PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD (Skripsi) Oleh HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD (Skripsi) Oleh HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD (Skripsi) Oleh HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

2 ABSTRAK PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD OLEH: HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN Masalah dalam penelitian ini adalah sebagian besar guru pendidikan anak usia dini belum menerapkan metode bercerita. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan metode bercerita. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 100 guru dari 17 Taman Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Tanjung Senang, dengan sampel penelitian 80 guru yang dilakukan dengan teknik proporsional. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan dokumentasi. Hasil penelitian yang di dapat ialah 6 guru atau 7,81% berada dalam kategori tahu, 55 guru atau 69,12% berada dalam kategori kurang tahu dan 19 guru atau 24,06% berada dalam kategori tidak tahu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan guru pendidikan anak usia dini tentang metode bercerita sebagian besar berada dalam kategori kurang tahu. Kata Kunci : guru pendidikan anak usia dini, metode bercerita, pengetahuan guru.

3 ABSTRACT KNOWLEDGE OF EARLY AGE CHILDREN EDUCATION TEACHERS IN APPLYING THE STORY METHOD IN EARLY CHILDREN EDUCATION BY: HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN The problem in this study is that most early childhood education teachers have not applied the storytelling method. The purpose of this study is to describe the knowledge of early childhood education teachers in applying the storytelling method. This type of research is a descriptive study with quantitative methods. The population of this study amounted to 100 teachers from 17 kindergartens in Tanjung Senang District, with a sample of 80 teachers conducted by proportional techniques. Data collection techniques in this study used test and documentation techniques. The research results obtained were 6 teachers or 7.81% in the know category, 55 teachers or 69.12% were in the category of not knowing and 19 teachers or 24.06% in the category of not knowing. This shows that the knowledge of early childhood education teachers about the method of telling stories is mostly in the category of not knowing. Keyword : teacher of early childhood education, method of storytelling, teacher's knowledge.

4 PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM MENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD Oleh: HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

5

6

7

8 RIWAYAT HIDUP Hendro Muttaqin Setiawan dilahirkan di Bandar Lampung pada 10 Agustus tahun Anak kelima dari pasangan Bapak Drs. H.M. Nizom, M.M dan Ibu Dra. Hj. Nurpiah, M.M. Penulis memiliki 3 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan serta 1 adik perempuan. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanan-kanak di TK Amarta-tani HKTI bertempat di Kecamatan Kedaton Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002 dan melanjutkan ke jenjang pendidikan di SD N 03 Labuhan Dalam yang diselesaikan pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dan tuntas pada tahun 2011, penulis melanjutkan di SMA Yadika Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun 2014 di Universitas Lampung dan terdaftar di program studi Pendidikan Anak Usia Dini atau yang lebih dikenal dengan PG-PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melalui jalur SBMPTN.

9 MOTTO HIDUP Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah (HR. Turmudzi) Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik (HR. Thabrani) Siapapun bisa menjadi apapun (Hendro Muttaqin Setiawan) Gantungkan cita-citamu setinggi langit karena jika jatuh kita masih berada diantara bintang (Ir. Soekarno)

10 KATA PERSEMBAHAN Bismillahirohmanirohim... Ku persembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT beserta Nabi junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku kepada: 1. Orangtua tercinta Karya ini ku persembahkan untuk ibundaku Dra. Nurpiah M.,M. tercinta yang selama ini selalu menjadi sosok penguat dalam kesulitan, memberikan kasih sayang, do a, semangat, motivasi dan dukungan materil yang tidak pernah putus. Bapakku Drs. M. Nizom, M.M tercinta yang telah memberikan banyak motivasi agar tidak mudah menyerah, dan selalu memberikan kasih sayang, do a dan dukugan moral serta materil. 2. Almamater tercinta Universitas Lampung Serta Seluruh Taman Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

11 SANWACANA Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT berkat rahmat dan hidayah yang telah diberikan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Metode Bercerita. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan sekaligus dosen pembimbing akademik dan pembimbing I yang telah membimbing dan juga motivasi serta memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi. 3. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.A.Psi. Ketua Program Studi PG PAUD sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat, kritik dan saran untuk memotivasi penulis selama penyusunan skripsi

12 4. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. Sebagai Dosen Pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi. 5. Seluruh dosen dan staf PG-PAUD FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama kuliah. 6. Seluruh kepala sekolah dan guru Taman Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Kakak-kakakku tersayang M. Agus Setiawan S.E, M.M., Yanderi Setiawan S.H., Endah Yunita Sari S.Kom., M. Yasir Setiawan S.E dan adikku tersayang Nabilla Ustuanah Aisyah yang telah memberikan doa dan dukungan dengan tulus. 8. Ferlida Fitri, sebagai seorang yang selalu membimbing dan seseorang yang ingin melakukan diskusi yang tak pernah lelah memotivasi penulis ketika penulis merasa putus asa dalam menyusun skripsi. 9. Seluruh staf Dinas Kominfo Kabupaten Lampung Barat terkhusus untuk Bapak Kepala Bidang KIP Ricardo Putrayasa SAB, yang telah memberikan motivasi serta mengizinkan dan memberi waktu kepada penulis untuk menuntaskan skripsi. 10. Sahabat terbaikku yang selalu menemani dalam keadaan sedih, duka dan senang serta selalu memotivasi penulis Andi Santuso A.Md, Marliyansyah, Anggi Jayana Putera, Riza Arizona, Risky Aprilian, Rahmat Fitriadi, Eki Yusmana, Adi Saputra dan sekumpulan sahabat brother.

13 11. Teman sekaligus sahabat seperjuanganku di kampus Mega Azwari Ahmad, Ayu Diana Sari, Puput Kus Indriyani, Dinda Khairunnisa, Penda Wardani yang selalu mendukung penulis dan Nurul Irma Wardani yang selalu setia menemani penulis revisi hingga dini hari. 12. Teman seperjuangan PG-PAUD Angkatan 2014 yang selalu berbeda argumen dengan satu tujuan WISUDA, terima kasih telah menjadi motivasiku dan keceriaanku. 13. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 14. Almamater Unila Tercinta. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kita semua, Amin. Bandar Lampung, 03 Desember 2018 Hendro Muttaqin Setiawan

14 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Rumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 5 II. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini... 6 B. Pengertian Guru... 8 C. Pengetahuan Guru... 9 D. Hakikat Metode Bercerita E. Penelitian yang Relevan F. Kerangka Berfikir METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Uji Instrumen H. Teknik Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Uji Instrumen B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian C. Deskripsi Hasil Penelitian D. Pembahasan Hasil Penelitian... 44

15 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 53

16 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Teknik Pengambilan Sampel Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kriteria Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Data Beda Kriteria Penilaian Analisis Data Penilaian Kriteria Guru Nomor Item Validitas Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Konsep Metode Bercerita Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Perencanaan metode bercerita Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Pelaksanaan Metode Bercerita Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Evaluasi Metode Bercerita Hasil Rekapitulasi... 43

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir Rumus Pengambilan Sampel Rumus Product Moment Rumus Spearman Brown Rumus Tingkat Uji Kesukaran Rumus Uji Daya Beda Rumus Interval Rumus Presentase... 35

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Soal Uji Instrumen Pengisian Soal Tes Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Kesukaran Uji Daya Beda Hasil Soal Test Rekapitulasi Nilai Surat Izin Penelitian Surat Balasan Izin Pra Penelitian Surat Balasan Izin Penelitian

19 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki dua pihak yang sulit untuk dipisahkan yaitu pendidik dan anak didik, keduanya sangat berkaitan erat. Menurut Sadulloh (2014: 127) mengemukakan bahwa Pendidik adalah orang yang yang membimbing anak, agar anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan dan pelaksanaannya dalam keluarga maupun di luar lembaga keluarga. Pihak selanjutnya ialah anak didik, menurut Sadulloh (2014: 124) mengemukakan bahwa Anak didik adalah pihak yang dibantu oleh pendidik selain tidak berdaya, namun dia memiliki potensi tertentu untuk berkembang. Dunia pendidikan memiliki banyak sekali metode pembelajaran di dalamnya diantaranya yaitu bermain peran, discovery learning, cooperative learning, bercerita dan lain-lain. Menurut penelitian Amalia (2015) di Kudus mengemukakan bahwa Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru TK adalah bercerita. Bercerita sangat membantu mereka, namun praktis tidak semua guru mampu melakukan metode ini. Menurut Kelchtermans dalam Kratka (2015 ) yang melakukan penelitian di Republik Ceko menyatakan Teacher s storytelling about their professional life and practice is often spontaneously framed in the

20 2 narrative form. Storytelling, whether taking the form of anecdotes, metaphors or images, is a natural way teachers give meaning to events and situations. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru mendongeng tentang kehidupan secara spontan dalam bentuk naratif. Bercerita, baik dalam bentuk anekdot, metafora atau gambar adalah cara alami yang diberikan guru untuk memberi makna pada peristiwa dan situasi. Menurut penelitian yang dilakukan Rahmah (20 16) di Riau mengemukakan bahwa: Pelatihan dapat dilakukan oleh pihak sekolah, pihak luar sekolah, yaitu dinas-dinas terkait, lembaga-lembaga pengembangan keterampilan mengajar guru, serta organisasi-organisasi yang persatuan guru, memiliki tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keahlian, kemampuan atau keahlian guru dalam mengajar. Peneliti melakukan observasi di lima TK yang berada di Kecamatan Tanjung Senang untuk melihat sejauh mana guru menerapkan pembelajaran menggunakan metode bercerita. Peneliti menemukan bahwa sebagian besar guru dalam pembelajaran menggunakan metode bercerita jarang dilakukan bahkan ada yang tidak pernah menerapkan metode bercerita hal tersebut peneliti dapatkan setelah mendengar beberapa jawaban dari setiap guru yang peneliti wawancarai. Kurangnya bahan bacaan dan media sebagai sumber metode bercerita adalah salah satu alasan guru tidak menerapkan metode bercerita, di lima TK tersebut peneliti menemukan buku paket sebagai sumber materi atau pembelajaran setiap harinya. Proses pembelajaran yang peneliti lihat pada saat observasi ialah pembelajaran yang cenderung ke akademik. Lima dari tiga belas sekolah yang

21 3 diteliti memiliki kesamaan, yaitu guru mengajar dengan cara konvensional seperti menulis huruf yang membentuk kata, menulis angka, bahkan guru mengajarkan murid untuk mengeja atau membaca. Kegiatan tersebut dilakukan setelah berdo a saat pagi hari. Metode bercerita belum digunakan dalam menyampaikan materi, selain itu kurangnya pelatihan. Kurangnya pelatihan mengenai metode bercerita merupakan salah satu hal yang menyebabkan kurangnya pengetahuan guru terhadap penggunaan metode bercerita di dalam kelas. Guru lebih memilih menggunakan metode pembelajaran yang lain dibanding guru harus menggunakan metode bercerita pada saat pembelajaran. Pelatihan sangat diperlukan untuk menambah wawasan guru. Peneliti melakukan wawancara dengan guru di setiap TK mengenai jadwal pelatihan. Guru dari setiap TK memiliki jawaban yang sama yaitu pelatihan hanya teruntuk kepala sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas bahwa metode bercerita pada TK yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung jarang diterapkan bahkan ada beberapa guru yang tidak pernah menerapkan, dengan masalah tersebut maka penelitian ini akan melihat sejauh mana pengetahuan guru PAUD dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar guru belum menerapkan metode bercerita dalam pembelajaran.

22 4 2. Kurangnya bahan bacaan dan media untuk menggunakan metode bercerita. 3. Proses pembelajaran masih bersifat akademis, yang menekankan pada membaca, menulis dan berhitung. 4. Kurangnya pelatihan oleh guru tentang penggunaan metode bercerita. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dengan melihat keterbatasan peneliti, maka peneliti hanya membatasi penelitian ini pada pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran. D. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran.

23 5 F. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi bagi guru untuk menerapkan metode bercerita dalam pembelajaran di PAUD. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Memotivasi guru untuk mempelajari metode bercerita. b. Bagi Kepala Sekolah Memberikan motivasi kepada pihak sekolah untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode bercerita dengan memberikan banyak pelatihan mengenai metode bercerita. c. Bagi peneliti lain Memudahkan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik lagi.

24 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Menurut Suyadi (2013:17) Secara institusonal, pendidikan anak usia dini juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Trianto (2011:14) menyatakan bahwa : Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) di mana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya.

25 7 Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang pesat, dengan kata lain, bahwa anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling pesat. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Istilah pendidik pada hakikatnya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum. Menurut Latif (2016: 246) guru diidentifikasi sebagai: a. Orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. b. Orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak. c. Orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas. d. Suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan anak selama memberikan perkembangan yang sesuai, kreatif, dan menstimulasi kurikulum, serta lingkungan kelas. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di arahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian

26 8 pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat diperlukan, sehingga pemberian rangsangan pendidikan untuk anak usia dini yang kondusif dapat dilaksanakan secara efektif dengan bantuan lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan layanan wahana bermain untuk anak-anak sebagai taman pendidikan prasekolah dasar. B. Pengertian Guru Pendidikan memiliki beberapa pihak diantaranya yaitu seorang guru yang berada di dalam dunia pendidikan formal. Menurut Idris (2008: 49) menyatakan bahwa: Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluk sosial. Seseorang yang aktif dalam dunia pendidikan harus memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik. Menurut Mulyasa (2008: 48) Ditiru artinya ia menjadi uswatun hasanah, menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya, baik cara berpikir dan cara berbicaranya maupun berprilaku sehari-hari. Menurut UU No 14 Tahun 2015 pasal 1 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peseta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan pendidikan menengah.

27 9 Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seseorang yang telah dewasa dalam membimbing peserta didik untuk mencapai perkembangan, dan seorang guru merupakan sosok yang menjadi teladan bagi peserta didik untuk digugu dan ditiru. C. Pengetahuan Guru Pengetahuan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menentukan metode pembelajaran, materi, dan banyak hal yang akan disesuaikan dengan perkembangan anak. Menurut Keraf (2001: 26) Pengetahuan adalah Seluruh pemikiran, ide, gagasan, konsep, dan pemahaman manusia. Menurut Burhanuddin (2003:5) Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Menurut Notoatmodjo (2010:34) Pengetahuan seseorang ter hadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analisys), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Hal tersebut menjelaskan bahwa setiap tingkatan memiliki kaitan satu dengan lainnya, tingkatan tahu yaitu mengetahui atau mengukur pengetahuan setiap orang tengan pertanyaan, tingkatan kedua yaitu memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tingkatan ketiga yaitu aplikasi apabila telah memahami suatu objek menggunakan prinsip yang diketahui, tingkatan keempat yaitu menganalisa atau menjabarkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah, tingkatan kelima yaitu sintesis menunjukan kemampuan seseorang dalam merangkum pengetahuan yang dimiliki, tingkatan keenam yaitu evaluasi

28 10 dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan ide atau gagasan yang dimiliki seseorang untuk memperoleh sesuatu atau mencapai suatu tujuan. Pengetahuan memiliki enam tingkatan yang saling berkaitan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analisys), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). D. Hakikat Metode Bercerita 1. Pengertian Metode Bercerita Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Pemilihan metode pembelajaran pada anak usia dini yang sesuai sangat diperlukan, sebab dapat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan pembelajaran dan menstimulus aspek perkembangan, ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada taman kanak kanak salah satunya adalah metode bercerita. Menurut Fadillah (2012: 161) mengemukakan: Metode adalah suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan, sedangkan metode pembelajaran adalah suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu. Menurut Fauziddin (2014: 17) mengemukakan: Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh

29 11 anak karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan menarik. Menurut Fadillah (2012: 172) Metode bercerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut disampaikan kepada peserta didik melalui tutur kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik. Menurut Moeslichatoen (2004: 157) Bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan selain itu metode bercerita secara tidak langsung dapat menyampaikan informasi. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Isi cerita dikaitkan dengan kehidupan dunia anak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita, senada dengan pendapat Musfiroh (2005: 38) Cerita akan menjadi menarik bagi anak karena menyerupai hidup yang sebenarnya, tetapi juga tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Menurut Mustakim (2005: 14) P roses transaksional anak akan menggambarkan berbagai kemungkinan makna yang tersirat pada sebuah cerita, seperti: permasalahan cerita, karakter tokoh-tokoh, alur, setting, dan

30 12 bahasa. Proses transaksional ini akan terjadi apabila guru dapat menjadi scaffolding (penyangga) untuk membantu mengembangkan imajinasi anak dalam kegiatan, misalnya: menyampaikan cerita, bercerita kembali, dan memahami isi cerita. Menurut beberapa pendapat ahli di atas bercerita yang menarik dapat membuat anak memperhatikan cerita. Bagi jalannya proses pembelajaran, yang terpenting lagi yaitu anak-anak tidak mudah jenuh atau bosan, sehingga yang diharapkan adalah mampu menjadikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, maka guru harus memahami dan mampu dalam penyajian proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ketika menggunakan metode cerita. 2. Tujuan Metode Bercerita Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Menurut Moeslichatoen (2004:170) tujuan kegiatan bercerita bagi anak adalah sebagai berikut : a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial. b. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. c. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. d. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya. e. Anak dapat menjawab pertanyaan. f. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.

31 13 Pendapat lain dikemukakan Aziz (2002:64) B ahwa ada tujuan dari metode bercerita yaitu untuk menghibur anak dan menyenangkan mereka dengan bercerita yang baik, menambah pengetahuan anak. Berdasarkan uraian di atas maka metode bercerita bertujuan untuk melatih anak berkomunikasi dengan baik, mendengarkan apa yang disampaikan dengan seksama, mengerti pesan dari cerita dan mampu menambah wawasan dan pengetahuan secara luas. 3. Perencanaan Kegiatan Metode Bercerita a. Persiapan Dalam Membawakan Metode Cerita Cerita dapat menjadi daya tarik yang hebat bagi siapa pun yang mendengarkannya, namun demikian menarik tidaknya cerita banyak tergantung kepada pembawa cerita, oleh karena itu sebelum membawakan cerita, ada beberapa hal yang hendaknya dipersiakan agar cerita yang disampaikan menarik, terarah, dan dapat dimengerti serta disukai oleh anak dalam menggunakan metode bercerita penyajian proses pembelajaran harus meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Fauziddin (2014:22) Persiapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam menyampaikan cerita adalah judul jangan terlalu panjang dan judul harus menarik dan disenangi anak. b. Rancangan Kegiatan Metode Bercerita Membahas rancangan kegiatan bercerita berturut-turut akan dibicarakan rancangan persiapan guru, rancangan persiapan kegiatan

32 14 bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Rancangan kegiatan bercerita menurut Moeslichatoen (2004:175) yaitu rancangan persiapan guru meliputi: a. Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih untuk kegiatan bercerita. b. Menetapkan rancangan bentuk bercerita yang dipilih. c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan bercerita. d. Menetapkan Rancangan langkah-langkah Kegiatan Bercerita. Sesuai dengan rencana tema dan tujuan menurut Moeslichatoen (2004:175) maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak. b. Mengatur tempat duduk anak. c. Pembukaan kegiatan bercerita. d. Pengembangan cerita yang dituturkan guru dengan cara menyajikan fakta-fakta disekitar kehidupan anak. e. Menetapkan cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak. f. Merupakan langkah penutup kegiatan bercerita. g. Rancangan penilaian kegiatan bercerita. Berdasarkan penjelasan di atas rancangan persiapan merupakan suatu gambaran yang dilakukan guru sebelum menggunakan metode bercerita yang di dalamnya telah disusun sejak kegiatan awal hingga kegiatan akhir serta evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak. c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita Banyak metode dalam pendidikan yang dapat menjadi pilihan guru dalam penyajian proses pembelajaran di TK salah satunya adalah metode bercerita, dan setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan termasuk metode bercerita.

33 15 Menurut Djamarah (2000:205) kelebihan dan kekurangan metode bercerita adalah : Kelebihan : a. Guru mudah menguasai kelas. b. Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama. c. Mudah menyiapkannya. d. Guru mudah melaksanakannya. e. Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah yang banyak. Kekurangan : a. Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat mengambil intisarinya. Apabila tidak disimpulkan di akhir cerita. b. Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat. c. Menyebabkan anak didik yang pasif karena guru yang aktif. d. Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita dari pada sari cerita yang dituturkan. Kelebihan dan kekurangan di atas dapat menjadi bahan pertimbangan guru dalam menggunakan metode bercerita saat proses pembelajaran di dalam kelas. d. Jenis Metode Bercerita Bercerita mempunyai beberapa jenis dalam penyajiannya seperti yang sudah dijelaskan pada sebelumnya hal tersebut adalah upaya untuk guru PAUD dalam menggunakan metode bercerita lebih bervariatif sehingga ketika dalam kegiatan bermain sambil belajar anak tidak mudah bosan dan anak selalu tertarik untuk mengikuti alur cerita yang diceritakan oleh guru Menurut Sutarti dalam Dhien (2009: 6-12) mengemukakan : Media pendidikan dalam pengertian luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan atau diadakan untuk memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam rangka

34 16 mencapai tujuan pembelajaran. Sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satu sarana tersebut adalah alat peraga atau alat main. Menurut Sutarti dalam Dhien (2009: 6-12) Metode bercerita dibagi menjadi dua bentuk yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita dengan alat peraga. Hal tersebut menjelaskan bahwa bercerita menggunakan alat perga yaitu bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan penceritaan dengan menggunakan mimik (ekspresimuka, pantomim (gerak tubuh). Bercerita dengan alat peraga yaitu bentuk cerita yang mempergunakan alat bantu untuk menghidupkan cerita. 4. Pelaksanaan Kegiatan Metode Cerita a. Cara Membawakan Cerita Seorang guru setelah mempersiapkan cerita, harus mengetahui mengenai hal-hal dalam membawakan cerita, dikarenakan hal tersebut akan mempermudah guru dan mempermudah anak ketika mengikuti jalannya cerita. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam membawakan cerita menurut Aziz (2003:12) antara lain: 1) Bahasa cerita Bahasa penyampaian cerita harus menggunakan gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa para siswa dan lebih rendah dari gaya bahasa cerita yang ada dalam buku supaya bisa dimengerti oleh para siswa. 2) Suara guru dalam membawakan cerita Tinggi dan rendahnya suara dan nada bicara, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yag ada pada alur cerita. 3) Memperhatikan reaksi sikap emosional Seorang guru ketika sedang membawakan sebuah cerita harus memperhatikan gerak-gerik emosional yang mewarnai cerita tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru dalam bercerita dapat dilihat dari bahasa cerita yang dibawakan

35 17 guru apakah guru tersebut mengerti dengan penyampaian bahasa yang dibawakan seperti tinggi dan rendahnya bahasa yang digunakan dan bahasa yang disampaikan kepada anak mudah dipahami atau tidak, selain itu suara atau intonasi guru juga apakah sesuai dengan situasi dan kondisi pada cerita dan reaksi sikap emosional guru ketika sedang membawakan cerita apakah sudah menjiwai pada alur cerita tersebut. b. Teknik Metode Bercerita Banyak teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam menggunakan metode bercerita namun untuk mencapai tujuan penelitian ini maka peneliti mengambil poin yang berhubungan dengan materi peneliti menurut Moeslichatoen (2004:158) teknik yang dapat dipergunakan yaitu : (a) Membaca langsung dari buku cerita. (b)menceritakan dongeng. (c) Bercerita dengan menggunakan media boneka. Berdasarkan beberapa teknik di atas bercerita akan lebih baik jika guru memiliki pengetahuan dalam penyampaian teknik yang akan dipakai seperti intonasi guru membacakan buku cerita yang tidak monoton sehingga anak mudah menangkap isi cerita. Guru memiliki kemampuan dalam menambahkan puisi atau prosa yang menekankan pada pesan-pesan moral kebaikan yang disampaikan ketika guru membawakan cerita atau mendongeng dan mudah dipahami anak sehingga dapat menstimulus aspek perkembangan anak, selain itu guru mampu bercerita menggunakan alat media seperti boneka dan paham dengan karakter yang akan dimainkan sesuai cerita yang dibawakan sehingga anak dapat mengikuti alur cerita dan tidak mudah

36 18 bosan dalam mendengarkan dan melihat guru yang sedang bercerita atau mendongeng di depan anak. Menjadi guru TK yang pandai bercerita dengan baik memang diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang penting antara lain penguasaan isi cerita secara tuntas serta keterampilan menceritakan cukup baik dan lancar. Hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan cerita yang baik menurut Moeslichatoen (2004: 161) antara lain : a. Cerita harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. b. Cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak dan keterlibatan aktif dalam kegiatan bercerita. c. Cerita harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak usia 5 6 tahun. Cerita itu harus pendek, dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak. Kepada anak usia 5 6 tahun guru tidak harus menuntut anak untuk aktif mendengarkan cerita guru dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut agar kegiatan bercerita dapat dilaksanakan secara efektif, kelompok anak peserta kegiatan harus dalam kelompok kecil. Hildebrand dalam Moeslichatoen (2004: 167) menyatakan Beberapa guru menyukai anak duduk dilantai, terutama bila lantainya diberi tikar atau karpet. Mereka menggangap pengaturan semacam itu lebih memberikan iklim yang menyenangkan dan ketenangan. c. Manfaat dan Fungsi Cerita Bagi Anak Metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran pada usia TK, setiap metode memiliki manfaat yang baik jika guru tersebut dapat menyajikan metode pembelajaran yang tepat dan guru sudah memahami untuk

37 19 menggunakan metode yang akan digunakan. Menurut Fauziddin (2014:20) metode bercerita memiliki manfaat bagi anak yaitu : 1) Mengembangkan sikap mental pada anak. 2) Memahami perbuatan yang terpuji dan yang tercela. 3) Menyiapkan anak dapat hidup sebagai makhluk sosial dalam masyarakat. 4) Mengembangkan kemampuan untuk berimajinasi logis dan sistematis. 5) Mengubah sikap anak untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya. 6) Mengembangkan sikap berpikir logis pada anak. 7) Memahami sebab-akibat yang terjadi. 8) Membentuk akhlak yang baik pada anak. Melalui metode bercerita diharapkan agar perkembanan kepribadian anak dapat dibina secara wajar, baik dari segi sosial, emosional, maupun intelektual, dan yang terpenting adalah anak dapat terhindar dari cerita-cerita yang menimbulkan keraguan dan kata-kata ambigu sehingga anak susah untuk memahami isi cerita. Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini di TK, menurut Fauziddin (2014:21) cerita mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Pengalaman batin. 2) Terapi psikologi. 3) Hiburan. 4) Kontak batin antara anak, orang tua, dan guru. 5) Media pesan moral. 6) Bekal identifikasi diri. 7) Pendidikan emosi. 8) Pendidikan fantasi, imajinasi, kreatifitas, dan daya cipta. 9) Mengembangkan aspek-aspek perkembangan pada anak. Hal di atas menjelaskan bahwa metode bercerita memiliki banyak fungsi bagi peserta didik apabila guru memahami cara menyampaikan metode bercerita yang baik sehinggan fungsi tersebut dapat tersalurkan kepada anak.

38 20 d. Karakteristik Karakteristik merupakah suatu hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah cerita. Menurut Musfiroh ( 2005: 37) mengemukakan bahwa Karakteristik cerita anak tersebut terdiri dari: tema, amanat, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, dan sarana kebahasaan. Hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tema merupakan sebuah ide atau gagasan, sedangkan amanat merupakan pesan yang disampaikan di dalam cerita sesuai dengan alur yang merupakan jalan cerita. Cerita di dalamnya memiliki tokoh dan penokohan yang merupakan rekaan yang diperankan oleh seseorang, di dalam cerita juga terdapat sudut pandang yaitu menceritakan siapa yang akan diceritakan, selanjutnya latar yang merupakan tempat dan kapan cerita berlangsung, dan yang terakhir sarana kebahasaan merupakan pemilihan bahasa, hal ini digunakan dalam bercerita agar pendengar mudah memahami isi cerita. 5. Evaluasi Kegiatan Bercerita Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam pendidikan khususnya pembelajaran dalam PAUD, hal ini mengingat dengan evaluasi akan dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan, faktor-faktor apa saja yang mengahmbat maupun yang mendorong pencapaian suatu pembelajaran, bahkan dengan evaluasi dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Mahyuddin (2008:5) Evaluasi adalah proses merangkum dan menginterpretasi kejadian dan membuat keputusan profesional berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, sedangkan Uno (2012:3) mengemukakan :

39 21 Evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu Evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses menilai tetapi evaluasi langsung melalui penilaian saja. Menurut Daryanto (2007:14) Penilaian di TK menggunakan tiga kegiatan utama yang merupakan rangkaian kerja yang dilakukan oleh guru ketika sedang menggunakan metode bercerita, diantaranya yaitu : a. Mengamati ( observation) adalah proses memperhatikan anak atau sekelompok anak ketika melakukan suatu kegiatan bermain dan belajar. b. Merekam (recording) adalah proses mendokumentasikan tentang kegiatan atau dalam suatu kegiatan tertentu yang teramati dengan baik. Baik bersifat negatif maupun yang bersifat positif. c. Melaporkan ( reporting) adalah proses pengambilan keputusan sebagai hasil pengamatan dan pencatatan yang terdahulu, untuk selnajutnya diinformasikan kepada orang tua dalam bentuk laporan, baik laporan tertulis maupun tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, untuk kerja, proses, orang, objek, dll). Penilaian yang diambil oleh guru dapat dilakukan dengan mengamati anak saat guru sedang bercerita apakah anak merespon atau memperhatikan, selanjutnya guru merekam atau mencatat dalam ingatan perubahan yang terjadi terhadap anak dan melaporkan hasil yang perubahan baik laporan tertulis maupun tulisan.

40 22 E. Penelitian Terdahulu yang Relevan 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2016) di Riau. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pelatihan bercerita terhadap kemampuan guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se- Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2017) di Bandung. Hasil penelitian ini guru mengalami kemajuan walaupun tidak signifikan yang terlihat dari hasil pre-test dan post-test. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Pusari (2013) di Semarang. Hasilnya ada peningkatan pengetahuan metode bercerita melalui penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) di Pontianak. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi guru dalam pembelajaran menceritakan dongeng tanpa buku dan gambar sudah sesuai dalam pembelajaran. Dari pertemuan ke 1, 2 dan 3 dapat dilihat digrafik menunjukkan bahwa pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup sudah sesuai dengan rata-rata ± 60% sedangkan ±40% masih tidak sesuai dalam pembelajaran. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2017 ) di Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode deskritif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi

41 23 secara langsung. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan cara member check dan trianggulasi data. Hasi penelitian menunjukkan implementasi variasi gaya guru mengajar dalam metode bercerita di Taman Kanak Kanak Negeri Pembina Kecamatan Pontianak Selatan. Khususnya di Kelas BI tergolong Baik. Penelitian di atas sudah terbukti dan menambah wawasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pengetahuan guru PAUD dalam metode bercerita di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung. F. Kerangka Pikir Penelitian Pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting dalam mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Pendidikan memiliki dua pihak yaitu pendidik dan peserta didik. Pendidik merupakan seseorang dewasa yang membimbing dan memberikan ilmu kepada peserta didik, maka dari itu seorang guru harus memiliki pengetahuan dalam menentukan suatu hal termasuk menentukan sebuah metode pembelajaran untuk anak agar materi yang disampaikan guru dapat menstimulus anak dengan baik. Banyak metode dalam pendidikan yang dapat menjadi pilihan guru dalam menyampaikan ilmu, salah satunya yaitu metode bercerita. Metode becerita suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan. Bercerita adalah salah satu alternatif pilihan metode pembelajaran bagi guru. Bercerita dapat meningkatkan kesenangan anak pada saat proses pembelajaran, namun tergantung bagaimana guru menyampaikan cerita

42 24 sehingga anak dapat tertarik dan suasana kelas menjadi tidak membosankan maka peran guru harus mengetahui beberapa konsep dalam menggunakan metode bercerita yang seperti pengertian dan tujuan dalam menggunakan metode bercerita dalam pembelajaran. Pengetahuan guru dalam bercerita sangat dibutuhkan agar cerita yang disampaikan nantinya tidak monoton, maka seorang guru harus memahami bagian-bagian dalam metode bercerita diantaranya pengertian metode bercerita, perencanaan metode bercerita, pelaksanaan kegiatan metode bercerita dan evaluasi metode bercerita. Keempat bagian tersebut saling berkaitan, karena jika guru mengerti tentang pengertian metode bercerita maka guru dapat membuat perencanaan metode bercerita, karena perencanaan dibuat ketika guru sudah mengerti dan paham tentang pengertian metode bercerita, selanjutnya ketika guru sudah membuat perencanaan yang terarah dan sesuai tujuan guru akan melaksankan kegiatan bercerita tersebut tanpa kesulitan, dan setelah pelaksanaan kegiatan bercerita selesai guru akan melakukan evaluasi, dimana guru akan melihat perkembangan yang terlihat pada anak. Adapun kerangka pikir penelitian ini adalah sebagi berikut :

43 25 Pendidikan Anak Usia Dini Guru Profesional Perencanaan Pengetahuan Dalam Menerapkan Metode Bercerita Pelaksanaan Evaluasi Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

44 26 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini ialah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan sebagaimana mestinya. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah untuk mendeskripsikan secara detail mengenai fakta yang ada di lapangan, yaitu tentang pengetahuan guru terhadap metode bercerita dalam pembelajaran PAUD di Kecamatan Tanjung Senang. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di seluruh Taman Kanak-kanak ( TK ) yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung, dengan total 17 TK. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan bagian dari penelitian yang harus ditentukan oleh peneliti upaya dalam menentukan sampel penelitian. Menurut Sugiyono (2014: 80) :

45 27 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru TK yang ada di Kecamatan Tanjung Senang berjumlah 100 guru dari 17 TK. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling dengan menggunakan rumus slovin. Menurut Sugiyono (2010:63), Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin dalam Sugiyono (2010:63), sebagai berikut : n = ² Gambar 2. Rumus Pengambilan Sampel (Sugiyono,2010) Keterangan : n = jumlah elemen / anggota sampel. N = jumlah elemen / anggota populasi. E = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya digunakan 1 % atau 0,01, 5 % atau 0,05, dan 10 % atau 0,1) (catatan dapat dipilih oleh peneliti). Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dan presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah :

46 28 n = n =. ²., = 80 Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 80 orang. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan menggunakan proportionate stratified random sampling. Menurut Sugiyono (2010:64) proportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap sekolah dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil seimbang dengan cara: Jumlah sampel tiap kelas = x jumlah tiap kelas Tabel 1. Perhitungan Teknik Pengambilan Sampel NO NAMA TK Keterangan JUMLAH GURU 1 TK INTAN PERTIWI x 9 = 7,2 7 2 TK AMALIA x 5 = RA AL AMANAH x 8 = 6,4 6 4 TK MELATI PUSPA x 5 = TK SEJAHTERA x 2 = 1,6 2 6 TK KARYA UTAMA x 6 = 4,8 5 7 TK AL BUSTAN x 5 = TK WIDYA BHAKTI x 5 = 4 4

47 29 9 TK MEKAR WANGI x 7 = 5, TK AL HIJRIAH x 10 = TK INSAN MANDIRI x 11 = 8, TK TPP CIC x 9 = 7, TK UNGGUL GEIMLANG x 5 = TK CENDRAWASIH x 1 = 0, TK KIDS GARDEN x 2 = 1, TK KREASI x 5 = TK SENTOSA x 4 = 3,2 3 JUMLAH 80 D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel 1. Pengetahuan guru dalam bercerita a. Definisi Konseptual : Menurut beberapa pendapat Fauziddin (2014: 17), Fadillah (2012: 172), dan Moeslichatoen (2004: 157) dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru PAUD dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh guru terhadap konsep dalam menggunakan metode bercerita agar menjadi metode pembelajaran yang meneyenangkan guna menyampaikan informasi, pesan, atau ilmu kepada peserta didik.

48 30 b. Definisi Operasional : Pengetahuan guru dalam metode bercerita yaitu seorang guru yang mengetahui dan memahami tentang penggunaan metode bercerita dengan mengaitkan beberapa konsep pelaksanaan metode bercerita agar menjadi satu kesatuan yang utuh dengan mengacu pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pembelajaran saat menggunakan metode bercerita yang diterapkan. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik dan alat pengumpulan data merupakan dua hal yang harus ada dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 308) : Bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama adalah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data merupakan hal yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Penelitian ini dalam mengumpulkan data telah menggunakan beberapa teknik sebagai berikut: 1. Tes Pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan tes. Tes merupakan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa sederetan pertanyaan untuk mengetahui tentang kemampuan, prestasi belajaran, intelegensi, dan bakat yang dimiliki oleh seseorang, dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui pengetahuan guru tentang pengetahuan guru paud dalam

49 31 bercerita. Soal tes diberikan kepada guru-guru paud Kecamatan Tanjung Senang. 2. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, menurut Sugiyono (2014 : 329 ) Metode dokumentasi untuk melengkapi data yang bersifat dokumenter seperti dokumentasi gambar serta alat-alat yang dapat menunjang dalam penelitian yang dilakukan. Dokumentasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data, berupa angka atau tulisan dan gambar saat pelaksanaan kegiatan penelitian. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen yang digunakan oleh peneliti : Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Dimensi Indikator No Item Soal Pengetahuan Pengertian Pengertian metode 1,2,3 Guru metode bercerita bercerita Pendidikan Perencanaan Penentuan judul 4,5 Anak Usia kegiatan metode Menetapkan tujuan dan 6,7 Dini Dalam bercerita tema Menerapkan Menetapkan bahan dan 8,9 Metode alat Bercerita Pelaksanaan Cara membawakan cerita 10,11,12 Pada kegiatan metode Pembelajaran Teknik membawakan 13,14 bercerita cerita PAUD Evaluasi kegiatan bercerita Mengamati 15,16 Merekam 17,18 Melaporkan 19,20

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI ( )

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI ( ) PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI JURNAL Oleh ADZANI NOVITA AMALIA RANI (354) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI. Oleh DWI MARLIAWITA ( )

JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI. Oleh DWI MARLIAWITA ( ) JURNAL HUBUNGAN PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN BAHASA PADA ANAK USIA DINI Oleh DWI MARLIAWITA (11135417) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak dimasa depannya sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012 Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012 Syintha Yulia Sari Arti 1, Hasan Mahfud 2, Ruli Hafidah 1 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada

Lebih terperinci

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI

(Skripsi) OLEH: RESNAWATI HUBUNGAN ANTARA MINAT DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PESISIR SELATAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010 (Skripsi)

Lebih terperinci

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh

STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL. Oleh 1 STUDI DESKTIPTIF TENTANG PEMAHAMAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN REALIA, MODEL DAN GRAFIS OLEH GURU JURNAL Oleh INDAH PERMATA SARI NAZARUDDIN WAHAB ROCHMIYATI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL Oleh RENANTI WIDYA DARA NAZARUDDIN WAHAB ERNI MUSTAKIM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh 1 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL Oleh ISNA MALIHATUL AINI RISWANDI LILIK SABDANINGTYAS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN SITI LATIFATU NAILI RISLINA; ROSA IMANI KHAN Program Studi PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL. Oleh HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN JURNAL Oleh ELVIRA YUNITA (1113054004) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lahir sampai dengan usia enam tahun. Pemberian rangsangan pendidikan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan usia anak dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yag merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK B Riskina, Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Menyimak Anak PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK KELOMPOK B Isnariskina Kamilah Hakim Siti Mahmudah PG-PAUD, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu pendidikan anak usia dini yang berada pada pendidikan formal (UU RI 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S. PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S Oleh: ARI YUDANI NIM : Q 100 070 620 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar 2 PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM 3 Azwinar ABSTRAK Perkembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak Syukrillah Agam masih rendah. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian lain sangat penting dilakukan. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi ini dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992) xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN WIWIT SYOFIANI Abstrak Perkembangan kemampuan membaca awal anak masih sangat rendah. Hal ini

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG BINATANG DI KELOMPOK B TK PERTIWI I KALIANYAR KECAMATAN NGRONGGOT KABUPATEN NGANJUK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang pada era sekarang. Pendidikan di Indonesia adalah hak dan kewajiban setiap warga negara. Setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Rani Setia Prasanti

PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL. Oleh. Rani Setia Prasanti PENGGUNAAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA YANG DIMILIKI ANAK USIA 5-6 TAHUN JURNAL Oleh Rani Setia Prasanti 1113054043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK Masalah dalam kajian ini adalah apakah ada pengaruh metode

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK USIA 4-5 TAHUNDI TK. NEGERI PEMBINA KI HADJAR DEWANTORO KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO ERTIWI MAMONTO Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang anak menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek perkembangan. Anak usia TK merupakan masa-masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode usia dini ini adalah tahuntahun berharga bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini. Setiap orang tua atau pendidik harus mengetahui bagaimana cara memperlakukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan kelompok potensial dalam masyarakat yang perlu mendapat perhatian dan proritas khusus, baik para orang tua dan lembaga pendidikan. Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau usia prasekolah yang merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS- JENIS SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL LEARNING TOGETHER DENGAN MEDIA PUZZLE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS- JENIS SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL LEARNING TOGETHER DENGAN MEDIA PUZZLE PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JENIS- JENIS SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL LEARNING TOGETHER DENGAN MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS IV SDN LANDANGAN 1 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem Pendidikan Nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk membantu memanusiakan manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari nilai kemanusiaannya. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Tumbuh kembang anak harus berjalan sejajar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

PERSEMBAHAN. rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal. Hidup

PERSEMBAHAN. rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa bertawakal. Hidup PERSEMBAHAN Alhamdulillah segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT penguasa alam semesta, yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani, memberikan akal dan semangat untuk senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh EFRIDA. Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Tutor Sebaya, konvensional, dan kemampuan pemecahan masalah matematis.

ABSTRAK. Oleh EFRIDA. Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), Tutor Sebaya, konvensional, dan kemampuan pemecahan masalah matematis. ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MODIFIKASI METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP N 5 BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

EKSPLORASI BERMAIN PERAN MIKRO ANAK USIA DINI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

EKSPLORASI BERMAIN PERAN MIKRO ANAK USIA DINI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA EKSPLORASI BERMAIN PERAN MIKRO ANAK USIA DINI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA JURNAL Oleh ELVIRA PUTRI ERLINDA RISWANTI RINI ARY SOFIA PENDIDIKAN GURU-PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR. Mulyati ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR. Mulyati ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR Mulyati ABSTRAK Latar belakang dalam penelitian ini adalah masih banyak ditemui anak yang kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat (14) dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak sebagai anak Indonesia, sehingga dapat menjadi modal dasar dan perekat untuk membangun Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Siska Novalian Kelana, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu komponen dalam sistem masyarakat yang memiliki peran serta kontribusi cukup besar untuk mempersiapkan sumber daya manusia handal dimasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL Oleh HENI PUTRI PRATIWI Dr. RISWANTI RINI, M.Si ASIH BUDI KURNIAWATI S.Pd, M.Pd FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yakni pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam hidupnya. Pribadi unik yang dimaksud adalah anak selalu memiliki cara tersendiri dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK Aisyiyah I Pandean, Ngemplak Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs. MAMBAUL ULUM GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Anak Usia Dini (AUD) merupakan masa emas perkembangan (golden age) pada individu, masa ini merupakan proses peletakan dasar pertama terjadinya pematangan kemampuan

Lebih terperinci

THE FACTOR THAT INFLUENCES APPLICATION OF LEARNING IN THE KINDERGARDEN OF MARPOYAN DAMAI SUBDISTRICT IN PEKANBARU

THE FACTOR THAT INFLUENCES APPLICATION OF LEARNING IN THE KINDERGARDEN OF MARPOYAN DAMAI SUBDISTRICT IN PEKANBARU THE FACTOR THAT INFLUENCES APPLICATION OF LEARNING IN THE KINDERGARDEN OF MARPOYAN DAMAI SUBDISTRICT IN PEKANBARU Novrianti Rahayu 1, Wilson 2, Enda Puspitasari 3 ABSTRACT The background of the research

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH

PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH Oleh YULIA SARI NIM :2007/88541 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DI TKPERTIWI II KOTA JAMBI

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DI TKPERTIWI II KOTA JAMBI PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM PENGEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI DI TKPERTIWI II KOTA JAMBI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan Pada ProgramPendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara 2.1.1 Pengertian Kemampuan Berbicara Kemampuan berbicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan pendidikan anak usia dini (PAUD) menuju kearah yang lebih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELOMPOK B3 TK ISLAM BAKTI XI SURAKARTAA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN digilib.uns.ac.id HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN PERSEPSI PENGGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FKIP UNS TAHUN 2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTAL LEARNING BERBASIS PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BALUNG SKRIPSI Oleh : Rully Agustina NIM. 070210192039 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA ANAK JURNAL. Oleh

PENGARUH KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA ANAK JURNAL. Oleh PENGARUH KARTU KATA BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA ANAK JURNAL Oleh FATMA KURNIA RAHMAN Dr. RISWANTI RINI, M.Si ASIH BUDI KURNIAWATI S.Pd, M.Pd FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan anak yang berusia antara 0 sampai enam tahun (Masnipal, 2013). Usia dini merupakan usia emas bagi anak. Usia tersebut merupakan usia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KONTEN PEDAGOGIS DENGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh PUJI HAYATI ( )

HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KONTEN PEDAGOGIS DENGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI JURNAL. Oleh PUJI HAYATI ( ) HUBUNGAN ANTARA PENGUASAAN KONTEN PEDAGOGIS DENGAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI JURNAL Oleh PUJI HAYATI (1113054040) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum anak memasuki sekolah dasar. Lembaga ini dianggap penting karena usia ini merupakan usia emas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usia emas atau golden age adalah masa yang paling penting dalam proses kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam pendidikan dasar,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201 Fitri Rahmawati 1, Muhammad Ismail Sriyanto 2, Ruli Hafidah 1 1 Program

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Dengan. Metode Flash Card Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Muldaniah 1, Evy Fitria 2

Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Dengan. Metode Flash Card Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Muldaniah 1, Evy Fitria 2 ISSN 2301-9905 Volume 6, No. 1, Juli 2017 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Muhammadiyah Tangerang Peningkatan Kemampuan Membaca Awal Dengan Metode Flash Card Pada Anak Usia 5-6 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P

ARTIKEL SKRIPSI OLEH: SITI MUALIQOH SATTA NPM : P Artikel Skripsi MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN TEKA TEKI SILANG PADA ANAK KELOMPOK B TK AL HIDAYAH FATHUL HUDA SEDURI KECAMATAN WONODADI KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci