan penghuni lain. PEMBAHASAN Terjadi perubahan yang signifikan pada perilaku domestik di rumah susun. Hal ini disebabkan karena di rumah susun fasilitas ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik tersebut telah tersedia. Di permukiman Mariso ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik tidak terakomodasi dengan baik, yaitu hanya terdapat dapur tanpa wc/kamar mandi, atau sebaliknya hanya dapur saja tanpa wc/kamar mandi, malah ada yang tidak memiliki

8 ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik. Sedangkan di rumah susun sudah lengkap terdiri dari dapur, wc/kamar mandi yang juga sekaligus sebagai tempat cuci. Hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun secara langsung mengubah perilaku penghuni permukiman Mariso, yang sebelumnya sebagian melakukan aktivitas domestik di luar unit huniannya seperti memasak, mencuci, mandi, dan buang air, setelah menghuni rumah susun aktivitas domestik tersebut dapat dilakukan di dalam unit hunian. Perubahan perilaku domestik ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Halim (2008), bahwa perilaku terbentuk karena adanya stimulus yang diterima. Hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di rumah susun menjadi faktor utama terjadinya perubahan perilaku. Sementara itu, perilaku ekonomi dan sosial penghuni rumah susun tidak hilang, perubahan yang terjadi adalah pada perubahan lokasi aktivitas ekonomi tersebut. Konsep ini sesuai dengan konsep affordances yang dikemukakan oleh Laurens (2005), yaitu mengenai kemanfaatan ruang, di mana pada rumah susun terdapat ruang-ruang yang mampu mengakomodasi perilaku ekonomi penghuni rumah susun yang merupakan perilaku bawaan dari hunian lamanya. Peluang tersebut akhirnya terjadi pada fasilitas bersama yang ada di rumah susun, yaitu pada area tangga, area bersama, dan selasar rumah susun. Karena keterbatasan luasan unit hunian pada rumah susun sehingga menyebakan ruang ekonomi yang memungkinkan untuk dimanfaatkan pada unit hunian adalah hanya sebagai area jualan. Sementara untuk fungsi ekonomi lain di manfaatkan area bersama dengan beragam variasi fungsi ekonomi, dan yang menarik ternyata area tangga utama juga dimanfaatkan sebagai ruang ekonomi penghuni di rumah susun. Area bersama banyak dimanfaatkan untuk fungsi ekonomi karena dimensi ruangnya yang cukup lapang sehingga memungkinkan untuk aktivitas ekonomi yang beragam, sementara area tangga dimanfaatkan untuk aktivitas ekonomi karena alasan lokasi yang strategis, sebagai jalur utama sirkulasi di rumah susun. Perbedaan karakteristik ruang antara rumah susun dengan hunian di permukiman Mariso juga menyebabkan perbedaan perilaku ekonomi. Rumah susun memiliki fasilitas bersama yang tidak dimiliki pada hunian di permukiman Mariso. Karena keterbatasan luas hunian pada unit hunian rumah susun dan potensi yang ada pada fasilitas bersama, sehingga sebagian penghuni atau sebanyak 20% responden memanfaatkannya sebagai ruang untuk mengakomodasi perilaku ekonominya. Perilaku sosial di rumah susun cenderung terbatas, karena di rumah susun warga hanya lebih sering untuk berhubungan dengan tetangga terdekatnya yang satu lantai sementara hubungan dengan warga yang berbeda lantai cenderung berkurang, berbeda

9 dengan kondisi di permukiman Mariso yang akrab dengan tetangga-tetangganya yang cukup jauh sekalipun. Tempat melakukan aktivitas sosial oleh warga rumah susun memanfaatkan ruang-ruang kosong yang memungkinkan, seperti selasar dan area tangga utama. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak lebih banyak memanfaatkan area rumah susun sebagai area sosial mereka untuk bermain dengan teman sebanyanya, antara lain, selasar, tangga utama, tangga darurat, dan area bersama. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku domestik terjadi pada penghuni rumah susun. Hal ini disebabkan karena hadirnya ruang-ruang untuk mengakomodasi perilaku domestik di hunian rumah susun. Sementara itu, untuk perilaku ekonomi terjadi peningkatan pemanfaatan ruang untuk aktivitas ekonomi di rumah susun. Perubahan juga terjadi pada lokus perilaku ekonomi di rumah susun yang memanfaatkan fasilitas bersama serta semakin kecilnya intensitas penggunaan unit hunian sebagai sarana interaksi sosial warga. Dari hasil penelitian, disarankan kepada pihak pengelola dan pemerintah terkait mengenai perlunya pendampingan sosial terhadap warga rumah susun untuk mengenalkan perilaku tinggal di rumah susun sehingga dapat melakukan adaptasi yang lebih baik setelah tinggal di rumah susun dan pada proses perencanaan rumah susun di masa mendatang perlunya mempertimbangkan perilaku asal penghuni rumah susun untuk memahami karakteristik dan mampu mengakomodasi model perilaku mereka. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Balai Pustaka. Budihardjo, Eko. (2004). Sejumlah Masalah Pemukiman Kota. Bandung: Alumni. Deasy, C. M. dan Thomas E. Lasswell Designing Places for People. New York: Whitney Library of Design. Fraenkel, J. dan Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill Inc. Hadi, Sutrisno. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Halim, DK, (2008). Psikologi Lingkungan Perkotaan. Jakarta: Bumi Aksara. Laurens, Joyce Marcella. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: Grasindo.

10 Marpaung, Beny O.Y. (2010). Pengaruh Sosial Budaya Terhadap Pembentukan Makna Sebuah Tempat. (Online). ( akses tanggal 20 Mei 2012). Moleong, Lexy, J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Setiawan, Haryadi B. (2010). Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tashakkori, Abbas dan Charles Teddlie (Eds.). (2010). Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Terj. Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. LAMPIRAN Tabel 1 Perubahan Perilaku Domestik Warga Penghuni Permukiman Mariso dan Rumah Susun Perilaku Domestik Mencuci Memasak Mandi dan buang air Menjemur Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan Aktivitas mencuci sebagian besar dilakukan penghuni di dalam unit hunian, yaitu sebesar 86%. Sedangkan sebanyak 14% melakukan aktivitas mencuci di luar unit hunian pada sarana atau fasilitas MCK umum yang ada di lingkungan hunian. Aktivitas memasak sebagian besar dilakukan penghuni di dalam unit hunian, yaitu sebesar 94%. Sebagian kecil atau sebanyak 6% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas memasak di depan unit hunian. Aktivitas mandi dan buang air sebagian besar dilakukan penghuni di dalam unit hunian, yaitu sebesar 68%. Sebanyak 32% melakukan aktivitas mandi dan buang air di luar unit hunian pada sarana atau fasilitas MCK umum yang ada di lingkungan hunian. Sebanyak 42% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas jemur pada area keliling unit hunian. Sebanyak 10% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas jemur pada area kosong di dekat unit hunian. Sebanyak 48% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas jemur pada area balkon lantai dua unit huniannya. Aktivitas cuci sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas memasak sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas mandi dan buang air sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Sebanyak 72% penghuni rumah susun melakukan aktivitas jemur pada area selasar depan unit hunian. 24% penghuni rumah susun melakukan aktivitas jemur pada area balkon, dan 4% memanfaatkan area tangga darurat sebagai area jemur. Terdapat perubahan pada perilaku mencuci warga, yang sebelumnya sebagian penghuni di permukiman Mariso melakukan aktivitas cuci di luar unit hunian. Setelah menghuni rumah susun, aktivitas mencuci dilakukan di dalam unit hunian. Di rumah susun, aktivitas memasak sepenuhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas mandi dan buang air di rumah susun seluruhnya dilakukan di dalam unit hunian. Aktivitas jemur cenderung tidak berubah.

11 Tabel 2 Perilaku Ekonomi Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun Perilaku Ekonomi Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan Bedagang kebutuhan pokok Menjual Makanan Menyimpan barang Bengkel kerja Memelihara ternak Sebanyak 12% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas dagang pada unit huniannya. Area berdagang terletak di area depan unit hunian. Sebanyak 6% penghuni permukiman Mariso memanfaatkan sebagian area huniannya untuk aktivitas berdagang makanan. Sebanyak 6% penghuni rumah susun memanfaatkan area di dalam unit hunianya sebagai area tempat penampungan sampah hasil memulung yang terkait erat dengan profesi penghuni rumah sebagai pemulung. Tidak terdapat aktivitas kerja pada unit hunian di permukiman Mariso. Sebanyak 2% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas memelihara ternak pada area hunian. Sebanyak 12% penghuni rumah susun memanfaatkan area di depan unit huniannya, sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area tangga, dan sebanyak 6% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama. Sebanyak 4% penghuni rumah susun memanfaatkan sebagian area huniannya untuk bedagang makanan dan sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama untuk aktivitas berjualan makanan. Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area tangga sebagai tempat penampungan sampah. Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama sebagai tempat penampungan sampah. Sebanyak 2% penghuni rumah susun memanfaatkan area bersama di rumah susun sebagai bengkel kerjanya. Seperti halnya kondisi di permukiman Mariso, sebanyak 2% penghuni rumah susun juga melakukan aktivitas memelihara ternak pada area bersama rumah susun. Perubahan perilaku ekonomi penghuni rumah susun adalah memanfaatkan fasilitas bersama sebagai sarana untuk mengakomodasi aktivitas berdagangnya. Perubahannya terletak pada lokasi aktivitas, sebanyak 2% memanfaatkan area bersama sebagai sarana aktivitas ekonominya. Terdapat perubahan pada perilaku menyimpan barang, di rumah susun dilakukan di luar unit hunian. Aktivitas ini sebelumnya tidak ditemukan di permukiman Mariso. Di rumah susun aktivitas ini berlangsung dengan memanfaatkan area bersama rumah susun. Perilaku memelihara ternak juga berubah bagi masyarakat penghuni rumah susun, karena kondisi unit hunian yang tidak memungkinkan untuk memelihara ternak maka aktivitas tersebut dilakukan pada area bersama rumah susun.

12 Tabel 3 Perilaku Sosial Penghuni Permukiman Mariso dan Penghuni Rumah Susun Perilaku Sosial Bersenda gurau Olahraga bersama Minum kopi bersama Permukiman Mariso Rumah Susun Perubahan Sebanyak 38% penghuni permukiman Mariso menyatakan memanfaatkan area bale-bale sebagai sarana interaksi sosialnya sehari-hari. Sebanyak 36% penghuni permukiman Mariso menyatakan memanfaatkan area depan rumahnya sebagai sarana interaksi sosialnya sehari-hari. Sebanyak 24% penghuni permukiman Mariso melakukan aktivitas olahraga bersama setiap minggu. Sebanyak 14% penghuni di permukiman Mariso melakukan aktivitas interaksi sosial pada warung kopi di kawasan permukiman. Bale-bale dibuat pada fasilitas bersama, yaitu area tangga untuk mengakomodasi perilaku sosial penghuni rumah susun. Sebanyak 26% responden menyatakan melakukan interaksi sosial sehari-hari pada area ini. Sebanyak 48% responden menyatakan menyatakan memanfaatkan area selasar rumah susun sebagai sarana interaksi sosialnya setiap hari. Akitivas olahraga bersama tidak dilakukan di rumah susun. Sebanyak 10% penghuni rumah susun melakukan aktivitas interaksi sosial pada warung kopi di kawasan rumah susun. Tidak terjadi perubahan pada aktivitas senda gurau warga, yang berubah adalah setting lingkungannya. Di mana rumah susun, aktivitas ini juga terjadi pada tempat yang lokasinya cenderung agak jauh dari unit huniannya yang dilakukan oleh 44% responden, yaitu pada area tangga, ruang bersama dan landscape rumah susun. Aktivitas olahraga bersama tidak dilakukan di rumah susun. Perilaku minum kopi bersama sambil berbincang-bincang warga tidak hilang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Received: March 2017 Accepted: March 2017 Published: April2017 Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar Indah Sari Zulfiana 1* 1 Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA

PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA PENGARUH LINGKUNGAN BUATAN PADA PERILAKU MANUSIA Pia Sri Widiyati Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain InterStudi Jl. Kapten Tendean No. 2 Kebayoran Baru Jakarta Selatan Abstrak Para ahli

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah kampung berasal dari bahasa Melayu, digunakan sebagai terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan. Istilah kampung sering dipakai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xv BAB 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jakarta merupakan kota yang paling padat penduduknya jika dibandingkan dengan kota lainnya di Indonesia. Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480,

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Bentuk - Bentuk Penyesuaian Ruang Unit Hunian di Rusunawa Kota Pontianak

Bentuk - Bentuk Penyesuaian Ruang Unit Hunian di Rusunawa Kota Pontianak 31 Bentuk - Bentuk Penyesuaian Ruang Unit Hunian di Rusunawa Kota Pontianak Lestari; Hamdil Khaliesh; Zairin Zain; Indah Kartika Sari Program Studi Arsitektur, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Hadari

Lebih terperinci

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Tamiya Miftau Saada Kasman Program Studi Magister Arsitektur, Sekolah Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai TEMU ILMIAH IPLBI 0 Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai Binar T. Cesarin (), Chorina Ginting () () Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA 647 ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA SPATIAL ADAPTATION OF RESIDENT IN DABAG SIMPLE FLATS SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Muhamad Arif Afandi, Pendidikan Seni Rupa,

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari PROGRAM RUANG A. Jenis 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari Toilet Pengrajin tempe dan tahu Buang air kecil dan besar Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments

EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments EFEKTIFITAS RUANG PUBLIK DALAM RUMAH SUSUN DI KOTA MAKASSAR The Effectiveness of Enclosed Public Space in Rental Apartments Citra Amalia Amal, Victor Sampebulu dan Shirly Wunas ABSTRAK Hasil penelitian

Lebih terperinci

PERILAKU PEMUKIM TERHADAP LAHAN PERMUKIMAN SEKITAR SUNGAI DI KAWASAN PUSAT KOTA

PERILAKU PEMUKIM TERHADAP LAHAN PERMUKIMAN SEKITAR SUNGAI DI KAWASAN PUSAT KOTA PERILAKU PEMUKIM TERHADAP LAHAN PERMUKIMAN SEKITAR SUNGAI DI KAWASAN PUSAT KOTA Muhammad Najib * * Abstract The aim of this research for knowed residents behavior pattern in to land use settlements camprises

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Indonesia telah mengalami perkembangan pesat dalam bidang olahraga. Dewasa ini semakin banyak event olahraga yang di selenggarakan di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun

Lebih terperinci

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya

Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Konsep Desain Partisi Dengan Sistem Modular Untuk Hunian Dengan Lahan Terbatas Di Surabaya Ratna Puspitasari 1, Faza Wahmuda 2 Jurusan Desain Produk, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Email: ratna.puspitasari03@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang Adisty Yoeliandri Putri 1, Jenny Ernawati 2 dan Subhan Ramdlani 2 1Mahasiswa, Jurusan arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen,

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

Koridor Kampung Kota sebagai Ruang Komunikasi Informal

Koridor Kampung Kota sebagai Ruang Komunikasi Informal Koridor Kampung Kota sebagai Ruang Komunikasi Informal Siti Miftahul Ulum 1, Triandriani Mustikawati 2, dan Abraham M. Ridjal 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 1 TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT Oleh Ambarwati, D. Sugandi *), D. Sungkawa **) Departemen Pendidikan Geografi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan secara merata diseluruh tanah air dan ditujukan bukan hanya untuk satu golongan, atau

Lebih terperinci

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO

RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO RUMAH SUSUN PADA KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANO DI MANADO (Behavior Modifier) Elza Yustin Landimuru, Mahasiswa S1 Arsitektur UNSRAT Pierre H Gosal, Staf Dosen Pengajar Arsitektur UNSRAT Fela Warouw,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan stasiun kereta api Bandung bagian Selatan yang terletak di pusat kota berfungsi sebagai pendukung dan penghubung fasilitasfasilitas di sekitarnya, seperti perkantoran,

Lebih terperinci

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW Proses Perancangan Arsitektur 6 (PA6) merupakan obyek riset skripsi untuk pendidikan sarjana strata satu (S1) bagi mahasiswa peserta skripsi alur profesi. Pelaksanaan PA6

Lebih terperinci

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ruang publik Menurut Carr dkk (1992), bahwa tipologi ruang publik penekanan kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan pertumbuhan yang kini sedang dirasakan sebagian besar kotakota di Indonesia salah satunya adalah pertumbuhan permukiman informal di kawasan pusat kota,

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa

Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Hubungan Density Pada Rumah Kos Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Abstract This study aims to determine whether there is a relationship between the density (density) in a boarding house with student learning

Lebih terperinci

PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI SUNGAI 1

PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI SUNGAI 1 PENATAAN ULANG KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH TEPI SUNGAI 1 ( Studi Kasus : Pemukiman Kumuh Badur Bawah ) Dina Purnama 2 Putri Indah Sari 3 Destia Farahdina 4 Abstrak Pemukiman Badur Bawah merupakan salah satu

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak

Lebih terperinci

Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta

Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Keterikatan Pekarangan terhadap Ruang Dalam berdasarkan Atribut Privasi pada Kawasan Hunian Jeron Beteng Kraton Yogyakarta Nova Purnama Lisa Perencanaan dan Perancangan Kota, Behavior

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

Ruang Personal Pemustaka di Ruang Baca Perpustakaan Umum Kota Malang

Ruang Personal Pemustaka di Ruang Baca Perpustakaan Umum Kota Malang Ruang Personal Pemustaka di Ruang Baca Perpustakaan Umum Kota Malang Iman Hidayatullah 1 dan Tito Haripradianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan dasar berupa pangan, sandang dan papan memiliki berpengaruh yang erat terhadap kelangsungan hidup manusia. Salah satu kebutuhan dasar berupa papan sendiri

Lebih terperinci

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG

KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG KINERJA INFRASTRUKTUR KAWASAN STRATEGIS PADA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH KECAMATAN MAIWA KABUPATEN ENREKANG PERFORMANCE INFRASTRUCTURE STRATEGIC AREA AT REGIONAL INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB IV PANDUAN KONSEP BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah

Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Teritorialitas Masyarakat Perumahan Menengah ke Bawah Studi Kasus: Perumahan Sukaluyu, Cibeunying Kaler, Bandung Tamiya M. Saada Kasman, Dewi R. Syahriyah, Sofian D. Ananto, M. Adib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Kampung Vertikal Kalianyar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku 1.2 Pengertian Judul Kampung vertikal merupakan konsep hunian yang bertransformasi dari menjadi kampung yang

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kelurahan Kapuk merupakan suatu wilayah dimana mengacu pada dokumen Direktori RW Kumuh 2011 dalam Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011 adalah

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL JAKARTA A PERAN PEREMPUAN Perempuan sangat berperan dalam pendidikan

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)

PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso,

Lebih terperinci

Konsep Rusunawa Untuk Urban Renewal Bagi Permukiman Kumuh Studi Kasus Kawasan Pantai Purus Kota Padang

Konsep Rusunawa Untuk Urban Renewal Bagi Permukiman Kumuh Studi Kasus Kawasan Pantai Purus Kota Padang Konsep Rusunawa Untuk Urban Renewal Bagi Permukiman Kumuh Studi Kasus Kawasan Pantai Purus Kota Padang Hendri Zulviton, 1) Muhammad Faqih, 2) I Gusti Ngurah Antaryama 3) 1) Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi ( pengelolaan air limbah domestic ) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News, 2006

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-240 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat Niken Fitria dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini kota besar masih memiliki daya tarik bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan perekonomian dan pendidikan yang menyebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 50 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metodologi yang dipilih dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menemukan hubungan modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.

Lebih terperinci

Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan, 16424, Depok, Indonesia

Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan, 16424, Depok, Indonesia PRODUKSI DAN REPRODUKSI RUANG SOSIAL DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK STUDI KASUS : PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK JALAN GANG AUT RT 04 RW 04 KELURAHAN GUDANG, BOGOR Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting demi tercapainya suatu tujuan penelitian, karena metode mempelajari dan membahas tentang cara-cara yang ditempuh dengan setepat-tepatnya

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FASILITAS DAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS RUSUNAWA SELAGALAS KOTA MATARAM)

OPTIMALISASI FASILITAS DAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS RUSUNAWA SELAGALAS KOTA MATARAM) OPTIMALISASI FASILITAS DAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KOTA MATARAM (STUDI KASUS RUSUNAWA SELAGALAS KOTA MATARAM) Sri Hartati 1, *), Tri Joko Wahyu Adi 2) dan Yusroniya Eka Putri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah TEMU ILMIAH IPLBI 206 Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah Riska Amelia Rachman (), Hanson E. Kusuma (2) () Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa (2)

Lebih terperinci

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA Suryaning Setyowati Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta suryanings@yahoo.com

Lebih terperinci

KALIANYAR VERTICAL KAMPONG WITH BEHAVIOR ARCHITECTURE IN JAKARTA

KALIANYAR VERTICAL KAMPONG WITH BEHAVIOR ARCHITECTURE IN JAKARTA KALIANYAR VERTICAL KAMPONG WITH BEHAVIOR ARCHITECTURE IN JAKARTA El Yanno Suminar, Marsudi, Kusumaningdyah Nurul Handayani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus: Kampung Kanalsari Semarang) Tugas Akhir Oleh : Sari Widyastuti L2D

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di Perumahan Bukit Sejahtera Palembang Tutur Lussetyowati Laboratorium Kota dan Permukiman, Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI NELAYAN

PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI NELAYAN PENERAPAN ARSITEKTUR PERILAKU PADA PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI NELAYAN Studi Kasus:Lorong Proyek Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara TESIS OLEH ULINATA 11 7020 013/AR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang memusatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya proses perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini membawa dampak timbulnya berbagai masalah perkotaan. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi berakibat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya tingkat urbanisasi sangat berperan besar dalam meningkatnya jumlah penduduk di kota-kota besar. DKI Jakarta, sebagai provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG Oleh I Kadek Mardika UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG 2015 i KATA PENGANTAR Dunia arsitektur selama ini lebih banyak diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Pagelaran merupakan salah satu daerah penghasil gerabah di Kabupaten Malang. Di tengah wilayah desa ini dilintasi jalan yang menghubungkan Malang dengan Bantur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir

Lebih terperinci

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok 1 Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok Fachrul Irawan Ali dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

THE DIFFERENCES OF SOCIAL VALUES OF THE STUDENTS WHO PARTICIPATE SPORTS AND NON SPORTS EXTRACURRICULAR AT STATE HIGH SCHOOL 1 IMOGIRI BANTUL

THE DIFFERENCES OF SOCIAL VALUES OF THE STUDENTS WHO PARTICIPATE SPORTS AND NON SPORTS EXTRACURRICULAR AT STATE HIGH SCHOOL 1 IMOGIRI BANTUL PERBEDAAN NILAI-NILAI SOSIAL PADA PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN PESERTA DIDIK YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER NON OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 IMOGIRI BANTUL Oleh Eko Dwi Purnomo

Lebih terperinci