BADAN STANDA^ISASI NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN STANDA^ISASI NASIONAL"

Transkripsi

1 Salinan BADAN STANDA^ISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 ten tang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional perlu menetapkan Peraturan Badan Standardisasi Nasional tentang Skema Penilaian Kesesuaian Terhadap Standar Nasional Indonesia Sektor Peralatan Rumah Tangga Non Elektronik, Olahraga dan Hiburan Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584);

2 Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2018 tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6225); 3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018 tentang Badan Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 10); 4. Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional Mengenai Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 821); 5. Peraturan Badan Standardisasi Nasional Nomor 10 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1325); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Standardisasi Nasional yang selanjutnya disingkat BSN adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

3 Komite Akreditasi Nasional yang selanjutnya disingkat KAN adalah lembaga nonstruktural yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang akreditasi Lembaga Penilaian Kesesuaian. 3. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Lembaga Penilaian Kesesuaian yang selanjutnya disingkat LPK adalah lembaga yang melakukan kegiatan penilaian kesesuaian. 5. Lembaga Sertifikasi Produk yang selanjutnya disebut LSPro adalah LPK milik pihak ketiga yang mengoperasikan skema sertifikasi produk untuk memberikan jaminan tertulis bahwa suatu Barang, Proses atau Jasa telah memenuhi Standar dan/atau regulasi. 6. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan Penilaian Kesesuaian yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa Barang, Jasa, Sistem, Proses, atau Personal telah memenuhi Standar dan/atau regulasi. 7. Skema Sertifikasi adalah aturan, prosedur, dan manajemen yang berlaku untuk melaksanakan penilaian kesesuaian terhadap Barang, Proses, dan/atau Jasa dengan persyaratan acuan tertentu. 8. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, balk sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

4 - 4 - Pasal 2 (1) Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Peralatan Rumah Tangga Non Elektronik, Olahraga dan Hiburan meliputi skema Penilaian Kesesuaian untuk produk : a. Supit kayu; b. Pensil; c. Agel; d. Meja gambar teknis; e. Sarung tangan dari kulit sapi untuk kerja berat; f. Arang; g. Meja tulis baja untuk kantor (meja besi); h. Papan tulis kayu untuk kapur tulis; i. Katup tabung LPG tipe koneksi ulir; j. Perangko; k. Sepatu; l. Tusuk gigi; m. Sarana penyimpan beras; n. Bola tenis meja; o. Cakram; p. Meja tenis meja; q. Raket bulu tangkis; r. Raket tenis meja; s. Peluru tolak peluru; t. Bola; u. Pemukul bola untuk keperluan olahraga; v. Lembing; w. Bola bulu tangkis; x. Jaring olahraga; dan y. Pelindung olahraga. (2) Kepala BSN menetapkan Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Peralatan Rumah Tangga Non Elektronik, Olahraga dan Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Peralatan Rumah Tangga Non Elektronik, Olahraga

5 - 5 - dan Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pelaksanaan sertifikasi produk. (4) Penetapan Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Penetapan Skema Penilaian Kesesuaian terhadap SNI Sektor Peralatan Penanganan Material sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan petunjuk teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran XXV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 3 Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku: a. sertifikat yang diterbitkan sebelum diundangkannya Peraturan Badan ini, masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa sertifikat; dan b. proses sertifikasi yang menggunakan skema sertifikasi sebelum diundangkannya Peraturan Badan ini, tetap dilaksanakan berdasarkan skema yang diacu oleh LSPro. Pasal 4 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

6 -6- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 April 2019 KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, TTD BAMBANG PRASETYA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 April 2019 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 439 Salin^^S^uaTd-^p^an aslinya Kepala Biro SiSiiib.er Daya.l^^Vsia, Organisasi, dan Hukum Iryana Margahayu

7 - 7 - LAMPIRAN I PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK SUPIT KAYU A. Ruang lingkup Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan sertifikasi produk Supit kayu yaitu sepasang batangan berbentuk tirus yang terbuat dari kayu dan digunakan sebagai alat penjepit makanan Persyaratan sertifikasi B. Persyaratan sertifikasi mencakup: 1. SNI , Supit kayu; 2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI , Supit kayu; 3. Peraturan lain yang terkait dengan produk Supit kayu. C. Prosedur sertifikasi Prosedur sertifikasi mencakup: 1. evaluasi awal; dan 2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi. D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian Sertifikasi produk Supit kayu dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan sertifikasi dengan ruang lingkup produk

8 - 8 - Supit kayu, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. E. Tahapan sertifikasi 1. Pengajuan permohonan sertifikasi 1.1. Pengajuan permohonan sertifikasi dilakukan oleh pelaku usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI Permohonan sertifikasi harus dilengkapi dengan: a. informasi Pemohon: 1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan kedudukan atau jabatan personel yang bertanggungjawab atas pengajuan permohonan sertifikasi; 2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. pemenuhan persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melakukan pembuatan produk untuk pihak lain; 5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek yang mensubkontrakkan proses produksinya kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan merek dan perjanjian sub

9 - 9 - kontrak pelaksanaan produksi dengan pihak lain; 6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum tentang penunjukkan sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah Republik Indonesia; dan 7. pernyataan bahwa Pemohon sertifikasi bertanggungjawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan proses sertifikasi dan bersedia memberikan akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi. b. informasi produk: 1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi; 2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi; 3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan permohonan sertifikasi; 4. foto produk yg diajukan untuk disertifikasi yg menunjukkan bentuk produk serta informasi terkait kemasan primer produk; 5. daftar bahan konstruksi; 6. label produk; dan 7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder dan tersier produk yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan, belakang, samping, dan bagian dalam. c. informasi proses produksi: 1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik; 2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel penanggung jawab proses produksi;

10 dokumentasi informasi tentang pemasok bahan baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta prosedur inspeksi bahan baku produk; 4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk proses yang disubkontrakan ke pihak lain; 5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh terhadap mutu produk yang disertifikasi; 6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; 7. dokumentasi informasi tentang pengemasan produk dan pengelolaan produk di gudang akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah Republik Indonesia; 8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah Republik Indonesia; 9. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait; 10. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan pada butir 9 belum tersedia, Pemohon dapat menyampaikan sampel produk kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan

11 apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang setara. 2. Tinjauan permohonan sertifikasi LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari permohonan sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan. 3. Penandatanganan perjanjian sertifikasi Setelah permohonan sertifikasi dinyatakan lengkap dan Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan LSPro. 4. Penyusunan rencana evaluasi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan permohonan sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup: a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi dan metode sampling sesuai dengan persyaratan SNI , yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili sampel yang diusulkan untuk disertifikasi; b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar sertifikasi berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon sertifikasi; c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian berdasarkan standar acuan metode uji yang dipersyaratkan; dan d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi yang relevan dengan

12 pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan evaluasi. 5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk 5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup: a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi produk dan proses produksi yang disampaikan Pemohon dalam angka 1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait. b. Pengujian awal terhadap sampel produk berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan pengujian awal Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi 6.1 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

13 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap: a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI; b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin; c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan; d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G; e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk peralatan pengendalian mutu, paling sedikit berupa alat pembentukan garpu baja dan tangkai dan alat ukur dimensi. f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan pada butir e yang membuktikan bahwa peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukan dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan; g. pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; dan h. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan. 6.3 Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang sejenis,

14 maka inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e. 6.4 Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, LSPro melakukan pengambilan sampel oleh petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro. 6.5 Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 7. Tinjauan (Review) 7.1 Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap: a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk menunjukkan bahwa sampel yang mewakili produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi. b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik memiliki proses produksi yang didukung dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang secara konsisten dan memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi.

15 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan untuk disertifikasi. 8. Penetapan keputusan sertifikasi 8.1. Penetapan keputusan sertifikasi dilakukan berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari proses review Penetapan keputusan sertifikasi harus dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam proses evaluasi Penetapan keputusan sertifikasi dapat dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang melakukan review Rekomendasi untuk keputusan sertifikasi berdasarkan hasil review harus didokumentasikan, kecuali review dan keputusan sertifikasi diselesaikan secara bersamaan oleh satu atau sekelompok orang yang sama LSPro harus memberitahu Pemohon sertifikasi terkait alasan menunda atau tidak memberikan keputusan sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan keputusan tersebut. Apabila Pemohon sertifikasi menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses evaluasi (angka 5). 9. Penerbitan sertifikat Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan sesuai ketentuan sebagai berikut: a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan keputusan sertifikasi;

16 b. Sertifikat paling sedikit harus memuat: 1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya; 2. nomor atau identifikasi lain dari skema sertifikasi; 3. nama dan alamat LSPro; 4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat); 5. acuan ke perjanjian sertifikasi; 6. pernyataan kesesuaian yang mencakup: a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang dinyatakan memenuhi persyaratan; b. SNI yang menjadi dasar sertifikasi; c. nama dan alamat lokasi produksi; dan d. informasi terkait proses sertifikasi. 7. status akreditasi atau pengakuan LSPro; 8. tanggal penerbitan sertifikat; 9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; 10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 10. Surveilans dan sertifikasi ulang LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode sertifikasi. Dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan/atau 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar. Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas hasil sertifikasi sebelumnya. Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui kegiatan pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar, penerima sertifikat

17 harus menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans pertama. b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan atau telah beredar LSPro harus melaksanakan sertifikasi ulang paling lambat pada bulan ke-42 setelah penetapan sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 6. F. Penggunaan tanda SNI 1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. 2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

18 Dengan ukuran: Keterangan: y = 11x r = 0,5x G. Tahapan kritis proses produksi produk Supit Kayu No Titik kritis proses produksi Penjelasan 1. Pemilihan bahan baku Bahan baku harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan 2. Pemotongan dan Pengerusan Pemotongan dan pengerusan dilakukan dengan metode tertentu untuk untuk mendapatkan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan 3. Pengeringan Pengeringan dilakukan dengan metode tertentu pada suhu dan waktu yang dikendalikan untuk mendapatkan persyaratan mutu kadar air. 4. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi, setiap kemasan berisi batangan dalam jumlah genap

19 -19-5 Penandaan Pada kemasan hams dicantumkan nama produk, merek dagang, nama dan alamat pemsahaan, dan Iain-Iain sesuai ketentuan yang berlaku KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, TTD BAMBANG PRASETYA Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro S/amber Daya Manta.sia, Organisasi, dan Hukum \Vn'i l^janamargahayn

20 LAMPIRAN II PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK PENSIL A. Ruang lingkup Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan sertifikasi produk Pensil sesuai dengan lingkup SNI: No Nama Produk Persyaratan SNI 1. Pensil Tulis SNI Pensil Tulis 2. Pensil Warna SNI Pensil Warna B. Persyaratan sertifikasi Persyaratan sertifikasi mencakup: 1. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A; 2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A; dan 3. Peraturan lain yang terkait dengan produk pensil. C. Prosedur sertifikasi Prosedur sertifikasi mencakup: 1. evaluasi awal, dan 2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi. D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian Sertifikasi produk Pensil dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana

21 dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan sertifikasi dengan ruang lingkup produk Pensil, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. E. Tahapan sertifikasi 1. Pengajuan permohonan sertifikasi 1.1. Pengajuan permohonan sertifikasi dilakukan oleh pelaku usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI Permohonan sertifikasi harus dilengkapi dengan: a. informasi Pemohon: 1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan kedudukan atau jabatan personel yang bertanggungjawab atas pengajuan permohonan sertifikasi; 2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan; 3. pemenuhan persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melakukan pembuatan produk untuk pihak lain; 5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek yang mensubkontrakkan proses

22 produksinya kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan merek dan perjanjian sub kontrak pelaksanaan produksi dengan pihak lain; 6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum tentang penunjukkan sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah Republik Indonesia; dan 7. pernyataan bahwa Pemohon sertifikasi bertanggungjawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan proses sertifikasi dan bersedia memberikan akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi. b. informasi produk: 1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi; 2. jenis/tipe/kelas produk yang diajukan untuk disertifikasi; 3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan permohonan sertifikasi; 4. Apabila tersedia, foto produk yg diajukan untuk disertifikasi yg menunjukkan bentuk produk serta informasi terkait kemasan primer produk; 5. daftar bahan baku; dan 6. label produk. c. informasi proses produksi: 1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik; 2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel penanggungjawab proses produksi; 3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan baku produk, prosedur evaluasi

23 pemasok, serta prosedur inspeksi bahan baku produk; 4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk proses yang disubkontrakan ke pihak lain; 5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berat produk akhir; 6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; 7. dokumentasi informasi tentang pengemasan produk dan pengelolaan produk di gudang akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah Republik Indonesia; 8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah Republik Indonesia; 9. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait; 10. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan pada butir 9 belum tersedia, Pemohon dapat menyampaikan sampel produk kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan

24 apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang setara. 2. Tinjauan permohonan sertifikasi LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari permohonan sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan. 3. Penandatanganan perjanjian sertifikasi Setelah permohonan sertifikasi dinyatakan lengkap dan Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan LSPro. 4. Penyusunan rencana evaluasi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan permohonan sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup: a. jenis/tipe/kelas produk yang diajukan untuk disertifikasi dan metode sampling sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf A yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili sampel yang diusulkan untuk disertifikasi; b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar sertifikasi berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon sertifikasi; c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian berdasarkan standar acuan metode uji yang dipersyaratkan; dan d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi yang relevan dengan

25 pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan evaluasi. 5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk 5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup: a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi produk dan proses produksi yang disampaikan Pemohon dalam angka 1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait. b. Pengujian awal terhadap sampel produk berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang mencakup seluruh persyaratan mutu sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan pengujian awal Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi 6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

26 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap: a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI; b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin; c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan; d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G; e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk peralatan pengendalian mutu paling sedikit berupa alat untuk pembentukan linggis, alat ukur berat, alat ukur dimensi. f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan pada butir e yang membuktikan bahwa peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukan dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan; g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat produk akhir; h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; dan i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi

27 oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang sejenis, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, LSPro melakukan pengambilan sampel oleh petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 7. Tinjauan (Review) 7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap: a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk menunjukkan bahwa sampel yang mewakili produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi. b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik memiliki proses produksi yang didukung dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang secara konsisten dan memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi.

28 Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan untuk disertifikasi. 8. Penetapan keputusan sertifikasi 8.1. Penetapan keputusan sertifikasi dilakukan berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari proses review Penetapan keputusan sertifikasi harus dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam proses evaluasi Penetapan keputusan sertifikasi dapat dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang melakukan review Rekomendasi untuk keputusan sertifikasi berdasarkan hasil review harus didokumentasikan, kecuali review dan keputusan sertifikasi diselesaikan secara bersamaan oleh satu atau sekelompok orang yang sama LSPro harus memberitahu Pemohon sertifikasi terkait alasan menunda atau tidak memberikan keputusan sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan keputusan tersebut. Apabila Pemohon sertifikasi menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses evaluasi (angka 5). 9. Penerbitan sertifikat Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan sesuai ketentuan sebagai berikut: a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan keputusan sertifikasi;

29 b. Sertifikat paling sedikit harus memuat: 1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya; 2. nomor atau identifikasi lain dari skema sertifikasi; 3. nama dan alamat LSPro; 4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat); 5. acuan ke perjanjian sertifikasi; 6. pernyataan kesesuaian yang mencakup: a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang dinyatakan memenuhi persyaratan; b. SNI yang menjadi dasar sertifikasi; c. nama dan alamat lokasi produksi; dan d. informasi terkait proses sertifikasi. 7. status akreditasi atau pengakuan LSPro; 8. tanggal penerbitan sertifikat; 9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; 10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 10. Surveilans dan sertifikasi ulang LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode sertifikasi. Dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan/atau 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar. Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas hasil sertifikasi sebelumnya. Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui kegiatan pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan dokumentasi pengendalian

30 mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans pertama. b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan atau telah beredar LSPro harus melaksanakan sertifikasi ulang paling lambat pada bulan ke-42 (empat puluh dua) setelah penetapan sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 6. F. Penggunaan tanda SNI 1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. 2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

31 Dengan ukuran: Keterangan: y = 11x r = 0,5x G. Tahapan kritis proses produksi produk Pensil No Titik Kritis Proses Penjelasan Titik kritis Produksi 1. Pemilihan bahan baku dan bahan lainnya Bahan baku dan bahan lainnya harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau peraturan yang terkait. 2. Pembuatan alur Pembuatan alur di kepingan kayu/slats dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikan untuk mendapatkan alur garis pada kepingan kayu/slats sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 3. Penempelan grafit Penempelan grafit pada kepingan kayu/slats yang sudah ditambahkan lem dilakukan dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 4. Penyatuan kepingan kayu/ Slats Penyatuan kepingan kayu/slats yang sudah terpasang dengan grafit dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 5. Pemotongan Pemotongan dilakukan dengan metode tertentu yang dikendalikan untuk mendapatkan bentuk dan dimensi produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan

32 Pewamaan {bila dilakukan) Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan cat yang sesuai dengan persyaratan untuk mendapatkan warna produk akhir yang diinginkan 7. Pengemasan Pensil harus dikemas dengan baik, aman selama transportasi dan penyimpanan 8. Penandaan Pada label kemasan, minimum harus dicantumkan : 1. Merek/nama dagang; dan 2. Nama perusahaan. KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, TTD BAMBANG PRASETYA S^inan sesuaivdengan aslinya /i' V'A Kepala Biro Sumber Daya^Manusia, Organisasi, dan Hukum SyarTa Margaha3na

33 LAMPIRAN III PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK AGEL A. Ruang lingkup Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan sertifikasi produk Agel sesuai dengan lingkup SNI. No Nama Produk Persyaratan SNI 1 SNI Agel untuk kerajian 2 SNI Agel sebagai bahan baku bagor 3 SNI Tali agel B. Persyaratan sertifikasi 1. Persyaratan sertifikasi mencakup: 2. SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A; 3. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A; dan 4. Peraturan lain yang terkait dengan produk agel. C. Prosedur sertifikasi Prosedur sertifikasi mencakup: 1. evaluasi awal, dan 2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi. D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian Sertifikasi produk Angel dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana

34 dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan sertifikasi dengan ruang lingkup produk Angel, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. E. Tahapan sertifikasi 1. Pengajuan permohonan sertifikasi 1.1. Pengajuan permohonan sertifikasi dilakukan oleh pelaku usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI Permohonan sertifikasi harus dilengkapi dengan: a. informasi Pemohon: 1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan kedudukan atau jabatan personel yang bertanggungjawab atas pengajuan permohonan sertifikasi; 2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. pemenuhan persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melakukan pembuatan produk untuk pihak lain;

35 apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek yang mensubkontrakkan proses produksinya kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan merek dan perjanjian sub kontrak pelaksanaan produksi dengan pihak lain; 6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum tentang penunjukkan sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah Republik Indonesia; dan 7. pernyataan bahwa Pemohon sertifikasi bertanggungjawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan proses sertifikasi dan bersedia memberikan akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi. b. informasi produk: 1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi; 2. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi; 3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan permohonan sertifikasi; 4. foto produk yg diajukan untuk disertifikasi yg menunjukkan bentuk produk serta informasi terkait kemasan primer produk; 5. daftar bahan konstruksi; 6. label produk; dan 7. apabila tersedia, foto kemasan sekunder yang diajukan untuk disertifikasi, dari arah depan, belakang, samping, dan bagian dalam, serta informasi terkait kemasan produk.

36 c. informasi proses produksi: 1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik; 2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel penanggungjawab proses produksi; 3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta prosedur inspeksi bahan baku produk; 4. dokumentasi informasi tentang proses pembuatan produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk proses yang disubkontrakan ke pihak lain; 5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berat produk dalam kemasan akhir; 6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; 7. dokumentasi informasi tentang pengemasan produk dan pengelolaan produk di gudang akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah Republik Indonesia; 8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah Republik Indonesia; 9. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkait;

37 apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan pada butir 9 belum tersedia, Pemohon dapat menyampaikan sampel produk kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan 11. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang setara. 2. Tinjauan permohonan sertifikasi LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari permohonan sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan. 3. Penandatanganan perjanjian sertifikasi Setelah permohonan sertifikasi dinyatakan lengkap dan Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan LSPro. 4. Penyusunan rencana evaluasi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan permohonan sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup: a. jenis/tipe/varian produk yang diajukan untuk disertifikasi dan metode sampling sesuai dengan persyaratan SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili sampel yang diusulkan untuk disertifikasi;

38 b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar sertifikasi berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon sertifikasi; c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian berdasarkan standar acuan metode uji yang dipersyaratkan; dan d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan evaluasi. 5. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk 5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup: a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi produk dan proses produksi yang disampaikan Pemohon dalam angka 1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait. b. Pengujian awal terhadap sampel produk berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI sebagaimana dimaksud dalam huruf A. Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan pengujian awal Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi kesempatan untuk

39 melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi 6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap: a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI; b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin; c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan; d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G; e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk peralatan pengendalian mutu paling sedikit berupa alat untuk pembentukan daun cangkul/sekop dan tangkai, alat ukur berat, dan alat ukur dimensi. f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan pada butir e yang membuktikan 3bahwa peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukan dengan prosedur

40 yang diperlukan untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan; g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat produk dalam kemasan akhir; h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; dan i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan Apabila Pabrik telah menerapkan dan mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang sejenis, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, LSPro melakukan pengambilan sampel oleh petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 7. Tinjauan (Review) 7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap: a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk menunjukkan bahwa sampel yang mewakili

41 produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi. b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik memiliki proses produksi yang didukung dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang secara konsisten dan memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan untuk disertifikasi. 8. Penetapan keputusan sertifikasi 8.1. Penetapan keputusan sertifikasi dilakukan berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari proses review Penetapan keputusan sertifikasi harus dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam proses evaluasi Penetapan keputusan sertifikasi dapat dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang melakukan review Rekomendasi untuk keputusan sertifikasi berdasarkan hasil review harus didokumentasikan, kecuali review dan keputusan sertifikasi diselesaikan secara bersamaan oleh satu atau sekelompok orang yang sama.

42 LSPro harus memberitahu Pemohon sertifikasi terkait alasan menunda atau tidak memberikan keputusan sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan keputusan tersebut. Apabila Pemohon sertifikasi menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses evaluasi (angka 5). 9. Penerbitan sertifikat Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan sesuai ketentuan sebagai berikut: a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan keputusan sertifikasi; b. Sertifikat paling sedikit harus memuat: 1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya; 2. nomor atau identifikasi lain dari skema sertifikasi; 3. nama dan alamat LSPro; 4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat); 5. acuan ke perjanjian sertifikasi; 6. pernyataan kesesuaian yang mencakup: a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang dinyatakan memenuhi persyaratan; b. SNI yang menjadi dasar sertifikasi; c. nama dan alamat lokasi produksi; dan d. informasi terkait proses sertifikasi. 7. status akreditasi atau pengakuan LSPro; 8. tanggal penerbitan sertifikat; 9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; dan 10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

43 Surveilans dan sertifikasi ulang LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode sertifikasi. Dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan/atau 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar. Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama tersebut dilakukan berdasarkan penilaian LSPro atas hasil sertifikasi sebelumnya. Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui kegiatan pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans pertama. b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan atau telah beredar LSPro harus melaksanakan sertifikasi ulang paling lambat pada bulan ke-42 setelah penetapan sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 6. F. Penggunaan tanda SNI 1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam

44 Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. 2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah memenuhi SNI adalah sebagai berikut: Dengan ukuran: Keterangan: y = 11x r = 0,5x G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Agel No Tahapan kritis proses produksi 1. Pemilihan bahan baku Penjelasan Bahan baku harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemilihan bahan baku dilakukan untuk memastikan daun agel berasal dari pucuk (daun muda) pohon Produk Agel Agel sebagai Tali untuk bahan baku agel kerajian bagor Berlaku Berlaku Berlaku

45 Perendaman agel 3. Pengeringan agel gebang [Corypha gebangan BL] Perendaman agel dilakukan dengan metode tertentu yang dikendallkan untuk mendapatkan agel yang mempunyai kekuatan tarik maupun mulur sesuai persyaratan. Pengeringan agel dilakukan dengan metode tertentu yang Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku Berlaku dikendalikan untuk menghasilkan agel dengan kadar air sesuai yang dipersyaratkan. 4. Pengemasan Tali agel digulung dengan berat tidak kurang dari 500 g. Tidak berlaku Tidak berlaku Berlaku KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, TTD BAMBANG PRASETYA sesu^i-^fengan aslinya Kepala Biii^6'Suml3er Daya\Si^usia, Organisasi, dan Hukum If^na Margaha3ai

46 LAMPIRAN IV PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG SKEMA PENILAIAN KESESUAIAN TERHADAP STANDAR NASIONAL INDONESIA SEKTOR PERALATAN RUMAH TANGGA NON ELEKTRONIK, OLAHRAGA DAN HIBURAN PETUNJUK TEKNIS SKEMA SERTIFIKASI PRODUK MEJA GAMBAR TEKNIS A. Ruang lingkup Dokumen ini berlaku untuk acuan pelaksanaan sertifikasi produk meja gambar teknis yang berbentuk khusus yang dibuat dari kayu atau bahan-bahan lain yang dipergunakan sebagai alas menggambar Teknik B. Persyaratan sertifikasi Persyaratan sertifikasi mencakup: 1. SNI Meja gambar teknis; 2. SNI dan standar lain yang diacu dalam SNI , Meja gambar teknis; dan 3. Peraturan lain yang terkait dengan produk meja gambar teknis. C. Prosedur sertifikasi Prosedur sertifikasi mencakup: 1. evaluasi awal, dan 2. inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi. D. Persyaratan Lembaga Penilaian Kesesuaian Sertifikasi produk Meja Gambar Teknis dilakukan oleh LPK yang telah diakreditasi oleh KAN berdasarkan SNI ISO/IEC 17065, Penilaian Kesesuaian Persyaratan untuk Lembaga Sertifikasi Produk, Proses, dan Jasa, untuk lingkup produk sebagaimana dimaksud dalam Ruang Lingkup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

47 Dalam hal LPK belum ada yang diakreditasi oleh KAN untuk melakukan kegiatan sertifikasi dengan ruang lingkup produk Meja Gambar Teknis, BSN dapat menunjuk LPK dengan ruang lingkup yang sejenis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. E. Tahapan sertifikasi 1. Pengajuan permohonan sertifikasi 1.1. Pengajuan permohonan sertifikasi dilakukan oleh pelaku usaha. Kriteria pelaku usaha yang dapat mengajukan sertifikasi sesuai Peraturan Kepala BSN mengenai tata cara penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI Permohonan sertifikasi harus dilengkapi dengan: a. informasi Pemohon: 1. nama pemohon, alamat pemohon, serta nama dan kedudukan atau jabatan personel yang bertanggungjawab atas pengajuan permohonan sertifikasi; 2. bukti pemenuhan persyaratan izin usaha berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan; 3. pemenuhan persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pendaftaran dan hak kepemilikan atas merek yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. apabila Pemohon melakukan pembuatan produk dengan merek yang dimiliki oleh pihak lain, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum untuk melakukan pembuatan produk untuk pihak lain; 5. apabila Pemohon bertindak sebagai pemilik merek yang mensubkontrakkan proses produksinya kepada pihak lain, menyertakan bukti kepemilikan merek dan perjanjian sub

48 kontrak pelaksanaan produksi dengan pihak lain; 6. apabila Pemohon bertindak sebagai perwakilan resmi pemilik merek yang berkedudukan hukum di luar negeri, menyertakan bukti perjanjian yang mengikat secara hukum tentang penunjukkan sebagai perwakilan resmi pemilik merek di wilayah Republik Indonesia; dan 7. pernyataan bahwa Pemohon sertifikasi bertanggungjawab penuh atas pemenuhan persyaratan SNI dan pemenuhan persyaratan proses sertifikasi dan bersedia memberikan akses terhadap lokasi dan/atau informasi yang diperlukan oleh LSPro dalam melaksanakan kegiatan sertifikasi. b. informasi produk: 1. merek produk yang diajukan untuk disertifikasi; 2. jenis/tipe/kelas produk yang diajukan untuk disertifikasi; 3. SNI yang digunakan sebagai dasar pengajuan permohonan sertifikasi; 4. Apabila terlah tersedia, foto produk yg diajukan untuk disertifikasi yg menunjukkan bentuk produk serta informasi terkait kemasan primer produk; 5. daftar bahan konstruksi; dan 6. label produk. c. informasi proses produksi: 1. nama, alamat, dan legalitas hukum pabrik; 2. struktur organisasi, nama dan jabatan personel penanggung jawab proses produksi; 3. dokumentasi informasi tentang pemasok bahan baku produk, prosedur evaluasi pemasok, serta prosedur inspeksi bahan baku produk;

49 dokumentasi informasi tentang proses pembuatan produk yang diajukan untuk disertifikasi, termasuk proses yang disubkontrakan ke pihak lain; 5. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin, daftar peralatan, serta sertifikat kalibrasi atau bukti verifikasi peralatan yang berpengaruh terhadap mutu produk yang disertifikasi, dan bukti atau segel tera atau tera ulang untuk alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berat produk akhir; 6. dokumentasi informasi tentang prosedur dan rekaman pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; 7. dokumentasi informasi tentang pengemasan produk dan pengelolaan produk di gudang akhir produk sebelum dikirimkan dan/atau diedarkan ke wilayah Republik Indonesia; 8. lokasi gudang penyimpanan produk di wilayah Republik Indonesia; 9. menyertakan laporan hasil uji yang dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum pengajuan sertifikasi, yang memberikan bukti pemenuhan produk yang diajukan untuk disertifikasi terhadap persyaratan mutu dalam SNI dan peraturan terkai; 10. apabila laporan hasil uji sebagaimana dinyatakan pada butir 9 belum tersedia, Pemohon dapat menyampaikan sampel produk kepada LSPro untuk diuji di laboratorium yang memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro; dan 11. apabila telah tersedia, menyertakan Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga

50 Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang setara. 2. Tinjauan permohonan sertifikasi LSPro harus memastikan bahwa informasi yang diperoleh dari permohonan sertifikasi yang diajukan oleh Pemohon telah lengkap dan memenuhi persyaratan. 3. Penandatanganan perjanjian sertifikasi Setelah permohonan sertifikasi dinyatakan lengkap dan Pemohon menyetujui persyaratan dan prosedur sertifikasi yang ditetapkan oleh LSPro sesuai dengan persyaratan SNI ISO/IEC 17065, perjanjian Sertifikasi ditandatangani oleh Pemohon dan LSPro. 4. Penyusunan rencana evaluasi Berdasarkan informasi yang diperoleh dari persyaratan permohonan sertifikasi yang disampaikan oleh Pemohon, LSPro menetapkan rencana evaluasi yang mencakup: a. jenis/tipe/kelas produk yang diajukan untuk disertifikasi dan metode sampling sesuai dengan persyaratan SNI yang diperlukan untuk pengujian produk dan mewakili sampel yang diusulkan untuk disertifikasi; b. informasi SNI yang digunakan sebagai dasar sertifikasi berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pemohon sertifikasi; c. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pengujian berdasarkan standar acuan metode uji yang dipersyaratkan; dan d. waktu, lokasi pelaksanaan dan agenda inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi yang relevan dengan pelaksanaan produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi, serta personel kompeten yang melakukan evaluasi.

51 Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk 5.1. Pelaksanaan evaluasi awal terhadap produk mencakup: a. Pemeriksaan awal terhadap kesesuaian informasi produk dan proses produksi yang disampaikan Pemohon dalam angka 1 terhadap lingkup produk yang ditetapkan dalam SNI dan peraturan terkait. b. Pengujian awal terhadap sampel produk berdasarkan persyaratan mutu dalam SNI. Pengujian awal dilakukan berdasarkan laporan hasil uji dari laboratorium yang disampaikan Pemohon, yang mencakup seluruh persyaratan mutu dalam SNI Apabila laporan hasil uji tersebut menunjukkan bahwa seluruh persyaratan mutu dalam SNI tersebut telah terpenuhi, maka produk yang diajukan untuk disertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan pengujian awal Apabila hasil evaluasi awal menunjukkan ketidaksesuaian terhadap persyaratan SNI, Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 6. Pelaksanaan inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi 6.1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi harus dilakukan pada saat pabrik melakukan produksi, atau pada kondisi tertentu dilakukan melalui simulasi proses produksi produk yang diajukan untuk disertifikasi.

52 Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap: a. tanggung jawab dan komitmen personel penanggung jawab pabrik terhadap konsistensi pemenuhan produk terhadap persyaratan SNI; b. ketersediaan dan pengendalian dokumentasi informasi prosedur dan rekaman pengendalian mutu, termasuk pengujian rutin; c. fasilitas, lokasi, desain dan tata letak, bangunan; d. tahapan kritis proses produksi, mulai dari bahan baku sampai produk akhir paling sedikit pada tahapan sebagaimana tercantum dalam huruf G; e. kelengkapan serta fungsi peralatan produksi termasuk peralatan pengendalian mutu paling sedikit berupa alat untuk pembentukan belincong, alat ukur berat, dan alat ukur dimensi. f. bukti verifikasi berdasarkan hasil kalibrasi atau hasil verifikasi peralatan produksi sebagaimana disebutkan pada butir e yang membuktikan bahwa peralatan tersebut memenuhi persyaratan produksi. Hasil verifikasi peralatan produksi dapat ditunjukan dengan prosedur yang diperlukan untuk mencapai kondisi atau persyaratan yang ditetapkan; g. bukti tera atau tera ulang alat pengukuran berat produk akhir; h. pengendalian dan penanganan produk yang tidak sesuai; dan i. pengemasan, penanganan, dan penyimpanan produk, termasuk di gudang akhir produk yang siap diedarkan.

53 Apabila pabrik telah menerapkan dan mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu berdasarkan SNI ISO 9001 dari Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh KAN atau oleh badan akreditasi penandatangan IAF/PAC MLA dengan ruang lingkup yang sejenis, maka inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi dilakukan terhadap implementasi sistem manajemen terkait mutu produk tersebut dan angka 6.2 huruf d dan huruf e Selama inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, LSPro melakukan pengambilan sampel oleh petugas pengambil contoh dan selanjutnya diuji di laboratorium milik LSPro atau Laboratorium yang telah memiliki perjanjian alih daya dengan LSPro Apabila berdasarkan hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi, termasuk hasil pengujian, tidak diperoleh bukti-bukti yang kuat untuk menjamin konsistensi produk terhadap persyaratan SNI, maka Pemohon harus diberi kesempatan untuk melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan LSPro. 7. Tinjauan (Review) 7.1. Tinjauan Hasil Evaluasi dilakukan terhadap: a. Hasil evaluasi awal terhadap produk untuk menunjukkan bahwa sampel yang mewakili produk memenuhi persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi. b. Hasil inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi atau bukti obyektif untuk menunjukkan bahwa pabrik memiliki proses produksi yang didukung dengan segala sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan produk yang secara konsisten dan memenuhi

54 persyaratan SNI yang diajukan oleh Pemohon sebagai dasar permohonan sertifikasi Tinjauan hasil evaluasi dinyatakan dalam bentuk rekomendasi tertulis tentang pemenuhan SNI yang diajukan oleh Pemohon untuk produk yang diajukan untuk disertifikasi. 8. Penetapan keputusan sertifikasi 8.1. Penetapan keputusan sertifikasi dilakukan berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari proses review Penetapan keputusan sertifikasi harus dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang tidak terlibat dalam proses evaluasi Penetapan keputusan sertifikasi dapat dilakukan oleh satu atau sekelompok orang yang sama dengan yang melakukan review Rekomendasi untuk keputusan sertifikasi berdasarkan hasil review harus didokumentasikan, kecuali review dan keputusan sertifikasi diselesaikan secara bersamaan oleh satu atau sekelompok orang yang sama LSPro harus memberitahu Pemohon sertifikasi terkait alasan menunda atau tidak memberikan keputusan sertifikasi, dan harus mengidentifikasikan alasan keputusan tersebut. Apabila Pemohon sertifikasi menunjukkan keinginan untuk melanjutkan proses sertifikasi, LSPro dapat memulai kembali dari proses evaluasi (angka 5).

55 Penerbitan sertifikat Sertifikat kesesuaian terhadap persyaratan SNI diterbitkan sesuai ketentuan sebagai berikut: a. Sertifikat diterbitkan oleh LSPro setelah penetapan keputusan sertifikasi; b. Sertifikat paling sedikit harus memuat: 1. nomor sertifikat atau identifikasi unik lainnya; 2. nomor atau identifikasi lain dari skema sertifikasi; 3. nama dan alamat LSPro; 4. nama dan alamat Pemohon (pemegang sertifikat); 5. acuan ke perjanjian sertifikasi; 6. pernyataan kesesuaian yang mencakup: a. nama, merek, dan spesifikasi produk yang dinyatakan memenuhi persyaratan; b. SNI yang menjadi dasar sertifikasi; c. nama dan alamat lokasi produksi; dan d. informasi terkait proses sertifikasi. 7. status akreditasi atau pengakuan LSPro; 8. tanggal penerbitan sertifikat; 9. tanggal berakhir masa berlaku sertifikat yaitu 4 (empat) tahun sejak tanggal penerbitan sertifikat; 10. tanda tangan yang mengikat secara hukum dari personel yang bertindak atas nama LSPro sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 10. Surveilans dan sertifikasi ulang LSPro harus melaksanakan surveilans paling sedikit 2 (dua) kali dalam periode sertifikasi. Dalam hal ini berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Surveilans pertama dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan/atau 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar. Pemilihan jenis kegiatan pada surveilans pertama tersebut dilakukan berdasarkan

56 penilaian LSPro atas hasil sertifikasi sebelumnya. Apabila surveilans pertama hanya dilakukan melalui kegiatan pengujian terhadap sampel produk yang akan beredar, penerima sertifikat harus menyampaikan dokumentasi pengendalian mutu proses produksi sejak penerbitan sertifikat sampai dilakukan surveilans pertama. b. Surveilans kedua dilakukan melalui kegiatan: 1. Inspeksi pabrik atau asesmen proses produksi; dan 2. Pengujian terhadap sampel produk yang akan atau telah beredar LSPro harus melaksanakan sertifikasi ulang paling lambat pada bulan ke-42 setelah penetapan sertifikasi, melalui kegiatan sebagaimana tercantum pada pasal 5.6. F. Penggunaan tanda SNI 1. Penggunaan tanda SNI dilakukan setelah mendapatkan persetujuan penggunaan Tanda SNI melalui surat persetujuan penggunaan Tanda SNI (SPPT SNI) yang dikeluarkan oleh BSN sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Kepala BSN Mengenai Tata Cara Penggunaan Tanda SNI dan Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. 2. Tanda SNI sebagai bukti kesesuaian produk yang telah memenuhi SNI adalah sebagai berikut:

57 Dengan ukuran: Keterangan: y = 11x r = 0,5x G. Tahapan Kritis Proses Produksi Produk Meja gambar teknis No Tahapan kritis proses produksi Penjelasan tahapan kritis 1. Pemilihan bahan baku Bahan baku harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Bahan baku kayu yang digunakan tidak mempunyai cacat sebagaimana Lampiran D SNI Daun meja terbust dari kayu, polimer, bahan lain yang sesuai atau paduannya yang tahan terhadap pengaruh lingkungan. Kaki meja terbuat dari kayu, logam, polimer, atau bahan lain yang sesuai atau paduannya yang tahan terhadap pengaruh lingkungan. 2 Treatment bahan baku: Laminasi (khusus Proses laminasi dilakukan dengan bahan kayu non-solid) metode tertentu yang dikendalikan, agar dihasilkan tebal lapisan yang ditetapkan dan kuat Pengeringan bahan Pengeringan dilakukan dengan baku kayu (jika metode tertentu pada suhu dan waktu dilakukan) yang dikendalikan agar kayu mencapai tingkat kekeringan yang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang No. 1510, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Alat Konversi BBG. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI ALAT KONVERSI BAHAN

Lebih terperinci

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT No.821, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Tanda SNI. Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TANDA SNI DAN

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L

2016, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan L No.17, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. LPK Terdaftar ASEAN. Sertifikat Produk. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian

2017, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mengatur kembali penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian No.648, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Kabel. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/M-IND/PER/4/2017 TENTANG LEMBAGA

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KERTAS DAN KARTON UNTUK KEMASAN PANGAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr

2016, No Pengawasan Standar Nasional Indonesia Baterai Primer secara Wajib; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustr BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2087, 2016 KEMENPERIN. SNI. Baterai Primer. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/M-IND/PER/12/2016 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA TUNA DALAM KEMASAN KALENG DAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SARDEN DAN

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

2016, No Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departe

2016, No Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departe No. 1511, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Ubin Keramik. Skema Sertifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI UBIN KERAMIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No. 1083, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Tepung Terigu. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/M-IND/PER/7/2015

Lebih terperinci

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN PENYEDIA JASA DI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Skema sertifikasi produk

Skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Skema sertifikasi produk Kategori produk tangki

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.692, 2014 KEMENPERIN. Baja Batangan. BJKU. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/5/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P No.1730, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral Demineral. Air Mineral CAlami. Air Minum Embun. Pemberlakuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2016, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mes

2016, No Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mes No.1635, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2014 PERDAGANGAN. Standardisasi. Penilaian Kesesuaian Perumusan. Pemberlakuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.152,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KATUP TABUNG BAJA LPG SECARA

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

"Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website "

Copy Peraturan ini di buat untuk penayangan di website  PETUNJUK TEKNIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA BAB I KETENTUAN UMUM 1. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) baterai primer adalah dokumen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.308, 2009 DEPARTEMEN PEINDUSTRIAN. SNI. Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 86/M-IND/PER/9/2009 TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektr No.551, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Pengamanan Informasi. Sistem Manajemen. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb No.1199, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. UTTP. Izin Pembuatan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/M-DAG/PER/7/2016 TENTANG IZIN PEMBUATAN ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1553,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Minyak Goreng Sawit. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/M-IND/PER/12/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.552, 2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 59/M-IND/PER/5/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA () PELEK KENDARAAN BERMOTOR

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.494, 2015 KEMENPERIN. Standar Nasional Indonesia. Kompor Gas. Sistem Pemantik. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/M-IND/PER/3/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMPOR GAS TEKANAN RENDAH JENIS DUA DAN TIGA TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da

2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da No.1518, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Barang dan Jasa. SNI. Pengawasan. Jasa Bidang Perdagangan. Standardisasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/M-DAG/PER/9/2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : Final 18 November 2011 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA BATANGAN UNTUK KEPERLUAN UMUM (BjKU) SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

- 2 - Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: - 2 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN. BAB I

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 01/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TABUNG BAJA LPG SECARA WAJIB DIREKTUR

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.469, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Air Mineral. Air Demineral. Air Mineral Alami. Air Minum Embun. Lembaga Penilaian Kesesuaian. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.856, 2015 KEMENPERIN. SNI. Kaca. Bangunan. Blok Kaca. Wajib. Pemberlakuan. NGANPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54/M-IND/PER/6/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Mainan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/M-IND/PER/10/2013 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.54/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2017 TENTANG TATA KERJA TIM AHLI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.479, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. SNI. Regulator Tekanan Rendah. Tabung Baja. LPG. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-IND/PER/3/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.153, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Regulator. LPG. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/M-IND/PER/1/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan Skema Sertifikasi Produk Sub Kategori

Lebih terperinci

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke

2014, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Ke No.225, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Regulator. Tabung Baja LPG. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI KERAN AIR RUMAH TANGGA JENIS KATUP PINTU (SNI 03-0122-1998) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10)

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10) Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan umum sertifikasi 7 Sertifikat

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 281, 2016 KEMENPERIN. SNI. Pipa Saluran Air. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/2/2016 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG SERTIFIKASI AMIL ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI BATANG KAWAT BAJA KARBON RENDAH UNTUK INTI KAWAT LAS LISTRIK (SNI 07-0075-2006) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan

Lebih terperinci

2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2

2015, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2 No.1452, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Kaca. Wajib.SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/M-IND/PER/9/2015 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR XXXXX TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR XXXXX TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR XXXXX TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI BAJA BATANGAN KONSTRUKSI UMUM (BjKU) (SNI 7614:2010) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI SEPATU REM BESI COR KELABU UNTUK KERETA API (SNI 11-1653-1989) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.1110, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI Kawat Baja Beton Pratekan. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-IND/PER/8/2017

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA MESIN PENGHANCUR (CRUSHER) BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK - SYARAT MUTU DAN CARA UJI SECARA WAJIB DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA NOMOR : 02/ILMTA/PER/1/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK SKEMA SERTIFIKASI BAJA TULANGAN BETON (SNI 07-2052-2002) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke Ketua

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1084, 2015 KEMENPERIN. Biskuit. Wajib. Standar Nasional Indonesia. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-IND/PER/7/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI TALI KAWAT BAJA (SNI 0076:2008) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke Ketua LSPro

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN NOMOR : 422/BPPI/6/2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN NOMOR : 422/BPPI/6/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53, Lantai 19-20 Jakarta 12950 Kotak Pos 3538 JKSMG Telp. 021-5255509 5251429, Fax. 021-5251429

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/M-IND/PER/3/2011 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) TEPUNG TERIGU SEBAGAI BAHAN MAKANAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. SNI. Gula Putih Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI PASAR RAKYAT

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI PASAR RAKYAT Salinan BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG SKEMA SERTIFIKASI PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.921, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/M-IND/PER/7/2013

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI BAJA COR TAHAN PANAS (SNI 07-1855-1990) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke Ketua

Lebih terperinci

2016, No /M-IND/PER/4/2014 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indone

2016, No /M-IND/PER/4/2014 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian dalam rangka Pemberlakuan dan Pengawasan Standar Nasional Indone No. 1106, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Karet Perapat Katup Tabung LPG. Lembaga Penilaian Kesesuaian. Penunjukan. perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia DPLS 04 rev.3 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Menara Thamrin Lt. 11 Jl. MH Thamrin Kav.3,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KACA UNTUK BANGUNAN BLOK KACA SPESIFIKASI DAN METODA UJI SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin akuntabilitas jasa pengujian parameter

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT. ANUGERAH GLOBAL SUPERINTENDING DOKUMEN PENDUKUNG KETENTUAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI PRODUK Depok, 22 Juni 2016 Disahkan oleh, Nurhayati Syarief General Manager Edisi : A No. Revisi : 0 Halaman : 1

Lebih terperinci

2016, No PER/10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 T

2016, No PER/10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kopi Instan Secara Wajib; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 T No.79, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Kopi Instan. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/M-IND/PER/1/2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Pemerintah Negara

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasion

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir Nasion No.922, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Clearing House Teknologi Nuklir. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG CLEARING HOUSE TEKNOLOGI NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI TABUNG BAJA LPG (SNI 1452:2011) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke Ketua LSPro

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1447, 2015 KEMENPERIN. Selang Kompor LPG. Wajib. SNI. Pemberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/M-IND/PER/0/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.227, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Pupuk Anorganik Majemuk. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-IND/PER/2/2014 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA ALAT PEMELIHARAAN TANAMAN SPRAYER GENDONG SEMI OTOMATIS SYARAT MUTU DAN METODE UJI SECARA WAJIB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI BESI TUANG KELABU DAN BAJA TUANG PADUAN SEBAGAI BAHAN KOMPONEN POMPA PUSINGAN UNTUK LUMPUR DAN PASIR (SNI 07-1071-1989) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR XXXXX TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 800-2004 Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional KATA PENGANTAR Pedoman ini diperuntukkan bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penerapan Skema Sertifikasi

Lebih terperinci

Mcntel'i Pcrindustrian Rcpublik Indoncshl

Mcntel'i Pcrindustrian Rcpublik Indoncshl Mcntel'i Pcrindustrian Rcpublik Indoncshl PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 129/M-IND/pER/12/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 85/M IND/PER/11/2008

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Kabel. Penunjukkan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/M-IND/PER/2/2012

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI

SKEMA SERTIFIKASI PIPA BAJA SALURAN AIR DENGAN ATAU TANPA LAPISAN SENG NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI Halaman : 1 dari 9 I. SELEKSI 1. Permohonan 1) Surat Aplikasi Permohonan 2) Dokumen permohonan SPPT SNI disertai dengan melampirkan dokumen legal perusahaan, daftar informasi terdokumentasi, diagram alir

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1417, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kompor Gas. LPG. Pemantik. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/M-IND/PER/11/2013 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lemb

2018, No Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lemb No.6, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Beras Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/PERMENTAN/PP.130/12/2017 TENTANG BERAS KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1169, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI BAJA LEMBARAN LAPIS SENG (SNI 07-2053-2006) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke

Lebih terperinci

BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN. Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian

BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN. Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian - 14 - BAB IV PENILAIAN KESESUAIAN Bagian Kesatu Kegiatan Penilaian Kesesuaian Pasal 30 (1) Pemenuhan terhadap persyaratan SNI dibuktikan melalui kegiatan Penilaian Kesesuaian. (2) Kegiatan Penilaian Kesesuaian

Lebih terperinci

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN, 19 DESEMBER 2016 PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email subdit_standarkosmetik@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat 22 Desember

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

, No.1781 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

, No.1781 Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.1781, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. SNI. Asam Sulfat. Pemeberlakuan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/M-IND/PER/11/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022)

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung Telp. (022) Fax. (022) SKEMA SERTIFIKASI SEPEDA RODA DUA (SNI 1049:2008) NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN A. SERTIFIKASI AWAL DAN re- SERTIFIKASI I. SELEKSI 1. Permohonan Permohonan ditujukan langsung ke Ketua LSPro

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.857, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Pemberlakuan. SNI. Ubin. Keramik. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84/M-IND/PER/2012 TENTANG PEMBERLAKUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1452, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Asam Sulfat. Teknis. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/M-IND/PER/12/2013/ TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KOPI INSTAN SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan

2015, No Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1449, 2015 KEMENPERIN. Melamin Perlengkapan Makan Minum. Wajib. SNI. Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/M-IND/PER/9/2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BAJA TULANGAN BETON SECARA WAJIB MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdaga

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdaga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1519, 2015 KEMENDAG. Label. Pencantuman. Barang. Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/M-DAG/PER/9/2015 TENTANG KEWAJIBAN

Lebih terperinci