PRA PENELITIAN KONSERVASI LING- KUNGAN DAN GEDUNG-GEDUNG YG BERNILAI SEJARAH DI KOTAMADYA SURABAYA.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRA PENELITIAN KONSERVASI LING- KUNGAN DAN GEDUNG-GEDUNG YG BERNILAI SEJARAH DI KOTAMADYA SURABAYA."

Transkripsi

1 Latar Belakang INTRODUKSI Tulisan ini dibuat berdasarkan atas dua hal: pertama, pengalaman yg penulis peroleh selama menjadi anggota Tim Cagar Budaya Pemkot sejak tahun 1996 sampai kedua, apa yang pernah penulis kerjakan sebagai anggota Tim Peneliti Jurusan Arsitektur FTSP-ITS dalam melaksanakan PRA PENELITIAN KONSERVASI LING- KUNGAN DAN GEDUNG-GEDUNG YG BERNILAI SEJARAH DI KOTAMADYA SURABAYA.

2 yang kedua itu atas kerjasama antara Badan Pengembangan Pariwisata Daerah Tingkat II Kotamadya Surabaya (BAPPARDA) dan Jurusan Arsitektur, FTSP-ITS pada tahun Tujuannya ialah untuk mencari atau menemukan titik keterkaitan antara pengalaman empirik dan idealisme teoritik tentang kegiatan KONSERVASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA di kota Surabaya.

3 Bertolak dari gagasan di atas, penulis mengawalinya dengan melihat kembali dan menampilkan butir-butir penting yang ada di dalam bab Pendahuluan Pra Penelitian Konservasi Lingkungan Dan Gedung-gedung Yang Bernilai Sejarah Di Kotamadya Surabaya, th 1990 tersebut, yaitu: 1. Kota bukanlah semata-mata sekumpulan benda mati berupa BENDA FISIK belaka.

4 1. Kota 2. Kota itu bagaikan sebuah organisme yang lahir, bersemi, tumbuh dan berkembang. Demikianlah Surabaya telah menyatakan dirinya lahir sejak 31 Mei Sejak hari lahir itu Surabaya telah mengalami beraneka ragam gejolak pasang surut, yang telah terekam dan meninggalkan bekas-nya, baik berupa rekaman sejarah perkembangan kota maupun berupa obyekobyek bangunan dan tatanan lingkungan

5 3. 4. Surabaya juga menghargai dan menghormati serta mau belajar dari keaneka-ragaman gejolaknya itu; dan salah satu usahanya adalah melakukan pelestarian serta reaktualisasi obyek-obyek kesejarahan-nya. Itu merupakan salah satu langkah penting dalam pembangunan dirinya. 5. Pembangunan memang tidak hanya berarti menghadirkan yang baru, sebab hal itu hanyalah salah satu matra (dimensi) dari pembangunan itu sendiri. Matra lain dari pembangunan adalah matra spiritual-

6 5. historikal; dan inilah yang ingin digarap oleh Surabaya dengan pelestarian-nya. 6. Pelestarian itu tidak semata-mata ditujukan demi pelestarian itu sendiri, tetapi disertai pula dengan pendaya-gunaan obyek yang dilestarikan; salah satu di antaranya ialah pendaya-gunaan bagi kepentingan pariwisata. Diharapkan agar kesadaran akan sejarah sebagai sebuah pelajaran dapat direngkuh Surabaya.

7 Sejalan dengan Makna yang terkandung dalam butir-butir tersebut, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dalam pertemuan dengan Pansus DPRD kota Surabaya dan Tim Cagar Budaya Pemkot Surabaya, pada hari Selasa, tanggal 22 Pebruari 2005, di gedung Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jl. Merdeka Barat no. 17 Jakarta (Tim CB), menyatakan bahwa:

8 1. Saat ini masalah Benda Cagar Budaya (BCB) telah menjadi isu global, bahkan PBB telah menetapkan beberapa obyek kebudayaan dunia sebagai WARISAN GLOBAL, termasuk di antaranya adalah kompleks candi BOROBUDUR di Jawa Tengah. Dalam rangka meningkatkan kecintaan dan kepekaan terhadap hasil kreasi budaya bangsa, setiap negara dapat mengusulkan BENDA, SITUS, dan atau KAWASAN yang dianggap memiliki kualitas sebagai Obyek Budaya yang bertaraf internasional, sebagai

9 WARISAN BUDAYA GLOBAL. Walaupun di dalam perkembangan akhir-akhir ini terdapat upaya pelemahan yang kontra produktip dari pihak tertentu terhadap keberadaan/ status Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. 2. Di dalam proses penetapan bangunan/benda cagar budaya hendaknya mempertimbangkan bukan saja wujud fisikal BCB, tetapi juga peran BCB tersebut dalam aspek budaya dan kehidupan sosial masyarakat.

10 Dalam proses pengembangan dan pembangunan kota, bangunan / BCB hendaknya dipandang sebagai bagian yang menyatupadu (integral) dengan situs dan atau kawasan tempat bangunan/ BCB berada (Sumber: Tim Cagar Budaya Pemkot Surabaya ).

11 TINJAUAN TEMA o Istilah PENGARUH dan PERKEMBANGAN KOTA yang ada di dalam Tema tersebut dapat diartikan bahwa kalimat itu mempertanyakan Apa pengaruh keberadaan Bangunan Cagar Budaya terhadap Perkembangan Kota Surabaya? Jawabnya ada pada butir-butir di atas, khususnya butir 3, 4, 5 dan 6, yang 22 tahun lalu telah disajikan dan disampaikan oleh TIM PENELITI JURUSAN ARSITEKTUR, FTSP-ITS kepada BAPPARDA-KMS

12 o Istilah PENGARUH dalam konteks ini dapat berarti DAMPAK atau sebaliknya PENYE- BAB atau PERAN. Jadi bila dikaitkan dengan kata: PERKEMBANGAN KOTA, dapat menjadi: pertama, Dampak Perkembangan Kota, dan kedua, Penyebab (atau Peran dalam) Perkembangan Kota.

13 1. Mengenai DAMPAK perkembangan kota, a- pabila Lingkungan dan Gedung bersejarah di Surabaya dipelihara dengan baik ada beberapa dampak penting: pertama, Lingkungan dan Gedung bersejarah di Surabaya tersebut, untuk sebagian besar menentukan sebagian dari jatidiri kota Surabaya; kedua, dampak ekonomi di bidang pariwisata; ketiga, memperkuat kawasan (lingkungan) di sekitarnya. 2. Sebagai PENYEBAB perkembangan kota,

14 Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya dapat digunakan sebagai PEMICU KON- SEP (generating idea) dan sebagai dasar pengembangan pola kota baru. Beberapa contoh: a. Paris dengan La Defence dan Parc de la Ville-nya, b. Philadelphia dengan IM. Pei Tower-nya, yang semuanya mengacu pada bangunan dan lingkungan kuno bersejarah yang dikonservasi. Dan beberapa contoh lain berskala setempat.

15 o Sebagai catatan: Konservasi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya bukan semata-mata mempertahankan kecagar budayaan dalam segala aspeknya, namun dalam konteks tertentu alih fungsi dapat dimungkinkan sepanjang tidak mengubah arsitektur bangunan dan/atau lingkungannya. Pengalih fungsian sebuah bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya bergantung pada esensi yang terkandung di dalamnya. Kalau interior sebuah bangunan menjadi esensi-nya, maka

16 keseluruhan bangunan harus dikonservasi, misalnya sebuah teater atau peron sebuah setasiun besar. Namun apabila interior tidak terlalu penting, maka bagian dalam dapat dialih fungsikan, bahkan direvitalisasi menurut kebutuhan perkembangan jaman dengan tetap mempertahankan wajah bagian depan atau keseluruhan tampaknya.

17 Bila kita tinjau butir-butir penting dari bab Pendahuluan Prapenelitain tersebut, kita dapat melihat PENGARUH tersebut dalam konteksnya masing-masing sebagai berikut: o Penggal kalimat: Rekaman sejarah perkembangan kota maupun berupa obyek-obyek bangunan dan tatanan lingkungan pada butir 3, jelas memperlihatkan peranan Bangunan, dan juga tata lingkungan Cagar Budaya dalam menggoreskan sejarah perkembangan kota Surabaya. Sebuah boulevard

18 yang indah dapat dipakai sebagai salah satu contoh tata lingkungan arsitektural yang membentuk citra lingkungan kota. o Pada butir ke-4, penggal kalimat:..., dan salah satu usaha darinya adalah melakukan pelestarian serta reaktualisasi obyek-obyek ke-sejarah-annya. Obyek-obyek kesejarahan itu tidak lain adalah Bangunan dan /atau Lingkungan Cagar Budaya. Pelestarian dan reaktualisasi BCB disadari sepenuhnya

19 sebagai salah satu langkah penting yang perlu dilakukan dalam pembangunan jatidiri (kota) nya. Reaktualisasai dapat dilakukan dengan Revitalisasi bangunan cagar budaya sebagai obyek sejarah (khususnya perkembangan kota) yang berarti juga membangun kembali citra kota Surabaya.

20 o Penggal kalimat:... Matra lain dari pembangunan adalah matra spiritual-historikal pada butir ke-5, membuktikan bahwa pelestarian BCB juga merupakan pembangunan dalam bentuk lain, yaitu membangun semangat (spirit) dan membangun kecintaan terhadap sejarah perkembangan arsitektur kota yang terkandung di dalam kegiatan pelestarian BCB tersebut. Membangun yang baru adalah wajar demi kemajuan, tetapi mempertahankan (1) yang lama, menghormati (2)-nya serta mendayagunakan (3)-nya

21 adalah sesuatu yang jauh lebih berharga, bahkan tak ternilai harganya. o Dampak penting kegiatan pelestarian BCB adalah pada bidang pariwisata, yang terkandung dalam penggal kalimat pada butir ke-6:.... dan salah satu di antaranya adalah pendaya-gunaan bagi kepentingan pariwisata. Dapat diambil contoh negara-negara maju yang sebagian besar devisanya berasal dari pariwisata berbasis arsitektur dan lingkungan kotanya antara lain: Italia, Peran-

22 cis, Inggris, Belanda, Belgia, Jerman dan masih banyak negara Eropa lainnya, serta Jepang, Cina, Thailan serta negara Asia lainnya, dan sebagainya. o Dalam keempat butir (butir 3, 4, 5 dan 6) di atas, pesan pernyataan Deputy tersebut terlihat dengan jelas relevansinya. BCB dipandang sebagai bagian tatanan kota secara terpadu dalam berbagai aspeknya. o Walaupun mengalami banyak hambatan, apa

23 yang Surabaya lakukan dengan GERAKAN PELESTARIAN BCB pada dua dekade terakhir ini, sudah kelihatan buahnya. Beberapa contoh: 1. SK.Walikota no /004/ /1998, tgl. 1 Januari 1998, tentang penetapan Bangunan Cagar Budaya, salah satunya didasarkan pada hasil penelitian Prapenelitian Konservasi Lingkungan dan Gedunggedung Yang Bernilai Sejarah Di Kotamadya Surabaya, th 1990 tersebut; 2. Perda no. 5 th tentang Pelestarian

24 Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya, yang telah disahkan DPRD Kota Surabaya sebagai hadiah Ulang Tahun kota Surabaya pada tanggal 31 Mei 2005 setelah melalui perjuangan panjang, merupakan Perda tentang Bangunan Cagar Budaya yang masih sedikit di Indonesia; 3. Banyaknya pengajuan permohonan rekomendasi revitalisasi bangunan oleh para pemilik, bahkan yang bukan bangunan cagar budaya sekalipun.

25 º Hambatan yang paling besar datangnya dari para pengembang, investor, yang kebanyakan hanya melihat sisi bisnis-nya saja, tanpa peduli terhadap arti dan makna Bangunan dan/atau Lingkungan Cagar Budaya sebagai sebuah nilai yang sangat penting dari aspek matra spiritual/historikal tersebut. Lokasi-lokasi penting dan strategis dari aspek bisnis selalu menjadi incaran mereka. Secara umum dapat dirangkum bahwa Pengaruh Bangunan Cagar Budaya terhadap

26 Perkembangan Kota Surabaya ada dua hal pokok: 1. Memberi Dampak (positip) dan 2. Sebagai Penyebab atau Memiliki Peran dalam Perkembangan Kota Surabaya. BEBERAPA CONTOH KASUS: Untuk memberi bandingan contoh-contoh kasus tidak hanya yang ada di kota Surabaya, tetapi juga di kota lain (Jakarta) bahkan di luar negeri antara lain:

27 1. Yang di luar negeri: 2. Yang di dalam negeri: 1. Yang di luar negeri: A. Italia B. Perancis C. Jerman D. Belanda E. Norwegia

28 ITALIA : R O M A

29 Italia : R O M A (Lanjutan) PALAZZO DEI SENATORI DI KOMPLEKS CAPITOL BANGUNAN KUNO ZAMAN BAROQ YANG DIPERTAHANKAN SEBAGAI MUSEUM HIDUP.

30 Italia : R O M A (Lanjt) BENTUK PIAZZA YANG TRAPEZOID MERUPAKAN KONSEP BAROQUE MEMBENTUK PERSPEKTIP PAKSAAN DAN MENIMBULKAN EFEK GERAK YANG MENJADI BEGITU TERKENAL. POLA LANTAI YANG BERBENTUK OVAL MENUNJANG KONSEP DI ATAS MENDORONG ORANG BERGERAK MENGIKUTI POLA TERSEBUT DENGAN MATA YANG SELALU TERTUJU PADA PATUNG EQUESTRIAN YG ADA DI TENGAH PIAZZA.

31 Italia : R O M A (Lanjt) CAGAR BUDAYA DAN PARIWISATA SISA-SISA KERAJAAN ROMA YANG DIPRESERVASI MENJADI SUMBER DEVISA NEGARA TERBESAR DARI SEKTOR PARIWISATA LOKASINYA TEPAT DI BELAKANG PIAZZA DI CAMPIDOGLIO.

32 Italia : R O M A (Lanjt) CAGAR BUDAYA DAN PARIWISATA FORUM ROMANUM YANG TINGGAL PUING-PUING INI DIPRE- SERVASI MENJADI PUSAT PENELITIAN SEJARAH ROMA

33 Italia : R O M A (Lanjt) ASPEK KESEJARAHAN SANGAT MENONJOL DI SINI SELAIN KEBESARAN ASPEK BENTUK ARSITEKTURAL DAN KONSTRUKSINYA COLOSSEUM SALAH SATU OBYEK WISATA DI KOTA ROMA YANG JARANG TERLEWATKAN DARI KUNJUNGAN WISATA

34 Italia : VENEZIA MENDAMPINGK AN YANG LAMA DAN YANG BARU CARA YANG SIMPATIK TIDAK TIMBUL DAMPAK VISUAL APAPUN, JUSTRU TERJADI KONTRAS YANG SALING MENUNJANG KEBERADAAN MASING-MASING YANG LAMA DIPERKUAT EKSISTENSINYA OLEH YANG BARU RUH BANGUNAN LAMA DIADOPSI KE DALAM BANGUNAN YANG BARU

35 JERMAN : BERLIN REVITALISASI PENDAYA-GUNAAN BANGUNAN KUNO GEDUNG DPR JERMAN BANGUNAN KUNO YANG DIUBAH INTE- RIORNYA MENJADI RUANG SIDANG MO- DERN YANG REPRESENTATIP

36 Jerman : BERLIN (Lanjt) REVITALISASI DOME LAMA DI ATAS BANGUNAN KU- NO DIBONGKAR DIGANTI DENGAN DOME BARU YANG MODERN

37 Jerman : BERLIN (Lanjt) BANGUNAN KUNO BUKANNYA TIDAK BOLEH DIAPA-APAKAN PERLAKUAN YANG TEPAT DAPAT MENGHIDUPKAN KEMBALI YANG SUDAH PUDAR, BAHKAN DAPAT MEMPERKUAT KAWASAN PEMILIHAN TEKNOLOGI YANG TEPAT SANGAT MENUNJANG DOME BARU DI ATAS RUANG SIDANG DPR JERMAN PENGUNJUNG DAPAT MENYAKSIKAN RUANG SIDANG DI BAWAH DARI RAMP YANG MELINGKAR SPIRAL DI SEKELILING DOME DI ATASNYA

38 BELANDA: MEMPERTAHANKAN RUH KAWASAN PARADE TAMPANG BORNEO HOUSE AMSTERDAM (kiri-atas) DAN STREETSCAPE HARLEM, HOLLAND (bawah) TRADISI MEMBANGUN RUMAH DERET SEBAGAI BAGIAN DARI STREETSCAPE NAMUN DENGAN PENDEKATAN TEKNOLOGI YANG BERBEDA (atas: MODERN, kanan: KLASIK) CARA YANG TEPAT PEMANFA- ATAN KETERBATASAN LAHAN

39 USA : BUFFALO GOLDOME SAVINGS BANK REVITALISASI DAN EKSTENSI

40 USA : BUFFALO (Lanjt) PENAMBAHAN BANGUNAN BARU UNTUK PERLUASAN PADA BANGUNAN KUNO DENGAN CARA YANG SIMPATIK CONTOH KONTRAS YANG KOMPLEMENTER

41 USA : BUFFALO (Lanjt) REVITALISASI DAN EKSTENSI ORNAMEN TAMPANG BANGUNAN BARU MENGAMBIL ORNAMEN YANG ADA PADA BANGUNAN LAMANYA RUH BANGUNAN LAMA MASUK KE DALAM BANGUNAN BARU (GOLDOME SAVING BANK, BUFFALO USA)

42 USA : BUFFALO (Lanjt) KONTRAS YANG KOMPLEMENTER

43 NORWEGIA: HAMAR Hamar Cathedral, Hamar, Norwegia. Katedral Hamar dibangun di zaman Romanesque, abad 12, direformasi abad 16, sekarang tinggal reruntuhan. Reruntuhan diselubungi pelindung struktur baja dan kaca di tahun MENYELAMATKAN YANG MASIH TERSISA

44 NORWEGIA: HAMAR STRUKTUR BAJA DAN KACA MEMUNGKINKAN OBYEK CAGAR BUDAYA MASIH TERLIHAT DARI LUAR, WALAU DIWAKTU MALAM SEKALIPUN STRUKTUR SELUBUNG MELINDUNGI CB DARI CUACA

45 NORWEGIA: HAMAR UPAYA MENGHIDUPKAN RUH KATEDRAL YANG LAMA DENGAN MEMBERI STRUKTUR SELUBUNG DARI BAJA DAN KACA STRUKTUR SELUBUNG JUGA BERFUNGSI MELINDUNGI SISA CAGAR BUDAYA SUMBER: THE PHAIDON ATLAS, hal. 214

46 INDONESIA : JAKARTA STASIUN KOTA YANG TERANCAM DIGUSUR DEMI PERKEMBANGAN KOTA? AKANKAH KITA BERDIAM DIRI MEM- BIARKAN PUSAKA INDONESIA RO- BOH SATU DEMI SATU UNTUK KE- PENTINGAN SEPIHAK? KOMPAS 19 PEBR. 2005

47 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA REVITALISASI TIDAK HARUS MEMBONGKAR BANGUNAN SEBUAH ALIH FUNGSI GDI ATAS: GALANGAN KAPAL VOC YANG DIUBAH MENJADI CAFÉ TANPA MENGUBAH BANGUNAN ASLINYA KIRI: SERAMBI GALANGAN KAPAL MENJADI SERAMBI CAFÉ JAYAKARTA GDI

48 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA CAFÉ JAYAKARTA REVITALISASI BOLEH MENGU- BAH SEDIKIT TAN- PA MENGUBAH ROH RUANGAN / INTERIOR ATAU BANGUNAN CONTOH: TOILET DIUBAH DENGAN SENTUH- AN MODERN GDI

49 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA BANGUNAN KUNO DI DALAM BANGUNAN BARU (MODERN) Building within building. GDI GEDUNG CANDRANAYA BANGUNAN CAGAR BUDAYA YANG DISELUBUNGI GEDUNG BARU CANDRANAYA DITEMPATKAN DI DALAM LOBBY GEDUNG BARU

50 INDONESIA : (Lanjt) JAKARTA SEBUAH ALIH FUNGSI GARIS SEMPADAN BANGUNAN DINAS TATA KOTA MELANGGAR CAGAR BUDAYA GDI GDI

51 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA GDI TERLIHAT POSISI BCB BEGITU DEKAT DENGAN JALAN RAYA SENEN BCB SUDAH ADA SEJAK ZAMAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA GSB YANG BARU MENGECUALIKAN BCB. GDI

52 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA BCB SEBAGAI IDENTITAS KOTA DENGAN JELAS DIPERLIHATKAN DI SINI GDI TERLIHAT DENGAN JELAS PULA BCB MENONJOL KE LUAR DARI GSB BANGUNAN BARU. GDI

53 Indonesia : (Lanjt) JAKARTA GDI BAGIAN INTERIOR BOLEH MENGALAMI PERUBAHAN DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN KEBUTUHAN FUNGSIONAL TAMPILAN LUAR TIDAK DIUSIK GDI

54 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) DULU BALAIKOTA SEKARANG MUSEUM MUSEUM FATAHILLAH SALAH SATU BANGUNAN CAGAR BUDAYA YANG MEMILIKI NILAI SEJARAH PENTING DENGAN ARSITEKTUR KOLONIALNYA.

55 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) REVITALISASI SEBUAH MESJID LAMA KELAPA DUA, JAKARTA UTARA

56 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) SATUAN PANDANG LINGKUNGAN JL. CENDANA JAKARTA DENGAN CIRI KHAS SUASANA JALAN BERPOHON PALEM TENANG, DAMAI TATA LINGKUNGAN ARSITEKTURAL TOWNSCAPE

57 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) SITU LEMBANG DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA SEBUAH TATA LINGKUNGAN YANG SUDAH JARANG TERDAPAT DI KOTA BESAR LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

58 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) SITU LEMBANG DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PARIWISATA LOKAL

59 INDONESIA : JAKARTA (Lanjutan) SITU LEMBANG DI LINGKUNGAN MENTENG, JAKARTA LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PARIWISATA LOKAL

60 INDONESIA : SURABAYA

61 SURABAYA: UJUNG JL. PERAK KONSERVASI: PRESERVASI GEDUNG SYAHBANDAR SURABAYA UTARA TAMPILAN LUAR MASIH ASLI TIDAK ADA PERUBAHAN GEDUNG INI PERNAH MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PEMKOT SURABAYA (BEKERJASAMA DENGAN IAI DAERAH JATIM DAN LePAS), KARENA DIPELIHARA DENGAN BAIK SALAH SATU BANGUNAN CAGAR BUDAYA DENGAN ARSITEKTUR YANG UNIEK

62 SURABAYA: UJUNG JL. PERAK GEDUNG SYAHBANDAR SURABAYA UTARA BERANDA SYAHBANDAR MELIHAT PEMANDANGAN KE LAUT LEPAS (kiri, atas) TANGGA UNTUK NAIK KE MENARA MERCU-SUAR GEDUNG SYAHBANDAR TERBUAT DARI BAJA HASIL TEKNOLOGI MAJU PADA WAKTU ITU (kiri, bawah)

63 SURABAYA JL. RAJAWALI YANG LAMA DIROBOHKAN untuk MEMBANGUN YANG BARU DULU YANG LAMA LOKASI YANG SAMA SEKARANG YANG BARU

64 SURABAYA JL. RAJAWALI BERBAGAI GAYA TAMPILAN MENGHASILKAN KEANEKA RAGAMAN DI DALAM SATU SATUAN PANDANG KOTA MENJADI MENARIK KARENANYA STREETSCAPE JL. RAJAWALI MASIH TERPELIHARA DENGAN BAIK SKALA RUANG MASIH TETAP, WALAU ADA BANGUNAN TINGGI DI BELAKANGNYA

65 SURABAYA JL. RAJAWALI PARADE TRILOGI TIGA BANGUNAN DENGAN TIGA CORAK TAMPILAN ARSITEKTUR YANG BERBEDA MEMBENTUK TIGA SERANGKAI YANG SELARAS KOTA MENJADI TIDAK MEMBOSANKAN (atas) WAJIB DIPERTAHANKAN Gedung Bank BNI

66 SURABAYA JL. RAJAWALI REVITALISASI YANG MEMPERKUAT KAWASAN GEDUNG CERUTU KARYA BERLAGE SATU-SATUNYA DI SURABAYA, BAHKAN DI INDONESIA (Setiadi) MASIH TETAP MENONJOL CARA YANG SIMPATIK DALAM MENYESUAIKAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN LAMA YANG ADA SOSOK BARU HOTEL IBIS YANG MENONJOL TINGGI DI BELAKANG DAPAT DILIHAT DARI JARAK JAUH, SEDANG DARI JARAK DEKAT SKALA KOTA LAMA TETAP TERJAGA

67 SURABAYA JL. RAJAWALI SKALA KOTA TETAP TERJAGA - STREETSCAPE DITENTUKAN OLEH SKYLINE YANG BELUM BERUBAH WALAU DI LATAR BELAKANG ADA GEDUNG TINGGI MAKSUD PELAPISAN PILAR-2 DENGAN BAHAN KERAMIK WARNA MERAH GEDUNG PTP-23 ADALAH BAIK, AGAR BANGUNAN TAHAN TERHADAP IKLIM (kiri) NAMUN DAMPAK VISUALNYA ADALAH TRAGIS BANGUNAN TERKESAN BERNUANSA KERAS -

68 SURABAYA JL. NIAGA / VETERAN REVITALISASI ADAPTASI BALKON YANG SEMULA TERBUKA DI-ADAPTASI MENJADI TERTUTUP DENGAN TABIR KACA (WALAU TRANSPARAN) MENGAKIBATKAN KESAN RUANG YANG KONTINYU MENJADI HILANG SEBUAH TUNTUTAN KEBUTUHAN?

69 SURABAYA JL. NIAGA / VETERAN NAH, KECELAKAAN VISUAL TAK TERHINDARKAN, SKYLINE BERUBAH, SKALA RUANG BERUBAH, SATUAN PANDANG TERUSIK, BASISNYA: LEBAR JALAN TIDAK MENAMPUNG TINGGI BANGUNAN LEBIH DARI TIGA LANTAI STREETSCAPE JL. NIAGA/VETERAN MULAI KACAU DENGAN HADIRNYA BANGUNAN BARU YANG TIDAK MENYESUAIKAN GARIS LANGITNYA DENGAN BANGUNAN-BANGUNAN LAMA YANG ADA CARA MENGATASINYA: SETBACK SEDIKITNYA SEDALAM SATU TRAFFE MULAI LANTAI KETIGA

70 SURABAYA JL. KARET CELAH DI DEPAN GEDUNG BANK BERMENARA ITU KINI TELAH TERISI DENGAN BANGUNAN BARU (foto kanan), SEHINGGA MENGHILANGKAN TAMPAK SAMPING BANGUNAN TERSEBUT. CELAH ITU SEBENARNYA ADALAH JALAN SERVIS KE BAGIAN BELAKANG GEDUNG. KINI (2006) BANGUNAN TSB AKAN DIJADIKAN RUKO. FUNGSI MASIH BOLEH BERUBAH, TAMPILAN LUAR HAURS DIPERTAHANKAN

71 SURABAYA JL. TUNJUNGAN KONSERVASI MEMPERKUAT KAWASAN BANK BENTA BARU SAJA DIPUGAR LOKASINYA DI SEBERANG JALAN DARI BANK HAGAKITA INTERIOR BERUBAH, TAMPILAN LUAR TETAP. CONTOH KONSERVASI: PEMELIHARAAN EKSTERIOR BANGUNAN YANG BAIK MENGHASILKAN ARSITEKTUR YANG PATUT DIHARGAI BANGUNAN INI PERNAH MENDAPAT PENGHARGAAN DARI PEMKOT SURABAYA ATAS KERJASAMA DENGAN IAI JATIM DAN LePAS (dulu PPAS)

72 SURABAYA JL. TUNJUNGAN REVITALISASI - ADAPTASI MONUMEN PERS DILIHAT DARI ARAH LAIN CARA SEDERHANA UNTUK MENYESUAIKAN DIRI DENGAN KARAKTER BANGUNAN LAMA YANG MASIH TERSISA MENARA MONUMEN PERS DIULANG PADA BANGUNAN BARU YANG LEBIH TINGGI DI BELAKANG MENCIPTAKAN KESATUAN ANTARA YANG LAMA DAN YANG BARU

73 SURABAYA: JL. DIPONEGORO SEKOLAH GIKI di Jl. Diponegoro no. 152 Di-alih fungsi menjadi Rumah/ Toko Makanan jenis BAKERY & PATISSERIE FRESHONE GDI TAMPILAN LUAR DIPERTAHANKAN SEBAGAIMANA ASALNYA TATA RUANG DALAM BOLEH DISESUAIKAN DENGAN TUNTUTAN KEBUTUHAN

74 Indonesia : (Lanjt) SURABAYA SEKOLAH GIKI di Jl. Diponegoro no. 152 G DI G DI

75 Indonesia : (Lanjt) SURABAYA Rumah Tinggal di Gg. Bubutan, Jl. Pahlawan, Surabaya Masih memiliki ornamen tradisional yang sudah jarang terdapat di rumah-rumah masa kini

76 Indonesia : (Lanjt) SURABAYA KANTIN ANGKATAN LAUT DI ZAMAN PEMERINTAHAN KOLONIAL BELANDA

77 Indonesia : (Lanjt) SURABAYA YANG BARU DENGAN LANGGAM KLASIK MENGGANTIKAN YANG LAMA YANG LAMA DIROBOHKAN YANG BARU DIBANGUN DENGAN GAYA LAMA NAMUN DENGAN LANGGAM KLASIK YANG BERBEDA TANPA MELALUI TIM CAGAR BUDAYA

78 Indonesia : (Lanjt) SURABAYA GDI MAUKU BEGINI, KAMU MAU APA, HAAA? UPAYA MENYESUAIKAN DIRI YANG SIA-SIA GDI JAMANNYA SUDAH LAIN....

79 SEBETULNYA MASIH BANYAK LAGI, TETAPI DICUKUPKAN SEKIAN SAJA TERIMA KASIH

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR Oleh: KHAIRINRAHMAT L2D 605 197 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D 003 381 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri strategis jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi dan sosial budaya karena kepariwisataan mendorong terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Haryoto Kunto (2000) dalam Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe, Bandung sempat dijadikan Ibu Kota Nusantara Pemerintahan Hindia Belanda pada zaman kolonial

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1 UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU Drs. M. Nendisa 1 1. P e n d a h u l u a n Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki warisan masa lampau dalam jumlah

Lebih terperinci

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe Cut Azmah Fithri (1), Sisca Olivia (1), Nurhaiza (1) cutazmah@unimal.ac.id (1) Dosen Tetap Program Studi Arsitektur

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER

MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER MUSEUM PEREMPUAN RIAU DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Oleh : Tony Sugiarto, Bambang Adji Murtomo, Bambang Suprijadi Perempuan merupakan sosok yang selalu menjadi sorotan di masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah merupakan hal penting dalam berbangsa karena sejarah adalah bagian dari kehidupan yang dapat dijadikan sebuah pelajaran untuk menjadi bangsa yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kisaran adalah ibu kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang bejarak 160 km dari Kota Medan ( ibu kota Provinsi Sumatera Utara). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

Buku Visual Heritage Building of Surabaya

Buku Visual Heritage Building of Surabaya Buku Visual Heritage Building of Surabaya Penelusuran Masalah Banyak bangunan, jalan dan situs cagar budaya yang tidak terlacak bahkan dirobohkan dan digantikan dengan bangunan baru. (Badan Perencanaan

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Judul Pada awalnya kota Jakarta adalah sebuah kota kecil yang berdiri di atas lahan bekas Pelabuhan Sunda Kalapa, dibangun oleh Pangeran Fatahillah pada tahun 1527

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1. GAMBARAN UMUM PROYEK 2.1.1 DATA FISIK BANGUNAN Nama proyek : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Sifat proyek : Fiktif Pemilik : Pemerintah Luas lahan : 11.920

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU M. Nendisa Kebudayaan suatu masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam disekitarnya dan dengan

Lebih terperinci

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance

mereka sebagai satu-satunya masa yang membawa perubahan mendasar bagi umat manusia. Pengaruh masa lampau diperkuat oleh kenyataan bahwa Renaissance SEJARAH RENAISSANCE Masa Renaissance sering disebut juga masa pencerahan Atau masa kelahiran, karena menghidupkan kembali budaya-budaya klasik, hal ini disebabkan banyaknya pengaruh filsuf-filsuf dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar Budaya yang dapat dijadikan sebagai sarana kegiatan pariwisata, pembelajaran, dan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga

Lebih terperinci

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp: Kepada Yth Wali Kota Semarang di tempat Perihal: Informasi mengenai kajian cagar budaya bangunan kuno Pasar Peterongan Semarang oleh BPCB Jateng Dengan hormat, Bersama surat ini kami menginformasikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp: Kepada Yth -Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman (DTKP) Semarang -Pimpinan dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang di tempat Perihal: Pendaftaran cagar budaya, permohonan kajian cagar budaya,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung kini sudah menjadi salah satu wisata kota populer di Indonesia. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung kini sudah menjadi salah satu wisata kota populer di Indonesia. Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung kini sudah menjadi salah satu wisata kota populer di Indonesia. Kota Bandung berhasil menarik para wisatawan domestik dan mancanegara untuk menikmati ragam

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 38 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN PELESTARI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Pesatnya laju pembangunan di Indonesia menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMUGARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang

Lebih terperinci

Pengalaman di Surabaya

Pengalaman di Surabaya PENYUSUNAN PEDOMAN REVITALISASI CAGAR BUDAYA Pengalaman di Surabaya Aminuddin Kasdi Tim Pertimbangan Cagar Budaya Kota Surabaya 1 LANGKAH-LANGKAH PENENTUAN BCB PENGALAMAN DI SURABAYA Seminar Mencari Pola

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif, sehingga dalam penelitian ini dilakukan dalam dua bagian, yang pertama adalah penelitian lapangan dan yang kedua adalah penelitian

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR REVITALISASI EKS KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN PEKALONGAN SEBAGAI CITY HOTEL BINTANG TIGA DI KOTPEKALONGAN Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post

Lebih terperinci

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR Oleh: NDARU RISDANTI L2D 005 384 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, BAB 1 START FROM HERE A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati, merupakan sebuah tema besar yang akan menjadi arahan dalam proses desain. Jadi peranan sungai sebenarnya sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis

Lebih terperinci

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR

STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR STUDI PARTISIPASI PEDAGANG DAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PARTISIPASI DALAM REVITALISASI KAWASAN ALUN-ALUN SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh : ADIB SURYAWAN ADHIATMA L2D 000 394 JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU 1. Latar Belakang Sebagai modal dasar untuk mengembangkan kepariwisataannya yaitu alam dan budaya tersebut meliputi alam dengan segala isi dan bentuknya baik berupa

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah

Lebih terperinci

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sawangan, 28 Februari 2012 1 1. Pokok-pokok Pikiran Integrasi kebudayaan dalam pendidikan, berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab I pendahuluan dibahas mengenai latar belakang dari perancangan sebuah Museum seni karikatur dan patung di Tabanan dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian.

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu primadona sumber pendapatan bagi sebuah negara. Indonesia contohnya, yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan integral pembangunan yang semakin dipertimbangkan oleh negara-negara di seluruh dunia. Pengaruh pembangunan pariwisata terhadap perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut,

BAB I. Bersama dengan Lamongan di barat laut, Gresik di barat, Bangkalan di timur laut, BAB I 1.1. Latar Belakang Surabaya saat ini telah menjadi sebuah kota industri yang modern, pusat perekonomian dan bisnis di Jawa Timur, serta sentra kekuatan angkatan bersenjata maritim Indonesia. Surabaya

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Bangunan dan kawasan kota adalah artefak-artefak yang penting dalam sejarah perkembangan suatu kota. Mereka kadang-kadang dijaga dan dilestarikan dari penghancuran

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

- BAB I - PENDAHULUAN

- BAB I - PENDAHULUAN - BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Proyek Sesuai dengan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) bahwa Pemerintah telah menetapkan Kawasan Candi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN, STRUKTUR, DAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid

BAB I PENDAHULUAN. 1 ( balai pustaka Kamus Bahasa Indonesia 1988 ) 2 Ibid 3 Ibid BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul : MUSEUM MUSIK TRADISONAL JAWA TENGAH DI BENTENG VASTENBURG SURAKARTA adalah sebagai berikut : Museum : Gedung yang digunakan sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pariwisata merupakan tempat yang sangat baik bagi pengusaha untuk mempromosikan barang dan jasa mereka dengan menggunakan berbagai aneka ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH A. Pengaturan Hukum atas Alih Fungsi Bangunan Bersejarah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Perkembangan

Lebih terperinci

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah

Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Menilik Sisi Lain Ibukota di Kota Tua Fatahillah Wajah Jakarta sering digambarkan dengan ratusan gedung tinggi yang menjulang di tengah kota, hutan modern yang riuh dengan gedung perkantoran dan pemukiman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kota dewasa ini telah menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Tingkat pertumbuhan itu dapat dilihat dari makin bertambahnya bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan

Lebih terperinci