HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 10 bahan tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2). Pemotongan akar dilakukan pada saat tanaman mencapai umur 10 bulan. Analisis Data Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor berupa konsentrasi larutan hara dengan 3 taraf yaitu 200 ppm, 400 ppm, dan 800 ppm. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada percobaan 1 dengan kondisi tanaman yang belum dilakukan pemotongan akar dan pengulangan dilakukan sebanyak enam kali pada percobaan 2 dengan kondisi tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar. Sehingga terdapat 9 tanaman yang harus diamati pada percobaan 1, dan terdapat 18 tanaman yang harus diamati pada percobaan 2, sehingga terdapat 27 tanaman keseluruhan yang harus diamati. Model rancangan kelompok lengkap teracak adalah sebagai berikut: Y ij = µ + α i + ß j + ε ij Y ij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum α i : Pengaruh perlakuan konsentrasi larutan hara ke-i (i= 1, 2, dan 3) ß j : Pegaruh ulangan ke-j (j=1, 2, dan 3) dan (j=1, 2, 3, 4, 5, dan 6) ε ij : Pengaruh galat percobaan ke-i dan ulangan ke-j Pengolahan data pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil dianalisis menggunakan uji F dan apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α=5 % (Gomez dan Gomez 1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya dan penelitian berlangsung mulai bulan Desember 2013 sampai bulan Februari Suhu rata-rata harian selama penelitian berlangsung yaitu 31.3 C, dengan ratarata suhu pada saat pagi hari 29.2 o C, suhu pada saat siang hari 41.8 o C, dan suhu pada saat sore hari 23.7 o C. Suhu rata-rata harian rumah kaca selama penelitian disajikan pada Gambar 4. Intensitas radiasi matahari yang tertinggi yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor adalah pada 43 MSP yaitu sekitar 14.7 MJ m -2 dan terendah pada 45 MSP yaitu 6.2 MJ m -2 yang disajikan pada Gambar 5.

2 11 Gambar 4 Suhu rata-rata harian selama penelitian Gambar 5 Intensitas radiasi matahari selama penelitian Pertumbuhan tanaman selama penelitian ini menunjukkan semakin melambatnya proses pertumbuhan tanaman, bagian yang mudah diketahui menurunnya pertumbuhan yaitu jumlah daun dan jumlah anakan tanaman, hal ini dikarenakan umur tanaman yang sudah memasuki fase penuaan atau senesen. Menurunnya jumlah anakan dan jumlah daun ini disebabkan karena fase pertumbuhan tanaman yang mulai ke arah fase generatif dan lebih berpusat kepada proses pembentukan minyak (Rosman et al. 2013). Kondisi daun menunjukkan warna yang semula dari hijau menjadi berubah warna yang semakin kekuningan dan kecoklatan kemudian daun menjadi mengering, dalam hal ini perubahan warna daun dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Pertumbuhan tanaman akar wangi

3 12 Gambar A menunjukkan kondisi tanaman pada keadaan awal pertumbuhannya jumlah daunnya masih banyak dan berwarna hijau segar dan pada gambar B menunjukkan kondisi tanaman yang sudah mulai mengalami senesen sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan tanaman terutama pada jumlah daun dan jumlah anakannya sehingga banyak daun yang berwarna kuning kecoklatan. Perkembangan tanaman selama penelitian tidak mengalami gangguan yang disebabkan oleh penyakit karena tanaman akar wangi tahan terhadap serangan penyakit dan karena tempat penanamannya di rumah kaca sehingga dapat meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman, sehingga penelitian juga dapat berjalan dengan baik. Tabel 3 Seluruh peubah pengamatan karakter agronomi dan karakter fisiologi tanaman akar wangi pada saat 48 MSP Peubah yang diamati Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar) Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar) Uji-F KK (%) Uji-F KK (%) Karakter Agronomi Tinggi tanaman (cm) * 6.44 tn Jumlah daun (helai) tn tn tr Jumlah anakan (unit) * tn tr Jumlah anakan baru (unit) * 5.28 ** tr Bobot basah tajuk (g) tn tn Bobot kering tajuk (g) * * Panjang akar (cm) tn 8.93 tn Jumlah akar besar (unit) tn tr tn tr Jumlah akar kecil (unit) tn tr tn tr Jumlah akar baru (unit) tn tr tn tr Bobot basah akar (g) tn * Karakter Fisiologi Klorofil a (mg g -l ) - - tn tr Klorofil b (mg g -l ) - - tn tr Karoten (mg g -l ) - - tn 8.99 tr Antosianin (µmol g -l ) - - tn 7.19 tr Klorofil total (mg g -l ) - - tn tr MSP: minggu setelah perlakuan; tn: tidak nyata; *: berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; tr: transformasi. Hasil analisis ragam (Tabel 3) menunjukkan bahwa ringkasan hasil penelitian untuk seluruh peubah pengamatan karakter agronomi dan karakter fisiologi pada saat 48 MSP. Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam diketahui bahwa konsentrasi larutan hara menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan baru, dan bobot kering tajuk pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Kosentrasi larutan hara juga memberikan pengaruh nyata terhadap hasil jumlah anakan baru, bobot kering tajuk, dan bobot basah akar pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap hasil yang diamati pada seluruh karakter fisiologi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar.

4 Gambar 7 Pertumbuhan tanaman akar wangi (A1, B1, C1, dan D1) tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan anakan baru tanaman yang belum dilakukan pemotongan akar. (A2, B2, C2, dan D2) tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan anakan baru tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar. 13

5 14 Gambar 8 Pertumbuhan akar tanaman akar wangi (E1,F1, G1, dan H1) panjang akar, akar besar, akar kecil, dan akar baru tanaman yang belum dilakukan pemotongan akar. (E2, F2, G2, dan G2) panjang akar, akar besar, akar kecil, dan akar baru tanaman yang sudah dilakukan pemotongan akar

6 Pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan bahwa pada umur tanaman yang semakin bertambah pertumbuhannya semakin mengalami penurunan, terutama pada pertumbuhan jumlah daun yang dihasilkan menunjukkan penurunan pada setiap minggunya, begitu pula pada jumlah anakan yang dihasilkan juga ada yang mengalami penurunan. Tinggi tanaman pada setiap minggunya mengalami kenaikan dan begitu pula pada jumlah anakan baru yang menunjukkan adanya perubahan setiap minggunya. Gambar 8 menunjukkan pertumbuhan akar tanaman mengalami banyak peningkatan pada jumlah akar besar dan jumlah akar baru yang dihasilkan sedangkan pertumbuhan panjang akar dan jumlah akar kecil cenderung mengalami pertumbuhan yang stagnan serta hanya mengalami sedikit peningkatan bahkan ada juga yang mengalami penurunan. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Akar Wangi Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, dengan bahan tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1), dan dengan bahan tanaman yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2). Konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru tanaman akar wangi pada umur 48 MSP yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh konsentrasi larutan hara terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru pada umur 48 MSP Konsentrasi larutan hara Tinggi tanaman Jumlah daun Jumlah anakan Jumlah anakan baru (cm) (helai) (unit) (unit) Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm 50.50b b 3.00b 400 ppm a a 25.00a 800 ppm a a 21.66a Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm b 400 ppm a 800 ppm b Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Tinggi tanaman akar wangi Pertumbuhan tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ini konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil nilai yang paling baik dari pada konsentrasi larutan hara 200 ppm dan 800 ppm, dapat dilihat tinggi tanaman mencapai cm dengan konsentrasi larutan hara 400 ppm, tinggi tanaman mencapai cm dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm, dan tinggi tanaman mencapai cm dengan konsentrasi larutan hara 15

7 ppm pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata tehadap tinggi tanaman akar wangi pada umur 48 MSP pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menunjukkan tinggi tanaman mencapai cm, konsentrasi larutan hara 400 ppm tinggi tanamannya mencapai cm, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm tinggi tanamannya mencapai cm, tetapi pada percobaan 2 ini konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman yang dihasilkan. Tinggi tanaman merupakan salah satu karakter agronomi yang dapat menunjukkan laju pertumbuhan tanaman, dengan karakter ini dapat dilihat bahwa tanaman tersebut mengalami pertumbuhan, dimana dengan ditandai bertambahnya tinggi tanaman tersebut. Tinggi tanaman menunjukkan pertumbuhan yang cepat pada setiap minggunya, tetapi tinggi tanaman tidak menunjukkan adanya hubungan dengan pertumbuhan panjang akar, jadi pada keadaan tanaman yang tinggi belum tentu akan memiliki kondisi akar yang panjang. Jumlah daun tanaman akar wangi Pertumbuhan vegetatif jumlah daun tanaman akar wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Jumlah daun mengalami pertumbuhan yang semakin menurun setiap minggunya baik pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, maupun percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar yang sudah disajikan pada grafik B1 dan grafik B2, dalam Gambar 7. Umur 48 MSP memiliki jumlah daun rata-rata terendah yaitu helai dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm pada percobaan 1 yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, dan umur 48 MSP memiliki jumlah daun terendah rata-rata yaitu helai dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm pada percobaan 2 yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Berdasarkan analisis ragam pada Tabel 4, konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman akar wangi pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, maupun dalam percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak helai, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah daun sebnyak helai, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak helai pada percobaan 1. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak helai, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak helai, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah daun sebanyak helai pada percobaan 2, tetapi konsentrasi larutan hara ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan tanaman akar wangi pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 maupun percobaan 2. Jumlah daun mengalami penurunan pada minggu-minggu sebelumnya dalam Gambar 7, hal ini disebabkan karena daun sudah ada yang mengalami penuaan sehingga ada daun yang mengering, dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah daun.

8 Jumlah daun yang mengalami penurunan ini dikarenakan pertumbuhan tanaman sudah memasuki fase penuaan atau senesen, sehingga dapat menyebabkan daun menjadi layu dan mengering, dan juga dikarenakan stressing yang dilakukan pada masing-masing percobaan menjadikan akar tanaman menjadi tidak tercelup sebagian pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar sehingga kemampuan penyerapan hara dari akar menuju kebagian tanaman yang lain menjadi terhambat dan dapat menyebabkan daun kekurangan unsur hara yang membuat daun menjadi mengering. Stressing pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar dilakukan membuat akar tanaman yang tidak tercelup dalam air hanya ¼ bagian akar, sehingga masih ada banyak bagian akar yang masih tercelup ke dalam air, hal ini juga mempengaruhi daun yang dihasilkan sehingga masih banyak daun yang masih segar dan sedikit daun yang mengering walaupun dalam jumlah daun yang sedikit. Perbedaan jumlah daun akar wangi yang dihasilkan dapat dillihat pada Gambar Gambar 9 Jumlah daun tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Jumlah anakan tanaman akar wangi Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan yang dihasilkan pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar pada umur 48 MSP (Tabel 4). Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan yang paling banyak diantara konsentrasi yang lainnya sebanyak unit, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan sebanyak unit, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan yang paling sedikit yaitu 4.00 unit dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1). Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap hasil jumlah anakan tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan unit, konsentrasi larutan hara 400 ppm menhasilkan jumlah anakan unit, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan unit pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar.

9 18 Jumlah anakan baru Jumlah anakan baru tanaman akar wangi dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data yang diperoleh, konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan baru pada umur 48 MSP dalam percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah anakan baru yang paling tinggi dari konsentrasi larutan hara yang lain yaitu sebanyak unit, kemudian konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan baru unit, dan pada konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah anakan yang paling sedikit yaitu 3.00 unit dalam percobaan yang bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan1). Konsentrasi larutan hara memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan baru yang dihasilkan tanaman akar wangi pada umur 48 MSP dalam percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (Tabel 4). Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan baru yang paling tinggi dibandingkan dengan konsentrasi larutan hara yang lainnya yaitu sebesar unit, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah anakan baru 9.16 unit, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm menunjukkan hasil jumlah anakan baru yang paling sedikit yaitu 6.50 unit dalam percobaan yang bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2). Hampir dari seluruh peubah pengamatan mulai dari tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, dan jumlah anakan baru pada percobaan 1 dan percobaan 2 diketahui nilai yang paling tinggi ditunjukkan dengan konsentrasi larutan hara 400 ppm, konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan nilai dari masing-masing peubah dengan nilai yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sedangkan dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm memiliki hasil nilai yang paling rendah dari pada konsentrasi larutan hara yang lain. Pertumbuhan dan Produksi Akar Tanaman Akar Wangi Hasil analisis ragam (Tabel 5) menunjukkan bahwa konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar, jumlah akar besar, jumlah akar kecil, dan jumlah akar baru pada umur 48 MSP. Panjang akar tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2) pada konsentrasi larutan hara 800 ppm menunjukkan nilai rata-rata paling tinggi dari pada konsentrasi larutan hara 400 ppm dan 200 ppm, sedangkan pada keseluruhan peubah pengamatan jumlah akar besar, jumlah akar kecil, dan jumlah akar baru menunjukkan hasil nilai yang paling baik pada konsentrasi larutan hara 400 ppm. Metode stressing yang dilakukan menjadikan akar hanya terendam sebagian, sehingga konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah akar baru karena adanya celah dari bagian pangkal tanaman dengan air sehingga akar menjadi lebih sedikit untuk tumbuh, karena tidak mampu menyerap hara dengan efektif. Produksi akar yang paling banyak adalah

10 akar kecil (diameter < 2 mm), antara tanaman yang belum pernah dipotong akarnya (percobaan 1) dan yang sudah pernah dipotong akarnya (percobaan 2), dan konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil yang diberikan pada setiap percobaan. Tabel 5 Pertumbuhan dan produksi akar tanaman akar wangi umur 48 MSP Konsentrasi larutan hara Panjang akar Jumlah akar besar Jumlah akar kecil Jumlah akar baru (cm) (unit) (unit) (unit) Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm ppm ppm Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm ppm ppm Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar pada umur 48 MSP baik dalam percobaan 1 yang bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar maupun dalam percobaan 2 yang bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Panjang akar pada konsentrasi larutan hara 800 ppm pada percobaan 1 dan percobaan 2 menunjukkan nilai yang paling tinggi yaitu dengan panjang cm dan cm. Konsentrasi larutan hara 400 ppm pada percobaan 1 dan percobaan 2 menunjukkan nilai panjang akar cm dan cm, dan konsentrasi larutan hara 200 ppm baik pada percobaan 1 maupun percobaan menunjukkan nilai terendah diantara konsentrasi larutan hara yang lain dengan panjang akar cm dan cm. Panjang akar tanaman akar wangi yang belum pernah dilakukan pemotongan akar dan belum pernah dilakukan pemotongan akar dapat dilihat dalam Gambar

11 20 Gambar 10 Pajang akar tanaman akar wangi pada percobaan 1 dengan bahan tanam belum pernah dipotong akarnya (A), panjang akar tanaman akar wangi pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dipotong akarnya Konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hasil jumlah akar besar pada umur 48 MSP dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2), data tersaji dalam Tabel 5. Konsentrasi larutan hara 200 ppm menghasilkan jumlah akar besar sebanyak unit, konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah akar besar unit, dan konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan jumlah akar besar unit dalam percobaan 1. Konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil pada umur 48 MSP dalam percobaan 1, dan konsentrasi larutan hara juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar kecil dalam percobaan 2. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan jumlah akar kecil paling banyak yaitu unit dari konsentrasi larutan hara yang lain berutut-urut unit dengan konsentrasi larutan hara 200 ppm dan unit dengan konsentrasi larutan hara 800 ppm dalam percobaan 1. Konsentrasi larutan hara yang menghasilkan jumlah akar kecil paling tinggi dalam percobaan 2 yaitu pada konsentrasi 200 ppm mencapai unit, kemudian berurut-urut pada konsentrasi 800 ppm unit dan pada konsentrasi 400 ppm menghasilkan jumlah akar kecil yang paling sedikit yaitu unit. Umur 48 MSP konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap jumlah akar baru yang dihasilkan pada tanaman yang belum pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 1) dan pada tanaman yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar (percobaan 2).

12 21 Gambar 11 Kriteria akar besar, akar kecil, dan akar baru pada tanaman akar wangi Kriteria akar besar dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi diameter akar > 2 mm dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai akar besar, dimana akar besar biasanya sudah mengeras dan berwarna cokelat ketuaan. Kriteria akar kecil dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi diameter akar < 2 mm dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai akar kecil, dimana akar akar kecil biasanya masih belum mengeras dan masih rapuh sehingga dapat terjadi kerontokan pada saat proses pemanenan. Kriteria akar baru dalam penelitian ini yaitu dengan kondisi akar yang masih berwarna putih dan masih baru muncul dari pangkal tanaman, dalam hal ini pengelompokan akar dapat memudahkan untuk melakukan pengamatan pada setiap minggunya. Kriteria akar besar, akar kecil, dan akar baru terdapat pada Gambar 11. Kandungan Klorofil pada Tanaman Akar Wangi Hasil analisis ragam (Tabel 6) menunjukkan bahwa kandungan klorofil tanaman akar wangi dilakukan uji klorofil pada umur 48 MSP, kandungan klorofil tanaman akar wangi pada percobaan 1 dimana bahan tanamnya belum pernah dilakukan pemotongan akar tidak dilakukan uji klorofil dikarenakan tanaman pada percobaan 1 ini sudah banyak yang mengalami kematian sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel daun. Kandungan klorofil tanaman akar wangi pada percobaan 2 dimana bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar dilakukan uji klorofil karena pada percobaan ini kondisi daun tanaman masih banyak yang segar walaupun dalam jumlah daun

13 22 yang sedikit tetapi masih memungkinkan untuk dilakukan pengambilan sampel daun, sehingga dilakukan uji klorofil pada percobaan 2. Konsentrasi larutan hara tidak memberikan pengaruh nyata terhadap uji klorofil yang dilakukan pada percobaan 2. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati yaitu peubah klorofil a, klorofil b, karoten, antosianin, dan klorofil total pada percobaan 2 dimana bahan tanam yang digunakan yaitu bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akarnya. Tabel 6 Kandungan klorofil pada tanaman akar wangi pada umur 48 MSP Konsentrasi larutan hara Klorofil a Klorofil b Karoten Antosianin Klorofil Total (mg g-l) (mg g-l) (mg g-l) (µmol g-l) (mg g-l) Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm ppm ppm Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm ppm ppm Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Kandungan antosianin daun segar pada tanaman akar wangi ini rata-rata nilainya 0.26 µmolg -l lebih rendah dibandingkan dengan kandungan klorofil dan karoten, karena antosianin merupakan pigmen warna merah sampai biru dan aktivitas pembentukannya terjadi secara bersamaan dengan pembentukan klorofil. Klorofil disintesis pada daun dan berperan untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap tanaman, karoten berpigmen kuning sampai merah dengan rumus empiris C 40 H 56 yang membantu menyerap spektrum cahaya matahari kemudian diteruskan ke klorofil a dan klorofil b karena energi eksitasi digunakan untuk proses fotosintesis, dimana klorofil a (juga disebut A 0 ) merupakan penerima elektron utama yang tidak hanya berperan dalam pemanenan cahaya, pengubah energi cahaya menjadi energi kimia, dan bertindak sebagai penyumbang elektron utama, sehingga nilai kandungan klorofil dan karoten lebih besar dari kandungan antosianin yang dihasilkan (Govindjee and Coleman 1990). Biomassa yang dihasilkan oleh Tanaman Akar Wangi Hasil analisis ragam (Tabel 7) menunjukkan bahwa biomassa yang dihasilkan tanaman akar wangi pada saat umur 48 MSP atau pada saat tanaman sudah bertepatan dengan waktu panen memiliki hasil yang cukup banyak. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap biomassa bobot basah tajuk yang dihasilkan tanaman akar wangi baik dalam percobaan 1 dengan kondisi bahan tanam yang belum dilakukan pemotongan akar maupun dalam percobaan 2 dengan kondisi bahan tanam yang sudah dilakukan pemotongan akar. Bobot basah tajuk yang dihasilkan kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven dengan suhu 80 o C di Laboratorium

14 Pasca Panen IPB selama 24 jam, sehingga diperoleh biomassa bobot kering tajuk yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Biomassa tanaman akar wangi pada umur 48 MSP Konsentrasi larutan hara Bobot Basah Tajuk Bobot Kering Tajuk Bobot Basah Akar (g) (g) (g) Percobaan 1 (belum pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm b ppm a ppm ab Percobaan 2 (sudah pernah dilakukan pemotongan akar) 200 ppm b 26.00b 400 ppm a 33.33a 800 ppm ab 30.58a Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan). Konsentrasi larutan hara menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap hasil biomassa bobot kering tajuk dalam percobaan 1 maupun percobaan 2. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menunjukkan hasil biomassa bobot kering tajuk yang paling banyak dengan nilai biomassa bobot kering tajuk sebanyak g dan g. Konsentrasi larutan hara 800 ppm menghasilkan biomassa bobot kering tajuk sebanyak g dan g, sedangkan konsentrasi larutan hara 200 ppm memiliki hasil biomassa bobot kering tajuk yang paling sedikit dibandingkan dengan konsentrasi larutan hara yang lain dengan hasil biomassa bobot kering tajuk g dan g baik dalam percobaan 1 maupun percobaan 2. Konsentrasi larutan hara tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap hasil biomassa bobot basah akar tanaman akar wangi pada percobaan 1 dengan bahan tanam yang belum pernah dilakukan pemotongan akar, tetapi konsentrasi larutan hara menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap hasil biomassa bobot basah akar pada percobaan 2 dengan bahan tanam yang sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Konsentrasi larutan hara 400 ppm menghasilkan biomassa bobot akar paling banyak dengan nilai g, konsentrasi larutan hara menunjukkan hasil biomassa bobot basah akar dengan nilai g dan konsentrasi larutan hara 200 ppm menunjukkan hasil biomassa bobot basah akar yang paling sedikit dibandingkan dengan konsentrasi larutan hara yang lain dengan nilai g dalam percobaan 2 yang bahan tanamnya sudah pernah dilakukan pemotongan akar. Akar wangi merupakan tanaman C4 yang sangat efisien dalam mengkonversi radiasi surya menjadi biomas (Vieritz et al. 2006), sehingga penambahan konsentrasi larutan hara dalam teknologi hidroponik sistem terapung yang sesuai akan mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. 23

Pemberian Larutan Hara untuk Budidaya Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) Menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST)

Pemberian Larutan Hara untuk Budidaya Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) Menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) Pemberian Larutan Hara untuk Budidaya Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) Menggunakan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST) Nutrient Solution of Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House, Lab.Tanah dan Lab.Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

PEMBERIAN LARUTAN HARA UNTUK BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST)

PEMBERIAN LARUTAN HARA UNTUK BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST) PEMBERIAN LARUTAN HARA UNTUK BUDIDAYA TANAMAN AKAR WANGI (Vetiveria zizanioides (L.) Nash) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK SISTEM TERAPUNG (THST) SITI AISYAH ROHMATUS SA ADAH DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di

TATA CARA PENELITIAN. A. Rencana Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di III. TATA CARA PENELITIAN A. Rencana Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni - Juli 2017 bertempat di Laboratorium Penelitian, Lahan Percobaan fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di tiga lokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lapang dilakukan Arboretum Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012. Lokasi pengambilan tailing dilakukan di PT. Antam UPBE Pongkor dan penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN

III. TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green House untuk melakukan fermentasi dari urin kelinci dan pengomposan azolla, dilanjutkan dengan pengaplikasian pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Percobaan ini terdiri dari 6 perlakuan, dan masing-masing

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Green House (GH) dan Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Pertumbuhan Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, dan bobot

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian 4. HASIL PENELITIAN Hasil pengamatan yang disajikan dalam bab ini diperoleh dari dua sumber data pengamatan, yaitu pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret di daerah Jumantono, Karanganyar, dengan jangka waktu penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di ebun Percobaan University Farm Cikabayan Darmaga IPB, sedangkan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu semai bibit tomat sampai tanaman dipindahkan di polybag adalah 3 minggu. Pengukuran tinggi tanaman tomat dimulai sejak 1 minggu setelah tanaman dipindahkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) PADA BERBAGAI APLIKASI PUPUK NITROGEN+KALIUM MELALUI TANAH DAN DAUN Protein and Anthocyanin Production of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci