II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ettawah ini merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan

Transkripsi

1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kambing Peranakan Ettawah Ternak Kambing Peranakan Ettawah merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing Peranakan Ettawah ini merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging dan susu, dengan tingkat produksi susu sekitar 0,45-2,1 liter/hari/masa laktasi (Budiarsana dan Sutama, 2001). Kambing Peranakan Ettawa yang berada di Balitnak ini mempunyai produksi susu rata-rata 857,3 ml/ekor/hari dan puncak laktasi bisa mencapai 1,21 liter/ekor/hari (Praharani, dkk. 2016). Tabel 1. Karakteristik Morfologi Tubuh Kambing Peranakan Ettawa No Uraian Kambing Peranakan Ettawa Betina Jantan 1 Bobot/kg 40,2 60,0 2 Panjang Badan/cm 81,0 81,0 3 Tinggi Pundak/cm 76,0 84,0 4 Tinggi Pinggul/cm 80,1 96,8 5 Lingkar Dada/cm 80,1 99,5 6 Lebar Dada/cm 12,4 15,7 7 Panjang Telinga/cm 12,0 15,0 8 Tipe Telinga Jatuh Jatuh 9 Panjang Ekor/cm 19,0 25,0 Sumber : Pamungkas dkk (2009) Ciri khas dari kambing Peranakan Ettawa antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher, telinga panjang, lembek menggantung, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, dan bulu paha panjang serta tebal. Warna bulu ada yang tunggal, putih, hitam dan coklat. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang

2 9 coklat, dan putih bertotol hitam (Pamungkas, dkk. 2009). Aspek reproduksi kambing Peranakan Ettawa dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Aspek Reproduksi Kambing Peranakan Ettawa Uraian Keterangan 1. Lama Kebuntingan (hari) 148,87 2. Lama Kosong (hari) 110,09 3. Selang Beranak (hari) 259,36 4. Umur Kawin Pertama (hari) 403,22 5. Umur Beranak Pertama (hari) 643,24 6. Kawin Setelah Beranak (hari) 64,20 7. Siklus Birahi (hari) 22,79 8. Angka Kawin per Kebuntingan 1,95 Sumber : Atabani dkk (2001) 2.2 Kambing Anglo Nubian Kambing nubian merupakan hasil persilangan dari tiga breed kambing, yaitu kambing perah lokal, kambing dari Timur Tengah, dan kambing dari Afrika Utara. Kambing Nubian jantan mempunyai berat bedan dewasa 79 kg dan bobot betina 61 kg. Tinggi badan jantan 89 cm, sedangkan tinggi betinanya 76 cm. Ciri khas dari kambing Nubian adalah ukuran tubuh yang besar dibandingkan dengan jenis kambing perah lainnya (Sutama dan Budiarsana, 2017). Produksi susu kambing Anglo Nubian bervariasi antara 1-2 liter/ekor/hari atau 1100 sampai 1250 kg/laktasi dengan kualitas susu yang cukup baik, yaitu kadar lemak 4,8-6,2% dan protein 3,8-4,8% (Sanogo, dkk. 2012). Produksi susu kambing Anglo Nubian yang dipelihara di Balitnak mempunyai produksi susu rata-rata 1,19 liter/ekor/hari dengan puncak laktasi mencapai 1,98 liter/ekor/hari (Praharani, dkk. 2016).

3 Pakan Pakan merupakan faktor penting dalam manajemen pemeliharaan ternak. Pakan yang diberikan untuk ternak kambing harus dapat memenuhi kebutuhannya untuk hidup dan bereproduksi (Ensminger, 2001). Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan yaitu rumput dan daun-daunan, untuk kambing dewasa dibutuhkan sekitar 6 kg hijauan/ekor/hari (Sosroamidjojo, 1990). Jenis hijauan pakan yang dikumpulkan peternak untuk pakan ternak pada umumnya berasal dari golongan rumput dan leguminosa (kacang-kacangan). Tabel 3. Komposisi Kimia dan Nilai Nutrisi Bahan Pakan Bahan Pakan BK PK SK TDN... %.. Rumput Raja 16,00 13,50 29,30 52,00 Kaliandra 88,14 14,16 14,52 63,27 Lamtoro 89,53 14,19 17,74 63,89 Konsentrat 90,00 18,20 21,00 - Sumber : Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor (2016) Konsumsi pakan pada kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks, meliputi faktor hewannya sendiri, pakan yang diberikan dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara, sehingga kualitas pakan yang diberikan juga akan mempengaruhi konsumsi dari pakan (Parakkasi, 1999). Faktor dari ternak yang berhubungan dengan tingkat konsumsi pakan antara lain : umur, bobot badan, jenis kelamin, bangsa, faktor genetik, faktor pakan serta kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi sesuai dengan kapasitas saluran pencernaan ternak (Parakkasi, 1999).

4 11 Tabel 4. Kebutuhan nutrisi kambing berdasarkan tabel NRC Status Produksi Kebutuhan Nutrien DM % of BW CP TDN. % Hidup Pokok 1,8-2, Awal Kebuntingan 2,4-3, Akhir Kebuntingan 2,4-3, Laktasi 2,8-4, Sumber : Tabel NRC (Nutrient Requirements of Small Ruminants) 2007 Berdasarkan kebutuhan nutrisi kambing pada tabel NRC, diketahui bahwa pemberian rumput untuk kambing perah di Balitnak terutama untuk laktasi masih kurang. Minimalnya kebutuhan BK untuk laktasi berkisar 2,8 hingga 4,6% dari berat badan. 2.4 Lama Kosong (Days Open) Masa kosong merupakan jangka waktu sejak kambing beranak sampai dikawinkan kembali dan terjadi kebuntingan (Sumadi, 2001). Lama kosong pada kambing berkisar antara hari, jika melebihi dari 120 hari menunjukan adanya kelainan reproduksi pada ternak tersebut (Atabany, 2013). Jarak waktu mulai dari melahirkan sampai birahi pertama setelah melahirkan itu beragam dari 1 sampai 3 bulan atau lebih lama lagi (Devendra dan Burns, 1994). Panjang dan pendeknya masa kosong bisa dipengaruhi oleh waktu perkawinan induk setelah beranak, tingkat kesuburan induk dan S/C. Days open pada seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya IB meliputi penggunaan semen berkualitas baik, kesehatan induk, fertilitas induk, dan manajemen meliputi recording, ketepatan dalam deteksi estrus dan nilai nutrisi yang cukup.

5 Lama Bunting Lama kebuntingan diperoleh dengan menghitung dari perkawinan yang fertil sampai partus (Hafez, 2000), sedangkan menurut Frandson (1992) menyatakan kebuntingan berarti keadaan anak sedang berkembang di dalam uterus seekor hewan. Menurut Partodihardjo (1982), lama masa kebuntingan pada kambing dan domba 148 hari dengan kisaran hari, adapun yang menyebutkan lama kebuntingan pada kambing berkisar dari 147 sampai 155 hari atau 5 bulan (Blakely dan Bade, 1991). Hasil penelitian sebelumnya lama bunting pada kambing Peranakan Ettawa dan Anglo Nubian yang ada di Balitnak berkisar 150,36 ± 1,37 dan 150,25 ± 1,39 (Praharani, dkk. 2016). Lama bunting yang singkat merupakan ciri bangsa kambing yang kecil (Devendra dan Burns, 1994). Induk bunting harus dipelihara pada kondisi yang baik selama kebuntingan untuk perkembangan anak yang dikandungnya. 2.6 Selang Beranak (Kidding Interval) Selang beranak atau kidding interval adalah waktu atau periode antara dua kelahiran (Steele, 1996). Panjang pendeknya selang beranak merupakan pencerminan dari fertilitas ternak. Menurut Atabany, dkk. (2002), selang beranak pada kambing sekitar 259,36 hari, adapun yang menyebutkan bahwa selang beranak kambing yakni 10 bulan (300 hari) (Setiadi, dkk., 1995). Penelitian selang beranak merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tinggi rendahnya ratarata produksi anak yang dihasilkan per tahun. Ternak betina yang memiliki kinerja reproduksi dengan jarak beranak yang pendek berarti memilih kinerja reproduksi yang baik. Timbulnya gejala birahi kembali setelah beranak (post partum oestrus/ppo) dan kawin setelah beranak

6 13 (post partum mating/ppm) serta S/C merupakan faktor penentu panjangnya interval beranak (Hoda, 2008). Menurut Leksanawati (2010), selang beranak dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi reproduksi. Faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya selang beranak antara lain adalah bangsa, umur kambing, kandungan nutrisi dalam ransum yang dikonsumsi, dan service per conception. Tersedianya pejantan dalam jumlah cukup dan fertil dalam sekelompok ternak berpengaruh juga terhadap selang beranak (Abdulgani, 1981). Selang beranak yang panjang disebabkan oleh anestrus pasca melahirkan (62%), gangguan ovarium dan uterus (26%), 12% oleh gangguan lain (Toelihere, 1985). Jarak beranak yang lama atau panjang menyebabkan penurunan jumlah pedet yang dihasilkan, peningkatan biaya produksi dan perkandangan untuk pemeliharaan, oleh karena itu akan terjadi kerugian besar jika potensi untuk menghasilkan pedet terganggu karena kegagalan kambing menjadi bunting.