KODEFIKASI RPI 23. Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KODEFIKASI RPI 23. Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu"

Transkripsi

1 KODEFIKASI RPI 23 Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu

2

3 LEMBAR PENGESAHAN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF (RPI) TAHUN PEREKAYASAAN ALAT DAN SUBSTITUSI BAHAN PEMBANTU Jakarta, Februari 2010 Kepala Pusat, Disetujui Oleh: Koordinator, Dr. Ir. Maman Mansyur Idris, MS. NIP Mengesahkan : Kepala Badan, Wesman Endom, M.Sc. NIP Dr.Ir.Tachrir Fathoni M.Sc NIP Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 629

4

5 Daftar Isi Lembar Pengesahan Daftar Isi Daftar Tabel I. ABSTRAK II. LATAR BELAKANG III. RUMUSAN MASALAH IV. HIPOTESIS V. TUJUAN DAN SASARAN VI. LUARAN VII. RUANG LINGKUP VIII. METODOLOGI IX. RENCANA TATA WAKTU X. RENCANA LOKASI XI. RENCANA ANGGARAN XII. ORGANISASI XIII. DAFTAR PUSTAKA XIV. KERANGKA KERJA LOGIS Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 631

6

7 Daftar Tabel Table 1. Luaran dan kegiatan Table 2. Kegiatan dan metode pendekatan untuk pencapaian luaran Table 3. Rencana Tata Waktu Table 4. Rencana lokasi Table 5. Rencana anggaran Table 6. Organisasi pelaksana penelitian Table 7. Indikator dan verifikasi dari masing-masing aktivitas Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 633

8

9 I. ABSTRAK Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi, tersedianya tenaga kerja terdidik dan terampil serta sarana kerja bengkel /laboratorium di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan semakin lengkap, maka bukan suatu keniscayaan bahwa institusi riset di kehutanan juga mampu untuk melakukan terobosan teknologi dan perekayasaan alat-alat kehutanan termasuk dalam hal penyediaan substitusi bahan pembantu paket industri kehutanan. Pada RPI periode ini akan dilakukan kegiatan perekayasaan alat dan penyediaan substitusi bahan pembantu industri kehutanan dengan kegiatan antara lain dapat membangun mesin pengolah biodisel, teknologi pengolahan madu, alat identifikasi kayu, alat bantu pengeluaran kayu pada medan sulit, alat pengunduh buah, alat ekstraktor resorsinol, alat deteksi cacat pohon dan alat deteksi mutu gaharu. Di sisi lain juga akan dilakukan kegiatan penelitian/ rekayasa mengenai substitusi bahan pembantu industri pengolahan, yang dinilai hingga kini masih lemah karena sangat tergantung kepada impor. Misalnya bahan perekat resorsinol, bahan pengawet dan stabilisasi dimensi kayu dan bambu. Diharapkan dengan kegiatan tersebut dapat meningkatkan nilai tambah kayu dan hasil hutan bukan kayu, efisiensi pemanfaatan hutan, membuka kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta perbaikan lingkungan. Kata kunci : terobosan, teknologi, perekayasaan, bahan substitusi. II. LATAR BELAKANG Untuk mencapai kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata, pembangunan nasional yang telah dicanangkan oleh pemerintahan pada periode di antaranya ialah melakukan kegiatan yang terkait dengan berbagai inovasi teknologi. Bidang ini dinilai penting mengingat dalam banyak hal Indonesia masih sangat banyak tergantung kepada impor, yang bila tidak ada perubahan akan banyak menghabiskan cadangan devisa negara. Di sisi lain, permasalahan kekurangan bahan baku kayu dan kelangkaan sumber hayati akibat konversi hutan dan kebakaran juga mulai nampak lebih jelas sehingga selayaknya pemerintah bersama masyarakat secepatnya dapat melakukan antisipasi agar sumberdaya hutan itu tidak menjadi semakin parah kerusakannya. Hal lain yang juga dinilai penting adalah agar ada upaya untuk semakin hemat dan luas dalam pemanfaatan hutan dengan hasil-hasil ikutannya. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya konkrit dengan antara lain ditempuh melalui peningkatan pemanfaatan kayu berdiameter kecil sebagai sumber bahan baku tambahan, pemanfaatan hasil hutan ikutan Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 635

10 seperti nyamplung sebagai biofuel, mendapatkan bahan pengawet dan finishing kayu dan bambu, peningkatan mutu madu, menemukan bahan perekat resorsinol, serta berbagai peralatan yang praktis dan efisien untuk membantu dalam pengeluaran kayu dalam meningkatkan fungsi hutan dan jasa hutan, termasuk pengolahan hasil-hasil hutan lain beserta turunannya, serta berbagai alat untuk meningkatkan kemudahan dalam pengambilan benih saat sudah masak di pohon, dengan cara mengunduh buah yang praktis dan efisien. Dalam kaitan lain sebagai dukungan sosial yang langsung berpengaruh terhadap sendi kehidupan adalah diperlukannya alat deteksi mutu gaharu agar tidak ada pengelabuan kualitas dan alat deteksi cacat pohon yang juga diperlukan untuk mengurangi resiko tumbang diluar kontrol yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bangunan, sarana jaringan telpon, litrik dan lainnya termasuk jiwa manusia. Dari berbagai permasalahan itu atas, pada acara Silaturahmi & berbuka puasa bersama 101 Inovasi Indonesia dengan Bussiness Innovation Center (BIC) yakni sebuah institusi yang memiliki kompetensi dalam mendorong penemuan terobosan teknologi dan perekayasaan alat untuk meningkatkan efisiensi bahan baku, bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Undangan Ristek Jakarta 26 Agustus 2009). Dalam upaya itu, dengan tujuan dan harapan dapat menjadi cikal bakal bagi pengembangan perekayasaan alat yang sangat diperlukan dalam pembangunan di Indonesia, lebih dari sembilan ratus pengusul inovasi telah diajukan kepada BIC, dan dari jumlah tersebut dipilih 101 karya terbaiknya, Santoso, yang diunduh dari /BookReview/ index.php tanggal 8 September 2009, menyebutkan bahwa kreativitas adalah proses timbulnya ide yang baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian ide sehingga dapat merubah dunia. Kreativitas membelah batasan dan asumsi, dan membuat koneksi pada hal-hal lama yang tidak berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Inovasi sangat diperlukan untuk menumbuhkan ide yang dapat membuahkan produk jasa atau proses yang membuat sesuatu nilai menjadi lebih bertambah tinggi. Oleh karena itu, dorongan, pemacuan kreativitas dan inovasi sudah saatnya ditumbuh kembangkan, termasuk juga di Badan Litbang Kehutanan ini, sehingga diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan peningkatan manfaat hutan beserta hasil ikutannya secara yang lebih baik dan berkelanjutan. Di sisi lain, pengelolaan terhadap jasa lingkungan hutan kini juga semakin berkembang. Berdasarkan sifatnya, pengelolaan terhadap jasa lingkungan hutan dibedakan ke dalam dua bagian yaitu yang bersifat (1) instrumental yakni kebendaan atau obyek itu mempunyai nilai bagi pihak 636 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

11 yang lain dan (2) intrinsik yakni obyek itu sendiri sudah punya nilai walau bersifat relatif. Nilai intrinsik ini belum atau tidak ada standar bakunya, dengan nilai sangat tergantung kepada banyak faktor antara lain kondisi, letak, besar atau jumlah yang dikandung, tingkat kebutuhan/keperluan, kepuasan dan kenyamanan (Anonim, 2009). Dalam kenyataan yang ada, sebenarnya nilai kayu hanya 5% dari total potensi dibanding jasa lingkungan yang dapat mencapai 95% (Laporan hasil rapat pada Dinas Kehutanan Jawa Barat, 2009). Oleh karena itu, aspek lain selain kayu, sebenarnya juga memerlukan antisipasi baik penelitian menyangkut rekayasa peralatan maupun substitusi pengolahannya, sehingga kemudian keduanya mampu memberikan kontribusi manfaat yang luas. Untuk mengelola nilai non kayu berupa jasa hutan, diperlukan 4 syarat yaitu (a) ada bukti ilmiah (b) penikmat teridentifikasi secara jelas dan siapa yang menjadi penyedianya, (c) terorganisasinya penikmat dan penyedia dan ada kerangka legal secara jelas, (d) hak atas tanah/lahan jelas, dan pemanfaat lahan punya akses (Anonim, 2009). Pengembangan jasa lingkungan merupakan obyek yang bersifat trade off yang untuk pengembangannya perlu memperhatikan isu distribusi, biaya transaksi dan biaya operasi termasuk pengadaan peralatannya yang dikelola secara efektif dan efisien (Santoso, 2009). Untuk keperluan pengadaan peralatan itu sebaiknya juga sudah dapat dibangun sendiri di dalam negeri. Di sisi lain, dalam proses pemanfaatan nilai limbah, khususnya dari pembuatan arang atau juga pada industri pembuatan batu bata dan genting, hasil temuan memperlihatkan bahwa proses itu tidak hanya sekedar jadi arang, melainkan juga menghasilkan cuka kayu, yang dalam proses itu selama ini kebanyakan masih sering dianggap sebagai masalah. Terkait dengan itu, kini asap pengarangan yang di masa lalu menjadi masalah kini dapat menjadi berkah karena dapat dibuatnya menjadi cuka kayu. Ahmad et al, 1980 menyatakan bahwa senyawa fenolik dalam asap cair sudah diidentifikasi dan sebagian besar sudah digunakan dalam industri farmasi, kosmetik dan makanan, karena aktivitas biologi yang dimiliki asap cair/ cuka kayu, yaitu sebagai antimikroba, antioksidan, anti metanogenesis dan antimutagenesis. Kendati demikian agar pemanfaatan itu lebih lanjut dimungkinkan dapat menjadi lebih efektif baik sebagai bahan pupuk dan bio-insektisida, maka diperlukan kajian formulasinya yang tepat. Dalam hal lain, bila pengadaan alat dan proses pengolahan kayu serta pengeluaran kayu hasil panen masih terus saja diimpor, maka selain mahal dan banyak menghabiskan cadangan devisa, juga menjadi tidak efisien Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 637

12 karena adanya ketergantungan. Dalam banyak hal ini dapat menimbulkan kerawanan dan risiko tinggi terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Dengan nilai kurs rupiah yang juga tidak stabil serta pengadaan suku cadang yang tidak menentu, maka ketidak stabilan nilai tukar ini akan dapat berimbas pada kondisi ekonomi, sosial dan politik nasional, sehingga lebih jauh hal ini berpotensi dapat menimbulkan kurang berkembangnya dunia usaha. Finne dalam Elias (1988) menyebutkan bahwa banyak sekali faktorfaktor yang harus diperhatikan oleh pemilih usaha bidang kehutanan agar dapat terhindar dari kesalahan dalam melakukan pilihan cara penanganan pengeluaran kayu. Bila pada kegiatan silvikultur termasuk pemanenan masih menggunakan banyak tenaga kerja manusia, maka sangat perlu diperhatikan agar pelibatan tenaga setempat harus diperhatikan (Hakilla, 1989). Namun demikian, alat secanggih apapun akan menjadi tidak efektif dan efisien bila akses ke lokasi tebangan tidak memadai (Endom dan Sugilar, 2009). Terkait dengan uraian di atas, sebenarnya tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam berbagai bidang kini cukup banyak jumlahnya. Sementara itu manufaktur besi baja di Indonesia juga sudah berjalan dengan kapasitas produksi cukup besar, sehingga keberadaannya sebagai pemasok untuk keperluan pembangunan industri peralatan dapat diandalkan. Juga demikian halnya dengan bahan pembantu industri perkayuan yang selama ini diimpor, dimungkinkan juga dapat dicari bahan substitusinya di Indonesia, yakni karena luar biasaya keragaman kekayaan alam Indonesia. Disinyalir dari keragaman yang sangat tinggi itu salah satu di antaranya ialah yakni dari jenis kayu matoa, memiliki kandungan bahan resorsinol cukup besar, sehingga keberadaannya merupakan potensi dan peluang yang sangat besar bagi pengurangan impor resorsinol. Oleh karena itu, dorongan dan motivasi penelitian yang mengarah pada perekayasaan alat dan bahan substitusi sangat diperlukan. Di pihak lain, pengeringan kayu yang murah dan efisien menggunakan sumber dari panas sinar matahari yang demikian melimpah sangat potensial untuk dimanfaatkan. Penelitian lanjutan mengenai hal ini pada tahun 2010 yakni berupa penyempurnaan pengumpul panas (solar collector) yang hasil sementara memperlihatkan masih belum maksimal, baru sekitar 60 0 C, fluktuatif dan sulit disimpan dalam waktu lama masih menjadi masalah (Basri dan Karnita, 2005). Oleh karena itu akan dicoba pengeringan kayu dengan menggunakan media air yang dipanaskan dengan sel surya, yang dinilai lebih baik dibanding cara pertama. Berkaitan dengan itu untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan enerji surya dengan perlakuan prapengeringan (pengukusan) dan proses pengeringan, maka diharapkan 638 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

13 sudah dapat mentuntaskan penelitian tersebut sehingga segera dapat diaplikasikan di masyarakat luas. Dalam hal identifikasi jenis kayu, yang juga dinilai memegang peranan penting dalam proses pengolahan kayu, diketahui bahwa hingga saat ini hanya petugas yang telah terlatih dan berpengalaman saja yang dapat melakukannya. Keadaan ini menjadi permasalahan dikarenakan sangat terbatasnya jumlah personil yang memiliki kemampuan ini sehingga dapat berakibat pada lamanya waktu melakukan identifikasi. Untuk itu, pengembangan prototipe perangkat lunak untuk identifikasi kayu berdasarkan citra struktur makroskopis kayu diharapkan dapat dibuat sehingga proses identifikasi dapat dilakukan secara cepat, otomatis dan akurat. Kegiatan kajian proses identifikasi otomatis ini akan dilakukan melalui analisis citra yang diambil melalui tahap penyayatan dan pemindaian yang kemudian diekstrak melalui beberapa tahap untuk mendapatkan ciri khusus dari tiap citra. Dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) data hasil ekstraksi kemudian akan dijadikan data input dalam pembuatan data sembilan komponen citra yaitu warna merah (R), warna hijau (G), dan warna biru (B), serta enam citra grayscale, yaitu standar deviasi, energi, kontras, homogenitas, entropy, dan derajat keabuan, dan kemudian menyatukannya dalam sebuah sistem identifikasi menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST). Dengan metoda ini, suatu jenis kayu dapat diidentifikasi secara otomatis, mudah, cepat dan akurat, dengan menggunakan bantuan alat sederhana berupa loupe dan komputer ((Jain dan Ramesh, 1995) dan (Haralic, 1973). Dalam pemanfaatan kayu dan bahan berlignoselulosa sebagai bahan konstruksi, sifat fisis dan mekanis (kekuatan dan kekakuan) serta sifat keawetan perlu diperhatikan. Banyak sifat yang berhubungan dengan fisis kayu, diantaranya kerapatan atau berat jenis (BJ), kadar air, kembang dan susut atau stabilisasi dimensi. Tiga sifat yang disebutkan pertama merupakan sifat fisis yang penting karena banyak berhubungan dengan pengerjaan atau pertukangan kayu (Sadiyo et al. 2003). Dari persyaratan kegunaan kayu pertukangan terlihat faktor BJ kayu memegang peranan penting. Kekuatan kayu meningkat dengan betambahnya BJ dan BJ berpengaruh terhadap sifat kembang susut, meskipun hubungannya tidak linear seperti hubungannya dengan kekuatan (Karnasudirdja & Kadir, 1989). Hampir semua penggunaan kayu memerlukan persyaratan kekuatan (Dumanau, 1982). Namun demikan, nilai suatu jenis kayu untuk keperluan bangunan juga ditentukan oleh sifat keawetannya karena meskipun kuat penggunaannya tidak akan banyak berarti jika umur pakainya pendek (Martawijaya,1996). Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 639

14 Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah keberadaan terhadap organisme perusak keawetan, karena sesuatu jenis kayu yang tahan terhadap jamur misalnya belum tentu tahan terhadap rayap atau serangga, demikian juga sebaliknya. Selain karena jenis mahluk perusaknya yang berlainan, hal ini mungkin pula disebabkan oleh faktor lingkungan yang berbeda seperti temperatur dan kelembaban udara. Faktor tersebut dapat mempengaruhi kehidupan organisme perusak kayu. Di sisi lain, penyebab kurang maksimalnya kemampuan produksi kayu adalah terkendala oleh kemampuan untuk mengumpulkan kayu pada lahanlahan miring berjarak pendek antara m, padahal jalan atau sarana untuk mengeluarkan kayu berada di atas bukit atau lereng bukit tersebut. Akibat ketidak mampuan itu, pohon yang telah ditumbang dibiarkan bergeletakan di lembah, atau tidak ditebang sama sekali. Dalam penelitian ini akan dicoba dibuat suatu rekayasa alat bantu ekstraksi kayu untuk operasi kabel layang dengan cara pengangkutan kayu mendatar (horizontal) sehingga kayu yang cukup panjang sekalipun tidak akan menyentuh tanah. Ini sangat penting untuk mencegah kerusakan lahan akibat penggusuran kayu. Dengan rekayasa ini diharapkan pengeluaran kayu menjadi lebih mudah, aman, dan cepat serta lebih manusiawi dan kayu menjadi lebih tinggi nilainya. Dari uraian di atas maka diharapkan adanya pemacuan dan pengembangan kreativitas perekayasaan alat dan substitusi bahan, sehingga ketergantungan akan keduanya dapat terus dikurangi. Selain itu, kesempatan kerja dan tumbuhnya ekonomi berantai yang positif juga dapat terus berkembang, sehingga upaya mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bersama dapat lebih dipercepat. III. RUMUSAN MASALAH Urgensi dan relevansi rumusan masalah ini ialah dilandasi oleh semangat yang mengedepankan misi bahwa selayaknya terobosan penelitian mengenai rekayasa alat dan substitusi bahan pembantu tidak ditunda-tunda, mengingat beberapa pertimbangan yang cukup mendasar, antara lain alat dan bahan pembantu industri pengolahan produk kayu selama ini masih banyak diimpor, termasuk dengan persediaan suku cadang (spareparts). Pada RPI periode ini akan dilakukan kegiatan penelitian perekayasaan dan substitusi bahan pembantu yang secara keseluruhan mencakup bidang perkayuan dan non kayu. Bidang tersebut selain hasilnya 640 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

15 dapat mendukung efisiensi penggunaan dan pemanfaatan kayu, juga akan mampu menghasilkan peningkatan lapangan kerja, percepatan pengeluaran kayu, pengenalan kayu baik untuk tujuan komersil maupun pembuktian di pengadilan secara cepat dan akurat, dan meningkatkan kualitas kayu yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengelolaan hutan yang lestari. IV. HIPOTESIS Kreativitas dan terobosan teknologi perekayasaan alat di sektor kehutanan dan substitusi bahan pembantu industri perkayuan dalam lima tahun ke depan diharapkan telah dapat mengantisipasi kesulitan akan bahan baku kayu maupun non kayu, memperluas kesempatan kerja, perbaikan lingkungan dan sumber daya hutan serta mampu meningkatkan nilai tambah produk. Kelambatan tersedianya berbagai peralatan dan bahan substitusi akan mengakibatkan kesulitan dalam meredam gejolak pemanfaatan tebangan liar yang semakin merajalela akibat kebutuhan kayu yang terus semakin banyak jumlahnya. Hasil perekayasaan alat dan bahan substitusi yang akan dan telah diperoleh juga dapat diaplikasikan di masyarakat dengan biaya pembuatan alat yang relatif murah, kuat dan mudah dalam pemeliharannya. V. TUJUAN DAN SASARAN Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari terobosan perekayasaan alat dan teknologi substitusi bahan pembantu industri perkayuan dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya, bahan baku peningkatan nilai tambah langsung maupun tidak langsung serta produktivitas kerja yang tinggi dalam memanfaatkan bahan baku kayu dan non kayu secara berkesinambungan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan manfaat hutan. Sasaran yang ingin dicapai yaitu mendapatkan teknologi dan metode yang praktis, tepat guna dan aman dalam meningkatkan pemanfaatan hasil hutan dan turunannya secara berkelanjutan, sesuai UU Kehutanan No 41, baik pada saat pelaksanaan pemanfaatan (penebangan/pemanenan) maupun pasca pemanenan, sehingga menghasilkan manfaat yang tinggi bagi kesejahteraan masyarakat. Di samping itu juga diperoleh temuantemuan baru yang menghasilkan teknologi yang bersifat paten, selain sebagai karya yang produktif juga bernilai ekonomis yang dapat menekan ketergantungan pada produk luar negeri. Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 641

16 VI. LUARAN Luaran dari kegiatan penelitian ini ialah untuk mencari terobosan teknologi dan prototipe perekayasaan alat dalam upaya meningkatkan efisiensi biaya, bahan baku serta produktivitas kerja yang tinggi dalam memanfaatkan sumber-sumber bahan baku kayu maupun non kayu dan jasa wisata alam secara berkesinambungan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan manfaat hutan. VII. RUANG LINGKUP 1. Komoditas a. kayu berdiameter kecil termasuk limbah cabang b. buah nyamplung c. madu lebah d. Anatomi kayu, bahan kimia kayu dan non kayu e. berbagai jenis pohon 2. Area/geografis : Propinsi Jawa Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. 3. Tipe/Fungsi hutan : Hutan alam, hutan tanaman dan hutan rakyat 4. Sifat kegiatan Langsung mengangani kegiatan yang diajukan oleh Institusi Pusat Litbang Hasil Hutan atau berupa penugasan bekerjasama dengan Balai yang ada di daerah. 5. Aspek Kegiatan penelitian rekayasa alat dan substitusi bahan pembantu ini mencakup bidang kerja/aspek Kegiatan Internal Pusat Litbang Hasil Hutan sebagai berikut : Rekayasa alat bantu pengeluaran kayu pada operasi pemanenan sistem kabel layang Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan) Rekayasa alat penghasil biodisel Rekayasa alat deteksi cacat pohon Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan) Rekayasa alat spindless rotary lathe Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Rekayasa alat deteksi mutu gaharu 642 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

17 Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Rekayasa formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu VIII. METODOLOGI A. Luaran dan kegiatan Table 1. Luaran dan kegiatan Luaran Penelitian Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Rencana Kegiatan Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu : Alat bantu ekstraksi di daerah curam Unit Penelitian P3HH Luaran 2. A. Puslitbang Hasil Hutan P3HH Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan) P3HH Rekayasa alat penghasil biodisel P3HH Rekayasa alat deteksi cacat pohon P3HH Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan) P3HH Rekayasa alat spindless rotary lathe P3HH Rekayasa alat ekstraktor resorsinol P3HH Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis P3HH Rekayasa deteksi mutu gaharu P3HH B. Penugasan dari Institusi (P3HKA, BPTH, Kuok, Mataram) Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu P3HKA, BPHPS Kuok, BPK Mataram, Rekayasa alat pengunduh benih BPTP Bogor Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 643

18 Luaran Penelitian Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Rencana Kegiatan Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu Unit Penelitian P3HH B. Pendekatan Pelaksanaan/Metode Untuk Pencapaian Luaran Pendekatan dilakukan sesuai dengan masing-masing luaran dengan metode secara ringkas dijelaskan pada Tabel 2. Table 2. Kegiatan dan metode pendekatan untuk pencapaian luaran Kode Kegiatan Metode Untuk Pencapaian Luaran 23 Luaran Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam Luaran Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil (Lanjutan Rekayasa alat penghasil biodiesel Rekayasa alat deteksi cacat pohon Melakukan studi berat kayu pada berbagai ukuran panjang dan diameter, kebutuhan standar ukuran kabel, desain alat bantu ekstraksi yang relatif kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengeluaran kayu ke arah atas lereng dengan cara gantung horizontal, mengadakan bahan dan peralatan (mesin kecil) yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi standar pada alat kupas dan penggergajian yang telah ada; pengukuran dan penempatan ulang pisau kupas ; penetapan pilihan blade dengan mata gergaji yang lebih minimal serta perbaikan alas dan dudukan pembatas kayu yang akan dibelah; mencoba ulang pengupasan secara otomatis dan manual pada berbagai kayu; mencoba ulang penggergajian bilah pada berbagai jenis kayu. Melakukan studi jenis pemanfaatan, ukuran kebutuhan standar buah, alat ringan, kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi bentuk cacat pohon, karakteristik sifat kayu, pembuatan alat deteksi, uji coba 644 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

19 Kode Kegiatan Metode Untuk Pencapaian Luaran Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu (Lanjutan) Rekayasa alat spindless rotary lathe Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Rekayasa deteksi mutu gaharu Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Rekayasa alat pengunduh benih Luaran Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan dan bambu IX. RENCANA TATA WAKTU Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi jenis kayu, mesin spindles, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi klasifikasi mutu gaharu, peralatan deteksi, membuat alat dan uji coba Penugasan Melakukan studi jenis kayu, kebutuhan standar ukuran alat kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi jenis kayu, ukuran kebutuhan standar buah, alat ringan, kecil, efektif dan efisien, desain teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Melakukan studi ukuran kebutuhan standar proses, desain formula teknis proses pengujian yang dibutuhkan, melakukan pembuatan rekayasa alat dan uji coba Rencana tata waktu direncanakan berjalan hingga 5 tahun ke depan dengan catatan bahwa setiap kegiatan akan diprogramkan 3 tahun pertama sebagai awal kegiatan sedang dua tahun berikutnya akan dilihat kemudian, apakah 3 tahun sudah dinilai cukup atau masih perlu dilakukan. Dengan Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 645

20 demikian 2 tahun berikutnya dapat dipakai untuk membuat kegiatan baru yang diperlukan atau masih melanjutkan sesuai kebutuhan. Table 3. Rencana Tata Waktu Luaran/Kegiatan Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Kegiatan : Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu. Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam Luaran 2. Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Kegiatan : A. Internal P3HH Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil Rekayasa alat penghasil biodiesel Rekayasa alat deteksi cacat pohon Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu Rekayasa alat spindless rotary lathe Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Rekayasa deteksi mutu gaharu B. Penugasan Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Kegiatan : Tahun RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

21 Luaran/Kegiatan Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu pertukangan Tahun X. RENCANA LOKASI Table 4. Rencana lokasi Luaran penelitian Kegiatan Lokasi Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Luaran 2 Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu (Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam ) A. Internal P3HH Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil Jawa Barat Jawa Barat Rekayasa alat penghasil biodiesel Jawa Barat Rekayasa alat deteksi cacat pohon Jawa Barat Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu Jawa Barat Rekayasa alat spindless rotary lathe Jawa Barat Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Jawa Barat Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Jawa Barat Rekayasa deteksi mutu gaharu Jawa Barat B. Penugasan Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Mataram Rekayasa alat pengunduh benih Jawa Barat Formulasi bahan pengawet dan stabilitas dimensi kayu dan bambu Jawa Barat Rekayasaan Alat dan Substitusi Bahan Pembantu 647

22 XI. RENCANA ANGGARAN Table 5. Rencana anggaran Luaran/Kegiatan Luaran 1. Spesifikasi teknis dan prototipe alat pemanenan hasil hutan Kegiatan : Rekayasa alat bantu pemanenan kayu dan non kayu. (Rekayasa alat bantu ekstraksi di daerah curam) Luaran 2. Rekayasa alat pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu Kegiatan : A. Internal P3HH Rekayasa alat kupas dan meja gergaji mobile untuk meningkatkan pemanfaaan kayu berdiameter kecil Tahun Rekayasa alat penghasil biodiesel Rekayasa alat deteksi cacat pohon Penyempurnaan alat steaming pengeringan kayu Rekayasa alat spindless rotary lathe Rekayasa alat ekstraktor resorsinol Rancangan sistem identifikasi kayu secara otomatis Rekayasa deteksi mutu gaharu B. Penugasan Rekayasa alat dehumidifier untuk penurunan kadar air madu Rekayasa alat pengunduh benih Luaran 3. Bahan substitusi pengolahan kayu dan bambu Kegiatan : 648 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF

RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN. Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si.

RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN. Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. RPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN Koordinator : Ir. Jamal Balfas, MSc. Wakil : Dra. Sri Rulliaty, MSc. Pembina : Prof. Riset. Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si. LATAR BELAKANG - Keterbatasan informasi dasar - Pengolahan

Lebih terperinci

Koordinator : Wesman Endom,MSc

Koordinator : Wesman Endom,MSc Koordinator : Wesman Endom,MSc LUARAN bantu pemanenan kayu (L- 1) pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu (L- 2) KEGIATAN PENELITIAN ekstraksi kayu didaerah curam (3 th) 1. Rekayasa mesin penghasil energi

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN LITBANG BOGOR, 13 NOVEMBER 2014

EVALUASI KEGIATAN LITBANG BOGOR, 13 NOVEMBER 2014 EVALUASI KEGIATAN LITBANG 10-14 BOGOR, 13 NOVEMBER 14 1. CAPAIAN RENSTRA 11-14 PUSTEKOLAH Program/Kegiatan/ Sub Kegiatan I. LITBANG PENGOLAHAN HASIL HUTAN 19 Sifat dasar Kayu dan Bukan Kayu (6 kegiatan)

Lebih terperinci

RPI dan RENJA 2015 Litbang Teknologi Pengolahan Hasil Hutan untuk Peningkatan Daya Saing Produk Kayu dan Bukan Kayu

RPI dan RENJA 2015 Litbang Teknologi Pengolahan Hasil Hutan untuk Peningkatan Daya Saing Produk Kayu dan Bukan Kayu RPI 2015-2019 RENJA 2015 Litbang Teknologi Pengolahan Hasil Hutan untuk Peningkatan Daya Saing Produk Kayu Bukan Kayu Bogor, 7 Agustus 2014 RPI 2015-2019 4 RPI 1. Sifat Dasar kegunaan kayu bukan kayu 2.

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Nomor : SK.50/VIII-SET/2010 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

20/06/2014. A. RPI B. Renja 2015 C. Pengembangan D. Isu Strategis dan lain-lain

20/06/2014. A. RPI B. Renja 2015 C. Pengembangan D. Isu Strategis dan lain-lain A. RPI B. Renja 2015 C. Pengembangan D. Isu Strategis dan lain-lain 1 . 1) RPI 9 : Sifat dasar dan Kegunaan Kayu, Bambu, dan Rotan 1. Keterlibatan UPT sebagai pelaksana kegiatan sifat dasar harus melaksanakan

Lebih terperinci

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan

Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Arang Kaya Manfaat Ramah Lingkungan Oleh : Endang Dwi Hastuti Siwi Tri Utami Arang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari hari. Arang merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari teknologi arang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 39 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan hingga mendapatkan hasil yang cukup memuaskan, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat peneliti berikan, 1. Teknik ekstraksi

Lebih terperinci

Beberapa Pertimbangan dalam Mengembangkan Energi Alternatif

Beberapa Pertimbangan dalam Mengembangkan Energi Alternatif Beberapa Pertimbangan dalam Mengembangkan Energi Alternatif Andrianto Handojo Dewan Riset Nasional Latar Belakang Paling tidak terdapat dua keterbatasan di Indonesia: - Ketersediaan minyak bumi ( belasan

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 71

Lebih terperinci

PROGRESS DAN KENDALA PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BADAN LITBANG KEHUTANAN. Oleh: Kepala Badan Litbang Kehutanan OUTLINE

PROGRESS DAN KENDALA PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BADAN LITBANG KEHUTANAN. Oleh: Kepala Badan Litbang Kehutanan OUTLINE PROGRESS DAN KENDALA PENGELOLAAN HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL BADAN LITBANG KEHUTANAN Oleh: Kepala Badan Litbang Kehutanan Dialog Dua Mingguan Manggala Wanabakti, 7 Juli 2014 OUTLINE 1. Sekilas HKI 2. Arti

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam penghasil kayu menjadi modal dasar bagi pertumbuhan industri sektor pengolahan kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

Revisi ke : 03 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 03 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN STANDARDISASI PRODUK INOVATIF DARI BAHAN BERLIGNOSELULOSA DAN PRODUK BAHAN PENUNJANG INDUSTRI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN STANDARDISASI PRODUK INOVATIF DARI BAHAN BERLIGNOSELULOSA DAN PRODUK BAHAN PENUNJANG INDUSTRI FINALISASI RPI-10 TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN STANDARDISASI PRODUK INOVATIF DARI BAHAN BERLIGNOSELULOSA DAN PRODUK BAHAN PENUNJANG INDUSTRI Koordinator: Adi Santoso PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil sumber daya yang berasal dari hutan yang dapat di jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat dijadikan bahan baku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pembangunan rumah di Indonesia sangat tinggi sekitar 900.000 sampai 1,2 juta unit/tahun akibat pertambahan jumlah penduduk dan bencana alam seperti tsunami, banjir,

Lebih terperinci

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

24 Media Bina Ilmiah ISSN No 24 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 SIFAT FISIKA EMPAT JENIS BAMBU LOKAL DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT oleh Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta UNRAM Abstrak : Bambu dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi Petunjuk Sitasi: Tugiman, Suprianto, Panjaitan, N., Ariani, F., & Sarjana. (2017). Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang sale di Desa Bandar Tinggi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C246-251). Malang:

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak manfaat yang dapat diambil dari pohon bambu, hal ini terlihat dari produk-produk yang dihasilkan. Setiap

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS Jamal Balfas LATAR BELAKANG Defisit kayu nasional, pabrik KL < 15%, WW < 30% Produksi HTI dan Hutan Rakyat tidak memadai Impor kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang diminati dan paling banyak dipakai oleh masyarakat, khususnya di Indonesia hingga

Lebih terperinci

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

CAPAIAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

CAPAIAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN CAPAIAN KEGIATAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KETEKNIKAN KEHUTANAN DAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN Putera Parthama, PhD Kepala Pusat Padalarang, 12 Juli

Lebih terperinci

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta

MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI. Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta MENYOAL PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT POTENSI DI ERA OTONOMI Oleh : Eddy Suryanto, HP. Fakultas Hukum UNISRI Surakarta ABSTRAK : Arah kebijakan pembangunan hutan rakyat diarahkan pada wilayah-wilayah prioritas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU. (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas)

PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU. (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas) PENGGUNAAN PAKU BERPORI DALAM INOKULASI POHON GAHARU (Inovasi Baru Dalam Teknologi Rekayasa Pembentukan Gubal Gaharu Yang Berkualitas) SENTOT ADI SASMUKO BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM Gaharu (agarwood)

Lebih terperinci

Topik Seminar. (Aspek Kebijakan dan Metodologi Pengukuran Stock Karbon) (Multisistem Silvikultur dan Silvikultur Intensif)

Topik Seminar. (Aspek Kebijakan dan Metodologi Pengukuran Stock Karbon) (Multisistem Silvikultur dan Silvikultur Intensif) Topik Seminar 1. Perubahan Iklim (Aspek Kebijakan dan Metodologi Pengukuran Stock Karbon) 2. Silvikultur (Multisistem Silvikultur dan Silvikultur Intensif) 3. Teknologi Kayu (Pengawetan Kayu dan Teknik

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembangunan pertanian dari segi komoditi terutama bersumber pada kenyataan peranan yang besar dari komoditi itu secara nasional atau bagi satu daerah tertentu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh Pemerintah adalah mengurangi beban subsidi Pemerintah terhadap minyak tanah, mengalokasikan kembali minyak

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 09 Juni 2015

Revisi ke 03 Tanggal : 09 Juni 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan kebutuhan penting bagi manusia, khususnya energi listrik, energi listrik terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. minyak bumi semakin menipis bisa dilihat dari produksi minyak bumi dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Salah satu sumberdaya alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 30 Desember 2013

Revisi ke 05 Tanggal : 30 Desember 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BOGOR, 2015 SINTESIS ANTARA RPPI 8 PENGOLAHAN HASIL HUTAN SINTESIS RENCANA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN Nomor: SK.24/VIII-SET/2010 TENTANG PENETAPAN PENELITIAN INTEGRATIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik

BAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik untuk keperluan industri besar,industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pertanian yang mampu menghasilkan devisa bagi Negara. Pada tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agrobisnis merupakan permasalahan yang sedang ditangani secara serius oleh pemerintah Indonesia sampai saat ini, mengingat begitu pentingnya pemanfaatan hasil perkebunan

Lebih terperinci

Revisi ke 08 Tanggal : 24 Desember 2013

Revisi ke 08 Tanggal : 24 Desember 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 03 Desember 2015

Revisi ke 03 Tanggal : 03 Desember 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke 04 Tanggal : 08 Desember 2015

Revisi ke 04 Tanggal : 08 Desember 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN. HIDUP. Sumber Daya Alam. Perkebunan. Pengembangan. Pengolahan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

MULTI MANFAAT DARI LIMBAH HUTAN

MULTI MANFAAT DARI LIMBAH HUTAN MULTI MANFAAT DARI LIMBAH HUTAN TANIN & LIGNIN Acacia mangium Bahan Perekat Kayu Majemuk Masa Depan 15 21 GULMA BAHAN BAKU KOMPOS POTENSIAL Meningkatkan Kesuburan Lahan Gambut 17 PRODUKSI ARANG TERPADU

Lebih terperinci

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 01 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR POTENSI, KEGUNAAN DAN NILAI TAMBAH KAYU DARI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN BOGOR Oleh : Achmad Supriadi 1) ABSTRAK Industri perkayuan di Indonesia saat ini banyak mengalami kekurangan bahan baku terutama kayu

Lebih terperinci

Revisi ke 05 Tanggal : 20 Desember 2013

Revisi ke 05 Tanggal : 20 Desember 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W) INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan merupakan tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon

Lebih terperinci

Revisi ke 06 Tanggal : 30 Desember 2016

Revisi ke 06 Tanggal : 30 Desember 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN JENIS KAYU BERBASIS CITRA G A S I M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK Pengenalan jenis kayu yang sering dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular Iyus Susila 1,*, Fakhri Huseini 1 1 Institut Teknologi dan Sains Bandung, Deltamas, Bekasi

Lebih terperinci

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan

Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan EDARAN KE DUA Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II Tema: Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio-industri Buah Tropika Berkelanjutan BUKITTINGGI, 9-11 SEPTEMBER 2014

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 06 Maret 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

Revisi ke 06 Tanggal : 9 Desember 2013

Revisi ke 06 Tanggal : 9 Desember 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014

Revisi ke : 02 Tanggal : 15 Juli 2014 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : SATU SET DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. DASAR HUKUM : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SIFAT PEMESINAN KAYU DOLOK DIAMETER KECIL JENIS MANGLID (Manglieta glauca Bl.)

SIFAT PEMESINAN KAYU DOLOK DIAMETER KECIL JENIS MANGLID (Manglieta glauca Bl.) SIFAT PEMESINAN KAYU DOLOK DIAMETER KECIL JENIS MANGLID (Manglieta glauca Bl.) Oleh: Mohamad Siarudin dan Ary Widiyanto Balai Penelitian Teknologi Agroforestry, Jl Raya Ciamis-Banjar KM 4, Ciamis Perkembangan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

renewable energy and technology solutions

renewable energy and technology solutions renewable energy and technology solutions PT. REKAYASA ENERGI TERBARUKAN Pendahuluan Menjadi perusahaan energi terbarukan terbaik di Indonesia dan dapat memasuki pasar global serta berperan serta membangun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci