MALANG CERAMIC CRAFT CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI KOTA MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MALANG CERAMIC CRAFT CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI KOTA MALANG"

Transkripsi

1 MALANG CERAMIC CRAFT CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI KOTA MALANG Afidah Silmi, Suparno, Dyah S. Pradnya P. Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta afidahsilmi92@gmail.com Abstract: Designing Malang Ceramic Craft Center in Malang City motivated by the potential of ceramics craft, which currently increasing, support the efforts of the Malang City government to raising tourism, as well as Malang as one of the producers of ceramics craft that do not have an adequate infrastructure of tourism education and marketing. The purpose of this architectural planning is to provide a place for tourist, so that they can fulfill the tourism needs and to give the information about ceramics craft, as well as to help raising the income of Malang City through the marketing of ceramics craft. The issue of the design are: how to build Malang Ceramic Craft Center with the application of Regionalism Architecture for the building planning. The approach used in determining the design is by using the concept of Regionalism Architecture which is applied in form and fasade building, the pattern of mass arrangement, as well as the material and structure building. The result obtained is the design of an education tourism facilities that is Malang Ceramic Craft Center with Regionalism Architecture approach, which can visible in the use of Javanese traditional rooftop, joglo, the use of building color as an adjustment with buildings around, the mass form in accordance with the mass form of Javanese building, the application of ceramics craft ornament on building, the use of sculpture in accordance with the material object symbol and the use of local material on building. Keywords: Ceramic Craft, Fasade Building, Local Culture. Regionalism Architecture, Tourism Facility. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Didukung oleh kreativitas dari bangsa Indonesia sendiri, budayabudaya tersebut menghasilkan berbagai kerajinan khas Indonesia, salah satunya kerajinan keramik. Saat ini, keberadaan kerajinan keramik di Indonesia sudah mulai banyak diminati oleh para wisatawan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan akan kerajinan keramik. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, pada tahun 2009 ekspor keramik mencapai US$, tahun 2010 mencapai US$ dan tahun 2011 mencapai US$ (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2012). Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi akan kerajinan keramik yang terpusat di Daerah Dinoyo. Kerajinan keramik Dinoyo mulai dirintis oleh perajin sejak tahun Sampai saat ini, jumlah perajin keramik Dinoyo telah mengalami peningkatan, dari awal mula berjumlah 50 hingga sekarang terdapat sekitar 300 perajin keramik yang aktif dalam pembuatan kerajinan keramik di Dinoyo. Sebagai salah satu potensi wisata di Kota Malang, sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kerajinan keramik Dinoyo haruslah dapat menarik para wisatawan yang datang ke Kota Malang. Wisata yang dimaksud yaitu dalam hal edukasi dan pemasaran kerajinan keramik Dinoyo. Sarana dan prasarana edukasi yang sudah ada, merupakan sarana yang tidak

2 Arsitektura, Vol. 13, No. 1, April 2015 dirancang untuk wisatawan, sehingga persyaratan ruang yang kondusif untuk edukasi dan pemasaran belum terpenuhi. Selain itu, pemerintah Kota Malang juga sedang gencar mempromosikan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata yang mempunyai banyak potensi dan ciri khas tersendiri. Salah satunya dengan mengandalkan potensi dari kerajinan keramik Dinoyo yang telah ditetapkan sebagai salah satu tujuan wisata kerajinan keramik di Kota Malang. Hal tersebut juga dapat dilihat dari diselenggarakannya festival keramik tahunan di Kota Malang yang sudah dua kali terselenggara dan mendapatkan tanggapan yang cukup memuaskan. Pemerintah Kota Malang juga memiliki tujuan melestarikan kerajinan keramik Dinoyo ini agar tidak hilang begitu saja dengan lebih memperkenalkan kerajinan tersebut kepada publik. Berdasarkan berbagai tinjauan di atas, kelengkapan sarana dan prasarana di Dinoyo sebagai salah satu tujuan wisata di Kota Malang, tentunya akan sangat membantu dalam mempromosikan kerajinan keramik Dinoyo serta peningkatan minat wisata di Kota Malang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah yang dapat menampung seluruh kegiatan edukasi dan pemasaran kerajinan keramik berupa Malang Ceramic Craft Center. Bangunan Malang Ceramic Craft Center yang direncanakan menggunakan konsep Arsitektur Regionalisme dalam perancangannya. Regionalisme diharapkan dapat menghasilkan bangunan yang bersifat abadi, melebur atau menyatu antara yang lama dan yang baru, antara regional dan universal (Curtis, 1985). Penerapan konsep Arsitektur Regionalisme juga diharapkan dapat menghasilkan bangunan yang memunculkan citra budaya lokal Kota Malang dengan memasukkan unsur-unsur lokal ke dalam bangunan, terkait dengan kerajinan keramik yang merupakan kerajinan khas Kota Malang. Unsur lokal tersebut digabungkan dengan unsur modern sehingga bangunan memiliki kesesuaian antara arsitektur lokal dan perkembangan zaman. 2. METODE Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran perencanaan dan perancangan adalah metode pemrograman arsitektur yang terdiri dari gagasan awal, temuan dan penelusuran masalah, pencarian data, pengolahan data dan informasi, konsep perencanaan (building performance concept), konsep perancangan (programming and design) dan transformasi arsitektur. Penelusuran masalah dimulai dengan melakukan survey langsung ke lokasi wisata kerajinan keramik Dinoyo. Permasalahan yang didapat adalah kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan wisata edukasi kerajinan keramik, padahal Dinoyo sudah ditetapkan sebagai salah satu objek wisata di Kota Malang. Setelah permasalahan ditemukan, dilakukan analisis perencanaan (building concept) yaitu mengidentifikasi masalah yang ada berdasarkan konsep desain fasilitas wisata edukasi kerajinan keramik yang diselesaikan dengan penerapan Arsitektur Regionalisme. Arsitektur Regionalisme dipilih sebagai tema pendekatan dikarenakan keterkaitan dengan objek wisata edukasi yaitu kerajinan keramik yang merupakan salah satu kerajinan khas Kota Malang, sehingga nantinya diharapkan bangunan yang direncanakan akan lebih menonjolkan sisi budaya Kota Malang. Arsitektur Regionalisme sebagai tema pendekatan dalam perancangan Malang Ceramic Craft Center juga sebagai batasan dalam menentukan material, struktur, olahan bentuk massa serta tampilan bangunan. Analisis perancangan (building criteria) dilakukan dengan mengolah data yang telah terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan pemrograman fungsional, performansi dan arsitektural. 1. Pemrograman fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan Malang Ceramic Craft Center, di antaranya pelaku kegiatan, jenis kegiatan, pola kegiatan, sifat kegiatan, sifat organisasi.

3 Afidah Silmi, Suparno, Dyah S. Pradnya P., Malang Ceramic Craft Center dengan Pendekatan Pemrograman performansi menerjemahkan secara sistematik kebutuhan para pengguna Malang Ceramic Craft Center beserta fasilitasnya ke dalam persyaratan pemilihan tapak, persyaratan kebutuhan ruang, persyaratan besaran ruang dan program ruang. 3. Analisis arsitektural merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi kedua analisa sebelumnya (fungsional dan performansi). Dalam proses ini akan menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan tapak, utilitas dan struktur bangunan yang menyatukan akan tuntutan kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada. Setelah dilakukan analisis pemrograman fungsional, pemrograman performansi dan arsitektural, langkah selanjutnya yaitu melakukan sintesis. Sintesis merupakan tahap penggabungan dari referensi dan hasil analisis fakta lapangan sehingga didapat kesimpulan untuk memperoleh konsep perancangan yang sesuai yang akan ditransformasikan ke bentuk fisik yang diinginkan, yaitu Malang Ceramic Craft Center dengan pendekatan Arsitektur Regionalisme di Kota Malang. 3. ANALISIS 3.1 Analisis Peruangan 1. Tujuan: Memperoleh jenis kebutuhan ruang. 2. Dasar pertimbangan: Pengelompokan kegiatan dan pelaku kegiatan. 3. Hasil analisa: Konsep analisis pelaku kegiatan pada Malang Ceramic Craft Center adalah: a. Pengunjung b. Pengelola Berikut total luasan ruang yang dibutuhkan berdasarkan kelompok kegiatan: a. Kegiatan utama : 2716 m 2 b. Kegiatan pendukung : 1566 m 2 c. Kegiatan pengelola : 344 m 2 d. Kegiatan servis : 3036 m Analisis Pemilihan Lokasi 1. Tujuan: Mendapatkan lokasi yang sesuai dan mendukung sebagai area didirikannya bangunan. 2. Dasar pertimbangan: a. Merupakan daerah kunjungan wisata b. Dekat dengan lokasi pembuatan kerajinan keramik Dinoyo c. Sesuai dengan peruntukan tata guna lahan dalam RTRW Kota Malang d. Kemudahan dalam pencapaian 3. Hasil analisis: Tapak terpilih yang akan dijadikan lokasi pembangunan Malang Ceramic Craft Center, yaitu di Jalan MT Haryono. Tapak berbatasan langsung dengan Jl. MT Haryono dan Universitas Brawijaya pada sisi Selatan, permukiman penduduk pada sisi Barat, Sungai Brantas pada sisi Utara dan Jl. Soekarno Hatta pada sisi Timur (lihat Gambar 1). Gambar 1. Tapak Terpilih 3.3 Analisis Pencapaian 1. Tujuan: Menentukan main entrance dan side entrance. 2. Dasar pertimbangan: Kondisi dan potensi jalan, sirkulasi yang jelas dan mudah dicapai serta keamanan dan kenyamanan sirkulasi.

4 Arsitektura, Vol. 13, No. 1, April Hasil analisis: Main entrance (ME) bagi pengunjung diletakkan pada sisi Selatan tapak yang berbatasan langsung dengan Jl. MT Haryono. Untuk akses ke luar tapak menggunakan akses berbeda yaitu pada sisi Timur tapak yang berbatasan langsung dengan Jl. Soekarno Hatta. Pemisahan antara jalur masuk dan ke luar sebagai upaya untuk mengurangi kepadatan jalan dan mencegah terjadinya kemacetan. Jalur ke luar masuk pengelola menggunakan side entrance (SE) yang terletak pada sisi bagian Barat tapak di Jl. MT Haryono. Pemisahan antara ME dan SE dengan pertimbangan mencegah terjadinya crossing kegiatan sirkulasi antara pengunjung dan pengelola (lihat Gambar 2). Gambar 2. Analisis Pencapaian 3.4 Analisis Bentuk dan Tampilan Bangunan Analisis penentuan konsep Arsitektur Regionalisme Penentuan konsep Arsitektur Regionalisme digunakan untuk menentukan aspek-aspek yang terkait dalam konsep Arsitektur Regionalisme yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam proses perencanaan dan perancangan desain bangunan Malang Ceramic Craft Center di Kota Malang. Aspek-aspek yang terkait dalam Arsitektur Regionalisme dapat dilihat dari bagan berikut: Bagan 1. Analisis Aspek-Aspek Arsitektur Regionalisme Arsitektur Tradisional yang berlaku di Kota Malang adalah Arsitektur Jawa. Arsitektur Jawa berawal dari Arsitektur Vernakular yang terbentuk dari hasil penyesuaian terhadap iklim, kondisi sosial, budaya dan tradisi masyarakat Jawa. Selain aspek arsitektural dan unsurunsur lokal yang terkait, karakter objek yang diwadahi juga memegang peranan dalam penentuan konsep Regionalisme pada bangunan Malang Ceramic Craft Center yang direncanakan. Penyesuaian dengan karakter objek yang diwadahi dapat menguatkan identitas Malang Ceramic Craft Center Analisis bentuk bangunan Malang Ceramic Craft Center menggunakan pendekatan Arsitektur Regionalisme, sehingga bentuk massa bangunan menyesuaikan bangunan yang ada di sekitar tapak dan diharapkan dapat memunculkan citra budaya lokal Kota Malang. Bangunan yang terdapat di sekitar tapak sebagian besar menerapkan gaya Arsitektur Jawa. Bentuk dasar massa bangunan yang direncanakan diutamakan berbentuk persegi panjang, dikarenakan mengikuti bentuk dasar denah pada bangunan Arsitektur Jawa. Selain itu, dengan bentuk massa yang persegi, dapat lebih memudahkan penataan ruang dan sirkulasi bangunan serta mengoptimalkan fungsi ruang. Tata massa bangunan pada Malang Ceramic Craft Center juga tidak lepas dari konsep Arsitektur Regionalisme. Pada bangunan Jawa, terdapat suatu urutan tatanan peletakan bangunan secara linier dari bangunan luar yang bersifat publik dan semakin ke dalam bersifat semakin privat. Pada bangunan Malang Ceramic Craft Center yang menerapkan konsep Arsitektur Regionalisme bangunan Jawa, dapat dilihat dari peletakan bangunan

5 Afidah Silmi, Suparno, Dyah S. Pradnya P., Malang Ceramic Craft Center dengan Pendekatan... pada bagian depan yang bersifat publik yaitu bangunan penerima dan bangunan pemasaran, kemudian peletakan bangunan yang bersifat semi publik setelah bangunan publik yaitu bangunan utama yang mewadahi kegiatan edukasi baik aktif maupun pasif, dan yang terakhir peletakan bangunan yang bersifat privat yaitu bangunan pengelola dan bangunan pendukung yang diperuntukkan bagi perajin (lihat Gambar 3). kepada pengunjung terkait dengan kerajinan keramik yang ada di Kota Malang (lihat Gambar 5). Gambar 5. Pengaplikasian Ornamen Kerajinan Keramik pada Bangunan Gambar 3. Analisis Tata Massa Bangunan Analisis tampilan bangunan Arsitektur Regionalisme pada tampilan bangunan Malang Ceramic Craft Center meliputi Arsitektur Jawa dan disesuaikan dengan arsitektur kawasan sekitar serta terkait dengan objek material edukasi. Bentuk atap yang digunakan yaitu atap joglo. Untuk material atap menggunakan genteng tanah liat. Penggunaan warna dominan coklat dan krem menyesuaikan warna bangunan sekitar (lihat Gambar 4). Gambar 4. Analisis Tampilan Bangunan Penggunaan ornamen dengan corak yang biasa digunakan pada kerajinan keramik khas Kota Malang yang diaplikasikan ke dalam bangunan dapat mencerminkan identitas bangunan sebagai pusat kerajinan keramik dan juga memberikan gambaran visual 3.5 Analisis Lansekap Kawasan Konsep lansekap kawasan pada Malang Ceramic Craft Center tidak lepas dari konsep Arsitektur Regionalisme, yaitu terdapat halaman depan dan halaman belakang pada kawasan yang ditanami pohon pelindung dan penanaman vegetasi secara simetris dan seimbang pada kawasan. 4. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) Dari hasil analisa serta hasil korelasi dari beberapa data di atas, maka diperoleh hasil berupa desain Malang Ceramic Craft Center sebagai berikut. Lokasi : Jl. MT Haryono, Kota Malang Luas Lahan : m 2 Luas Bangunan : 7662 m 2 Jumlah Lantai : 2 lantai Daya Tampung : 300 orang Pada bangunan Malang Ceramic Craft Center ini, konsep Arsitektur Regionalisme diterapkan dengan penggunaan atap khas Jawa yaitu joglo (lihat Gambar 4), penggunaan warna dominan krem sebagai penyesuaian dengan bangunan sekitar, pola tatanan massa sesuai dengan pola tatanan massa bangunan Jawa (lihat Gambar 3), pengaplikasian ornamen kerajinan keramik pada bangunan (lihat Gambar 5),

6 Arsitektura, Vol. 13, No. 1, April 2015 penggunaan material lokal pada bangunan seperti batu bata dan batu alam (lihat Gambar 6), penggunaan sculpture sebagai simbol objek material bangunan (lihat Gambar 7) serta pengunaan struktur modern dengan tetap menciptakan suasana lokal. Gambar 6. Penggunaan Batu Alam dan Batu Bata pada Bangunan Gambar 7. Sclupture pada Open Space REFERENSI Curtis, William, Regionalism in Architecture. Singapura. Concept Media. Kementrian Perindustrian RI Pemantauan Ekspor Kelompok Hasil Industri Keramik, Marmer dan Kaca. Surakarta:

MALANG CERAMIC CRAFT CENTER

MALANG CERAMIC CRAFT CENTER KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MALANG CERAMIC CRAFT CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI KOTA MALANG Disusun Oleh : Afidah Silmi I 0210003 Dosen Pembimbing : Ir. Suparno, M.T. Dyah S.

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR. commit to user FITRIA KHAIRANISA NIM I Ir. AHMAD FARKHAN, M.T. Ir. HADI SETIAWAN, M.T. NIP

STUDIO TUGAS AKHIR. commit to user FITRIA KHAIRANISA NIM I Ir. AHMAD FARKHAN, M.T. Ir. HADI SETIAWAN, M.T. NIP STUDIO TUGAS AKHIR FITRIA KHAIRANISA NIM I 0211029 Ir. HADI SETIAWAN, M.T. NIP. 19530415 198003 1 004 Ir. AHMAD FARKHAN, M.T. NIP. 19600101 199003 1 001 KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur penulis panjatkan

Lebih terperinci

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA Tri Mardiyanti, Suparno, Hari Yuliarso Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : mardi.ab18@gmail.com Abstract:.

Lebih terperinci

SENTRA MEBEL SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI JUWIRING, KLATEN

SENTRA MEBEL SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI JUWIRING, KLATEN SENTRA MEBEL SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI JUWIRING, KLATEN Fitria Khairanisa, Hadi Setyawan, Ahmad Farkhan Program Studi Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA

SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA Reza Septian Dwiputra, Made Suastika, Amin Sumadyo. Program Studi Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta Email

Lebih terperinci

TEMPAT BERMAIN ANAK-ANAK KHUSUS PERMAINAN TRADISIONAL BALI DI DENPASAR

TEMPAT BERMAIN ANAK-ANAK KHUSUS PERMAINAN TRADISIONAL BALI DI DENPASAR Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana TEMPAT BERMAIN ANAK-ANAK KHUSUS PERMAINAN TRADISIONAL

Lebih terperinci

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN BAB I LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada koordinat 6 0 LU 11 0 08LS dan 95 0 BB 141 0 45 BT serta terletak diantara benua Asia dan benua Australia, yang mana di lalui garis khatulistiwa yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan. BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan hotel resort dalam seminar ini merupakan kajian berupa penjelasan dari proses perancangan yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and Exhibition Center di Kota Batu ini menggunakan penelitian dengan metode analisis dan sintesis. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan ini berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses perancangan. metodeanalisa data yang digunakan dalam proses perancangan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan, BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni Musik Blues menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari masyarakat maupun

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN IV.1 Urban Design IV.1.1 Demolisi Bangunan Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di dalamnya dapat terpelihara dengan baik. Upaya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK KEDUNG OMBO

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK KEDUNG OMBO PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK KEDUNG OMBO SEBAGAI WISATA TERPADU DI KABUPATEN SRAGEN DENGAN PENDEKATAN EKOLOGI ARSITEKTUR Putri Asri Dwi Fadilah, Dwi Hedi Heriyanto, Tri Joko Daryanto Program Studi

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode BAB 3 METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Pusat Olahraga Aeromodelling di Malang ini, metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode ini berisi tentang paparan atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ASTRONOMI DI KOTA PARE-PARE TEMA ARSITEKTUR METAFORA

SEKOLAH TINGGI ASTRONOMI DI KOTA PARE-PARE TEMA ARSITEKTUR METAFORA SEKOLAH TINGGI ASTRONOMI DI KOTA PARE-PARE TEMA ARSITEKTUR METAFORA Shahibuddin Juddah1 Muthmainnah2 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN-Alauddin Makassar Abstrak Kota Pare-Pare sebagai kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Pusat Industri Jajanan dan Pengembangan Bioteknologi Tempe di Sanan Kota Malang ini adalah dengan melakukan perancangan dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Sentral wisata kerajinan rakyat merupakan rancangan objek arsitektur dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi utamanya menyediakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Proyek Sesuai dengan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) bahwa Pemerintah telah menetapkan Kawasan Candi

Lebih terperinci

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung BAB III Metode Perancangan Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung diperlukan untuk meningkatkan perekonomaian di sekitar Kecamatan Campurdarat dan Kecamatan Besuki. Metode perancangan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo di Kabupaten Trenggalek menggunakan tema Organik yang merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Andi Nur Fadillah 1, Taufik Arfan 2, Irma Rahayu 3 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Youth Islamic Center ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari kawasan setempat. Metode tersebut

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di BAB 3 METODA PERANCANGAN Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu ini secara umum mencakup hal-hal sebagai berikut: 3.1 Ide Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis

Lebih terperinci

INDIE CINEMA CENTRE DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DI KOTA BANDUNG

INDIE CINEMA CENTRE DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DI KOTA BANDUNG INDIE CINEMA CENTRE DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DI KOTA BANDUNG Ella Afrianty, Ahmad Farkhan, Sri Yuliani Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian yang dilakukan, dan disertai dengan teori-teori serta data-data yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Proses Perancangan 3.1.1 Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso Kabupaten Malang ini mempunyai ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut: BAB III MTOD PRANCANGAN 3.1. Pencarian Ide Perancangan Dalam perancangan, proses dan tahapan kajian yang digunakan dalam perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut: a. Fakta

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 IdePerancangan Ide perancangan muncul karena melihat potensi kebudayaan di Madura yang memiliki tempat yang kurang layak untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

REDESAIN PASAR CEPOGO BOYOLALI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL

REDESAIN PASAR CEPOGO BOYOLALI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN PASAR CEPOGO BOYOLALI DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEKSTUAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Berdasarkan obyek yang akan dirancang yaitu Perancangan Pusat

BAB III METODE PERANCANGAN. Berdasarkan obyek yang akan dirancang yaitu Perancangan Pusat BAB III METODE PERANCANGAN Berdasarkan obyek yang akan dirancang yaitu Perancangan Pusat Kreativitas Budaya Kabupeten Ende, sehingga pada metode perancangan menggunakan beberapa aspek dalam perancangannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif, yaitu mencari serta

Lebih terperinci

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

2016 BANDUNG SPORTS CLUB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, pada perkembangannya tergolong cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya populasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG DAGANG PADA RANCANGAN KEMBALI PASAR SUKUN KOTA MALANG

PENATAAN RUANG DAGANG PADA RANCANGAN KEMBALI PASAR SUKUN KOTA MALANG PENATAAN RUANG DAGANG PADA RANCANGAN KEMBALI PASAR SUKUN KOTA MALANG Dwi Murtining Etty 1, Subhan Ramdlani 2, Ali Soekirno 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

Perencanaan Dan Perancangan Pasar Ikan Di Pantai Jasri Karangasem

Perencanaan Dan Perancangan Pasar Ikan Di Pantai Jasri Karangasem Abstrak Perencanaan Dan Perancangan Pasar Ikan Di Pantai Jasri Karangasem Oleh : I Komang Rai Wibawa Prodi : Arsitektur E-mail : anggaboncu@gmail.com The fish market is a meeting place between the seller

Lebih terperinci

HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR HUNIAN DAN PELAYANAN LANJUT USIA DINI DI KABUPATEN BOGOR DENGAN PENEKANAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR Karina Krissanti, Edi Pramono Singgih, Rachmadi Nugroho Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Kembali Taman Krida Budaya Sebagai Pusat Kreativitas Seni dan Budaya menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membawa pengaruh besar terhadap penyebaran jumlah penduduk, fenomena ini dapat dilihat dari perbandingan jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk menjaga dan melestarikan potensi kesenian tradisional dan kuliner yang ada di Trenggalek.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Lingkungan Setelah melakukan analisis lingkungan, maka konsep lingkungan yang diterapkan adalah Konsep Interaksi. Konsep Interaksi merupakan konsep

Lebih terperinci

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA

PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA PENERAPAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SEKOLAH DASAR DI KOTA SURAKARTA Tri Suci H 1*, Tri Yuni 2, Leni Pramesti 3 Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

RESOR DI TENGAH KOTA DI SURAKARTA

RESOR DI TENGAH KOTA DI SURAKARTA RESOR DI TENGAH KOTA DI SURAKARTA Kartika Fitri Annisa, Agung Kumoro W, Suparno Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : kfannisa93@gmail.com Abstract: The design

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus Patria menggunakan berbagai penelitian dan juga pengumpulan data dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat diolah dan dikembangkan untuk dikenalkan kepada wisatawan mancanegara bahwa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK (PENDEKATAN GREEN ARCITECTURE)

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK (PENDEKATAN GREEN ARCITECTURE) TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK (PENDEKATAN GREEN ARCITECTURE) Diajukan sebagai Pelengkap dan Sarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan Sentra Usaha Kecil Menengah Di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo - Vernakular BAB I PENDAHULUAN 1.1. PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Proyek Kawasan Candi Prambanan dan sekitarnya adalah salah satu cagar budaya di Indonesia yang merupakan situs warisan budaya dunia yang telah

Lebih terperinci

GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR

GALERI KAIN TENUN ENDEK DI KOTA DENPASAR LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DALAM MEMENUHI SYARAT-SYARAT GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR PERIODE APRIL 2015 GALERI KAIN TENUN ENDEK DI

Lebih terperinci

GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN GALERI TANAMAN HIAS DI MAKASSAR PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN Surya Ulandari 1, Taufik Arfan 2 Jurusan Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN-Alauddin Makassar Abstrak Kota Makassar membutuhkan sarana

Lebih terperinci

PUSAT BATIK BANYUMASAN DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI PURWOKERTO

PUSAT BATIK BANYUMASAN DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI PURWOKERTO PUSAT BATIK BANYUMASAN DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI PURWOKERTO Aqmarina Safitri, Rachmadi Nugroho, Hari Yuliarso Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut Pendit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam penentuan ide perancangan Kawasan wisata pantai Camplong menggunakan ayat Al-Qur an Surat Al-Baqarah Ayat 11: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN Bagian ini akan menganalisis gambaran umum objek yang direncanakan dari kajian pustaka pada Bab II dengan data dan informasi pada Bab

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka BAB III METODELOGI PERANCANGAN Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka kajian yang diuraikan dalam beberapa tahap, antara lain: 3.1 Pencarian Ide / Gagasan Tahapan kajian yang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Desaian Kawasan Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu konsep perancangan yang mengambil dari sistem sirkulasi

Lebih terperinci

Gigih Juangdita

Gigih Juangdita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses BAB 3 METODE PERANCANGAN Pada perancangan Malang Indie Culture Center sebagai wadah kreatifitas, apresiasi dan pengenalan komunitas indie ini metode perancangan berisi sebuah paparan deskriptif mengenai

Lebih terperinci

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru

Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru JURNAL edimensi ARSITEKTUR Vol. II, No. 1 (2014), 316-320 316 Fasilitas Wisata Kuliner Solo di Solo Baru Anthony Oetomo dan Ir. St. Kuntjoro Santoso, M.T. Prodi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bangunan yang ditujukan untuk singgah dalam jangka waktu sementara dengan layanan dan fasilitas lainnya. Sebagai pokok akomodasi yang terdiri

Lebih terperinci

SOLO MICE HALL DENGAN PENERAPAN ANALOGI PENDHAPA

SOLO MICE HALL DENGAN PENERAPAN ANALOGI PENDHAPA SOLO MICE HALL DENGAN PENERAPAN ANALOGI PENDHAPA Danu Kartikasunu, Edi Pramono Singgih, Leny Pramesti Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email:

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan BAB III METODE PERANCANGAN Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan sebuah metode perancangan yang memudahkan perancang untuk mengembangkan sebuah ide perancangannya secara deskriptif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni dan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni dan BAB 3 METODE PERANCANGAN Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu menggunakan literature dan juga pengumpulan data dari masyarakat maupun pemerintah

Lebih terperinci

Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya

Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-6 1 Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya Octofiany Sitanaya Ir. Handinoto,. M.T. Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013

Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013 Laporan Tugas Akhir Periode Ganjil 2012/2013 WISATA AGROFORESTRI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Pengembangan Hutan Wanagama I sebagai Kawasan Wisata dengan Penerapan Konsep Green Landscape dan Green

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. BAB III METODE PERANCANGAN Perancangan dalam konteks arsitektur adalah sebuah usaha untuk mengubah keadaan semula menjadi keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dalam proses perancangan tersebut,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan adalah suatu cara atau tahapan yang dilakukan dalam sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan.

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES Agustina Putri Ceria, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Sebuah proses perancangan dibutuhkan sebuah metode untuk memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode deskriptif analisis adalah salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam metode perancangan ini banyak proses yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatif-korelatif, yaitu mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN

BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN BAB V PENGEMBANGAN RANCANGAN 5.1. Laporan Perancangan 5.1.1. Rancangan Tapak Lokasi perancangan bangunan Pusat Pelatihan dan Pendidikan Bulutangkis adalah Sentul City, Bogor. Sentul City sudah dilengkapi

Lebih terperinci