Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin Pada Penderita Gout Arthritis Rawat Jalan Di Puskesmas Tuminting

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin Pada Penderita Gout Arthritis Rawat Jalan Di Puskesmas Tuminting"

Transkripsi

1 528 Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin Pada Penderita Gout Arthritis Rawat Jalan Di Puskesmas Tuminting Stevyna Barangmanise 1 Yani Karundeng 2 Yulandari Latif 3 1 RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang Manado, 2 Jurusan Keperawatan Poltekkes Manado, 3 Jurusan Gizi Poltekkes Manado ABSTRACT Gout is a disease of purine metabolic abnormalities in which there is excessive production of uric acid (hyperuricemia) or excessive buildup of uric acid in the body. This study aims to determine the eating habits of high purine diet in patients with outpatient gout arthritis in the Tuminting public health center. The type of this research is descriptive observational research using food consumption survey method. This research was conducted in June Place of research at Tumunting Health Center Manado. The population in this study were all outpatient gout arthritis patients at Tuminting Health Center who were determined using consecutive sampling with criteria that is: men and women aged years, willing to be respondents, the sample size in this study was determined by proportion in the limited population amounted to 30 samples. The results of examination of uric acid levels of respondents in this study men have a mean of uric acid levels 7.8 mg / dl lowest 7.3 mg / dl and highest 10.2 mg / dl and for women have a mean of uric acid level 6.7 mg / dl lowest 6.3 mg / dl and highest 7.9 mg / dl. The frequency of eating most of the respondents often ate foods high in purines and foods with moderate levels of purine content. The most commonly eaten source of the most frequently consumed purine ingredients is beef liver and sardines. While the food sources that contain the most frequently consumed purin are kale, tofu, tempeh, tuna and beans. Suggestions to the respondents in this study were to select and consume food that is low purine and avoid alcohol consumption. Keywords: High Eating Habits Purin, Gout Arthritis PENDAHULUAN Penyakit asam urat disebut pula dengan istilah gout arthritis atau pirai dan termasuk bagian-bagian dari reumatik. Penyakit ini akan muncul saat terjadi penumpukan kristal asam urat (monosodium urat) pada sendi akibat kadar asam urat yang terlalu berlebihan di dalam darah. Jika kadar asam urat didalam darah terlalu berlebihan maka ginjal tidak mampu lagi mengatur kestabilannya (Noormindhawati, 2014). Berdasarkan survei WHO tahun 2004, Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 di dunia yang penduduknya menderita asam urat dan berdasarkan sumber dari Buletin Natural, di Indonesia penyakit asam urat 35% terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl. Kadar asam urat yang lebih dari 7mg/dl untuk laki-laki dan 6 mg/dl untuk perempuan disebut hiperurisemia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan untuk prevalensi penyakit sendi secara nasional berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) yaitu 24,7%. Untuk prevalensi

2 529 penyakit sendi pada umur 15 tahun berdasarkan provinsi, prevalensi untuk Kota Manado berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (D) sebesar 7,2% dan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala (D/G) sebesar 14,2% (Riskesdas, 2013). Prevalensi penyakit sendi berdasar diagnosis di provinsi Sulawesi Utara 10,3% dan berdasar diagnosis dan gejala 19,1%. Prevalensi berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bolaang Mongondow(18,0%), diikuti Bolaang Mongondow Selatan (12,7%), Bolaang Mongondow Utara dan Kepulauan Talaud masing-masing 12,6%, dan Minahasa sebesar 11,8%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Bolaang Mongondow Selatan (31,8%), diikuti Kepulauan Talaud (29,4%), Bolaang Mongondow (27,5%), dan kota Tomohon sebesar 23,8% (Riskesdas, 2013). Penderita asam urat yang datang berobat rutin di wilayah kerja Puskesmas Tuminting dari bulan Januari sampai bulan April 2016 berjumlah 107 orang (Laporan Puskesmas Tuminting, 2016). Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut tentang Bagaimana kebiasaan makan makanan tinggi purin pada penderita Gout Arthritis rawat jalan di Puskesmas Tuminting. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan makan makanan tinggi purin pada penderita gout arthritis rawat jalan di Puskesmas Tuminting. Manfaat Penelitian ini adalah Untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi masyarakat agar mampu untuk mencegah secara mandiri penyakit gout dan menjadi acuan bagi Puskesmas dalam peningkatan pelayanan bagi kesehatan masyarakat. Uric acid atau asam urat merupakan produk akhir dari proses katabolisme purin. Purin termasuk salah satu komponen asam nukleat dan terdapat pada inti sel semua makhluk hidup. Purin menjadi salah satu struktur kimia pembentuk DNA dan termasuk kelompok nonesensial dalam tubuh. Oleh karena itu, purin bisa ditemukan pada setiap sel-sel tubuh, termasuk pada setiap bahan makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Selain itu, purin juga bisa terbentuk akibat perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara alami maupun akibat suatu penyakit (Noormindhawati, 2014). Gout adalah penyakit kelainan metabolisme purin dimana terjadi produksi asam urat berlebihan (hiperurisemia) atau penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan. Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan sendi dan pembengkakan sendi. Penyakit gout di masyarakat lebih dikenal dengan istilah penyakit asam urat (Suiraoka, 2012). Faktor yang berperan terhadap terjadinya gout yaitu faktor keturunan dengan adanya riwayat gout dalam keluarga, pola makan dengan tinggi protein dan kaya senyawa purin lainnya, konsumsi alkohol yang berlebihan, hambatan pembuangan asam urat karena

3 530 penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat, penggunaan antibiotika secara berlebihan yang menyebabkan berkembangnya jamur, bakteri, dan virus menjadi lebih ganas, penyakit tertentu pada darah yang menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme tubuh, obesitas, serta faktor lainnya seperti stress, cedera sendi, hipertensi, dan olahraga berlebihan (Suiraoka, 2012). Makanan yang perlu di hindari untuk mencegah penaikan kadar asam urat dalam darah yaitu makanan yang banyak mengandung purin tinggi, penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin : 1. Tinggi Purin mg/100 g bahan pangan adalah otak, jeroan, daging angsa, daging dara, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alcohol, ragi dan makanan yang diawetkan. 2.Sedang purin mg/100 g bahan pangan adalah ikan tongkol, tenggiri, bawal,ikan teri, bandeng, daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe. Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari. 3. Rendah purin mg/100 g bahan pangan adalah kelompok serealia, sayuran dan buah segar kecuali yang berada di golongan tinggi dan sedang. Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Umumnya karena pola makan yang tidak seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi) (Utami,2009). Asam urat juga terbentuk sebagai hasil metabolism protein, maka beberapa ahli juga menyarankan agar si penderita juga melakukan diet rendah protein yang kaya akan asam amino yang mengandung belerang. Oleh karena itu, diet yang diberikan kepada penderita batu ginjal asam urat harus diet yang tinggi sisa basanya dan yang kandungan asam aminonya mengandung belerang rendah. Umumnya sayuran dan buah-buahan dapat diberikan dalam jumlah banyak. Namun ada beberapa sayuran yang sebaiknya dibatasi seperti asparagus, bayam, kacang polong, kacang buncis, kembang kol dan jamur (Almatsier, 2008 : Mutia, 2010). Asam urat terbentuk karena hiperurisemia, dehidrasi, atau kadar Ph urin yang rendah (bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi umumnya menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin. Oleh sebab itu, disamping meningkatkan asupan cairan dan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi, perlu di usahakan untuk meningkatkan Ph urin (Rina Yenna : Diah Krisnatuti, 2008). Pengolahan pangan, terutama perebusan, dapat menurunkan kandungan purin karena purin lepas kedalam air rebusan. Pada perebusan daging, ikan, maupun udang, nukleotida

4 531 protein akan keluar. Zat tersebut dikenal sebagai kaldu. Demikian juga pengolahan kedelai mentah menjadi tempe atau tahu, akan menurunkan kandungan purin bahan pangan (Apriyanti, 2014). Sumber makanan yang termasuk berkadar purin/pirimidin tinggi bisa dilihat pada table berikut: Tabel 1. Kandungan purin bahan makanan Sumber makanan Kadar Purin (mg/100 gram) Teobromin (kefein coklat) 2,3 Limpa kambing 773 Hati sapi 554 Ikan sarden 480 Jamur kuping 448 Limpa sapi 444 Daun melinjo 366 Paru sapi 339 Bayam, kangkung 290 Ginjal sapi 269 Jantung sapi 256 Hati ayam 243 Jantung kambing/domba 241 Ikan teri 239 Udang 234 Biji melinjo 222 Daging kuda 200 Kedelai dan kacang-kacangan 190 Dada ayam dengan kulitnya 175 Daging ayam 169 Daging angsa 165 Lidah sapi 160 Ikan kakap 160 Tempe 141 Daging bebek 138 Kerang 136 Udang lobster 118 Tahu 108 (sumber: penuntun DIET, Instansi Gizi RSCM dan Asosiasi Dietensien Indonesia) Apabila kadar asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu mengatur keseimbangannya, maka akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Pada saat kadar asam urat tinggi dan tidak segera diobati dapat menyebabkan penyakit batu ginjal. Tanda dan gejala asam urat adalah terjadinya peningkatan asam urat serum, nyeri hebat yang datang tiba-tiba, pergerakan kaku, mudah merasa letih dan lesu, kemerahan di kulit, sakit tenggorokan, nafsu makan berkurang, lidah berwarna merah (gusi berdarah). Penyakit gout yang berkaitan dengan peningkatan asam urat tidak begitu dikenal masyarakat, sebagian besar masyarakat menyebutnya penyakit asam urat.

