IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BUAH JERUK DAN KARAKTERISASINYA Pemilihan jeruk yang akan digunakan sebagai pembuatan ravioli dilakukan dengan membandingkan rendemen, rasa, dan warna dari masing-masing jenis jeruk. Jenis jeruk yang dibandingkan adalah jeruk medan, pontianak, ponkan, sunkist navel, dan baby java. Analisis rendemen dilakukan dengan membandingkan berat sari jeruk hasil pemerasan dengan berat utuh jeruk (Lampiran 3.1). Rendemen jeruk medan 44.82%, pontianak 42.81%, ponkan 49.32%, sunkist navel 38.56%, dan baby java 33.75%. Jeruk medan, pontianak, dan ponkan memiliki rendemen di atas 4% dengan jeruk ponkan memiliki rendemen tertinggi. Parameter rasa dan warna terhadap masing-masing ravioli sari jeruk dinilai oleh panelis yang memberikan pendapatnya. Berdasarkan segi warna ravioli yang terbentuk, ravioli sari jeruk medan dan pontianak lebih disukai oleh panelis karena memiliki warna kuning terang sedangkan ravioli sari jeruk ponkan, sunkist navel, dan baby java berwarna kuning pucat. Dari segi rasa, panelis berpendapat bahwa ravioli dari sari jeruk medan dan ponkan memiliki rasa yang cenderung manis sedangkan ravioli dari sari jeruk pontianak, sunkist navel, dan baby java berasa lebih asam. Walaupun dari segi rendemen jeruk medan memiliki rendemen yang lebih kecil dibandingkan jeruk ponkan, akan tetapi dari segi warna maupun rasa jeruk medan lebih disukai oleh panelis. Selain itu, jeruk medan merupakan buah lokal yang harus dikembangkan potensinya dalam bentuk olahan. Oleh karena itu, untuk pembuatan ravioli dipilih jeruk medan sebagai bahan bakunya. Jeruk medan yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh dari pasar di daerah Bogor. Karakterisasi ini merupakan acuan awal dari analisis yang akan dilakukan terhadap ravioli sari jeruk medan yang dihasilkan. Hasil karakteristik dari buah jeruk medan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Perbandingan karakteristik mutu jeruk medan Karakteristik Pustaka Hasil Uji Kadar air (%) ** 9.13 Kadar abu (%) -.99 Kadar protein (%) < 2 **.87 Kadar serat (%) Total asam (%).51 * 2.72 Total gula (%) 2-15** 6.56 Kadar Vitamin C (mg/ g) 7. * 52.8 ph 3.9 * 4 Sumber: * Napitupulu et al. (199) ** Verheij dan Coronel (1992) Berdasarkan uji proksimat tersebut diketahui bahwa kadar air merupakan komponen terbesar buah jeruk medan yaitu 9.13%. Kadar air jeruk yang tinggi dan kadar serat yang cukup rendah sangat cocok untuk dijadikan bahan pembuatan ravioli. Kadar serat yang tinggi membuat pembentukan ravioli sulit dilakukan. Rasa jeruk medan yang manis dan kandungan Vitamin C yang tinggi menjadi kelebihan tersendiri dari jeruk lokal ini.

2 B. PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM ALGINAT DAN KALSIUM KLORIDA TERHADAP RAVIOLI SARI JERUK MEDAN Penentuan konsentrasi natrium alginat yang diujikan adalah.5,.6, dan.7% dengan konsentrasi kalsium klorida.5,.6, dan.7%. Kombinasi natrium alginat.5% dengan kalsium klorida.5,.6, dan.7% tidak menunjukkan hasil yang baik sehingga konsentrasi natrium alginat.5% tidak diujikan pada tahap selanjutnya. Pada konsentrasi natrium alginat.5%, ravioli cenderung sulit terbentuk dan dihasilkan bentuk ravioli yang melebar. kombinasi konsentrasi alginat.6% dengan kalsium klorida.5,.6, dan.7% menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini terlihat dari mudahnya pembentukan bulatan ravioli dan penampakan visual yang cukup baik. Konsentrasi natrium alginat.6% menjadi batas minimum dalam formula pembuatan ravioli sari jeruk medan. kombinasi konsentrasi natrium alginat.7% dengan kalsium klorida.5,.6 dan.7% menunjukkan pembentukan ravioli yang sempurna. Penampakan visual konsentrasi alginat.7% menunjukkan hasil yang lebih baik dan pembuatan ravioli yang lebih mudah. Oleh karena itu, formulasi terbaik dari penelitian tahap dua dijadikan dasar pemilihan konsentrasi natrium alginat dan kalsium klorida dalam penelitian tahap selanjutnya. Konsentrasi natrium alginat terbaik ditunjukkan pada tingkat.7% sehingga untuk penelitian selanjutnya dipilih rentang bawah yaitu.6% dan rentang atas, yaitu.8%. Konsentrasi natrium alginat terpilih adalah.6,.7, dan.8%. Sedangkan konsentrasi kalsium klorida terpilih adalah.6 dan.7%. Penampakan visual dari ravioli sari jeruk medan pada berbagai konsentrasi natrium alginat dan kalsium klorida dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penampakan ravioli sari jeruk medan pada berbagai konsentrasi natrium alginat dan kalsium klorida Konsentrasi natrium alginat.5% Konsentrasi kalsium klorida.5%.6%.7% Bentuk melebar Bentuk melebar Bentuk melebar Bentuk bulat tetapi tidak cukup stabil Bentuk bulat tetapi tidak cukup stabil Bentuk bulat tetapi tidak cukup stabil.6% Bentuk bulat dan tidak cukup stabil Bentuk bulat dan stabil Bentuk bulat dan stabil.7% 11

3 Natrium alginat mempunyai kemampuan untuk mengikat air pada gugus hidrofiliknya dan kenaikan konsentrasi natrium alginat dapat meningkatkan kekentalan. Viskositas ini sangat menentukan dalam kemudahan dalam pembuatan ravioli. Pada konsentrasi natrium alginat.5%, kemampuan mengikat alginat terhadap sari jeruk kurang karena jumlah karboksilatnya sedikit sehingga ravioli cenderung tidak terbentuk. Sedangkan dengan penambahan natrium alginat.6 dan.7% mampu menghasilkan ravioli yang stabil. Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit karena laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Semakin tinggi viskositas campuran maka proses dropping juga semakin sulit dilepaskan dari spherification kit. Penambahan konsentrasi kalsium klorida harus dalam rentang yang tepat agar terbentuk ravioli yang baik. Ravioli yang dihasilkan oleh natrium alginat.7% dan kalsium klorida.5% berbentuk bulat tetapi tidak cukup stabil. Hal ini dikarenakan jumlah ion Ca 2+ yang berikatan dengan alginat mempengaruhi bentuk ravioli. Semakin besar jumlah polimer alginat yang menyusun ravioli, akan semakin besar juga ikatan silang yang harus terjadi antara polimer tersebut sehingga diperlukan kation Ca 2+ yang lebih besar pula untuk memungkinkan terjadinya ikatan silang tersebut. C. PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GLUKOSA TERHADAP SIFAT RAVIOLI SARI JERUK MEDAN Pada penentuan konsentrasi larutan glukosa, ravioli disimpan dalam berbagai konsentrasi larutan glukosa. Larutan glukosa berfungsi sebagai media penyimpan produk ravioli. Media penyimpan ini diharapkan dapat mempertahankan warna dan menjaga bentuk ravioli agar tidak berubah akibat proses sineresis dan swelling. Tahap ini dilakukan dengan mencampurkan natrium alginat dan sari buah jeruk medan yang kemudian diuji kadar gulanya. Hasil kadar gula campuran tersebut kemudian disamakan dengan kadar gula larutan glukosa. Penyetaraan kadar gula ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya proses osmosis yang terjadi dari ravioli ke larutan glukosa ataupun sebaliknya. Kadar gula campuran natrium alginat dan sari buah jeruk medan adalah 7.5 o brix. Berdasarkan hasil ini dipilih tiga konsentrasi larutan glukosa berdasarkan kelipatannya, yaitu 7.5, 15, dan 22.5 o brix. Penampakan visual dari ravioli sari jeruk medan pada berbagai konsentrasi larutan glukosa dapat dilihat pada Gambar 4.1. Pengamatan dilakukan secara visual terhadap perubahan bentuk dan warna ravioli. Pada larutan glukosa 7.5 o brix, ravioli menunjukkan perubahan bentuk, yaitu mengembang (swelling) dan warna yang tidak mengkilap. Sedangkan pada tingkat konsentrasi glukosa 15 dan 22.5 o brix ravioli cenderung dapat mempertahankan bentuk dan warna yang mengkilap. A B C Gambar 4.1. Ravioli dalam larutan glukosa 7.5 o brix (A), 15 o brix (B), 22.5 o brix (C) Menurut Kaban et al. (26), swelling adalah peningkatan volume suatu material pada saat kontak dengan cairan, gas, atau uap. Swelling terjadi karena adanya termodinamika yang bersesuaian 12

4 antara rantai polimer dan air serta adanya gaya tarik yang disebabkan efek ikatan silang yang terjadi pada rantai polimer. Keseimbangan swelling dicapai ketika kedua kekuatan ini sama besar. Ketika membran kalsium alginat mengembang, mobilitas rantai polimer bertambah sehingga memudahkan penetrasi pelarut. Selain itu ion-ion kecil yang terperangkap dalam membran, berdifusi meninggalkan membran sehingga memberikan peluang lebih besar bagi pelarut untuk mengisi ruang-ruang kosong yang ditinggalkan. Swelling pada ravioli ini kemungkinan disebabkan masih adanya ion COO - yang bersifat hidrofilik dalam membran. Pada konsentrasi larutan glukosa 15 dan 22.5 o brix, ravioli cenderung dapat mempertahankan bentuk atau tidak terjadi swelling. Hal ini diduga gaya tarik yang disebabkan efek ikatan silang tidak cukup kuat untuk menarik larutan glukosa untuk masuk ke dalam ravioli. Oleh karena ravioli pada konsentrasi larutan glukosa 15 dan 22.5 o brix lebih mengkilap dan dapat mempertahankan bentuk dibandingkan pada larutan glukosa 7.5 o brix maka konsentrasi 15 dan 22.5 o brix dipilih sebagai media penyimpan ravioli. D. PEMBUATAN RAVIOLI SARI JERUK MEDAN Pembuatan ravioli dilakukan dengan menggunakan kombinasi formula natrium alginat (.6,.7, dan.8%), kalsium klorida (.6 dan.7%), dan larutan glukosa (15 dan 22.5 o brix). Langkah awal pembuatan ravioli adalah dengan mencampurkan sari jeruk yang telah disaring dengan natrium alginat. Pencampuran ini akan menghasilkan busa yang harus dihilangkan terlebih dahulu agar tidak mempengaruhi ravioli yang dihasilkan. Campuran natrium alginat dan sari jeruk perlu dilakukan pengecekan nilai ph. Apabila nilai ph dari campuran tersebut kurang dari 3.65 maka perlu dilakukan penambahan sodium sitrat. Sodium sitrat berfungsi sebagai pengatur keasaman larutan yang mencegah terjadinya endapan natrium alginat. Pada campuran natrium alginat.6,.7, dan.8% dan sari jeruk medan, ph yang dihasilkan adalah 5, 4.9, dan 4.9 sehingga tidak perlu dilakukan penambahan sodium sitrat. Campuran natrium alginat dan sari jeruk kemudian didropping ke larutan kalsium klorida. Waktu interaksi antara campuran natrium alginat dan sari jeruk dengan kalsium klorida yang optimal adalah 1-2 menit. Apabila kurang dari satu menit, ravioli cenderung tidak terbentuk, sedangkan jika lebih dari dua menit, ravioli cenderung mengeras. Gambar 4.2 menunjukkan diameter ravioli sari jeruk medan dengan menggunakan spherification kit ukuran ½, yaitu 1.6 cm. Ravioli berdiameter 1.6 cm memiliki berat rata-rata 2.3 g. d = 1.6 cm Gambar 4.2 Diameter ravioli Dalam proses pembuatannya, penambahan natrum alginat.6% lebih mudah didropping ke larutan kalsium klorida karena viskositasnya yang cukup rendah. Akan tetapi, proses pembentukan ravioli cenderung lebih sulit karena kestabilan ravioli kurang sehingga dihasilkan ravioli yang kurang bulat. Penambahan natrium alginat.7 dan.8% cenderung mudah dalam pembentukan ravioli walaupun dalam proses droppingnya lebih sulit dilepas dari spherification kit. Terlihat dalam Gambar 4.3 bahwa penambahan konsentrasi natrium alginat.8% dapat menghasilkan ravioli dengan bentuk lebih bulat dibandingkan dengan ravioli dengan penambahan natrium alginat.6 dan.7%. 13

5 Selain mempengaruhi dari terbentuknya ravioli, interaksi antara campuran sari jeruk dan natrium alginat dengan kalsium klorida juga mempengaruhi tingkat kemudahan proses dropping. Pada kombinasi konsentrasi natrium alginat.6% dan kalsium klorida.6%, proses dropping lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6% dan kalsium klorida.7%. Semakin banyak kation Ca 2+ yang mengikat alginat, maka proses ikatan silang lebih cepat dan lebih kuat sehingga proses dropping lebih sulit dilepaskan dari spherification kit. Begitu juga dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.7% dan kalsium klorida.6% lebih mudah proses droppingnya dibandingkan dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.7% dan kalsium klorida.7%. Penggunaan larutan glukosa 15 dan 22.5 o brix dapat membuat ravioli terlihat lebih mengkilap dan mempertahankan bentuknya. Secara visual, penyimpanan pada larutan glukosa 15 dan 22.5 o brix tidak menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Hasil dari penampakan visual ravioli berbagai kombinasi formula dapat dilihat pada Gambar 4.3. A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2 A3B1C1 A3B1C2 A3B2C1 A3B2C2 Gambar 4.3. Ravioli dalam berbagai jenis konsentrasi natrium alginat, kalsium klorida, dan larutan glukosa. 14

6 E. KARAKTERISTIK RAVIOLI SARI JERUK MEDAN Karakterisasi terhadap ravioli sari jeruk medan dilakukan untuk mengetahui mutu kimia dan fisik dari produk tersebut. Analisis dilakukan terhadap ravioli pada jam ke- dan ravioli pada jam ke-3 (gel ravioli) pada berbagai tingkat perlakuan. Parameter pengujian meliputi Vitamin C, total asam, total gula, total suspended solids, dan uji organoleptik. a. Vitamin C Penurunan kadar Vitamin C terjadi dari campuran alginat dengan sari buah jeruk ke ravioli sampai dengan gel ravioli. Vitamin C pada berbagai perlakuan ravioli berkisar mg/ g ravioli lebih rendah dari Vitamin C campuran natrium alginat dan sari jeruk yang berkisar mg/ g larutan, sedangkan pada gel ravioli berkisar mg/ g gel ravioli. Kandungan Vitamin C buah jeruk medan sebesar 52.8 mg/ g buah jeruk sehingga terjadi penurunan % Vitamin C pada ravioli sari jeruk medan. 6 Kadar Vit.C (mg/ g) Sari jeruk + Alginat Ravioli Gel ravioli Gambar 4.4. Histogram perubahan kadar Vitamin C sari jeruk dan natrium alginat, produk ravioli, dan gel ravioli. Penurunan ini dapat terjadi karena Vitamin C mudah terdegradasi oleh temperatur dan larut dalam air. Hasil sidik ragam terhadap kadar Vitamin C pada produk ravioli maupun gel ravioli menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata dari tiap-tiap perlakuan (Lampiran 4.2). Pengaruh interaksi antara masing-masing perlakuan konsentrasi juga tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>.5) terhadap produk ravioli. Tidak adanya pengaruh dari masing-masing konsentrasi natrium alginat, kalsium klorida, maupun larutan glukosa ini menjelaskan bahwa penambahan dari bahan-bahan tersebut tidak menyebabkan penurunan Vitamin C. Penurunan Vitamin C pada ravioli lebih cenderung disebabkan oleh pengaruh dari luar yaitu, temperatur, oksidasi, dan Vitamin C yang larut dalam air. Semakin lama penyimpanan semakin banyak pengaruh dari luar yang dapat mempengaruhi Vitamin C. Suhu pada larutan glukosa yang berfungsi sebagai media penyimpan perlu diperhatikan agar tidak terlalu tinggi karena dapat menyebabkan degradasi Vitamin C. Berdasarkan analisis T-student 15

7 (Lampiran 4.3), penurunan Vitamin C ravioli tidak berbeda nyata dengan total asam campuran sari jeruk dan natrium alginat. Begitu juga dengan penurunan Vitamin C pada gel yang tidak menunjukkan adanya beda nyata terhadap campuran sari jeruk medan dengan natrium alginat maupun dengan ravioli. b. Total Asam Penurunan total asam terjadi dari campuran alginat dengan sari buah jeruk ke ravioli. Total asam pada berbagai perlakuan ravioli berkisar mg/ g ravioli lebih rendah dari total asam campuran natrium alginat dan sari jeruk yang berkisar mg/ g larutan. Sedangkan total asam pada gel ravioli berkisar 6-92 mg/ g gel ravioli. Kandungan total asam buah jeruk medan sebesar 272 mg/ g buah jeruk sehingga terjadi penurunan % total asam pada ravioli jeruk medan. Penurunan ini terjadi pada semua tingkat perlakuan. Terjadinya penurunan total asam dikarenakan adanya penyimpanan ravioli pada larutan glukosa. Kontak yang terjadi antara ravioli dengan larutan glukosa menyebabkan asam-asam organik bebas yang terdapat dalam ravioli terikat oleh larutan glukosa sehingga asam-asam organik bebas tersebut menurun. 3 Total Asam (mg/g) Sari jeruk + Alginat Ravioli Gel ravioli Gambar 4.5. Histogram perubahan kadar total asam sari jeruk dan natrium alginat, produk ravioli, dan gel ravioli. Berdasarkan analisis ragam terhadap produk ravioli jeruk dapat dilihat pengaruh konsentrasi larutan glukosa memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P>.5) terhadap total asam ravioli yang dihasilkan (Lampiran 5.2). Uji lanjut LSD (Lampiran 5.2b) menyatakan bahwa larutan glukosa 15 o brix memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan larutan glukosa 22.5 o brix. Pada larutan glukosa 22.5 o brix, total asam ravioli lebih kecil dibandingkan dengan ravioli pada larutan glukosa 15 o brix. Penggunaan konsentrasi glukosa yang tinggi cenderung menurunkan total asam ravioli. Hal ini diduga disebabkan oleh tekanan osmotik dari glukosa dengan konsentrasi 22.5 o brix lebih tinggi sehingga mampu menarik keluar cairan ravioli lebih banyak dibandingkan dengan larutan yang konsentrasi glukosanya lebih rendah. Analisis ragam terhadap gel ravioli jeruk menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh larutan glukosa terhadap total asam gel ravioli. Kondisi gel yang telah jenuh 16

8 menyebabkan larutan glukosa tidak dapat masuk ke dalam ravioli sehingga tidak dapat mempengaruhi total asam ravioli. Berdasarkan analisis T-student (Lampiran 5.3), penurunan total asam ravioli tidak berbeda nyata dengan total asam campuran sari jeruk dan natrium alginat. Begitu juga dengan penurunan total asam pada gel yang tidak menunjukkan adanya beda nyata terhadap campuran sari jeruk medan dengan natrium alginat maupun dengan ravioli. c. Total Gula Histogram perubahan total gula menunjukkan terjadinya kecenderungan peningkatan total gula dari campuran alginat dengan sari buah jeruk ke ravioli. Total gula campuran natrium alginat dan sari jeruk yang berkisar %. Total gula pada berbagai perlakuan ravioli berkisar %. Sedangkan total gula pada gel ravioli berkisar %. Kandungan total gula buah jeruk medan sebesar 6.56% sehingga terjadi peningkatan %. Meningkatnya total gula ini dikarenakan semakin lamanya kontak larutan glukosa dengan ravioli. Lamanya kontak ini menyebabkan kandungan gula di ravioli semakin meningkat. Selama perendaman ravioli dalam larutan glukosa terjadi penetrasi larutan glukosa ke dalam membran ravioli yang menyebabkan total gulanya meningkat. Analisis ragam terhadap ravioli jeruk medan menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi larutan glukosa yang berbeda nyata (Lampiran 6.2). Hal ini ditunjukkan dari F hitung yang lebih besar daripada F tabel (p>.5). Ravioli pada larutan glukosa 22.5 o brix mempunyai total gula lebih besar larutan glukosa 15 o brix. Semakin besar konsentrasi larutan glukosa yang digunakan maka total gula ravioli akan semakin besar pula. Hal ini diduga adanya proses difusi glukosa ke dalam ravioli selama penyimpanan dalam larutan glukosa. Total gula (%) Sari Jeruk+Alginat Ravioli Gel Ravioli Gambar 4.6. Histogram perubahan kadar total gula sari jeruk dan natrium alginat, produk ravioli, dan gel ravioli. 17

9 Analisis ragam juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi konsentrasi natrium alginat dengan konsentrasi kalsium klorida memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap total gula ravioli yang dihasilkan (Lampiran 6.2b). Total gula ravioli tertinggi terdapat pada konsentrasi natrium alginat.6% dan konsentrasi kalsium klorida.6%. Total gula ravioli terendah terdapat pada konsentrasi natrium alginat.8% dan konsentrasi kalsium klorida.6%. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat dan kalsium klorida yang digunakan maka ravioli yang dihasilkan lebih cepat mengalami proses gelasi dan bagian permukaannya lebih tebal oleh gel. Struktur gel yang kuat terbentuk di permukaan jaringan membran ravioli menyebabkan penghambatan penetrasi sehingga total gula yang dihasilkan lebih rendah. Analisis ragam terhadap gel ravioli sari jeruk medan menunjukkan tidak adanya pengaruh konsentrasi natrium alginat, kalsium klorida, dan larutan glukosa yang berbeda nyata. Interaksi antar masing-masing konsentrasi juga tidak berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dari F hitung yang lebih besar daripada F tabel (p>.5). Ravioli telah membentuk struktur gel yang kuat sehingga masing-masing konsentrasi tidak dapat mempengaruhi nilai total gulanya. Berdasarkan analisis T-student (Lampiran 6.3), peningkatan total gula ravioli tidak berbeda nyata dengan total gula campuran sari jeruk dan natrium alginat. Begitu juga dengan peningkatan total gula pada gel yang tidak menunjukkan adanya beda nyata. d. Total Suspended Solids (TSS) Pada Gambar 4.7, terlihat bahwa TSS mengalami penurunan dari campuran alginat dengan sari jeruk ke gel ravioli. TSS campuran natrium alginat dan sari jeruk berkisar mg/l dan pada berbagai perlakuan ravioli berkisar mg/l. Nilai TSS semakin menurun pada gel ravioli yang berkisar mg/l. Penurunan TSS dari campuran natrium alginat dan sari jeruk ke ravioli sebesar %. Kadar TSS (mg/l) Sari jeruk + Alginat Ravioli Gel ravioli Gambar 4.7. Histogram perubahan kadar total suspended solids sari jeruk dan natrium alginat, produk ravioli, dan gel ravioli. 18

10 Total suspended solids merupakan zat-zat padat yang berada dalam suspensi. Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion yang terlarut. Campuran antara larutan natrium alginat dan sari jeruk mengalami perubahan fase menjadi sol (koloid yang mempunyai padatan tersuspensi dalam larutannya) dan kemudian menjadi gel (koloid tetapi mempunyai fraksi solid yang lebih besar daripada sol). Analisis ragam terhadap TSS ravioli sari jeruk medan menunjukkan adanya pengaruh yang nyata (p>.5) antara interaksi konsentrasi larutan glukosa dan kalsium klorida (Lampiran 7.2). TSS tertinggi terdapat pada ravioli dengan perlakuan kalsium klorida.7% dan larutan glukosa 15 o brix. TSS terendah terdapat pada ravioli dengan perlakuan kalsium klorida.6% dan larutan glukosa 15 o brix. Pada ravioli yang disimpan dalam larutan glukosa diduga terjadi difusi zat-zat padat keluar sistem sehingga padatan tersuspensi ravioli mengalami penurunan. Difusi yang diakibatkan adanya perbedaan konsentrasi glukosa juga dipengaruhi oleh kalsium klorida yang membentuk ravioli. Semakin tinggi kalsium klorida, maka membran ravioli semakin kuat sehingga zat-zat padat yang terdifusi sedikit dan padatan tersuspensi ravioli lebih tinggi. Berdasarkan analisis T-student (Lampiran 7.3), penurunan TSS ravioli tidak berbeda nyata dengan TSS campuran sari jeruk dan natrium alginat. Begitu juga dengan penurunan TSS pada gel yang tidak menunjukkan adanya beda nyata. F. UJI ORGANOLEPTIK Pengujian yang biasa dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen yang umum dilakukan biasa disebut dengan uji organoleptik. Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Uji ini menggunakan panelis yang mempunyai tingkat kesukaan dan kepekaan yang bervariasi. Panelis adalah orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Dalam pengujian ini yang menjadi panelis adalah panelis semi terlatih dengan jumlah 3 orang. Uji kesukaan juga disebut uji hedonik yang merupakan salah satu jenis uji penerimaan konsumen. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, panelis juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan atau skala hedonik yang digunakan untuk produk ravioli sari jeruk medan ini adalah skala penilaian 1-5. Pernyataan sangat suka bernilai 5, pernyataan suka bernilai 4, pernyataan netral bernilai 3, pernyataan agak tidak suka bernilai 2, pernyataan tidak suka bernilai 1. Dalam analisis data organoleptik tersebut, skala penilaian 1-5 dilakukan pengelompokkan menjadi tidak suka (skala penilaian 1-2), netral (skala penilaian 3), dan suka (skala penilaian 4-5). Karakteristik sensori untuk menentukan formula terbaik dari ravioli sari jeruk medan meliputi: aroma, warna, bentuk, kekenyalan, rasa, after taste, dan penerimaan umum. Tingkat % kesukaan panelis dapat dilihat pada Lampiran 8. a. Aroma Pada gambar 4.8, secara umum panelis memberikan penilaian netral terhadap aroma ravioli kecuali pada ravioli dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A3B2C1) yang dominan disukai oleh panelis. Produk ravioli A3B2C1 merupakan ravioli yang paling disukai panelis dengan respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar 53.33%. Sedangkan tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli jeruk dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.6%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B1C1) dengan respon kumulatif ketidaksukaan 16.67%. 19

11 % kesukaan suka netral tidak suka Gambar 4.8. Histogram nilai kesukaan panelis terhadap aroma ravioli sari jeruk medan Aroma merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas bahan makanan. Dalam industri pangan, uji terhadap aroma dianggap penting karena dengan cepat dapat dianggap memberikan penilaian terhadap hasil produknya, apakah produk tersebut disukai atau tidak oleh konsumen. Aroma dihasilkan dari senyawa-senyawa volatil yang dikandung dari bahan-bahan yang menyusun suatu produk pangan. Aroma dari ravioli didominasi oleh aroma khas jeruk medan walaupun selama proses pembuatan terdapat kemungkinan komponen volatil aroma yang hilang. Natrium alginat tidak mengandung bahan-bahan volatil sehingga aroma yang timbul pada produk ravioli tidak dipengaruhi oleh natrium alginat. Panelis cenderung menyukai ravioli dengan konsentrasi natrium alginat.8%. Pada konsentrasi natrium alginat.8% flavor jeruk pada ravioli lebih menonjol karena mampu memerangkap flavor lebih kuat dibandingkan natrium alginat.6 dan.7%. Secara umum penerimaan konsumen terhadap aroma ravioli sari jeruk medan adalah netral. Penilaian netral kemungkinan dikarenakan aroma ravioli yang tidak cukup kuat mempengaruhi sensori panelis. b. Warna Secara umum panelis menyukai warna ravioli sari jeruk medan. Berdasarkan Gambar 4.9 diketahui produk yang paling disukai panelis berdasarkan warna dari ravioli adalah produk ravioli A2B2C1 dan A3B2C. Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A2B2C1 dan A3B2C2 adalah 66.67%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli sari jeruk medan A1B1C1 dengan respon kumulatif ketidaksukaan 53.33%. 2

12 7 % Tingkat kesukaan Suka netral Tidak suka Gambar 4.9. Histogram nilai kesukaan panelis terhadap warna ravioli sari jeruk medan Warna merupakan salah satu faktor visual yang menentukan penerimaan dari suatu produk. Makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik terkadang tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak menarik dipandang atau memberikan kesan telah menyimpang dari warna seharusnya. Hal ini membuat warna juga memegang peranan penting dalam penerimaan terhadap produk makanan. Warna pada ravioli jeruk medan dipengaruhi oleh warna kuning dari jeruk medan. Natrium alginat berdasarkan mutu food grade, harus bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga terang atau putih. Warna dari ravioli juga dipengaruhi oleh adanya larutan glukosa sebagai media penyimpan, yaitu warna ravioli terlihat lebih mengkilap. Kesukaan panelis terhadap ravioli A2B2C1 dan A3B2C2 menunjukkan bahwa larutan glukosa dengan konsentrasi 22.5 o brix tidak memberikan pengaruh warna yang lebih menarik dibandingkan dengan ravioli pada larutan glukosa 15 o brix. Warna putih pada natrium alginat tidak mempengaruhi perubahan warna dari sari jeruk medan. c. Bentuk Berdasarkan Gambar 4. diketahui produk yang paling disukai panelis berdasarkan bentuk dari ravioli adalah produk ravioli dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A3B2C1). Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A3B2C1 adalah 73.33%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli sari jeruk medan dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.6%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B1C1) dengan respon kumulatif ketidaksukaan 36.67%. Bentuk dari ravioli dipengaruhi oleh penambahan konsentrasi natrium alginat dan kalsium klorida. Apabila penambahan kedua bahan tersebut tidak dalam rentang yang tepat maka ravioli cenderung tidak terbentuk. Bentuk produk memegang peranan penting dalam hal penerimaan 21

13 konsumen karena penilaian awal dari suatu produk adalah penampakan bentuk yang dipertimbangkan secara visual. Faktor bentuk akan menjadi nilai utama dan terkadang menjadi nilai penentu akan diterima atau tidaknya suatu produk. Penampakan bersifat subjektif bergantung dari jenis produk, tingkat kesukaan konsumen, serta kewajaran kualitas suatu produk yang baik dalam pandangan konsumen. % tingkat kesukaan suka netral tidak suka Gambar 4.. Histogram nilai kesukaan panelis terhadap bentuk ravioli sari jeruk medan Ravioli A3B2C1 merupakan ravioli dengan bentuk yang paling disukai oleh panelis. Penggunaan natrium alginat dan kalsium klorida sangat mempengaruhi bentuk ravioli yang dihasilkan. Ravioli dengan penggunaan natrium alginat.8% menghasilkan yang bentuk ravioli lebih cenderung bulat dan stabil sehingga lebih menarik. Sedangkan ravioli dengan natrium alginat.6% tidak disukai panelis karena bentuknya yang tidak bulat sempurna dan tidak cukup stabil. Peningkatan konsentrasi natrium alginat akan meningkatkan kekentalan. Semakin tinggi daya ikat air dan kekentalannya, makin besar pula penguatan struktur gelnya sehingga bentuk ravioli yang dihasilkan lebih stabil. d. Kekenyalan Berdasarkan Gambar 4.11, produk yang paling disukai panelis berdasarkan kekenyalan dari ravioli adalah produk ravioli dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A3B2C1). Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A3B2C1 adalah 66.67%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli sari jeruk medan dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.6%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B1C1) dan konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B2C1) dengan respon kumulatif ketidaksukaan 3%. 22

14 7 % tingkat kesukaan suka netral tidak suka Gambar Histogram nilai kesukaan panelis terhadap kekenyalan ravioli sari jeruk medan Nilai kekenyalan dipengaruhi oleh banyaknya natrium alginat yang ditambahkan. Semakin banyak natrium alginat yang ditambahkan ke dalam formula ravioli jeruk medan maka akan semakin mengurangi sari jeruk dalam ravioli. Kekenyalan ravioli cenderung naik dengan meningkatnya konsentrasi natrium alginat yang ditambahkan. Panelis cenderung menyukai ravioli dengan penambahan natrium alginat sebesar.8%. Ravioli dengan penambahan natrium alginat.8% menghasilkan ravioli dengan mouthfeel yang lebih kenyal dan gel yang lebih kuat. Umumnya penguatan struktur gel erat hubungannya dengan kemampuan daya ikat air oleh natrium alginat dan kekentalannya (rasio natrium alginat dan sari jeruk). Daya ikat air dan kekentalan yang semakin tinggi akan menyebabkan penguatan struktur gelnya. e. Rasa Pada Gambar 4.12, produk yang paling disukai panelis berdasarkan rasa dari ravioli adalah produk ravioli A3B2C1. Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A3B2C1 adalah 6%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli sari jeruk medan A1B2C1, A1B2C2, A2B1C1, A2B1C2, dan A2B2C2 dengan respon kumulatif ketidaksukaan adalah 2%. Pengaruh rasa dari ravioli lebih banyak didominasi oleh rasa jeruk itu sendiri dan larutan glukosa. Jeruk medan memiliki rasa manis dengan sedikit rasa asam. Ravioli A3B2C1 memiliki kadar Vitamin C sebesar 37.4 mg/ g, total asam 148 mg/ g, total gula 6.56%, dan total suspended solids 1 mg/l. Kadar Vitamin C dan total asam ravioli A3B2C1 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kadar Vitamin C dan total asam ravioli dengan perlakuan lainnya. 23

15 % tingkat kesukaan suka netral tidak suka Gambar Histogram nilai kesukaan panelis terhadap rasa ravioli sari jeruk medan Panelis menyukai ravioli dengan tingkat kemasaman yang cenderung tinggi. Adanya larutan glukosa sebagai media penyimpan memberikan pengaruh rasa manis pada ravioli. Panelis cenderung menyukai ravioli dengan tingkat kemanisan yang tidak terlalu tinggi, yaitu ravioli pada larutan glukosa 15 o brix dibandingkan dengan ravioli pada larutan glukosa 22 o brix. Hal ini juga terlihat dari total gula ravioli A3B2C1 yang cenderung lebih rendah dibandingkan ravioli dengan perlakuan lainnya. Natrium alginat tidak memiliki rasa yang khas atau memiliki rasa yang netral sehingga penambahan natrium alginat dalam formulasi ravioli sari jeruk medan dengan kisaran.6-.8% tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap rasa ravioli. f. After Taste Berdasarkan Gambar 4.14, produk yang paling disukai panelis berdasarkan after taste dari ravioli adalah produk ravioli dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 22.5 o brix (A3B2C2). Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A3B2C2 adalah 4%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli jeruk dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B2C1) dengan respon kumulatif ketidaksukaan 26.67%. After taste pada ravioli dapat timbul dari rasa buah jeruk dan larutan kalsium klorida. Sari jeruk buah jeruk yang tidak diperas dengan hati-hati akan menimbulkan rasa pahit yang mempengaruhi after taste dari ravioli. Larutan kalsium klorida mempunyai rasa asin, sehingga apabila ravioli tidak dibilas dengan air akan memunculkan taste yang tidak diinginkan. 24

16 % tingkat kesukaan suka netral tidak suka Gambar Histogram nilai kesukaan panelis terhadap after taste ravioli sari jeruk medan Ravioli A3B2C2 memiliki kadar Vitamin C sebesar 37.4 mg/ g, total asam 152 mg/ g, total gula 6.63 %, dan total suspended solids mg/l. Kadar total asam ravioli A3B2C2 merupakan kadar total asam tertinggi dibandingkan dengan total asam ravioli yang lainnya. Tingkat kemasaman dari jeruk medan yang cukup tinggi dapat meninggalkan rasa sepet pada lidah. Rasa sepet dari ravioli tidak begitu terasa dikarenakan adanya larutan glukosa yang menutupi rasa sepet tersebut. Larutan glukosa 22.5 o brix diduga lebih dapat menutupi rasa sepet dari sari jeruk medan dibandingkan larutan glukosa 15 o brix. g. Penerimaan Umum Secara umum berdasarkan atribut aroma, rasa, warna, bentuk, kekenyalan, dan after taste panelis memberikan penilaian terhadap ravioli jeruk medan seperti pada Gambar Hasil penerimaan umum ini dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan ravioli jeruk medan tersebut dapat diterima konsumen atau tidak sehingga dapat dijadikan indikasi cepat tidaknya peluang produk dijual di pasaran. Berdasarkan Gambar 4.17 dapat diketahui produk yang paling disukai panelis berdasarkan bentuk dari ravioli adalah produk ravioli dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix (A3B2C1). Respon kesukaan panelis yang diperoleh berdasarkan jumlah kumulatif pernyataan suka dan sangat suka sebesar pada A3B2C1 adalah 66.67%. Tingkat kesukaan panelis terendah pada produk ravioli jeruk dengan kombinasi konsentrasi natrium alginat.6%, kalsium klorida.1%, dan larutan glukosa 15 o brix (A1B1C1) dengan respon kumulatif ketidaksukaan mencapai 26.67%. 25

17 % tingkat kesukaan suka netral tidak suka Gambar 4.14 Histogram nilai kesukaan panelis terhadap penerimaan umum ravioli sari jeruk medan Ravioli A3B2C1 memiliki kadar Vitamin C sebesar 37.4 mg/ g, total asam 148 mg/ g, total gula 6.56%, dan total suspended solids 1 mg/l. Secara umum panelis menyukai produk ravioli dengan tingkat kemasaman dan kadar Vitamin C yang tinggi serta adanya rasa manis dari larutan glukosa yang tidak terlalu tinggi. Panelis cenderung menyukai ravioli dengan penambahan konsentrasi natrium alginat sebesar.8% dengan rentang kesukaan %. Pada ravioli A3B2C1 yang merupakan formula terbaik berdasarkan uji organoleptik, dihasilkan ravioli dengan bentuk yang bulat stabil, kekenyalan yang tinggi, serta mouth feel yang lembut dan kenyal. G. PROFIL BIAYA BAHAN BAKU Profil biaya bahan baku pembuatan ravioli sari jeruk medan hanya memperhatikan harga bahan baku dan rendemen yang dihasilkan. Berdasarkan neraca massa pada Lampiran 9 dan dengan basis 1 kg buah jeruk didapatkan rendemen sari jeruk setelah penyaringan sebesar 35.2%. Perhitungan ini berdasarkan formula terbaik hasil uji kesukaan konsumen serta mempertimbangkan karakteristik ravioli, yaitu natrium alginat.8%, kalsium klorida.7%, dan larutan glukosa 15 o brix. Berat ravioli akhir yang didapat dengan menggunakan 1 kg buah jeruk adalah g. Berat rata-rata ravioli 2.3 per butir maka didapatkan sekitar 131 butir ravioli per 1 kg buah jeruk. Dalam pemasarannya, ravioli dijual dengan mengombinasikan dengan jus melon. Jika asumsi ravioli yang ditambahkan di jus melon adalah 8 butir per cup maka dapat dihasilkan 16 cup. Berikut adalah perhitungan total biaya pembuatan ravioli dengan penambahan jus melon: 26

18 a. Buah jeruk 1 15,. per kg = Rp 3,. b. Natrium alginat ,5. per kg = Rp 2, c. Kalsium klorida ,5. per kg = Rp d. Air mineral 12,. per gallon (4 ml untuk melarutkan kalsium klorida, 16 ml untuk pembuatan larutan glukosa) = Rp 1, e. Glukosa per kg (Larutan glukosa 15 o brix setara dengan 19.6 g glukosa dalam ml air) = Rp 3,136. f. Kemasan Rp. = Rp. g. 16 cup jus melon sebagai penyajiannya (Asusmsi harga jus Rp 3,.) = Rp 48,. + Total biaya pembuatan ravioli = Rp 86,79.42 Total biaya pembuatan ravioli adalah Rp 86,79.42, maka harga pokok per cupnya adalah Rp 5, Jika harga di pasaran dijual sebesar Rp 7,. per cup maka akan didapatkan keuntungan Rp 2, dalam basis per 1 kg buah jeruk. Saat ini usaha produk ravioli telah dikembangkan di Tangerang dengan bahan baku kopi. Harga jual per butir ravioli kopi dengan tambahan susu adalah Rp 17,.. Perbandingan harga ini menunjukkan bahwa ravioli sari jeruk medan cukup kompetitif untuk dikembangkan di pasaran. 27

PEMBUATAN RAVIOLI SARI JERUK MEDAN DENGAN TEKNIK SPHERIFICATION

PEMBUATAN RAVIOLI SARI JERUK MEDAN DENGAN TEKNIK SPHERIFICATION PEMBUATAN RAVIOLI SARI JERUK MEDAN DENGAN TEKNIK SPHERIFICATION SKRIPSI MELISA CONSTANTIA F 34080130 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 THE PROCCESSING OF MEDAN CITRUS RAVIOLI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. SPHERIFICATION Spherification adalah suatu teknik yang mempertemukan antara bahan natrium alginat dengan kalsium klorida sehingga dihasilkan produk berbentuk bulatan dengan bagian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Organoleptik 1. Aroma Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan dijelaskan karena ragamnya yang begitu besar, agar menghasilkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Hasil 4... Penelitian Pendahuluan Sebelum dilakukan penelitian utama, terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan pembuatan permen cokelat dengan penambahan daging ikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan. Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Asam Malat dan Vitamin C terhadap Penerimaan Sensori Minuman sari buah jeruk memiliki karakteristik rasa asam dan apabila ditambahkan vitamin C dalam produk akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009 26 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Hasil foto SEM dengan perbesaran 50 kali memperlihatkan perbedaan bentuk permukaan butiran yang sudah mengandung sel Lactobacillus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Gorontalo. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan memiliki fungsi utama sebagai penyedia nutrien untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu, diketahui bahwa makanan juga dapat membantu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk Bali (Citrus grandis) memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dalam 100 g bagian, yaitu sebanyak 43 mg dan vitamin A sebanyak 20 SI (Satuan Internasional),

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI LIMBAH MINYAK Sebelum ditambahkan demulsifier ke dalam larutan sampel bahan baku, terlebih dulu dibuat blanko dari sampel yang diujikan (oli bekas dan minyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan target penempatan fortifikan yang tepat pada formula wafer krim. Percobaan pertama dimulai dengan kombinasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Jeruk dan Sari Jeruk Siam tanpa Penambahan Siklodekstrin dan Selulosa Asetat Karakteristik jeruk Siam dilakukan dengan pengukuran bobot

Lebih terperinci

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri nata de coco di Indonesia saat ini tumbuh dengan pesat dikarenakan nata de coco termasuk produk makanan yang memiliki banyak peminat serta dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 18 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. Hale International dan Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.Penelitian dilakukan mulai bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering Uji pembedaan segitiga dilakukan untuk melihat perbedaan ikan teri hasil perlakuan dengan ikan teri komersial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industry pengolahan pangan dalam menciptakan

Lebih terperinci

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar 17 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Sifat Fisik dan Kimiawi Susu Kambing Segar Analisis sifat fisik dan kimiawi susu kambing segar sebagai bahan baku untuk pembuatan yogurt pada penelitian ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang masih digemari dari setiap kalangan baik orang dewasa maupun anak-anak, karena es lilin mempunyai rasa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Kerupuk Jagung 4.1.1 Pencampuran Adonan Proses pencampuran adonan ada dua kali yaitu dengan cara manual (tangan) dan kedua dengan menggunakan mixer. Langkah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies 4. PEMBAHASAN Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah buah jeruk keprok Malang yang masih mentah. Hal ini disebabkan karena pada buah yang belum matang lamella belum mengalami perubahan struktur

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakso Ayam Bakso merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari daging. Dihasilkan dengan mencampur daging, garam, bawang, dan tepung tapioka menjadi adonan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Susu Kedelai Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer di Indonesia. Buah naga mengandung antara lain vitamin C, betakaroten, kalsium,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007). I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. La tar Belakang Velva adalah campuran dari puree buah (hancuran buah dalam bentuk bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu produk pertanian unggulan yang banyak dihasilkan di Indonesia sebagai negara agraris. Jenis buah yang dihasilkan sangat beragam dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Formulasi Minuman Sari Buah Duwet Tahap pertama dari penelitian ini adalah pembuatan minuman sari buah dengan bahan dasar buah duwet. Pembuatan minuman sari buah dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN Combination Cassava Flour with Sago Starch to Quality of Banana s Heart and Fish MeatBall Dyah Ayu Ariani (0906121514)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Kimia pada Yoghurt dengan Penambahan Ekstrak Buah Jambu Biji Bangkok (Psidium guajava L.) Rerata hasil analisis statistik untuk uji kualitas kimia yang meliputi

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata 4. PEMBAHASAN Nata merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari fermentasi substrat dengan bantuan mikroba yaitu Acetobacter xylinum. Selama proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari A.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif Hasil analisis karakterisasi arang dan arang aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995 dapat dilihat pada Tabel 7. Contoh Tabel 7. Hasil

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Ekstasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Ekstrasi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol diikuti dengan penguapan menghasilkan ekstrak kental berwarna coklat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, jagung juga

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK SPHERIFICATION DALAM PEMBUATAN RAVIOLI SEMANGKA MERAH (Citrullus vulgaris Schard) SKRIPSI DESTANIA ARDIYANINGTYAS F

APLIKASI TEKNIK SPHERIFICATION DALAM PEMBUATAN RAVIOLI SEMANGKA MERAH (Citrullus vulgaris Schard) SKRIPSI DESTANIA ARDIYANINGTYAS F APLIKASI TEKNIK SPHERIFICATION DALAM PEMBUATAN RAVIOLI SEMANGKA MERAH (Citrullus vulgaris Schard) SKRIPSI DESTANIA ARDIYANINGTYAS F34080048 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL Pada awal penelitian ini, telah diuji coba beberapa jenis bahan pengental yang biasa digunakan dalam makanan untuk diaplikasikan ke dalam pembuatan

Lebih terperinci