LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KULIAH KERJA NYATA TEMATIK (KKN) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUARA BUNGO PERIODE V TAHUN 2012
|
|
- Sudomo Agusalim
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KULIAH KERJA NYATA TEMATIK (KKN) LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUARA BUNGO PERIODE V TAHUN 2012 PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN DUSUN PENYANGGA KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI DI KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO Oleh: MULIA JAYA, S.IP, M.Si NIDN PROGRAM STUDI ILMUPEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUARA BUNGO MUARA BUNGO TAHUN 2012
2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM KULIAH KERJA NYATA TEMATIK PERIODE V TAHUN Judul Kegiatan : Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo 2 Bidang Kegiatan : Kuliah Kerja Nyata Tematik Periode V Tahun Bidang Ilmu : Sosial dan Politik 4 Penanggung Jawab Program a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : : : : Mulia Jaya, S.IP, M.Si Anggota Pelaksana : 26 Orang 7 Biaya Kegiatan Total : a. LPPM-UMB b. Sumber lain : : Rp. 4,5 Juta Rp.- 8 Jangka waktu pelaksanaan : 40 (empat puluh) hari Jl. Gang Dara Mahkota Blok B. No. 85 RT 10/RW 04 Perumnas Kel. Cadika Kab. Bungo Prop. Jambi/ Muara Bungo, 06 November 2012 Menyetujui Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Univ. Muara Bungo Penanggung Jawab Program (Siti Maryam. S.Sos) NIDN (Mulia Jaya, S.IP, M.Si) NIDN Mengetahui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muara Bungo (Akhyarnis Febrialdi. S.Si) NIDN i
3 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT tuhan yang maha kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik Periode V Tahun Program ini disusun sebagai salah wujud pertanggungjawaban atas tridarma perguruan tinggi. Penulis telah mengerahkan segenap kemampuan untuk menjadikan laporan pelaksanaan program ini menjadi lebih baik, namun selalu saja ada kelemahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif bagi kesempurnaan laporan. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu tersusunnya laporan ini. Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Khairun A. Roni, selaku Rektor Universitas Muara Bungo yang telah banyak memberikan motivasi dan kemudahan kepada penulis selama pengikuti pendidikan pada Universitas Jambi. 2. Bapak Drs. Tanzuardi. M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muara Bungo yang telah banyak memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis selama menyelesaikan program ini. ii
4 3. Bapak Akhyarnis Febrialdi. S.Si selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muara Bungo, yang telah banyak memberikan motivasi dalam melakukan dan penulisan laporan. Penulis berharap semoga laporan pelaksanaan program ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan ditanah air terkait dengan Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu. Muara Bungo, November 2012 Penulis iii
5 DAFTAR ISI Hal LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Program Luaran Yang Diharapkan Metode Pelaksanaan Peserta Jadwal Kegiatan Pembiayaan Program. II. PEMBAHASAN i ii iii iv v Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Faktor-faktor yang mempengaruhi Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di iv
6 Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Strategi Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo..... III. PENUTUP Kesimpulan Saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN v
7 DAFTAR TABEL Hal 1. Jadwal Kegiatan Hasil dari permainan simulasi pembanguan desa yang diharapkan masyarakat, acara di Dusun Timbolasi, 11 Oktober Perbedaan Antara Manajemen Strategis Dengan Taktik vi
8 DAFTAR GAMBAR Hal 1. Materi Workshop dengan judul Pengenalan Umum Tentang Politik di Dusun Timbolasi tanggal 4/10/ Focus Discussion In Group 11 Oktober 2012 di Timbolasi Bangunan Islamic center di pusat KTM Dusun Karak Apung (foto kiri) dan bangunan tugu lokasi KTM di Dusun Karak Apung Suasana diskusi kelompok terfokus untuk mencari solusi dan pemecahan masalah sendiri (solving problems) pada pusat kawasan KTM 5. Participatory Mapping di kalangan mahasiswa 11/10/ Suasana diskusi Participatory Mapping yang dihadiri oleh masyarakat KTM, pengurus KTM, kelompok perempuan KTM dan mahasiswa UMB yang melaksanakan kukerta, 12 Oktober Usulan pemecahan masalah yang diusulkan oleh masyarakat pusat KTM. 8. Alur Pengambilan Data Role Play Game Dusun Penyangga KTM di Dusun Timbolasi 11 Oktober Perwakilan masyarakat Dusun Timbolasi dan Karak yang hadir dalam diskusi kelompok terfokuskan yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Kukerta UMB, 11 Oktober Usulan pemecahan masalah yang diusulkan oleh masyarakat Timbolasi sebagai kawasan penyangga KTM. 33 vii
9 I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kajian otonomi daerah, desentralisasi kekuasaan menjadi term penting sebab, jika tidak pengelolaan hubungan pusat dan daerah akan menjadi tidak berimbang sehingga menimbulkan beragam tuntutan. Hubungan kekuasaan pusat dan daerah merupakan hubungan positif tidak saling mematikan. Khasanah sistem pemerintahan sejatinya membagi kekuasaan yang semulanya domain pusat kemudian diserahkan kepada daerah kecuali urusan politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, agama, yustisi, moneter dan fiskal nasional serta agama 1. Pembagian kekuasaan pemerintahan tersebut tentunya tidak mengabaikan unsur lokalitas, seperti desa di Jawa, Nagari di Sumatera Barat, Kemendapoan di Kerinci, dan Marga di Palembang. Dalam penjelasan pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 berbunyi: I. Oleh karena negara Indonesia itu suatu Eenheidsstaat, maka Indonesia tak akan mempunyai Daerah dalam lingkungannya yang bersifat Staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi, dan Daerah Propinsi akan dibagi pula dalam Daerah yang lebih kecil. Daerah-daerah itu bersifat autonom (Streek dan Locale Rechtsgemeen Schappen) atau bersifat Daerah Administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan oleh undang-undang. Di Daerah-daerah yang bersifat autonom akan diadakan Badan Perwakilan Daerah, oleh karena Pemerintahan di Daerah akan bersendi atas dasar permusyawaratan. II. Dalam territoir negara Indonesia terdapat ± 250 Zelf Besturende Lanschappen dan Volks Gemeen Schappen, seperti Desa di Jawa, dan 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah 1
10 Bali, Nagari di Minang Kabau, Dusun dan Marga Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai Daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan Daerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturan negara yang mengenai Daerah itu akan mengingati hak asal-usul Daerah tersebut. 2 Pasal-pasal tersebutlah kemudian menjadi dasar munculnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, kemudian direvisi menjadi Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Ada beberapa pertimbangan yuridis dalam melahirkan sebuah undang-undang yang mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah diantaranya ialah: a. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945, maka pemerintah daerah mengatur sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan asas otonomi, dan pembantuan demi percepatan terwujudnya kesejahteraan rakyat, melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan 2 Soehino, Perkembangan Pemerintah Daerah. Liberty, Yogyakarta 2
11 memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan Negara. 3 Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, sangat menuntut sistem demokratis dan terarah. Berhasil atau tidaknya sebuah pemerintahan di daerah mutlak ditentukan oleh manajemen kolaboratif antara kepemimpinan elit-elit pemerintahan modern maupun tradisional, masyarakat dan swasta bersinergi membangun daerah. Di Kabupaten Bungo, penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Sistem pemerintahan yang berkearifan lokal mulai diidentifikasi misalnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Penyebutan Kepala Desa Menjadi Rio, Desa Menjadi Dusun Dan Dusun Menjadi Kampung. Dengan adanya Pemerintahan Dusun yang dipimpin oleh Rio dapat terus dipertahankan dan diperkuat kelembagaannya secara berkelanjutan sehingga keberadaan Dusun mampu menjadi leading sektor pemerintahan maupun menjadi lembaga penunjang program lain yang berada di daerah kekuasaannya. Kelembagaan Pemerintahan Dusun kedepannya mesti mampu mengelola sumberdaya alam yang dimiliki, agar perkembangan dan pembangunan wilayah Dusun dapat bertumbuh. Sehingga pusat industri baru dapat dirancang seiring peningkatan kemampuan kapasitas kelembagaan Dusun tersebut. 3 Op.cit 3
12 Dusun identik dengan pertanian (perhutanan, perkebunan, dan perikanan). Bila sektor pertanian belum mendapat perhatian tinggi maka, kaitannya terhadap pertumbuhan perekonomian rumah tanggapun menjadi rendah. Dengan demikian untuk mewujudkan Dusun sebagai pusat pertumbuhan industri pertanian baru akan menjadi sia-sia. Ada paradigma baru untuk merealisasikan Dusun sebagai pusat pertumbuhan industri pertanian baru diantaranya ialah Paradigma Kota Terpadu Mandiri (KTM). 4 Dalam bahasa lain, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, hendak mencoba menerapkan konsep pengembangan wilayah yang dilakukan melalui pengembangan kota terpadu di kawasan hutan. Kota Terpadu Mandiri (KTM) adalah kawasan transmigrasi dimana pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan dengan fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Fungsi perkotaan dimaksud antara lain meliputi : 1) Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis; 2) Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul; 3) Pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa; 4 Selanjutnya penyebutan akan disingkat menjadi KTM 4
13 4) Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis. 5 Kabupaten Bungo Propinsi Jambi, secara geografis terletak antara sampai Bujur Timur dan antara sampai Lintang Selatan. Luas wilayah Km² terbagi ke dalam lima belas Kecamatan. Jumlah penduduk pada tahun 2010 sekitar jiwa 6. Daerah ini, menjadi salah satu sasaran KTM yang berpusat di Kecamatan batin III Ulu. Pemerintah Kabupaten Bungo membangun kawasan KTM dimulai pada tahun 2009, dan mendapatkan dana APBN 2012 sebesar Rp 1 Miliar untuk biaya pembebasan tanah. Sementara untuk luas wilayah KTM bathin III ulu adalah Ha. Luas wilayah ini selain dipergunakan untuk ekonomi pertanian produktif juga digunakan untuk permukiman. Pemerintah Kabupaten Bungo mengajukan kawasan KTM seluas hektar dengan status pada kawasan Areal Penggunaan lain (APL) berdasarkan atas sertifikasi Hak Pengelolaan atas nama DEPNAKERTRANS No. 2/2004 tanggal 13 Oktober Atas keinginan masyarakat agar kawasan tersebut dapat diusulkan untuk menjadi program KTM. Sesuai dengan berita acara kesepakatan seluruh Datuk Rio (d/h Kepala Desa) se-kecamatan Bathin III Ulu No. 500/640/PEM tanggal 20 Januari Kawasan KTM tersebut berlokasi pada dua kecamatan yaitu Rantau Pandan dan Bathin III Ulu, meliputi 6 unit pemukiman transmigrasi dengan jumlah Bungo dalam angka,
14 1.450 KK atau jiwa. Untuk tahun 2009 ditempatkan 50 KK dan 2010 ditempatkan 580 KK. Dengan pembangunan kawasan KTM tersebut, tentu kedepan akan memunculkan potensi konflik perbatasan antar desa, kesiapan masyarakat setempat atas pendatang baru yang berbeda adat istiadat dan etos kerja, serta kemungkinan perambahan hutan dan pertambangan liar di Kecamatan Bathin III Ulu. Kondisi saat ini, penyelenggaraan fungsi Pemerintahan Dusun dituntut untuk mampu menyeleasikan peluang konflik vertikal dan horizontal kedepan. Tetapi kenyataannya, bahwa Pemerintahan Dusun penyangga KTM belum mampu menjadi lembaga penunjang kebijakan bila dikaitkan dengan penyelenggaraan fungsi wilayah KTM yang sejatinya menjadi salah satu strategi pembangunan wilayah Dusun. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan kemampunan aparatur pemerintahan Dusun yang masih terbatas secara teoritis. Sehingga belum melihat keberadaan KTM sebagai peluang dan kekuatan Dusun untuk berdaya saing tinggi. Melalui Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu dapat memberikan kontribusi positif baik secara kelambagaan maupun secara individual dari sisi sumberdaya manusia bagi pembangunan KTM kedepannya. Selain Pemerintah Dusun, Universitas Muara Bungo juga memiliki tanggung jawab sosial (Social Responsibility) bagi pertumbuhan KTM. Oleh karena itu, Universitas Muara Bungo melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik Periode V Tahun 6
15 2012 merupakan manifestasi dari Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat merupakan tuntutan harus dilaksanakan sebagai pertanggung jawaban sosial kepada masyarakat. Melalui Kuliah Kerja Nyata Tematik Periode V Tahun 2012 inilah program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu dapat dilaksanakan. Mengingat perlunya merancang interkoneksi antara perguruan tinggi, masyarakat, pemerintah, swasta dan masyarakat KTM itu sendiri agar tercipta Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu yang kuat, kreatif dan mandiri sesuai dengan fungsinya PERUMUSAN MASALAH Munculnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah, kemudian diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur, mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, menjadi peluang dan kekuatan Kabupaten Bungo untuk selalu proaktif mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan dan mengevaluasi potensi daerah. Pemberlakuan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 9 Tahun 2007 Tentang Penyebutan Kepala Desa Menjadi Rio, Desa Menjadi Dusun Dan Dusun Menjadi Kampung, menyebabkan perubahan struktur pemerintahan ditingkat terendah. Kenyataan ini, hendaknya menjadi semangat untuk terus menggali potensi 7
16 lokal yang akan membuat Dusun menjadi kuat salah satu misalnya penyelenggaraan KTM di Kecamatan Batin III Ulu. Keberadaan KTM, perlu didukung dengan penguatan kelembagaan Pemerintahan Dusun, agar program pembangunan KTM dapat mendukung pembangunan Dusun dan Pemerintahan Dusun dapat mendukung program pembangunan KTM bukan saling mematikan. Bagi Pemerintahan Dusun perlu penguatan kapasitas dalam rangka sinergitas sehingga Pemerintah Dusun lebih proaktif dalam peningkatan kualitas pertumbuhan wilayah Dusun melalui peningkatan fungsi Kota terpadu mandiri, dan bukan menjadi faktor penghambat dan melemahkan. Dalam pelaksanaan program ini, akan teridentifikasi dengan sendirinya bagaimana pelaksanaan program penguatan kelembagaan dusun penyangga, faktorfaktor apa yang mempengaruhi kegiatan dan strategi alternatif apa dapat diterapkan pasca kegiatan berlangsung TUJUAN PROGRAM 1. Teoritis a. Sebagai program pengabdian masyarakat bagi masyarakat Dusun penyangga KTM Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo oleh Mahasiswa dan Dosen Universitas Muara Bungo yang diarahkan pada upaya menjelaskan fungsi Pemerintahan Dusun di kawasan KTM, 8
17 mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi dan menyusun strategi alternatif pengembangan pengelolaan KTM. b. Penerapan IPTEKS bagi Masyarakat Dusun Penyangga KTM Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo oleh Mahasiswa dan Dosen. 2. Pragmatis a. Melatih mahasiswa dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan program dan MONEV 7 penyelenggaraan KTM dan peran Pemerintahan Dusun Penyangga sehingga bermanfaat bagi pengambil kebijakan Pemerintahan Dusun di kawasan KTM b. Mengembangkan softskills dan karakter bagi pemerintahan Dusun penyangga KTM Kec. Bathin III Ulu Kab. Bungo oleh Mahasiswa dan Dosen c. Melatih Mahasiswa, Dosen serta Pemerintahan Dusun memahami dan menganalisis situasi dan kondisi di masyarakat perdusunan terkait dengan penyelenggaraan KTM LUARAN YANG DIHARAPKAN Teoritis a. Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri yang kuat, dengan kapasitas kelembagaan yang baik dan mandiri sesuai dengan fungsinya. 7 Monitoring dan evaluasi 9
18 b. Pengembangan IPTEKS 8 di masyarakat terkait dengan penyelenggaraan KTM dan peran Pemerintahan Dusun Penyangga c. Perekayasaan sosial berupa sharing pengelolaan kekuasaan Dusun antara Pemerintahan Dusun dengan Masyarakat Kota Terpadu Mandiri, dan penyusunan strategi pengembangan Pragmatis a. Masterplan pemetaan peran dalam penyelenggaraan KTM yang dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bungo dan Pemerintahan Dusun penyangga. b. Pengembangan softskills dan karakter Mahasiswa, Dosen, Pemerintahan Dusun dan masyarakat KTM di Kecamatan Bathin III Ulu dalam memecahkan masalah berbasis Role Play Geme, Focus Discussion In Group dan Participatory Mapping. c. Peningkatan pemahaman Mahasiswa, Dosen dan aparatur Pemerintahan Dusun terhadap kondisi Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo METODE PELAKSANAAN Metode Pendekatan a. Metode Metode yang ditawarkan untuk menyelesaikan Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu 8 Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 10
19 Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo digunakan metode: 1). Ceramah Digunakan untuk menyampaikan konsep-konsep politik dan pemerintahan, perkembangan, permasalahan dan perencanaan terkait tata kelola pemerintahan Dusun penyangga KTM. 2). Diskusi Digunakan untuk mengidentifikasi, memetakan dan menghimpun kesimpulan, atas permasalahan dan menyusun perencanaan oleh Pemerintahan Dusun Penyangga KTM. 3). Simulasi Simulasi digunakan berbasis Group-Individual Learning. Mitra diajak untuk langsung merumuskan, permasalahan dan perencanaan tata kelola Pemerintahan Dusun Penyangga KTM. b. Pendekatan 1). Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). 2). Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). 3). Pendekatan pembelakaran yang berorientasi Focus Group In Discussion (FGD) dan permainan. 11
20 c. Prosedur Kerja Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo akan dilaksanakan dengan prosedur kerja sebagai berikut: 1. Pemateri merumuskan terlebih dahulu bahan ajar Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo kedalam Rancangan Program Kegiatan Pembelajaran. 2. Pemateri menyampaikan materi yang telah disusun kedalam Rancangan Program Kegiatan Pembelajaran kepada mitra dengan menggunakan metode ceramah, diskusi maupun simulasi. 3. Pemateri mengajak mitra menyusun rancangan program kegiatan berdasarkan analisis potensi wilayah internal dan eksternal yang mereka butuhkan kedepan. 4. Setelah menguasai teori dan praktek, pemateri mengajak mitra untuk mendemonstrasikan materi teoritis ke praktis dengan didampingi instruktur. 5. Mitra menguasai materi yang bersifat teoritis sebanyak 3 (tiga) kali tatap muka. Sehingga Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III 12
21 Ulu Kabupaten Bungo dapat terasa dan bisa diselesaikan dalam waktu maksimal 3 (tiga) hari kalender. d. Rencana Kegiatan 1. Lokasi dan Waktu Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo akan dilaksanakan di Dusun Karak, dan Timbolasi. Program Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo dilakukan selama 1 (satu bulan) mulai dari tanggal 10 September sampai 20 Oktober e. Partisipasi Mitra 1. Mitra akan berpartisipasi dalam proses perumusan Rancangan Program Kegiatan. 2. Mitra akan berpartisipasi aktif dalam tim program. 3. Mitra akan berpartisipasi aktif sebagai peserta PESERTA 1. Pemerintah Dusun 2. Badan Permusyawaratan Dusun 3. Kelompok Perempuan 4. Mahasiswa Kukerta 13
22 1.7. JADWAL KEGIATAN Minggu 1 Dusun Timbolasi Minggu 2 Dusun Timbolasi Dusun Karak Apung No Jadwal Topik Kamis 04/10/2012 Jum at 05/10/2012 Kamis 11/10/2012 Jum at 12/10/2012 Nara Sumber Registrasi Peserta Panitia Pembukaan Panitia Pengenalan umum tentang Politik Praktisi Istirahat+ selesai Registrasi Peserta Panitia Kebijakan dan Monev KTM Kabid Trans Istirahat+selesai Registrasi Peserta Panitia Pembukaan Panitia Focus Discussion In Group, Role Play Game, ICRAF Participatory Mapping Istirahat+ selesai Registrasi Peserta Panitia Pembukaan Panitia Focus Discussion In Group, Role Play Game, ICRAF Participatory Mapping Istirahat+selesai 1.8. RANCANGAN BIAYA Dan REALISASI (lampiran 1) 14
23 II. PEMBAHASAN 2.1. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo. Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo merupakan kegiatan yang berupaya menumbuhkan kemampuan bagi Pemerintahan Dusun penyangga KTM untuk mampu mengidentifikasi, merumuskan, merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sendiri kegiatan kepemerintannya terkait dengan keberadaan KTM. Beberapa Dusun penyangga KTM adalah Dusun muara Buat, Dusun Timbolasi, Dusun Sungai Telang, Dusun Laman Panjang, dan Dusun Marigeh. Dalam hal ini, Dusun penyangga belum banyak berperan optimal dalam pertumbuhan KTM. Peranan Dusun penyangga belum terlihat sebabagai penunjang bila dikaitkan dengan fungsi KTM sebagai: 1) Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis; 2) Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul; 3) Pusat kegiatan pendidikan dan pelatihan di Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa; 4) Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis. 15
24 Dusun penyangga ini seakan-akan tidak dianggap penting keberadaannya oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo. Sehingga keberadaan KTM sendiri menurut peserta pelatihan lebih banyak tidak member manfaat bagi dusun penyangga. Begitu pula ketika kegiatan Role Play Game dilaksanakan di Kampung Apung Ilir Dusun Karak Apung. Peserta beranggapan pemerintah belum serius mengelola KTM dan keberadaan dusun penyangga juga dianggap hanya sebagai asesoris saja tidak memberikan manfaat. Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi Dusun Penyangga KTM adalah sebagai Dusun yang menunjang keberadaan KTM sebagai: 1. Penyedia input bagi kegiatan pertanian, pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan pemasaran; 2. Penunjang kegiatan pendidikan dan pelatihan di Sektor Pertanian, Industri, dan Jasa; 3. Penunjang kegiatan perdagangan hilir yang ditandai dengan adanya pasarpasar grosir dan pergudangan beragam komoditas hasil agribisnis KTM. Fungsi-fungsi penunjang secara umum dapat dilihat di Dusun Muara Buat. Di Dusun ini kegiatan perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis. Namun pasar di Dusun Muara Buat masih merupakan pasar tradisional yang tidak ditetapkan secara khusus sebagai pasar yang menampung produk pertanian dari pusat KTM. Oleh karena itu, perlu diberikan pemahaman yang luas kepada Pemerintahan Dusun Penyangga tentang keberadaan dan fungsi KTM itu sendiri. Sebelum diberikan pemahaman tentang KTM, terlebih dahulu diberikan sentuhan pengetahuan 16
25 tentang politik, agar Pemerintahan Dusun Penyangga KTM mengenal tugas, pokok dan fungsinya di Pemerintahan Daerah Kabupaten Bungo. Selanjutnya diberi penjelasan bagaimana proses politik sebagai media lahirnya kebijakan KTM. Untuk itu perlu diberikan materi tentang pengenalan umum tentang politik Pengenalan Umum Tentang Politik Acara dibuka oleh Camat Bathin III Ulu bapak Syafril. S.Sos. kemudian dilanjutkan dengan kata pengantar dari Dosen Pembimbing Lapangan Mulia Jaya, S.IP, M.Si. Kata pengantar ditujukan kepada peserta pelatihan, agar mengetahui masalah, tujuan dan hasil yang diharapkan setelah kegiatan diselenggarakan. Materi pengenalan umum tentang politik di sampaikan oleh bapak M. Mahili. HM, SH, MH selaku Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bungo. Presentasi diawali dengan perkenalan dengan membacakan curriculum vitae, kemudian pemateri memulai presentasi kepada peserta yang terdiri dari Rio, BPD, Tokoh Masyarakat, Kelompok Perempuan dan mahasiswa. Materi disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi. Peserta yang hadir berjumlah 20 orang yang terdiri dari Rio, BPD Dusun Penyangga dan Mahasiswa. Materi membekali pemerintan dusun agar memahami politik pemerintahan dan fungsi pemerintahan dikaitkan dengan penyelenggaraan Kota Terpadu Mandiri. 17
26 Gambar 1. Materi Workshop dengan judul Pengenalan Umum Tentang Politik di Dusun Timbolasi tanggal 4/10/2012 Gambar 2. Peserta Workshop dengan judul Pengenalan Umum Tentang Politik 18
27 Adaptasi Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Melalui Pendekatan Focus Discussion In Group, Participatory Mapping Role Play Game. a. Focus Discussion In Group Focus discussion in group artinya ialah diskusi kelompok yang terfokus. Menurut Surya (1975) diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana peserta akan mendapatkan suatu kesempatan, untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung jawab dan harga diri. Sedikit berbeda dengan Usman (2005) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah ( Metode ini ditujukan untuk membangun kesepakatan antar anggota kelompok tentang masalah-masalah yang dirumuskan, dibahas dan dirancang solusinya bersama. Sehingga idnetifikasi masalah bukan hasil pengamatan individu yang subjektif, melainkan sudah merupakan pembahasan bersama. Dalam pelaksananaan diskusi kelompok dengan tema Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga 19
28 Kawasan Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu di peroleh beberapa masalah yaitu: 1. Program Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu belum dikenal dengan baik oleh Dusun Penyangga. 2. Dusun penyangga tidak tahu berfungsi sebagai apa. 3. Kota Terpadu Mandiri Di Kecamatan Bathin III Ulu tidak memberikan kontribusi positif bagi dusun penyangga. Gambar 2. Focus Discussion In Group 11 Oktober 2012 di Timbolasi Diskusi terfokus juga dilakukan di pusat KTM kampong apung ilir. Hasil diskusi kelompok terfokuskan bahwa sebagian besar masyarakat Karak Apung yang sudah tinggal di Dusun mengikuti program transmigrasi sejak tahun Mereka umumnya berasal dari pulau Jawa seperti dari Indramayu, Salatiga, Grobokan, Blitar. Masyarakat tidak memahami apa itu KTM? Karena sosialisasi hanya dilakukan 20
29 kepada pengurus KTM dan tokoh masyarakat, sehingga masyarakat umum tidak memahaminya program-program yang akan dilaksanakan. Ketika jatah hidup sudah habis sementara lahan usaha (LU) belum terbagikan merata keseluruh masyarakat sehingga mereka mencoba mencari pekerjaan alternativ sebagai buruh membuka hutan disekitar Dusun atau menjadi buruh sadap di Dusun tetangga. Tidak adanya ketertarikan investor perkebunan untuk membangun perkebunan di pusat kawasan KTM dikarenakan kurangnya saranan dan infrastruktur yang mendukung. Saat ini terdapat pertambangan batubara yang kapasitasnya juga tidak memadai. Permasalahan yang teridentifikasi di Dusun Karak Apung adalah: 1. Terjadinya konflik perbatasan wilayah administrasi antara masyarakat Dusun Karak Apung dengan masyarakat Kecamatan Tanah Tumbuh, sehingga masyarakat transmigrasi enggan bercocok tanam. 2. Tidak jelasnya pembagian LU1 dan LU2. Menurut keterangan masyarakat yang hadir bahwa penempatan Transmigrasi terbagi menjadi tiga gelombang, gelombang pertama sebanyak 70 Kepala Keluarga (KK) belum ada bantuan bibit, gelombang kedua sebanyak 100 KK mendapatkan bantuan bibit, selanjutnya gelombang ketiga pembagian LU1 belum ditumbang selain itu penumbangan lahan untuk LU tidak merata. 3. Belum terbitnya sertifikat kepemilikan tanah, secara umum mereka mengkawatirkan status kepemilikan tanahnya karena saat mereka megikuti program transmigrasi harta-benda yang di Jawa sudah mereka jual untuk biaya menuju pulau Sumatera. Kondisi saat ini sudah terjadi penyerobotan 21
30 lahan seluas hampir 2 ha yang ditanami karet oleh masyarakat dari desa tetangga. 4. Lapangan kerja yang tidak tersedia menyebabkan masyarakat transmigrasi menjadi buruh. Pembagian LU yang belum jelas menyebabkan masyarakat transmigrasi tidak bisa melakukan kerja budidaya bercocok tanam. 5. Sarana Islamic center yaitu pembangunan masjid yang megah hanya sekedar bangunan saja karena masyarakat transmigrasi tidak menggunakannya dengan alasan pada umumnya kaum laki-laki bekerja berangkat pagi-pagi menuju hutan sebagai penumbang kayu atau penyadap dan kembali saat senja tiba. Gambar 3. Bangunan Islamic center di pusat KTM Dusun Karak Apung (foto kiri) dan bangunan tugu lokasi KTM di Dusun Karak Apung (foto kanan). 22
31 Gambar 4. Suasana diskusi kelompok terfokus untuk mencari solusi dan pemecahan masalah sendiri (solving problems) pada pusat kawasan KTM b. Participatory Mapping Pemetaan Partisipatif juga disebut pemetaan berbasis masyarakat adalah istilah umum yang digunakan untuk mendefinisikan seperangkat pendekatan dan teknik yang menggabungkan alat-alat kartografi modern dengan metode partisipatif untuk mewakili pengetahuan spasial masyarakat setempat. Hal ini didasarkan pada premis bahwa penduduk lokal memiliki pengetahuan ahli lingkungan lokal mereka yang dapat dinyatakan dalam kerangka geografis yang mudah dimengerti dan diakui secara universal. Peta partisipatif sering mewakili pemahaman yang berbeda secara sosial atau budaya dari lanskap dan termasuk informasi yang dikecualikan dari peta utama atau resmi. Peta yang dibuat oleh 23
32 masyarakat setempat merupakan tempat di mana mereka tinggal, menunjukkan elemen-elemen yang masyarakat sendiri anggap penting seperti batas tanah adat, praktek-praktek sumber daya alam tradisional, tempat keramat, dan sebagainya ( Metode participatory mapping merupakan cara untuk melakukan pemetaan masalah dengan melibatkan sebanyak mungkin orang terutama anggota dalam kelompok. Hal ini hampir mirip dengan metode Focus Discussion In Group. Gambar 5. Participatory Mapping di kalangan mahasiswa 11/10/
33 Gambar 6. Suasana diskusi Participatory Mapping yang dihadiri oleh masyarakat KTM, pengurus KTM, kelompok perempuan KTM dan mahasiswa UMB yang melaksanakan kukerta, 12 Oktober
34 Gambar 7. Usulan pemecahan masalah yang diusulkan oleh masyarakat pusat KTM adalah sebagai berikut: Pemerintah Daerah Bungo melalui Dinas Transmigrasi menempatkan fasilitator desa yang bersinggungan langsung dengan masyarakat desa. Tugasnya adalah: 1. Mengontrol program kerja bercocoktanam masyarakat - dapat bekerjasama dengan PPL Pertanian dan Perkebunan 2. Mengotrol kegiatan usaha bisa mengaktifkan perempuan untuk pekerjaa home industri 3. Mengontrol kegiatan pendidikan menumbuhkan semangat anak-anak untuk kembali belajar 4. Mengontrol kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat ini sangat penting supaya tidak ada keluarga yang mendapat gizi buruk, pelayanan terutama ditekankan kepada kesehatan reproduksi perempuan dan gizi anak-anak pada masa pertumbuhan. Meminta kepada BUPATI untuk menyelesaikan batas-batas administrasi: 1. Terjadi penyerobotan wilayah oleh masyarakat Kecamatan Tanah Tumbuh 2. Segera membagikan lahan usaha supaya masyarakat transmigrasi dapat bercocoktanam dan memiliki usaha perkebunan untuk kelangsungan hidup dan keluarganya. Masyarakat mengusulkan untuk bertanam karet di LU2. 3. Menerbitkan sertifikat hak milik atas rumah dan LU, untuk menghindari konflik dan penyerobatan tanah. Masyarakat KTM Dusun Karak Apung, akan melakukan: Pembangunan KTM sesuai dengan master plan KTM Bungo Menanam karet pada LU2, tentunya didukung oleh PPL dan para pihak terkait Saling menghargai adat-istiadat lokal Bungo Melibatkan masyakat KTM untuk berdiskusi pembangunan Dusun, sehingga ada rasa memiliki Dusun 26
35 c. Role Play Game Bermain peran (role playing) merupakan sebuah permainan dimana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditetapkan dan ditentukan, asalkan tetap mengikuti peraturan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan. Oktaviani (2008) menyatakan lima pengertian bermain di antaranya: 1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif. 2) Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik namun motivasinya lebih bersifat intrinsik. 3) Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas. 4) Melibatkan peran aktif keikutsertaan. 5) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti misalnya: kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial, dan sebagainya. Corsini (1996), (Tatiek, 1989) menyatakan bahwa bermain peran dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis dan 27
36 mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Selain itu teknik bermain peran dapat digunakan sebagai media pengajaran melalui proses modeling anggota kelompok dapat belajar lebih efektif keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan interpersonal, dengan mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah. Role play game dalam Pelatihan Penguatan Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku untuk mengembangkan konsep Kelembagaan Pemerintahan Dusun Penyangga Kawasan Kota Terpadu Mandiri di Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo menjadi positif dan meningkatkan stabilitas wilayah. Dengan dramatisasi, para pemain berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran (role playing), konselor sangat memegang peranan penting dan dapat menentukan masalah, hingga membawakan situasi role playing yang disesuaikan dari hasil need assessment. Dari sini kemudian dapat disusun skenario, setelah itu baru dapat mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman 28
37 yang dirasakan oleh peserta pelatihan setelah melakukan bermain peran (role playing) ( Kegiatan ini, difasilitasi oleh World Agro Forestry (ICRAF). Dilaksanakan di dua tempat. Pertama pada tanggal 11/10/2012 di Dusun Timbolasi dengan peserta sebanyak 20 orang. Kedua pada tanggal 12/10/2012 dilaksanakan di Dusun Karak Apung Kampung Apung Ilir sebanyak 30 peserta. Peserta berperan sebagai pemerintah, masyarakat KTM, mahasiswa, kelompok perempuan. Untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul dari pembangunan KTM, digunakan metode diskusi kelompok terfokuskan. Dan untuk mengetahui strategi pembangunan yang bagaimana yang sesuai dengan kearifan lokal dan adat istiadat masyarakat setempat digunakan metode simulasi peran (Role Play Game) yang diwakili aktor perubahan penggunaan lahan yang ada disekitar Dusun yaitu perusahaan tambang, perkebunan sawit, perusahaan karet, perusahaan kayu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perlindungan harimau dan program pemerintah. Sementara masyarakat terbagi dalam kelompok Pemerintahan Dusun, Pengurus KTM, perwakilan Perempuan dan mahasiswa. 29
38 Gambar 8. Alur Pengambilan Data Pengumpulan data sekunder : Dinas Transmigrasi BAPPEDA Kab. Bungo Pemerintahan Dusun Tersusun draft rencana, permasalahan antara sinkronisasi program Pembangunan Dusun dan KTM Identifikasi masalah Kelembagaan Pemerintahan Dusun dan Kelembagaan KTM Adaptasi dan stretegi Pembangunan Dusun sebagai penyangga kawasan KTM Perumusan masalah Kelembagaan Pemerintah Dusun dan Kelembagaan KTM melalui Focus Group discussion to problem solving Metode Role Play Game Selain lokasi pusat KTM, juga terdapat kawasan penyangga KTM. Salah satuya dusun penyangga KTM adalah Dusun Timbolasi. Masyarakat dusun penyangga mengetahui adanya program KTM pertama, dari bangunan tugu selamat datang, yang dibangun ketika memasuki Dusun Karak (dusun tetangga). Kedua, program yang sudah dilakukan di Dusun Timbolasi seperti pembangunan infrastruktur jalan raya dan budidaya tanaman pangan yaitu padi, kedelai dan sayur-sayuran. Masyarakat mengakui, walaupun tidak ada konflik pada umumnya mereka belum berbaur dengan masyarakat transmigrasi. Kodisi ini karena jarak antara dusun dengan lokasi trasmigrasi jauh. Penduduk lokal, hanya mengenal masyarakat transmigrasi yang 30
39 menjual sayur-sayuran dan buah-buahan atau bekerja sebagai buruh sadap karet atau pembersih kebun. Masyarakat lokal tahu, bahwa penduduk transmigrasi memerlukan pekerjaan sebagai buruh, karena tidak adanya lapangan usaha. Masyarakat Dusun Timbolasi berharap kepada Pemeritah Kabupaten Bungo kedepannya segera menyelesaikan perbatasan antar Dusun dalam kawasan KTM, serta pembagian LU (lahan Usaha) agar tidak ada penyerobotan tanah kebun milik masyarakat lokal. Gambar 9. Role Play Game Dusun Penyangga KTM di Dusun Timbolasi 11 Oktober
40 Gambar 10. Perwakilan masyarakat Dusun Timbolasi dan Karak yang hadir dalam diskusi kelompok terfokuskan yang diselenggarakan oleh Mahasiswa Kukerta UMB, 11 Oktober
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2006 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI LUNANG SILAUT
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI LUNANG SILAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN, Menimbang : a bahwa berdasarkan Peraturan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160.2015 KEMENDESA-PDT-TRANS. Desa. Pendampingan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA, DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
Lebih terperinciMENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN DESA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN KAMPUNG DAN PERUBAHAN STATUS KAMPUNG MENJADI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 7 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013 NOMOR 1
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TERPADU MANDIRI WAY TUBA KABUPATEN WAY KANAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asas otonomi daerah merupakan hal yang hidup sesuai dengan kebutuhan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di daerah dilaksanakan dengan asas otonomi. Asas otonomi daerah
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015
Lebih terperinciBUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG
SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang
Lebih terperinci- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA
- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI
Lebih terperinci-2- Dengan Persetujuan Bersama
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DUSUN DAN PERUBAHAN STATUS DUSUN MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?
LAMPIRAN Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana kinerja aparat desa, terutama dari Sekretaris desa dan juga kaur yang berada dibawah pemerintahan bapak? 2. Bagaimana Hubungan kepala desa dengan BPD di Desa Pohan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang: a. bahwa untuk
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI GERBANG MASPERKASA
BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI GERBANG MASPERKASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN ADAT ISTIADAT DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA ADAT MELAYU BELITONG KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TERPADU MANDIRI LAMUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TERPADU MANDIRI LAMUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. b. c. d. Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAHAT
PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinci2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciKabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau
Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2007 No. 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE AKSI DAERAH, PENETAPAN RENCANA AKSI DAERAH, DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 10 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. BUPATI BOGOR, bahwa sebagai
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG
BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI KIKIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pembangunan dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2007 T E N T A N G
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DESA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA
SALINAN BUPATI FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017
PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA BOJONGGENTENG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal
Lebih terperincisalinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018
salinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Peraturan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUNGO
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinci