TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2005 DAN PERUBAHANNYA

Transkripsi

1 TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 2005 DAN PERUBAHANNYA layarberita.com A. LATAR BELAKANG Sebagaimana diamanatkan dalam Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan bernegara Negara Republik Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika tidak ditopang dengan keuangan negara sebagai sumber pembiayaannya, sehingga keuangan negara sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan tujuan bernegara. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah merupakan salah satu ruang lingkup keuangan negara. 1 1 Pasal 2 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 1

2 Penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 2 Hak Pemerintah Pusat/Daerah yang timbul dari pengelolaan keuangan negara diantaranya adalah Piutang Negara/Daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. 3 Sedangkan Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. 4 Bahwa setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, sedangkan untuk piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu, diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5 Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa piutang negara/daerah dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat dari pembukuan, kecuali mengenai piutang negara/daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam undang-undang. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara mengamanatkan agar tata cara penyelesaian dan penghapusan piutang negara/daerah diatur dengan suatu peraturan pemerintah. 6 Untuk melaksanakan amanat tersebut, Pemerintah telah menetapkan dan mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. Peraturan Pemerintah ini telah diubah sebanyak dua kali, yaitu dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah 2 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3 Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 5 Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 6 Pasal 37 ayat (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 2

3 Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. Tujuan Tulisan Hukum ini adalah untuk menguraikan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang negara/daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. B. PERMASALAHAN Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pemasalahan yang akan kami bahas dalam tulisan hukum ini adalah: 1. Apa saja yang menjadi ketentuan umum dalam penghapusan piutang negara/daerah? 2. Bagaimana ketentuan tata cara pelaksanaan penghapusan atas piutang negara? 3. Bagaimana ketentuan tata cara pelaksanaan penghapusan atas piutang daerah? C. PEMBAHASAN 1. Pokok-Pokok Pengaturan Penghapusan Piutang Negara/Daerah Sebelum menguraikan tata cara pelaksanaan penghapusan atas piutang negara/daerah terlebih dahulu akan kami uraikan ketentuan umum dalam tata cara penghapusan atas piutang negara/daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, sebagai berikut: 7 a. Piutang Negara/Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah, kecuali mengenai Piutang Negara/Daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang (contohnya adalah Piutang Pajak); b. Penghapusan secara bersyarat dilakukan dengan menghapuskan Piutang Negara/Daerah dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah tanpa menghapuskan 7 Pasal 2, 3, dan 3A Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 3

4 hak tagih Negara/Daerah. c. Penghapusan secara mutlak dilakukan setelah penghapusan secara bersyarat, dan dilakukan dengan menghapuskan hak tagih Negara/Daerah. d. Penghapusan Secara Bersyarat dan Penghapusan Secara Mutlak hanya dapat dilakukan setelah Piutang Negara/Daerah diurus secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang pengurusan Piutang Negara. Peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di bidang pengurusan Piutang Negara adalah Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara berikut peraturan pelaksanaannya. Sesuai dengan amanat Pasal 14 Undang-Undang tersebut, peraturan pelaksanaan Undang- Undang tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan. e. Pengurusan Piutang Negara/Daerah dinyatakan telah optimal, dalam hal telah dinyatakan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT) oleh PUPN. f. PSBDT ditetapkan dalam hal masih terdapat sisa utang, namun: 1) Penanggung Utang tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya; dan 2) Barang jaminan tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi mempunyai nilai ekonomis, atau bermasalah yang sulit diselesaikan. g. Penghapusan Piutang Negara/Daerah dikecualikan dari ketentuan bahwa hanya dapat dilakukan setelah pengurusan piutang secara optimal oleh PUPN sebagaimana dimaksud dalam huruf d, e dan f, dalam hal: 1) Piutang Negara/Daerah yang pengurusannya diatur dalam Undang-Undang tersendiri, antara lain piutang putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan piutang uang pengganti putusan pidana korupsi; atau 2) Piutang Negara/Daerah tidak memenuhi syarat untuk diserahkan pengurusannya kepada PUPN sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara. h. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan Piutang Negara yang tidak dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan tata cara penghapusan Piutang Daerah yang tidak dapat diserahkan pengurusannya kepada PUPN diatur oleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 4

5 2. Tata Cara Penghapusan Atas Piutang Negara Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 mengatur tata cara penghapusan atas Piutang Negara, dengan uraian sebagai berikut: a. Penghapusan Secara Bersyarat Atas Piutang Negara 8 Penghapusan Secara Bersyarat ditetapkan oleh : 1) Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); 2) Presiden untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah); dan 3) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (seratus miliar rupiah). Batasan nilai Piutang Negara yang dapat dihapuskan secara bersyarat adalah per Penanggung Utang. Dalam hal di dalam perjanjian/peraturan/hal lain yang menjadi dasar terjadinya Piutang Negara, diatur bahwa Penanggung Utang (misalnya Koperasi) wajib menyalurkan kredit kepada para anggotanya, maka nilai Piutang Negara yang dapat dihapuskan secara bersyarat adalah per anggota Penanggung Utang. Dalam hal Piutang Negara dalam satuan mata uang asing, maka nilai Piutang Negara tidak perlu dikonversi menjadi satuan mata uang Rupiah, namun nilai piutang yang dihapuskan secara bersyarat adalah nilai yang setara dengan nilai sebagaimana dimaksud di atas dengan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada 3 (tiga) hari sebelum tanggal surat pengajuan usul penghapusan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Piutang Negara dengan jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) yang akan dihapuskan secara bersyarat, diusulkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang berpiutang kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. Sedangkan untuk Piutang Negara dengan jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah), dan Piutang Negara dengan jumlah lebih dari Rp ,00 8 Pasal 4, 6, dan 8 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 5

6 (seratus miliar rupiah) yang akan dihapuskan secara bersyarat, diusulkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang berpiutang kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Keuangan. Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Negara dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau 2) dalam hal piutang adalah selain piutang Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT. b. Penghapusan Secara Mutlak Atas Piutang Negara 9 Penghapusan Secara Mutlak, sepanjang menyangkut Piutang Negara, ditetapkan oleh : 1) Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); 2) Presiden untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah); dan 3) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (seratus miliar rupiah). Batasan nilai Piutang Negara yang dapat dihapuskan secara mutlak adalah per Penanggung Utang. Dalam hal di dalam perjanjian/peraturan/hal lain yang menjadi dasar terjadinya Piutang Negara, diatur bahwa Penanggung Utang (misalnya Koperasi) wajib menyalurkan kredit kepada para anggotanya, maka nilai Piutang Negara yang dapat dihapuskan secara mutlak adalah per anggota Penanggung Utang. Dalam hal Piutang Negara dalam satuan mata uang asing, maka Piutang Negara tersebut tidak perlu dikonversi menjadi satuan mata uang Rupiah, namun nilai piutang yang dihapuskan secara mutlak adalah nilai yang setara dengan nilai sebagaimana dimaksud di atas dengan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada 3 (tiga) hari sebelum tanggal surat pengajuan usul penghapusan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Piutang Negara dengan jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh 9 Pasal 9, 11, dan 13 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 6

7 miliar rupiah) yang akan dihapuskan secara mutlak, diusulkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang berpiutang kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara. Sedangkan untuk Piutang Negara dengan jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah), dan Piutang Negara dengan jumlah lebih dari Rp ,00 (seratus miliar rupiah) yang akan dihapuskan secara bersyarat, diusulkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang berpiutang kepada Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Keuangan. Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Negara dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Penghapusan Secara Bersyarat piutang dimaksud; dan 2) melampirkan surat keterangan dari aparat/pejabat yang berwenang yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya. Dalam hal Piutang Negara berasal dari pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat pertama, surat keterangan ditetapkan oleh penyerah piutang (pimpinan rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki piutang) yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya. Piutang Negara yang telah dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan tetap dikelola dan diupayakan penyelesaiannya. Dalam hal upaya-upaya penyelesaian tersebut tidak berhasil, dan syarat sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas terpenuhi, maka sisa piutang negara dapat dihapuskan secara mutlak: 1) Usul Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Negara diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak Piutang Negara dimaksud dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan. 2) Pihak yang meminta keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang adalah pihak Kementerian Negara/Lembaga yang mengelola piutang Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 7

8 c. Penghapusan Piutang Negara Yang Bersumber Dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah 10 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah dapat dilakukan penghapusan secara bersyarat dan penghapusan secara mutlak. Penghapusan secara bersyarat atas Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah dilaksanakan setelah terbitnya Surat Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada Penanggung Utang. Sedangkan, penghapusan secara mutlak dilaksanakan setelah Penanggung Utang menyelesaikan program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada Penanggung Utang. Sebelum Piutang Negara yang berasal dari penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah akan dilakukan penghapusan, Menteri Keuangan terlebih dahulu melakukan upaya optimalisasi terhadap penanggung utang yang: 1) kegiatan usahanya melaksanakan pelayanan umum di sektor yang berhubungan dengan kebutuhan dasar masyarakat, contoh: pelayanan di sektor air minum dan kebersihan/persampahan; 2) melaksanakan pelayanan yang mempunyai keterkaitan dengan kepentingan Daerah; dan 3) mengalami kesulitan keuangan di dalam memenuhi kewajiban pinjaman sehingga mempengaruhi kelangsungan usahanya. Dalam hal Penanggung Utang atas Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening 10 Pasal 14 s.d 18 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 8

9 Pembangunan Daerah adalah penanggung utang yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud di atas, tata cara optimalisasi penyelesaian Piutang Negaranya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Optimalisasi tingkat penyelesaian Piutang Negara dilakukan dengan cara restrukturisasi utang, antara lain: 1) penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, bunga, denda, dan/atau ongkos-ongkos lainnya; 2) perubahan persyaratan utang; dan/atau 3) penghapusan. Dalam rangka upaya optimalisasi Piutang Negara, Penanggung Utang wajib menyampaikan permohonan penyelesaian utang kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan dilampiri rencana usaha sebagai dasar dalam rangka optimalisasi tingkat penyelesaian Piutang Negara dan/atau Penghapusan Secara Bersyarat atau Penghapusan Secara Mutlak. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara optimalisasi penyelesaian Piutang Negara ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. 3. Tata Cara Penghapusan Atas Piutang Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 mengatur tata cara penghapusan atas Piutang Daerah dengan uraian sebagai berikut: a. Penghapusan Secara Bersyarat Atas Piutang Daerah 11 Penghapusan Secara Bersyarat ditetapkan oleh: 1) Gubernur/Bupati/Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (lima miliar rupiah); dan 2) Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (lima miliar rupiah). Batasan nilai Piutang Daerah yang dapat dihapuskan secara bersyarat oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing adalah per Penanggung Utang. Dalam hal di dalam perjanjian/peraturan/hal lain yang menjadi dasar terjadinya Piutang Daerah, diatur bahwa Penanggung Utang (misalnya Koperasi) wajib menyalurkan kredit kepada para anggotanya, maka 11 Pasal 5, 7, dan 8 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 9

10 nilai Piutang Daerah yang dapat dihapuskan secara bersyarat adalah per anggota Penanggung Utang. Dalam hal Piutang Daerah dalam satuan mata uang asing, maka Piutang Daerah tersebut tidak perlu dikonversi menjadi satuan mata uang Rupiah, namun nilai piutang yang dihapuskan secara bersyarat adalah nilai yang setara dengan nilai sebagaimana dimaksud di atas dengan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada 3 (tiga) hari sebelum tanggal surat pengajuan usul penghapusan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah. Piutang Daerah yang akan dihapuskan secara bersyarat diusulkan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang berpiutang kepada Gubernur/Walikota/Bupati setelah mendapat pertimbangan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang wilayah kerjanya meliputi wilayah kerja Gubernur/Walikota/Bupati yang bersangkutan. Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Daerah dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau 2) dalam hal piutang adalah selain piutang Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT. b. Penghapusan Secara Mutlak Atas Piutang Daerah 12 Penghapusan Secara Mutlak ditetapkan oleh: 1) Gubernur/Bupati/Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (lima miliar rupiah); dan 2) Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (lima miliar rupiah). Batasan nilai Piutang Daerah yang dapat dihapuskan secara mutlak oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing adalah per Penanggung Utang. Dalam hal di dalam perjanjian/peraturan/ hal lain yang menjadi dasar terjadinya Piutang Daerah, diatur bahwa Penanggung Utang (misalnya Koperasi) wajib menyalurkan kredit kepada para anggotanya, maka nilai Piutang Daerah yang dapat dihapuskan secara mutlak adalah per anggota 12 Pasal 10, 12, dan 13 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 10

11 Penanggung Utang. Dalam hal Piutang Daerah dalam satuan mata uang asing, maka Piutang Daerah tersebut tidak perlu dikonversi menjadi satuan mata uang Rupiah, namun nilai piutang yang dihapuskan adalah nilai yang setara dengan nilai sebagaimana dimaksud di atas dengan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada 3 (tiga) hari sebelum tanggal surat pengajuan usul penghapusan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah. Piutang Daerah yang akan dihapuskan secara mutlak diusulkan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang berpiutang kepada Gubernur/Walikota/Bupati setelah mendapat pertimbangan dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara yang wilayah kerjanya meliputi wilayah kerja Gubernur/Walikota/Bupati yang bersangkutan. Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Daerah dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Penghapusan Secara Bersyarat piutang dimaksud; dan 2) Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya, yang dibuktikan dengan keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang. Dalam hal Piutang Daerah berasal dari pasien rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat pertama, surat keterangan ditetapkan oleh penyerah piutang (pimpinan rumah sakit atau fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki piutang) yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya. Piutang Daerah yang telah dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan tetap dikelola dan diupayakan penyelesaiannya. Dalam hal upaya-upaya penyelesaian tersebut tidak berhasil, dan syarat sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas terpenuhi, maka sisa piutang Daerah dapat dihapuskan secara mutlak dengan ketemtuan sebagai berikut: 1) Usul Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Daerah diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak Piutang Daerah dimaksud dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan; Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 11

12 2) Pihak yang meminta keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang adalah pihak badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mengelola piutang Instansi Pemerintah Daerah yang bersangkutan. D. PENUTUP Piutang Negara/Daerah dapat dihapuskan secara bersyarat atau mutlak dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah, kecuali mengenai Piutang Negara/Daerah yang cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam Undang-Undang, misalnya adalah Piutang Pajak. Penghapusan secara bersyarat dilakukan dengan menghapuskan Piutang Negara/Daerah dari pembukuan Pemerintah Pusat/Daerah tanpa menghapuskan hak tagih Negara/Daerah. Sedangkan, Penghapusan secara mutlak dilakukan setelah penghapusan secara bersyarat, dan dilakukan dengan menghapuskan hak tagih Negara/Daerah. Penghapusan secara bersyarat dan secara mutlak, sepanjang menyangkut Piutang Negara, ditetapkan oleh : 1) Menteri Keuangan untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah); 2) Presiden untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp ,00 (seratus miliar rupiah); dan 3) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (seratus miliar rupiah). Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Negara dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau 2) dalam hal piutang adalah selain piutang Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT. Piutang Negara yang telah dihapuskan secara bersyarat dari pembukuan tetap dikelola dan diupayakan penyelesaiannya. Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Negara dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Penghapusan Secara Bersyarat piutang dimaksud; dan 2) melampirkan surat keterangan dari aparat/pejabat yang berwenang yang menyatakan Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 12

13 kewajibannya atau tidak diketahui keberadaannya. Penghapusan secara bersyarat atas Piutang Negara yang bersumber dari penerusan Pinjaman Luar Negeri/Rekening Dana Investasi/Rekening Pembangunan Daerah dilaksanakan setelah terbitnya Surat Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada Penanggung Utang. Sedangkan, penghapusan secara mutlak dilaksanakan setelah Penanggung Utang menyelesaikan program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara sebagaimana yang ditetapkan dalam Surat Menteri Keuangan mengenai persetujuan pemberian program optimalisasi penyelesaian Piutang Negara kepada Penanggung Utang. Penghapusan secara bersyarat dan secara mutlak, sepanjang menyangkut Piutang Daerah, ditetapkan oleh: 1) Gubernur/Bupati/Walikota untuk jumlah sampai dengan Rp ,00 (lima miliar rupiah); dan 2) Gubernur/Bupati/Walikota dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk jumlah lebih dari Rp ,00 (lima miliar rupiah). Penghapusan Secara Bersyarat atas Piutang Daerah dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau 2) dalam hal piutang adalah selain piutang Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT. Penghapusan Secara Mutlak atas Piutang Daerah dari pembukuan dilaksanakan dengan ketentuan: 1) diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Penghapusan Secara Bersyarat piutang dimaksud; dan 2) Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya, yang dibuktikan dengan keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 13

14 DAFTAR PUSTAKA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah. Penulis: Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Papua, Disclaimer: Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan pendapat instansi. Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Papua 14