Wawancara Euis Rosdinar (Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat) Pembangunan Harus Perhatikan Ketimpangan Gender 16

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Wawancara Euis Rosdinar (Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat) Pembangunan Harus Perhatikan Ketimpangan Gender 16"

Transkripsi

1 daftar isi cover: taufan Editorial 2 Karikatur 3 Liputan Utama Membangun Harapan Akuntabilitas Sosial di Asia Tenggara 4 Pengalaman Unik CSO Asia Tenggara di program Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia 11 Multi Stakeholder Social Audit (MSSA) Bahas Alokasi Dana Madrasah Swasta 14 Wawancara Euis Rosdinar (Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat) Pembangunan Harus Perhatikan Ketimpangan Gender 16 Resensi Buku Corporate Sosial Responsibility dari Sudut Pandang Pengembangan Masyarakat 19 Susunan Redaksi Penanggung Jawab: Siti Fatimah. Redaktur: Meldi Rendra. Staf Redaksi: Siti Haryanti, Santi Widianti, Markus Christian. Media Officer: Suhaimi Andi Muryanto. Lay out: Taufan Hidayatullah. Alamat Redaksi: Jl. Saninten No. 34, Bandung 40114, Indonesia, Tel/Fax: bigs@bigs.or.id, website: 1

2 editorial Lokalitas dalam Akuntabilitas Sosial Pertemuan regional terakhir yang berlangsung di Hanoi, Vietnam pada Agustus 2014 lalu, memberikan banyak pelajaran penting untuk Organisasi Non Pemerintah di Asia Tenggara dalam upaya membawa perubahan di kawasan tersebut. Namun, harapan untuk perbaikan belanja dan layanan publik membutuhkan adaptasi sesuai dengan kultur dan kebiasaan setempat Akuntabilitas sosial yang berbasis lokal bukan sekedar penggandaan metode semata. Akuntabilitas sosial bukan sebuah proses sosial yang bisa diterapkan begitu saja. Namun implementasinya menyesuaikan dengan daerah setempat karena daerah mempunyai ciri dan wataknya sendiri tergantung pada potensi dan nilai budaya bangsa tersebut. Karena itu, akuntabilitas sosial membutuhkan reorientasi terkait aspek resiprokal nilai-nilai lokal. Akuntabilitas sosial merupakan sebuah universalitas dari proses kewargaan yang membutuhkan wadah lokalitas yang kokoh. Lokalitas dari akuntabilitas sosial membutuhkan partisipasi. Partisipasi merupakan keterlibatan dari penerima manfaat dalam proses pembangunan itu. Hal ini berarti bahwa warga menjadi subyek pembangunan sehingga mereka dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan. Masyarakat dan pemerintah lokal merupakan bagian yang paling memahami keadaan daerahnya, tentu akan memberikan masukan yang berharga. Warga dan pemerintah lokal dengan pengetahuan, pengalaman, dan pemahamannya menjadi modal yang besar untuk melaksanakan akuntabilitas sosial. Nilai dan pengetahuan lokal adalah modal yang tak ternilai dalam akuntabilitas sosial. Namun itu membutuhkan sentuhan pemberdayaan, sehingga model pemberdayaan yang sesuai dengan lokalitasnya harus dicari. Pola pemberdayaan tersebut harus menekankan aspek kepedulian warga lokal terhadap pemecahan masalah yang ada di komunitas itu sendiri. Lokakarya Organisasi Non Pemerintah di Hanoi, Vietnam, merupakan sebuah proses pembelajaran bersama mengenai bagaimana kerja-kerja akuntabilitas sosial diimplementasikan sesuai dengan konteks di masing-masing negara peserta. Semoga Akuntabilitas Sosial menjadi bagian dari proses pematangan pembangunan sosial di kawasan Asia Tenggara dengan warna lokalitasnya. 2

3 KARIKATUR 3

4 Membangun Harapan Akuntabilitas Sosial di Asia Tenggara 4

5 Brionesdan Don Don Parafina. Keragaman persoalan dengan berbagai solusi dikemukakan dalam pertemuan kali ini. Dalam pembahasan tiga hari pada lokakarya tersebut didapat berbagai kesimpulan penting dalam program yang Perkenalan peserta Lokakarya Regional terakhir di Hanoi, Vietnam, dipandu Siti Fatimah dari BIGS (Foto: BIGS/Lita Roslita) Akuntabilitas sosial merupakan salah satu cara yang dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemenuhan hak-hak warga. Selama tiga tahun terakhir Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) bersama dengan Results for Development (R4D), dan beberapa organisasi non pemerintahan di Asia Tenggara melakukan kerja-kerja akuntabilitas sosial di negaranya ma sing-masing dengan mengimplementasikan Public Expenditure Tracking Surveys (PETS), Citizen Report Cards (CRC), dan Social Audit (SA). Terdapat delapan organisasi non pemerintah yang melakukan akuntabilitas sosial di Asia Tenggara yaitu Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) dan Perkumpulan Inisiatif (PI) dari Indonesia, the Action for Economic Reforms (AER) dan the Ateneo School of Government (ASoG) dari Filipina; Perkumpulan Ini- siatif (PI) dan Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) dari Indonesia; NGO Education Partnership (NEP), Khmer Institute for National Development- Affilia-ted Network for Social Accountability (KIND-ANSA) dan the Advocacy and Policy Institute (API) dari Kamboja; the Australian Foundation for the Peoples of the Asia Pacific (AFAP) dari Vietnam. Selama tiga tahun terakhir ini organisasi-organisasi tersebut mengadakan beberapa pertemuan untuk saling berbagi pengalaman dalam melaksanakan akuntabilitas sosial di negaranya masing-masing. Pada tahun 2012 digelar pertemuan pertama di Bandung. Pertemuan berikutnya dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada Maret Pertemuan ketiga dilaksanakan di Siem Reap, Kamboja. Pada tahun 2014 ini, bertempat di Hanoi dilaksanakan pertemuan keempat yang turut dihadiri Sinergantara sebagai tim monitoring dan evaluasi dalam program Building Bridges for Bet- ter Spending in Southeast Asia. Pertemuan dalam bentuk lokakarya regional tersebut bertujuan untuk mempresentasikan hasil-hasil riset, berbagi pengalaman mengenai tantangan, terobosan dan hasil dari pelaksanaan program serta merencanakan langkah selanjutnya dalam upaya memperkuat hasil kerja-kerja akuntabilitas sosial di Asia Tenggara. Pembahasan program dalam pertemuan ini dilakukan dengan menggunakan teknik ORID, yang terfokus pada pertanyaan 4 level berupa pemahaman peserta tentang apa yang sedang berlangsung. Empat level itu: O = objektif, fakta dimana kelompok (terlibat) mengetahui; R= reflektif, bagaimana kelompok (terlibat) memahami, apakah mereka suka atau tidak suka; I = interpretatif, apa isu dan tantangannya; D= Decisional, apa responnya. Pembahasan program difasilitasi oleh dua staf The Affiliated Network for Social Accountability East- Asia Pacific (ANSA-EAP) Adel 5

6 tidak sesuai dengan jumlah siswa penerima, transfer dana BOS ke madrasah swasta selalu terlambat, banyak madrasah yang kurang transparan dalam mengelola dana BOS, minimnya alokasi dana BOS untuk siswa miskin, sebagian besar alokasi dana BOS digunakan untuk menggaji guru, serta minimnya alokasi dana BOS untuk peningkatan mutu dan layanan madengan bidangnya. BIGS juga menggunakan Audit Sosial untuk mengidentifikasi regulasi dana bantuan pada madrasah-madrasah swasta. Hasil dari Audit Sosial menunjukkan peran Kementerian Agama masih lemah sehubungan dengan implementasi dan akses dana bantuan. Hal ini disebabkan sosialisasi informasi bantuan dan pemberian bantuan Para peserta menyimak uraian presentasi mengenai implementasi Akuntabilitas Sosial (Foto: BIGS/SantiWidianti) tabilitas sosial untuk menggali permasalah di negaranya masing-masing. Di Indonesia, BIGS menggunakan tiga tool akuntabilitas sosial tersebut untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi alokasi dana madrasahmadrasah swasta. BIGS melihat adanya perbedaan dalam hal dukungan terhadap madrasah dibandingkan sekolah yang lain seperti SMP. Melalui teknik PETS tergali berbagai masalah dalam regulasi dana BOS di antaranya; jumlah dana BOS untuk siswa madrasah swasta berlangsung tiga tahun itu. Beberapa diantaranya adalah terbentuknya jejaring yang makin baik dengan media, kelompok sasaran menjadi jejaring baru untuk program selanjutnya, muncul berbagai koalisi masyarakat sipil dan kapasitas masyarakat lokal semakin baik. Masing-masing CSO menggunakan PETS, CRC dan SA dalam melakukan proses akundrasah swasta. Menggunakan tool CRC, Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) mengidentifikasi permasalahan terkait pelayanan madrasah antara lain suplai buku untuk madrasah belum memadai, layanan sarana dan prasarana terutama fasilitas ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan masih kurang, layanan guru masih kurang karena masih banyak guru yang belum S1, mengajar lebih dari satu pelajaran dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai yang belum merata. Selain itu peran pemerintah daerah dalam membantu mengembangkan madrasah juga masih kurang. Salah satunya penyebabnya adalah tidak adanya regulasi pada tingkat pemerintah daerah yang menjamin kewajiban pemerintah daerah untuk membantu madrasah. Pada awalnya BIGS menghadapi hambatan saat pengumpulan data. Namun tim kemudian mengembangkan teknik alternatif lain. Misalnya, dengan menggunakan CRC, 6

7 Widi Heriyanto sedangberdiskusi dengan Nur Atnan dari BIGS (Foto:BIGS/Santi Widianti) saat tim mengalami kesulitan melakukan wawancara siswa di sekolah, wawancara dilakukan melalui responden ketika berada di rumah. Pada tool PETS dan SA, BIGS tidak menemui hambatan berarti karena telah terbangun relasi yang kuat dengan pemangku kepentingan. Dari temuan-temuan melalui tool akuntabilitas sosial, BIGS menganggap perlu dilakukan perubahan regulasi dalam hal alokasi dana bagi madrasahmadrasah swasta. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, BIGS menyusun rekomendasi yang disampaikan dalam forum stakeholder dengan berbagai pemangku kepentingan. Dalam penyusunan perubahan regulasi, syarat untuk membangun kapasitas adalah sebuah kebutuhan. Tidak hanya kemampuan pemerintah juga semua pemangku kepentingan termasuk parlemen. Sementara itu Perkumpulan Inisiatif (PI) menggunakan strategi membangun relasi dengan politik lokal untuk masuk pada isu layanan air bersih yang dikembangkannya. PI menyusun pola hubungan antara NGO lokal dengan pemerintah lokal untuk bersinergi. Ada dua sisi yang didorong, kesadaran masyarakat itu sendiri dan bagaimana memainkan politik lokal agar pemerintah lokal menerima berbagai usulan. Maka dalam programnya PI menggunakan strategi memproduksi aktivis lokal. Dalam prosesnya PI menemui ber-bagai kendala seperti pada teknik CRC, terkadang masalah muncul dari tidak validnya data surveyor. Mensiasati hal tersebut PI melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen digital melalui dunia maya. Begitu juga dengan SA terkendala dalam mengumpulkan pemangku kepen-tingan karena dinamika politik lokal. Sedangkan PETS mengalami masalah terhadap akses data. Namun PI menggunakan pendekatan politik lokal untuk menyelesaikan semua masalah tersebut, akibatnya proses dapat berjalan dengan baik. CRC menghasilkan sebuah cara jaminan kualitas berbasis warga, sedangkan teknik SA dipahami warga untuk mencari solusi untuk kebijakan pemerintah yang tidak berjalan dengan baik, dan terakhir PETS berupa usulan penganggaran. CSO dari Filipina, Ateneo School of Government (ASoG), meneliti mengenai anggaran air dan sanitasi di Departemen Pendidikan dengan menggunakan PETS, CRC dan Audit Sosial. ASoG mengalami kesulitan dalam hal pendanaan dan pertemuan dengan pemangku kepentingan. Terdapat politisasi baik dalam interaksi pemangku kepentingan maupun dalam substansi materi PETS, CRS, SA. Maka perlu banyak cara, salah satunya dengan melakukan adaptasi agar tool sesuai dengan warna lokal. Dalam pelaksanaan Audit Sosial, ASoG memfasilitasi pertemuan dengan pemangku kepentingan sehingga proses Audit Sosial dapat berjalan dengan lancar. Untuk teknik PETS hanya muncul sedikit persoalan, karena ketersediaan syarat data, proses dengan pemerintah, interaksi dengan warga terpenuhi. PETS dapat memberikan hasil yang begitu banyak terhadap eksplorasi masalah. Meski demikian ASoG masih perlu memperbaiki teknik monitoring dan pendekatan yang lebih baik agar program bisa terus berlanjut. Dibutuhkan pengetahuan mengenai tradisi lokal dan cara berpikir masyarakat 7

8 Menerjemahkan kerja Akuntabilitas Sosial ke dalam gambar (Foto: BIGS/Santi Widianti) dalam melakukan pendekatan. Demikian juga diperlukan peningkatan kapasitas berbagai instansi pemerintah dalam merespon masalah dan bagaimana kebijakan terhadap masalah itu diatur dalam legislasi. Melalui tiga tool akuntabilitas yang diadopsi, ASoG menemukan kurangnya alokasi dana untuk infrastruktur air bersih dan sanitasi bagi institusi pendidikan. Temuan lain yaitu adanya ketidaksesuaian antara alokasi dan kebutuhan infrastruktur di sekolah. Diperlukan kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan sehingga terjadi perbaikan kualitas anggaran secara signifikan. ASoG mengusulkan agar perencanaan dilakukan secara bottom-up agar sesuai antara kebutuhan dan alokasi anggaran. Pengalaman berbeda dialami the Action for Economic Reforms (AER) yang fokus terhadap program asuransi kesehatan masyarakat miskin di Filipina. AER mengganti desain sampling penerima manfaat untuk mengatasi hambatan dalam menggunakan metode PETS, CRC, dan SA saat menggali permasalahan kelompok penerima manfaat. Kegiatan advokasi terus dilakukan dengan memperluas jejaring dengan pemangku kepentingan, delegasi untuk pertemuan dengan pemerintah, dan dialog dengan warga, sambil desain penelitian tetap berjalan. Interaksi desain dengan proses akan merubah kerangka kerja dari masing-masing teknik. Jejaring dengan kelompok NGO dan pemerintah lokal mendorong sebuah koalisi baru dalam mengembangkan sebuah isu dan praktik tool yang akan dipakai. Walaupun banyak tantangan yang diperoleh terutama menyangkut ketersediaan data, namun di pihak lain terjadi perkembangan baru terutama area kerja yang makin luas. Selain itu, kerja-kerja advokasi AER menjadikan organisasi ini semakin dikenal oleh komunitas-komunitas yang terlibat pada program akuntabilitas sosial. Hasil penelitian AER menunjukkan sosialisasi program Phillipines Health Insurance kurang luas dan jelas, sehingga masih banyak masyarakat miskin yang tidak terjangkau oleh asuransi. Selain itu manajemen data dan fasilitas kesehatan di rumah sakit masih buruk. Akses terhadap data-data yang sensitif seperti laporan keuangan cukup sulit. AER merekomendasi adanya pengembangan sosialisasi program asuransi secara masif. Dari Kamboja, the Advocacy and Policy Institute (API) menelusuri arus dan sumber dana pendidikan usia dini dengan melakukan adaptasi tool ke 8

9 dalam konteks lokal. Istilah Audit Sosial yang memberi kesan negatif misalnya, dirubah menjadi pertemuan dialog. Sedangkan dalam teknik PETS, API menggunakan teknik reframing sehingga ruang lingkup penelitian diperkecil untuk memudahkan dalam pengumpulan dan verifikasi data. Pada praktik teknik CRC, API melakukan pengamatan layanan yang ada di sekolah dengan mengguna kan scoring card. Temuan API mengenai permasalahan yang ditelitinya adalah minimnya anggaran untuk pendidikan usia dini. Permasalahan lain yang muncul yaitu tidak teraturnya jadwal pencairan dan tidak adanya informasi mengenai jumlah bantuan setiap fasenya, tenaga pengajar yang kurang professional dan beberapa pra-sekolah sudah tidak beroperasi lagi. Dari temuan-temuan tersebut API merekomendasikan berbagai upaya berjenjang dari level komunitas sampai level nasional untuk meningkatkan anggaran pendidikan usia dini. Selain itu API mengusulkan untuk dibuat standar pengeluaran anggaran, peningkatan kapasitas guru dan memperluas program pendidikan usia dini. Sedangkan Khmer Institute for National Development- Affliliated Network of Social Accountability(KIND-ANSA) yang juga merupakan lembaga dari Kamboja lebih mengarahkan strateginya untuk melakukan intervensi pada pemerintah baik dari segi bujet maupun kebijakan dalam hal penyediaan buku teks pendidikan. Sebelumnya KIND-ANSA telah merilis laporan berupa petunjuk dan rekomendasi untuk buku teks. Rilis ini mendorong KIND-ANSA menjadi partner pemerintah. Bagaimanapun, kemitraan dengan pemerintah adalah kunci untuk merealisasikan apa yang menjadi fokus penelitian KIND-ANSA. Hasil temuan KIND-ANSA terhadap layanan penyediaan buku teks pendidikan yaitu buruknya tata kelola penyediaan buku teks. KIND-ANSA merekomendasikan adanya pedoman khusus sebagai sistem pengawasan untuk pemerintah lokal di Departemen Pengembangan Kurikulum, guru, dan perwakilan siswa terhadap tata kelola yang lebih baik bagi penyediaan buku teks. Sementara itu NGO Education Partnership (NEP), yang juga merupakan CSO asal Kamboja, menggunakan PETS, CRC dan SA untuk menelaah masalah anggaran bagi pendidikan dasar. NEP mengalami kesulitan ketika menghadapi pemangku kepentingan, terutama pemerintah. Akibatnya, untuk pelaksanaan teknik CRC dan PETS, NEP tidak memperoleh izin. Demikian pula dengan SA, pemangku kepentingan memaknai peristilahan SA secara negatif. Namun berbagai terobosan dilakukan NEP untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Mengatasi penilaian negatif pemerintah terhadap SA, NEP melakukan pendekatan dengan pemangku kepentingan di tingkat bawah lebih dahulu, baru kemudian mengajak pemerintah level atas untuk terlibat. Sedangkan untuk mensiasati penolakan dari pemerintahnya dalam pelaksanaan PETS, NEP melakukan presentasi terbatas atas temuannya hanya untuk lembaga pemerintah tertentu. Meski demikian, bagi NEP, Sosial Audit menjadi jembatan dalam meningkatkan strategi advokasi. Selain akan memperkenalkan NEP sebagai organisasi, juga akan mendorong pemerintah untuk membuat rencana jangka panjang tentang promosi pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan the Australian Rizki Estrada (PI), Sam Polk (R4D), dan Markus Christian (BIGS) menyimak presentasi (Foto: BIGS/Santi Widianti) 9

10 Foundation for the Peoples of the Asia Pacific (AFAP) mengemukakan mengenai sulitnya menggapai level nasional melalui teknik CRC, sehingga fokus digeser menjadi level lokal. Strategi ini mendorong intensitas keterlibatan pada level lokal. Untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan juga menemui hambatan. AFAP melakukan terobosan-terobo- sosial, AFAP menggunakan forum publik agar masuk dalam pembahasan audit sosial yang merupakan bagian dari siasat. Kesulitan utama adalah mengenai cara untuk membuat kesepahaman antara partner lokal. Upaya-upaya yang ditempuh adalah melalui forum-forum informal. Begitu juga dengan PETS, cara informal ternyata sangat efektif. Akan sulit AFAP dari Vietnam sedang mencari ide untuk presentasi kelompoknya (Foto: BIGS/Lita Roslita) san, termasuk menggunakan media. Namun bagaimanapun media mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan dan menggali masalah. Agar keterlibatan pemangku kepentingan semakin meningkat, AFAP melakukan pertemuan, dialog, dan penelitian. Begitu juga dengan pelaksanaan audit mendapatkan data jika dilakukan melalui jalur formal. Aspek karakteristik pemangku kepentingan lokal sangat mewarnai pelaksanaan program. AFAP melakukan validasi informasi yang diperoleh kepada pemerintah dan warga. Meski demikian AFAP menilai ada perubahan yang be- gitu penting terhadap perilaku pemerintah lokal, peningkatan partisipasi kelompok sasaran, dan komitmen unit layanan publik. Sehingga kemauan pembelajaran terpacu dan tingkat percaya diri terhadap masalah makin baik. AFAP menilai adanya dukungan guru dan siswa atas solusi permasalahan di bidang pendidikan dengan melibatkan masukan dari berbagai pihak. AFAP telah menghasilkan berbagai dokumentasi, strategi dan praktik advokasi, keterhubungan dengan media dan usaha lain agar usulan-usulannya pada sektor pendidikan diperhitungkan dalam kerangka kerja pemerintah. (Siti Haryanti/Meldi Rendra) 10

11 Pengalaman Unik CSO Asia Tenggara di Program LAPORAN UTAMA Selain memberikan pembelajaran bagi CSO, program ini juga memberikan pembelajaran berharga bagi setiap pemangku kepentingan yang terlibat dalam program. Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia Tiga tahun melakukan kerja-kerja Akuntabilitas Sosial menorehkan kesan mendalam bagi delapan Organisasi Masyarakat Sipil (Civil Society Organizations/ CSO) di Asia Tenggara. Beragam pengalaman unik diperoleh peserta dari program Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia yang didukung the U.S. Agency for International Development (USAID) Indonesia itu. Melalui Public Expenditure Tracking Surveys (PETS), Citizen Report Cards (CRCs), dan Social Audit yang digunakan, masing-masing CSO yang terlibat dalam program ini mendapatkan pelajaran dalam melakukan pengawalan terhadap pelayanan publik di negaranya masing-masing. Selain memberikan pembelajaran bagi CSO, program ini juga memberikan pembelajaran berharga bagi setiap pemangku kepentingan yang terlibat dalam program. Bandung Institute of Governance Studies (BIGS) dari Indonesia menyebutkan banyak manfaat dari program Building Bridges, yang meliputi antara lain, membuat suara dan aspirasi masyarakat didengar oleh pemerintah, khususnya persoalan terkait bantuan bagi madrasah swasta. Program ini mampu menyuarakan aspirasi guru, siswa, orang tua siswa, madrasah dan semua pemangku kepentingan mengenai kondisi madrasah. Implementasi tool Akuntabilitas Sosial telah menjembatani suara para pemangku kepentingan dalam mencari solusi bagi persoalan yang dihadapi madrasah swasta. BIGS juga belajar mengenai beragam perspektif terkait penerapan tool Akuntabilitas Sosial: Public Expenditure Tracking Surveys (PETS), Citizen Report Cards (CRC), dan Social Audit (SA) dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Pengalaman unik lainnya berkaitan dengan kondisi lapangan. Awalnya 11

12 Berbagi pengalaman unik kerja Akuntabilitas Sosial di Asia Tenggara (Foto: BIGS/Santi Widianti) BIGS menghadapi penolakan untuk melakukan penelitian. Pengalaman ini membuat tim peneliti menyadari bahwa mereka harus membangun kepercayaan dengan melakukan komunikasi secara intensif. Hasilnya di akhir program, pemerintah memiliki komitmen yang lebih kuat untuk memberikan bantuan pada madrasah swasta. Sementara itu, Perkumpulan Inisiatif (PI) memberikan pandangan tersendiri terkait program Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia ini. Bagi PI, bagian yang paling menarik dari program Building Bridges adalah implementasi tiga tool Akuntabilitas Sosial: Public Expenditure Tracking Surveys (PETS), Citizen Report Cards (CRC), dan Social Audit (SA). Tiga perangkat Akuntabilitas Sosial tersebut dapat digabungkan untuk mencari solusi dari satu permasalahan yang dihadapi. Hal menarik lainnya dalam program ini adalah kesempatan untuk berbagi pengalaman dalam menerapkan tool Akuntabilitas Sosial di Asia Tenggara. Dari Kamboja, NGO Education Partnership (NEP) menyatakan implementasi tool Audit Sosial dapat mengumpulkan masyarakat untuk duduk bersama guna membahas isu-isu pendidikan. Menurut NEP, forum tersebut merupakan forum yang pertama dimana berbagai pemangku kepentingan dapat saling berinteraksi satu sama lainnya. Forum publik tersebut mengangkat banyak persoalan di bidang pendidikan. Aspirasi datang dari kepala sekolah, guru, orangtua, murid, dan dewan sekolah. Mereka menghadiri forum untuk mengetahui persoalan apa saja yang terjadi di wilayah mereka. Forum publik telah meningkatkan komitmen dari para pemangku kepentingan untuk melakukan sesuatu guna memperbaiki layanan pendidikan. Masih dari Kamboja, The Advocacy and Policy Institute (API) menyampaikan bahwa dibandingkan dengan projek lain yang dilakukan. API sebelumnya, program Building Bridges memberikan kesempatan untuk belajar dan berbagi pengalaman dengan mitra lokal maupun regional. Sebelumnya API hanya memiliki mitra lokal, namun dengan program Building Bridges, API juga bisa berjejaring dengan mitra regional Asia Tenggara. Terkait tiga tool akuntabilitas yang digunakan dalam program, ini dapat disesuaikan dengan konteks lokal. Pada awalnya, tim API sempat kesulitan tentang cara memilih dan menerapkan tools akuntabilitas sosial di negaranya. Meskipun mereka bisa belajar dari mitra lain, namun tidak semua dapat diterapkan begitu saja. Contohnya, dalam hal implementasi tool Sosial Audit. Tim mengadakan pertemuan guna berdialog, kemudian tim menggunakan pengalaman dari negara lain dan pengalaman di negara sendiri, dan digabungkan supaya lebih sesuai dengan konteks lokal. Sementara itu, bantuan teknis yang disediakan di program Building Bridges ternyata membantu mitra sehingga bisa mengimplementasikan projek Akuntabilitas Sosial di negaranya dengan baik. Khmer Institute for National Development- Affiliated Network of Social Accountability (KIND-ANSA), contohnya, merasakan manfaat bantuan teknis oleh mitra lain di Asia Tenggara seperti BIGS, PI, dan ANSA-EAP. Hal yang unik lainnya, KIND-ANSA memdapat kesempatan un- 12

13 tuk mendiseminasikan tools Akuntabilitas Sosial kepada para mahasiswa. Sedangkan The Ateneo School of Government (ASoG) dari Filipina memandang implementasi tool Akuntabilitas Sosial sebagai contoh yang baik dalam upaya perbaikan layanan. Tool Audit Sosial misalnya telah memungkinkan warga dan pemerintah untuk bekerjasama. Menurut ASoG, desain tool yang lama hanya melibatkan warga yang menuntut pemerintah terkait perbaikan layanan. Akan tetapi Audit Sosial melibatkan multipihak, tak hanya warga melainkan juga pemerintah untuk bekerja bersama-sama meningkatkan layanan pendidikan. Kepala sekolah juga merupakan bagian dari pemerintah karena mereka menyediakan layanan pendidikan di tingkat lokal. Namun, pada audit sosial multipihak, kepala sekolah juga menjadi salah satu penerima bantuan. Bersama-sama dengan guru, orangtua, dan dewan sekolah, kedan penerima manfaat. Selain itu, ternyata perlu membangun kekuatan di antara penerima manfaat agar mereka mampu mengklaim hak-hak akan kesehatan yang lebih baik. Sebelum program, kalangan masyarakat miskin kurang menyadari akan hak-hak kesehatan. Namun setelah program kesadaran masyarakat akan hak-hak kesehatan semakin meningkat. Satu-satunya CSO dari Vietnam di program Building Bridges, the Australian Foundation for the Peoples of the Asia Pacific (AFAP) mengemukakan bahwa hal unik di program Building Bridges ini yaitu memberikan kesempatan bagi AFAP untuk melakukan jejaring dengan CSO dari negara lain. Hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Program Building Bridges ini juga memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai akuntabilitas sosial. Hal unik lain dalam program ini menurut AFAP, adalah ada- Belajar dan berbagi pengalaman kerjakerja Akuntabilitas Sosial pada para peserta dari negara lain di Lokakarya Regional terakhir di Hanoi, Vietnam (Foto: BIGS/Lita Roslita) pala sekolah menuntut layanan yang dibutuhkan. Menurut ASoG, hal ini merupakan contoh bagus dari keterlibatan yang konstruktif. Bagi the Action for Economic Reforms (AER), aktivitas advokasi organisasi terkait hak-hak kesehatan makin menguat lewat projek Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia. Menurut AER, program Building Bridges telah memberikan ruang bagi advokasi guna menuju pencapaian kesehatan yang lebih baik bagi warga di Filipina. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga terfasilitasi. Lewat program. AER juga menyadari pentingnya pengorganisasian konstituen nya dukungan dan pendampingan secara teknik serta fleksibilitas program ini memberikan dampak yang positif bagi AFAP. Pengalaman positif mengemuka dalam perjalanan program Building Bridges for Better Spending in Southeast Asia selama tiga tahun ini. Meskipun dalam prosesnya program ini juga diwarnai dengan berbagai tantangan, berbagai perkembangan positif dalam program ini memberikan harapan terhadap masyarakat Asia Tenggara akan adanya peningkatan layanan publik dan pemenuhan hak-hak dasar warga negara. (Santi Widianti/Siti Haryanti) 13

14 Multi Stakeholder Social Audit (MSSA) Bahas Alokasi Dana Madrasah Swasta Institusi pendidikan sebagai tempat menyemai benih-benih pemimpin bangsa memiliki peran penting bagi masa depan bangsa. Tumbuh kembang institusi pendidikan harus terus diperhatikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Madrasah sebagai salah satu lembaga yang menjadi pilar pendidikan di Indonesia memiliki peran yang sama dengan sekolah umum, namun hingga kini kondisinya masih memprihatinkan. Perhatian pemerintah masih sangat minim terhadap madrasah, khususnya madrasah swasta, tutur peneliti Bandung Institute of Governance Studies (BIGS), Nur Atnan saat ditemui di kantor BIGS Kamis (16/10). Selama tiga tahun terakhir BIGS melakukan penelitian untuk mengetahui kualitas layanan madrasah di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Kendal dengan menggunakan tiga tools dalam akuntabilitas sosial, yaitu Public Expenditure Tracking Surveys (PETS), Citizen Report Cards (CRC), dan Social Audit (SA). Pada tahun pertama penelitian difokuskan pada regulasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan menggunakan PETS. Permasalahan yang ditemukan dalam regulasi dana BOS di antaranya adalah dana BOS yang mengalir ke madrasah swasta tidak sesuai, transfer dana BOS ke madrasah swasta selalu terlambat, banyak madrasah yang kurang transparan dalam mengelola dana BOS, minimnya alokasi dana BOS untuk siswa miskin, serta minimnya alokasi dana BOS untuk peningkatan mutu dan layanan madrasah swasta. Hampir 60 sampai 70% dana digunakan untuk menggaji guru, sisanya baru untuk program peningkatan mutu sehingga layanan madrasah masih kurang baik terutama dalam hal sarana dan prasarana, ungkap Atnan. Pada tahun kedua penelitian difokuskan pada layanan madrasah terhadap siswa dengan teknik CRC, sebagaimana telah diungkapkan di atas, bermasalahnya regulasi dana BOS mengakibatkan kurangnya kualitas layanan madrasah swasta terhadap siswa, diantaranya layanan buku belum memadai, layanan sarana dan prasarana terutama fasilitas ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan kurang, layanan guru masih kurang karena masih banyak guru yang belum S1, mengajar lebih dari satu pelajaran dan mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidangnya. Penelitian berikutnya dilakukan dengan tool yang ketiga yaitu Audit Sosial. Berdasarkan Audit Sosial yang dilakukan BIGS diketahui peran Kemen- Dari hasil pertemuan ini disepakati beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi madrasah yaitu optimalisasi anggaran daerah yang berasal dari bantuan sosial, hibah, dan dana kewilayahan. Meskipun banyak sumber anggaran daerah, namun anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan masih kurang. 14

15 Membahas persoalan madrasah swasta di forum stakeholder (Foto: BIGS/Santi Widianti) terian Agama masih lemah dalam hal implementasi dan akses terutama terkait dengan sosialisasi info-info bantuan dan pemberian bantuan yang belum merata. Selain itu peran pemerintah daerah dalam membantu mengembangkan madrasah juga masih kurang, salah satunya penyebabnya adalah tidak adanya regulasi di level daerah yang menjamin kewajiban pemerintah daerah untuk membantu madrasah. Sebagai upaya meningkatkan kualitas layanan madrasah swasta terhadap siswa, BIGS pada tahun 2014 ini melakukan forum stakeholder untuk menyampaikan berbagai temuan BIGS dalam penelitiannya dan mencari solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi. Bertempat di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, pada (8/10) BIGS mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan madrasah, komite sekolah, orang tua siswa dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat. Dari hasil pertemuan ini disepakati beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi madrasah yaitu optimalisasi anggaran daerah yang berasal dari bantuan sosial, hibah, dan dana kewilayahan. Meskipun banyak sumber anggaran daerah, namun anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan masih kurang. Kami mendorong untuk dibangun sistem persentasi sehingga ada alokasi sekian persen untuk institusi pendidikan dari dana kewilayahan, ucap Atnan. Advokasi terkait permasalahan madrasah swasta tidak hanya dilakukan dengan Dinas Pendidikan saja, sebelumnya pada (8/9) BIGS telah melakukan audiensi dengan Kementerian Agama Kabupaten Bandung. Dalam pertemuan tersebut Kementerian Agama menyatakan adanya perlakuan diskriminatif oleh dinas pendidikan terhadap madrasah dalam hal alokasi dana pendidikan. Atnan mengungkapkan dalam pertemuan dengan Dinas Pendidikan, pihak Kementerian Agama justru yang dinilai lamban dalam merespon informasi mengenai bantuan. Butuh forum bersama agar dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama, tutur Atnan menanggapi perselisihan pendapat tersebut. Tidak hanya di level daerah, BIGS berupaya melakukan advokasi hingga tingkat nasional. Tujuan yang ingin dicapai dari audiensi dengan pemerintah pusat adalah adanya Dana Alokasi Khusus untuk madrasah baik yang bersumber dari Kementerian Agama sendiri atau dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan adanya perhatian dari berbagai pemangku kepentingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan madrasah, diharapkan madrasah menjadi tempat yang kondusif untuk melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan. (Siti Haryanti) 15

16 WAWANCARA Pembangunan Harus Perhatikan Ketimpangan Gender Euis Rosdinar Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat 16

17 WAWANCARA Euis Rosdinar merupakan sosok perempuan yang tidak asing lagi di lingkungan pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Sebagai Kepala Desa Cipangeran ( ), kiprahnya cukup menonjol meskipun ia satusatunya kepala desa berjenis kelamin perempuan. Perempuan kelahiran 1 Juli 1967 ini aktif mengurus relokasi dan pembangunan kembali rumah warga desanya yang tempat tinggalnya mengalami retak-retak akibat pergeseran tanah, hingga perjuangannya agar wilayah Saguling dijadikan kecamatan. Desa Cipangeran yang lokasinya terpencil pun cukup dikenal. Kini Euis Rosdinar terpilih sebagai anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat. Reporter Budget Tracking, Santi Widianti, berkesempatan melakukan wa-wancara dengan mantan Kepala Desa Cipangeran ini di Padalarang. Anda kini menjadi anggota DPRD Kabupaten Barat, apa yang mendorong anda terjun ke politik? Menjadi anggota DPRD ini bisa dikatakan kelanjutan dari kiprah saya sebagai Kepala Desa Cipangeran sehingga bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi. Pengalaman sebagai kepala desa dari tahun 2007 hingga 2013 menjadi modal saya untuk terjun ke dunia politik. Sebetulnya setelah saya tidak lagi menjadi kepala desa pada awal tahun 2013 lalu, saya berencana untuk beristirahat saja. Namun ada permintaan agar saya maju sebagai caleg. Banyak yang menyayangkan jika saya berhenti berkiprah di masyarakat. Berbekal dukungan-dukungan dari berbagai pihak inilah yang menyebabkan saya akhirnya maju. Alhamdullilah, saya mendapat kepercayaan sehingga terpilih. Meskipun saya berasal dari desa dimana perempuan kerap dianggap tidak berdaya, dan lemah, saya berupaya agar terus bisa maju. Sebagai perempuan, saya merasakan hambatan yang berkali lipat dibandingkan dengan caleg laki-laki. Apalagi perempuan sering disebut sebagai pondok lengkah (kurang pengalaman/ serba terbatas). Apakah hambatan yang anda alami? Meskipun saya berasal dari desa dimana perempuan kerap dianggap tidak berdaya, dan lemah, saya berupaya agar terus bisa maju. Sebagai perempuan, saya merasakan hambatan yang berkali lipat dibandingkan dengan caleg laki-laki. Apalagi perempuan sering disebut sebagai pondok lengkah (kurang pengalaman/ serba terbatas). Hal itu juga yang sering saya dengar ketika saya melakukan sosialisasi dengan masyarakat. Selalu saja ada suara-suara yang berkata, jangan pilih perempuan, perempuan itu pondok lengkah, berpikiran sempit. Ungkapan-ungkapan itu kerap disebarluaskan. Saya menghadapi hal itu dengan terus berjuang, terus melakukan sosialisasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Saya percaya perempuan juga mampu berkiprah di dunia politik. Kata-kata negatif tidak membuat saya menyerah atau berkecil hati. Hambatan lain, keluarga sempat tidak mendukung. Mereka menganjurkan saya beristirahat saja setelah berhenti sebagai kepala desa. Namun, akhirnya keluarga mendukung setelah saya meyakinkan mereka. Setelah sekarang terpilih, apa yang akan anda perjuangkan? Saya akan menindaklanjuti proses pembentukan Kecamatan Saguling, khususnya, serta mengawal penerapan Undang-Undang (UU) Desa No. 6 Tahun Saya bertugas di Komisi I Bidang Pemerintahan dan saat ini Komisi I sedang menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) untuk menerapkan Undang-Undang tersebut. Terkait UU Desa itu, desa akan mendapat alokasi dana untuk pembangunan ke pemerintahan desa, jumlahnya besar, sekitar satu milyar. UU Desa ini harus dikawal. Selain itu, perlu adanya 17

18 WAWANCARA Mantan kepala desa yang kini terpilih sebagai anggota dewan di Kabupaten Bandung Barat (Foto: BIGS/Santi Widianti) Bimbingan Teknis bagi aparatur desa karena tidak mudah mengelola anggaran sebesar itu. Berkaca dari Alokasi Dana Desa (ADD) yang jumlahnya 250 juta rupiah saja, banyak desa yang kewalahan mengelolanya. Apalagi sekarang berdasarkan UU Desa yang baru dananya mencapai semilyar lebih. Alokasi dana bantuan tersebut pada desa itu harus betul-betul dapat memberdayakan desa, termasuk sumber daya manusianya, laki-laki maupun perempuan. Apa isu-isu perempuan yang mendesak ditangani di Kabupaten Bandung Barat? Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi. Ini tak hanya permasalahan di Bandung Barat saja, tapi juga permasalahan di provinsi Jawa Barat. Karena Jawa Barat termasuk provinsi yang masih tinggi angka kematian ibu. Di wilayah Saguling sendiri, sebelumnya layanan kesehatan kurang, sehingga pernah ada warga yang hendak melahirkan meninggal di perahu karena tidak ada Puskesmas waktu itu. Selain itu masalah lain adalah tingkat pendidikan perempuan yang masih rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, sulit bagi perempuan untuk memperoleh pekerjaan sehingga menjadi tenaga kerja wanita (TKW) kerap dipilih meskipun risikonya tinggi. Seperti kita tahu, perlindungan TKI masih rendah ditambah perempuan rentan menjadi korban perdagangan manusia (trafficking). Solusinya seperti apa menurut anda? Pendidikan. Perempuan harus mendapat akses pendidikan hingga jenjang yang tinggi. Selama ini pandangan masyarakat, apalagi masyarakat di wilayah pedesaan, masih memiliki anggapan bahwa untuk apa perempuan mempunyai pendidikan yang terlalu tinggi? Nanti juga perempuan akan turun ke dapur. Pandangan-pandangan seperti ini masih mendominasi. Padahal ketika tuntutan ekonomi, perempuan juga yang harus turut mencari nafkah bagi keluarga. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, akhirnya TKW menjadi pilihan. Saya pikir perempuan juga harus mendapat keterampilan (skill) yang cukup juga. Dengan bantuan langsung ke desa nanti, kaum perempuan harus mendapat manfaat, baik untuk bidang pendidikan, keterampilan maupun akses pada kesehatan. Selain Euis Rosdinar, hanya ada dua orang anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat yang berjenis kelamin perempuan. Periode sebelumnya jumlah anggota legislatif perempuan lebih ba-nyak, yakni sepuluh orang. Anggota DPRD Kabupaten Bandung Barat yang berjenis kelamin perempuan hanya tiga orang. Apa pandangan Anda? Prihatin. Jumlah anggota dewan perempuan malah menurun dibanding periode sebelumnya. Kuota 30 persen bagi perempuan masih jauh dari harapan. Padahal keterwakilan perempuan di parlemen diharapkan dapat menyuarakan aspirasi perempuan sehingga kehidupan perempuan dapat lebih baik. Tapi saya akan optimal menyuarakan aspirasi bagi perbaikan kehidupan perempuan di wilayah Bandung Barat. Dengan jumlah yang minoritas ini, bagaimana strategi Anda agar suara perempuan tetap didengar? Meskipun minoritas, saya akan berupaya agar suara saya sebagai perwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Bandung Barat didengar. Apalagi perjuangan saya untuk duduk membawa aspirasi masyarakat tidak mudah. Karenanya saya tidak akan menyia-nyiakan dengan hanya duduk diam. Pengalaman sebelumnya sebagai kepala desa juga akan saya manfaatkan. Saya sebelumnya juga satu-satunya perempuan di antara para kepala desa berjenis kelamin laki-laki. Tapi desa Cipangeran yang saya pimpin sebelumnya mampu bergaung. Saya juga akan melakukan pendekatan dengan anggota DPRD perempuan lainnya agar suara kami diperhitungkan di dewan. Apa harapan anda untuk pembangunan di Bandung Barat? Utamanya percepatan pembangunan infrastruktur agar akses lebih mudah. Sebagai warga Cipangeran, saya memperhatikan bahwa akses jalan yang terhambat menjadi kendala warga untuk mengakses layanan kesehatan maupun untuk mendorong perekonomian warga desa sendiri. Selain itu saya akan memperjuangkan agar pembangunan di wilayah Bandung Barat memperhatikan juga aspek ketimpangan gender. Akses pendidikan perempuan lebih baik, serta memiliki keterampilan yang membuat kaum perempuan bisa mandiri secara finansial. (Santi Widianti) 18

19 Corporate Social Responsibility WAWANCARA RESENSI BUKU dari Sudut Pandang Pengembangan Masyarakat CSR harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan peningkatan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu, tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka pergeseran paradigma dari production center development ke people center development. Dengan demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan ekonomi lokal. (Nasdian, 2014: 230) Judul: Pengembangan Masyarakat Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia ISBN: Penulis: Fredian Tonny Nasdian Jumlah halaman: 305 Tahun Terbit:

20 RESENSI BUKU Pengembangan masyarakat melalui program CSR idealnya tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat rentan atau marjinal tetapi juga masyarakat secara luas, pemberdayaan juga harus memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang cenderung individual. Proses pemberdayaan juga perlu tindakan politik karena pada realitasnya program CSR merupakan konstestasi politik (kepentingan dan kekuasaan). Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responbility (CSR) sejauh ini belum dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas. Program CSR hanya dapat dinikmati oleh elit-elit komunitas saja. Hal ini karena pengelolaan program CSR dikonstruksi sedemikian rupa sehingga hanya berada di tangan elit komunitas. Selain itu program CSR menjadi ajang kontestasi politik dimana kepentingan dan kekuasaan saling bersaing untuk menentukan jenis program, sasaran program dan pemilihan lokasi program. Program CSR mestinya tidak hanya dilihat sebagai pembangun image dan kewajiban perusahaan namun dipandang sebagai upaya pengembangan masyarakat yang berorientasi pada kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga selain berorientasi pada profit, keberadaan perusahaan juga memberikan dampak yang positif terhadap taraf hidup masyarakat disekitarnya serta kelestarian ekologi yang berkelanjutan. Kesadaran pemerintah lokal sebagai pemangku kepentingan untuk turut berperan aktif dalam upaya pengembangan masyarakat tanpa adanya kontestasi politik juga diperlukan dalam hal manjemen pembangunan dan pengembangan masyarakat. Sehingga pelaksanaan program CSR tidak hanya menumbuhkan partisipasi dari masyarakat saja namun dapat menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi multipihak. Pelaksanaan program CSR dengan adanya partisipasi multipihak dan kolaborasi kepentingan bersama dengan menerapkan akuntabilitas, transparansi, perilaku etis, respek terhadap kebutuhan stakeholder, respek terhadap peraturan hukum, respek terhadap norma perilaku internasioal, dan respek terhadap HAM diyakini mampu mengembangkan masyarakat secara berkelanjutan. Pengembangan masyarakat melalui program CSR idealnya tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat rentan atau marjinal tetapi juga masyarakat secara luas, pemberdayaan juga harus memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang cenderung individual. Proses pemberdayaan juga perlu tindakan politik karena pada realitasnya program CSR merupakan konstestasi politik (kepentingan dan kekuasaan). Pengembangan masyarakat melalui program CSR harus berada pada titik keseimbangan antara pilar ekonomi, sosial dan lingkungan. Kemudian perusahaan harus mampu mengkompensasi dampak negatif dari aktivitas perusahaan terhadap perubahan ekologis, struktur sosial, dan kultur masyarakat serta dampak taraf hidup masyarakat dengan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar. Peran aktif masyarakat yang semakin me-ningkat dan menurunnya peran perusahaan dan pemerintah dalam mengimplementasikan program pengembangan masyarakat melalui CSR menjadi ciri keberhasilan pemberdayaan yang mandiri dan berkelanjutan. Buku ini mengupas pengembangan masyarakat mulai dari sejarah, asas, prinsip, strategi, metode, hingga peranan tanggung jawab sosial perusahaan dalam mengembangkan masyarakat. Pembahasan mengenai peranan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi hal yang menarik dalam buku ini mengingat akhir-akhir ini program CSR sedang ramai menjadi perhatian dari berbagai kalangan. Di dalam buku ini disajikan kekurangan dari pelaksanaan program CSR dengan mengangat beberapa studi kasus dalam pembahasannya. Melalui pembahasan yang mengacu pada studi kasus, diketahui realitas dalam implementasi program pengembangan masyarakat masih menemui jalan yang berliku. Tujuan pengembangan masyarakat untuk memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah dari kekuatan-kekuatan yang menekan belum tercapai secara optimal. Melalui pembahasan yang mengacu pada studi kasus, penulis mencoba mencari alternatif lain dari berbagai permasalahan yang muncul dalam implementasi program CSR. Misalnya dalam studi kasus program CSR perusahaan besar terhadap komunitas desa-desa urban, tidak terjalin sinergi antara program CSR perusahaan dengan berbagai program pemerintah lokal. Solusi yang ditawarkan adalah adanya suatu upaya institusional agar pemerintah mampu menciptakan ruang bagi peranan yang sinergis dari masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan. Pentingnya kesadaran setiap orang dalam proses pemberdayaan menjadikan buku ini perlu untuk dibaca semua kalangan untuk dapat merangsang masyarakat luas membangun aksi pengembangan masyarakat sebagai suatu proses, metode, dan gerakan pembangunan berskala mikro. (Siti Haryanti) 20

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017

PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN INFORMASI UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan PNPM Peduli? PNPM Peduli adalah program Pemerintah yang didesain khusus untuk menjangkau

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN

PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN PARTISIPASI WARGA UNTUK REFORMASI BIROKRASI SEKTOR PENDIDIKAN Sebuah catatan kegiatan jaringan kelompok masyarakat sipil dalam melakukan pengawasan terhadap Pelayanan Sekolah di Kota Bandung Diterbitkan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT

CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT CITIZEN REPORT CARD MANOKWARI PAPUA BARAT Program Support to CSO merupakan kerja sama PATTIRO dan AIPD. Program ini memberikan dukungan kepada jaringan CSO di wilayah kerja untuk meningkakan kapasitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU Nurhamlin, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau ABSTRAKS Indonesia Governance Index (IGI) merupakan pengukuran kinerja tatakelola

Lebih terperinci

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT

NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2015 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN. Uraikan situasi yang ada sebelum inovasi pelayanan publik ini dimulai PROPOSAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RETRIBUSI PERSAMPAHAN Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Wednesday, 01 February 2017 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN,

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 S T U D I K A S U S Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1 F R A N C I S I A S S E S E D A TIDAK ADA RINTANGAN HUKUM FORMAL YANG MENGHALANGI PEREMPUAN untuk ambil bagian dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan Program MBS di Jawa Barat Pendidikan merupakan hal penting bagi perkembangan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT Oleh Lusi Herlina Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia(Hamid Abidin & Mimin Rukmini) Halaman: 194-201

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2

PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk Luas Wilayah km 2 PROFIL KABUPATEN SAMPANG (2014) Tahun berdiri Jumlah penduduk 883.282 Luas Wilayah 1.233 km 2 Skor IGI I. 4,02 Anggaran pendidikan per siswa II. 408.885 rupiah per tahun III. Kota Yogyakarta KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada Proses peralihan kepemilikan lahan kosong terjadi sejak akhir 2004 dan selesai pada tahun 2005, dan sejak

Lebih terperinci

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai makhluk yang mutlak memerlukan aktifitas berkomunikasi demi terselenggaranya kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership Risalah Kebijakan November 2014 Ketidakhadiran Guru di Indonesia Tingkat ketidakhadiran guru di Indonesia Alasan guru tidak hadir di sekolah Kegiatan guru di sekolah ketika sedang tidak mengajar Dampak

Lebih terperinci

Panduan untuk Fasilitator

Panduan untuk Fasilitator United Nations Development Programme (UNDP) The Office of UN Special Ambassador for Asia Pacific Partnership for Governance Reform Panduan untuk Fasilitator Kartu Penilaian Bersama untuk Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia

MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia MENGEMBANGKAN DEMOKRATISASI DESA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Potret Desa URBANISASI 14.107 Desa Sangat Tertinggal (18.87%) 33.948 Desa Tertinggal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan adalah masalah

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009

KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 KERANGKA ACUAN KERJA SARASEHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN INDONESIA Jakarta, 4 Februari 2009 Tema: Perumahan dan Permukiman Indonesia: Masa Lalu, Kini dan Ke Depan I. LATAR BELAKANG Sarasehan ini merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA KELOMPOK INDIVIDU/ORGANISASI TAHUN 2009

PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA KELOMPOK INDIVIDU/ORGANISASI TAHUN 2009 KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGHARGAAN ADIUPAYA PURITAMA KELOMPOK INDIVIDU/ORGANISASI TAHUN 2009 A. Formulir Nominasi Dalam rangka Peringatan Hari Perumahan Nasional, Kementerian

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Seminar Publik Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender 16 Januari 2014 Grand Kemang Hotel

Laporan Penyelenggaraan Seminar Publik Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender 16 Januari 2014 Grand Kemang Hotel Laporan Penyelenggaraan Seminar Publik Representasi Politik Perempuan: RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender 16 Januari 2014 Grand Kemang Hotel Latar Belakang Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI)

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Partnership Governance Index

Partnership Governance Index Partnership Governance Index Mengukur Tata Pemerintahan yang Demokratis Merupakan suatu kesepakatan di kalangan dan di antara akademisi dan praktisi internasional bahwa kualitas tata pemerintahan sangat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembangunan Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa, dalam rangka memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat desa. Dana pembangunan

Lebih terperinci

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1 Disampaikan pada Seminar Menghadirkan Kepentingan Perempuan: Peta Jalan Representasi Politik Perempuan Pasca 2014 Hotel Haris, 10 Maret 2016 Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 117 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Secara umum penelitian ini telah mencapai tujuan akhirnya, yaitu menemukan suatu model pemberdayaan masyarakat yang aplikatif untuk meningkatkan keberdayaan

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

NOMOR 7 TAHUN 2017 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

NOMOR 7 TAHUN 2017 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

Komite Advokasi Nasional & Daerah

Komite Advokasi Nasional & Daerah BUKU SAKU PANDUAN KEGIATAN Komite Advokasi Nasional & Daerah Pencegahan Korupsi di Sektor Swasta Direktorat Pendidikan & Pelayanan Masyarakat Kedeputian Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) SIGNIFIKANSI PERAN MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) Al Darmono Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah merupakan penyerasian

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi wewenang

Lebih terperinci

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS 53 EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat baik perorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat dalam

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Menimbang BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Kajian Model Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar di Beberapa Negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Kajian Model Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Pelayanan Dasar di Beberapa Negara Asia Pasifik Executive Summary P Pelayanan publik merupakan salah satu peran mulia yang sudah sejatinya diperankan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun, peran tersebut, dalam prakteknya,

Lebih terperinci

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Women can be very effective in navigating political processes. But there is always a fear that they can become pawns and symbols, especially if quotas are used. (Sawer,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Pendidikan Nasional adalah upaya mencerdasakan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berahlak mulia

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci