GAMBARAN UMUM KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN UMUM KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA"

Transkripsi

1 IV. GAMBARAN UMUM KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi menunjukkan volume peningkatan output ekonomi dari tahun ke tahun yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah. Pada awal pelaksanaan pembangunan umumnya suatu daerah akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun demikian pertumbuhan yang tinggi tersebut hanya merupakan syarat perlu namun tidak cukup dalam melaksanakan proses pembangunan (Esmara, 1986). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disamping merupakan suatu bentuk keberhasilan dari pembangunan, umumnya juga disertai dengan permasalahan lain seperti pengangguran, kemiskinan di pedesaan, ketimpangan distribusi pendapatan dan ketidakseimbangan struktural (Kuncoro, 2003). Pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda antar wilayah menyebabkan adanya ketidakseimbangan antar kawasan ataupun antar pulau. Pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu di tiap pulau disajikan dalam gambar berikut: Sumatra Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pulau, Tahun (%)

2 64 Dalam kurun waktu pertumbuhan ekonomi di setiap pulau relatif fluktuatif. Pulau Maluku dan Papua menjadi pulau dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang paling fluktuatif dalam periode waktu tersebut. Provinsi-provinsi yang ada di pulau tersebut sedang berusaha melakukan percepatan pembangunan untuk mengejar ketertinggalannya dari provinsi-provinsi lainnya. Jika dilihat berdasarkan kawasan, pertumbuhan ekonomi di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada kurun waktu disajikan dalam Gambar 4.2. Pertumbuhan ekonomi di KTI relatif lebih fluktuatif dibandingkan KBI. Hal ini dipengaruhi oleh pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berbeda di setiap provinsi yang ada di masing-masing kawasan. KTI yang umumnya terdiri dari provinsi-provinsi yang sedang berkembang masih menjadikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebagai indikator keberhasilan pembangunan di daerahnya, sedangkan provinsi-provinsi di KBI yang umumnya lebih maju tidak lagi memperoleh tambahan output setinggi awal pelaksanaan pembangunan KBI KTI Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.2 Pertumbuhan Ekonomi menurut Kawasan, Tahun (%) Meskipun demikian, dari Gambar 4.2 terlihat bahwa pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi antara KBI dan KTI menunjukkan adanya kecenderungan menuju konvergen. Pertumbuhan ekonomi KBI tahun 2010 sebesar 6,09 persen, sedangkan KTI sebesar 6,03 persen.

3 65 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa selama tahun , rata-rata pertumbuhan ekonomi di beberapa provinsi di Jawa dan Sumatra berada di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat di beberapa daerah menunjukkan bahwa kondisi mapan mulai dicapai oleh daerah-daerah tersebut. Kondisi ini bisa disebabkan oleh sudah optimalnya penggunaan sumber daya yang ada di provinsi untuk melakukan pembangunan sehingga penambahan outputnya dari tahun ke tahun tidak lagi setinggi pada awal pembangunan. Kondisi yang berbeda pada rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh provinsi-provinsi di luar Jawa dan Sumatra. Pencapaian pertumbuhan ekonomi di provinsi-provinsi di luar Jawa dan Sumatra relatif lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang memberikan indikasi bahwa provinsiprovinsi di wilayah tersebut masih terus berusaha mengembangkan dirinya dan berusaha mengejar ketertinggalan dari provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatra yang relatif sudah lebih maju. Tabel 4.1 Rata-rata Pertumbuhan PDRB Menurut Provinsi, Tahun Provinsi Rata-rata Pertumbuhan (%) Provinsi Rata-rata Pertumbuhan (%) Aceh (1,38) Kalimantan Barat 4,57 Sumatra Utara 5,55 Kalimantan Tengah 5,47 Sumatra Barat 5,44 Kalimantan Selatan 5,13 Riau 3,47 Kalimantan Timur 2,99 Kep Riau 5,02 Sulawesi Utara 5,58 Jambi 6,20 Sulawesi Tengah 7,05 Sumatra Selatan 4,43 Sulawesi Selatan 6,13 Kep Babel 5,38 Sulawesi Tenggara 7,27 Bengkulu 5,52 Gorontalo 7,07 Lampung 5,12 Sulawesi Barat 6,69 DKI Jakarta 5,68 NTB 5,14 Jawa Barat 5,09 NTT 4,79 Banten 5,27 Maluku 4,39 Jawa Tengah 5,01 Maluku Utara 4,92 DI Yogyakarta 4,56 Papua 3,35 Jawa Timur 5,38 Papua Barat 8,35 Bali 4,87 Indonesia 4,92 Sumber: BPS, berbagai tahun.

4 Perkembangan PDRB per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Perbedaan ketersediaan faktor-faktor produksi dan sumber daya alam membuat besaran PDRB menjadi bervariasi antar wilayah. Selama tahun , Jawa menyumbang lebih dari 50 persen PDB total nasional (Tabel 1.2). Kondisi tersebut mengindikasikan adanya kesenjangan antar pulau di Indonesia. Jawa yang memiliki faktor-faktor produksi dan sumber daya alam yang melimpah telah membuatnya dominan di antara pulau-pulau lainnya. Tren PDRB antar pulau selama tahun juga menunjukkan pola yang serupa (Gambar 4.3). PDRB provinsi-provinsi di Jawa terus meningkatkan selama periode penelitian. 1,600,000, ,400,000, ,200,000, ,000,000, ,000, ,000, ,000, ,000, Sumatra Jawa Bali &NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: BPS, diolah Gambar 4.3 Tren PDRB Antar Pulau, Tahun (juta rupiah) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita biasa digunakan untuk melakukan pendekatan pendapatan per kapita yang mencerminkan tingkat kesejahteraan suatu wilayah. Menurut Arsyad (2010), pendapatan per kapita memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dan menggambarkan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang terjadi antar wilayah. Semakin tinggi PDRB per kapita maka kesejahteraan penduduk dan jumlah penduduk miskin di suatu daerah akan semakin berkurang, karena dengan pendapatan yang semakin tinggi maka seseorang akan semakin mampu untuk memenuhi

5 67 kebutuhannya dan semakin mampu membayar berbagai pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah Sumatra Jawa Bali &NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber : BPS, diolah. Gambar 4.4 Tren PDRB per Kapita Antar Pulau, Tahun (juta rupiah). Pulau Jawa masih merupakan pulau yang sejahtera dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, bahkan Jawa menunjukkan tren yang terus meningkat dari tahun ke tahun, artinya kesejahteraan penduduk di Jawa terus mengalami peningkatan sepanjang periode penelitian, padahal apabila dilihat dari distribusi jumlah penduduk yang tersebar di pulau-pulau tersebut, Jawa memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan pulau yang lain (lihat Tabel 1.1). Selain itu Jawa masih memilik faktor-faktor yang menarik bagi para migrant untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Teori Migrasi Todaro (Todaro & Smith, 2006) menjelaskan alasan seseorang melakukan migrasi karena adanya harapan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik di tempat yang baru. Jawa dan Sumatra yang memiliki potensi sumber daya alam yang lebih subur dibandingkan dengan pulaupulau lainnya telah membuatnya menjadi daerah tujuan migrasi. Gambar 4.5 menunjukkan jumlah migran yang masuk ke setiap pulau pada tahun 2005 baik migrasi risen maupun migrasi seumur hidup. Pulau Jawa dan Sumatra menjadi tujuan utama para migrant pada tahun 2005 dibandingkan pulau-pulau lainnya. Penumpukan penduduk di Jawa dan Sumatra tentunya menjadi beban tersendiri, namun disisi lain jumlah penduduk yang besar juga merupakan salah

6 68 satu modal pembangunan yang penting. Model Kremerian menyatakan bahwa populasi yang besar adalah prasyarat bagu kemajuan teknologi (Mankiw, 2007). Di samping modal manusia yang besar, tidak bisa dipungkiri bahwa Jawa dan Sumatra memiliki sumber daya alam yang melimpah dan infrastruktur yang lebih baik. Karakteristik inilah yang menjadikan kedua pulau utama tersebut menjadi pusat perekonomian di Indonesia. 12,000,000 10,000,000 10,702,323 Migrasi Risen Migrasi Seumur Hidup 8,000,000 6,000,000 6,082,851 4,000,000 2,000, ,513 2,364,576 2,048,206 1,246, , , , , ,173 71,610 Jawa Sumatra Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: BPS, diolah Gambar 4.5 Migrasi Risen dan Migrasi Seumur Hidup Masuk, Tahun 2005 (orang) Meskipun demikian, PDRB per kapita yang tinggi tidak selalu mencerminkan pemerataan. Kesejahteraan yang tinggi tidak selalu dinikmati secara merata oleh masyaratkat. Kondisi ini terlihat dari perkembangan jumlah penduduk miskin yang ada setiap pulau (Gambar 4.6). Selama tahun , Maluku dan Papua menjadi pulau dengan jumlah penduduk miskin terbanyak dibandingkan pulau-pulau lainnya padahal pulau tersebut juga memiliki tren PDRB per kapita terendah selama tahun , sedangkan Kalimantan yang selama tahun mempunyai PDRB per kapita tertinggi di Indonesia justru menjadi pulau yang paling sedikit memiliki penduduk miskin. Adanya permasalahan kemiskinan yang dihadapi setiap pulau menunjukkan bahwa

7 69 keberhasilan pembangunan tidak serta merta dibarengi dengan pemerataan pendapatan Sumatra Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.6 Tren Penduduk Miskin Menurut Pulau, Tahun (persen). Ketidakmerataan pembangunan juga terlihat dari banyaknya jumlah pengangguran yang ada di suatu wilayah. Pembangunan ekonomi yang tidak disertai dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi akan menimbulkan permasalahan ekonomi baru, beban yang harus ditanggung negara akibat tingginya angka pengangguran. Gambar 4.7 menunjukkan tren angka pengangguran menurut pulau selama tahun Pulau-pulau yang memiliki PDRB per kapita tinggi juga harus menghadapi jumlah pengangguran yang tinggi. Sedangkan untuk pulau Bali dan Nusa Tenggara serta pulau Maluku dan Papua yang memiliki angka pengangguran yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya ternyata mempunyai PDRB per kapita relatif lebih rendah dibandingkan pulau lainnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daerah yang sudah maju maupun yang sedang berkembang mempunyai permasalahan yang sama yaitu pengangguran. Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan kesenjangan

8 70 ekonomi, hanya saja yang membedakan antar wilayah adalah tingkat kecenderungan disparitas, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran yang terjadi. Hal ini tentunya membutuhkan penanganan yang berbeda Sumatra Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.7 Tren Pengangguran Menurut Pulau, Tahun (persen). 4.3 Investasi Investasi Pemerintah Investasi diperlukan dalam melaksanakan pembangunan. Teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar menjelaskan hubungan positif antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Apabila tingkat investasi suatu daerah tinggi maka daerah tersebut akan memiliki pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi karena kegiatan ekonomi yang terjadi di daerah tersebut berjalan produktif. Investasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Kemampuan pemerintah dalam menyediakan modal untuk keperluan percepatan pembangunan terbatas sehingga pemerintah perlu melakukan usaha-usaha untuk memperoleh tambahan modal bagi pelaksanaan pembangunan di daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diberi kewenangan untuk menggali pendapatan dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya. Melalui

9 71 pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang ada di APBD, setiap pemerintah daerah berusaha mengoptimalkan anggaran yang ada untuk menambah aset di daerahnya. Gambar 4.8 menunjukkan perkembangan investasi pemerintah dari tahun Jawa yang menjadi pusat perekonomian justru menunjukkan kecenderungan menurun mulai tahun 2006 sampai tahun 2008, kondisi ini berbeda dengan investasi pemerintah yang terus ditingkatkan di luar Jawa. Upaya pemerintah untuk memperoleh output yang tinggi melalui investasi yang dilakukannya terlihat nyata di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku-Papua. Sedangkan Bali dan Nusa Tenggara justru menjadi pulau dengan investasi pemerintah terendah. Kondisi yang terjadi di Bali dan Nusa Tenggara tersebut dimungkinkan karena pemerintah daerah tidak memiliki cukup dana untuk melakukan pembangunan karena anggaran yang dimiliki lebih banyak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin (lihat Tabel 1.4) juta rupiah juta rupiah (IND) INDONESIA Sumatra Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Sumber: DJPK, diolah. Gambar 4.8 Perkembangan Investasi Pemerintah Menurut Pulau, Tahun (juta rupiah) 0 Salah satu bentuk pembangunan yang dilakukan pemerintah adalah melakukan perbaikan jalan-jalan yang masih dalam kategori rusak. Jalan dalam kondisi baik akan mempermudah akses menuju daerah-daerah yang semula sulit

10 72 dijangkau atau sebaliknya. Panjang jalan dengan kondisi baik dan sedang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya di masing-masing pulau (Tabel 4.2). Peningkatan tersebut memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebab sistem jalan yang berkualitas dapat meningkatkan pengembangan industri, memperlancar mobilitas faktor produksi dan tenaga kerja serta dapat meningkatkan pendapatan. Tabel 4.2 Panjang Jalan dengan Kondisi Baik dan Sedang Menurut Pulau di Indonesia, Tahun (km) Pulau Tahun Sumatra Jawa Kalimantan Sulawesi Bali-Nusa Tenggara Maluku-Papua Sumber: BPS, diolah. Kondisi jalan yang baik juga akan mempermudah akses ke pusat-pusat perekonomian di setiap pulau. Semakin mudahnya akses menuju pusat-pusat perekonomian maka kemungkinan masyarakat didaerah terpencil untuk melakukan kegiatan ekonomi semakin terbuka. Iinvestor swasta yang berminat untuk mengembangkan potensi di daerah-daerah yang awalnya terisolir bisa dijembatani. Selain infrastruktur jalan, ketersediaan infrastruktur listrik juga penting untuk diperhatikan. Energi listrik merupakan salah satu unsur penggerak roda perekonomian, baik bagi rumah tangga maupun bagi pemerintah untuk mendorong terciptanya kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan kemajuan teknologi maka kebutuhan akan listrik juga semakin meningkat karena semakin banyak kegiatan produksi dan penggunaan sarana penunjang kehidupan berteknologi tinggi yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya.

11 73 Energi listrik yang terjual di Jawa lebih banyak dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di luar jawa (Gambar 4.10). Kondisi ini dimungkinkan terjadi karena jumlah penduduk, rumah tangga dan industri di Jawa jauh lebih banyak dibandingkan pulau lainnya. Banyaknya energi listrik yang lebih banyak terjual di Jawa seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah karena kondisi perekonomian di pulau-pulau lainnya yang relatif tidak lebih maju dari Jawa. Pemerintah perlu mengupayakan ketersediaan infrastruktur listrik yang lebih merata di seluruh pulau di Indonesia GWH SUMATRA JAWA BALI&NT KALIMANTAN SULAWESI MALUKU&PAPUA Sumber : PLN (diolah), tahun Gambar 4.9 Banyaknya Listrik Terjual Menurut Pulau, Tahun Investasi Swasta Peraturan mengenai investasi swasta diatur pemerintah dalam Undangundang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) Jo Nomor 12 Tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 Jo Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Kedua undang-undang tersebut ditujukan untuk menjaring modal dalam negri dan memanfaatkan modal luar negri untuk dijadikan sumber pendanaan pembangunan nasional. Investasi dari pihak swasta diperlukan sebagai tambahan dana bagi pelaksanaan pembangunan, karena Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak memiliki dana yang cukup untuk melaksanakan pembangunan. Adanya investasi tersebut akan meningkatkan output yang dihasilkan oleh suatu

12 74 negara sehingga akan meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Investor swasta sebagai pihak yang menginginkan adanya keuntungan dalam setiap investasi yang dilakukannya akan memperhatikan iklim perekonomian di setiap daerah yang menjadi incaran investasinya. Kondisi ini menyebabkan adanya ketimpangan investasi antar pulau (Tabel 4.2). Jawa yang merupakan pusat perekonomian Indonesia memiliki proporsi investasi swasta terbesar dibandingkan pulau-pulau lainnya. Tabel 4.3 Distribusi Investasi Swasta Menurut Pulau, Tahun (%) PULAU PMA PMDN Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua 10,43 81,60 2,76 3,39 1,05 0,77 23,55 60,93 0,48 10,39 3,99 0,67 Total 100,00 100,00 Sumber : BKPM, diolah. Pulau-pulau diluar Jawa dan Sumatra memperoleh bagian investasi swasta yang lebih kecil yaitu tidak lebih dari 15 persen total investasi swasta selama tahun Iklim investasi yang kurang mendukung di pulau-pulau tersebut membuat investor melakukan pertimbangan yang lebih mendalam ketika berencana menanamkan modalnya. Investor swasta tentunya ingin memastikan bahwa investasi yang dilakukannya akan memberikan keuntungan baginya, berbeda dengan apabila pemerintah yang melakukan investasi. Investasi oleh pemerintah merupakan hal yang wajib dilakukan demi kemajuan daerahnya, bahkan dengan optimalnya pembangunan di daerahnya justru mampu menarik investor swasta untuk ikut mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut. 4.4 Modal Manusia Melalui Pendidikan dan Kesehatan Keberhasilan kinerja perekonomian tidak hanya dilihat dari pencapaian indikator-indikator ekonomi yang tinggi. Pencapaian kinerja pembangunan di suatu wilayah juga dapat dilihat dari pembangunan manusia. Teori pertumbuhan endogen yang dipelopori oleh Lucas Romer (1996) menjelaskan bahwa

13 75 pendidikan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi. Pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga akan menghasilkan tenaga kerja yang lebih produktif yang mampu menjadi faktor pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain pendidikan, kulaitas modal manusia juga bisa didekati dengan tingkat kesehatan maupun indikator-indikator lainnya (Prahara, 2010). Manusia dengan pendidikan tinggi yang disertai dengan tingkat kesehatan yang baik akan semakin meningkatkan produktivitasnya. Penduduk dengan tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan yang baik merupakan investasi yang penting bagi percepatan pertumbuhan ekonomi karena didalamnya terdapat angkatan kerja yang produktif yang penting bagi pembangunan. Ukuran pembangunan manusia yang digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tabel 4.3 menunjukkan pencapaian IPM menurut provinsi di Indonesia. Dari tahun 2009 ke tahun 2010, angka IPM Indonesia menunjukkan peningkatan. Artinya kualitas manusia terjadi peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia. Tren yang sama juga dialami oleh setiap provinsi di Indonesia, angka IPM maupun komponen pendidikan dan kesehatan juga menunjukkan adanya peningkatan. Meskipun masih ada beberapa provinsi yang pencapaian angka IPM maupun indikator pendidikan dan kesehatannya masih di bawah angka nasional. Provinsi-provinsi tersebut sebagian besar berada di luar pulau Jawa dan Sumatra atau berada di wilayah KTI. IPM menunjukkan kondisi manusia yang ada di suatu wilayah. Penduduk yang berkualitas akan meningkatkan kualitas pembangunan yang mampu dicapai oleh wilayah tersebut. Di dalam penduduk yang berkualitas terdapat angkatan kerja yang berkualitas pula. Semakin banyak tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dan memiliki tingkat kesehatan yang baik maka produktivitas tenaga kerja akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan output yang bisa dicapai. Kesenjangan modal manusia yang terjadi di Indonesia berpotensi untuk memperparah kesenjangan ekonomi. Tidak adanya manusia yang berkualitas di suatu wilayah akan menghambat kemajuan yang ingin dicapai. Meskipun IPM untuk setiap provinsi menunjukkan kenaikan setiap tahunnya namun provinsiprovinsi yang sejak awal memiliki IPM rendah belum bisa mengejar

14 76 ketertinggalannya dari provinsi lain yang sejak awal sudah lebih maju dalam melakukan pembangunan manusia. Tabel 4.4 Komponen Pendidikan, Kesehatan dan IPM Menurut Provinsi, Tahun Provinsi Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (tahun) Aceh 68,60 68,70 96,39 96,88 8,63 8,81 71,31 71,70 Sumut 69,35 69,50 97,15 97,32 8,65 8,85 73,80 74,19 Sumbar 69,25 69,50 96,81 97,09 8,45 8,48 73,44 73,78 Riau 71,25 71,40 98,11 98,35 8,56 8,58 75,60 76,07 Jambi 68,95 69,10 96,06 96,07 7,68 7,84 72,45 72,74 Sumsel 69,40 69,60 97,21 97,36 7,66 7,82 72,61 72,95 Bengkulu 69,65 69,90 94,90 95,30 8,23 8,25 72,55 72,92 Lampung 69,25 69,50 94,37 94,64 7,49 7,75 70,93 71,42 Babel 68,75 68,90 95,63 95,69 7,41 7,45 72,55 72,86 Kepri 69,75 69,80 96,08 97,19 8,96 9,16 74,54 75,07 Jakarta 73,05 73,20 98,94 99,13 10,90 10,93 77,36 77,60 Jabar 68,00 68,20 95,98 96,18 7,72 8,02 71,64 72,29 Jateng 71,25 71,40 89,46 89,95 7,07 7,24 72,10 72,49 DI Y 73,16 73,22 90,18 90,84 8,78 9,07 75,23 75,77 Jatim 69,35 69,60 87,80 88,34 7,20 7,24 71,06 71,62 Banten 64,75 64,90 95,95 96,20 8,15 8,32 70,06 70,48 Bali 70,67 70,72 87,22 88,40 7,83 8,21 71,52 72,28 NTB 61,80 62,11 80,18 81,05 6,73 6,77 64,66 65,20 NTT 67,25 67,50 87,96 88,59 6,60 6,99 66,60 67,26 Kalbar 66,45 66,60 89,70 90,26 6,75 6,82 68,79 69,15 Kalteng 71,10 71,20 97,69 97,78 8,02 8,03 74,36 74,64 Kalsel 63,45 63,81 95,41 95,94 7,54 7,65 69,30 69,92 Kaltim 71,00 71,20 96,89 97,05 8,85 8,87 75,11 75,56 Sulut 72,12 72,22 99,41 99,45 8,82 8,89 75,68 76,09 Sulteng 66,35 66,60 95,78 96,08 7,89 8,00 70,70 71,14 Sulsel 69,80 70,00 87,02 87,75 7,41 7,84 70,94 71,62 Sultra 67,60 67,80 91,51 91,85 7,90 8,11 69,52 70,00 Gorontalo 66,50 66,81 95,77 96,00 7,18 7,38 69,79 70,28 Sulbar 67,60 67,80 87,59 88,48 7,05 7,11 69,18 69,64 Maluku 67,20 67,40 98,13 98,14 8,63 8,76 70,96 71,42 Malut 65,70 66,01 95,74 96,08 8,61 8,63 68,63 69,03 Pabar 68,20 68,51 92,34 93,19 8,01 8,21 68,58 69,15 Papua 68,35 68,60 75,58 75,60 6,57 6,66 64,53 64,94 Indonesia 69,21 69,43 92,58 92,91 7,72 7,92 71,76 72,27 Sumber: BPS. IPM

15 77 Terlihat pada Gambar 4.11 bahwa daerah yang memiliki jumlah tenaga kerja berpendidikan minimal SMA terendah adalah pulau Maluku dan Papua. Hal ini sejalan dengan keberhasilan pulau tersebut dalam memperoleh output pembangunan. Pulau Maluku dan Papua merupakan pulau dengan PDRB terendah dibandingkan pulau-pulau lainnya selama tahun Meskipun demikian, selama tahun jumlah tenaga kerja yang pendidikannya minimal SMA di pulau tersebut menunjukkan peningkatan sehingga produktivitas juga meningkat. Peningkatan produktivitas tersebut tercermin dari pencapaian output yang juga semakin meningkat selama tahun (lihat Gambar 4.3). ORG (PULAU) ORG (IND) Sumatra Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua indonesia Sumber: BPS, diolah. Gambar 4.10 Jumlah Tenaga kerja Berpendidikan SMA ke atas Menurut Pulau di Indonesia, Tahun (orang).

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai suatu proses di mana pendapatan per kapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang panjang, dengan catatan bahwa jumlah

Lebih terperinci

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan http://simpadu-pk.bappenas.go.id 137448.622 1419265.7 148849.838 1548271.878 1614198.418 1784.239 1789143.87 18967.83 199946.591 294358.9 2222986.856

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 Palangka Raya, 16Desember 2015 DR. Ir. Sukardi, M.Si Kepala BPS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA

5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA 86 5. PROFIL KINERJA FISKAL, PEREKONOMIAN, DAN KEMISKINAN SEKTORAL DAERAH DI INDONESIA Profil kinerja fiskal, perekonomian, dan kemiskinan sektoral daerah pada bagian ini dianalisis secara deskriptif berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA

TABEL 1 LAJU PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA (Persentase) Triw I 2011 Triw II Semester I 2011 LAPANGAN USAHA No. 01/08/53/TH.XIV, 5 AGUSTUS PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II TUMBUH 5,21 PERSEN Pertumbuhan ekonomi NTT yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota)

IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) IPM 2013 Prov. Kep. Riau (Perbandingan Kab-Kota) DISTRIBUSI PENCAPAIAN IPM PROVINSI TAHUN 2013 Tahun 2013 Tahun 2013 DKI DIY Sulut Kaltim Riau Kepri Kalteng Sumut Sumbar Kaltara Bengkulu Sumsel Jambi Babel

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi menunjukkan proses pembangunan yang terjadi di suatu daerah. Pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat pada besaran Pendapatan Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/02/18 TAHUN VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57 No. 28/05/17/VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2016 SEBESAR 100,57 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2016 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2016

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Sambutan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Assalamu alaikum Wr. Wb. Sebuah kebijakan akan lebih menyentuh pada persoalan yang ada apabila dalam proses penyusunannya

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berlangsungnya pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, maka transformasi struktural dalam perekonomian merupakan suatu proses yang tidak terhindarkan.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK 07 November 2016 Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah (Produk Domestik Regional Bruto) Indeks Tendensi Konsumen 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Pertumbuhan

Lebih terperinci

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH: PETA KEMAMPUAN KEUANGAN PROVINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH: Tinjauan atas Kinerja PAD, dan Upaya yang Dilakukan Daerah Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah deddyk@bappenas.go.id Abstrak Tujuan kajian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015 No. 12/02/17/VI, 5 Februari 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan IV-2015 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan IV-2015 di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan dasar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk melihat pembangunan adalah dengan melihat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tidak diragukan lagi Indonesia memiliki kekayaan alam yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki potensi sumber daya yang sangat besar baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, untuk sumber daya alam tidak

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 45/08/61/Th. XV, 6 Agustus 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II- 2012 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Barat pada II-2012 sebesar 109,62;

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat krusial bagi pembangunan ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAFTAR ISI Kondisi Umum Program Kesehatan... 1 1. Jumlah Kematian Balita dan Ibu pada Masa Kehamilan, Persalinan atau NifasError! Bookmark not

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 Nomor : 048/08/63/Th.XX, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017 SEBESAR 71,99 (SKALA 0-100) Kebahagiaan Kalimantan Selatan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 74/11/52/Th VII, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2016 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH

DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH DAFTAR ISI BUKU III RPJMN TAHUN 2010-2014 PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN : MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT-DAERAH DAN ANTARDAERAH BAB.I ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH 2010-2014 1.1 Pendahuluan...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI

DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI DINAMIKA PDB SEKTOR PERTANIAN DAN PENDAPATAN PETANI Hermanto dan Gatoet S. Hardono PENDAHULUAN Sebagai negara berkembang yang padat penduduknya, Indonesia memerlukan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18/Th. VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65 /11 /61 /Th. XVII, 5 November 2014 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III- 2014 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2014 Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Inflai BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 13/02/52/Th VII, 6 Februari 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN IV-2016 Penjelasan Umum Badan Pusat Statistik melakukan Survei

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/ 05/ 61/ Th,XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI KONSUMEN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I- 2013 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan I-2013 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan Setjen, Kemdikbud Jakarta, 2013 LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG KONSEP Masyarakat Anak

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Data yang berhasil dikumpulkan dan akan digunakan pada penelitian ini merupakan data statistik yang diperoleh dari a. Biro Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22 No. 66/11/17/VI, 7 November 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III TAHUN 2016 SEBESAR 109,22 A. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2016 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website: FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017 DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012 DIREKTUR PENGEMBANGAN WILAYAH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Jakarta, 10 Maret 2011 OUTLINE

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar. iii 1 ii Deskripsi dan Analisis APBD 2014 KATA PENGANTAR Pelaksanaan desentralisasi fiskal yang dimulai sejak tahun 2001 menunjukkan fakta bahwa dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi di berbagai negara dan sering mendapat perhatian khusus baik dari pengambil kebijakan maupun akademisi.

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci