IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT"

Transkripsi

1 IV. PRODUKTIVITAS ALAT BERAT A. Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Untuk memperkirakan produksi alat beras secara teliti perlu dipelajari faktor-faktor yang secara langsungdapat mempengaruhi hasil kerja alat tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1) Tahanan gali (Digging Resistance), (2) Tahanan guling atau tahanan gelinding (Rolling Resistance), (3) Tahanan kemiringan (Grade Resistance), (4) Koefisien Traksi, (5) Rimpull, (6) Percepatan, (7) Elevasi letak proyek, (8) Evisiensi Operator, (9) Faktor pengembangan atau pemuaian (Swell Factor), dan (10) Berat material. 1. Tahanan Gali (Digging Resistance) Tahanan gali (Digginr Resistance, sering disingkat DR) marupakan tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian material, penyebab timbulnya atahanan ini adalah: a. Gesekan antara alat gali dan tanah; umumnya semakin besar kelembaban dn kekerasan butiran tanah, maka semakin besar pula gesekan alat dan tanah yang terjadi. b. Kekerasan dari material yang digali. c. Kekasaran dan ukuran butiran tanah atau material yang digali. d. Adanya adhesi antara tanah dengan alat gali, dan kohesi antara butiran tanah itu sendiri. e. Berat Jenis tanah (terutama berpengaruh pada alat gali yang berfungsi sebagai alat muat, misalnya Power Shovel, Clamshell, Dragline dan sejenisnya). Besarnya tahanan gali (DR) tak dapat dicari angka reratanya, oleh karena itu biasanya langsung ditentukan di tempat. 2. Tahanan Guling/ Tahanan Gelinding (Rolling Resistance) Tahanan guling/ tahanan gelincir (Rolling Resistance, biasa disingkat RR) merupakan segala gaya-gaya lyar yang berlawanan arah dengan arah gerak kendaraan yang sedang berjalan di atas suatu jalur. (Lihat Gambar: 4.1) Bagian yang mengalami Rolling Resistance (RR) secara langsung adalah ban bagian luar kendaraan, tahanan guling (RR) tergantung pada banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah: a. Keadaan jalan (kekerasan dan kemulusan permukaan jalan); semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, maka tahanan gulingnya (RR) semakin kecil. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 46

2 b. Keadaan ban yang bersangkutan dan permukaan jalur jalan. Jika memakai ban karet, maka yang berpengaruh adalah ukuran, tekanan, dan permukaan dari ban alat berat yang digunakan; apakah ban luar masih baru, atau sudah gundul, dan bagaimana model kembangan ban itu. Jika menggunakan Crawler yang berpenaruh adalah kondisi jalan Besarnya RR dinyatakan dalam pounds (lbs) dan Rimpull yang diperlukan untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur mendatar, dan dengan kondisi jalan tertentu. Arah gerak truck RR RR RR Gambar: 4.1. Arah Tahanan Gulir (RR) Contoh: Jalur jalan yang dibuat dari perkerasan tanah dilewati leh truck dengan tekanan ban lbs. Diperkirakan roda tersebut memiliki tahanan gulir (RR) sebesar 100 lbs/ ton. Jika berat kendaraan dan isinya 20 ton, hitung besarnya kekuatan tarik yang diperlukan oleh mesin itu pada roda kendaraan (Rimpul) agar kendaraan tersebut dapat bergerak. Rimpull (RP) = Berat kendaraan x RR = 20 ton x 100 lbs/ ton = 200 lbs. Pada prakteknya menentukan RR sangat sukar dilakukan, sebab dipengaruhi oleh ukuran dan tekanan ban, serta kecepatan kendaraan. Untuk perhitungan praktis RR dapat dihitung menggunakan rumus: Keterangan: RR = C RR x Berat Kenderaan beroda Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 47

3 RR = Tahanan Guling (lbs/ gross ton) C RR = Koefisien Tahanan Guling (lihat Tabel: 4.1) Tabel: 4.1. Angka Tahanan Gulir dinyatakan dalam persen (*) Jenis Permukaan Jalan RR (% berat kendaraan dalam Lbs) Roda karet Crawler Beton yang kasar dan kering 2% - Perkerasan tanah dn batu yang terpelihara baik 2% - Anah urug kering dengan pemadatan sederhana 3% - Tanah urug lunak dengan penetrasi sekitar 4 8% - Tanah/ pasir lepas dan batu pecah 10% 4% Jalan makadam 3% 5% Perkerasan kayu 3% 3% Jalan datar tanpa perkerasan, kering 5% 4% Kerikil tidak dipadatkan 15% 12% Pasir tidak dipadatkan 15% 12% Tanah lumpur - 16% (*) Sumber: Prodjosumarto Rochmanhadi (1992) 3. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance) Grade Resistance (GR) adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilalui. Jika jalur jalan itu naik disebut kemiringan positif, Tahanan Kemiringan atau Grade Resistance (GR) akan menalwan gerak kendaraan; tetapi sebaliknya, jika jalan itu turun disebut kemiringan negatif, tahanan kemiringan akan membantu gerak kendaraan (Gambar: 4.2). a. GR Positif b. GR Negatif Gambar: 4.2. Tahanan Kemiringan (GR) Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 48

4 Tahanan kemiringan tergantung pada dua faktor yaitu: a. Besarnya kemiringan (dinyatakan dalam %) b. Berat kendaraan itu sendiri (dinyatakan dalam Gross-ton) Biasanya tahanan kemiringan dihitung sebagai berikut: Tiap kemiringan 1% besarnya tahanan kemiringan rata-rata = 20 lbs dari besarnya kekuatan tarik mesin yang digunakan untuk menggerakkan ban yang menyentuh permukaan jalur jalan. Besarnya dihitung untuk tiap gross-ton berat kendaraan beserta isinya. Contuh Soal: Sebuah truck beserta muatan beratnya 20 ton, truck itu bergerak pada jalur jalan dengan tahanan gulir (GR) = 100 lbs/ ton. Hitung kekuatan tarik yang diperlukan oleh mesin truck untuk menggerakkan bannya. Kekuatan tarik (Rimpull yang menahan kemiringan) = Berat kendaraan x GR x Kemiringan. = 20 ton x 100 lbs/ton/1% x 5% = 200 lbs Untuk menahan supaya truck tidak meluncur turun akibat kemiringan, maka diperlukan kekuatan tarik yang besarnya minimum 200 lbs juga. Kekuatan tarik yang diperlukan = Rimpull yang menahan kemiringan + gaya tarik yang menahan kemiringan Kekuatan tarik yang diperlukan = 200 lbs lbs = 400 lbs. 4. Koefisien Traksi (CT) Koefisien Traksi (CT) adalah faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh kendaraan itu pada ban atau truck yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong. Jadi CT adalah suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban penggerak itu harus dikalikan untuk menunjukkan Rimpull maksimum antara ban dengan jaur jalan, tepat sebelum roda itu selip. Jika terdapat geseran yang cukup antara permukaan roda dengan permukaan jalan, maka tenaga mesin tersebut data dijadikan tenaga traksi yang maksimal. (Gambar: 4.3) Rumus: Traksi Kritis = CT x Berat total kendaraan Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 49

5 Arah Gerak Berat Alat (W) F R1 Gaya Perlawanan Gerak θ F t Permukaan Tanah WS = Berat Total Alat (W) Gambar: 4.3. Koefisien Traksi Contoh : Jumlah berat kendaraan yang diterima oleh roda kendaraan = 8000 lbs. Berdasarkan percobaanpercobaan diketahui bila hanya tersedia Rimpull seberat 4800 lbs saja, maka roda akan selip. Hitunglah Koefisien Traksi (CT) Jika Rimpull yang tersedia besarnya 4800 lbs, berarti traksi kritis dari kendaraan tersebut = Rimpull. Traksi Kritis = Rimpull = CT x Berat Total Alat (W) Traksi Kritis = CT x W 4800 lbs = CT x 8000 lbs CT = 0,60 Besarnya CT tergantung pada: a. Kondisi ban yang meliputi: macam dan bentuk kembangannya; untuk crawlwer truck tergantung pada keadaan dan bentuk trucknya. b. Kondisi permukaan jalan (basah, kering, keras, lunak, rata, bergelombang, dan sebagainya) c. Bert kendaran yang diterima oleh roda. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 50

6 Menurut pengalaman, besarnya CT pada macam-macam keadaan jalan seperti terdapat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Besar CT untuk Macam-macam Keadaan Jalur Jalan *) Macam Jalan Ban Karet Crawler Jalan Beton yang kasar dan kering 0,80 1,00 0,45 Lempung kering 0,50 0,70 0,90 Lempung basah 0,40 0,50 0,70 Pasir basah yang bercampur kerikil 0,30 0,40 0,35 Pasir lepas dan kering 0,20 0,30 0,30 *) Sumber: Prodjosumarto Contoh 1. Jumlah berat suatu kendaran (W) = 20 ton ( lbs), seluruhnya diterima oleh roda penggerak. Kendaraan tersebut akan bergerak pada jalur jalan tanah liat yang kering. Tahanan guling (RR) 100 lbs/ ton, kemiringan jalan = 5%. Coba analisa, apakah rodak kendaraan itu tidak selip? Menurut Tabel: 4.2, CT untuk tanah liat kering = 0,50 Traksi Kritis (TK) = CT x W = 0,50 x lbs = lbs Kekuatan tarik = W x GR x kemiringan = 20 ton x 20 lbs/ ton berat kendaraan /1% kemiringan x 5% = 2000 lbs Jadi untuk menahan agar supaya truck tidak melorot turun, diperlukan gaya tarik yang besarnya minimum 2000 lbs juga. Rimpull = Kekuatan tarik + Gaya tarik truck agar tidak melorot. = lbs lbs = lbs lbs > Lbs TK > Rimpull Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin atau ban penggerak yang menyentuh tanah. Traksi Kritis (TK) adalah jumlah tenaga yang diperlukan untuk menarik kendaaan itu Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 51

7 Jika jumlah tenaga yang diperlukan untuk menarik kendaraan itu (traksi kritis) besarnya = lbs, sedangkan kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin/ ban penggerak yang menyentuh tanah (Rimpull) besarnya = lbs, maka disimpulkan bahwa roda kendaraan itu selip. Contoh 2. Kendaraan yang sama, tetapi roda penggerak dianggap hanya menerima 50% dari berat total kendaraan seluruhnya (W). Coba analisa apakan kendaraan itu masih tetap saja selip? TK = CT x W x 50% = 0,50 x lbs x 50% = lbs Menurut contoh 1 besarnya Rimpull = lbs Jadi TK = lbs > Rimpull (=4.000 lbs) Kendaraan masih tetap selip. Contoh 3. Kendaraan yang sama berjalan pada tanah pasir lepas dengan RR = 250 lbs/ ton berat kendaraan. Jika berat kendaraan yang diterima oleh roda besarnya 50%, coba analisa apakah kendaraan tersebut selip? Menurut Tabel 4.2, CT untuk pasir kering yang lepas = 0,20 TK = CT x W x 50% = 0,20 x lbs x 50% TK = lbs Rimpull untuk mengatasi RR = W x RR = 20 ton x 250 lbs/ ton = lbs Rimpull untuk mengatasi GR = W x GR x Kemiringan = 20 ton x 20 lbs/ ton/ 1% x 5% = lbs Rimpull total = lbs lbs = lbs TK = lbs Rimpull total = lbs TK < Rimpull Jadi Kendaraan tidak selip Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 52

8 4. Rimpull Rimpull adalah besarnya kekuatan tarik yang dapat diberikan oleh mesin atau ban penggerak yang menyentuh permukaan jalur jalan dari suatu kendaraan. Rimpull biasanya dinyatakan dalam satuan kg atau lbs. Jika Koefisien Traksi (CT) cukup tinggi sehingga roda tidak selip, atau CT mampu menghindari selip, maka besarnya Rimpull maksimum yang dapat diberikan oleh mesin/ ban kendaraan adalah fungsi dari tekaga mesin (dsalam Horse Power) dan verseneling antara mesin dan rodanya. Jadi: RP = (HP x 375 x Efisiensi mesin)/ (Kecepatan mesin dalam mph) Keterangan rumus: RP = Rimpull (Kekuatan t arik kendaraan) lbs HP = Horse Power (Tenaga mesin) HP 375 = Angka konversi Efisiensi mesin = 80 85% Tetapi jika ban kendaraan telah selip, maka besarnya Rimpull dihitung sama dengan tenaga pada roda penggeraknya dikalikan CT. Jadi saat selip RP = Tenaga Roda Penggerak x CT Contoh 1. Traktor dengan kekuatan 160 HP, menggunakan roda karet, berjalan pada gigi 1 dengan kecepatan 3,6 mph (mile per hour= mil/ jam). Hitung Rimpull maksimum yang dapat diberikan oleh roda itu. Traktor roda karet, kondisi yang tidak selip. Menurut rumus Rimpull (RP) = (HP x 375 Efisiensi mesin) Kecepatan (mph) RP = 160 x 375 x0,80 3,6 RP = lbs Contoh 2 Buldoser 140 HP, roda karet bergerak pada versenelling 1 dengan kecepatan 3,25 mph. Hitung Rimpull maksimum yang dapat diberikan oleh roda buldoser itu. Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 53

9 Kondisi kendaraan tidak selip. RP = (HP x 375 Efisiensi mesin) Kecepatan (mph) = (140 x 375 x 0,85) 3,25 = lbs Rimpull tidak dapat dihitung pada roda rantai (Crawler); istilah yang dipakai penggantinya adalah Draw Pull Bar (DPB). Dalam DPB pada traktor, mesin traktur harus mampu untuk menahan: - Tahanan guling (RR) dan tahanan kemiringan (GR) - Tahanan gulir dan tahanan kemiringan dari alat yang ditariknya. Contoh 3. Sebuah traktor/ buldoser yang beratnya (W) 15 ton, bergerak di atas jalur jalan yang mempunyai tahanan gulir (RR) 100 lbs/ ton, dengan kemiringan jalan sebesar 5%. Buldoser itu berjalan pada versenellling 1 dan memiliki DPB maksimum sebesar lbs. Hitung DPB yang dapat digunakan untuk menarik muatan lain. DPB Maksimum = lbs. DPB untuk mengatasi RR = W x RR = 15 ton x 100 lbs/ ton = lbs DPB untuk mengatasi GR = W x GR x kemiringan jalan = 15 ton x 20 lbs/ton/ 1% x 5% = lbs DPB Total = DPB untuk mengatasi RR + DPB untuk mengatasi GR = lbs lbs = lbs DPB untuk menarik muatan = DPB Maksimum - DPB Total = lbs lbs = lbs Rimpull tergantung pada HP dan kecepatan gerak dari alat berat tersebut. Biasanya pabrik telah memberikan pedoman tentang berapa besar kecepatan maksimum dan Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 54

10 Rimpull yang dapat dihasilkan oleh masing-masing gigi verseneling seperti terdapat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Contoh Kecepatan Maksimum pada masing-masing versenelling (*) Versenelling ke Ban karet (140 hp) Crawler (15 ton) Kec (mph) RP (lbs) Kec (mph) DPB (lbs) 1 3, , , , , , , , , , , (*) Sumber: Prodjosumartono. 6. Percepatan (Acceleration) Percepatan (Acceleration) adalah waktu yang di[perlukan untuk mempercepat kendaraan dengan memakai kelebihan Rimpull yang tidak digunakan untuk menggerakkan kendaran pada jalur tertentu. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat kendaraan tergantung pada beberapa faktor yaitu: a. Berat kendaraan; semakin berat kendaraan beserta isinya, semakin lama waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan tersebut untuk menambah kecepatannya. b. Kelebihan Rimpull yang ada.; semakin besar kelebihan Rimpull pada suatu kendaraan, maka semakin cepat kendaraan itu dapat dipercepat. Percepatan tak mungkin dihitung secara tepat, tetapi dapat diperkirakan memakai rumus Hukum Mewton. F = (W x a) G a = (F x g) W Keterangan Rumus: F = Kelebihan Rimpul (lbs) G = Percepatan karena gaya gravitasi = 32,2 ft/ det 2 W = Berat kendaraan beserta isinya (lbs) a = Percepatan (ft/ det 2 ) Contoh 1 Suatu alat berat dengan bobot 1 ton ( 2000 lbs) mempunyai kelebihan Rimpull sebesar 10 lbs. Jika kelebihan Rimpull tersebut digunakan untuk menambah kecepatan, berapakah percepatan maksimum yang dapat dihasilkan? Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 55

11 a = (F x f)/ W = (10 lbs x 32,2 ft/ det 2 ) lbs = 0,161 ft/ det 2 = 0,11 mph/ det Catatan: 1 mil = 1,61 km = m 1 ft = 0,30 m Jadi dalam satu menit kecepatannya bertambah sebesar 0,11 x 60 = 6,6 mph. Biasanya untuk perhitungan percepatan digunakan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan menghitung kecepatan rata-ratanya. Kecepatan rata-rata = Kecepatan maksimum x Faktor Kecepatan Faktor kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh, semakin jauh jarak yang ditempuh; tanpa memperhatikan bagaimana kondisi jalur jalan yang ditempuh semakin jauh jalan yang ditempuh, berarti semakin besar pula faktor ketepatan itu. Tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan beberapa faktor kecepatan dan jarak yang ditempuh. Tabel 4.4. Hubungan Faktor Kecepatan dan Jarak yang Ditempuh. *] Jarak yang Ditempuh (ft) Faktor Kecepatan ,46 0, ,59 0, ,65 0, ,69 0, ,73 0, ,75 0, ,77 0,85 *] Prodjosumarto. Contoh 2. Sebuah Dump truck bergerak pada versenelling 3 di atas jalur jalan dengan kecepatan maksimum 12,48 mph. Truck itu menempuh perjalanan sepanjang jarak 1250 ft. Hitung keceptan rata-rata dari Dump truck tersebut. Faktor kecepatan pada jarak 1250 ft didapat dari cara interpolasi Tabel 4.4. = ( ) x (0,82 0,59) + 0,59 Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 56

12 ( ) = 0,705 0,70 Kecepatan rata-rata = Kecepatan maksimum x Faktor kecepatan = 12,48 x 0,70 = 8,74 mph. 7. Elevasi Letak Proyek. Elevasi berpengaruh terhadap hasil kerja mesin, karena kerja mesin dipengaruhi oleh tekanan dan t emperatur udara luar. Berdasarkan pengalaman, kenaikan 1000 ft (300 m) pertama dari permukaan laut, tidak akan berpengaruh pada mesin-mesin empat tak; tetapi untuk selanjutnya setiap kenaikan 1000 ft ke dua (dihitung dari permukaan laut) HP rata-rata berkurang sebesar + 3%; sedangkan pada mesin-mesin 2 tak, kemerosotannya berkisar 1%. Contoh Pada permukaan laut sebuah mesin empat tak dengan tenaga 100 HP; Jika mesin itu dibawa pada proyek yang berada pada elevasi ft (3.000 m) di atas permukaan laut, berapa besar HP yang dimiliki alat itu? Hp pada permukaan laut = 100 HP Penurunan karena ketinggian = 3% x 100 x ( ) = 27 HP HP efektif alat = 100 HP - 27 HP = 73 HP 8. Efisiensi Operator Faktor manusia sebagai operator alat sangat sukar ditentukan dengan tepat, sebab selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan dari jam ke jam, tergantung pada keadaan cuaca, kondisi alat yang dikemudikan, suasana kerja dan lain-lain. Biasanya memberikan perangsang dalam bentuk bonus dapat mempertinggi efisiensi operator alat. Dalam bekerja seorang operator tak akan dapat bekerja selama 60 menit secara penuh, sebab selalu ada hambatan-hambatan yang tak dapat dihindari seperti Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 57

13 pengantian komponen yang rusak, memindahkan alat ke tempat lain, dan sebagainya. Pada Tabel 4.5 diberikan beberapa nilai efisiensi operator. Tabel 4.5. Nilai Evisiensi Operator. (*) Jenis Alat Kriteria Evisiensi per-jam Baik Sekali Sedang Kurang (malam hari) Crawler 55 menit (92%) 50 menit (83%) 45 menit (75%) Ban Karet 50 menit (83%) 45 menit (75%) 40 menit (67%) (*) Sumber: Prodjosumarto Beberapa pengertian untuk menentukan kondisi alat da n e fisiensi pengunaannya. a. Avability Index (AI) Avability Index (AI) adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi dari alat tersebut sesungguhnya. AI = W x 100% W + R Keterangan Rumus: AI = Ability Index (%) W = Jumlah Jam Kerja (jam) R = Jumlah jam untuk perbaikan alat (jam) b. Physical Avaibility (PA) Adalah satatan tentang kondisi fisik dari alat yang digunakan PA = W + S x 100% W + R + S Keterangan Rumus: PA = Psycal Ability (%) S = Jumlah jam suatu alat yang tidak rusak tapi tidak digunakan W + R + S = Jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi. c. Use of Ability (UA) Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 58

14 Menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat itu digunakan. UA = W x 100% W + S UA menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang digunakan itu. d. Effective Utilization (EU) Pengertian EU sebenarnya sama saja dengan pengertian efisiensi kerja, yaitu menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia itu dapat dimantaatkan untuk bekerja secara produktif. EU = W x 100% W + R + S Contoh 1. Dari hasil rekaman operator Shovell, dalam setiap bulan dicatat data sebagai berikut: Jumlah jam kerja (W) = 300 jam Jumlah jam untuk perbaikan alat (R) = 100 jam Jumlah jam alat suap tunggu (S) = 200 jam Hitung: AI, PA, AU, EU AI = W x 100 % W + R = 300 jam/ ( jam) x 100% AI = 75% PA = W + S x 100% W + R + S = ( ) x 100% ( )jam PA = 82% AU = S x 100% W + S = 300 jam x 100% Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 59

15 ( ) jam AU = 60% EU = W x 100% W + R + S = 300 jam x 100% ( ) jam EU = 50% Contoh 2. Dari rekaman Shovell yang lain dan dengan operator yang lain pula tercatat data sebagai berikut: W = 450 jam R = 150 jam S = 0 jam (berarti tak ada alat yang sampai menunggu) Hitung: AI, PA, AU, EU, lalu analiasa operator mana yang bekerja lebih efisien AI = W x 100 % W + R = 450 jam/ ( jam) x 100% AI = 75% PA = W + S x 100% W + R + S = (450+ 0) x 100% ( )jam PA = 75% AU = S x 100% W + S = 450 jam x 100% ( ) jam AU = 100% EU = W x 100% W + R + S = 450 jam x 100% ( ) jam EU = 75% Analisa efisiensi kerja operator Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 60

16 Kondisi dan efisiensi Operator 1 Operator 2 Penggunaan Alat (%) AI PA AU EU Dari tabel tersebut terlihat bahwa cakra kerja operator 2 lebih baik dari operator Faktor Pengembangan dan Pemuaian (Swell Factor) Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam kondisi terkonsolidasi dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong atau ruangan yang terisi udara diantara butirannya sangat sedikit; namun demikian jika material tersebut digali dari tempat aslinya, maka terjadilah pengembangan atau pemuaian volume. Tanah asli yang di alam volumenya 1 m 3, jika digali volumenya bisa menjadi 1,25%, ini terjadi karena tanah yang digali mengalami pengembangan dan pemuaian dari volume semula akibat ruang antar butiranya yang membesar. Faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu diketahui, sebab pada waktu penggalian material volume yang diperhitungkan adalah volume dalam kondisi Bank Yard, yaitu volume aslinya seperti di alam. Akan tetapi pada waktu perhitungan penangkutan material, volume yang dipakai adalah volume material setelah digali, jadi material telah mengembang sehingga volumenya bertambah besar. Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari kemampuan alat itu mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi bila kapasitas munjung dikalikan dengan faktor pengembangan material yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard Capacity-nya. Tetapi sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain dengan alat pemadat mekanis, maka volume material tersebut menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena material menjadi benar-benar padat, jika 1 m 3 tanah dalam kondisi Bank Yard dipadatkan, maka volumenya menjadi sekitar 0,9 m 3, tanah mengalami penyusutan sekitar 10%.Beberapa angka pemuaian dan penyusutan jenis material galian disajikan pada Tabel Tabel 4.6. Angka Penyusutan/ Pemuaian Tanah (SF) *) Jenis Tanah Kondisi Tanah Kondisi tanah yang akan dikerjakan Semula Tanah Asli Tanah Lepas Tanah Padat Pasir (A) 1,00 1,11 0,95 (B) 0,90 1,00 0,86 (C) 1,05 1,17 1,00 Tanah liat berpasir/ (A) 1,00 1,25 0,90 (B) 0,80 1,00 0,72 Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 61

17 Tanah biasa (C) 1,11 1,39 1,00 Tanah liat (A) 1,00 1,25 0,90 (B) 0,70 1,00 0,63 (C) 1,11 1,59 1,00 Tanah liat bercampur kerikil (A) 1,18 1,13 1,03 (B) 1,00 1,00 0,91 (C) 1,09 1,10 1,00 Kerikil (A) 1,00 1,13 1,03 (B) 0,88 1,00 0,91 (C) 1,97 1,10 1,.00 Kerikil kasar (A) 1,00 1,42 1,29 (B) 0,70 1,00 0,91 (C) 1,77 1,10 1,00 Pecahan cadas atau batuan lunak Pecahan granit atau batuan keras (A) 1,00 1,65 1,22 (B) 0,61 1,00 0,74 (C) 1,82 1,35 1,00 (A) 1,00 1,70 1,31 (B) 0,59 1,00 0,77 (C) 1,76 1,30 1,00 Pecahan Batu (A) 1,00 1,75 1,40 (B) 0,57 1,00 0,80 (C) 1,71 1,24 1,00 Batuan hasil peledakan (A) 1,00 1,80 1,30 (B) 0,56 1,00 0,72 (C) 0,77 1,38 1,00 Keterangan: (A) = tanah Asli (B) Tanah Lepas (C) Tanah Padat *) Sumber: Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan Manggunakan Alat-alat Berat. Contoh 1. [Rochmanhadi, 1985]. Sebuah Power Scrapper memiliki kapasitas munjung 15 yd 3, akan digunakan untuk mengangkut tanah liat. Berapakah kapasitas alat sebenarnya mampu mengangkut tanah liat asli? Menurut Tabel 4.6, tiap 1 bagian tanah liat asli bila digali akan mengembang menjadi 1,25 bagian. Contoh 2. Kapasitas munjung = 1,25 x kapasitas tanah liat asli 15 yd 3 = 1,25 x kapasitas tanah liat asli Kapasitas tanah liat asli = (15/ 1,25) cu yd = 120 cu yd. Bila atanah liat tersebut untuk urugan yang dipadatkan, berapa volume padatnya? Volume padat = volume asli x 0,90 (Lihat Tabel 4.6) = 120 cu yd x 0,90 Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 62

18 = 108 cu yd. 10. Berat Material Berat material yang diangkut oleh alat-alat angkut dapat berpengaruh pada: a. Kecepatan kendaraan dengan HP yang dimiliinya, b. Membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan tahanan gulir dari jalur jalan yang dilalui, c. Membatasi volume material yang diangkut. Oleh sebab itu, berat jenis material harus diperhitungkan pengaruhnya terh adap kapasitas alat muat maupun alat angkat. Bobot isi dan faktor pengembang dari berbagai material terdapat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7. Berat Jenis Tanah Asli, Berat Jenis Tanah Lepas % Kembang *) Material Berat Jenis Tanah Asli % Berat Jenis Tanah Lepas Kg/ m3 (Asli) Lb/ cu yd (Bank) Kembang Kg/ m3 (Lepas) Lb/ cu yd (Loose) Bauksit Caliche Cinders Karnotit, Bijih Uranium Lempung Tanah liat asli Kering untuk digali Basah untuk digali Lempung & Kerikil Kering Basah Batu Bara: Antrasit muda Tercuci Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 63

19 Bitumen muda Tercuci Batu Lapukan: 75% batu 25% tanah biasa 50% batu 50% tanah biasa 25% batu 75% tanah biasa Tanah kering Padat Basah Lanau (loam) Batu Granit Pecah Kerikil siap pakai Kerikil kering Kering ¼ sd 2 (6 sd 51 mm) Basah ¼ sd 2 (6 sd 51 mm) Pasir & tanah liat lepas Pasir & tanah liat padat Gips dengan pecahan agak besar Gibs dengan pecahan lebih kecil Hematit, bijih besi Batu kapur pecah Magnetit, bijih besi Pyrit, bijih besi Pasir Batu Pasir kering lepas Sedikit basah Basah Pasir & Kerikil Kering Basah Slag - Pecah Batu - Pecah Takonit 4260 sd sd sd sd 5400 Tanah Permukaan (Top Soil) Traprock - pecah Catatan: 1 lb = 0,4536 kg ; 1 cu yd = 0,76455 m3; 1 lb/ cu yd = 0,5933 kg/m 3 0,6 kg/ m 3 *) Sumber; Prodjosumarto Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk Mahasiswa Page 64

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS

ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS ANALISA JUMLAH ARMADA TRUCK YANG EKONOMIS MENGGUNAKAN TEORI BARISAN PADA PEKERJAAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS A r m e d y NRP : 9021048 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PROPOSAL KERJA PRAKTEK PROPOSAL KERJA PRAKTEK PENGAMATAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK PEMINDAHAN TANAH PENUTUP DI PT. BORNEO ALAM SEMESTA SITE JORONG, KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN OLEH

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN I PENGENALAN UMUM OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 19690626 199503 2 002 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis. ALAT GALI Yang termasuk alat gali adalah : 1. Backhoe atau Pull Shovel 2. Power Shovel atau Front Shovel menggunakan prime mover excavator : 3. Dragline bisa wheel (roda ban) atau crawler (roda rantai)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membebaskan dan mengambil bahan galian yang berada di kulit bumi, kemudian membawanya ke permukaan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

SCRAPER. Pada umumnya lapisan tanah yg dpt dikelupas oleh scraper mempunyai ketebalan : + 10 cm.

SCRAPER. Pada umumnya lapisan tanah yg dpt dikelupas oleh scraper mempunyai ketebalan : + 10 cm. CRAER craper (pengikis) adalah alat yang mempunyai banyak fungsi dalam pemindahan tanah, yaitu untuk memuat, mengangkut dan membongkar muatan sekaligus (tanpa tergantung peralatan lain). ifat material

Lebih terperinci

RICARD. Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

RICARD. Pembimbing : V. HARTANTO, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK TINJAUAN PEMENUHAN WAKTU PENGADAAN MATERIAL PEKERJAAN BASE COURSE DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI ALAT LOADER DAN DUMP TRUCK PADA JALAN ARTERI PROYEK PEMBANGUNAN JEMBATAN LAYANG PASUPATI BANDUNG RICARD NRP

Lebih terperinci

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) q 60 E Q q = q 1. k dimana, q 1 = kapasitas munjung k = factor bucket Waktu siklus a)

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Kinerja Ban Dump Truck Pada Pengangkutan di Tambang Lempung-pasiran PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar BAB V PEMBAHASAN 5.1 Besar Kemiringan Jalan pada Jalur Angkut Dari beberapa jalur angkut yang diamati, terdapat kemiringan jalan yang bervariasi sehingga akan mempengaruhi nilai tahanan kemiringan yang

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING Yudhidya Wicaksana, Nuhindro P. Widodo, Suseno Kramadibrata, Ridho K. Wattimena, Fajar Ismail, Batara Nainggolan

Lebih terperinci

MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT

MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT Q Metode Perhitungan Produksi Alat Berat : q q N 60 Cm E E dimana : Q = produksi per jam, m /jam, cu.yd/jam q = produksi (m, cu.yd) dalam satu siklus N = jumlah siklus dalam

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA MUHAJIR SORDIAN SUHARTA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG

MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR MANAJEMEN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AP-10 BATANG WELERI (III) JATENG Management of Heavy Equipment on Earth Working AP 10 Batang Weleri

Lebih terperinci

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN

PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Nama : Fatimah NIM : 20214039 Mata Kuliah :Metodelogi Penelitian PR I PERGERAKAN RODA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT GESEKAN Secara prinsip mobil terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah mesin sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

I. PEMBAGIAN ALAT BERAT

I. PEMBAGIAN ALAT BERAT I. PEMBAGIAN ALAT BERAT Alat berat dapat dibagi menurut dua kategori: berdasarkan penggerak utamanya, dan Berdasarkan fungsinya. A. Pembagian Berdasarkan Penggerak Utama Pembagian alat berat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada perencanaan proyek yang menggunakan alat berat, hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana menghitung kapasitas operasi suatu alat. Oleh karena itu perlu diketahui teori dan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 8 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek untuk menjamin bahwa

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Produktifitas Alat-Alat Mekanis Pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan pemberaian (loosening / breaking) dan penggalian (digging),

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT

ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT ANALISA BIAYA PENGGUNAAN ALAT BERAT (Studi kasus : Proyek Pengurugan Lahan KPRI MEKAR, Jln Sunan Kalijaga No 239, Rangkasbitung Lebak Banten) Oleh : Andri Gustiono, *Budiono, **Heny Purwanti Abstrak Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPAT KERJA

ANALISIS TEMPAT KERJA II. ANALISIS TEMPAT KERJA Untuk dapat membuat rencana kerja yang realistis, rapi, dan teratur, sebelum menjatuhkan pilihan jenis alat yang akan digunakan, perlu dipelajari dan penelitian kondisi lapangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung - 1983 Kombinasi Pembebanan Pembebanan Tetap Pembebanan Sementara Pembebanan Khusus dengan, M H A G K = Beban Mati, DL (Dead Load) = Beban Hidup, LL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Alat Berat 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan Tanah Mekanis dan Alat Alat Berat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemindahan tanah mekanis dan penggunaan alat alat berat merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan dalam bidang ilmu teknik sipil. Pemindahan tanah mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kondisi Material 3.1.1 Ukuran Material Faktor ini harus dipahami karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu.

Lebih terperinci

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun

BAB VI AGREGAT. Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun BAB VI AGREGAT Yang dimaksud agregat dalam hal ini adalah berupa batu pecah, krikil, pasir ataupun komposisi lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil pengolahan (manufactured aggregate) maupun

Lebih terperinci

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA PERKERASAN JALAN BY DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA Perkerasan Jalan Pada umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG ANALISIS PENGGUNAAN ALAT BERAT BACKHOE DAN DUMP TRUCK PADA PROYEK JIMBARAN COMMERCIAL CENTER DI KABUPATEN BADUNG TUGAS AKHIR Oleh : FEBRI PETER SETIAWAN NIM: 1104105104 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. Gambar 3.1 Powertrain

BAB III DASAR TEORI. Gambar 3.1 Powertrain BAB III DASAR TEORI.1 Penggunaan Bahan Bakar Pada Mesin Kendaraan.1.1 Sistem Penggerak (Propulsion System) Daya mesin (engine horsepower) dan operating gear merupakan faktor utama yang menentukan besar

Lebih terperinci

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT

MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT MACAM-MACAM ALAT-ALAT BERAT By : Sering kali kita melihat berbagai aktifitas alat berat ketika suatu proyek bangunan dilakukan, baik itu transportasi (jalan, jembatan, bandara), bangunan air (waduk, bendung,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Ban Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang krusial karena bersentuhan langsung dengan jalan, sekaligus sebagai output terakhir dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin.

Lebih terperinci

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com Gesekan Hoga Saragih Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bergesekan dan arahnya berlawanan dengan arah gerak benda. Beberapa cara memperkecil gaya gesekan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengaruh Kemiringan Jalan dan Jarak Angkut terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Fuel Ratio pada Kegiatan Penambangan Batuan Andesit di PT Gunung Sampurna

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VI TRUK OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 1969066 19950 00 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA

STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PROSIDING TPT XVIII & Kongres VII PERHAPI 2009 STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA Yudhidya Wicaksana 1, Nuhindro Priagung Widodo

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BANGUNAN GEDUNG JALAN FATMAWATI NO. 15 SEMARANG

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BANGUNAN GEDUNG JALAN FATMAWATI NO. 15 SEMARANG LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BANGUNAN GEDUNG JALAN FATMAWATI NO. 15 SEMARANG I. PENDAHULUAN Dalam rangka rencana bangunan yang terletak di Jalan Fatmawati No. 15 Semarang, maka telah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun diatas lapis tanah dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu lintas. Apapun jenis perkerasan

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN MEDAN KERJA (JOB SITE COMPONENT)

BAB II KOMPONEN MEDAN KERJA (JOB SITE COMPONENT) BAB II..JOB SITE COMPONENT 1 BAB II KOMPONEN MEDAN KERJA (JOB SITE COMPONENT) 1. Kesampaian Daerah (Accessibility; Transportation) lalah tentang kesampaian daerah atau prasarana yang dipunyai atau yang

Lebih terperinci

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 1 LAPIISAN DAN MATERIIAL PERKERASAN JALAN (Sonya Sulistyono, ST., MT.) A. Jenis dan Fungsi Lapis Perkerasan 1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Kontruksi perkerasan lentur (flexible Pavement)

Lebih terperinci

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan

Lebih terperinci

Oleh : Andi Yulanda NRP Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi NIP

Oleh : Andi Yulanda NRP Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi NIP Oleh : Andi Yulanda NRP. 2103 100 054 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi NIP. 19480220 197603 1 001 1 Latar Belakang Kentang jenis sayuran yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI 0324612002 Standar Nasional Indonesia ICS 91..30 Badan Standarisasi Nasional Prakata Metode oengambilan dan pengujian beton inti ini dimaksudkan sebagai panduan bagi semua pihak yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Proyek Jaringan jalan saat ini merupakan salah satu prasarana sistem transportasi untuk menunjang berbagai bidang pembangunan yang merupakan urat nadi dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. YUSTIKA UTAMA ENERGI KALIMANTAN TIMUR Oleh: Efigenia

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR JURNAL DINTEK. VOL 10 NO 1. MARET 2017 ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Sugria Suryadi*, Rusmansyah**, Herry Djainal**,

Lebih terperinci

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aspal Aspal didefinisikan sebagai bahan yang berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, mempunyai sifat lekat baik dan berlemak,

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Alat Gali-Muat dan Alat Angkut pada Kegiatan Penambangan Nikel di PT. Antam (Persero) Tbk. Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.I Kegiatan Penelitian Dalam pengujian yang dilakukan menggunakan tanah gambut yang berasal dari Desa Tampan, Riau. Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi pengujian triaksial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu

Lebih terperinci

PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat :

PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat : PRODUKSI ALAT BERAT Rumus umum produksi alat : 60 Q q E W s dimana : Q produksi alat dalam satu jam (m 3 /jam atau cu.yd/h) q kapasitas alat per siklus (m 3 /siklus atau cu.yd/siklus) W s waktu siklus

Lebih terperinci

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan.

5. Gaya Tekan Tekanan merupakan besarnya gaya tekan tiap satuan luas permukaan. Gaya Doronglah daun pintu sehingga terbuka. Tariklah sebuah pita karet. Tekanlah segumpal tanah liat. Angkatlah bukumu. Pada setiap kegiatan itu kamu mengerahkan sebuah gaya. Gaya adalah suatu tarikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL)

SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SPESIFIKASI KHUSUS-2 INTERIM SEKSI 6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM ASBUTON LAWELE (LPMAL) SKh-2. 6.6.1 UMUM 1) Uraian a) Yang dimaksud dengan Lapis Penetrasi Macadam Asbuton Lawele adalah lapis perkerasan

Lebih terperinci

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan :

IV. PEMADATAN TANAH. PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : IV. PEMADATAN TANAH PEMADATAN TANAH Stabilitas tanah Pendahuluan : Maksud : Cara : Menumbuk Menggilas usaha secara mekanis agar bahan-bahan tanah lebih merata dan akan mengeluarkan udara yang ada dalam

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA KEGIATAN : PEKERJAAN : DESA : KECAMATAN : KABUPATEN : TA. : NO URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA 1 I PEKERJAAN PERSIAPAN Rp. II PEKERJAAN SALURAN III PEKERJAAN LAIN-LAIN

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER

MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER MAKALAH MATA KULIAH ALAT BERAT SCRAPER Disusun oleh: Abdul Reza 4112110008 POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Jalan Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus UI, Depok 16425 Telepon (021) 7863534, 7864927, 7864926, 7270042,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PRECAST DI SENTUL

PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PRECAST DI SENTUL PERHITUNGAN KEBUTUHAN ALAT BERAT PADA PEKERJAAN TANAH PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK PRECAST DI SENTUL Oleh : Dicky Setiadi Hadi Effendi 1), Puji Wiranto 2), Arif Mudianto 3) Abstrak Pekerjaan tanah dalam suatu

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT KONSTRUKSI JALAN ANGKUT Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui

Lebih terperinci

KOEFISIEN SATUAN UPAH (A) BAHAN (B) (A + B) SATUAN. (Rp.-) (Rp.-) (Rp.-) (Rp.-) 3. Jumlah

KOEFISIEN SATUAN UPAH (A) BAHAN (B) (A + B) SATUAN. (Rp.-) (Rp.-) (Rp.-) (Rp.-) 3. Jumlah BIDANG PENGAIRAN DINAS PEKERJAAN UMUM KEGIATAN : DAFTAR ANALISA SATUAN JENIS PEKERJAAN Pembangunan Turap/ Talud/Bronjong KABUPATEN TOBA SAMOSIR PEKERJAAN : 0 NOMOR : SUB SEKTOR : PROGRAM : LOKASI : 0 KODE

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna. DISCLAIMER Seluruh nilai/angka koefisien dan keterangan pada tabel dalam file ini didasarkan atas Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987), dengan hanya mencantumkan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan lainnya supaya tidak mengalami

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Penanganan Bahan Sistem penanganan bahan pada umumnya terdiri dari berbagai mekanisme yang banyak diterapkan di berbagai bidang. Hal ini menjadi faktor utama dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat MODUL PERKULIAHAN Metode Pelaksanaan dan Alat Berat Pengertian tentang kapasitas produksi Dozer shovel/wheel loader dan Motor grader. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BOX CULVERT PADA PROYEK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI SALURAN SEMOLOWARU KOTA SURABAYA

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BOX CULVERT PADA PROYEK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI SALURAN SEMOLOWARU KOTA SURABAYA PRESENTASI PROYEK AKHIR METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN BOX CULVERT PADA PROYEK PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE DI SALURAN SEMOLOWARU KOTA SURABAYA disampaikan oleh : MUCHAMAD YUSUFIAN NRP. 3108 040 707 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci