IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. dikonsumsi seekor ternak. Menurut Rasyaf (2004) konsumsi ransum merupakan

Transkripsi

1 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Konsumsi ransum merupakan ukuran untuk mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi seekor ternak. Menurut Rasyaf (2004) konsumsi ransum merupakan cermin dari masuknya sejumlah nutrisi kedalam tubuh ayam. Rataan konsumsi ransum ayam sentul selama penelitian disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian Konsumsi Ransum Ulangan P0 P1 P2 P3...(gram) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,432 Jumlah 8615, , , ,506 Rata rata 1723, , , ,1012 Keterangan: P0 = Ransum tanpa tambahan ekstrak kulit manggis P1 = Ransum dengan tambahan ekstrak kulit manggis 41 ml P2 = Ransum dengan tambahan ekstrak kulit manggis 81 ml P3 = Ransum dengan tambahan ekstrak kulit manggis 122 ml Berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat bahwa rataan konsumsi ransum pada berbagai perlakuan berkisar antara 1656,1012 sampai 1723,114 gram per ekor. Rataan konsumsi ransum dari yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0 yaitu 1723,114 gram per ekor kemudian diikuti P1 1683,2872 gram per ekor, P2 1665,6784 gram per ekor dan terendah P3 1656,1012 gram per ekor. Guna mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, maka dilakukan analisis statistik yang dapat dilihat dalam sidik ragam

2 25 seperti yang tercantum pada Lampiran 2. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit manggis pada ransum tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum. Hasil tersebut memberi gambaran bahwa konsumsi ransum pada setiap perlakuan berada kisaran yang sama walaupun terjadi penurunan konsumsi ransum namun tidak berbeda secara signifikan, yang berarti penambahan ekstrak kulit manggis sampai dengan level 122 ml/kg ransum (120 xanthone) tidak memberikan efek negatif terhadap konsumsi ransum. Sejalan dengan pendapat Parakkasi (1999), bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum dipengaruhi oleh palatabilitas. Palatabilitas tergantung pada bau, rasa, dan tekstur ransum. Kulit manggis memiliki kandungan tannin yang menimbulkan rasa sepat sehingga mengurangi palabilitas pakan (Ngamsaeng, 2004). Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa Penambahan ekstrak kulit manggis tidak menurunkan palatabilitas, hal ini bisa disebabkan karena ekstraksi zat aktif dengan pelarut ethanol dapat menurunkan kadar tanin sehingga dapat menurunkan rasa pahit dan bau yang khas dari kulit manggis, hal ini sejalan dengan pendapat Sudjadi (1988) bahwa metode ekstraksi dapat mengisolasi suatu senyawa dari bahan alam dengan menambahkan suatu pelerut yang tepat.

3 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Hasil penelitan penambahan ekstrak kulit manggis pada ransum terhadap pertambahan bobot badan ayam sentul selama penelitian dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian Pertambahan Bobot Badan Ulangan P0 P1 P2 P3...(gram) ,3 427,81 442,05 399, ,65 457,85 420,56 398, ,03 394,16 431,6 413, ,8 402,23 422,35 418, ,76 418,63 471,65 491,35 Total 1919,5 2100,7 2188, ,55 Rata-Rata 383,91 420,19 437,64 424,31 Berdasarkan Tabel 6. rataan pertambahan bobot badan ayam sentul selama 10 minggu pada berbagai perlakuan berkisar antara 383,91 gram sampai dengan 437,64 gram. Rataan pertambahan bobot badan dari yang tertinggi terdapat pada P2 437,64 gram per ekor, dan yang terendah terdapat pada P0 383,91 gram per ekor. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan dilakukan analisis ragam seperti yang tercantum pada Lampiran 3. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit manggis pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 7.

4 27 Tabel 7. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul selama 10 minggu Perlakuan Rataan PBB Signifikansi (0,05) (gram) P0 383,91 a P1 420,19 ab P2 437,64 b P3 424,31 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan Pertambahan bobot badan antara perlakuan P0 dan P1 tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata, namun perlakuan P2 dan P3 nyata lebih tinggi menghasilkan pertambahan bobot badan dibandingkan dengan P0. Pertambahan bobot badan pada perlakuan P1, P2, P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P2 dan P3 yang menggunakan ransum dengan tambahan ekstrak kulit manggis pada level 81 ml (80 ppm xanthone) dan 122 ml (120 ppm xanthone) memberikan respon yang positif terhadap pertambahan bobot badan. Perlakuan penambahan ekstrak kulit manggis P2 pada level 81 ml (80 ppm xanthone) dalam ransum menghasilkan pertambahan bobot badan tertinggi yaitu 437,64 g. Hasil ini sesuai dengan perhitungan kebutuhan antioksidan yang setara dengan vitamin E (DL-ɑ-Tocopheryl acetat ) dalam ransum penelitian (Lampiran 5) sekitar 81 ml/kg ransum (80 ppm xanthone). Hasil ini mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak kulit manggis dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum sehingga dapat meningkatkan pertambahan bobot badan. Hasil ini didukung dengan pendapat Velmurugan dan citarasu (2010) bahwa kulit manggis mengandung senyawa xanthone sebagai antioksidan, antivirus, antijamur dan antimikrobial yang diduga mampu memperbaiki struktur-

5 28 struktur vili-vili usus dalam proses penyerapan zat nutrien dan mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bobot badan. Kulit manggis mengandung senyawa xanthone yang mampu menekan stress oksidatif yang berdampak pada laju pertumbuhan ayam Lannang dkk (2006) Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Konversi ransum diukur dengan membagi jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan ayam sentul selama penelitian Rataan konversi ransum ayam sentul selama penelitian disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Rataan Konversi Ransum Ayam Sentul Setiap Ekor Selama Penelitian Konversi Ransum Ulangan P0 P1 P2 P3 1 3,91 3,88 3,73 4,16 2 4,25 3,71 4,15 4,10 3 5,40 4,32 3,87 4,02 4 4,69 4,14 3,67 3,93 5 4,29 4,01 3,61 3,39 Jumlah 22,56 20,08 19,05 19,62 Rata Rata 4,51 4,01 3,81 3,92 Berdasarkan Tabel 8. rataan nilai konversi ransum ayam sentul pada berbagai perlakuan berkisar antara 3,81 sampai dengan 4,51. Rataan konversi ransum tertinggi adalah perlakuan PO 4,51 kemudian diikuti P1 4,01, P3 3,92 dan terendah P2 3,81. Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum dilakukan analisis ragam seperti yang tercantum pada Lampiran 4. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kulit manggis pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap konversi ransum. Guna

6 29 mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Ransum Ayam Sentul Perlakuan Rataan Konversi Signifikansi (0,05) Ransum P2 3,81 a P3 3,92 a P1 4,01 a P0 4,51 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan nilai konversi ransum perlakuan P1, P2 dan P3 nyata lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan ekstrak kulit manggis (P0), nilai konversi ransum antara perlakuan P1, P2, P3 tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa ransum yang ditambahkan ekstrak kulit manggis pada perlakuan P1, P2, P3 mengalami penurunan nilai konversi ransum sehingga kualitas ransum pada perlakuan semakin baik dan efisien. Hal ini didukung dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa semakin rendah angka konversi maka kualitas ransum semakin baik. Perlakuan penambahan ekstrak kulit manggis P2 pada level 81 ml (80 ppm xanthone) dalam ransum menghasilkan konversi ransum terendah yaitu 3,81. Hasil ini sesuai dengan perhitungan kebutuhan antioksidan yang setara dengan vitamin E (DL-ɑ-Tocopheryl acetat ) dalam ransum penelitian (Lampiran 5) sekitar 81 ml/kg ransum (80 ppm xanthone). Hal ini diduga senyawa xanthone yang terkandung dalam ekstrak kulit manggis dapat dikonsumsi dengan baik sehingga mempengaruhi nilai konversi ransum. Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa

7 30 semakin tinggi konversi ransum menunjukan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat dan semakin rendah angka konversi ransum menunjukan semakin sedikit ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat sehingga kualitas ransum semakin baik dan efisien. Berdasarkan pada Tabel 8. menunjukkan bahwa seluruh ransum perlakuan memiliki nilai konversi ransum yang berbeda. Pada perlakuan P0 dapat dilihat tingkat konsumsinya paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1, P2, dan P3 (Tabel 5) tetapi memiliki pertambahan bobot badan yang paling rendah diantara perlakuan P1, P2, dan P3 (Tabel 6). Hal ini lah yang menyebabkan adanya perbedaan konversi ransum terhadap tiap perlakuan. Hal ini didukung pendapat Soeharsono (1976) yang menyatakan bahwa nilai konversi ransum merupakan refleksi antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan seekor ternak. Konversi ransum mencerminkan kesanggupan ternak dalam memanfaatkan ransum menjadi daging (Wahju, 1992). Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2008), dengan demikian terdapat korelasi antar laju pertumbuhan konsumsi ransum, dan konversi ransum (Soeharsono, 1976).