BAB I PENDAHULUAN. sangat dinamis. Sungai seperti urat nadi dalam suatu DAS yang mengalir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sangat dinamis. Sungai seperti urat nadi dalam suatu DAS yang mengalir"

Transkripsi

1 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi ekosistem Daerah Aliran (DAS) di Indonesia saat ini sangat dinamis. seperti urat nadi dalam suatu DAS yang mengalir melewati berbagai bentuk bentang alam, menjadi sumber kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Air sebagai integrator dalam sebuah ekosistem DAS akan mencerminkan segala tekanan antropogenik yang dialaminya (Simamora et al., 2012). Dampak dari perubahan pola pemanfaatan lahan dalam suatu DAS seperti lahan pertanian, tegalan dan pemukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan mempengaruhi kondisi hidrologis DAS (Agustiningsih et al., 2012). Ekosistem DAS yang telah mengalami degradasi dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai serta tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Penurunan kualitas air merupakan salah satu permasalahan degradasi lingkungan yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang. Melalui pendekatan ekonomi, Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia telah menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Jumlah tersebut merupakan biaya kerugian akibat pencemaran air, mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi. Dampak dari pencemaran air yang tidak ternilai jumlah kerugiannya adalah terganggunya fungsi lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2009). 1

2 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 2 Terjadinya degradasi lingkungan akan mempengaruhi kualitas lingkungan hidup dan sosial. Lingkungan yang tidak sehat dan kemiskinan merupakan dua hal yang saling berhubungan (Miller dan Rose, 1990). Sanchez (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lingkungan sungai. Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Ayat (1) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Berdasarkan amanat tersebut, melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga ditegaskan kembali dalam Pasal 65 Ayat (1), bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Status Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 menyebutkan bahwa sembilan sungai utama di Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengalami penurunan kualitas, dan dikategorikan tercemar berat (Bapedal DIY, 2012). Gajahwong sebagai sungai utama di Sub DAS Gajahwong, merupakan salah satu dari sembilan sungai yang telah mengalami penurunan kualitas karena terkontaminasi oleh limbah. Upaya peningkatan kualitas air melalui Program Kali Bersih (Prokasih) pada Gajahwong telah dilakukan, namun baku mutu parameter kualitas airnya masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan. Upaya pengendalian pencemaran air dan peningkatan kualitas air memerlukan partisipasi dari semua pihak. Hal ini juga telah diamanatkan dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

3 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 3 Lingkungan Hidup Pasal 65 Ayat (2), bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi has atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selama ini sungai yang melewati daerah perkotaan umumnya kurang layak untuk dilihat dan kondisi ekosistem perairannya telah terganggu, seperti halnya yang terjadi di Gajahwong. Meskipun demikian, tidak seluruhnya bagian Gajahwong kurang layak untuk dilihat. Telah muncul kepedulian dari masyarakat pemukiman padat penduduk di beberapa penggal ruas bantaran Gajahwong. Berkat dukungan berbagai pihak, berhasil memperoleh penghargaan Indonesia Millenium Development Goals (MDGs) Award 2012 (Antara News, 2013). Hal seperti ini dapat terus diupayakan agar masyarakat tergerak untuk terus berpartisipasi melestarikan lingkungan, khususnya pada DAS yang telah mengalami degradasi lingkungan. Rumusan Masalah Perubahan sistem penggunaan lahan dan aktivitas masyarakat pada suatu DAS akan mempengaruhi komponen-komponen di dalamnya. Sub DAS Gajahwong merupakan suatu lanskap yang membentang dari hulu ke hilir dengan bentuk penggunaan lahan yang beragam. Penurunan kualitas ekosistem perairan Gajahwong diantaranya disebabkan oleh tingginya intensitas pencemaran limbah sungai akibat aktivitas manusia di beberapa wilayah Sub DAS Gajahwong. Bagian hulu yang dulunya berfungsi sebagai kawasan lindung, telah berubah fungsi menjadi kawasan budidaya terlihat dari bentuk penggunaan lahan yang ada saat ini. Pembukaan lahan untuk pemukiman, pertanian dan industri di bagian

4 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 4 hulu dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan fungsi maupun penurunan kualitas ekosistem DAS. Sementara itu, permasalahan juga terjadi di bagian tengah dan hilir, serta di sepanjang bantaran sungai, sehingga ekosistem perairan sungai juga mengalami penurunan kualitas air atau mengalami pencemaran. Masyarakat dan lingkungannya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Namun demikian, cara pandang masyarakat terhadap lingkungannya sangat beragam. Program-program dalam rangka menyelesaikan permasalahan lingkungan saat ini banyak yang bersifat top-down, sehingga ditemui banyak kendala di lapangan. Kendala tersebut diantaranya adalah perbedaan cara pandang antara pembuat kebijakan dan masyarakat. Oleh karena itu, menyamakan sudut pandang atau persepsi merupakan salah satu kunci dalam pengambilan keputusan, agar masyarakat mau berpartisipasi aktif sehingga program dapat efektif dan terus berkelanjutan. Dalam rangka pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai pemerintah telah menggalakkan Program Kali Bersih (Prokasih). Melalui program ini, upaya peningkatan kualitas air melibatkan partisipasi masyarakat diantaranya dengan gerakan kebersihan sungai. Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam pengendalian pencemaran air dan peningkatan kualitas air sungai menjadi salah satu tujuan dari program tersebut. Selain itu, telah muncul pula beberapa wadah atau forum komunikasi dari berbagai lapisan masyarakat. Masyarakat memiliki peranan penting dalam keberlanjutan upaya peningkatan kualitas ekosistem perairan sungai. Masyarakat memiliki hak untuk

5 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 5 berpartisipasi dalam upaya tersebut. Bentuk partisipasi masyarakat telah banyak digunakan sebagai salah satu strategi dalam pengelolaan sumberdaya alam yang bersifat partisipatif. Pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air secara partisipatif sangat penting dan telah banyak dilakukan, namun terkendala dalam keberlanjutan pelaksanaannya. Pengendalian pencemaran secara partisipatif merupakan pendekatan yang lebih mengarah pada konsep keadilan lingkungan. Selain itu, dalam pelaksanaan Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, juga berdasarkan asas partisipatif, sehingga konsep partisipatif dan keadilan merupakan dua konsep yang saling mendukung. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencoba mengeksplorasi fenomena sosial masyarakat, khususnya mengenai kualitas air sungai sebagai salah satu permasalahan dalam pengelolaan DAS. Beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir? b. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong? c. Bagaimana sebaiknya strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong?

6 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 6 Tujuan Penelitian a. Mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir. b. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong. c. Merumuskan strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong. 4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini di antaranya adalah : a. Sebagai referensi dan masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta, serta Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pengambilan keputusan untuk menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian terkait dengan pengendalian pencemaran air. 5. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai kualitas air di Sub DAS Gajahwong dan program pengendalian pencemaran serta peningkatan kualitas air sungai. Peneliti mencoba

7 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 7 membandingkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Widyastuti dan Marfa i (2004) melakukan penelitian mengenai kualitas air di Gajahwong terkait daya tampung terhadap beban pencemaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air secara fisik, kimia dan biologi terdapat fluktuasi nilai, kecenderungan meningkat ke arah hulu. Pemanfaatan lahan di Sub DAS Gajahwong memepengaruhi kualitas air sungai dan diidentifikasi sebagai sumber pencemar. Peneliti mengasumsikan bahwa saat ini kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, et al. (2012). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas air sungai Prokasih ( Code, Winongo dan Gajahwong) berada di atas ambang batas yang ditentukan. Penentuan kualitas air tersebut dilakukan dengan pengambilan sampel air. Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengkaji kondisi kualitas air di Gajahwong berdasarkan data sekunder dari pengambilan sampel tahun Peneliti mencoba menganalisis berdasarkan hasil identifikasi sumber pencemar mulai dari bagian hulu, tengah dan bagian hilir Sub DAS Gajahwong. Penelitian mengenai kualitas air dengan menganalisis sumber pencemar juga telah dilakukan oleh Setiari, et al. (2012) di Tukad Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan metode pengambilan sampel dan analisis Indeks Pencemaran.

8 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 8 Penelitian mengenai kualitas air dan strategi pengendalian air sungai juga telah dilakukan oleh Agustiningsih (2012) di Blukar Kabupaten Kendal, dengan metode pengambilan sampel air sungai dan pengumpulan data prioritas strategi dilakukan dengan wawancara mendalam. Analisis data mutu air dilakukan melalui metode indeks pencemaran dan analisis prioritas strategi pengendalian pencemaran menggunakan analisis AHP (Analitical Hierarchy Process). Penelitian terkait strategi pengendalian pencemaran air berbasis masyarakat di Sub DAS Gajahwong juga telah dilakukan oleh Lestariningsih (2014). Salah satu tujuan pada penelitian tersebut adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap program pengendalian pencemaran air melalui kuesioner. Selanjutnya, strategi pengendalian pencemaran air dilakukan dengan melakukan analisis SWOT. Menurut Lestariningsih (2014) strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong berdasarkan analisis SWOT dilakukan dengan meningkatkan identifikasi sumber pencemar air, pemantauan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah, meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dan masyarakat, meningkatkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung pengendalian pencemaran air sungai, serta meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan. Sementara itu, penelitian mengenai pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif juga telah dilakukan oleh Basuki (2010) terhadap kualitas lahan dan air untuk program penatagunaanlahan di Laos. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR), survei lapangan dan survei desa, serta studi literatur. Menurut

9 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 9 Basuki (2010) integrasi pendekatan ilmiah dan lokal menyediakan formulasi sistem pengendalian pencemaran yang lebih akurat dan bermakna. Sistem pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partispatif dilakukan berdasarkan lokasi dan fokus kegiatan. Hasil pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif diharapkan dapat menjadi informasi untuk membuat laporan kepada pengambil kebijakan mengenai dampak tataguna lahan terhadap produktivitas lahan dan kelayakan air minum. Pada penelitian ini peneliti mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan persepsi masyarakat dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci. Selanjutnya persepsi masyarakat tersebut menjadi dasar dalam menyusun strategi pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai yang berbasis partisipasi masyarakat. Strategi ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelolaan DAS yang selama ini telah dijalankan sehingga dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan DAS secara lebih berkeadilan. Keaslian penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas kemudian perbandingan antara beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Adapun perbandingan tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel sebagaimana disajikan dalam Tabel

10 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Tabel Keaslian Penelitian No. Nama Peneliti (Tahun) Widyastuti & Marfa I (2004) Judul Penelitian Kajian Daya Tampung Gajahwong Terhadap Beban Pencemaran Tujuan Penelitian Mengetahui kualitas air sungai; Mengidentifikasi sumber pencemaran potensial; Mengevaluasi daya tampung air sungai terhadap beban pencemaran. Metode Penelitian Observasi, pengukuran lapangan, uji laboratorium terhadap sampel air sungai, metode neraca massa. Hasil/Temuan Penelitian Yuliana, et al. (2012) Pengaruh Program Kali Bersih terhadap Kesehatan Kawasan Lingkungan di Yogyakarta Mengevaluasi Program Kali Bersih (Prokasih) melalui parameter kualitas air sungai; Mengetahui pengaruh Prokasih terhadap kesehatan lingkungan sungai; Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat sekitar sungai Prokasih. 10 Pengambilan sampel air, kuesioner dan wawancara, analisis regresi sederhana dan berganda. Kualitas air Gajahwong baik secara fisik, kimia, maupun biologi pada lokasi pengamatan terdapat fluktuasi nilai, kecenderungan konsentrasi meningkat ke arah hulu; kecuali logam berat (Cr, Cu, Cd) tidak terdeteksi. Pemanfaatan lahan pada DAS Gajahwong mempengaruhi kualitas air sungai dan diidentifikasi sebagai sumber pencemar; Daya tampung Gajahwong terhadap beban pencemaran di bagian hulu dan bagian tengah sangat baik, sedangkan semakin ke arah hilir kurang baik. Program Kali Bersih belum cukup mampu mencapai tujuan program, terlihat dari masih lemahnya sistem kelembagaan dan rendahnya kesadaran dunia usaha, mengakibatkan kualitas air sungai Prokasih (parameter kualitas air menurut PP No.82 tahun 2001) berada di atas ambang batas yang ditentukan. Rendahnya kualitas air sungai akan berdampak kepada masyarakat pengguna air tersebut, sementara program kali bersih tidak berdampak

11 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 11 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian Setiari, et al. (2012) Lanjutan Tabel 1 4. Lestariningsih (2014) Identifikasi Sumber Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi di Kabupaten Tabanan dengan Metode Indeks Pencemaran Strategi Pengendalian Pencemaran Air Berbasis Masyarakat di DAS Gajahwong 4. Menentukan karakter sumber pencemar yang berdampak pada perubahan kualitas air secara fisik, kimia, dan biologi pada teugah dan hilir. Menentukan Indcks Pencemaran pada hulu, tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Metode pengambilan sampel air adalah sampel gabungan (composite sample). Metode untuk mengetahui Status Mulu Air dengan Metode lndeks Pencemaran Mengetahui dampak pencemaran air sungai; Mengetahui persepsi masyarakat terhadap program pengendalian pencemaran air; Mengetahui kesukarelaan membayar (WTP) program pengendalian pencemaran air; Mengetahui faktor yang Kuesioner dan wawancara, analisis regresi liner berganda, analisis deskritif kualitatif dan kuantitatif, analisis SWOT terhadap peningkatan kesehatan lingkungan sungai. Tingkat kesadaran masyarakat secara individual cukup tinggi dalam menjaga kualitas air sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pada Tukad Yeh Sungi didominasi oleh kegiatan pertanian, pemukiman, petemakan dalam skala rumah tangga dan industri yang terdapat di daerah hilir. Status mutu Tukad Yeh Sungi pada bagian hulu masih memenuhi kualitas air kelas 1 sedangkan pada bagian tengah dan hilir tergolong tercemar ringan. Parameter kualitas air yang melampaui Baku Mutu Air kelas 1 di Tukad Yeh Sungi yaitu Total Fosfat dan Faecal coliform pada bagian tengah dan bagian hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencemaran air Gajahwong berdampak buruk terhadap kegiatan ekonomi responden di bagian hulu, sedangkan di bagian tengah berdampak pada kesehatan dan di bagian hilir berdampak pada kegiatan sehari-hari. Tingkat persepsi responden terhadap program pengendalian pencemaran air sungai di hulu lebih tinggi dibandingkan persepsi responden di

12 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 12 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian 5. Tujuan Penelitian mempengaruhi nilai WTP; Menyusun strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian Agustiningsih, et al. (2012) Kajian Kualitas Air Blukar Kabupaten Kendal dalam Upaya Pengendalian Menganalisis kondisi kualitas air sungai Blukar; Menyusun strategi pengendalian Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran, analisis kegiatan masyarakat dengan deskriptif tengah dan hilir. Nilai kemauan membayar program tersebut di hilir lebih tinggi yaitu Rp 4.700,00/ KK/ bulan. Faktor yang pengaruhnya positif terhadap nilai WTP baik di hulu, tengah, dan hilir adalah pendapatan rumah tangga dan persepsi, sedangkan faktor yang pengaruhnya berbanding terbalik dengan WTP yaitu umur responden, jumlah anggota rumah tangga, dan pengeluaran. Strategi pengendalian pencemaran air Gajahwong berdasarkan analisis SWOT dilakukan dengan meningkatkan identifikasi sumber pencemar air, pemantauan dan pengawasan terhadap pembuangan limbah, meningkatkan pembinaan terhadap pelaku usaha dan masyarakat, meningkatkan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendukung pengendalian pencemaran air sungai, serta meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan. Kualitas air sungai Blukar mengindikasikan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air dari hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai indeks pencemaran yang cenderung

13 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Lanjutan Tabel 1 No. Nama Peneliti (Tahun) 13 Judul Penelitian Tujuan Penelitian pencemaran air sungai. Pencemaran Air Metode Penelitian kualitatif, serta strategi pengendalian pencemaran dengan AHP. 6. Basuki (2010) Formulasi Pemantauan Partisipatif Kualitas Lahan dan Air untuk Program Penatagunaan Lahan di Laos Memformulasikan sistem pemantauan partisipatif untuk evaluasi dampak penatagunaan lahan terhadap produktivitas lahan dan kualitas air minum. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan penelitian aksi partisipatif (PAR/participatory action research) dan survei lapangan serta survei desa. 7. Arumi (2017) Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Kualitas Air Analisis kualitas air dilakukan dengan penentuan status mutu air menggunakan metode Mengkaji kondisi kualitas air di Sub DAS Gajahwong berdasarkan Hasil/Temuan Penelitian semakin meningkat, yaitu dengan nilai indeks pencemaran berkisar antara 0,49 sampai 3,28. Status mutu air sungai Blukar telah tercemar dengan status cemar ringan. Strategi pengendalian pencemaran air sungai difokuskan pada peningkatan peran masyarakat baik masyarakat umum, petani maupun industri dalam upaya pengendalian pencemaran air melalui kegiatan sanitasi berbasis masyarakat, pengurangan penggunaan pupuk tunggal dan pestisida serta pengelolaan limbah industri. Integrasi pendekatan ilmiah dan lokal menyediakan formulasi sistem pengendalian pencemaran yang lebih akurat dan bermakna. Sistem pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partispatif dilakukan berdasarkan lokasi dan fokus kegiatan. Hasil pengendalian pencemaran dan peningkatan kualitas air sungai secara partisipatif diharapkan dapat menjadi informasi untuk membuat laporan kepada pengambil kebijakan mengenai dampak tataguna lahan terhadap produktivitas lahan dan kelayakan air minum Hasil analisis kualitas air Gajahwong menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air dari

14 di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta 14 No. Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian dan Strategi Pengendalian Pencemaran di Sub Daerah Aliran Gajahwong Daerah Istimewa Yogyakarta Tujuan Penelitian sumber pencemar di bagian hulu, tengah dan hilir. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap kondisi kualitas air Gajahwong. Merumuskan strategi pengendalian pencemaran dalam rangka peningkatan kualitas air sungai di Sub DAS Gajahwong. Metode Penelitian Hasil/Temuan Penelitian STORET, analisis persepsi masyarakat dengan deskriptif kualitatif metode induktif, serta analisis strategi pengendalian pencemaran. hulu ke hilir yang ditandai dengan nilai STORET di hulu -91, di tengah 94, dan di hilir -96, dengan status cemar berat. Sumber pencemar tak tentu di bagian hulu didominasi oleh penggunaan lahan pertanian, di bagian tengah dan hilir permukiman. Sumber pencemar tertentu di bagian hulu berasal dari kegiatan hotel, di bagian tengah dan hilir berasal dari kegiatan restoran. Persepsi masyarakat terhadap kualitas air sungai mencakup kondisi Sub DAS Gajahwong dan permasalahannya, pemanfaatan sungai, penyebab dan dampak pencemaran sungai, upaya pengendalian pencemaran sungai, peran pemerintah, kepedulian dan peran serta masyarakat, serta hak dan kewajiban terhadap lingkungan, sehingga muncul konsep peningkatan kualitas air, kebijakan pemerintah, partisipasi masyarakat dan keadilan terhadap lingkungan Strategi pengendalian pencemaran air sungai di Sub DAS Gajahwong dilakukan melalui aspek pengelolaan, hukum, kelembagaan dan lingkungan.

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan penduduk yang semakin meningkat, pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang banyak ditemui pada daerah dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi pada pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran sungai di Yogyakarta yang terjadi beberapa tahun belakangan ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. Adanya masukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan paling vital bagi kehidupan mahkluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh ABSTRAK Penampakan fisik Tukad Badung terlihat berwarna kecoklatan, air kotor, dan bau limbah dari rumah tangga. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung terus berkembang dengan melakukan pembangunan di segala bidang yang diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan, sehingga menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Hutan Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang memiliki karakter unik sebagai resultante aksi dan interaksi dari berbagai faktor, baik alami maupun pengaruh

Lebih terperinci

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas

~ 53 ~ PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup Jelas. Pasal 2 Cukup Jelas. Pasal 3 Cukup Jelas ~ 51 ~ PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN 2015-2035 I. UMUM 1. Ruang Wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. yang semakin kritis. Perilaku manusia dan pembangunan yang tidak

BAB I. Pendahuluan. yang semakin kritis. Perilaku manusia dan pembangunan yang tidak BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Usaha konservasi menjadi kian penting ditengah kondisi lingkungan yang semakin kritis. Perilaku manusia dan pembangunan yang tidak mengedepankan aspek lingkungan menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu bentuk ekosistem yang secara umum terdiri dari wilayah hulu dan hilir. Wilayah hulu DAS didominasi oleh kegiatan pertanian lahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat terutama di wilayah perkotaan menimbulkan dampak yang sangat serius terhadap penurunan daya dukung lingkungan. Dampak

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Namun demikian, air akan berdampak negatif apabila tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia

BAB I PENDAHULUAN. biotik maupun abiotik, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya alam adalah segala yang ada di alam yang dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua kekayaan bumi, baik biotik maupun abiotik, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MOR 32 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PROGRAM KALI BERSIH TAHUN 2012 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat ekologi dari pola ruang, proses dan perubahan dalam suatu

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Sungai Citarum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat banyak sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai tersebut. Banyak di berbagai daerah yang memiliki

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan kurang lebih 17.508 buah pulau dan mempunyai panjang garis pantai 81.791 km (Supriharyono, 2002).

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan telah memunculkan kota sebagai pusat-pusat kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan telah memunculkan kota sebagai pusat-pusat kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan telah memunculkan kota sebagai pusat-pusat kegiatan perekonomian dan sebagai pusat pembangunan infrastruktur untuk menunjang kegiatannya. Hal ini memicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran sungai di Yogyakarta yang terjadi beberapa tahun belakangan ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan. Pembuangan limbah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Jawa Barat dan merupakan sumber air yang penting bagi masyarakat di sekitarnya yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. telah dijabarkan pada bagian bab 5, maka pada bagian ahir ini dapat ditarik beberapa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. telah dijabarkan pada bagian bab 5, maka pada bagian ahir ini dapat ditarik beberapa BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan merupakan hasil akhir yang diperoleh dari serangkaian tahapan penenlitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan yang telah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015 Oleh : Prabang Setyono & Widhi Himawan Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : prabangsetyono@gmail.com 1 widhi_himawan@rocketmail.com 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci