HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tanaman pepaya yang digunakan ditanam pada tanggal 28 Mei 2011 dengan jarak tanam 2 m x 2.5 m (Chairunnissa, 2012). Pengamatan morfologi tanaman pepaya dilakukan saat tanaman telah memasuki fase generatif (berbunga) yaitu pada 5 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan di lapang dilakukan sampai buah siap dipanen. Hasil pengamatan secara visual ditemukan adanya tipe simpang (off type) yaitu pada genotipe IPB 1. Hal ini mungkin disebabkan adanya benih yang tercampur atau kesalahan penanaman pada pemindahan ke lapang. Pemanenan dilakukan pada saat buah telah matang dengan penampakan kulit buah mencapai 50-75% semburat kuning. Buah yang telah dipanen kemudian dibersihkan lalu disimpan pada kondisi ruang hingga stadia warna buah 100% kuning. Menurut Widyastuti (2009) genotipe yang diamati pada stadia kematangan 75% dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Curah hujan rata-rata dari bulan Oktober 2011 sampai bulan April 2012 yaitu mm/bulan dengan temperatur 25.9 o C, kelembapan udara 82.57%, lama penyinaran 53.57% dan intensitas matahari Cal/cm 2 (BMKG, 2012). Curah hujan ini cukup besar jika dibandingkan dengan curah hujan untuk syarat tumbuh pepaya yaitu sebesar 1,000-2,000 mm/tahun dan kelembapan udara sekitar 40%. Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5. Selama penelitian berlangsung terdapat serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman dan buah. Hama yang menyerang tanaman yaitu kutu putih dan tungau merah. Penyakit yang menyerang tanaman dan buah yaitu busuk batang dan antraknosa. Penyakit busuk batang dan antraknosa menyerang pada tanaman yang telah berbuah dan menjelang matang. Tanaman yang terserang penyakit sekitar 12.8% dari 70 tanaman. Busuk batang disebabkan oleh serangan nematoda yang ada di dalam tanah. Penyakit antraknosa menyerang buah yang akan dipanen. Penyakit antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum sp.

2 17 Efek maternal dapat terlihat dengan cara membandingkan turunan pertama (F 1 ) dan turunan pertama resiprokal (F 1 R). Karakter yang dipengaruhi oleh tetua betina maka keturunan persilangan resiproknya akan memberikan hasil yang berbeda dan keturunannya akan memperlihatkan ciri dari tetua betina (Stansfield, 1991). Pada percobaan ini pendugaan efek maternal dilakukan pada genotipe IPB H93 dan IPB H39. Beberapa karakter pada genotipe IPB H93 dan IPB H39 tidak memiliki efek maternal. Efek maternal hanya ditemui pada karakter kekerasan daging buah bagian tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan daging buah dipengaruhi oleh tetua betina, sedangkan karakter - karakter lain tidak dipengaruhi oleh tetua betina. Hasil uji-t untuk menduga efek maternal beberapa karakter pada genotipe IPB H93 dan IPB H39 dapat dilihat di Lampiran 6 dan 7. Karakter Kualitatif Karakter kualitiatif yang diamati meliputi warna kulit buah, warna daging buah yang telah matang, bentuk buah dan bentuk dominan rongga tengah. Karakter kualitatif genotipe pepaya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakter kualitatif genotipe pepaya Warna kulit buah Warna daging buah Bentuk buah Bentuk rongga tengah IPB 1 Kuning tua oranye Oranye merah Bulat telur Bintang IPB 3 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB 9 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H93 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H91 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang IPB H39 Kuning tua oranye Oranye merah Lonjong Bintang Hasil pengamatan karakter kualitatif yang dilakukan menunjukkan bahwa keenam genotipe memiliki karakter kualitatif yang tidak berbeda. Perbedaan karakter kualitatif hanya terdapat pada karakter warna kulit buah dan bentuk buah. Kulit buah pada keenam genotipe berwarna kuning tua oranye dan warna daging buah oranye merah. Bentuk buah lonjong dimiliki oleh kelima genotipe, hanya genotipe IPB 1 yang memiliki bentuk bulat telur. Keragaan buah genotipe tetua dapat dilihat pada Lampiran 8 dan keragaan buah genotipe hibrida dapat dilihat di Lampiran 9. Bentuk rongga tengah pada keenam genotipe yaitu bintang. Keragaan

3 18 bentuk rongga tengah buah hibrida dapat dilihat di Lampiran 10. Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda satu sama lain secara kualitatif dan dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini biasanya dikendalikan oleh satu atau beberapa gen. Peran gen pada karakter kualitatif sangat besar pengaruhnya dalam mengekspresikan fenotipe maka disebut gen mayor. Pengaruh lingkungan terhadap karakter kualitatif kecil karena lebih dipengaruhi oleh gen mayor. Karakter Kuantitatif Rekapitulasi sidik ragam karakter kuantitatif menunjukkan ragam perlakuan (genotipe) sangat berpengaruh nyata pada karakter tinggi tanaman, letak buah pertama, jumlah bunga pada 11 BST, bobot 100 biji, edible portion, PTT bagian pangkal dan tengah, ATT bagian ujung dan vitamin C. Pengaruh yang nyata juga terdapat pada karakter jumlah bunga pada 5 BST, panjang, keliling dan diameter buah bagian pangkal dan ujung, kekerasan daging buah pada bagian pangkal dan ujung, PTT bagian ujung buah, ketebalan minimum dan maksimum buah, ph buah bagian tengah, ATT pada bagian pangkal dan tengah. Karakter lainnya tidak berpengaruh pada keenam genotipe. Rekapitulasi sidik ragam karakter-karakter kuantitatif dapat dilihat pada Lampiran 11. Letak Buah Pertama, Tinggi Tanaman dan Diameter Batang Nilai karakter letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang disajikan pada Tabel 2. Letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang pada genotipe hibrida yang diuji menunjukkan nilai yang tidak berbeda. Karakter letak buah pertama pada enam genotipe menunjukkan bahwa genotipe IPB 3 dan genotipe IPB 9 memiliki letak buah pertama yang tidak berbeda dengan ketiga genotipe hibrida. tetua yang memiliki letak buah pertama paling pendek yaitu genotipe IPB 9. hibrida yang memiliki letak buah pertama yang relatif pendek yaitu genotipe IPB H39. Hasil pengamatan pada karakter tinggi tanaman menunjukkan bahwa genotipe tetua IPB 9 memiliki keragaan tanaman paling pendek. hibrida IPB H39 juga memiliki keragaan tanaman yang relatif lebih pendek diantara

4 genotipe hibrida lainnya. Karakter tanaman pepaya yang memiliki letak buah pertama dan keragaan tanaman relatif pendek merupakan karakter yang disukai oleh masyarakat karena dapat memudahkan saat pemanenan. Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) tanaman pepaya yang rendah memudahkan dalam perawatan, pemanenan dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja dan waktu. Tabel 2. Letak buah pertama, tinggi tanaman dan diameter batang genotipe pepaya Letak buah Tinggi tanaman Diameter batang pertama 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST IPB a a a IPB b b b IPB c c c IPB H bc b b IPB H bc b b IPB H bc bc bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Diameter batang tidak berbeda pada masing-masing genotipe. Pada hasil pengamatan dapat terlihat bahwa genotipe IPB H91 memiliki diameter batang yang relatif besar yaitu 5.15 cm saat 5 BST dan 8.35 cm saat 11 BST. Menurut Syahibullah (2006) tanaman yang mempunyai batang yang besar dan tidak terlalu tinggi akan lebih tahan terhadap angin kencang dan lebih mudah menahan beban buah yang banyak. Ketiga genotipe hibrida memiliki diameter batang yang relatif besar serta keragaan tanaman dan letak buah yang relatif pendek. 19 Jumlah Daun, Bunga dan Buah Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua genotipe tidak berbeda pada jumlah daun dan jumlah buah, tetapi berbeda pada jumlah bunga. Nilai karakter jumlah daun, jumlah bunga dan jumlah buah disajikan pada Tabel 3. Jumlah daun pada keenam genotipe berkisar daun. Jumlah daun pada 5 BST dan 11 BST tidak mengalami penambahan jumlah secara signifikan. Hasil analisis ragam menunjukkan jumlah bunga pada genotipe IPB 3 relatif lebih sedikit, sedangkan jumlah bunga pada genotipe IPB H91 menunjukkan jumlah yang relatif lebih banyak.

5 Tabel 3. Jumlah daun, bunga dan buah genotipe pepaya Jumlah daun Jumlah bunga Jumlah buah 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST 5 BST 11 BST IPB c 3.62 b IPB bc 2.77 b IPB abc 9.62 a IPB H ab 9.77 a IPB H a a IPB H abc 9.29 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Jumlah buah yang dihasilkan saat umur 11 BST berkisar antara 2-11 buah per tanaman. yang memiliki jumlah bunga yang banyak tidak mempengaruhi jumlah buah, hal ini dapat disebabkan iklim yang tidak menentu dan angin yang cukup kencang sehingga bunga banyak mengalami kerontokan. Curah hujan rata-rata pada saat penelitian cukup besar yaitu mm/bulan dan kelembapan udara mencapai 82.57%. Menurut Ashari (1995) curah hujan untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar 1,000-2,000 mm/tahun dengan kelembapan udara sekitar 40%. Menurut Kalie (1999) bunga pepaya sangat peka terhadap faktor iklim, khususnya terhadap perbedaan suhu dan kelembapan. 20 Panjang, Keliling dan Diameter Buah Panjang, keliling dan diameter buah mempengaruhi ukuran buah khususnya apabila buah pepaya akan diekspor. Ukuran panjang, keliling dan diameter buah dari enam genotipe pepaya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Panjang, keliling dan diameter buah genotipe pepaya Panjang Keliling buah Diameter buah buah Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB c bc c 4.45 b c IPB bc c c 4.07 b c IPB a a a 6.39 a ab IPB H a abc bc 5.56 ab bc IPB H ab a ab 6.82 a a IPB H a ab bc 5.66 ab bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. IPB 1 dan IPB 3 memiliki karakter panjang buah yang kecil dibandingkan dengan genotipe yang lain karena genotipe IPB 1 dan IPB 3

6 21 tergolong ke dalam buah berukuran kecil. Hal ini dapat dilihat juga dari karakter keliling dan diameter buahnya. IPB 9 yang diuji merupakan buah ukuran sedang dengan panjang buah sebesar cm. Menurut Muliyani (2010) ukuran buah pepaya yang diinginkan konsumen adalah ukuran buah yang sedang dengan panjang buah berkisar cm. Buah terpanjang pada genotipe hibrida yaitu genotipe IPB H39 yaitu cm. Ukuran panjang buah genotipe IPB H39 tidak berbeda dengan genotipe IPB 9, IPB H93 dan IPB H91. Karakter keliling dan diameter buah terbesar dimiliki oleh genotipe hibrida IPB H91. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ketiga genotipe hibrida merupakan buah berukuran sedang. Menurut penelitian Suketi et al. (2010b) panjang buah pepaya ukuran kecil (IPB 1, IPB 3 dan IPB 4) yaitu cm dengan diameter cm, sedangkan panjang buah pepaya ukuran sedang (IPB 2A, IPB 3A, IPB 8 dan IPB 9) sekitar cm dengan diameter cm. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Kekerasan kulit buah keenam genotipe menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Kekerasan daging buah pada bagian pangkal dan ujung buah menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai kekerasan kulit dan daging buah ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kekerasan kulit dan daging buah genotipe pepaya Kekerasan kulit buah (kg/detik) Kekerasan daging buah (kg/detik) Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB b b IPB ab ab IPB a a IPB H b b IPB H a a IPB H ab ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. Kekerasan kulit dan daging buah ditunjukkan dengan nilai hand penetrometer. Kekerasan daging buah yang terbesar yaitu genotipe IPB 9 dan genotipe IPB H91, sedangkan genotipe IPB 1 dan genotipe IPB H93 memiliki

7 22 kekerasan kulit dan daging buah yang lunak. Keenam genotipe pepaya memiliki tingkat kekerasan kulit buah pepaya yang cukup lunak. Tingkat kekerasan kulit buah yang lunak disebabkan stadia kematangan pepaya yang diamati yaitu 100%. Menurut hasil penelitian Sudjijo (2008) kekerasan daging buah pada pepaya introduksi berkisar kg/detik. Hasil penelitian Suketi et al. (2010a) pada tiga stadia kematangan pepaya menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 pada stadia 3 (diatas 75%) sekitar 2.77 ± 1.38 sampai 4.24 ± 0.15 kg/detik. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) proses pelunakan disebabkan terjadinya proses hidrolisis zat pektin menjadi komponen-komponen yang larut air, sehingga total zat pektin yang mempengaruhi kekerasan buah mengalami penurunan menyebabkan buah semakin lunak. Bobot Buah, Ketebalan Buah, Edible Portion dan Bobot 100 biji Bobot buah, ketebalan, edible portion dan bobot 100 biji ditampilkan pada Tabel 6. Buah yang tergolong ukuran kecil yaitu genotipe IPB 1 dan IPB 3 juga memiliki bobot buah, ketebalan buah, edible portion dan bobot 100 biji kecil. Tabel 6. Bobot buah, ketebalan buah, edible portion dan bobot 100 biji Bobot Ketebalan buah (cm) Edible Bobot 100 buah (g) Minimum Maksimum portion (%) biji (g) IPB ab 1.62 b 2.41 bc d 8.72 b IPB b 1.59 b 2.20 c d 8.19 b IPB a 2.52 a 3.31 a a a IPB H a 2.21 ab 3.01 ab c 9.82 a IPB H a 2.41 a 3.04 ab ab a IPB H a 2.23 ab 3.03 ab bc 9.79 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Edible portion terbesar dimiliki oleh buah tipe sedang yaitu genotipe IPB 9 sebesar 88.54% dengan ketebalan buah minimum dan maksimum sebesar 2.52 cm dan 3.31 cm. Menurut Suketi et al. (2010b) penentuan edible portion sangat bersifat subjektif tergantung konsumen dalam memanfaatkan bagian buah pepaya untuk dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. hibrida yang memiliki bobot buah, edible portion dan bobot 100 biji terbesar yaitu genotipe IPB H91 sebesar 1,078 g, 87.67% dan g. Edible portion yang besar lebih disukai konsumen karena daging buah yang dikonsumsi

8 23 lebih banyak. Ketebalan buah genotipe IPB H91 juga tergolong tebal yaitu 2.41 cm dan 3.04 cm. Menurut Budiyanti et al. (2005) bobot buah pepaya yang ideal untuk dikonsumsi berkisar 550-1,000 g/buah. Hasil penelitian Suketi et al. (2010a) mengenai karakter fisik dan kimia buah pada stadia kematangan berbeda menyatakan bahwa bobot utuh yang besar belum tentu mempunyai edible portion besar karena dipengaruhi oleh bobot bijinya. Menurut Suketi et al. (2010b) mengenai karakter mutu buah pepaya IPB, ketebalan buah yang tergolong tipe sedang berkisar untuk ketebalan minimum dan untuk ketebalan maksimum. Padatan Terlarut Total dan Asam Tertitrasi Total Buah yang disukai oleh konsumen yaitu buah yang manis, nilai padatan terlarut total menunjukkan kadar kemanisan buah pepaya. Buah pepaya yang memiliki rasa manis memiliki nilai o Brix yang tinggi. Nilai padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT) dan rasio PTT/ATT disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT) dan rasio PTT/ATT PTT ( o Brix) ATT (%) PTT/ Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung ATT IPB a b a 1.79 a 1.83 a 1.99 a 7.04 b IPB a a a 0.95 d 1.13 b 1.14 cd a IPB b c b 1.46 abc 1.51 ab 1.53 b 7.36 b IPB H a ab a 1.10 cd 1.09 b 1.05 d a IPB H a ab a 1.65 ab 1.54 ab 1.44 bc 8.43 b IPB H a ab a 1.22 bcd 1.32 b 1.36 bcd ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Kandungan PTT pada keenam genotipe yang diuji pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah berkisar o Brix. Kandungan PTT tertinggi dimiliki oleh genotipe IPB 3 dan kandungan PTT yang terendah yaitu pada genotipe IPB 9. Kandungan PTT pada genotipe hibrida dibagian pangkal, tengah dan ujung menunjukkan nilai yang tidak berbeda. hibrida IPB H39 memiliki nilai PTT yang tinggi yaitu o Brix. Kandungan asam tertitrasi total (ATT) yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 1 sebesar %, sedangkan kandungan ATT terendah pada genotipe tetua yaitu IPB 3 sebesar %.

9 24 hibrida yang memiliki kandungan ATT yang rendah yaitu genotipe IPB H93 sebesar %. Menurut hasil penelitian Suketi et al. (2007) kandungan ATT pada IPB 1 berkisar %. tetua IPB 3 dan genotipe hibrida IPB H93 memiliki nilai rasio PTT/ATT yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan terlarut total (PTT) yang dimiliki oleh genotipe tersebut lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam tertitrasi total (ATT) sehingga memiliki rasa yang lebih manis. Menurut Suketi et al. (2007) pada rasio perbandingan PTT/ATT, semakin besar nilai PTT/ATT maka menunjukkan kandungan ATT yang semakin kecil. Derajat Keasaman (ph) dan Vitamin C Pengujian ph pada bagian pangkal, tengah dan ujung menunjukkan bahwa hanya buah bagian tengah yang memiliki nilai yang berbeda. IPB 9 memiliki nilai ph bagian tengah yang besar yaitu 5.72, sedangkan pada genotipe IPB 1 memiliki nilai ph yang kecil sebesar hibrida memiliki nilai ph yang tidak berbeda di bagian pangkal, tengah dan ujung. Nilai ph pada keenam genotipe berkisar Berdasarkan Suketi et al. (2010a) ph tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada stadia kematangan buah yaitu berkisar Nilai ph dan vitamin C pada keenam genotipe disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai ph dan vitamin C buah genotipe pepaya ph Vitamin C (ml/100g) Pangkal Tengah Ujung Pangkal Tengah Ujung IPB c a a a IPB bc a ab ab IPB a c d d IPB H abc bc cd bcd IPB H abc bc cd cd IPB H ab ab bc bc Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT taraf 5%. Vitamin C yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 1 sekitar ml/100 g. hibrida yang memiliki kandungan vitamin C tinggi yaitu genotipe IPB H39 sebesar ml/100 g. Menurut Broto et al. (1991) perbedaan kadar vitamin C kemungkinan disebabkan oleh varietas yang berbeda,

10 25 faktor budidaya dan perbedaan umur petik. Menurut hasil penelitian Suketi et al. (2007), vitamin C pada IPB 1 sebesar mg/100 g. Keenam genotipe memiliki sumber vitamin C yang baik karena mengandung lebih dari 100 mg vitamin C per 100 g buah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan vitamin C per hari per orang. Menurut Winarno (2008) kebutuhan vitamin C per orang per hari bagi bayi dibawah umur 10 tahun sebesar mg, pria berumur diatas 10 tahun sebesar mg dan wanita sebesar mg. Perkiraan Produksi Buah Salah satu karakter pepaya unggul yang diinginkan oleh masyarakat yaitu yang memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas tanaman pepaya akan meningkat dengan meningkatnya produksi atau meningkatnya populasi tanaman per luas areal tanam atau dengan keduanya. Produksi keenam genotipe pepaya ditampilkan pada Lampiran 12. Buah pada genotipe IPB 9, IPB H93, IPB H91 dan IPB H39 mulai berproduksi pada 8 BST, sedangkan buah genotipe IPB 1 dan IPB 3 mulai berproduksi pada 9 BST. Selama empat bulan produksi, buah yang dipanen pada genotipe IPB 9 sebanyak ± 2.7 buah per tanaman dengan hasil total ± 2.63 kg per tanaman. Selama tiga bulan produksi, buah yang dapat dipanen pada genotipe IPB 1 dan IPB 3 adalah sebanyak ± 3.75 buah per tanaman dengan bobot total ± 1.79 kg per tanaman (genotipe IPB 1) dan sebanyak ± 4.88 buah per tanaman dengan bobot total ± 2.04 kg per tanaman (genotipe IPB 3). Menurut hasil penelitian Widyastuti (2009) produksi buah genotipe IPB 3 sebesar kg dengan jumlah 22 buah dan produksi genotipe IPB 9 sebesar kg dengan jumlah 38 buah. Selama empat bulan produksi, genotipe IPB H93 memiliki buah terbanyak yang dapat dipanen sebanyak ± 5.64 per tanaman dengan bobot total ± 5.44 kg per tanaman. Produksi tanaman keenam genotipe ini masih rendah karena tanaman baru memasuki tahun pertama penanaman sehingga produksinya belum maksimal. Menurut Sobir (2009) satu pohon pepaya berukuran sedang dapat menghasilkan kg buah selama masa produksi.

11 26 Kualitas dan Kuantitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah Kualitas buah pepaya masing - masing genotipe ditentukan oleh beberapa peubah berdasarkan nilai. Penentuan kualitas buah melalui skoring ini mengacu pada hasil penelitian Widyastuti (2009). Nilai skor terdiri dari empat kriteria yaitu kriteria 1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik) dan 4 (sangat baik). Penentuan nilai untuk masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 9. Penilaian kualitas buah keenam genotipe dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Kisaran nilai peubah berdasarkan kualitas dan kuantitas buah Peubah Skor Kekerasan kulit buah (kg/detik) < > 1.5 Kekerasan daging buah (kg/detik) < > 0.45 Edible portion (%) < > 85 Proporsi ketebalan min/maks < > 0.75 PTT/ATT < > 10 Vitamin C < > 150 Produksi buah total/tanaman < > 5 Letak Buah > < 60 Tinggi tanaman 11 BST > < 100 Diameter Batang 11 BST < > 7.0 Tabel 10. Penilaian kualitas dan kuantitas buah genotipe pepaya Peubah IPB IPB IPB IPB 1 IPB 3 IPB 9 H93 H91 H39 Kekerasan kulit buah (kg/detik) Kekerasan daging buah (kg/detik) Edible portion (%) Proporsi ketebalan min/maks PTT/ATT Vitamin C Produksi buah total/tanaman Letak Buah Tinggi tanaman 11 BST Diameter Batang 11 BST TOTAL Berdasarkan penilaian kualitas buah, genotipe tetua pepaya IPB 9 memiliki total nilai tertinggi, sehingga pepaya genotipe IPB 9 merupakan buah pepaya dengan kualitas paling baik diantara genotipe tetua lainnya. IPB 9

12 27 memiliki kekerasan kulit dan daging buah yang renyah, bobot 100 biji, edible portion dan proporsi ketebalan yang besar, ph buah yang tinggi, letak buah dan keragaan tanaman yang pendek. IPB H91 merupakan genotipe hibrida yang memiliki total nilai tertinggi. IPB H91 memiliki kualitas buah paling baik diantara genotipe hibrida lainnya. Keunggulan genotipe IPB H91 yaitu kekerasan kulit dan daging buah yang tidak terlalu lunak (renyah), bobot 100 biji, edible portion dan proporsi ketebalan yang besar, ph buah yang sesuai dan diameter batang yang besar. Heterosis Pendugaan parameter genetik dapat dilihat dari nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter di genotipe hibrida. Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada genotipe hibrida dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Nilai heterosis positif pada suatu karakter memiliki arti karakter tersebut mengalami kenaikan dari nilai tengah kedua genotipe tetuanya, begitu juga sebaliknya. Nilai heterobeltiosis positif pada karakter genotipe hibrida artinya karakter tersebut mengalami kenaikan dari nilai tengah salah satu tetua terbaik. Tidak semua karakter pada genotipe hibrida diharapkan memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang positif. Karakter tinggi tanaman dan letak buah pertama yang memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif justru diharapkan karena karakter pohon dan letak buah yang pendek lebih disukai oleh masyarakat. Karakter lain yang diharapkan memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif yaitu kandungan asam tertitrasi total karena konsumen lebih menyukai buah yang memiliki kandungan asam tertitrasi total yang rendah. Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91 disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91, karakterkarakter yang memiliki penampilan yang lebih baik dari rata - rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, keliling buah bagian tengah, diameter buah, kekerasan daging buah, bobot buah, kandungan padatan terlarut total dan rasio PTT/ATT. Penampilan yang lebih baik pada karakter - karakter ini ditunjukan dengan nilai heterosis dan heterobeltiosis positif.

13 Tabel 11. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H91 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST Tinggi tanaman 11 BST Letak buah pertama Diameter batang 5 BST Diameter batang 11 BST Jumlah daun 5 BST Jumlah daun 11 BST Jumlah bunga 5 BST Jumlah bunga 11 BST Jumlah buah 5 BST Jumlah buah 11 BST Panjang buah Keliling pangkal buah Keliling tengah buah Keliling ujung buah Diameter pangkal buah Diameter tengah buah Diameter ujung buah Kekerasan pangkal kulit buah Kekerasan tengah kulit buah Kekerasan ujung kulit buah Kekerasan pangkal daging buah Kekerasan tengah daging buah Kekerasan ujung daging buah Bobot buah Bobot 100 biji Edible portion PTT bagian pangkal PTT bagian tengah PTT bagian ujung Ketebalan minimum Ketebalan maksimum ph bagian pangkal ph bagian tengah ph bagian ujung ATT bagian pangkal ATT bagian tengah ATT bagian ujung Vitamin C bagian pangkal Vitamin C bagian tengah Vitamin C bagian ujung Rasio PTT/ATT Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis Karakter tinggi tanaman, letak buah pertama dan asam tertitrasi total pada genotipe IPB H91 memiliki nilai heterosis negatif tetapi nilai heterobeltiosisnya 28

14 29 positif. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H91 memiliki keragaan buah, letak buah pertama dan kandungan asam tertitrasi total yang lebih rendah dari rata - rata kedua tetuanya saja. Penampilan karakter-karakter yang lebih baik dari penampilan tetua terbaiknya diduga terjadi akibat adanya aksi gen over dominance. Menurut Nasir (2001) perkawinan antara dua genotipe yang berkerabat jauh biasanya memberikan efek heterosis yang lebih besar dibandingkan dengan kerabat dekat. Menurut Iriany et al. (2011) pada 20 kombinasi persilangan galur jagung manis, nilai heterosis dan heterobeltiosis yang tinggi pada karakter-karakter yang diamati menunjukkan bahwa genotipe - genotipe yang diuji memiliki peningkatan nilai dibandingkan nilai tengah kedua tetua dan tetua terbaiknya. Hal ini disebabkan tetua yang digunakan berasal dari populasi yang memiliki kekerabatan jauh, dengan demikian juga memiliki jarak genetik yang jauh. Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe hibrida IPB H93 disajikan pada Tabel 12. Karakter yang memiliki penampilan yang lebih baik dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, jumlah daun, jumlah bunga, keliling buah bagian tengah, diameter buah bagian tengah dan asam tertitrasi total bagian tengah dan ujung buah. Nilai heterosis tertinggi pada genotipe IPB H93 yaitu pada karakter jumlah bunga saat 11 BST sebesar 57.71%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H93 memiliki jumlah bunga yang lebih banyak sebesar 57.71% dari kedua tetuanya, akan tetapi jika dibandingkan dengan tetua terbaiknya jumlah bunganya lebih banyak sebesar 1.56%. Heterosis dan heterobeltiosis beberapa karakter genotipe IPB H93 ada yang memiliki nilai negatif. Karakter-karakter yang memiliki nilai negatif yaitu kekerasan kulit dan daging buah, ph buah, dan kandungan vitamin C. Heterosis dan heterobeltiosis negatif menunjukkan bahwa genotipe IPB H93 memiliki kekerasan kulit dan daging buah yang lebih lunak, ph buah dan kandungan vitamin C yang lebih kecil dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Karakter tinggi tanaman dan letak buah genotipe IPB H93 memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif, sehingga keragaan tanaman dan letak buah genotipe IPB H93 lebih tinggi dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya. Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter asam tertitrasi total yaitu negatif

15 sehingga genotipe IPB H93 memiliki kandungan asam tertitrasi total yang lebih rendah dari kedua tetua dan tetua terbaiknya. Tabel 12. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H93 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST Tinggi tanaman 11 BST Letak buah pertama Diameter batang 5 BST Diameter batang 11 BST Jumlah daun 5 BST Jumlah daun 11 BST Jumlah bunga 5 BST Jumlah bunga 11 BST Jumlah buah 5 BST Jumlah buah 11 BST Panjang buah Keliling pangkal buah Keliling tengah buah Keliling ujung buah Diameter pangkal buah Diameter tengah buah Diameter ujung buah Kekerasan pangkal kulit buah Kekerasan tengah kulit buah Kekerasan ujung kulit buah Kekerasan pangkal daging buah Kekerasan tengah daging buah Kekerasan ujung daging buah Bobot buah Bobot 100 biji Edible portion PTT bagian pangkal PTT bagian tengah PTT bagian ujung Ketebalan minimum Ketebalan maksimum ph bagian pangkal ph bagian tengah ph bagian ujung ATT bagian pangkal ATT bagian tengah ATT bagian ujung Vitamin C bagian pangkal Vitamin C bagian tengah Vitamin C bagian ujung Rasio PTT/ATT Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis 30

16 Tabel 13. Heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H39 No. Karakter P1 P2 F 1 HT HTB (%) (%) 1. Tinggi tanaman 5 BST Tinggi tanaman 11 BST Letak buah pertama Diameter batang 5 BST Diameter batang 11 BST Jumlah daun 5 BST Jumlah daun 11 BST Jumlah bunga 5 BST Jumlah bunga 11 BST Jumlah buah 5 BST Jumlah buah 11 BST Panjang buah Keliling pangkal buah Keliling tengah buah Keliling ujung buah Diameter pangkal buah Diameter tengah buah Diameter ujung buah Kekerasan pangkal kulit buah Kekerasan tengah kulit buah Kekerasan ujung kulit buah Kekerasan pangkal daging buah Kekerasan tengah daging buah Kekerasan ujung daging buah Bobot buah Bobot 100 biji Edible portion PTT bagian pangkal PTT bagian tengah PTT bagian ujung Ketebalan minimum Ketebalan maksimum ph bagian pangkal ph bagian tengah ph bagian ujung ATT bagian pangkal ATT bagian tengah ATT bagian ujung Vitamin C bagian pangkal Vitamin C bagian tengah Vitamin C bagian ujung Rasio PTT/ATT Keterangan : HT = Heterosis, HTB = Heterobeltiosis Nilai heterosis dan heterobeltiosis genotipe IPB H39 disajikan pada Tabel 13. Karakter - karakter genotipe IPB H39 yang menunjukkan penampilan yang lebih baik dari rata - rata kedua tetua dan tetua terbaiknya yaitu diameter batang, 31

17 32 jumlah daun, panjang buah dan kekerasan kulit buah bagian pangkal. Nilai heterosis tertinggi pada genotipe IPB H39 yaitu pada karakter jumlah bunga saat 5 BST sebesar 49.96%. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe IPB H39 memiliki jumlah bunga yang lebih banyak 49.96% jika dibandingkan dengan nilai tengah tetua. Tetapi karakter ini memiliki nilai heterosis negatif sebesar -3.43% yang berarti jumlah bunga genotipe IPB H39 masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan tetua terbaiknya (IPB 9). Karakter tinggi tanaman dan letak buah genotipe IPB H39 juga memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis positif, sehingga genotipe IPB H39 juga memiliki keragaan tanaman dan letak buah yang lebih tinggi dari kedua tetua dan tetua terbaiknya. Karakter asam tertitrasi total memiliki nilai heterosis yang positif dan nilai heterobeltiosis negatif. Kandungan asam tertitrasi total pada genotipe IPB H39 lebih tinggi dari rata - rata kedua tetua tetapi kandungannya lebih rendah dari tetua terbaiknya. Hal tersebut diduga akibat adanya aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Munculnya efek heterosis disebabkan adanya akumulasi gen dominan, sedangkan heterobeltiosis tidak lepas dari adanya efek dominan lebih (over dominan). Menurut Sukartini et al. (2009) aksi gen dominan dominan negatif tidak sempurna pada F 1 mengakibatkan ukuran F 1 lebih kecil dari rata - rata kedua tetuanya, dan aksi dominan positif tidak sempurna mengakibatkan ukuran F 1 berada di antara rata - rata kedua tetuanya, sedangkan aksi gen over dominan mengakibatkan ukuran F 1 berada diatas rata - rata kedua tetuanya atau tetua terbaiknya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A24080098 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Fisik Buah Kualitas fisik buah merupakan salah satu kriteria kelayakan ekspor buah manggis. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap kualitas fisik buah meliputi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis

Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Resistensi Kulit Buah Manggis 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24... (Bar) Suhu 15 0 C 1.64 0.29 0.16 0.32 0.24b 0.32b 0.27b 0.29b 0.39b 0.76b

Lebih terperinci

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen 71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang 32 PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang Berdasarkan pengamatan visual bentuk ujung daun pada dua minggu setelah tanam, genotipe SD-3 menunjukkan bentuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A

Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A 41 LAMPIRAN 41 42 Lampiran 1. Tongkol jagung manis hibrida 3 x 4A : 198.68 cm Tinggi Tongkol Utama : 65.14 cm Diameter Batang : 1.96 cm Umur muncul Tassel : ± 44 HST : ± 48 HST Umur Panen : ± 70.33 HST

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor 2009 KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Wiwit Widyastuti 1), Ketty Suketi 2), Sriani Sujiprihati 2)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Percobaan Percobaan dilakukan di dusun Dukuh Asem, Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pada percobaan ini, digunakan dua varietas bersari

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Air Berdasarkan analisis varian satu jalur terhadap variabel kadar air biji sorgum yang berasal dari posisi yang berbeda pada malai sorgum disetiap umur panennya menunjukkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN KEPUTUSAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan produksi melon, varietas unggul mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks V. PEMBAHASAN UMUM Pepaya berpotensi menjadi buah utama Indonesia karena sifatnya yang multi fungsi. Indonesia mempunyai banyak plasma nutfah pepaya yang menjadi kekuatan dan modal dasar untuk pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) SNI 01-7158-2006 Standar Nasional Indonesia Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Genus Carica merupakan tanaman asli Amerika tropika yang berasal dari persilangan alami Carica peltata Hook. & Arn. dari Amerika tropika dibawa ke Karibia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1) Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A24061724 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NURUL FEBRIYANTI. Kajian Metaxenia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Neraca Air Lahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai evapotranspirasi dihitung berdasarkan persamaan (Penman 1948). Tabel 1. Hubungan antara rata-rata curah hujan efektif dengan evapotranspirasi Bulan

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Selama penelitian berlangsung suhu udara rata-rata berkisar antara 25.1-26.2 o C dengan suhu minimum berada pada bulan Februari, sedangkan suhu maksimumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi bagus untuk dikembangkan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci