BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Peramalan curah hujan di Kota Medan menggunakan data curah hujan dari tahun 2004 sampai tahun 2015 dengan total data berjumlah 144 data yang terdiri dari 12 periode per musim. Tabel 3.1 Data Curah Hujan Kota Medan Tahun 2004 Tahun 2015 Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Dari Tabel (3.1), data 10 musim yaitu periode Januari 2004 sampai Desember 2013 digunakan dalam metode Seasonal ARIMA dan metode Dekomposisi. Data dari 2 musim terakhir yaitu periode Januari 2014 sampai Desember 2015 digunakan untuk proses evaluasi metode. Berikut ini histogram dan deskripsi data 10 musim pertama yang digunakan dalam metode Seasonal ARIMA dan metode Dekomposisi.

2 Series: CURAH_HUJAN Sample 2004M M12 Observations 120 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Gambar 3.1 Histogram Data Curah Hujan di Kota Medan Selama periode Januari 2004 sampai Desember 2013 untuk jumlah curah hujan tertinggi adalah 547 dan untuk jumlah curah hujan terendah adalah 9. Rata-rata jumlah curah hujan selama periode yaitu 231,69 seperti terlihat pada Gambar (4.1). 3.1 Pengolahan Data dengan Metode Seasonal ARIMA Tahapan yang akan dilakukan pada bagian ini dimulai dengan pemeriksaan kestasioneran data, jika data telah stasioner dilanjutkan dengan proses identifikasi model-model yang cocok untuk data input, dan dari model-model tersebut ditentukan model terbaik untuk digunakan dalam peramalan. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Minitab Pemeriksaan Kestasioneran Data 600 Time Series Plot of Curah Hujan 500 Curah Hujan Index Gambar 3.2 Plot Data Curah Hujan di Kota Medan

3 Pemeriksaan kestasioneran data dapat dilakukan secara visual dengan menggunakan plot data. Berdasarkan Gambar (3.2) terlihat bahwa adanya fluktuasi yang beraturan yang mengindikasikan kemungkinan adanya faktor musiman di dalamnya. Terlihat juga plot data telah stasioner pada rata-rata dan juga variansnya karena pola data bergerak secara fluktuatif di sekitar nilai ratarata. Untuk memastikan apakah data sudah stasioner secara statistik dilakukan uji Augmented Dickey-Fuller. Tabel 3.2 Tabel Uji Augmented Dickey-Fuller Data Curah Hujan t-statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9, ,0000 Test critical values: 1% level -3, % level -2, % level -2, Tabel (3.2) memperlihatkan bahwa dengan taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai Augmented Dicky-Fuller yang lebih kecil dibandingkan nilai kritisnya 9, > 2, maka HH oo ditolak sehingga dapat diartikan bahwa data sudah stasioner dan dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya Proses Identifikasi Model Setelah memastikan bahwa data telah stasioner, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi model berdasarkan plot ACF dan PACF. Model yang tepat akan memberikan peramalan yang lebih akurat. Menurut Gaynor dan Kirkpatrick (1994), model Seasonal ARIMA dapat dipilih dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika ACF terpotong (cut off) setelah lag 1 atau 2, lag musiman tidak signifikan dan PACF perlahan-lahan menghilang (dies down), maka diperoleh model non seasonal MA(qq = 1 atau qq = 2). b. Jika ACF terpotong (cut off) setelah lag musiman LL, lag non musiman tidak signifikan dan PACF perlahan-lahan menghilang (dies down), maka diperoleh model non seasonal MA(QQ = 1). c. Jika ACF terpotong (cut off) setelah lag musiman LL, lag non musiman terpotong (cut off) setelah lag 1 atau 2, maka diperoleh model non seasonal MA(qq = 1atau qq = 2; QQ = 1).

4 d. Jika ACF perlahan-lahan menghilang (dies down) dan PACF terpotong (cut off) setelah lag 1 atau 2, lag musiman tidak signifikan, maka diperoleh model non seasonal AR(pp = 1 atau pp = 2). e. Jika ACF perlahan-lahan menghilang (dies down) dan PACF terpotong (cut off) setelah lag musiman LL, lag non musiman tidak signifikan, maka diperoleh model seasonal AR(PP = 1). f. Jika ACF perlahan-lahan menghilang (dies down), PACF terpotong (cut off) setelah lag musiman LL, dan non musiman terpotong (cut off) setelah lag 1 atau 2, maka diperoleh model non seasonal dan seasonal AR(pp = 1 atau pp = 2; PP = 1). Jika ACF dan PACF perlahan-lahan menghilang (dies down), maka diperoleh model campuran (ARMA). Autocorrelation Function for Curah Hujan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation Lag Gambar 3.3 Plot ACF Data Curah Hujan Pada Gambar (3.3) plot ACF menunjukkan cut off (terpotong) pada lag musiman (lag ke-12 dan lag ke-24). Hal ini mengindikasikan secara kuat adanya proses SMA (Seasonal Moving Average).

5 Gambar 3.4 Plot PACF Data Curah Hujan Terlihat juga pada Gambar (3.4), plot PACF menunjukkan cut off pada lag musiman (lag ke-12 dan lag ke-24). Hal ini mengindikasikan adanya proses SAR (Seasonal Autoregressive). Dari Gambar (3.3) dan Gambar (3.4), dapat dilihat bahwa beberapa kriteria di bawah ini terpenuhi, yaitu: a. Plot ACF dan PACF menunjukkan cut off pada lag musiman. Hal ini mengindikasikan adanya proses SMA(1) dan SAR(1). b. Plot ACF lag non musiman menunjukkan cut off setelah lag ke-2, sedangkan plot PACF lag non musiman menunjukkan cut off setelah lag ke-2. Hal ini mengindikasikan adanya proses MA(2), AR(2), atau gabungan keduanya yaitu ARMA(2,2). Berdasarkan dua kriteria yang terpenuhi di atas, maka diperoleh beberapa model yang dinyatakan dalam notasi ARIMA(pp, dd, qq)(pp, DD, QQ) ss sebagai berikut: 1. ARIMA(0,0,0)(1,0,1) ARIMA(2,0,0)(1,0,1) ARIMA(0,0,2)(1,0,1) ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12

6 3.1.3 Estimasi Parameter dan Pengujian Model Setelah beberapa model sementara diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengestimasi parameter dari model-model sementara, lalu dilakukan pengujian terhadap parameter hasil estimasi tersebut yang terdiri dari uji asumsi keberartian koefisien, uji asumsi white noise, dan diakhiri dengan memilih model yang memiliki nilai MSE terkecil. Setelah model-model terpilih diestimasi nilai parameternya, selanjutnya diuji apakah model tersebut sesuai dengan data Estimasi Parameter dan Uji Keberartian Koefisien Pengujian terhadap parameter hasil estimasi tersebut yang salah satunya adalah uji asumsi keberartian koefisien dengan hipotesis sebagai berikut: HH oo : koefisien tidak berarti HH 1 : koefisien berarti dengan αα = 0,05 dan kriteria uji yaitu tolak HH oo jika p-value < αα yang artinya koefisien berarti. Hasil estimasi parameter beserta nilai p-value untuk menguji keberartian koefisien model adalah sebagai berikut: 1. Model ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 Tabel 3.3 Penaksiran Parameter Model ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 Type Coef SE Coef T P SAR 12 (ΦΦ 11 ) 0,9890 0, ,06 0,000 SMA 12 (ΘΘ 11 ) 0,8652 0, ,43 0,000 Constant ( δδ) 2,417 1,576 1,53 0,128 Berdasarkan Tabel (3.3) diperoleh hasil penaksiran parameter model ARIMA (0,0,0)(1,0,1) 12 yaitu ΦΦ 1 = 0,989; ΘΘ 1 = 0,8652; dan δδ = 2,417. Dengan menggunakan operator backshift, model umum ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 dapat dinyatakan oleh: (1 ΦΦ 1 BB 12 )ZZ tt = δδ + (1 ΘΘ 1 BB 12 )aa tt Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter yang telah diperoleh, (1 0,989BB 12 )ZZ tt = 2,417 + (1 0,8652BB 12 )aa tt

7 Berdasarkan Tabel (3.3) dapat dilihat bahwa nilai p-value untuk parameter SMA(12) lebih kecil dari αα sehingga HH 0 ditolak. Jadi, model ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 memenuhi asumsi keberartian koefisien. 2. Model ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 Tabel 3.4 Penaksiran Parameter Model ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 Type Coef SE Coef T P AR 1 ( 11 ) -0,0112 0,0966-0,12 0,908 AR 2 ( 22 ) 0,1257 0,0959 1,31 0,192 SAR 12 (ΦΦ 11 ) 0,9906 0, ,32 0,000 SMA 12 (ΘΘ 11 ) 0,8796 0, ,38 0,000 Constant ( δδ) 2,014 1,453 1,39 0,168 Berdasarkan Tabel (3.4) diperoleh hasil penaksiran parameter model ARIMA (2,0,0)(1,0,1) 12 yaitu 1 = 0,0112; 2 = 0,1257; ΦΦ 1 = 0,9906; ΘΘ 1 = 0,8796; dan δδ = 2,014. Dengan menggunakan operator backshift, model umum ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 dapat dinyatakan oleh: (1 1 BB 2 BB 2 )(1 ΦΦ 1 BB 12 )ZZ tt = δδ + (1 ΘΘ 1 BB 12 )aa tt Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter yang telah diperoleh, (1 + 0,0112BB 0,1257BB 2 )(1 0,9906BB 12 )ZZ tt = 2,014 + (1 0,8796BB 12 )aa tt Berdasarkan Tabel (3.4) dapat dilihat bahwa nilai p-value untuk parameter AR(1) dan AR(2) lebih besar dari αα sehingga HH 0 diterima. Jadi, model ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 tidak memenuhi asumsi keberartian koefisien. 3. Model ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 Tabel 3.5 Penaksiran Parameter Model ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 Type Coef SE Coef T P SAR 12 (ΦΦ 11 ) 0,9899 0, ,59 0,000 MA 1 (θθ 11 ) 0,0010 0,0966 0,01 0,992 MA 2 (θθ 22 ) -0,0875 0,0957-0,91 0,363 SMA 12 (ΘΘ 11 ) 0,8765 0, ,26 0,000 Constant ( δδ) 2,397 1,596 1,50 0,136

8 Berdasarkan Tabel (3.5) diperoleh hasil penaksiran parameter model ARIMA (0,0,2)(1,0,1) 12 yaitu ΦΦ 1 = 0,9899 ; θθ 1 = 0,001 ; θθ 2 = 0,0875 ; ΘΘ 1 = 0,8765 dan δδ = 2,397. Dengan menggunakan operator backshift, model umum ARIMA(0,0,2)(0,0,1) 12 dapat dinyatakan oleh: (1 ΦΦ 1 BB 12 )ZZ tt = δδ + (1 θθ 1 BB θθ 2 BB 2 )(1 ΘΘ 1 BB 12 )aa tt Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter yang telah diperoleh, (1 0,9899BB 12 )ZZ tt = 2,397 + (1 0,001BB + 0,0875BB 2 )(1 0,8765BB 12 )aa tt Berdasarkan Tabel (3.5) dapat dilihat bahwa nilai p-value untuk parameter MA(1) dan MA(2) lebih besar dari αα sehingga HH 0 diterima. Jadi, model ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 tidak memenuhi asumsi keberartian koefisien. 4. Model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 Tabel 3.6 Penaksiran Parameter Model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 Type Coef SE Coef T P AR 1 ( 11 ) -1,2263 0,2551-4,81 0,000 AR 2 ( 22 ) -0,5816 0,2179-2,67 0,009 SAR 12 (ΦΦ 11 ) 0, ,17 0,000 MA 1 (θθ 11 ) -1,3029 0,2080-6,26 0,000 MA 2 (θθ 22 ) -0,7709 0,1674-4,61 0,000 SMA 12 (ΘΘ 11 ) 0,8520 0,0869 9,80 0,000 Constant ( δδ) 9,908 4,991 1,98 0,050 Berdasarkan Tabel (3.6) diperoleh hasil penaksiran parameter model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 yaitu 1 = 1,2263; 2 = 0,5816; ΦΦ 1 = 0,985; θθ 1 = 1,3029 ; θθ 2 = 0,7709 ; ΘΘ 1 = 0,852 dan δδ = 9,908. Dengan menggunakan operator backshift, model umum ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 dapat dinyatakan oleh: (1 1 BB 2 BB 2 )(1 ΦΦ 1 BB 12 )ZZ tt = δδ + (1 θθ 1 BB θθ 2 BB 2 )(1 ΘΘ 1 BB 12 )aa tt Dengan mensubstitusikan nilai-nilai parameter yang telah diperoleh, (1 + 1,2263BB + 0,5816BB 2 )(1 0,985BB 12 )ZZ tt = 9,908 + (1 + 1,3029BB + 0,7709BB 2 )(1 0,852BB 12 )aa tt

9 Berdasarkan Tabel (3.6) dapat dilihat bahwa nilai p-value untuk parameter AR(1), AR(2), SAR(1), MA(1), MA(2), dan SMA(12) lebih kecil dari αα sehingga HH 0 ditolak. Jadi, model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 memenuhi asumsi keberartian koefisien Uji Asumsi White Noise Uji asumsi white noise terdiri dari 2 tahap yaitu uji keacakan residu dan uji kenormalan residu. Di bawah ini adalah plot ACF residu dan nilai statistik Ljung- Box masing-masing model untuk menguji keacakan residu serta plot probabilitas residu masing-masing model untuk menguji kenormalan residu. 1. ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 ACF of Residuals for Curah Hujan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation Lag Gambar 3.5 Plot ACF Residu ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 Dari Gambar (3.5) terlihat tidak terdapat lag yang keluar dari garis batas menunjukkan bahwa residu bersifat acak. Untuk memastikan bahwa residu bersifat acak dapat menggunakan statistik Q Box-Pierce seperti yang terlihat pada Tabel (3.7). Tabel 3.7 Nilai Q Box-Pierce Model ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square 13,3 17,9 28,6 41,2 DF P-Value 0,150 0,654 0,685 0,632

10 Dari Tabel (3.7) terlihat bahwa nilai p-value untuk setiap lag yang diuji lebih besar dari αα maka HH 0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa residu dari model ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 bersifat acak Normal Probability Plot (response is Curah Hujan) 99 Percent Residual Gambar 3.6 Plot Probabilitas Residu ARIMA(0,0,0)(1,0,1) 12 Gambar (3.6) memperlihatkan residu mengikuti garis diagonal, yang berarti residu berdistribusi normal. Karena residu bersifat acak dan berdistribusi normal, maka residu memenuhi asumsi white noise. 2. ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 ACF of Residuals for Curah Hujan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation Lag Gambar 3.7 Plot ACF Residu ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12

11 Dari Gambar (3.7) terlihat tidak terdapat lag yang keluar dari garis batas menunjukkan bahwa residu bersifat acak. Untuk memastikan bahwa residu bersifat acak dapat menggunakan statistik Q Box-Pierce seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.8 Nilai Q Box-Pierce Model ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square 12,4 18,1 29,9 41,1 DF P-Value 0,089 0,517 0,521 0,554 Dari Tabel (3.8) terlihat bahwa nilai p-value untuk setiap lag yang diuji lebih besar dari αα maka HH 0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa residu dari model ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 bersifat acak Normal Probability Plot (response is Curah Hujan) Percent Residual Gambar 3.8 Plot Probabilitas Residu ARIMA(2,0,0)(1,0,1) 12 Gambar (3.8) memperlihatkan residu mengikuti garis diagonal, yang berarti residu berdistribusi normal. Karena residu bersifat acak dan berdistribusi normal, maka residu memenuhi asumsi white noise.

12 3. ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 ACF of Residuals for Curah Hujan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation Lag Gambar 3.9 Plot ACF Residu ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 Dari Gambar (3.9) terlihat tidak terdapat lag yang keluar dari garis batas menunjukkan bahwa residu bersifat acak. Untuk memastikan bahwa residu bersifat acak dapat menggunakan statistik Q Box-Pierce seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.9 Nilai Q Box-Pierce Model ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square 12,3 17,7 29,2 41,0 DF P-Value 0,092 0,539 0,561 0,556 Dari Tabel (3.9) terlihat bahwa nilai p-value untuk setiap lag yang diuji lebih besar dari αα maka HH 0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa residu dari model ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 bersifat acak.

13 Normal Probability Plot (response is Curah Hujan) Percent Residual Gambar 3.10 Plot Probabilitas Residu ARIMA(0,0,2)(1,0,1) 12 Gambar (3.10) memperlihatkan residu mengikuti garis diagonal, yang berarti residu berdistribusi normal. Karena residu bersifat acak dan berdistribusi normal, maka residu memenuhi asumsi white noise. 4. ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 ACF of Residuals for Curah Hujan (with 5% significance limits for the autocorrelations) Autocorrelation Lag Gambar 3.11 Plot ACF Residu ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 Dari Gambar (3.11) terlihat tidak terdapat lag yang keluar dari garis batas menunjukkan bahwa residu bersifat acak. Untuk memastikan bahwa residu

14 bersifat acak dapat menggunakan statistik Q Box-Pierce seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.10 Nilai Q Box-Pierce Model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square 7,0 12,0 23,0 33,7 DF P-Value 0,224 0,803 0,776 0,784 Dari Tabel (3.10) terlihat bahwa nilai p-value untuk setiap lag yang diuji lebih besar dari αα maka HH 0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa residu dari model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 bersifat acak Normal Probability Plot (response is Curah Hujan) Percent Residual Gambar 3.12 Plot Probabilitas Residu ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 Gambar (3.12) memperlihatkan residu mengikuti garis diagonal, yang berarti residu berdistribusi normal. Karena residu bersifat acak dan berdistribusi normal, maka residu memenuhi asumsi white noise Pemilihan Model Terbaik Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai MSE dari setiap model untuk menentukan model terbaik yang akan digunakan dalam peramalan. Berikut adalah tabel dari setiap model yang teridentifikasi:

15 Tabel 3.11 Nilai MSE Model ARIMA Nilai Model DF SSE MSE ARIMA(00, 00, 00)(11, 00, 11) ARIMA(22, 00, 00)(11, 00, 11) ARIMA(00, 00, 22)(11, 00, 11) ARIMA(22, 00, 22)(11, 00, 11) Pada Tabel (3.11) terlihat nilai MSE terkecil dimiliki oleh model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 yaitu sebesar Di bawah ini adalah rangkuman diagnosis model Seasonal ARIMA yang telah diuji. Tabel 3.12 Rangkuman Diagnosis Model Seasonal ARIMA Keberartian White Noise Model Koefisien Acak Normal MSE ARIMA(00, 00, 00)(11, 00, 11) 1111 Ya Ya Ya ARIMA(22, 00, 00)(11, 00, 11) 1111 Tidak Ya Ya ARIMA(00, 00, 22)(11, 00, 11) 1111 Tidak Ya Ya ARIMA(22, 00, 22)(11, 00, 11) 1111 Ya Ya Ya Berdasarkan Tabel (3.12), model yang memenuhi semua tahapan diagnosis yaitu memenuhi asumsi keberartian koefisien, asumsi white noise, dan memiliki nilai MSE terkecil di antara semua model yang teridentifikasi adalah model ARIMA (2,0,2)(1,0,1) 12. Jadi, model ARIMA (2,0,2)(1,0,1) 12 dipilih sebagai model yang digunakan untuk peramalan Peramalan dengan Model Seasonal ARIMA Terpilih untuk Evaluasi Setelah model terbaik dari beberapa model dugaan sementara dipilih, selanjutnya dilakukan peramalan untuk data input 2 musim terakhir yaitu periode Januari 2014 Desember Model ARIMA (2,0,2)(1,0,1) 12 yang diperoleh akan digunakan untuk peramalan yaitu: (1 + 1,226BB + 0,582BB 2 )(1 0,985BB 12 )ZZ tt = 9,908 + (1 + 1,303BB + 0,778BB 2 )(1 0,852BB 12 )aa tt

16 Hasil peramalan ini (Lampiran 1) akan dibandingkan dengan hasil peramalan dari metode Dekomposisi untuk evaluasi. 3.2 Pengolahan Data dengan Metode Dekomposisi Tahapan yang akan dilakukan pada bagian ini dimulai dengan pemisahan (Dekomposisi) data dengan menghitung indeks musiman dan menentukan garis trend yang tepat. Metode yang akan digunakan adalah metode Dekomposisi ratarata bergerak secara aditif dan multiplikatif sehingga ada dua model yang dihasilkan pada tahap ini. Model terbaik akan digunakan untuk peramalan Menghitung Indeks Musiman Sebelum masuk ke dalam proses menghitung indeks musiman, terlebih dahulu dihitung rata-rata bergerak sepanjang musiman data. Pada penelitian ini data memiliki musiman sepanjang 12 periode. Jadi, rata-rata musiman dihitung merataratakan 12 data berurutan dan hasilnya diletakkan pada periode tengahnya. Hasil perhitungan rata-rata bergerak dan rasio antara data aktual dengan rata-rata bergerak dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 3.13 Indeks Musiman Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni ,158 17,191 39,405 40, , , ,393 73,915 67, , , , ,956 4,309 28, , ,551 42, ,608 59,536 81,093 96,593 94,648 53, ,454 66, ,513 94, ,657 22, ,844 40, ,923 40, ,461 78, ,743 28, ,769 95,906 92,340 58, ,328 42,947 86,509 70, ,629 35, , ,675 51,064 74,253 65,213 52,503 Rata2 Medial 80,249 46,948 89,470 83, ,349 60,301 Faktor 1,026 1,026 1,026 1,026 1,026 1,026 Penyesuaian Indeks Musiman (%) 82,346 48,175 91,809 86, ,965 61,877

17 Lanjutan Tabel (3.13) Tahun Juli Agustus September Oktober November Desember Total , , , ,315 71,221 78, ,293 76, , ,914 86, , ,877 68, , ,598 71, , ,891 97, , , , , , , , ,109 88,091 62, ,161 98, , , ,118 55, , ,158 78,394 87, ,273 67, , ,709 71, , , , ,652 76, , , ,294 99, , Rata2 Medial 91, , , , , , ,4 Faktor Penyesuaian 1,026 1,026 1,026 1,026 1,026 1,026 Indeks Musiman (%) 93, , , , , , Tabel (3.13) adalah tabel indeks musiman. Untuk rata-rata bergerak bulan Juli 2004 dihitung dari jumlah total curah hujan bulan Januari hingga Desember, data awal dibagi 12. Untuk rata-rata bergerak bulan Agustus dihitung dari jumlah total curah hujan bulan Februari 2004 hingga januari 2005 dibagi 12, dan seterusnya. Rasio ini kemudian disusun sesuai dengan periodenya masing-masing yaitu pada bulan yang sama di tiap tahun dan dihitung rata-rata medialnya (ratarata dari data yang telah dikeluarkan nilai terbesar dan terkecil) untuk setiap periode yang bersesuaian. Rata-rata medial ini kemudian dikali dengan faktor penyesuaian agar jumlah rata-rata medial untuk semua periode menjadi nn (panjang musiman). Seasonal factor atau seasonal index atau indeks musiman dihitung dari mencari rata-rata median dari data rasio original indeks dengan rata-rata bergerak pada bulan yang sama di tiap tahun selain nilai yang tertinggi dan yang terendah. Kemudian dihitung dengan penyesuaian dari rata-rata medial sehingga jumlahnya sama dengan Pencocokan Trend Deseasonalized dari data aktual yaitu membagi data asli dengan indeks musiman. Data ini lah yang akan menjadi data dasar untuk menentukan persamaan garis

18 trend linier (Lampiran 4). Dari data yang telah dideseasonalized dilakukan proyeksi dengan menggunakan regresi sederhana hingga mendapatkan hasil persamaan garis trend. Terlebih dahulu menghitung nilai aa dan bb dalam persamaan garis trend sebagai berikut: bb = nn ttxx tt tt XX tt 120( ,591) 7.260(27.837,270) nn tt 2 ( tt) 2 = 120( ) (7.260) 2 = 0,207 aa = XX tt nn tt bb nn = ,270 (0,207) = 219,451 sehingga diperoleh persamaan garis trend: TT tt = 219, ,207tt Peramalan dengan Metode Dekomposisi untuk Evaluasi Selanjutnya dilakukan peramalan untuk data input 2 musim terakhir yaitu periode Januari 2014 Desember Pada periode tt akan dilakukan proyeksi dengan terlebih dahulu melakukan coding secara berurutan sesuai urutan proyeksi. Hasil prediksi diperoleh dari mengalikan persamaan trend TT tt dengan indeks musimannya. Hasil peramalan ini (Lampiran 2) akan dibandingkan dengan hasil peramalan dari metode Seasonal ARIMA untuk evaluasi. 3.3 Evaluasi Hasil Peramalan Metode Seasonal ARIMA dan Metode Dekomposisi Kriteria keakuratan hasil peramalan dengan menggunakan kedua model tersebut dalam penelitian ini adalah dengan menghitung nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Digunakan MAPE karena MAPE mengenal secara pasti signifikansi hubungan diantara data hasil ramalan dengan data aktual melalui persentase dari data aktual dan indikator positif atau negatif pada error diabaikan. Jika MAPE lebih kecil berarti metode tersebut lebih akurat. Model peramalan dikatakan baik jika nilai MAPE kurang dari 20%. Berdasarkan hasil peramalan curah hujan dengan data input periode Januari 2014 sampai Desember 2015 menggunakan model Seasonal ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 dan metode Dekomposisi diperoleh nilai MAPE masing-

19 masing metode yaitu 18,051% dan 26,559% (Lampiran 5 dan Lampiran 6). Nilai MAPE yang dihasilkan metode Seasonal ARIMA lebih kecil dibandingkan MAPE metode Dekomposisi. Sehingga peramalan dengan menggunakan metode Seasonal ARIMA lebih baik dibandingkan dengan menggunakan jaringan saraf tiruan metode Dekomposisi. 3.4 Peramalan Curah Hujan Tahap terakhir pada penelitian ini adalah melakukan peramalan curah hujan dengan metode yang terpilih yaitu model Seasonal ARIMA (2,0,2)(1,0,1) 12. Berikut adalah peramalan curah hujan di Kota Medan periode Januari 2017 Desember Tabel 3.14 Peramalan Curah Hujan Kota Medan Tahun 2017 Tahun 2018 Periode Ramalan Pembulatan (t) (ZZ tt ) Januari , Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus , September , Oktober , November , Desember ,

20 Lanjutan Tabel (3.14) Periode Ramalan Pembulatan (t) (ZZ tt ) Januari , Februari , Maret , April , Mei , Juni , Juli , Agustus , September , Oktober , November , Desember ,

21 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Curah hujan berpola musiman sehingga metode Seasonal ARIMA dan metode dekomposisi dapat digunakan untuk meramalkan curah hujan di Kota Medan dengan jumlah periode per musimnya adalah 12 bulan. 2. Dari pengolahan data dengan metode Seasonal ARIMA, diperoleh model yang paling sesuai dengan data yaitu model ARIMA(2,0,2)(1,0,1) 12 : (1 + 1,226BB + 0,582BB 2 )(1 0,985BB 12 )ZZ tt = 9,908 + (1 + 1,303BB + 0,778BB 2 )(1 0,852BB 12 )aa tt dengan nilai MSE sebesar Dari pengolahan data dengan metode dekomposisi, diperoleh persamaan garis trend: TT tt = 219, ,207tt 4. Dari evaluasi hasil peramalan, diperoleh nilai MAPE sebesar 18,051% untuk metode Seasonal ARIMA dan sebesar 26,559% untuk metode dekomposisi. Nilai MAPE metode Seasonal ARIMA lebih kecil dari metode dekomposisi dan berada di bawah 20%, sehingga dalam penelitian ini metode Seasonal ARIMA jauh lebih baik dibandingkan metode dekomposisi dalam meramalkan curah hujan di Kota Medan. 4.2 Saran 1. Model ARIMA yang lain perlu diteliti untuk mendapatkan nilai error ramalan yang lebih kecil. 2. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tingkat keakuratan ramalan menggunakan metode ARIMA maupun Seasonal ARIMA, pembaca dapat membandingkan dan juga mengombinasikan metode tersebut dengan metode deret waktu lainnya dan juga metode jaringan syaraf tiruan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan horizontal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :

BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG. Bab 4 Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan : BAB SIMULASI PERHITUNGAN HARGA BARANG Bab Simulasi Perhitungan Harga barang berisikan :.. Simulasi peramalan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) melalui metode ARIMA.. Prediksi nilai inflasi tahun 0.3. Prediksi

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman

Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun Tahun Bulan Wisman Lampiran 1. Data Tingkat Hunian Hotel di Propinsi DIY Tahun 1991-2003 48 49 Lampiran 1 Data Tingkat Hunian Hotel Rata-Rata di Propinsi DIY Tahun 1991-2003, Tahun Bulan Wisman 1991 1 27,00 1991 2 30,60

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut : 4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtut waktu. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data harga

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA FATHIN FAHIMAH 226133 DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim TE 091399 TUGAS AKHIR- 4 SKS PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA Oleh Nur Hukim Dosen Pembimbing Prof. Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng. Ph.D Ir. Achmad

Lebih terperinci

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins Statistika, Vol. 16 No. 2, 95 102 November 2016 Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins FERRY KONDO LEMBANG Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Pattimura Ambon

Lebih terperinci

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 LOGO PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI Trio Yonathan Teja Kusuma 1, Sandra Praharani Nur Asmoro 2 1,2)

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian II) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 2016 1 a. Lakukan proses pembedaan (differencing) sebanyak dua kali pada data asal. b. Lakukan pendugaan parameter pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian Bab IV Pembahasan dan Hasil Penelitian IV.1 Statistika Deskriptif Pada bab ini akan dibahas mengenai statistik deskriptif dari variabel yang digunakan yaitu IHSG di BEI selama periode 1 April 2011 sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 menguji kelayakan model sehingga model sementara tersebut cukup memadai. Salah satu caranya adalah dengan menganalisis galat (residual). Galat merupakan selisih antara data observasi dengan data hasil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN C BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mencoba meramalkan jumlah penumpang kereta api untuk masa yang akan datang berdasarkan data volume penumpang kereta api periode Januari 994-Februari 203

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERAMALAN PENDAFTARAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SEASONAL ARIMA DAN METODE DEKOMPOSISI

ANALISIS PERAMALAN PENDAFTARAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SEASONAL ARIMA DAN METODE DEKOMPOSISI ANALISIS PERAMALAN PENDAFTARAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SEASONAL ARIMA DAN METODE DEKOMPOSISI (Studi kasus: Lembaga Bimbingan Belajar SSC Bintaro) Nizar Muhammad Al Kharis PROGRAM STUDI MATEMATIKA

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA OLEH : 1. Triyono ( M0107086 ) 2. Nariswari S ( M0108022 ) 3. Ayunita C ( M0180034 ) 4. Ibnuhardi F.Ihsan ( M0108045 ) 5. Marvina P (

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Suhu Udara Rata-rata suhu 18 20 22 24 26 28 30 32 ragam, maka dilakukan transformasi Box-Cox. d. Mengidentifikasi model. Dalam tahap ini akan didapat model-model sementara, dengan melihat plot ACF dan PACF. e. Pendugaan parameter

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api Efek Variasi Kalender dengan Pendekatan Regresi Time Series Nur Ajizah 1, Resa Septiani Pontoh 2, Toni Toharudin 3 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan

Lebih terperinci

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE Data yang digunakan adalah data M2Trend.wf1 (buku rujukan pertama, bab-8). Model analisisnya adalah Xt = M2 diregresikan dengan t = waktu. Model yang akan

Lebih terperinci

model Seasonal ARIMA

model Seasonal ARIMA Jurnal Sains Matematika dan Statistika, Vol. No. i ISSN - Peramalan Wisatawan Mancanegara Ke Provinsi Riau Melalui Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Seasonal ARIMA Ropita Munawaroh dan M. M. Nizam, Jurusan

Lebih terperinci

Diagnostik Model. Uji Ljung-Box-Pierce (modified Box-Pierce)

Diagnostik Model. Uji Ljung-Box-Pierce (modified Box-Pierce) Diagnostik Model Analisis Sisaan Sisaan = Nilai Aktual Nilai Prediksi Apabila model ARIMA(p, d, q) benar dan dugaan parameter sangat dekat ke nilai yang sebenarnya maka sisaan akan memiliki sifat seperti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan BAB IV STUDI KASUS 4.1 Indeks Harga Konsumen Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang. Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C Oleh: Rara Karismawati NRP.7207040019 1 Pembimbing: Mike Yuliana, ST, MT NIP. 197811232002122009 Reni Soelistijorini,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Air Sungai

Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Air Sungai Lampiran 1. Hasil Analisa Laboratorium Kualitas Air Sungai Lampiran 2. Laporan Proses Air Limbah PT. UNITEX Periode Agustus 2006 Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Mutu Limbah Cair PT. UNITEX Periode Juli 2005

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data

HASIL DAN PEMBAHASAN. Eksplorasi Data 5 korelasi diri, dan plot korelasi diri parsial serta uji Augmented Dickey- Fuller b. Identifikasi Model dengan metode Box-Jenkins c. Pemutihan deret input d. Pemutihan deret output berdasarkan hasil pemutihan

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA UNTUK PREDIKSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN ROB DI KOTA AMBON

PEMODELAN ARIMA UNTUK PREDIKSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN ROB DI KOTA AMBON PEMODELAN ARIMA UNTUK PREDIKSI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN DAMPAKNYA TERHADAP LUAS SEBARAN ROB DI KOTA AMBON (MODELS OF ARIMA TO PREDICT RISING SEA AND ITS IMPACT FOR THE WIDESPREAD DISTRIBUTION OF ROB

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) SIDANG TUGAS AKHIR KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) Disusun oleh : Ratna Evyka E.S.A NRP 1206.100.043 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER 6.1. Analisis Pola Data Penjualan Ayam Broiler Data penjualan ayam broiler adalah data bulanan yang diperoleh dari bulan Januari 2006

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten LAMPIRAN 71 Lampiran 1. Struktur Organisasi PTP Nusantara VIII Kebun Cianten 72 Lampiran 2. Spesifikasi persyaratan mutu teh hitam (SNI 01-1902-1995) No. Jenis Uji Satuan Spesifikasi 1 Kadar air % b/b

Lebih terperinci

iii Universitas Sumatera Utara

iii Universitas Sumatera Utara no bulan tahun suhu 1 JAN 2002 26.3 2 FEB 2002 26.7 3 MAR 2002 27.4 4 APR 2002 26.6 5 MEI 2002 27.6 6 JUN 2002 26.7 7 JUL 2002 27.4 8 AGTS 2002 27.6 9 SEP 2002 25.7 10 OKT 2002 26.4 11 NOV 2002 25.8 12

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING Nama : Zahroh Atiqoh NRP : 1205 100 021 Dosen Pembimbing : 1. Dra. Nuri Wahyuningsih, MKes 2. Drs. Sulistiyo,

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun

Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun Peramalan Jumlah Penumpang Kereta Api Kelas Bisnis Eksekutif Jurusan Madiun Jakarta di PT. Kereta Api (Persero) DAOP VII Madiun NAMA : RITA RAHMADHANI NRP : 1306 030 008 PEMBIMBING: DR. BRODJOL SUTIJO

Lebih terperinci

Pemodelan dan Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Surabaya dengan ARIMAX Variasi Kalender

Pemodelan dan Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Surabaya dengan ARIMAX Variasi Kalender Pemodelan dan Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Surabaya dengan ARIMAX Variasi Kalender 1 Arinta Cahyaningtyas dan 2 Setiawan 1,2 Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman.

Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman. Definisi Seasonal ARIMA adalah model ARIMA yang mengandung faktor musiman. Musiman berarti kecenderungan mengulangi pola tingkah gerak dalam periode musim, biasanya satu tahun untuk data bulanan. Karena

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut :

Sedangkan model fungsi transfer bentuk kedua adalah sebagai berikut : 1 Metode Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 255 dengan Pendekatan Fungsi Transfer Dwi Listya Nurini, Brodjol Sutijo SU Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am Pemodelan ARIMA Non- Musimam ARIMA ARIMA(Auto Regresif Integrated Moving Average) merupakan suatu metode analisis runtun waktu(time series) ARIMA(p,d,q) Dengan AR : p =orde dari proses autoreggresif I

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Oleh : Dwi Listya Nurina 1311105022 Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Air Bersih BUMN Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA Gumgum Darmawan 1), Suhartono 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 55 69. PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA John Putra S Tampubolon, Normalina Napitupulu, Asima Manurung Abstrak.

Lebih terperinci

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia

MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA. Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia MODEL ARMA (AUTOREGRESSIVE MOVING AVERAGE) UNTUK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KABUPATEN SEMARANG JAWA TENGAH - INDONESIA Adi Nugroho 1, Bistok Hasiholan Simanjuntak 2 1 Staf pengajar di Fakultas Teknologi Informasi

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas

KAJIAN TEORI. atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14) Rata rata (μ) dari distribusi probabilitas 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Statistik Dasar 1. Average (Rata-rata) Menurut Spiegel,dkk (1996:45) rata-rata yaitu sebuah nilai yang khas atau yang mewakili suatu himpunan data. Menurut Supranoto (2001:14)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi?

BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI. Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? BAB 3 PRAKIRAAAN dan PERAMALAN PRODUKSI Dalam Manajemen Operasional, mengapa perlu ada peramalan produksi? a. Ada ketidak-pastian aktivitas produksi di masa yag akan datang b. Kemampuan & sumber daya perusahaan

Lebih terperinci

Peramalan Permintaan Pengujian Sampel Di Laboratorium Kimia Dan Fisika. Baristand Industri Surabaya)

Peramalan Permintaan Pengujian Sampel Di Laboratorium Kimia Dan Fisika. Baristand Industri Surabaya) Peramalan Permintaan Pengujian di Lab. Kimia dan Fisika (Aneke Rintiasti, Erna Hartati, Nunun Hilyatul M.) Peramalan Permintaan Pengujian Sampel Di Laboratorium Kimia Dan Fisika Baristand Industri Surabaya

Lebih terperinci

MODEL TERBAIK ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK

MODEL TERBAIK ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK MODEL TERBAIK ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK Moh. Yamin Darsyah 1, Muhammad Saifudin Nur 2 1,2 Progam Studi Statistika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

MA(q) AR(p) MA(q) jika ACF cuts off lebih tajam, AR(p) jika PACF cuts off lebih tajam ARMA(0,0)

MA(q) AR(p) MA(q) jika ACF cuts off lebih tajam, AR(p) jika PACF cuts off lebih tajam ARMA(0,0) LAMPIRAN ACF 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Lampiran 1. Tabel penentuan Nilai Ordo Pada Proses ARIMA Berdasarkan Plot ACF dan PACF No Kemungkinan plot ACF dan PACF Model ARIMA 1 ACF nyata pada ke-1,2,3,...,q

Lebih terperinci

Penerapan Model ARIMA

Penerapan Model ARIMA Penerapan Model ARIMA (Bagian I) Dr. Kusman Sadik, M.Si Departemen Statistika IPB, 016 1 Ada tiga tahapan iterasi dalam pemodelan data deret waktu, yaitu: 1. Penentuan model tentatif (spesifikasi model)

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSIVE) UNTUK MEKANISME PEMODELAN PRODUKSI, KONSUMSI, EKSPOR, IMPOR, DAN HARGA MINYAK BUMI AGUS WAHYULI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN

EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN EFEKTIVITAS METODE BOX-JENKINS DAN EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DISHUB KLATEN Puji Rahayu 1), Rohmah Nur Istiqomah 2), Eminugroho Ratna Sari 3) 1)2)3) Matematika

Lebih terperinci

The 4 th Univesity Research Coloquium 2016 PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK

The 4 th Univesity Research Coloquium 2016 PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN WINTER PADA PERAMALAN DATA SAHAM BANK Moh. Yamin Darsyah 1, Muhammad Saifudin Nur 2 1,2 Progam Studi Statistika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Novian Endi Gunawan 1, I Wayan Sumarjaya 2, I G.A.M. Srinadi 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

Prediksi Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Barat Melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Menggunakan Metode SARIMA

Prediksi Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Barat Melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Menggunakan Metode SARIMA Politeknik Negeri Bandung July 26-27, Prediksi Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Barat Melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara dan Pelabuhan Muarajati Menggunakan Metode SARIMA Agus Supriatna 1, Betty

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengalami fluktuasi antar waktu. Data tersebut mengindikasikan adanya 47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Volatilitas Harga Minyak 4.1.1 Deskripsi Data Plot data harga minyak pada bulan Januari 2000 hingga bulan Desember 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.1. Hal ini menunjukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi data Tahap pertama dalam pembentukan model VAR adalah melakukan eksplorasi data untuk melihat perilaku data dari semua peubah yang akan dimasukkan dalam model. Eksplorasi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-34 Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG Mey Lista Tauryawati

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) I. PENDAHULUAN II. METODOLOGI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) I. PENDAHULUAN II. METODOLOGI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Implementasi Metode Time Series Arima Berbasis Java Desktop Application untuk Memperkirakan Jumlah Permintaan Busana Muslim Anak di Perusahaan Habibah Busana

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran LATAR BELAKANG Listrik elemen terpenting dalam kehidupan manusia Penelitian Sebelumnya Masyarakat

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab II akan dijelaskan pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya yaitu peramalan data runtun waktu (time series), konsep dasar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak stasioner baik dalam rata-rata maupun variansi. Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Studi Pendahuluan Studi Pustaka Identifikasi Masalah Perumusan Masalah Tujuan Pengumpulan Data 1. Profil Perusahaan PT. Mensa Binasukses cabang kota Padang 2. Data forecasting

Lebih terperinci

Pemodelan Inflasi Nasional dengan Self-Exciting Threshold Autoregressive

Pemodelan Inflasi Nasional dengan Self-Exciting Threshold Autoregressive Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Pemodelan Inflasi Nasional dengan Self-Exciting Threshold Autoregressive Gusti Ayu Made Arna Putri 1), Ni Putu Nanik Hendayanti

Lebih terperinci

TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) TREND ANALYSIS INFANT MORTALITY RATE DENGAN AUTOREGRESIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) Jerhi Wahyu Fernanda, Wisnaningsih S, Emilia Boavida,, Prodi Rekam Medis Informasi Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT

BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT BAB III PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL VAR PADA PERAMALAN VOLUME PENJUALAN DAN HARGA INTI SAWIT Pada bab ini, penulis akan membandingkan hasil peramalan menggunakan model ARIMA dan model VAR yang telah

Lebih terperinci

BAB III HASIL ANALISIS

BAB III HASIL ANALISIS 51 BAB III HASIL ANALISIS 3.1 Pengumpulan Data Pada tahap ini, penulis secara langsung mengambil data dari PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan pada periode Januari 00 sampai dengan Desember 006. Disamping

Lebih terperinci

1. Latar Belakang. Gambar 1 Plot Produksi Tembakau Indonesia. Gambar 2 Plot Harga Tembakau Indonesia

1. Latar Belakang. Gambar 1 Plot Produksi Tembakau Indonesia. Gambar 2 Plot Harga Tembakau Indonesia 1. Latar Belakang Tembakau merupakan komoditas yang mempunyai arti penting karena memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia. Meskipun demikian, komoditi tembakau di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan,

Lebih terperinci