PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGENALAN BUDAYA PADA ANAK MELALAUI OLAHRAGA TRADISIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGENALAN BUDAYA PADA ANAK MELALAUI OLAHRAGA TRADISIONAL"

Transkripsi

1 PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PENGENALAN BUDAYA PADA ANAK MELALAUI OLAHRAGA TRADISIONAL 1 Azwar Lubis, 2 Novita Universitas Negeri Medan, Medan, Indonesia azwarlubis15@gmail.com, novipko@gmail.com Abstrak Maraknya kelakuan ramaja khusunya pelajar akhir-akhir ini menjadi perhatian serius bagi semua kalangan tidak terkecuali orang tua. Hal ini tidak terlepas dari zaman yang semakin modern sementara banyak pelajar yang tidak siap menerima perubahan tersebut. Contoh yang bisa kita lihat adalah ketika anak terpengaruh pada permainan game yang disajikan di hp maupun warnet-warnet yang bisa dimainkan secara online. Pengaruh dari game online yang sangat luar biasa menyebabkan anak kecanduan sehingga mereka sering lupa diri akan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai pelajar. Kurangnya pengawasan dan kepedulian orang tua terhadap anak menjadikan masalah ini semakin besar. Dimana kita lihat akibat kecanduan banyak anak-anak sekolah yang terjaring razia dikarenakan bolos sekolah hanya gara-gara ingin bermain game di warnet. Hal ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Tentunya permasalah tersebut tidak boleh dibiarkan. Kita harus mencari solusi yang pas utnuk menangani permasalahan tersebut. Mengenalkan olahraga tradisional kepada anak diharapkan bisa menjadi solusi untuk membangun kembali karakter anak melalui permainan tersebut. Selain sebagai wadah untuk mengenalkan budaya nilai-nilai yang terkandung di dalam olahraga tradisional sangat cocok untuk diajarkan kepada anak. Kata Kunci : Karakter, Budaya, Anak, Olahraga Tradisional Pendahuluan Permasalahan dikalangan remaja khususnya pelajar pada saat ini sudah sangat menghawatirkan, hal ini tidak terlepas dari zaman yang semakin canggih dan modern, sementara itu banyak pelajar yang belum siap untuk menerima perubahan tersebut. Dengan kecanggihan teknologi tersebut tidak sedikit pelajar yang menyalah gunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Salah satu kecanggihan teknologi yang sangat jelas kita lihat adalah banyaknya game-game yang bisa di download dan dimainkan oleh siapapun tidak terkecuali anak-anak. Contoh nyata yang sekarang bisa kita lihat adalah kegemaran anak dalam bermain game, dan orang tua sudah tidak berfikir panjang lagi untuk menyuguhkan game yang praktis pada anak. Kebiasaan anak dalam bermain game, tanpa kita sadari dapat membuat ketagihan. Hal yang lebih parah adalah di saat orang tua menjadikan game yang ada di hp serta sebagai alternative untuk dapat menenangkan anak ketika mereka rewel. Selain itu hp, gadget sudah dijadikan sebagai pengukur tingkat sosialita 12

2 anak. Game online, playstation, ninetendo, hingga gadget yang makin popular dikalangan anak-anak dan orang tua tanpa disadari dapat menjadikan anak memiliki pribadi yang tertutup dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar sehingga menjadikan anak seorang yang individualis. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam memanfaatkan teknologi dikhawatirkan akan lebih banyak memberikan dampak negatif terhadap anak. Kesan modern ternyata tidak selamanya berdampak positif. Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, permainan digital berdampak buruk pada anak. Di berbagai media baik cetak maupun elektronik saat ini, marak diberitakan tentang berbagai dampak permainan digital pada anak, khususnya games online. Anak yang bermain games online tanpa adanya kontrol, khususnya dari orang tua, cenderung mengalami kecanduan. Akibatnya, sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain games online. Fenomena ini terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia, dimana pada saat pembelajaran berlangsung banyak sekali kita perhatikan anakanak yang seharusnya menghabiskan waktunya di bangku sekolah mereka malah bolos hanya untuk bisa bermain game di warnet. Apabila hal ini terus dibiarkan tanpa ada pengawasan bukan tidak mungkin karakter generasi dan bahkan pendidikan kita akan hancur. Dilansir dari Tribun News pada tanggal 26 Juli 2018 tentang data pelajar yang membolos sekolah gara-gara ingin bermain game online di Depok berjumlah 19 orang. Sementara Razia yang dilakukan oleh Satpol-PP di Kota Medan pada tanggal 24 Januari 2018 (sumber: Tribun Medan) menjaring 27 pelajar dari dalam warnet. Siswa yang di razia tersebut mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Siswa Menengah Atas (SMA). Jika kita lihat kedua angka tersebut jumlah pelajar yang terjaring razia sangatlah menghawatirkan karena razia hanya dilakukan di beberapa warnet saja. Dikutip dari jurnal Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013 yang dilansir oleh Tempo.com (2/7/2012) tentang Dian Sasmita, Koordinator Yayasan Sahabat Kapas yang menyatakan bahwa kecanduan anakanak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotika, karena ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat tindakan kriminal. Berdasarkan data dari yayasannya, dalam enam bulan terakhir ini, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online ( diakses tanggal 24 September 2012). Tentunya permasalahan di atas tidak boleh kita biarkan dan harus menjadi tanggung jawab bersama. Dalam hal ini orang tua juga harus jeli memperhatikan mana yang terbaik untuk anaknya. Jangan karena orang tua tidak mau repot malah lebih menuruti kemauan anak tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dikemudian hari. Sifat yang demikian akan membentuk karakter yang tidak baik dan tidak dianjurkan untuk diajarkan secara berlebihan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan pendidikan. Dari data di atas bisa kita lihat bahwasanya begitu besar pengaruh karakter yang tidak ditanamkan dari kecil, sehingga terbangun karakter yang tidak baik dan 13

3 membahayakan terhadap perkembangan kejiwaan sesorang anak. Itu terlihat dengan karakter pelajar yang sudah semakin rusak. Apabila hal tersebut terus dibiarkan karakter anak pun akan semakin menurun. Tentunya kita harus mencari solusi untuk mengatasi permasalah tersebut. Dalam hal ini untuk mengatasi permasalahan di atas kita tidak boleh melupakan yang namanya permainan tradisional. Permainan tradisional kita ketahui bersama sudah sejak lama dimainkan di Indonesia. Jika kita perhatikan sangat banya sekali nilai-nilai yang bisa diajarkan kepada anak melalui permainan tersebut seperti kerjasama, kejujuran, disiplin, tanggung jawab dan yang terpenting anak bisa mengembangkan sosialisasi mereka terhadap orang lain Hasil penelitian Kurniati (2011) menunjukkan bahwa permainan anak tradisional dapat mestimulasi anak dalam mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial anak. Berdasarkan uraian di atas, pelestarian permainan tradisional penting untuk dilakukan dengan cara memperkenalkan dan memainkan permainan tradisional bersama anak, disertai dengan upaya penyadaran kepada pihak-pihak terkait khususnya orang tua akan bahaya games. Orang tua adalah pihak yang memiliki peran penting terkait dengan masalah kecanduan games online pada anak karena orang tua adalah pihak yang paling dekat dan paling bertanggung jawab terhadap anak, yang seharusnya memiliki waktu paling banyak bersama anak dengan perhatian dan kasih sayangnya. Selain untuk pembentukan karakter pengenalan permainan tradisional tersebut diharapkan bisa mengenalkan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Sehingga walaupun zaman terus berkembang pengetahuan anak tentang budaya terus akan berkembang. Melihat fenomena di atas, jika terus dibiarkan bukan tidak mungkin kepedulian anak-anak untuk mengenal budaya akan terus menurun. Kehawatiran ini tentunya harus dipikirkan sejak dini. Jangan sampai generasi muda kita nantinya sama sekali tidak perduli dengan kekayaan budaya yang kita miliki. Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010) Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Coon Zubaedi (2011) mendefinisikan karakter sebagai suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima masyarakat. Karakter merupakan keseluruhan kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendifinisikan seseorang individu dalam 14

4 keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak. Zainal dan Sujak (2011) menyatakan karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (bahaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan memfokuskan bagimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Dari defensi-defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa karakter merupakan sebuah sikap yang dimiliki masing-masing orang dan kemampuan mereka untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal pengambilan keputusan dan kebijakan. Nilai-Nilai Karakter Untuk Siswa Nilai-nilai karakter yang dijadikan sekolah sebagai nilai-nilai utama yang diambil/disarikan dari butir-butir standar kompetensi lulusan dan mata pelajaran yang ditargetkan untuk diinternalisasi oleh peserta didik. Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010) nilai-nilai tersebut antara lain: a. Nilai karakter dalam hubungan dengan Tuhan (religius). Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agamanya. b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri. 1. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain. 2. Bertanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME. 3. Bergaya hidup sehat: Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya. 6. Percaya diri: Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan 15

5 Budaya atau Kebudayaan Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul primitive culture bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai angota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda, Koentjaningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupanya dengan cara belajar yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Jadi, kebudayaan adalah kebudayaan manusia. Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Kata Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta Buddhayah, yakni bentuk jamak dari Budhi (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti budi dan daya atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Malinowski yang terkenal sebagai salah satu pelopor teori fungsional dalam antropologi,menyebut unsur unsur pokok kebudayaan sebagai berikut : a. Sistem normal yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masayarakat didalam upaya menguasai alam sekelilingnya. b. Organisasi ekonomi c. Alat alat dan lembaga atau petugas pendidikan :perlu di ingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama d. Organisasi Hakekat kebudayaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia. b. Kebudayaan sudah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. c. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya Hakekat kebudayaan dibagi menjadi empat bagian, yaitu : a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan melalui perilaku manusia. b. Kebudayaan sudah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. b. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Tradisional Menurut Sukirman (2004), permainan tradisional anak merupakan unsur kebudayaan, karena mampu memberi pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan, 16

6 sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga dianggap salah satu unsur kebudayaan yang member ciri khas pada satu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tardisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untukmempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. Permainan tradisonal bisa bertahan atau dipertahankan karena padaumumnya mengandung unsur-unsur budaya dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti: kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional Indonesia. Depdikbud (1996). Permainan tradisional sesungguhnya sama tuanya dengan usia kebudayaan kita. Mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan tersebut. Indonesia yang sangat kaya dengan berbagai budaya peninggalan leluhur sangat kaya dengan ragam permainan tradisional. Permainan tradisional mengajarkan anak untuk berkreasi. Pada beberapa macam permainan dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung, sehingga anak didorong untuk kreatif menciptakan alat-alat permainan tersebut seperti egrang dari bambu, mobil-mobilan dari kulit jeruk. Permainan tradisional juga mengajarkan nilai-nilai kerja sama sportifitas, kejujuran dan kreatifitas. Permainan yang dilakukan secara berkelompok mengajarkan anak-anak untuk bersosialisasi dan menjalin kerja sama di antara teman. Sementara game-game modern tidak mengajarkan hal-hal tersebut. Permainan modern berbasis computer membuat anak cenderung asocial karena memang cukup dimainkan seorang diri di depan computer. Belum lagi beberapa permainan yang terkadang mengandung muatan negatif, seperti unsur-unsur kekerasan dan sadisme juga pornografi. Dari segi kesehatan, disinyalir duduk berjam-jam di depan computer juga dipercaya mampu menyebabkan obesitas pada anak. Rogers & Sawyer s, Iswinarti (2010) mengemukakan bahwa hingga pada anak usia sekolah bermain bagi anak memiliki arti yang sangat penting. Adapun nilai-ni-lai penting dalam bermain bagi anak, yaitu sebagai berikut: Meningkatkan kemampuan problem solving pada anak. Menstimulasi perkembangan bahasa dan kemampuan verbal. Mengembangkan keterampilan sosial. Merupakan wadah pengekspresian emosi. Mutiah (2010) juga mengemuka-kan bahwa permainan dan bermain memi-liki banyak fungsi bagi anak, khususnya da-lam menstimulasi tumbuh-kembang, fungsi yang dimaksud antara lain seperti berikut: Permainan sebagai sarana menumbuhkan kemampuan sosialisasi pada anak. Bermain memungkinkan anak untuk ber-interaksi dengan lingkungan sosialnya yang dapat mengajarkan anak untuk mengenal dan menghargai orang lain. Eliasa (2012) juga mengemukakan bah-wa bermain juga dapat mengajari anak mengurangi egosentrisnya karena berusaha bersaing dengan jujur, sportif. 17

7 Misbach (2006) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut: Aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, dan motorik halus. Aspek kognitif dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pe-mahaman kontekstual. Aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri. Aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai. Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerja-sama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum. Aspek spiritual, permainan tradisonal dapat membawa anak untuk menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental). Aspek ekologis dengan memfasilitasi anak untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana. Aspek nilai-nilai/moral dengan memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Iswinarti (2010) pada 30 anak usia Sekolah Dasar kelas III dan IV di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa permainan tradisional Engklek memiliki nilai-nilai terapiutik dan bermanfaat dalam mengatasi permasalahan anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai terapuji yang terkandung dalam permainan tradisional Engklek meliputi hal-hal berikut: Nilai deteksi dini untuk mengetahui anak yang mempunyai masalah. Nilai untuk perkembangan fisik yang baik. Aktivitas fisik meliputi kegiatan untuk berolah raga, meningkatkan koor-dinasi dan keseimbangan tubuh, dan mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Nilai untuk kesehatan mental yang baik, yaitu: membantu anak untuk mengko-munikasikan perasaannya secara efektif dengan cara yang alami, mengurangi kecemasan, pengendalian diri, pelatihan konsentrasi. Nilai problem solving, anak belajar memecahkan masalah sehingga kemampuan tersebut bisa ditransfer dalam kehidupan nyata. Nilai sosial, anak belajar ketrampilan sosial yang akan berguna untuk bekal dalam kehidupan nyata. Sebagaimana kita ketahui Indonesia mempunyai banyak sekali permainan tradisional, di setiap daerah pasti mempunyai permainan tradisional. Begitu banyaknya permainan tradisional di Indonesia dan begitu banyaknya manfaat yang dapat diambil dari permainan-permainan tersebut. Berikut beberapa macam permainan tradisional Indonesia yaitu: 18

8 1. Congklak: Manfaat bermain congklak: melatih kemampuan manipulasi motorik halus, melatih konsentrasi, mendidik sifat sportifitas anak, melatih kemampuan mengatur strategi, sarana belajar berhitung, melatih koordinasi 2 sisi tubuh. 2. Galah Asin (Gobak Sodor): Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia yang saat ini masih dapat kita jumpai dimainkan anak-anak SD. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. 3. Kelereng: Kelereng (atau dalam bahasa Jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik. Manfaat bermain kelereng adalah sebagai berikut: a. Mengatur Emosi b. Melatih Kemampuan Motorik c. Melatih Kemampuan Berfikir (Kognitif) d. Kemampuan Berkompetensi e. Kemampuan Sosial f. Bersikap Jujur 4. Kejar-Kejaran: Walaupun jenis permainan ini banyak di temukan di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai perbedaan masing-masing daerah namun inti permainan ini tetaplah sama yaitu kejar-kejaran, yang menang berlari agar tidak tertangkap oleh pengejar yang kalah dalam hompipa dengan berbagai cara. Nilai-nilai dan makna yang terkandung: Nilai keberanian: Permainan ini mengajarkan bahwa para pemain harus berani mengambil resiko. Begitu juga hidup pasti harus mengambil keputusan. Nilai pendidikan: mengajarkan cara-cara berpikir keluar dari kondisi dan situasi, mengajarkan cara berpikir dalam situasi yang terjempit. Nilai sosial: pemain akan saling membantu apabila ada pemain lainya yang menjadi patung, dengan cara membebaskannya. Fungsi permainan ini diantaranya: Menghibur diri Membentuk kreatifitas Melatih fisik, dan Melatih ketangkasan. 5. Lompat Tali: Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, menjadi favorit saat keluar main di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga. Manfaat lompat tali: Motorik Kasar 19

9 Emosi Ketelitian dan Akurasi Sosialisasi Intelektual Moral 6. Ular Naga: Permainan ini dimainkan secara berkelompok dua orang anak menjaga gerbang dan sisanya membentuk barisan seperti ular. Sambil menyanyikan lagu kelompok yang membentuk barisan seperti ular berputar sambil melewati terowongan atau gerbang yang dijaga dua orang tersebut, dan ketika lagunya habis dua penjaga gerbang menangkap salah satu anak untuk dijadikan penjaga berikutnya, dan si anak tersebut memilih untuk ditempatkan di salah satu gerbang dan seterusnya. Pembahasan Berdasarkan teori dan uraian di atas, bahwa permainan tradisional memang berbeda dengan permainan digital. Tidak hanya dari kesan yang ditimbulkannya, tetapi juga dari makna dan penga-ruhnya pada anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pemilih-an permainan dalam hal ini apakah permainan digital yang kesannya modern dan canggih, tetapi berdampak buruk atau permainan tradisional yang kesannya kam-pungan dan ketinggalan zaman, tetapi berdampak baik akan menentukan karakter yang tercipta pada anak-anak Indonesia, generasi penerus dan harapan bangsa. Olahraga tradisional sangat cocok diterapkan untuk anak sebagai media pembentuk karakter dan sekaligus pengenalan budaya yang ada di Indonesia. Pada hakekatnya permainan tradisional dimainkan secara berkelompok, hal ini dapat membentuk karakter anak yang berjiwa sosial. Selain beberapa contoh yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi macam-macam permainan tradisional di Indonesia lainnya yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Selain menyenangkan olahraga tradisional juga membawa kegembiraan untuk anak, yang tanpa mereka sadari jika mereka sudah diajarkan bagaimana untuk disiplin, bekerja sama, menghargai kawan, tanggung jawab dan masih banyak lagi. Kesimpulan Dengan kembali dikenalkannya olahraga tradisional diharapkan karakter anak terus tertanam. Karakter tersebut tanpa disadari akan terbentuk ketika anak bermain. Contoh kecilnya ketika bisa kita lihat ketika anak bermain congklak dimana ketika ia membagi batu kelobang-lobang tersebut kalau anak tidak jujur bisa saja anak tersebut membohongi kawannya. Namun disinilah uniknya permainan tradisional ini ketika kita bermain kita akan sangat merasa bersalah ketika kita ingin melakukan kecurangan. Dengan demikian walaupun sudah banyak permainan-permainan modern yang lebih praktis diharapkan permainan tradisional diharapkan menjadi media untuk pembentukan karakter anak kedepannya. Selain itu pentingnya kepedulian orang tua terhadap anak menjadi salah satu faktor penting untuk menyelamatkan karakter anak. Jika orang tua lebih 20

10 mengikutkan kemauan anak disinilah awal mula rusaknya karakter anak terjadi. Karena tanpa disadari anak akan mulai menjadi anak yang individualis dan tidak peka terhadap lingkungannya. Sehingga untuk berinteraksi dengan sesamanya pun anak akan merasa malas dan memilih cuek dengan orang disekitarnya. Melalui olahraga tradisional ini juga diharapkan anak lebih mengenal kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga wawasan anak akan budaya yang benar-benar dapat dijadikan anak sebagai momentum mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif sehingga akan terwujud generasi-genarasi emas yang siap memajukan Indonesia khususnya dalam bidang pendidikan Daftar Pustaka Dahramamulya, Sukirman, Permainan Tradisional Jawa, Purwanggan: Keppel Press. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Kurniati, E, Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Surakarta: Skripsi Universitas Mu-hammadiyah Surakarta Tidak diter-bitkan. 21

MEMBENTUK KARAKTER ANAK DENGAN OLAHRAGA TRADISIONAL. Zen Fadli *

MEMBENTUK KARAKTER ANAK DENGAN OLAHRAGA TRADISIONAL. Zen Fadli * Volume 14 Nomor 2, Juli Desember 2015: 49-56 MEMBENTUK KARAKTER ANAK DENGAN OLAHRAGA TRADISIONAL Zen Fadli * Abstrak: Kecanggihan teknologi saat telah membawa banyak perubahan yang sangat masif bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sendi Fauzi Giwangsa, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sendi Fauzi Giwangsa, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan teknologi dan informasi begitu pesat. Perkembangan teknologi tersebut tidak hanya terjadi di bidang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN ANAK TRADISIONAL. Haerani Nur FP Universitas Negeri Makassar

MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN ANAK TRADISIONAL. Haerani Nur FP Universitas Negeri Makassar MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN ANAK TRADISIONAL Haerani Nur FP Universitas Negeri Makassar email: haerani82@yahoo.co.id Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan manfaat permainan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Perkembangan teknologinya selalu up to date dan mengikuti perkembangan teknologi global khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial atau iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang menampilkan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah video features yang mengenalkan atau melestarikan permainan tradisional warisan budaya lokal

Lebih terperinci

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Saat ini jarang terlihat permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak terutama di kota besar. Memang banyak kendala yang dihadapi untuk permainan

Lebih terperinci

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN SKRIPSI Diajukan Guna Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Guru PAUD Fakultas keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dariyo (2007:37) mengatakan setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak-anak merupakan masa penting dalam proses pertumbuhan. Dalam kehidupan sehari-hari dunia anak tidak dapat terlepas dari gerak. Gerak merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau sebuah aktivitas dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan kurikulum dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah masih sangat kurang optimal baik dalam pelaksanaannya maupun dari hasil pembelajarannya, hal ini

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENANGKARAN MASAL (PENINGKATAN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL) DESA BALESARI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet yang biasanya digunakan untuk membungkus (karet gelang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada mulanya dapat disaksikan pada masa anak-anak. Bahkan ada istilah populer yang menyatakan

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas PERMAINAN TRADISIOANAL A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas 3. Mengubah permainan tradisional suatu daerah shg mudah dilakukan dan disenangi oleh

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL Murfiah Dewi Wulandari,S.Psi.,M.Psi. PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Murfiah.Wulandari@ums.ac.id ABSTRAK Kompetensi sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan salah satu komponen pembelajaran terpenting. Motivasi merupakan penyebab utama siswa melibatkan diri atau tidak dalam aktifitas belajar (Melnic

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang tersusun secara teratur dan saling berhubungan menuju tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses belajar mengajar adalah suatu hal penting yang menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses belajar mengajar adalah suatu hal penting yang menjadi kunci 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar adalah suatu hal penting yang menjadi kunci keberhasilan dalam pendidikan. Pendidikan menurut Nurani (2015 : 21) adalah proses tanpa akhir

Lebih terperinci

Aan Budi Santoso Ninda Beni Asfury ABSTRAK

Aan Budi Santoso Ninda Beni Asfury ABSTRAK KEEFEKTIFAN MEDIA PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD N BUMI 2 Aan Budi Santoso aan.budi2@gmail.com Ninda Beni Asfury ABSTRAK Penggunaan media dalam proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seakan tidak pernah berhenti menghasilkan produk-produk teknologi yang tidak terhitung jumlahnya. Produk teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam 10 tahun terakhir, permainan elektronik atau yang kita sering sebut dengan game online telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ini bisa kita lihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA MENGHIDUPKAN KEMBALI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER ANAK BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: SARI LATIFA NIM : 1508191207 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena tentang maraknya perilaku-perilaku yang negatif pada anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena tentang maraknya perilaku-perilaku yang negatif pada anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena tentang maraknya perilaku-perilaku yang negatif pada anakanak usia sekolah dasar, tawuran yang dahulu hanya dilakukan oleh anak-anak SMA, sekarang juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peran penting bagi perkembangan karakter anak yang bermoral/berakhlak mulia, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi. Hal itu juga membuat kemajuan yang cukup signifikan. pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi. Hal itu juga membuat kemajuan yang cukup signifikan. pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini seiring dengan makin pesatnya kemajuan teknologi menyebabkan tuntutan manusia terhadap kebutuhan teknologi semakin tinggi. Hal itu juga membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pendidikan jasmani pada tingkat sekolah dasar meliputi pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk mengembangkan ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi saat ini telah berkembang dengan pesat. Tentu saja masyarakat harus bisa menyesuaikan diri agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Membeli

Lebih terperinci

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hak bagi setiap manusia dalam hidupnya. Dalam proses mendapatkan pendidikan, manusia akan meningkatkan perkembangan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berangkat dari rasa keprihatinan atas kondisi bangsa kita dengan maraknya peristiwa-peristiwa yang mendera saat ini, antara lain tingginya tingkat kriminalitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan suatu sifat yang mempunyai ciri tertentu dalam masing-masing individu. Karakter yang dimunculkan pada tiap individu tentunya berbeda-beda, contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khaidir Yusup, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khaidir Yusup, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan rakyat mungkin hampir redup karena anak-anak beralih pada permainan elektronik yang lebih canggih. Hampir seluruh permainan anak-anak saat ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia?

Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia? Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia? Rangkuman : Apa kabar permainan tradisional Indonesia? Merupakan satu pertanyaan yang menggelitik mengingat

Lebih terperinci

Biya Ebi Praheto Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Biya Ebi Praheto Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Pengembalian Nilai Luhur Budaya Bangsa melalui Dolanan Bocah di Sekolah Dasar Biya Ebi Praheto Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS Dosen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta Biya_alfarizi@hotmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan sebuah proses yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. macam skenario kegiatan pembelajran di kelas. Pembelajaran merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran sangat diupayakan, baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator salah satunya, lulusan dari sekolah

Lebih terperinci

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit www.nulisbuku.com Menginspirasi "Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar berusaha mencetak murid-murid naik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, kesimpulan dalam penelitian ini ialah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain mampu merumuskan tujuan pendidikan yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain mampu merumuskan tujuan pendidikan yang berisikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, dimana pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada anak usia dini. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dan moral ini merupakan dampak negatif dari proses globalisasi yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini persoalan umum yang hampir dialami oleh banyak masyarakat di dunia adalah menyangkut degradasi nilai dan moral anak bangsa. Degradasi nilai dan moral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani seseorang sebagai perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UPI Kampus Serang Yeni, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan individu yang unik dan memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan

Lebih terperinci

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep. baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sosial dan kebijakan sosial muncul sebagai konsep baru yang mewarnai konstalasi paradigma pembangunan sebelumnya yang telah didominasi oleh pembangunan

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka dan sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang diperlukan untuk melanjutan sistem pemerintahan demi memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Internet (interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kemajemukan penduduk, yang masing-masing penduduknya memiliki corak tersendiri dalam pola kehidupannya. Dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penanaman karakter kejujuran sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini. Pembentukan karakter sebaiknya dilakukan sejak usia dini dengan memberikan

Lebih terperinci

kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa:

kehidupan anak. Dharmamulya (dalam Ariani, 1998, hlm.2) menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang mendiami suatu tempat tertentu. Mereka memiliki kebudayaannya sendiri yang membedakannya dari masyarakat lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang demikian pesat, sangat besar manfaatnya bagi hidup dan kehidupan manusia. Segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah, lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sering disebut anak prasekolah, memiliki masa peka dalam perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons

Lebih terperinci

SEPAK BOLA EGRANG. Arif Rohman Hakim, S.Or,. M.Pd 1 dan Slamet Santoso, M.Pd 2 ABSTRAK

SEPAK BOLA EGRANG. Arif Rohman Hakim, S.Or,. M.Pd 1 dan Slamet Santoso, M.Pd 2   ABSTRAK SEPAK BOLA EGRANG Arif Rohman Hakim, S.Or,. M.Pd 1 dan Slamet Santoso, M.Pd 2 Email: ssantoso111285@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalis produk permainan sepak bola egrang yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan sebuah harapan bersama yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan sebuah harapan bersama yang didalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan sebuah harapan bersama yang didalamnya terdapat harapan para orang tua, serta masyarakat untuk mencetak manusia manusia yang nantinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 129 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bertingkah laku dan berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Pada usia 2-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak negatif globalisasi telah mengakibatkan nilai-nilai moral, semangat patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

Lebih terperinci

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi sudah menjalari manusia modern sejak usia balita hingga dewasa mulai dari hal terkecil seperti mainan anak-anak sampai hal yang terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan disekolah - sekolah yang sama kedudukan dan pentingnya dengan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya, melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan (wawasan) dan

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN-PERMAINAN EDUKATIF

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN-PERMAINAN EDUKATIF PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN-PERMAINAN EDUKATIF M. FADLILLAH PG-PAUD Univeristas Muhammadiyah Ponorogo Email: fadly_ok@yahoo.co.id ABSTRAK Karakter merupakan suatu

Lebih terperinci