5 532 Jenis Bahan Tabel 2. Kandungan Purin Dalam 100 Gram Bahan Makanan Golongan A ( mg) Golongan B ( mg) Karbohidrat - - Protein Hewani Protein Nabati Hati, ginjal, otak, jantung, jeroan, ekstrak daging/kaldu, remis, kerang, bebek, sarden, dan makarel - Ikan (selain Gol. A), daging sapi, ayam, udang, dan kerang Kacang kering dan olahannya, tahu serta tempe Golongan C (0-9 mg) (Dapat Diabaikan) Nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, dan tepung beras keju, susu, dan telur Lemak - - Lemak dan minyak Sayuran - Buahbuahan Lain-lain Asparagus, bayam, daun singkong, kangkung, serta daun dan biji melinjo - Selain golongan B - - Semua Alkohol,ragi, dan makanan yang diawetkan (Sumber : Almatsier, 2004) Menurut Persagi, syarat diet bagi penderita gout yaitu sebagai berikut: 1. Pembatasan purin - Cake, kue kering, dan puding Apabila terjadi pembengkakan sendi atau kadar asam urat serum lebih dari 10 mg/dl, penderita harus diberikan diet bebas purin. Namun, kenyataannya tidak mungkin merencanakan diet tanpa purin karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein. Diet yang normal biasanya mengandung mg purin/hari. Oleh karena itu diet bagi penderita gout harus dikurangi kandungan purinnya hingga kira-kira hanya mengkonsumsi sekitar mg purin/hari. 2. Kalori sesuai dengan kebutuhan Jumlah konsumsi kalori harus betul-betul diperhatikan hingga sesuai dengan kebutuhan tubuh yang didasarkan pada tinggi dan berat badan individu. Bagi penderita gout yang kelebihan berat badan harus menurunkan berat badannya dengan memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Jumlah kalori di sesuai kebutuhan dan dijaga agar berat badan tidak dibawah normal atau kurang gizi. Kekurangan kalori akan meningkatkan asam urat serum dengan adanya keton bodies yang dapat mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. Demikian juga halnya yang akan terjadi jika penderita menjalani puasa atau diet yang ketat.

6 533 Pada penderita yang gemuk, konsumsi kalori perlu dikurangi 10-15% dari total konsumsi kalori yang normal setiap harinya. Dengan demikian, kelebihan berat badan dapat diturunkan secara bertahap. Untuk mengatasi rasa lapar akibat pembatasan kalori, penderita dapat mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar, dengan mengkonsumsi buah dan sayur, dapat memberikan rasa kenyang. Kadar airnya yang tinggi sangat baik dalam membantu melarutkan kelebihan asam urat dalam serum. 3. Tinggi karbohidrat Karbohidrat diberikan sesuai dengan kebutuhan kalori. Ada dua jenis karbohidrat yang biasa dikonsumsi, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks, seperti nasi, singkong, ubi, sangat baik dikonsumsi oleh penderita gout karena dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Oleh karena itu konsumsi karbohidrat kompleks disarankan tidak kurang dari 100 g/hari. Namun, penderita gout harus mengurangi konsumsi karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirup. Konsumsi fruktosa tersebut dapat meningkatkan kadar asan urat serum. 4. Rendah protein Penderita gout diberikan diet rendah protein karena protein dapat meningkatkan produksi asam urat, terutama protein yang berasal dari bahan makanan hewani. Sumber makanan yang mengandung protein tinggi misalnya hati, ginjal, otak paru dan limpa. Sumber protein yang dianjurkan adalah protein nabati yang berasal dari tumbuhan dan protein yang berasal dari susu, keju dan telur. 5. Rendah lemak Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Oleh karena itu penderita gout sebaiknya diberi diet rendah lemak. Penderita harus membatasi makanan yang digoreng dan bersantan serta menghindari penggunaan margarin (berasal dari produk nabati) atau mentega (berasal dari produk hewani). Demikian pula dengan buah yang kandungan lemaknya tinggi seperti avokad dan durian, konsumsinya dibatasi. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Tempat penelitian di Puskesmas Tumunting Manado. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gout Rawat Jalan di Puskesmas Tuminting yang ditentukan menggunakan consecutif sampling dengan kriteria yaitu : laki-laki dan perempuan berusia tahun, bersedia untuk menjadi

7 534 responden, besar sampel untuk data proporsi pada populasi terbatas berjumlah 30 sampel. Definisi Operasional variabel dalam penelitian ini antara lain : 1. Penderita gout adalah penderita yang di diagnosa dokter dengan kadar asam urat diatas normal, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan rentang umur tahun. 2. Kebiasaan makan adalah perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhan individu yang meliputi jumlah, jenis dan frekuensi makanan tinggi purin diperoleh dengan menggunakan Formulir semi Food Frequency questionnaire (FFQ). 3. Frekuensi makan makanan tinggi purin adalah berapa kali dalam seminggu asupan purin yang dimakan oleh penderita. 4. Jumlah makanan tinggi purin adalah berapa banyak bahan makan tinggi purin yang dimakan oleh penderita gout dalam sekali makan yang diukur dalam satuan gram. 5. Jenis makanan tinggi purin adalah bahan makanan yang mengandung zat purin tinggi yang sering dimakan oleh penderita yaitu kerang, daging bebek, daging angsa, burung dara, ikan sarden, alkohol, ginjal sapi, otak sapi, hati sapi, jantung sapi, paru sapi dan telur ikan. 6. Kadar asam urat adalah angka yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium yang di klasifikasikan normal untuk laki-laki 7 mg/dl, tinggi jika > 7 mg/dl dan untuk perempuan 6 mg/dl, tinggi jika > 6 mg/dl. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Formulir pengambilan data identitas responden 2. Formulir Semi Food Frequncy questionnaire (FFQ) 3. Alat pengukur kadar asam urat (nesco multi check) HASIL Letak wilayah kerja Puskesmas Tuminting bervariasi selain didaerah dataran ada yang tinggal di daerah dekat pesisir pantai sebagian kelurahan sindulang satu, sindulang dua, karangria, maasing, tumumpa satu dan tumumpa dua ada yang di bantaran sungai sebagian kelurahan mahawu dan daerah rawan longsor yaitu terdapat sebagian di kelurahan mahawu, tuminting dan sindulang satu. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, untuk Puskesmas Tuminting yaitu : 1. Upaya promosi kesehatan 2. Upaya kesehatan lingkungan 3. Upaya kesehatan gigi 4. Upaya kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB)

8 Upaya perbaikan gizi masyarakat 6. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) 7. Upaya pengobatan dan laboratorium Adapun 10 penyakit menonjol yang berada di Puskesmas Tuminting tahun 2015, yaitu : 1. ISPA 2. Hipertensi 3. Peradangan Rongga dan Mulut 4. Arthritis 5. Penyakit Kulit Alergi 6. Penyakit pada saluran pernafasan atas 7. Diare 8. Myalgia 9. Kecelakaan 10. Konjuntivitis B. Karakteristik Responden a. Umur Umur responden lebih jelasnya dapat dilihat dari table berikut ini : Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Umur Umur Responden (tahun) Jumlah n % Jumlah Tabel 3 menunjukkan sebagian responden da;am penelitian ini berada pada kisaran tahun. b. Tingkat Pendidikan Berikut ini adalah Tingkat pendidikan responden selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah n % Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Jumlah Tabel 4 menunjukkan tingkat pendidikan terbanyak responden adalah tamat SLTP 15 orang (50%).

9 536 c. Jenis Pekerjaan Distribusi responden pekerjaan dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pekerjaan Jumlah n % Swasta 6 20 Pedagang 3 10 Nelayan IRT Jumlah Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai IRT yaitu 19 orang (63.33). d. Kadar Asam Urat Responden menurut Jenis Kelamin Secara umum semua responden dalam penelitian adalah pasien dengan diagnosa gout arthritis yang berobat di Puskesmas Tuminting dan mempunyai kadar asam urat yang dikategorikan tinggi selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Kadar Asam Urat Responden Variabel Mean Median SD Min Max p Laki-laki Perempuan Tabel 6 menunjukkan hasil pemeriksaan kadar asam urat responden dalam penelitian ini laki-laki mempunyai rerata kadar asam urat 7.8 mg/dl terendah 7.3 mg/dl dan tertinggi 10.2 mg/dl dan untuk perempuan mempunyai rerata kadar asam urat 6.7 mg/dl terendah 6.3 mg/dl dan tertinggi 7.9 mg/dl. 2. Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Purin a. Jenis dan frekuensi makan makanan sumber purin Jenis makanan sumber purin di golongkan menjadi 3 yaitu purin tinggi ( mg/100 g makanan, purin sedang mg/100 gr makanan. Penilaian frekuensi makan makanan sumber purin tinggi dan sedang diperoleh dari data semi Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang di kategorikan sering, jarang atau tidak pernah di konsumsi selama 1 minggu terakhir, selengkapnya dapat dilihat pada table berikut :

10 537 Tabel 7. Jenis dan Frekuensi Makan Makanan dengan Kandungan Tinggi Purin Responden Frequensi Makan Golongan A Tinggi Purin ( mg/100 gram) Jenis Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah n % n % n % n % kerang 0 0,00 1 3, , daging bebek 4 13, , , daging angsa 0 0,00 0 0, burung dara 0 0,00 0 0, ikan sarden 11 36, , , alkohol 0 0, , , ginjal sapi 0 0, , , otak sapi 0 0, , , hati sapi 10 33, , , jantung sapi 0 0, , , paru sapi 0 0, , , telur ikan 0 0,00 0 0, Tabel 7 diatas menunjukan beberapa jenis makanan sumber purin tinggi yang sering di konsumsi oleh responden yaitu hati sapi, daging bebek dan ikan sarden yang di konsumsi dalam satu minggu terakhir. Bahan makanan yang seharusnya di hindari karena sangat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam urat dalam darah. Kebiasaan makan makanan yang bersumber dari jenis bahan makanan tinggi purin ataupun sedang purin penderita gout arthritis sangat berpengaruh dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah penderita. Perlu adanya perhatian secara khusus dalam pemilihan jenis bahan makan sumber purin juga dalam ukuran jumlah yang akan di makan oleh penderita gout arthritis. Pada umumnya penderita gout arthritis memiliki kebiasaan makan makanan tinggi yang tidak terkontrol baik dalam frekuensi, jenis dan jumlahnya. Berikut ini adalah makanan dengan kategori sedang purin yang dikonsumsi oleh subjek dalam penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 8 Jenis dan Frekuensi makanan Responden dengan kategori Purin sedang Frequensi Konsumsi Jenis Bahan Makanan Yang Mengandung Tinggi Purin Jenis >1 hari 1 sehari 4 / minggu 3 / minggu 1-2 / minggu tak pernah Jumlah n % n % n % n % n % n % n % kerang daging bebek daging angsa burung dara ikan sarden alkohol ginjal sapi otak sapi hati sapi jantung sapi paru sapi telur ikan

11 538 Tabel 8 menunjukkan frekuensi konsumsi 4 /minggu paling tinggi yaitu terdapat 6 responden yang sering mengkonsumsi ikan sarden dan hati sapi yang memiliki presentse 20%, frekuensi konsumsi 3 /minggu yang paling tinggi terdapat 5 responden yang mengkonsumsi ikan sarden dengan presentase 16.67, frekuensi konsumsi 1-2 /minggu yang paling tinggi yaitu terdapat 19 responden yang mengkonsumsi daging bebek dengan presentase 63.33, dan yang tidak pernah mengkonsumsi jenis makanan daging angsa, burung dara, telur ikan terdapat 30 responden dengan presentase 100%. Kebiasaan makan makanan tinggi purin jika dilihat dari frekuensi dan jenis bahan makanannya, untuk bahan makanan tinggi purin dari 30 responden sebagian besar responden 50% sering makan makanan tinggi purin. Untuk frekuensi dan jenis makanan sedang purin yang sering dimakan oleh responden adalah sayur kangkung, seluruh responden menyatakan sering makan sayur kangkung karena sayur tersebut mudah di dapat dan merupakan salah satu jenis bahan makanan yang paling sering ada pada makanan khas yaitu bubur manado (tinutuan). Kemudian tahu dan tempe yang biasanya sebagai tambahan saat makan tinutuan atau sebagai cemilan. Jenis bahan makanan tersebut merupakan bahan makanan sedang purin yang sering dimakan oleh responden hampir semuanya dalam jumlah >100 gr/hari sedangkan anjuran untuk makanan sedang purin untuk penderita gout yaitu maksimal 50 gr/hari. Tabel 8. Jenis dan Frekuensi Makan Makanan dengan Kandungan Purin Sedang Frequensi Makan Golongan B Sedang Purin ( mg/100 gram) Jenis Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah n % n % n % n % ikan tuna 14 46, , , ikan putih 6 20, , , daging sapi 4 13, , , daging ayam 8 26, , , daging babi 1 3, , , tahu 20 66, , , tempe 17 56, , , kacangan 12 40, , , buncis 15 50, ,33 2 6, bayam 2 6, , , kangkung 18 60, ,00 0 0, daun pepaya 0 0, , , daun singkong 2 6, , , kembang kol 0 0, , ,33 30 jamur 0 0, , , daun/biji melinjo 0 0,00 0 0, asparagus 0 0,00 1 3, , udang 1 3, Tabel diatas menunjukan bahwa konsumsi makanan yang mengandung purin sedang yang sering di konsumsi dalam satu minggu terakhir yaitu ikan tuna, tahu, tempe,

12 539 kacang-kacangan,buncis dan kangkung. Tahu, tempe dan kangkung merupakan bahan makanan yang sering dimakan oleh responden karna bahan tersebut mudah di dapat dan mudah di olah. Sedangkan bahan makanan yang banyak dimakan tapi dalam kategori jarang yaitu daging sapi, daging ayam, bayam, dan daun singkong. Bahan makanan ini merupakan bahan makanan yang perlu di batasi bagi penderita asam urat karena dapat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam urat dalam darah apabila dimakan dalam jumlah yang berlebihan. Asam urat adalah zat yang merupakan hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh yang berbentuk kristal-kristal. Asam urat merupakan salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai mg/hari. Namun pada penderita asam urat harus membatasi menjadi mg/hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita asam urat adalah sekitan gram bahan mentah per hari atau 0,8 1 gr/kg berat badan per hari (Syahrazad, 2010). Tabel. 9 Jenis dan Frekuensi Asupan Responden terhadap Bahan Makanan dengan Kandungan Purin sedang Frequensi Konsumsi Jenis Bahan Makanan Yang Mengandung Sedang Purin Jenis >1 hari 1 sehari 4 / minggu 3 / minggu 1-2 / minggu tak pernah Jumlah n % n % n % n % n % n % n % ikan tuna ikan putih daging sapi daging ayam daging babi tahu tempe kacangan buncis bayam kangkung daun pepaya daun singkong kembang kol jamur daun/biji melinjo asparagus udang Tabel 9 menunjukkan frekuensi konsumsi 4 /minggu responden yang mengkonsumsi purin sedang cenderung pada bahan makanan antara lain tahu, tempe, buncis, ikan tuna, kacang tanah dan daging. frekuensi konsumsi 3 /minggu yang paling tinggi terdapat 10 responden yang mengkonsumsi kangkung dengan presentase 33.33%, frekuensi

13 540 konsumsi 1-2 /minggu yang paling tinggi yaitu terdapat 19 responden yang mengkonsumsi daging sapi dengan presentase 63.33, dan yang tidak pernah mengkonsumsi jenis makanan daun/biji melinjo terdapat 30 responden dengan presentase 100%. Kadar asam urat dalam darah meningkat apabila asupan makanan tinggi purin dan sedang purin masuk kedalam tubuh melebihi batas. Jenis makanan tinggi purin pada penderita gout sebaiknya dihindari untuk dimakan karena akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh, sedangkan untuk jenis makanan sedang purin pada penderita perlu adanya pembatasan makan makanan golongan tersebut karena jika makanan sedang purin dimakan berlebihan dari batas yang di anjurkan maka kandungan purin pun akan bertambah dalam tubuh. b. Asupan Purin Berdasarkan Golongan Tabel 10. Asupan Purin Responden Berdasarkan Kadar Purin Golongan Makanan Tabel 10 menunjukkan Jumlah per hari Jumlah < 50 gr gr >100 n % n % n % n % Tinggi Purin Sedang Purin pada umumnya responden mengkonsumsi setiap hari makanan tinggi purin walaupun <50 gram/hari dan antara gram/hari. KESIMPULAN Jenis bahan makanan yang dimakan oleh responden merupakan bahan makanan yang masuk dalam golongan tinggi dan sedang kadar purin dalam bahan makanan tersebut. Golongan tinggi purin yang paling banyak di konsumsi adalah hati sapi, ikan sarden dan daging bebek dan golongan sedang purin yang sering dikonsumsi adalah tahu, tempe, ikan tuna kacangkacangan dan kangkung. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S Penuntun Diet (Edisi Baru). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Apriyanti, Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat bagi Penderita Asam Urat. Pustaka Baru Press, Yogyakarta 2014 Kanbara, 2010.Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September n.pdf.accessed : 15 desember 2015, Laporan Kinerja Pelaksanaan Pemerintah Kelurahan Tuminting, Laporan Puskesmas Tuminting, Data Kunjungan Penderita Gout Arthritis. Noormindhawati, Tahukah Anda? Makanan Berbahaya Untuk Asam Urat. Dunia Sehat, Jakarta Timur 2014

14 Noviyanti, Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. Notebook, Yogyakarta 2015 Persagi, Penuntun Diit (Jakarta : Gramedia : 1991) Rina Yenna & Diah Krisnatuti, Diet Sehat Untuk Penderita Asam Urat. Penebar Swadaya, Jakarta 2008 RISKESDAS, Riset Kesehatan Dasar Nasional Provinsi Sulawesi Utara Suiraoka, I Penyakit Degeneratif. Nuha Medika, Yogyakarta Syahrazad Irawan, Cara Mudah Menaklukkan Asam Urat. Octopus, Yogyakarta. Utami, Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September n.pdf. accessed : 15 desember 2015, Wachjudi, Analisis Kebiasaan Makan yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol 10. No.2 September n.pdf.accessed : 15 desember 2015,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit Hiperurisemia 1. Pengertian Penyakit Hiperurisemia Penyakit hiperurisemian adalah jenis rematik yang sangat menyakitkan yang disebabkan oleh penumpukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi daripada perempuan

Lebih terperinci

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikebal sebagai gout merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan

Lebih terperinci

DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat. Rizqie Auliana, M.Kes

DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat. Rizqie Auliana, M.Kes DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id 1 Merupakan salah satu jenis rematik dengan ciri khas menyerang dibagian sendi terutama sendisendi jari atau dikenal

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS Topik Sub Topik : Nyeri sendi degeneratif (Osteoartritis) : Pengertian Osteoartritis, Penyebab osteoarthritis, Tanda-tanda nyeri sendi (osteoartritis), Cara

Lebih terperinci

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep Program Profesi Ners PSIK FK USU 2009 Gout (asam urat) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang Penyakit asam urat adalah penyakit yang menyerang sendi dan tendon

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-30 November 2014 di Puskesmas Sukaraja Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. PENDIDIKAN KESEHATAN PERAWATAN LANSIA Apa Itu ASAM URAT...?? Nilai normal asam urat : Pria 3,4 7 mg/dl Wanita 2,4 5,7 mg/dl Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein

Lebih terperinci

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si Pelatihan dan Pendidikan Baby Sitter Rabu 4 November 2009 Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab Ghidza yang berarti makanan Ilmu gizi adalah ilmu

Lebih terperinci

1/1/2002. Masalah Lansia (terkait fungsi pencernaan) Lansia & Obat. Gizi seimbang POLA HIDUP SEHAT

1/1/2002. Masalah Lansia (terkait fungsi pencernaan) Lansia & Obat. Gizi seimbang POLA HIDUP SEHAT PENINGKATAN KUALITAS HIDUP LANSIA MELALUI POLA HIDUP SEHAT Masalah Lansia (terkait fungsi pencernaan) Gangguan gigi geligi makanan empuk Indera pengecap melemah risiko makan terlalu asin hipertensi Gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat di dalam tubuh. Asam

Lebih terperinci

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Asam urat atau gout merupakan penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat (uric acid) dalam tubuh yang berlebihan (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2007). Penyakit

Lebih terperinci

Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat

Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat LAMPIRAN 66 65 Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat 1. Apa yang dimaksud dengan asam urat? a. asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin b. asam yang ada di urat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Penyakit Asam Urat 1. Pengertian Penyakit Asam Urat Penyakit asam urat atau penyakit gout merupakan penyakit karena gangguan metabolik yang termasuk kelompok golongan heteregonous

Lebih terperinci

2. Pembuangan Asam Urat Berkurang

2. Pembuangan Asam Urat Berkurang Asam urat mrp metabolit normal didalam tubuh manusia sbg hasil akhir pemecahan/ metabolit protein urine. Gout berasal dari kata latin Guttan yang berarti Tetesan. Pada awalnya ditandai dg gangguan linulinu

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN 90 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Tingkat asupan Protein, Lemak, Natrium, Kalium, Serat, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Senam Bugar Lansia di

Lebih terperinci

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON LAMPIRAN 65 KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON No Sampel : Enumerator : Tanggal Wawancara : Nama Responden : Alamat

Lebih terperinci

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH)

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH) DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH) PENDAHULUAN Diit pada Hemodialisis adalah diit yang diberikan pada penderita gagal ginjal kronik yang mendapat terpai pengganti HD. HD sebagai pengganti sebagian kerja

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Peningkatan kadar asam urat dapat

Lebih terperinci

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT DIIT GARAM RENDAH Garam yang dimaksud dalam Diit Garam Rendah adalah Garam Natrium yang terdapat dalam garam dapur (NaCl) Soda Kue (NaHCO3), Baking Powder, Natrium Benzoat dan Vetsin (Mono Sodium Glutamat).

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS Oleh: Fitri Rahmawati, MP JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BOGA DAN BUSANA FAKULTAS TEKNIK UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Diabetes Mellitus adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Untuk lakilaki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Untuk lakilaki, 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hiperurisemia Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Untuk lakilaki, ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dl. Adapun pada perempuan normalnya adalah

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan. Endapan kristal

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI KASUS. Metode penelitian deskripti adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

BAB III METODE STUDI KASUS. Metode penelitian deskripti adalah suatu metode penelitian yang dilakukan BAB III METODE STUDI KASUS 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian yang bersifat deskriptif. Metode penelitian deskripti adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 Kuisioner Penelitian Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1 A. Petunjuk Pengisian Kuisioner 1. Adik dimohon bantuannya untuk mengisi identitas diri pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belatang kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang akan selalu digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu tatanan yang menghimpun upaya secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan

Lebih terperinci

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 LAMPIRAN 104 105 LAMPIRAN I HUBUNGAN PEMBERIAN MPASI LOKAL, FREKUENSI PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-24 BULAN DI PUSKESMAS WAIPARE, KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR Program Studi S1 Ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KADAR ASAM URAT DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya DBMP DBMP Pengertian : DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya berkembang lama (Riskesdas,

Lebih terperinci

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram Dibawah ini merupakan data nilai satuan ukuran rumah tangga (URT) yang dipakai untuk menentukan besaran bahan makanan yang biasa digunakan sehari- hari dalam rumah tangga. (Sumber: Puslitbang Gizi Depkes

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM MENGONSUMSI MAKANAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATU HORPAK KECAMATAN TANTOM ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2010 I. Karakteristik Responden

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DIET PATTERN AND GOUT MANIFESTATION TO ELDERLY

POLA MAKAN DAN MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DIET PATTERN AND GOUT MANIFESTATION TO ELDERLY Pola Makan dan Manifestasi Asam Urat pada Lansia Karmiatun, M. Zudaini POLA MAKAN DAN MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DIET PATTERN AND GOUT MANIFESTATION TO ELDERLY Karmiatun, M. Zudaini STIKES RS. Baptis

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN KADAR ASAM URATPADA WANITA MENOPAUSE YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DIPUSKESMAS TIKALA BARUMANADO

POLA MAKAN DAN KADAR ASAM URATPADA WANITA MENOPAUSE YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DIPUSKESMAS TIKALA BARUMANADO POLA MAKAN DAN KADAR ASAM URATPADA WANITA MENOPAUSE YANG MENDERITA GOUT ARTHRITIS DIPUSKESMAS TIKALA BARUMANADO ABSTRAK Rudolf B. Purba, Fred Rumagit dan Novita P. Loleh Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN Instrument / Angket Penelitian HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI TERHADAP POLA KONSUMSI SISWA Petunjuk pengerjaan: Para siswa yang terhormat, dengan kerendahan hati dimohon keihklasan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ASAM URAT DARAHPADA MASYARAKAT YANG DATANG BERKUNJUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO Jilly Priskila Lioso*, Ricky C. Sondakh*,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN TAHUN 2012

Lebih terperinci

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7 METABOLISME MINERAL PADA WANITA HAMIL : KALSIUM DAN FOSFOR Selama kehamilan metabolisme kalsium dan fosfor mengalami perubahan. ABSORBSI kalsium dalam darah menurun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI Manifestasi Asam Urat pada Lansia di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Jurnal Kota STIKES Kediri Selvia David Vol. Richard, 10, No.1, Karmiatun Juli 2017 MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ASUPAN MAKANAN YANG MENGANDUNG PURIN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN NGANTANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ASUPAN MAKANAN YANG MENGANDUNG PURIN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN NGANTANG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ASUPAN MAKANAN YANG MENGANDUNG PURIN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI DESA TULUNGREJO KECAMATAN NGANTANG Srisan Astria Hambatara 1), Ani Sutriningsih 2), Warsono 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden: KUESIONER PENELITIAN POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT PAPUA (Studi kasus di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Urat 1. Definisi Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout artritis). Selain osteoartritis, asam urat merupakan jenis rematik artikuler terbanyak

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit banyak muncul pada lansia. Selain itu masalah degeneratif

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali. BAB 1 PENDAHULUAN Dalam upaya mengatasi hiperurisemia, digunakan obat-obatan, baik obat medis, obat tradisional maupun pengaturan pola makan. Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 5,7 mg/dl darah pada wanita (Soeroso dan Algristian,

Lebih terperinci

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln

Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Tidak pernah. Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Lampiran 1 FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ) Bahan makanan >1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3x/mg 1-3x/bln Tidak pernah n % n % n % n % n % n % Makanan pokok Beras/nasi 88 73,9 19 16,0 6 5,0 6 5,0 0 0 0 0 Mie 3 2,5

Lebih terperinci

KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DAN KADAR ASAM URAT PADA PRIA DEWASA DI KELURAHAN KOYA KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA

KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DAN KADAR ASAM URAT PADA PRIA DEWASA DI KELURAHAN KOYA KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DAN KADAR ASAM URAT PADA PRIA DEWASA DI KELURAHAN KOYA KECAMATAN TONDANO SELATAN KABUPATEN MINAHASA Ana B. Montol¹, danagnes Rotinsulu², Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2.

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan! I. Identitas Responden 1. ID Responden: [ ] [ ] 2. L-2 KUESIONER PENELITIAN POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DIHUBUNGKAN DENGAN LEMAK TUBUH PADA PRAMUSAJI UNIT PELAYANAN GIZI GEDUNG A RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA TAHUN 2009 Assalamu

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Tanggal: PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUISIONER PENELITIAN Salam, perkenalkan nama saya Ririn Triana Putri, mahasiswi Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi T. Bahri Anwar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara I. Pendahuluan Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Kadar

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN 85 LAMPIRAN 1 LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Penelitian yang berjudul : Penilaian Asupan Kalsium Berdasarakan Jenis Kelamin, Tingkat Pengetahuan, Aktivitas Olahraga, dan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Lebih terperinci

Jawaban mohon diisi dengan jelas dan lengkap, untuk pertanyaan pilihan, selahkan pada pilihan saudara (hanya 1 pilihan).

Jawaban mohon diisi dengan jelas dan lengkap, untuk pertanyaan pilihan, selahkan pada pilihan saudara (hanya 1 pilihan). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN OBESITAS BERDASARKAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA PRIA (40-55 TAHUN) ANGGOTA ABRI/TNI DI KANTOR DIREKTORAT JENDERAL-ZENI TNI- AD TAHUN 2008 (Selamat Pagi/Siang/Sore). Perkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini penyakit tidak menular kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa sebutan lainnya seperti salah satunya penyakit degeneratif (Bustan, 2007). Disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada: Tempat PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Malang, Februari 2015 Kepada: Yth. Bapak/ Ibu/ Saudara/i Calon Responden Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertsaudara tangan di bawah ini adalah mahasiswa DIII Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN

Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Informed Consent PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN Judul Penelitian : Hubungan Pola Konsumsi Pangan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA Mitra Agus Telaumbanua, Adi Sucipto *), Siti Fadlilah Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, serta bertambah baiknya kondisi sosial ekonomi menyebabkan semakin meningkatnya umur harapan hidup (life

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kalsium Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Kalsium dibutuhkan di semua jaringan tubuh, khususnya tulang. Sekitar 99% kalsium tubuh berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA Pola makan dan status (Metriyani) 1 POLA MAKAN DAN STATUS GIZI SISWA KELAS X JASA BOGA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA THE DIETARY HABITS AND NUTRITIONAL STATUS OF GRADE X STUDENTS OF THE CULINARY SERVICES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, sosial, dan teknologi memberikan dampak positif dan negatif terhadap gaya hidup dan pola konsumsi makanan pada masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN PENELITIAN 58 Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN PENELITIAN HUBUNGAN ASUPAN KALSIUM, MAGNESIUM, DAN KEBIASAAN OLAHRAGA TERHADAP DISMENORE PADA SISWI SMPN 191 KEBUN JERUK JAKARTA BARAT Saya Vina Edika Rosmawati Simorangkir,

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE BIODATA 1. Nama : Iwan Halwani, SKM, M.Si 2. Pendidikan : Akademi Gizi Jakarta, FKM-UI, Fakultas Pasca sarjana UI 3. Pekerjaan : ASN Pada Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI SUSTAINABLE

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENYEDIAAN MENU SEIMBANG UNTUK BALITA DI DESA RAMUNIA-I KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2010 Tanggal

Lebih terperinci

ASUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK PADA DIABETESI TIPE II YANG RAWAT JALANDI PUSKESMAS TOMBATU

ASUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK PADA DIABETESI TIPE II YANG RAWAT JALANDI PUSKESMAS TOMBATU 362GIZIDO Volume 7 No. 2 November 2015 Asupan Karbohidrat ASUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK PADA DIABETESI TIPE II YANG RAWAT JALANDI PUSKESMAS TOMBATU Rudolf B. Purba¹, Nita R. Momongan²dan Shintya Monolimay³

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK LAMPIRAN 1 Kode Responden - A Sekolah Kelas No UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER KALSIUM PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI DEPOK Assalammualaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan proses mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan tubuh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA I.PENDAHULUAN Hiperkolesterolemi adalah peninggian kadar kolesterol

Lebih terperinci

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi

Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Obat Herbal Diabetes dan Diet Makanan, Pasangan Serasi Untuk Diabetesi Banyak yang bilang bahwa penggunaan obat herbal diabetes jauh lebih aman daripada penggunaan obat kimia Menanggapi kutipan yang tertera

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci