DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,"

Transkripsi

1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/38/PADG/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mencapai pasar keuangan yang likuid dan efisien dibutuhkan pengembangan instrumen pasar uang berupa surat berharga komersial yang dapat ditransaksikan oleh pelaku pasar uang; b. bahwa dalam upaya untuk lebih meningkatkan peran lembaga pendukung pasar uang dalam menciptakan pasar surat berharga komersial yang likuid dan efisien serta memiliki tata kelola yang baik, diperlukan penyempurnaan terhadap tugas, persyaratan, dokumen pendaftaran, pengungkapan informasi terkait hubungan afiliasi, penyampaian dan pemrosesan permohonan pendaftaran, dan tata cara pelaporan serta pengenaan sanksi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

2 2 Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Perubahan atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/9/PADG/2017 tentang Lembaga Pendukung Pasar Uang yang Melakukan Kegiatan Terkait Surat Berharga Komersial di Pasar Uang; Mengingat : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5909); 2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/9/PBI/2017 tentang Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6100); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/9/PADG/2017 tentang Lembaga Pendukung Pasar Uang yang Melakukan Kegiatan Terkait Surat Berharga Komersial di Pasar Uang diubah sebagai 1. Di antara angka 14 dan angka 15 Pasal 1 disisipkan 4 (empat) angka, yakni angka 14A, 14B, 14C, dan 14D sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai Pasal 1 Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Pasar Uang adalah bagian dari sistem keuangan yang bersangkutan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-

3 3 meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, serta kelancaran sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah. 2. Bank adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan, termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri. 3. Korporasi Non-Bank adalah badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas selain Bank. 4. Instrumen Pasar Uang adalah instrumen yang ditransaksikan di Pasar Uang, yang meliputi instrumen yang diterbitkan dengan jangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun, sertifikat deposito, dan instrumen lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, termasuk yang berdasarkan prinsip syariah. 5. Surat Berharga Komersial adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Korporasi Non-Bank berbentuk surat sanggup (promissory note) dan berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun yang terdaftar di Bank Indonesia. 6. Pelaku Pasar Uang yang selanjutnya disebut Pelaku Pasar adalah pihak yang melakukan kegiatan penerbitan Instrumen Pasar Uang dan/atau melakukan transaksi di Pasar Uang. 7. Penerbit Surat Berharga Komersial adalah pihak yang memenuhi persyaratan untuk menerbitkan Surat Berharga Komersial. 8. Pelaku Transaksi Surat Berharga Komersial adalah Pelaku Pasar yang melakukan transaksi Surat Berharga Komersial. 9. Lembaga Pendukung Pasar Uang adalah pihak yang memberikan jasa terkait penerbitan Instrumen Pasar Uang, perantara pelaksanaan transaksi, penyelesaian

4 4 transaksi, dan/atau penatausahaan Instrumen Pasar Uang dan transaksi di Pasar Uang, dan pihak lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 10. Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial adalah Lembaga Pendukung Pasar Uang yang memberikan jasa dalam penerbitan Surat Berharga Komersial. 11. Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial adalah Lembaga Pendukung Pasar Uang yang memberikan jasa perantara pelaksanaan transaksi Surat Berharga Komersial. 12. Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial adalah Lembaga Pendukung Pasar Uang yang memberikan jasa penatausahaan dan penyelesaian transaksi Surat Berharga Komersial. 13. Perusahaan Efek adalah perusahaan efek sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pasar modal. 14. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing yang selanjutnya disebut Perusahaan Pialang adalah perusahaan pialang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. 14A.Lembaga Pemeringkat adalah Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, yang melakukan penilaian terhadap peringkat kredit dari Surat Berharga Komersial termasuk penjaminan atau penanggungan yang dapat memengaruhi peringkat kredit dari Surat Berharga Komersial. 14B.Konsultan Hukum adalah Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, yang melakukan kegiatan uji tuntas aspek hukum (legal due diligence) atas Korporasi Non-Bank yang akan menerbitkan Surat Berharga Komersial.

5 5 14C.Akuntan Publik adalah Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, yang melakukan kegiatan uji tuntas aspek keuangan (financial due diligence) atas Korporasi Non-Bank yang akan menerbitkan Surat Berharga Komersial. 14D.Notaris adalah Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang membuat akta autentik atau dokumen lain yang berkaitan dengan jabatannya dalam penerbitan Surat Berharga Komersial. 15. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang selanjutnya disingkat LPP adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai pasar modal. 2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 3 Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial terdiri atas: a. Bank atau Perusahaan Efek yang bertindak sebagai penata laksana (arranger) penerbitan; b. Lembaga Pemeringkat; c. Konsultan Hukum; d. Akuntan Publik; e. Notaris; dan f. lembaga lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yang terdaftar di Bank Indonesia.

6 6 3. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 4 Penata laksana (arranger) penerbitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a memiliki tugas: a. membantu Penerbit Surat Berharga Komersial dalam proses penerbitan Surat Berharga Komersial, meliputi: 1. persiapan dokumen penerbitan; 2. persiapan struktur penawaran, dokumen penawaran, dan dokumen pembelian; 3. persiapan jadwal waktu penerbitan; 4. penentuan target investor; 5. pemasaran; dan 6. pelaksanaan distribusi, b. melakukan koordinasi dengan seluruh lembaga dan profesi pendukung yang terlibat; dan c. melakukan tugas lain yang diperlukan untuk menatalaksanakan penerbitan Surat Berharga Komersial. 4. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 6 (1) Konsultan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c memiliki tugas menyusun opini hukum atas: a. aspek hukum dari Korporasi Non-Bank yang mengajukan pendaftaran penerbitan Surat Berharga Komersial; dan b. hal lain yang terkait dengan rencana penerbitan Surat Berharga Komersial. (2) Cakupan uji tuntas dari aspek hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan

7 7 Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga komersial. 5. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 7 Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d memiliki tugas: a. melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan pada calon Penerbit Surat Berharga Komersial atau Penerbit Surat Berharga Komersial; dan/atau b. mempersiapkan hal-hal lain yang diperlukan terkait penerbitan Surat Berharga Komersial. 6. Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 8 Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e memiliki tugas: a. membuat akta autentik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai jabatan notaris atau berdasarkan Undang-Undang lainnya; dan b. melakukan tugas lain yang berkaitan dengan jabatannya dalam penerbitan Surat Berharga Komersial. 7. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 10 (1) Bank atau Perusahaan Efek yang mendaftar di Bank Indonesia sebagai penata laksana (arranger) penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana

8 8 dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, harus mengajukan surat permohonan kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dokumen pendukung: a. terkait keabsahan aspek kelembagaan: 1. informasi perusahaan; 2. daftar nama direksi dan dewan komisaris; 3. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; dan 4. fotokopi surat persetujuan izin kegiatan usaha penata laksana (arranger) penerbitan surat berharga. b. terkait kemampuan penata laksana (arranger) penerbitan: 1. prosedur operasi standar dalam kegiatan sebagai penata laksana (arranger) penerbitan; 2. dokumen yang memuat pedoman perilaku (code of conduct); 3. dokumen yang menjelaskan rekam jejak (track record) Bank atau Perusahaan Efek sebagai penata laksana (arranger) penerbitan surat berharga selama 3 (tiga) tahun terakhir atau dari masa pendirian apabila beroperasi kurang dari 3 (tiga) tahun; 4. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk:

9 9 a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penerbitan Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; dan c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penerbitan Surat Berharga Komersial, sebagaimana contoh dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. 8. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 11 (1) Lembaga Pemeringkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dokumen pendukung sebagai a. terkait keabsahan aspek kelembagaan: 1. informasi perusahaan; 2. daftar nama direksi dan dewan komisaris serta riwayat hidup dari masing-masing anggota direksi dan dewan komisaris yang ditandatangani oleh yang bersangkutan; 3. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah

10 10 memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; 4. izin usaha dari otoritas yang berwenang: a) untuk Lembaga Pemeringkat Indonesia, izin dapat bertindak sebagai lembaga pemeringkat yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang di Indonesia; b) untuk Lembaga Pemeringkat asing, izin dapat bertindak sebagai lembaga pemeringkat yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang di negara tempat kedudukan Lembaga Pemeringkat asing; dan 5. data pemegang saham, meliputi: a) orang-perseorangan; dan/atau b) badan hukum. b. terkait kemampuan Lembaga Pemeringkat: 1. struktur organisasi Lembaga Pemeringkat yang memperlihatkan adanya fungsi pemeringkatan, riset, pemasaran, dan kepatuhan; 2. data pegawai yang bertugas di fungsi pemeringkatan surat berharga; 3. dokumen yang menjelaskan prosedur dan metodologi pemeringkatan; 4. daftar pemeringkatan yang telah dipublikasikan paling kurang 2 (dua) tahun terakhir; 5. dokumen evaluasi terhadap studi terjadinya default (default study); 6. dokumen yang menjelaskan bahwa Lembaga Pemeringkat memiliki komite pemeringkat;

11 11 7. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen manajemen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penerbitan Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; dan c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penerbitan Surat Berharga Komersial, sebagaimana contoh dalam Lampiran III. 9. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 12 (1) Konsultan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dokumen pendukung: a. terkait keabsahan individual profesi sebagai Konsultan Hukum: 1. fotokopi kartu tanda penduduk; 2. pas photo terbaru dengan ukuran 4x6 berwarna sejumlah satu lembar; 3. fotokopi izin advokat berdasarkan Undang- Undang yang mengatur mengenai advokat; 4. fotokopi kartu keanggotaan dalam himpunan konsultan hukum di pasar keuangan;

12 12 5. fotokopi bukti terdaftar sebagai Konsultan Hukum dari otoritas yang berwenang di pasar keuangan; 6. dokumen yang menyatakan bahwa Konsultan Hukum merupakan rekan (partner) dari kantor konsultan hukum dan mengajukan permohonan untuk terdaftar di Bank Indonesia; 7. informasi kantor konsultan hukum dengan dilengkapi dokumen pendukung yang menjelaskan kantor konsultan hukum, yaitu: a) fotokopi dari akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan terkait pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; b) surat keterangan domisili; c) surat perjanjian kerja sama antara kantor konsultan hukum dengan kantor konsultan hukum lain yang memiliki Konsultan Hukum yang telah terdaftar di Bank Indonesia, diperlukan dalam hal: 1) kantor konsultan hukum hanya akan memiliki 1 (satu) orang rekan (partner) Konsultan Hukum; atau 2) kantor konsultan hukum yang memiliki lebih dari 1 (satu) orang rekan Konsultan Hukum namun dalam perkembangannya hanya

13 13 memiliki 1 (satu) orang rekan (partner) Konsultan Hukum; dan d) struktur organisasi kantor konsultan hukum. b. terkait kemampuan Konsultan Hukum: 1. fotokopi sertifikat pendidikan profesi dari perhimpunan konsultan hukum di pasar keuangan; 2. dokumen yang menjelaskan pendidikan berkelanjutan yang telah diikuti dalam 1 (satu) tahun terakhir yang berhubungan dengan profesi konsultan hukum; 3. dokumen yang menjelaskan kegiatan yang pernah dilakukan di bidang pasar keuangan dalam 1 (satu) tahun terakhir; 4. surat pernyataan bermeterai cukup yang menyatakan bahwa Konsultan Hukum: a) tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan; b) sanggup untuk mengikuti program pendidikan berkelanjutan yang relevan; dan c) memahami dan mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan kode etik dan standar profesi, sebagaimana contoh dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. 5. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga

14 14 komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penerbitan Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penerbitan Surat Berharga Komersial; d) melaksanakan kegiatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang terkait; dan e) memiliki sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Konsultan Hukum terkait Surat Berharga Komersial, sebagaimana contoh dalam Lampiran III. (3) Dalam hal informasi kantor konsultan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 7 telah tercatat di Bank Indonesia, Konsultan Hukum tidak perlu menyerahkan dokumen pendukung yang menjelaskan kantor konsultan hukum kecuali dalam hal terdapat perubahan data. 10. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 13 (1) Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dokumen pendukung: a. terkait keabsahan individual profesi sebagai Akuntan Publik: 1. fotokopi kartu tanda penduduk;

15 15 2. fotokopi surat keputusan dari Menteri Keuangan mengenai pemberian surat izin akuntan publik; 3. fotokopi keanggotaan asosiasi profesi akuntan publik; 4. pas photo terbaru dengan ukuran 4x6 berwarna sejumlah satu lembar; 5. surat rekomendasi untuk melakukan kegiatan di pasar keuangan dari asosiasi profesi akuntan publik; 6. fotokopi bukti terdaftar sebagai akuntan publik dari otoritas yang berwenang di pasar keuangan; 7. dokumen yang menyatakan bahwa Akuntan Publik merupakan rekan (partner) dari kantor akuntan publik dan mengajukan permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia; 8. informasi kantor akuntan publik dengan dilengkapi dokumen pendukung yang menjelaskan kantor akuntan publik, meliputi: a) fotokopi dari akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan terkait pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; b) fotokopi surat izin usaha kantor akuntan publik dari Menteri Keuangan; c) fotokopi surat persetujuan dari Menteri Keuangan mengenai pencantuman nama kantor akuntan publik asing

16 16 (KAPA), apabila kantor akuntan publik bekerjasama dengan KAPA; d) fotokopi surat persetujuan dari Menteri Keuangan mengenai pencantuman nama organisasi audit Indonesia (OAI) dan/atau organisasi audit asing (OAA), apabila kantor akuntan publik bekerjasama dengan OAI atau OAA; e) struktur organisasi kantor akuntan publik; dan f) dokumen yang menjelaskan bahwa dalam melakukan pemeriksaan, kantor akuntan publik menerapkan paling tidak 2 (dua) jenjang pengendalian. b. terkait kemampuan Akuntan Publik: 1. fotokopi bukti telah mengikuti pendidikan mengenai pasar keuangan; 2. surat pernyataan bermeterai cukup yang menjelaskan bahwa Akuntan Publik: a) tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan; b) sanggup untuk mengikuti program pendidikan berkelanjutan yang relevan; dan c) memahami dan mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan kode etik dan standar profesi, sebagaimana contoh dalam Lampiran II; 3. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi Surat Berharga

17 17 Komersial di Pasar Uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penerbitan Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penerbitan Surat Berharga Komersial; sebagaimana contoh dalam Lampiran III. c. terkait kantor akuntan publik: 1. surat pernyataan bermeterai cukup yang menjelaskan kantor akuntan publik memiliki dan menaati standar pengendalian mutu bagi kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit; 2. surat pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pimpinan kantor akuntan publik yang menyatakan bahwa pimpinan kantor akuntan publik bertanggungjawab atas pelaksanaan pedoman pengendalian mutu yang berlaku pada kantor akuntan publik yang bersangkutan, sebagaimana contoh dalam Lampiran III. (3) Dalam hal informasi kantor akuntan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 8 telah tercatat di Bank Indonesia, Akuntan Publik tidak perlu menyerahkan dokumen pendukung yang menjelaskan kantor akuntan publik kecuali dalam hal terdapat perubahan data.

18 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 14 (1) Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dokumen pendukung: a. terkait keabsahan Notaris: 1. fotokopi kartu tanda penduduk; 2. fotokopi surat keputusan pengangkatan sebagai notaris dari instansi terkait; 3. fotokopi berita acara sumpah notaris yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; 4. fotokopi bukti keanggotaan ikatan notaris Indonesia; 5. fotokopi bukti terdaftar sebagai notaris di pasar keuangan dari otoritas yang berwenang di pasar keuangan; dan 6. pas photo terbaru dengan ukuran 4x6 berwarna sejumlah satu lembar, b. terkait kemampuan Notaris: 1. fotokopi bukti telah mengikuti pendidikan mengenai pasar keuangan; 2. surat pernyataan bermeterai cukup yang menjelaskan bahwa Notaris: a) tidak pernah melakukan perbuatan tercela dan/atau dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan; dan b) sanggup untuk mengikuti program pendidikan berkelanjutan yang relevan, sebagaimana contoh dalam Lampiran II.

19 19 3. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penerbitan Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; dan c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penerbitan Surat Berharga Komersial, sebagaimana contoh dalam Lampiran III. 12. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 15 (1) Dalam hal Notaris berhalangan maka harus menunjuk notaris pengganti. (2) Penunjukan notaris pengganti harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai jabatan notaris. 13. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 17 Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 memiliki tugas melakukan kegiatan sebagai perantara dalam transaksi Surat Berharga Komersial.

20 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 18 (1) Perusahaan Efek atau Perusahaan Pialang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen pendukung: a. terkait keabsahan aspek kelembagaan: 1. informasi perusahaan; 2. daftar nama direksi dan dewan komisaris; 3. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; 4. fotokopi surat persetujuan izin kegiatan usaha sebagai perantara pelaksanaan transaksi dari otoritas yang berwenang di sektor keuangan. b. terkait kemampuan Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial: 1. prosedur operasi standar dalam kegiatan sebagai Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial; 2. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga

21 21 komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk perantara pelaksanaan transaksi Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait pelaksanaan transaksi Surat Berharga Komersial; dan d) menerapkan standar etika bertransaksi sesuai dengan pedoman perilaku (code of conduct), sebagaimana contoh dalam Lampiran III. 15. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 20 Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 memiliki tugas: a. mewakili kepentingan nasabah yang merupakan investor atau pemilik Surat Berharga Komersial dalam kegiatan penitipan kolektif Surat Berharga Komersial; b. meminta kepada investor Surat Berharga Komersial guna memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan data penyelesaian transaksi dan posisi kepemilikan Surat Berharga Komersial; dan c. tugas lain yang diperlukan untuk menatausahakan dan menyelesaikan transaksi Surat Berharga Komersial.

22 Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 21 (1) Bank yang melaksanakan kegiatan kustodian atau Perusahaan Efek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, harus mengajukan surat permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran I. (2) Surat permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan dokumen pendukung: a. terkait keabsahan aspek kelembagaan: 1. informasi perusahaan; 2. daftar nama direksi dan dewan komisaris; 3. fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang, berikut perubahan terakhirnya yang telah memperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang atau telah diterbitkan surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang; dan 4. fotokopi surat persetujuan izin kegiatan usaha Bank sebagai kustodian dari otoritas yang berwenang bagi Bank atau dokumen yang menerangkan bahwa Perusahaan Efek dapat melakukan administrasi rekening efek nasabah. b. terkait kemampuan Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial: 1. prosedur operasi standar dalam kegiatan sebagai Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial; dan

23 23 2. surat pernyataan bermeterai cukup terkait komitmen untuk: a) memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penerbitan dan transaksi surat berharga komersial di pasar uang sepanjang terdaftar di Bank Indonesia; b) memberikan jasa untuk penatausahaan dan penyelesaian transaksi Surat Berharga Komersial yang didaftarkan di Bank Indonesia; dan c) menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian jasa terkait penatausahaan dan penyelesaian transaksi Surat Berharga Komersial, sebagaimana contoh dalam Lampiran III. 17. Ketentuan Pasal 23 dihapus. 18. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 24 (1) Pengajuan permohonan untuk terdaftar di Bank Indonesia sebagai: a. Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16; dan/atau c. Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19,

24 24 ditujukan kepada: Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia Gedung C Lantai 5 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Surat elektronik: perizinan_pk@bi.go.id (2) Bank atau Perusahaan Efek yang mengajukan permohonan pendaftaran lebih dari 1 (satu) Lembaga Pendukung Pasar Uang dapat: a. mengajukan permohonan dalam 1 (satu) surat permohonan yang di dalamnya mencantumkan pilihan lembaga pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan b. menyerahkan 1 (satu) set dokumen pendukung untuk keperluan permohonan pendaftaran seluruh Lembaga Pendukung Pasar Uang dalam hal terdapat persyaratan dokumen pendukung yang sama antara persyaratan pendaftaran 1 (satu) Lembaga Pendukung Pasar Uang dengan persyaratan Lembaga Pendukung Pasar Uang yang lain. (3) Dalam hal Bank atau Perusahaan Efek telah terdaftar di Bank Indonesia sebagai salah satu Lembaga Pendukung Pasar Uang dan akan mendaftar sebagai Lembaga Pendukung Pasar Uang lain, Bank atau Perusahaan Efek tersebut cukup menyampaikan dokumen pendukung tambahan yang dipersyaratkan kecuali terdapat perubahan data. 19. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 25 (1) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan untuk terdaftar di Bank Indonesia sebagai:

25 25 a. Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16; dan c. Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19. (2) Untuk memberikan persetujuan atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan: a. penelaahan administratif atas seluruh dokumen yang dipersyaratkan; dan b. dalam hal diperlukan, meminta klarifikasi kepada pihak yang mengajukan permohonan pendaftaran. 20. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 29 (1) Bank Indonesia dapat mencabut status terdaftar sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (1) dalam hal: a. izin usaha atau izin profesi yang relevan dicabut oleh otoritas yang berwenang; b. Lembaga Pendukung Pasar Uang sudah tidak memenuhi ketentuan terkait kegiatan usaha dari otoritas yang berwenang; c. terdapat putusan badan peradilan terkait dengan kegiatan usaha Lembaga Pendukung Pasar Uang yang melakukan kegiatan terkait Surat Berharga Komersial di Pasar Uang; d. terdapat permintaan dari otoritas yang berwenang;

26 26 e. telah dikenakan sanksi penghentian sementara kegiatan di pasar Surat Berharga Komersial sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang; f. berdasarkan hasil pengawasan Bank Indonesia menunjukkan adanya permasalahan yang mempengaruhi kemampuan Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial, atau Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial dalam melakukan kegiatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang; dan/atau g. terdapat permintaan dari lembaga atau individu profesi yang bersangkutan. (2) Pencabutan status terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menghapuskan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial, dan/atau Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial. 21. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 30 (1) Dalam hal terjadi aksi korporasi berupa penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan dari Lembaga Pendukung Pasar Uang yang melakukan kegiatan terkait Surat Berharga Komersial maka:

27 27 a. apabila pihak yang menjadi surviving entity telah terdaftar di Bank Indonesia sebagai 1 (satu) atau beberapa Lembaga Pendukung Pasar Uang yang melakukan kegiatan terkait Surat Berharga Komersial, surviving entity dimaksud tidak perlu melakukan pendaftaran ulang namun harus menyampaikan dokumen terkini setelah terjadinya penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan; b. apabila pihak yang menjadi non-surviving entity merupakan pihak terdaftar di Bank Indonesia sebagai Lembaga Pendukung Pasar Uang, Bank Indonesia mencabut status terdaftar; atau c. apabila pihak yang menjadi surviving entity belum terdaftar di Bank Indonesia sebagai Lembaga Pendukung Pasar Uang yang melakukan kegiatan terkait Surat Berharga Komersial dan ingin terdaftar di Bank Indonesia, surviving entity harus mengajukan pendaftaran kepada Bank Indonesia. (2) Pencabutan persetujuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak menghapuskan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial, Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial, dan/atau Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial. 22. Di antara Pasal 31 dan Pasal 32 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 31A sehingga berbunyi sebagai Pasal 31A Dalam hal terdapat Bank atau Perusahaan Efek yang terdaftar di Bank Indonesia sebagai lebih dari 1 (satu) Lembaga Pendukung Pasar Uang, penyampaian laporan nontransaksional cukup disampaikan 1 (satu) kali guna

28 28 memenuhi seluruh kewajibannya sebagai Lembaga Pendukung Pasar Uang. 23. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 33 (1) Penyampaian laporan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) huruf a dilakukan untuk laporan yang terkait dengan aspek kemampuan Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial dalam menjalankan fungsinya. (2) Laporan secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. laporan peningkatan mutu, yang memuat kegiatan peningkatan pengetahuan dan kompetensi Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, otoritas terkait, dan/atau asosiasi profesi yang bersangkutan; dan b. laporan kegiatan pemberian jasa penerbitan Surat Berharga Komersial, yang memuat jasa yang diberikan terkait penerbitan Surat Berharga Komersial. (3) Apabila dalam 1 (satu) kantor terdapat beberapa Konsultan Hukum atau Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia maka laporan berkala cukup disampaikan dalam 1 (satu) laporan yang mencakup seluruh Konsultan Hukum atau Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. (4) Laporan berkala disampaikan dengan format sebagaimana contoh dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

29 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 35 (1) Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial wajib menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat perubahan data pendukung terkait aspek kelembagaan dan aspek kemampuan dalam menjalankan fungsinya. (2) Laporan insidental sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perubahan data dan/atau informasi sebagai a. untuk Bank atau Perusahaan Efek: 1. data dan/atau informasi lembaga, paling sedikit mengenai nama, alamat kantor korespondensi dan/atau kontak korespondensi; 2. akta pendirian; dan/atau 3. izin usaha atau surat persetujuan dari otoritas berwenang yang diberikan kepada Bank atau Perusahaan Efek untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan penata laksana (arranger) surat berharga. b. untuk Konsultan Hukum: 1. perubahan data dan/atau informasi kantor konsultan hukum, paling sedikit mengenai nama kantor konsultan hukum, alamat kantor korespondensi dan/atau kontak korespondensi; 2. dalam hal Konsultan Hukum pindah ke kantor konsultan hukum lain: a) Konsultan Hukum menyampaikan laporan mengenai data dan/atau informasi kantor konsultan hukum; b) apabila kantor konsultan hukum baru sudah memiliki rekan (partner) yang terdaftar di Bank Indonesia maka

30 30 Konsultan Hukum tidak perlu menyerahkan dokumen terkait kantor konsultan hukum kepada Bank Indonesia; atau c) apabila kantor konsultan hukum baru belum memiliki rekan (partner) yang terdaftar di Bank Indonesia maka Konsultan Hukum harus menyerahkan dokumen terkait kantor konsultan hukum kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a angka 6 dan angka 7; 3. perubahan perjanjian kerja sama dengan kantor konsultan hukum lain; 4. pemberhentian sebagai advokat sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai advokat; dan/atau 5. perubahan keanggotaan di himpunan konsultan hukum di pasar keuangan. c. untuk Akuntan Publik: 1. perubahan data dan/atau informasi kantor akuntan publik; 2. dalam hal Akuntan Publik pindah ke kantor akuntan publik lain: a) Akuntan Publik menyampaikan laporan mengenai data dan/atau informasi kantor akuntan publik; b) apabila kantor akuntan publik baru sudah memiliki rekan (partner) yang terdaftar di Bank Indonesia maka Akuntan Publik tidak perlu menyerahkan dokumen terkait kantor akuntan publik kepada Bank Indonesia; atau

31 31 c) apabila kantor akuntan publik baru belum memiliki rekan (partner) yang terdaftar di Bank Indonesia maka Akuntan Publik harus menyerahkan dokumen terkait kantor akuntan publik kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a angka 7 dan angka 8: d. untuk Notaris: 1. perubahan data dan/atau informasi kantor notaris; dan/atau 2. pemberhentian dari jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang yang mengatur mengenai jabatan notaris. 25. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 36 (1) Penyampaian laporan insidental kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak terdapat perubahan secara formal. (2) Dalam hal terdapat beberapa Konsultan Hukum atau Akuntan Publik dalam 1 (satu) kantor yang terdaftar di Bank Indonesia maka penyampaian laporan insidental cukup dilakukan dalam 1 (satu) laporan yang mencakup seluruh Konsultan Hukum atau Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia. (3) Laporan insidental disampaikan dengan format sebagaimana contoh dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.

32 Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 48 Penyampaian surat pengenaan sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, instansi, asosiasi, dan/atau lembaga profesi yang terkait. 27. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 50 (1) Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang mendapatkan sanksi penghentian sementara pemberian jasa dalam penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali, dikenakan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia. (2) Cara penghitungan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (3) Penyampaian surat pengenaan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, instansi, asosiasi, dan/atau lembaga profesi yang terkait.

33 Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 51 (1) Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial yang melakukan pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 37 ayat (5), dan Pasal 37 ayat (6) Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/9/PBI/2017 tentang Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial di Pasar Uang yang berdampak signifikan dan/atau menimbulkan kerugian, dikenakan sanksi berupa penghentian sementara pemberian jasa dalam penerbitan Surat Berharga Komersial selama 1 (satu) bulan sejak surat penghentian sementara disampaikan. (2) Penyampaian surat pengenaan sanksi penghentian sementara pemberian jasa dalam penerbitan Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, instansi, asosiasi, dan/atau lembaga profesi yang terkait. 29. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 54 Penyampaian surat pengenaan sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang dan/atau asosiasi yang terkait.

34 Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 56 (1) Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial yang mendapatkan sanksi penghentian sementara pemberian jasa perantara pelaksanaan transaksi Surat Berharga Komersial sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia. (2) Cara penghitungan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran VII. (3) Penyampaian surat pengenaan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Transaksi Surat Berharga Komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang dan/atau asosiasi yang terkait. 31. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 59 Penyampaian surat pengenaan sanksi teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan/atau asosiasi yang terkait.

35 Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 60 (1) Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial yang menerima sanksi administratif berupa teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) bulan, dikenakan sanksi penghentian sementara penerimaan penatausahaan Surat Berharga Komersial dari nasabah baru selama 1 (satu) bulan sejak surat teguran tertulis terakhir disampaikan. (2) Cara penghitungan sanksi penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana contoh dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (3) Penyampaian surat pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan/atau asosiasi terkait. 33. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai Pasal 61 (1) Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial yang mendapatkan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) sebanyak 3 (tiga) kali dikenakan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Penatausahaan dan Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia. (2) Cara penghitungan sanksi dikeluarkan dari daftar Lembaga Pendukung Penatausahaan dan

36 36 Penyelesaian Transaksi Surat Berharga Komersial yang terdaftar di Bank Indonesia sebagaimana contoh dalam Lampiran VII. (3) Penyampaian surat pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditembuskan kepada otoritas lain yang berwenang, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan/atau asosiasi yang terkait. 34. Lampiran I sampai dengan Lampiran VII diubah sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Pasal II Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2018 ANGGOTA DEWAN GUBERNUR, DODY BUDI WALUYO

37 PENJELASAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/38/PADG/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG I. UMUM Untuk mewujudkan pengembangan pasar uang yang likuid dan efisien, Bank Indonesia selaku otoritas di pasar uang mengatur, memberikan persetujuan terdaftar, mengembangkan dan mengawasi Lembaga Pendukung Pasar Uang yang akan terlibat dalam proses penerbitan Surat Berharga Komersial. Untuk meningkatkan kelancaran dan kemudahan proses penerbitan Surat Berharga Komersial, dilakukan penyempurnaan peraturan pelaksanaan yang berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan bagi Lembaga Pendukung Pasar Uang yang akan terlibat dalam proses penerbitan Surat Berharga Komersial sebelum melakukan kegiatan penerbitan Surat Berharga Komersial, transaksi Surat Berharga Komersial, serta penatausahaan dan penyelesaian transaksi Surat Berharga Komersial, yang terdiri dari aspek tugas, persyaratan, dokumen pendaftaran, pengungkapan informasi terkait hubungan afiliasi, penyampaian dan pemrosesan permohonan pendaftaran, dan tata cara pelaporan serta pengenaan sanksi.

38 2 II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 3 Bank, Perusahaan Efek, Lembaga Pemeringkat, Konsultan Hukum, Akuntan Publik, Notaris, dan lembaga lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia dapat menjadi Lembaga Pendukung Penerbitan Surat Berharga Komersial sepanjang telah memenuhi persyaratan dan mendapatkan persetujuan pendaftaran di Bank Indonesia. Angka 3 Pasal 4 Huruf a Angka 1 Angka 2 Dokumen pembelian Surat Berharga Komersial mencantumkan klausul bahwa nasabah menyetujui untuk memberikan data nasabah dan transaksi yang dilakukan kepada Bank Indonesia. Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Huruf b

39 3 Huruf c Angka 4 Pasal 6 Angka 5 Pasal 7 Huruf a Huruf b Mempersiapkan hal-hal lain yang diperlukan terkait penerbitan Surat Berharga Komersial misalnya kegiatan memeriksa penjelasan ikhtisar data keuangan penting yang dicantumkan dalam dokumen memorandum informasi. Angka 6 Pasal 8 Angka 7 Pasal 10 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Angka 1 Informasi perusahaan paling sedikit meliputi nama, alamat kantor pusat, dan kontak korespondensi. Angka 2 Angka 3

40 4 Angka 4 Yang dimaksud dengan izin kegiatan usaha penata laksana (arranger) adalah izin usaha yang relevan dengan penerbitan surat berharga. Huruf b Angka 1 Dokumen operasi standar disiapkan untuk mengantisipasi kegiatan penata laksana (arranger) penerbitan Surat Berharga Komersial. Angka 2 Angka 3 Angka 4 Surat pernyataan ditandatangani oleh pejabat yang memiliki kuasa untuk menandatangani dokumen berdasarkan akta pendirian. Angka 8 Pasal 11 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Angka 1 Informasi perusahaan paling sedikit meliputi nama perusahaan, alamat kantor, dan kontak korespondensi; Angka 2 Daftar riwayat hidup paling kurang berisi: 1. data diri dilengkapi dengan pasfoto terbaru ukuran 4 x 6 dan fotokopi kartu tanda identitas, contohnya kartu tanda penduduk atau paspor; 2. riwayat pendidikan dan sertifikasi; dan

41 5 3. daftar pengalaman paling kurang selama 2 (dua) tahun terakhir. Angka 3 Angka 4 Yang dimaksud izin usaha adalah izin usaha untuk dapat bertindak sebagai Lembaga Pemeringkat yang melakukan kegiatan penilaian terhadap Korporasi-Non Bank yang akan menerbitkan surat berharga dan surat berharga yang akan diterbitkan. Angka 5 Huruf a) Data orang-perseorangan paling kurang meliputi nama dan besarnya kepemilikan saham. Huruf b) Data badan hukum paling kurang meliputi nama badan hukum, bidang usaha, dan besarnya kepemilikan saham. Huruf b Angka 1 Struktur organisasi Lembaga Pemeringkat harus menggambarkan independensi dalam proses pemeringkatan. Angka 2 Data pegawai disusun dalam bentuk daftar yang berisi informasi mengenai: 1. nama pegawai; 2. jabatan; 3. pendidikan terakhir; dan 4. sertifikasi (jika ada). Dokumen data pegawai sebagaimana dimaksud di atas harus ditandatangani oleh pejabat yang berwenang serta dilampirkan fotokopi identitas pegawai dan fotokopi kartu

42 6 tanda penduduk atau paspor yang masih berlaku. Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Adanya komite pemeringkat dimaksudkan untuk memastikan adanya proses pemeringkatan yang independen, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Angka 7 Surat pernyataan ditandatangani oleh pejabat yang memiliki kewenangan untuk menandatangani dokumen berdasarkan akta pendirian. Angka 9 Pasal 12 Ayat (1) Surat permohonan pendaftaran diajukan oleh Konsultan Hukum secara individual. Ayat (2) Huruf a Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Yang dimaksud dengan pasar keuangan adalah pasar uang dan pasar modal.

43 7 Contoh himpunan konsultan hukum di pasar keuangan adalah himpunan konsultan hukum pasar modal. Angka 5 Yang dimaksud dengan pasar keuangan adalah pasar uang dan pasar modal. Angka 6 Dokumen ditandatangani pejabat yang memiliki kewenangan untuk menandatangani dokumen berdasarkan akta pendirian. Angka 7 Informasi kantor konsultan hukum paling kurang berisi informasi nama, alamat, dan kontak korespondensi. Huruf a) Huruf b) Huruf c) Kantor konsultan hukum harus melakukan kerja sama dengan kantor konsultan hukum lain yang memiliki rekan (partner) Konsultan Hukum yang merupakan anggota perhimpunan konsultan hukum di pasar keuangan. Huruf d) Struktur organisasi kantor konsultan hukum memperlihatkan pimpinan, susunan rekan (partner), pengawas menengah, dan staf pelaksana. Huruf b Angka 1 Angka 2 Yang dimaksud dengan pendidikan berkelanjutan adalah pendidikan yang relevan

44 8 dengan profesi konsultan hukum khususnya terkait dengan pasar keuangan. Angka 3 Angka 4 Surat pernyataan bermeterai cukup ditandatangani Konsultan Hukum yang mengajukan permohonan pendaftaran kepada Bank Indonesia. Huruf a) Huruf b) Yang dimaksud dengan program pendidikan berkelanjutan yang relevan adalah program pendidikan terkait dengan bidang keuangan yang diikuti oleh Konsultan Hukum. Huruf c) Angka 5 Surat pernyataan bermeterai cukup ditandatangani pejabat kantor konsultan hukum yang memiliki kewenangan untuk menandatangani dokumen berdasarkan akta pendirian. Ayat (3) Dalam hal informasi kantor konsultan hukum telah tercatat di Bank Indonesia maka dokumen pendukung yang menjelaskan kantor konsultan hukum dapat digantikan dengan surat pernyataan yang menerangkan bahwa informasi kantor konsultan hukum telah disampaikan kepada Bank Indonesia.

45 9 Angka 10 Pasal 13 Ayat (1) Surat permohonan pendaftaran diajukan oleh Akuntan Publik secara individual. Ayat (2) Huruf a Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Informasi kantor akuntan publik paling kurang berisi informasi nama, alamat dan kontak korespondensi. Huruf a) Huruf b) Huruf c) Huruf d) Huruf e) Struktur organisasi kantor akuntan publik memperlihatkan susunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TENTANG LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/ 7/PADG/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/5/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/5/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/5/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

FAQ terkait PADG Penerbitan dan Transaksi. Surat Berharga Komersial (SBK)

FAQ terkait PADG Penerbitan dan Transaksi. Surat Berharga Komersial (SBK) FAQ terkait PADG Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial (SBK) Ketentuan Umum 1. Apa tujuan penerbitan Peraturan Anggota Dewan Gubernur (PADG)? Penerbitan dan Transaksi Surat Berharga Komersial

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN DENGAN

Lebih terperinci

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa

No pengaturan dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta penjelasannya. Dalam Pasal 70 tersebut diatur bahwa TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6100 PERBANKAN. BI. Pasar Uang. Surat Berharga. Penerbitan. Transaksi. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 164) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t No.85, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Kode Etik Pasar. Tresuri. Penerapan. Sertifikasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6046) PERATURAN BANK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/5/PBI/2017 TENTANG SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/5/PBI/2017 TENTANG SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/5/PBI/2017 TENTANG SERTIFIKASI TRESURI DAN PENERAPAN KODE ETIK PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26 /POJK.04/2016 TENTANG PRODUK INVESTASI DI BIDANG PASAR MODAL DALAM RANGKA MENDUKUNG UNDANG-UNDANG TENTANG

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 66 /POJK.04/2017 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan No.289, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Penilai. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6157) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2016 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5896). PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.145, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Pengampunan Pajak. Investasi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5906) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 68 /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

FAQ TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL (SBK)

FAQ TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL (SBK) 1 FAQ TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL (SBK) Ketentuan Umum 1 Apa tujuan diterbitkannya PBI ini? Pembangunan perekonomian nasional membutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang semakin besar dan terdiversifikasi.

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG KONSULTAN HUKUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

BATANG TUBUH PENJELASAN

BATANG TUBUH PENJELASAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2016 TENTANG TATA CARA DALAM MENGGUNAKAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK BAGI LEMBAGA YANG DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27/POJK.04/2014 Tentang Perizinan Wakil Penjamin Emisi Efek dan Wakil Perantara Pedagang Efek DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontr LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.362, 2014 KEUANGAN. OJK. Penjamin Emisi Efek. Perantara. Wakil. Perizinan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5636) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2016 PERBANKAN. BI. Uang. Pasar. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5909) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/1/PADG/2018 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/1/PADG/2018 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/1/PADG/2018 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahan No.360, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Manajer Investasi. Wakil. Perizinan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5634) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25/POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN WAKIL MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

No. 5/29/DPD Jakarta, 18 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

No. 5/29/DPD Jakarta, 18 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING No. 5/29/DPD Jakarta, 18 November 2003 SURAT EDARAN Kepada SEMUA PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING Perihal : Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing Sehubungan dengan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM No.288, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Kegiatan. Notaris. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6156) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional yang berkesinambungan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/13/PBI/2017 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TERKAIT HUBUNGAN OPERASIONAL BANK UMUM DENGAN BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/11/PBI/2016 TENTANG PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

A. CONTOH PERHITUNGAN JANGKA WAKTU

A. CONTOH PERHITUNGAN JANGKA WAKTU LAMPIRAN I PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/1/PADG/2018 TANGGAL 2 JANUARI 2018 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG A. CONTOH PERHITUNGAN JANGKA WAKTU 1. Contoh

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Umum Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tanggal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/15/PADG/2017 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENYAMPAIAN INFORMASI, DAN PEMANTAUAN PENYELENGGARA TEKNOLOGI FINANSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambah

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambah No.50, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Pasar Uang. Sertifikat Deposito. Transaksi. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6034) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN No.293, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Manajer Investasi. Prinsip Syariah. Penerapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5983) PERATURAN

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.04/2017 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah Sehubungan dengan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016 Yth. 1. Direksi Perusahaan Perasuransian; 2. Pengurus dan Pelaksana Tugas Pengurus Dana Pensiun; 3. Direksi Perusahaan Pembiayaan; 4. Direksi Lembaga Penjamin; 5. Direksi Perusahaan Modal Ventura; dan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara

Lebih terperinci

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.03/2015 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA BAGI ANGGOTA DIREKSI DAN ANGGOTA DEWAN KOMISARIS BANK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG Yth. Direksi Perusahaan Pergadaian di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN PELAKU USAHA PERGADAIAN, PERIZINAN USAHA PERUSAHAAN PERGADAIAN, DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERIHAL LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG

PERIHAL LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG LAMPIRAN I PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/9/PADG/2017 TANGGAL 4 SEPTEMBER 2017 PERIHAL LEMBAGA PENDUKUNG PASAR UANG YANG MELAKUKAN KEGIATAN TERKAIT SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG CONTOH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.412, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Lembaga Keuangan Mikro. Perizinan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5830). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.164, 2015 KEUANGAN. OJK. Sertifikat Deposito. Bank. Penerbitan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5718) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.05/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN

Lebih terperinci

CONTOH PERHITUNGAN TENOR

CONTOH PERHITUNGAN TENOR LAMPIRAN I TANGGAL 19 JUNI 2017 PERIHAL TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG CONTOH PERHITUNGAN TENOR Contoh 1: Bank A menerbitkan Sertifikat Deposito yang ditransaksikan di Pasar Uang sebagai berikut:

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

-2- Untuk itu, dalam rangka menjaga kepercayaan publik terhadap kualitas informasi keuangan, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan harus menj

-2- Untuk itu, dalam rangka menjaga kepercayaan publik terhadap kualitas informasi keuangan, Pihak yang Melaksanakan Kegiatan Jasa Keuangan harus menj TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 62) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/ 2 /PBI/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/ 2 /PBI/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/ 2 /PBI/2017 TENTANG TRANSAKSI SERTIFIKAT DEPOSITO DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 1/PBI/2002 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR BANK BERDASARKAN PRINSIP

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 2 /PBI/2011 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kompleksitas kegiatan usaha

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa No.137, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Efek. Syariah. Kriteria. Penerbitan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6083) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T No.577, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPS. Penanganan Bank Sistemik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 16) PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-151/BL/2009 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR /PMK.01/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PEMILIK MANFAAT DARI KORPORASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN TINDAK

Lebih terperinci

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert

2016, No Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar sert BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2016 KEMENKUMHAM. Perseroan Terbatas. Permohonan. Perubahan. Anggaran Dasar. Penyampaian Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci