PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : Mengingat : a. b bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta dalam rangka peningkatan kesempatan berusaha dan pelaksanaan perizinan di Kabupaten Sekadau dipandang perlu pengaturan tentang Retribusi Tanda Daftar Industri / Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan dan Tanda daftar Gudang; bahwa untuk menjamin kepastian hukum dan sebagai alat pemerintah daerah dalam pembinaan serta mengembangkan usaha di bidang Perindustrian Perdagangan perlu ditertibkan Tanda Daftar Industri/Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan dan tanda daftar gudang perlu diatur dalam suatu Peraturan Daerah. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan Undang- Undang Darurat nomor 3 tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9 ) sebagai undang-undang ; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tantang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Tahun 1960 tentang Pergudangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 31 ) Menjadi Undang-undang; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 1

2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3214 ); Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 Tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274 ); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587 ); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Le mbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685 ); Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 ); Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4344); Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Nomor 59 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844 ); Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1957 Tentang Penyaluran Perusahaan-Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1144 ); Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Tentang Izin Usaha Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 No. 25 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3596); Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 ); Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 590/MPP/10/1999, Tanggal 13 Oktober 1999 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan TDI; Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 10/M- DAG/PER/3/2006 Tentang Penataan dan Pembinaan Pergudangan; Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M- DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan; 2

3 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37/M- DAG/PER/9/2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan; Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 41/M- IND/PER/2008 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri ; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah; Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 Tentang Komponen Penetapan Tarif Retribusi; Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 08 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sekadau (Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2008 Nomor 08). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU, MEMUTUSKAN: Menetapkan : RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 3. Bupati adalah Bupati Sekadau; 4. Pejabat adalah Pejabat yang ditunjuk olah Bupati Sekadau sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya; 5. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM adalah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sekadau yang membidangi Perindustrian dan Perdagangan; 6. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut Rertibusi adalah pungutan pemerintah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan dan atau yang berikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 3

4 7. Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah kabupaten dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atau kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam barang, prasarana, sarana atau fasilitas, tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; 8. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Peseroan Terbatas, Perseroan Komanditer lainnya, Badan usaha milik Negara atau badan Usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga, dana pensiun, badan usaha tetap serta bentuk Badan Usaha lainnya. 9. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertantu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; 10. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja secara berkedudukan dalam wilayah Kabupaten Sekadau untuk memperoleh keuntungan dan atau laba; 11. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah Surat Izin yang diberikan oleh Bupati kepada Badan Usaha atau Perorangan untuk melaksanakan kegiatan Usaha Perdagangan; 12. Surat Permintaan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SP-SIUP adalah formulir yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP kecil / menengah / besar; 13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan Izin Perusahaan dibidang Perindustrian dan Perdagangan; 14. Surat Setoran Retribusi Daerah yang disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; 15. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan dan pemotongan retribusi tertentu; 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang; 17. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD adalah surat yang dilakukan untuk tagihan retribusi dan atau sanksi retribusi berupa denda; 18. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak Pidana di bidang Retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya; 19. Perubahan SIUP adalah kegiatan dalam perusahaan yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan yang meliputi : perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor dan pemilik atau penanggungjawab perusahaan, nama pemilik dan atau penanggungjawab, modal disetor dan atau kekayaan bersih kecuali tidak merubah klasifikasi SIUP, Nomor Pokok Wajib pajak, kelembagaan, bidang usaha, jenis barang dagangan atau jasa dagangan utama sehingga tidak sesuai lagi yang tercantum dalam SIUP; 20. Penggantian SIUP adalah kegiatan Penerbitan SIUP baru sebagai pengganti SIUP yang telah diterbitkan karena hilang atau rusak; 21. Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-undang; 4

5 22. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disebut TDP adalah surat pengesahan yang diberikan oleh Kantor Pendaftaran Perusahaan kepada Perusahaan yang telah melakukan Pendaftaran Perusahaan; 23. Formulir Pendaftaran Perusahaan adalah Daftar Isian yang memuat data perusahaan yang diisi dan ditanda tangani oleh Pemilik, Pengurus atau Penanggungjawab Perusahaan untuk mendapatkan TDP; 24. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang dapat ditutup dengan tujuan untuk tidak dikunjungi umum melainkan dipakai khusus untuk menyimpan barang-barang perniagaan; 25. Tanda Daftar Gudang yang disingkat TDG adalah surat tanda daftar yang berlaku sebagai bukti bahwa gudang tersebut telah didaftar untuk dapat melakukan kegiatan sarana distribusi; 26. Pendaftaran Ulang TDG adalah kegiatan penerbitan TDG yang telah berakhir masa berlakunya, untuk memperoleh TDG baru; 27. Perusahaan Industri adalah Perusahaan yang melakukan kegiatan dibidang usaha Industri yang dapat berbentuk perorangan, persekutuan atau badan hukum; 28. Surat Izin Tanda Daftar Industri/Izin Usaha Industri yang selanjutnya disingkat TDI/IUI adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan dibidang industri; 29. Perubahan TDI/IUI adalah kegiatan dalam perusahaan industri yang dapat mengakibatkan perubahan meliputi : perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat perusahaan atau pabrik, pemilik atau pengurus, atau penanggungjawab perusahaan, besarnya investasi perusahaan; 30. Pembaharuan TDI/IUI adalah kegiatan penerbitan TDI/IUI baru sebagai pengganti TDI/IUI yang telah diterbitkan karena hilang atau rusak; 31. Surat Izin Perluasan Industri yang selanjutnya disebut izin perluasan adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk dapat melakukan penambahan kapasitas produksi melebihi 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi yang telah diizinkan. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK Pasal 2 Dengan nama Retribusi Perizinan Dibidang Perindustrian dan Perdagangan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin kepada orang pribadi atau badan. Pasal 3 Objek Retribusi adalah kegiatan pemberian izin di bidang Perindustrian dan Perdagangan yang meliputi : 1. Objek Perindustrian a. Tanda Daftar Industri (TDI) b. Izin Usaha Industri (IUI) c. Izin Perluasan 2. Objek Perdagangan a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) b. Tanda Daftar Waralaba c. Tanda Daftar Gudang (TDG) d. Izin Usaha Perdagangan Lainnya. 5

6 Pasal 4 Subjek Retribusi adalah Perusahaan Perseorangan dan atau Badan yang menyelenggarakan usaha Perindustrian dan Perdagangan BAB III GOLONGAN RETRBUSI Pasal 5 Retribusi Perizinan dibidang Perdagangan dan Perindustrian Perizinan Tertentu. termasuk golongan Retribusi BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Pengguna jasa Retribusi Dibidang Perindustrian dan Perdagangan adalah perusahaan industri seperti yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan memiliki Izin Usaha Industri (IUI), termasuk Industri Kecil yang diwajibkan memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) yang diberlakukan sama dengan IUI. Pasal 7 (1) Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Dibidang Perindustrian diukur berdasarkan jenis pelayanan dan klasifikasi TDI / IUI yang diterbitkan : a. Tanda Daftar Industri yang selanjutnya disebut TDI dengan Nilai Investasi sampai dengan Rp , - (dua ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan; b. Izin Usaha Industri (IUI) Menengah yang selanjutnya disebut IUI Menengah dengan Nilai Investasi seluruhnya lebih dari Rp , - (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp , - (lima ratus juta rupiah) dan atau Rp , - (lima ratus juta rupiah) sampai dengan , - (satu milyar rupiah); c. Izin Perluasan (1) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dan akan melaksanakan perluasan dalam lingkup jenis industri yang tercantum dalam IUI-nya, diizinkan untuk menambah kapasitas produksi sebesar-besarnya 30 % (tiga puluh persen) di atas kapasitas produksi yang diizinkan, tanpa Izin Perluasan sepanjang jenis industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi Penanaman Modal. (2) Setiap Perusahaan Industri yang telah memiliki IUI dapat menambah kapasitas produksi di atas 30% (tiga puluh persen) dari kapasitas produksi yang diizinkan tanpa terlebih dahulu memiliki Izin Perluasan, sepanjang jenis produksinya sesuai dengan yang tercantum dalam IUI yang dimiliki, dan industrinya terbuka atau terbuka dengan persyaratan bagi penanaman modal serta ditujukan seluruhnya untuk pasaran ekspor. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka (1) diberikan selama -lamanya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak dilakukan perluasan dan dala m waktu dimaksud Perusahaan Industri yang bersangkutan wajib memiliki Izin Perluasan. 6

7 (2) Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Dibidang Perdagangan diukur berdasarkan golongan usaha: a. Usaha Kecil golongan usaha yang memiliki Nilai Investasi kurang dari Rp , - (lima puluh juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; b. Usaha Menengah adalah golongan usaha yang memiliki Nilai Investasi lebih dari Rp ,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) sampai dengan Rp ,00 (Lima Ratus Juta Rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. c. Usaha Besar adalah golongan usaha yang memiliki nilai investasi lebih dari Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp , - (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. (3) Tingkat Penggunaan Jasa Retibusi TDP diukur berdasarkan atas jenis usaha : a. Perseroan Terbatas (PT) ; b. Koperasi ; c. Perseroan Komanditer ( CV ); d. Persekutuan Firma ( Fa ) ; e. Perusahaan Perorangan; f. Bentuk Perusahaan Lain. (4) Tingkat penggunaan jasa retribusi TDG diukur berdasarkan jenis pelayanan dan luas gudang : a. Gudang Kecil dengan Luas 36M 2 sampai dengan 2.500M 2 b. Gudang Menengah dengan Luas di atas M sampai dengan M 2 c. Gudang besar dengan luas diatas M 2. (5) Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Izin Penyelenggaraan Pameran diukur berdasarkan skala penyelenggaraan pameran BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN SRTUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 8 Prinsip dan sasaran dalam penetapan Struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan yang menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian Izin Dibidang Perindustrian dan Perdagangan. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 9 Struktur Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan dan klasifikasi SIUP, Klasifikasi TDI/IUI, Jenis TDP,luas gudang dan skala pameran. 7

8 Pasal 10 Besarnya Tarif Retribusi Dibidang Industri : 1. Tanda Daftar Industri (TDI) dengan dinilai investasi s/d Rp , - (dua ratus juta rupiah) di kenakan Retribusi sebesar Rp , (dua ratus ribu rupiah) 2. Izin Usaha Industri (IUI) Menengah dengan nilai investasi : a. lebih dari Rp , - (dua ratus juta rupiah) sampai dengan , (lima ratus juta rupiah) dikenakan Retribusi Rp , - (tiga ratus ribu rupiah) ; b. lebih Rp , - (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp , - (satu milyar rupiah) dikenakan Retribusi Rp ,- (lima ratus ribu rupiah). 3. Izin Usaha Industri (IUI) Besar dengan nilai investasi : a. lebih dari Rp ,- (satu milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima milyar rupiah) dikenakan Retribusi ,- (satu juta rupiah) ; b. lebih dari Rp ,- (lima milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (sepuluh milyar rupiah) dikenakan Retribusi Rp ,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) ; c. lebih dari Rp ,- (sepuluh miliyar rupiah) keatas dikenakan Retribusi Rp ,- (dua juta lima ratus ribu rupiah). 4. Izin Perluasan untuk : a. Tanda Daftar Industri (TDI) dike nakan Retribusi sebesar Rp , (seratus lima puluh ribu rupiah) ; b. Izin Usaha Industri (IUI) Menengah dikenakan Retribusi sebesar Rp , - (dua ratus lima puluh ribu rupiah) ; c. Izin Usaha Industri (IUI) Besar dikenakan Retribusi Rp ,- (lima ratus ribu rupiah). Pasal 11 Besarnya tarif Retribusi Dibidang Perdagangan : A. Setiap Perusahaan Pemilik SIUP yang mengajukan Permohonan Pendaftaran Ulang dikenakan Retribusi untuk : 1. Usaha Kecil dengan Nilai Investasi : a. sampai dengan Rp , - (lima puluh juta rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp , - (seratus ribu rupiah) ; b. lebih dari Rp ,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp , - (dua ratus juta rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ; c. Perusahaan Komenditer (CV) dengan nilai investasi lebih dari ,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (dua ratus juta rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (tiga ratus ribu rupiah). d. Dikenakan biaya administrasi untuk : 1. Usaha Menengah : a. Perorangan/Koperasi (yang bergerak dibidang barang dan jasa) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ; b. Perusahaan Komenditer (CV) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah); c. Perseroan Terbatas (PT) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (lima ratus ribu rupiah). 2. Usaha Besar dengan Nilai Investasi : a. lebih dari Rp ,- (lima ratus juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (satu milyar rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (lima ratus ribu rupiah) ; 8

9 b. lebih dari Rp ,- (satu milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima milyar rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ; c. lebih dari Rp ,- (lima milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (sepuluh milyar rupiah) dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (satu juta lima ratus ribu rupiah). 3. Setiap Perusahaan yang mangajukan Permohonan SIUP baru, tidak dikenakan biaya; 4. Setiap Perusahaan yang sudah memperoleh SIUP wajib melapor setiap 5 (lima) tahun sekali. B. Tanda Daftar Perusahaan 1. Pendaftaran bagi perusahaan baru (TDP baru) tidak dikenakan biaya; 2. Setiap Perusahaan yang melakukan pembaharuan Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Dikenakan Retribusi untuk : a. Perseroan Terbatas (PT) Rp ,-; b. Perseroan Komenditer (CV) Rp ,-; c. Persekutuan Firma (Fa) Rp ,-; d. Koperasi Rp ,-; e. Perusahaan Perorangan (PO) Rp ,-; d. Bentuk Perusahaan Lain Rp ,-; 3. Perusahaan yang telah memperoleh TDP wajib membayar ulang setelah 5 (lima) tahun masa berlakunya izin tersebut. C. Permintaan Informasi Perusahaan Dikenakan Biaya Informasi (BI) TDP, untuk : 1. Salinan Resmi dari Daftar Perusahaan dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) ; 2. Petikan Resmi dari Daftar Perusahaan dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (dua puluh lima ribu rupiah) ; 3. Buku Informasi Perusahaan Hasil Olahan dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (seratus ribu rupiah). 4. Retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf c dikenakan untuk satu kali permintaan informasi. D. Tanda Daftar Gudang (TDG) 1. Gudang dengan luas kurang dari 36 m² wajib didaftarkan dan dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- ( seratus ribu rupiah ); 2. Gudang dengan luas diatas 36 m² dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu Rupiah ); E. Izin Penyelenggaraan Pameran 1. Penyelenggaraan Pameran dengan Skala Lokal dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (dua ratus ribu rupiah) ; 2. Penyelenggaraan Pameran dengan Skala Regional dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ; 3. Penyelenggaraan pameran dengan Skala Nasional/Internasional dikenakan Retribusi sebesar Rp ,- (satu juta rupiah). 4. Penarikan Retribusi untuk penyelenggaraan pameran dikenakan 1 (satu) kali penyelenggaraan. 9

10 BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 12 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat izin yang diberikan. BAB VIII TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13 (1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan. (2) Pembayaran Retribusi terutang harus dilunasi sekaligus. (3) Retribusi terutang dilunasi pada saat diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 14 Retribusi terutang terjadi pada saat diberikannya Tanda Daftar Industri/Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan dan atau saat diterbitkannya SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan. BAB X MASA RETRIBUSI Pasal 15 (1) Masa Retribusi Tanda Daftar Industri/Izin Usaha Industri adalah selama perusahaan yang bersangkutan masih beroperasi. (2) Masa Retribusi Tanda Daftar Industri/ Izin Usaha Industri adalah selama perusahaan yang bersangkutan masih beroperasi. BAB XI SANKSI ADMINISTRASI Pasal 16 Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya dan atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% ( dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih menggunakan STRD. 10

11 BAB XII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17 (1) Pembayaran Retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas melalui Bendahara Penerima (2) Hasil penerimaan retribusi sabagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah ditentukan oleh Bupati. Pasal 18 (1) Pembayaran sebagaimana di maksud dalam Pasal 13 diberikan tanda bukti pembayaran. (2) Setiap pembayaran retribusi dicatat dalam buku penerimaan. (3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XIII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 19 (1) Pelaksanaan Penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan retribusi. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang. (3) Surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati. Pasal 20 Bentuk formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) di tetapkan oleh Bupati. BAB XIV PEMBERIAN KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN DALAM HAL-HAL TERTENTU ATAU POKOK RETRIBUSI DAN ATAU SANKSINYA Pasal 21 (1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi dalam hal tertentu atas pokok retribusi dan atau sanksinya. 11

12 (2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Pemberian Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lai n diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam. (4) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XV PENGHAPUSAN RETRIBUSI YANG KADALUARSA Pasal 22 (1) Penghapusan Piutang Retribusi yang kadaluarsa terjadi setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retr ibusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak Pidana di bidang Retribusi. (2) Penghapusan piutang retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1), tertangguh apabila : a. diterbitkannya surat teguran ; atau b. ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. (3) Tata cara penghapusan retribusi yang sudah kadaluarsa diatur oleh Bupati. BAB XVI KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 23 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, Kadaluarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib Retribusi melakukan tindak Pidana di bidang Retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. diterbitkannya surat teguran, atau; b. ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XVII PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN Pasal 24 (1) Pelaksanaan teknis atas berlakunya Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Bagian Hukum dan HAM Sekretariat daerah Kabupaten Sekadau dan Satuan Polisi Pamong Praja. 12

13 (3) Kepada aparat pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan Biaya Operasional yang besarnya diatur dalam Keputusan Bupati dan dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB XVIII P E N Y I D I K A N Pasal 25 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Sekadau diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. (2) Wewenang Penyidikan senagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan, meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d. memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melakukan tugas penyidikan tindak pidana retribusi daerah; g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindak lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 26 (1) Wajib Retribusi tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali retribusi terutang. (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran. 13

14 BAB XX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 (1) Setiap usaha yang telah mendapatkan izin sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, pada waktu didaftar ulang wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. (2) Barang siapa melakukan kegiatan usaha dan belum memiliki izin, dalam waktu selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Peraturan Daerah ini, wajib mengajukan permohonan izin berdasarkan Peraturan Daerah ini. BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 4 Februari 2009 BUPATI SEKADAU, SIMON PETRUS Diundangkan di Sekadau pada tanggal 4 Februari 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU ttd. AWANG ASNAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2009 NOMOR 02 Untuk salinan yang sah sesuai aslinya Sekretariat Daerah Kabupaten Sekadau Kepala Bagian Hukum dan HAM, ttd. Fendy, S.Sos 14

15 15

16 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU KEPADA PT. BANK KALBAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tetang Pengelolaan Keuangan Daerah, penyertaan modal pemerintah daerah serta untuk meningkatkan pembangunan perekonomian di daerah dan penyelenggaraan pemerintah daerah, diperlukan suatu upaya nyata melalui penggalian potensi sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah; b. bahwa untuk mendukung peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sekadau perlu dilakukan penyertaan modal pada PT Bank Kalbar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b dan huruf c tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2865); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3874) Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

17 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150); 4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Propinsi Kalimantan Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4344); 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); 9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubaha beberapa kali dan yang terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493); 12. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 2

18 13. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4885); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4595); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 3

19 22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 27. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengeloalaan Keuangan Daerah; 28. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 01 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau Tahun Anggaran 2006; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 01 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau Tahun Anggaran 2007; 30. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 01 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau Tahun Anggaran 2008; 31. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 01 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau Tahun Anggaran 2009; 4

20 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU KEPADA PT BANK KALBAR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau. 2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Bupati adalah Bupati Sekadau. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten Sekadau. 6. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau. 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 8. Penyertaan modal daerah adalah setiap usaha investasi jangka panjang daerah yang bersifat permanen pada suatu usaha bersama dengan imbalan suatu tertentu. 5

21 9. PT Bank Kalbar selanjutnya disebut Bank adalah PT. Bank Kalbar Cabang Kabupaten Sekadau. BAB II T U J U A N Pasal 2 (1) Penyertaan modal daerah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. (2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyertaan modal daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta berorientasi untuk mendapatkan keuntungan (profit oriented). BAB III PENYERTAAN MODAL Pasal 3 (1) Penyertaan modal daerah kepada PT. Bank Kalbar dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau barang. (2) Penyertaan modal daerah dalam bentuk barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa barang tidak bergerak dan/atau barang bergerak. (3) Nilai barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperhitungkan sebagai uang kas yang disetorkan dalam penyertaan modal daerah kepada PT. Bank Kalbar. (4) Perhitungan besaran nilai barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapatkan persetujuan DPRD berdasarkan ketentuan perundang-undangan. (5) Barang yang telah disetorkan sebagai penyertaan modal daerah kepada PT. Bank Kalbar terlebih dahulu dihapus-bukukan dari aset daerah sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Pasal 4 Modal yang telah disetor oleh Pemerintah Daerah kepada PT. Bank Kalbar, dengan rincian sebagai berikut: a. Tahun 2006 sebesar Rp (Satu Milyar Rupiah) b. Tahun 2007 sebesar Rp (Satu Milyar Rupiah) c. Tahun 2008 sebesar Rp (Satu Milyar Rupiah) 6

22 Dengan jumlah total sebesar Rp (Tiga Milyar Rupiah) diperhitungkan sebagai modal disetor kepada Bank. Pasal 5 (1) Pemerintah Daerah dapat menambah penyertaan modal kepada Bank Kalbar yang dianggarkan dalam APBD pada setiap tahun anggaran. (2) Penyertaan modal kepada Bank Kalbar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapatkan persetujuan DPRD. Pasal 6 Modal disetor pemerintah daerah kepada PT. Bank Kalbar merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. BAB IV BAGI HASIL KEUNTUNGAN PASAL 7 (1) Bagi hasil keuntungan yang bersumber dari penyertaan modal daerah kepada PT. Bank Kalbar berupa deviden diakui sebagai penerimaan daerah. (2) Penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Pendapatan Asli Daerah dan wajib dianggarkan dalam APBD setiap tahun anggaran pada jenis pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. (3) Bagi hasil keuntungan berupa deviden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan langsung ke Kas Daerah. BAB V PENGAWASAN Pasal 8 (1) Bupati menunjuk Pejabat yang mewakili Pemerintah Daerah untuk melakukan pengawasan atas penyertaan modal daerah. (2) Pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah p ejabat yang mempunyai pengetahuan di bidang perbankan dan wawasan usaha yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan (profit oriented). (3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati 7

23 Pasal 9 Pejabat yang mewakili Pemerintah Daerah untuk melakukan pengawasan atas penyertaan modal daerah bertanggungjawab langsung kepada Bupati. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian dengan Peraturan Bupati. Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini ditempatkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 23 Februari 2009 BUPATI SEKADAU TTD Diundangkan di Sekadau Pada tanggal 23 Februari 2009 SIMON PETRUS SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU, TTD AWANG ASNAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2009 NOMOR 03 Untuk salinan yang sah sesuai aslinya Sekretaris Daerah Kabupaten Sekadau Kepala Bagian Hukum dan HAM, Fendy, S.Sos 8

24 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU KEPADA PT. BANK KALBAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, I. PENJELASAN UMUM Sesuai dengan ketentuan pasal 75 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah berkenaan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 3 9

25 10

26 11

27 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN SEKADAU KEPADA PT. BANK KALBAR I. PENJELASAN UMUM Sesuai dengan ketentuan pasal 75 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Daerah berkenaan. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Cukup Jelas Pasal 3 Cukup Jelas Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Cukup Jelas

28 Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas Pasal 9 Cukup Jelas Pasal 10 Cukup Jelas Pasal 11 Cukup Jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 3

29 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG JAMINAN KETERSEDIAAN DANA PEMBANGUNAN INSTALASI JARINGAN AIR BERSIH SIRIN MERAGUN KABUPATEN SEKADAU BERDASARKAN PELAKSANAAN TAHUN JAMAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa pelayanan air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat Kabupaten Sekadau; b. bahwa untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perlu dibangun Instalasi Jaringan Air Bersih yang representatif dengan memanfaatkan Sumber Air terjun Sirin Meragun guna memenuhi Air Bersih di Kabupaten Sekadau yang pelaksanaan pembangunannya memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran;. c. bahwa untuk menjamin ketersediaan dana pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau setiap tahun anggaran, perlu adanya jaminan hukum untuk pelaksanaannya; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Jaminan Ketersediaan Dana Pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun Kabupaten Sekadau Berdasarkan Pelaksanaan Tahun Jamak ; Mengingat : 1. Undang -Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok -Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ( Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3833 ); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ( Lembaran Negara RI Tahun Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286 ); 5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Propinsi Kalimantan Barat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4344 ); PERDA Nomor 5 Tahun

30 6. Undang undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377 ); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Nomor 59 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844 ); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara RI Nomor 126 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438 ); 9. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ( Lem baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4443 ); 10. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2001 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4101 ); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Kontruksi. ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955 ); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Kontruksi ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956 ); 14. Peratusan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Kontruksi ( Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957 ); 15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005, tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609 ); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614 ); PERDA Nomor 5 Tahun

31 20. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Peresiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan ke Tujuh atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; 21. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah untuk kepentingan umum; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomo 59 Tahun 2007; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 03 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Sekadau Tahun ; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 01 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau Tahun 2009; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TENTANG JAMINAN KETERSEDIAAN DANA PEMBANGUNAN INSTALASI JARINGAN AIR BERSIH SIRIN MERAGUN KABUPATEN SEKADAU DENGAN PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN JAMAK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Sekadau-sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sekadau; 4. Bupati adalah Bupati Sekadau. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sekadau. 6. Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Pertambangan Kabupaten Sekadau. PERDA Nomor 5 Tahun

32 7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Kabupaten Sekadau dengan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Sekadau dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 8. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa. 9. Pembangun adalah badan usaha penyedia barang yang mempunyai keahlian dalam membangun konstruksi instalasi jaringan air bersih, sebagaimana dipersyaratkan oleh peraturan perundangundangan 10. Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun adalah bangunan berupa penampungan beserta instalasi jaringan air bersih yang terintegrasi dan berfungsi untuk melayani kebutuhan air bersih di Kabupaten Sekadau serta daerah lainnya dengan memanfaatkan sumber air bersih Sirin Meragun di desa Meragun. 11. Pelaksanaan kegiatan tahun jamak adalah pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik yang penyelesainnya melebihi 1 (satu) tahun anggaran; 12. Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang disetujui oleh Bupati dan dilaksanakan oleh instansi teknis untuk pembangunan fisik yang didanai dari APBD Kabupaten Sekadau BAB II TUJUAN Tujuan Peraturan Daerah ini adalah : Pasal 2 (1) Sebagai dasar hukum pelaksanaan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun. (2) Untuk menjamin tersedianya dana yang dianggarkan dalam APBD setiap tahun anggaran dalam jumlah tertentu sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan daerah ini. (3) Untuk menjamin terlaksananya pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun sehingga berfungsinya instalasi penyediaan air bersih di Kabupaten Sekadau. BAB III LOKASI Pasal 3 (1) Pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun, di Desa Meragun Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau. (2) Instalasi Jaringan Pipa Air Bersih Sirin Meragun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari Desa Meragun Nanga Taman Rawak Sekadau. BAB IV WAKTU PELAKSANAAN Pasal 4 Jangka waktu pelaksanaan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun mulai tahun anggaran 2009 sampai dengan 2011 sesuai dengan tahapan penyediaan dana dalam APBD setiap tahun anggaran. PERDA Nomor 5 Tahun

33 BAB V PENDANAAN Pasal 5 (1) Dana yang dianggarkan untuk pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun paling banyak Rp ,00 (seratus dua puluh empat miliar rupiah) (2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalam APBD dan/atau Perubahan APBD Kabupaten Sekadau mulai Tahun Anggaran 2009 sampai dengan 2011, masing-masing sebagai berikut : a. Tahun Anggaran 2009 paling banyak Rp ,00 (tiga puluh lima miliar rupiah); b. Tahun Anggaran 2010 paling banyak Rp ,00 (enam puluh empat miliar rupiah); c. Tahun Anggaran 2011 paling banyak Rp ,00 (dua puluh lima miliar rupiah); (3) Besaran tahapan pembayaran sebagaimana dimaksud Ayat (2) Point a, b dan c dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan APBD Kabupaten Sekadau yang tidak melebihi pagu dana yang dimaksud pada Ayat (1) BAB VI PELAKSANA PEMBANGUNAN INSTALASI JARINGAN AIR BERSIH MERAGUN Pasal 6 (1) Pelaksana pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Meragun adalah Pembangun yang profesional, mempunyai keahlian dan pengalaman dibidangnya serta mempunyai kredibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penunjukan pembangun berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Pertama Hak dan Kewajiban Pembangun Pasal 7 (1) Pembangun yang telah ditetapkan sebagai pelaksana pembangunan Instalasi Air Bersih Sirin Meragun sesuai dengan peraturan perundang-undangan, melaksanakan tahapan pembangunan mulai tahun anggaran 2009 sampai dengan (2) Pembangun wajib menyerahkan kepada Pemerintah Kabupaten Sekadau seluruh bangunan Instalasi Air Bersih Sirin Meragun dan melakukan pemeliharaan dalam jangka waktu tertentu sesuai peraturan perundang-undangan (3) Pembangun berhak menerima pembayaran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau pada setiap tahun anggaran sesuai pagu anggaran yang disediakan pada setiap tahun anggaran berkenaan. PERDA Nomor 5 Tahun

34 (4) Pembayaran dari Pemerintah Kabupaten Sekadau kepada Pembangun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan tahapan kemajuan pekerjaan pembangunan Instalasi Air Bersih Sirin Meragun berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah Pasal 8 (1) Pemerintah Kabupaten Sekadau wajib menyediakan lahan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun yang mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan tanah untuk kepentingan umum. (2) Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau wajib menyediakan anggaran untuk mendanai pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun setiap tahun anggaran dan melakukan pembayaran kepada pembangun sesuai dengan tahapan penyelesaian pekerjaan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah ini. (3) Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau berhak menerima bangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun, sebagaimana diatur dalam perjanjian kontrak dan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Hak dan Kewajiban sebagai mana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 serta tata cara pelaksanaan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun, diatur dalam Perjanjian Kontrak antara Pemerintah Kabupaten Sekadau dengan Pembangun yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan. (2) Dalam rangka memberdayakan peran serta masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Pembangun dapat melibatkan dan bekerjasama dengan pengusaha kecil dan menengah setempat untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. (3) Kerjasama antara Pembangun dengan pengusaha kecil dan menengah setempat atas pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada prinsip saling menguntungkan. (4) Pembangun bertanggungjawab atas pekerjaan yang dikerjasamakan dengan pengusaha kecil dan menengah yaitu dalam ketepatan waktu penyelesaian pengerjaan dan kualitas/mutu pekerjaan. BAB VIII PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN KEGIATAN Pasal 10 Penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan serta pertanggungjawaban atas pembangunan Instalasi Air Bersih Sirin Meragun berpedoman pada peraturan perundang-undangan. BAB IX PENGAWASAN Pasal 11 (1) Untuk mendapatkan hasil yang optimal terhadap pelaksanaan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun di tunjuk pihak ketiga sebagai pengawas pelaksana yang disebut Konsultan Pengawas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PERDA Nomor 5 Tahun

35 (2) Untuk melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan pembangunan Instalasi Jaringan Air Bersih Sirin Meragun dibentuk Tim dengan Keputusan Bupati. (3) DPRD Kabupaten Sekadau melakukan pengawasan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan. Pasal 13 Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 14 Juli 2009 BUPATI SEKADAU, SIMON PETRUS Diundangkan di Sekadau pada tanggal 31 Juli 2009 SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN SEKADAU Drs. AWANG ASNAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2009 NOMOR 05 PERDA Nomor 5 Tahun

36 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG JAMINAN KETERSEDIAAN DANA PEMBANGUNAN INSTALASI JARINGAN AIR BERSIH SIRIN MERAGUN KABUPATEN SEKADAU BERDASARKAN PELAKSANAAN TAHUN JAMAK I. UMUM Berdasaran padan RPJMD Kabupaten Sekadau Tahun jaringan air bersih perlu dibangun guna untuk memenuhi kebutuhan keshatan adanya air bersih, Pelayanan kesehatan adanya air bersih sangat perlu diperhatikan, mengingat air adalah salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Untuk memenuhi adanya air bersih di Kabupaten Sekadau khusunya di kota Sekadau, kota Rawak dan kota Nanga Taman serta daerah-daerah lainnya perlu dibangun jaringan instalasi jaringan air bersih. Pembangun Instalasi Jaringan Air Bersih yang representatif dengan memanfaatkan potensi alam secara efektif dan efesien yang ada di Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau yaitu Sumber Air terjun Sirin Meragun guna memenuhi Air Bersih di Kabupaten Sekadau secara maksimal baik dalam pelaksanaannya maupun pendanaannya. Pembangunan jaringan instalasi air bersih sirin meragun ini memerlukan anggaran sebesar Rp (seratus dua puluh empat milyar rupiah) yang dianggarkan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD ) kabupaten sekadau, dengan pelaksanaannya memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun, bahwa untuk menjamin ketersediaan dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sekadau setiap tahun anggaran, perlu adanya jaminan hukum untuk pelaksanaannya; II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas PERDA Nomor 5 Tahun

37 Pasal 7 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 5 PERDA Nomor 5 Tahun

38 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah atas perubahan Perundang-Undangan Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak Daerah, maka ketentuan yang mengatur Pajak Penerangan Jalan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Sanggau Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pajak Penerangan Jalan perlu disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan dibuat dalam Peraturan Daerah tersendiri; b. bahwa Kabupaten Sekadau sebagai Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten sanggau berdasarkan pasal 16 ayat (1) Undang - Undang Nomor 34 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat dipandang perlu dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud pada huruf a dan huruf b di atas maka perubahan dan penyesuaian materi yang mengatur Pajak Penerangan Jalan di pandang perlu di tetapkan dalam Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048), atas Perubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685); 3 Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Propinsi Kalimantan Barat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

39 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4344 ); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara RI Nomor 59 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844 ); 6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara RI Nomor 126 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4090); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN 2

40 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Sekadau sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah 3. Kepala Daerah adalah Bupati Sekadau. 4. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 5. Perusahaan Listrik Negara yang selanjutnya disingkat PLN adalah Perusahaan Listrik Negara (Persero). 6. Pajak Penerangan Jalan selanjutnya disebut Pajak adalah Pungutan Daerah atas pengunaan tenaga listrik. 7. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Selanjutnya disingkat STPD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terhutang menurut peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah. 8. Surat Setoran Pajak Daerah selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terhutang oleh Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 9. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya Jumlah Pajak yang terutang. 10. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat keputusan yang merupakan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok Pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah 11. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. 14. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau daerah. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK Pasal 2 (1) Dengan nama pajak Penerangan Jalan dipungut pajak atas setiap penggunaan tenaga listrik. (2) Obyek Pajak adalah setiap penggunaan tenaga listrik. 3

41 (3) Tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tenaga listrik yang berasal dari PLN maupun bukan PLN. Dikecualikan dari objek Pajak adalah : Pasal 3 a. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing, dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk Pajak Negara; c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknik terkait; d. Penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah. Pasal 4 (1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. (2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelangan listrik dan atau pengguna tenaga listrik BAB III DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK Pasal 5 (1) Dasar pengenaan Pajak adalah Nilai jual Tenaga Listrik. (2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan: a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran, nilai jual tenaga listrik adalah besarnya tagihan biaya penggunaan listrik / rekening listrik; b. Dalam hal listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia dan penggunaan atau taksiran penggunaan listrik serta harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah. (3) Harga satuan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan berpedoman harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN. (4) Khusus untuk kegiatan industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen). Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut: Pasal 6 a. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 10% (sepuluh persen); b. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN, untuk industri sebesar 8% (delapan persen); c. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal bukan PLN, bukan untuk industri sebesar 10% (sepuluh persen); d. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri sebesar 8% (delapan persen). 4

42 BAB IV WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PERHITUNGAN PAJAK Pasal 7 (1) Pajak yang terhutang dipungut di Wilayah Daerah. (2) Besarnya Pajak yang terhutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dengan dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 5. BAB V MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH Pasal 8 Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin. Pasal 9 Pajak terutang dalam masa Pajak terjadi sejak diterbitkannya SKPD Pasal 10 (1) Setiap wajib Pajak yang menggunakan tenaga listrik bukan PLN wajib mengisi SPTPD. (2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap. (3) Untuk pelangan listrik PLN, Daftar Rekening Listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan SPTPD. (4) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan oleh Kepala Daerah selambatlambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak. (5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB VI TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK Pasal 11 (1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), Kepala Daerah menetapkan pajak terhutang dengan menerbitkan SKPD. (2) Apabila pemungutan pajak bekerjasama dengan PLN, rekening listrik dipersamakan dengan SKPD. (3) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD. 5

43 Pasal 12 (1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan Pajak sendiri yang terutang. (2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya Pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan : a. SKPDKB; b. SKPDKBT; c. SKPDN. (3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan : a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan d ihitung sejak saat terutangnya Pajak ; b. apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan dihitung dari Pajak yang kura ng atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang Pajak ; c. apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, Pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25 % ( dua puluh lima persen ) drai Pokok Pajak ditambah sanksi admnistrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan dihitung sejak saat terutangnya Pajak. (4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebebkan penambahan jumlah Pajak yang terutang, akan dikenaknan sanksi adminitrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. (5) SKPDN sebagaimana diaksud pada ayat (2), huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. (6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan. (7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan 6

44 pemeriksaan BAB VII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 13 (1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjukan oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. (2) Apabila pembayaran Pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjukan hasil penerimaan Pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat lambatnya 1 x 24 Jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah. (3) Pembayaran Pajak sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilakuk an dengan menggunakan SSPD. Pasal 14 (1) Pembayaran Pajak harus dilakukan sekakligus atau lunas. (2) Kepapla Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur Pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. (3) Angsuran pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara teratur dan berturut turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah Pajak yang belum atau kurang dibayar. (4) Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran Pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah Pajak yang belum atau kurang dibayar. (5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 15 (1) Tiap pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. (2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Kepala Daerah. 7

45 BAB VIII TATA CARA PENAGIHAN PAJAK Pasal 16 (1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi Pajak yang terutang. (3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat. Pasal 17 (1) Apabila jumlah Pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Suarat Peringatan atau surat lain yang sejenis, jumlah Pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa. (2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. Pasal 18 Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 Jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan. Pasal 19 Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi Hutang Pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara. Pasal 20 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak. Pasal 21 Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah. 8

46 BAB IX PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAB PAJAK Pasal 22 (1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasab Pajak. (2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasab Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB X TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN PENGURANGAN KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 23 (1) Kepala Daerah karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat : a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam penerapan peraturan Perundang undangan Perpajakan Daerah; b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan Pajak yang tidak benar; c. mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan Pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya. (2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Kepala Daerah, atau Pejabat selambat lambatnya 30 ( tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas. (3) Kepala Daerah atau Pejabat paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan (4) Apabila setelah lewat 3 (tiga) bula n sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan kettapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan. BAB XI KEBERATAN DAN BANDING 9

47 Pasal 24 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat atas satu : a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDKBT; d. SKPDLB; e. SKPDN; (2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (3) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan. (4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan. (5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar Pajak. Pasal 25 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan. (2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menu nda kewajiban membayar Pajak Pasal 26 Apabila Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat ) bulan. BAB XII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pasal 27 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran 10

48 Pajak kepada Kepala Daerah atau pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya : a. Nama dan Alamat Wajib Pajak. b. Masa Pajak. c. Besarnya Kelebihan Pembayaran Pajak. d. Alasan yang Jelas. (2) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua be las) bulan sejak diterimanya permohonan pengambilan kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengambilan kelebihan pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Pajak mempunyai hutang lainnya, kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu Hutang Pajak dimaksud. (5) Pengambilan kelebihan pembayaran Pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). (6) Apabila pengambilan kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pemb ayaran kelebihan Pajak. Pasal 28 Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan Hutang Pajak lainnya, sebagaimana dimaksud dalam padal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahan bukuan dan bukti pemindahan bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XIII KADALUWARSA Pasal 29 (1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pdana di bidang Perpajakan Daerah. (2) Kadaluarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila: a. Ditertibkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau; b. Ada pengakuan Hutang Pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung. 11

49 BAB XIV KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merigikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak yang terutang. (2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara aling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang. Pasal 31 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya Pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya bagian tahun Pajak. BAB XV PENYIDIKAN Pasal 32 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, Mencari, Mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas. b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah tersebut. c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah. 12

50 d. Memeriksa buku-buku, catatan catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah. e. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah. f. Melakukan penggeledeahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut. g. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah. h. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meningalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e. i. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan Daerah. j. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. k. Menghentikan penyidikan. l. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah menurut umum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 33 (1) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (2) Pada saat Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Sanggau Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pajak Penerangan Jalan dinyatakan tidak berlaku. 13

51 Pasal 34 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 1 Desember 2009 BUPATI SEKADAU, ttd SIMON PETRUS Diundangkan di Sekadau pada tanggal 1 Desember 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU ttd. Drs. AWANG ASNAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU 2009 NOMOR 8 Untuk salinan yang sah sesuai aslinya Sekretaris Daerah Kabupaten Sekadau Kepala Bagian Hukum dan HAM FENDY 14

52 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atas Perubahan Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka ketentuan yang mengatur Retribusi Pelayanan Persampahan / kebersihan perlu disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan dibuatkan dalm Peraturan Daerah tersendiri; b. bahwa Kabupaten Sekadau sebagai Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Sanggau berdasarkan pasal 16 ayat (satu) Undang -Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau, di Provinsi Kalimantan Barat Pemerintah Kabupaten Sekadau perlu Menetapkan Retribusi Daerah sesuai dengan kewenangannya; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf d diatas, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) ; 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); atas Perubahan Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

53 Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685); 3. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119); 10. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.04-PW.03 Tahun 1984 tentang Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

54 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II; 15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 1998 tentang Komponen Penetapan Tarif Retribusi; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ni yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sekadau. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Sekadau. 4. Pejabat adalah pegawai yang diberikan tugas tertentu di bidang Perpajakan Daerah sesuai dengan peraturan Perundang Undangan yang berlaku. 5. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari lingkungan di desa / kelurahan sebelum diangkat ke TPA. 6. Tempat Penampungan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk menampung, mengolah dan memusnahkan sampah. 7. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan yang terdiri dari bahan organik dan anorganik, logam dan non logam yang dapat dibakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran manusia dan sampah berbahaya. 8. Badan atau suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan usaha milik negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, kongsi, Koperasi, Yayasan, atau Organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 9. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atau jasa yang disediakan atau yang diberikan Pemeintah

55 Daerah unruk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 10. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan yang selanjutnya disingkat Retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan persampahan / kebersihan yang khususnya disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 11 Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan Perundang Undangan Retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi. 12 Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perijinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 13 Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa uang bunga dan atau denda. 14 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku. 15 Penyidik Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu terutang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan dipungut Retribusi atas setiap pelayanan persampahan / kebersihan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 3 (1) Objek Retribusi Meliputi : a. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumber TPA, atau b. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA; c. Penyediaan TPA; d. Pengolahan dan atau pemusnahan sampah di TPA. (2) Dikecualikan dari Retribusi adalah : a. Pelayanan Kebersihan jalan umum; b. Pelayanan Kebersihan taman ruangan tempat umum;

56 Pasal 4 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat jasa pelayanan persampahan/kebersihan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Sekadau dapat dikenakan Retribusi. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 (1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan atau volume sampah. (2) Jenis sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sampah organik dan non organi k berbahaya dan tidak berbahaya. (3) Dalam hal volume sampah sulit diukur, maka volume sampah dimaksud dapat ditaksir dengan berbagai pendekatan antara lain berdasarkan luas lantai bangunan rumah tangga, perdagangan dan industri. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya Tarif Retribusi dimaksud untuk menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain biaya pengumplan, pengangkutan dan pengelolaan sampah dan atau pemusnahan sampah termasuk sewa lokasi TPA. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis serta volume sampah yang dihasilkan dan kemampuan masyarakat.

57 (2) Satuan dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut: a. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah rumah tangga : 1. Luas Bangunan < 36m2 Rp 500,-/Bulan 2. Luas Bangunan 36 s/d 71m2 Rp 2.500,-/Bulan 3. Luas Bangunan 72 s/d 300m2 Rp 5.000,-/Bulan b. Pengambilan, Pengangkutan, Pengolahan dan pemusnahan sampah perdagangan antara lain pasar, pertokoan, rumah makan dan restoran : 1. Kecil ( volume sampah 0,51 m3/hari) Rp /Bulan 2. Sedang ( volume sampah 0,51m3 s/d 0,75 m3/hari) Rp / Bulan 3. Besar ( volume sampah 0, 76 m3 / hari ) Rp / Bulan c. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah industri antara lain rumah sakit, hotel, pabrik dan losmen : 1. Kecil ( volume sampah 0, 51 m3 s/d 0,75 m3 / hari ) Rp / Bulan 2. Sedang ( volume sampah 0, 51 m3 s/d 0,75 m3 / hari ) Rp / Bulan 3. Besar ( volume sampah 0,76 m3 / hari ) Rp / Bulan d. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah perdagangan antara lain pasar kaki lima dan emperan : 1. Kecil ( volume sampah 0,1 m3 s/d 0,25 m3 /hari ) Rp. 100 / Bulan 2. Sedang ( Volume sampah 0,25 m3 s/d 0,50 m3 / hari) Rp. 200 / Bulan e. Pengambilan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan sampah kantor badan usaha, kantor pemerintah / swasta dan bangunan pergudangan : 1. Kecil (luas bangunan < 71 m2) Rp / Bulan 2. Sedang ( luas bangunan 71 m2 s/d 300m2 ) Rp / Bulan 3. Besar ( luas bangunan > 300 M2 ) Rp / Bulan

58 f. Untuk pemilik perusahaan angkutan umum, berdasarkan keterangan jumlah armada/mobil yang dioperasikan terhadap perusahaan angkutan umum di maksud dikenakan tariff sebesar Rp. 200, per trayek. g. Untuk mobil angkutan barang, tarif berdasarkan bongkar muat di terminal lokasi yang telah ditentukan sebagai berikut : 1. Dump Truck Rp / hari 2. Truck / Truck Box Rp / hari 3. Pick Up Rp / hari (3) Penggunaan sendiri TPA oleh pribadi atau badan Rp ,- / bulan. (4) Terhadap setiap anggota masyarakat / badan yang tidak dapat mengangkut sampahnya sendiri ke TPS sehingga membutuhkan jasa Dinas terkait, kepadanya dikenakan Retribusi pengangkutan sampah sebesar Rp ,- setiap kali pengangkutan. BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan diberikan. BAB VIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10 Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati Kepala Daerah. Pasal 11 Saat Retribusi adalah pada saat ditertibkannya SKRD atau dokumen lain yang disamakan. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 12 (1) Pemungkutan Retribusi tidak dapat dibonkar. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

59 BAB X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan SKRD. BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14 (1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus untuk masa 1 ( satu ) bulan. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan keputusan Bupati Kepala Daerah. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15 (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 ( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran / peeringatan / surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang. (3) Surat Teguran / Penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk. BAB XIII PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 16 (1) Bupati Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi; (2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi; (3) Tata Cara pengurangan, keringanan dan pembebasan Retribusi ditetapkan oleh Bupati Kepala Daerah.

60 BAB XIV KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 17 (1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kadaluarsa setelah melampaui batas 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali apabila Wajib. (2) Kadaluarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran atau b. ada pengakuan Utang Pajak dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 18 (1) Setiap orang pribadi atau badan hukum yang karena kesengajaannya atai kelalaiannya tindak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi terutang. (2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVI PENYIDIKAN Pasal 19 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten diberi kewenang yang khusus sebagai penyidikkan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum acara pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah tersebut;

61 c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah tersebut; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruang atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; i. Memangil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakkan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 (1) Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. (2) Pada saat Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Sanggau Nomor 2 Tahun 2000 tanggal 5 Juni 2000 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dinyatakan tidak berlaku.

62 Pasal 21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 1 Desember 2009 BUPATI SEKADAU, ttd SIMON PETRUS Diundangkan di Sekadau pada tanggal 1 Desember 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU ttd. Drs. AWANG ASNAWI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU 2009 NOMOR 9 Untuk salinan yang sah sesuai aslinya Sekretaris Daerah Kabupaten Sekadau Kepala Bagian Hukum dan HAM FENDY

63

64 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah di tetapkan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah atas Perubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, maka ketentuan yang mengatur Retrbusi Izin Trayek perlu disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan dibuatkan dalam Peraturan Daerah tersendiri; b. bahwa Kabupaten Sekadau sebagai Kabupaten Pemekaran dari dari Kabupaten Sanggau berdasarkan pasal 16 ayat 1 ( satu ) Undang undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau, di Provinsi Kalimantan Barat Pemerintah Kabupaten Sekadau perlu Menetapkan Retribusi Daerah sesuai dengan kewenangannya; c. bahwa berdasarkan peertimbangan sebagai mana dimaksud pada butir a dan b di atas, maka perubahan dan Penyesuaian Materi yang mengatur Retribusi Daerah dipandang perlu ditetepkan dalam Peraturan Daerah; Menimbang : 1. Undang Undang Nomor 49 tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 149, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DIBIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEKADAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR INDUSTRI/IZIN USAHA INDUSTRI, SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN, DAN TANDA DAFTAR GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 3 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DAN PENDAFTARAN DI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 02 NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO - 1 - Salinan PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOJONEGORO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REJANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI Desaign V. Santoso, 30 Maret 2015 Evaluasi Kemenkeu & Provinsi - 1 - SALINAN SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 10 TAHUN 2007 SERI : B NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA INDUSTRI (SIUI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:36

1 of 5 02/09/09 11:36 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa tempat/ kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin adanya kepastian berusaha

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dengan telah di tetapkan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 156 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DI BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DAN RETRIBUSINYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 19 TAHUN 2009 SERI B.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DALAM BIDANG INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL DENGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DALAM BIDANG INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL DENGAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DALAM BIDANG INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa Retribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 14 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 13 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN USAHA PERDAGANGAN, WAJIB DAFTAR

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL RANCANGAN BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 5 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2002 NOMOR 31 SERI C NO. SERI 2 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG : RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TENTANG RETRIBUSI IZIN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA,

TENTANG RETRIBUSI IZIN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU - 1 - Desaign V. Santoso Edit 23 Nopember 2011 Desaign V. Santoso Edit Dewan Agustus 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN GOLONGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG,

Lebih terperinci

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

-1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN -1- Bbb B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kemajuan dan peningkatan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha perdagangan merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KETENAGAKERJAAN BIDANG PERIZINAN TENAGA KERJA WARGA NEGARA ASING PENDATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa Retribusi Izin

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa guna mendukung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENGINAPAN/PESANGGRAHAN/VILLA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SORONG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa pelayanan izin usaha jasa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 62 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT fc PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : a. bahwa dengan terbitnya

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II TULANG BAWANG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN SALON KECANTIKAN DAN PEMANGKAS RAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin kesehatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2003 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA [[ PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 110

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI JASA PERIZINAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI JASA PERIZINAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI JASA PERIZINAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang Mengingat : a. bahwa seiring dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pembangunan di Daerah dalam

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

B U P A T I B A L A N G A N

B U P A T I B A L A N G A N -1- B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa Retribusi Penyedotan Kakus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DAN / ATAU IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a. bahwa dengan telah dilimpahkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN / ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa retribusi daerah merupakan

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN/ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci