Rahmat Hidayat Saputra Elisasi 1, Muhammad Djamal Amin 2, Daud Kondorura 3
|
|
- Shinta Veronika Kusnadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ejournal Pemerintahan Integratif, 2019, 7 (3): ISSN: (online), ISSN (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2019 KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENGELOLAAN ADD (ALOKASI DANA DESA) DAN DD (DANA DESA) DI DESA KARYA BHAKTI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR Rahmat Hidayat Saputra Elisasi 1, Muhammad Djamal Amin 2, Daud Kondorura 3 Abstrak Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis Koordinasi Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Pengumpuulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan, observasi, dan wawancara mendalam. Narasumber dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur Keuangan Desa, Ketua Badan Permusyawaratan Desa, Wakil Ketua badan Permusyawaratan Desa, dan Masyarakat Desa Karya Bhakti dengan menggunakan teknik Purposeve Sampling. Kemudian data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan analisis kualitatif. Temuan dari penelitian ini adalah koordinasi yang terjalin antara Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah baik karena Kepala Desa beserta perangkatnya dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa beserta perangkatnya selalu mengadakan rapat koordinasi dan Musrenbangdes yang di hadiri perangkat desa, perangkat Badan Permusyawaratan Desa, pendamping desa, serta masyarakat Desa Karya Bhakti. Temuan lainnya pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa yang dipergunakan untuk pembangunan sekolah menengah pertama (SMP), pembangunan jalan (semenisasi), pembangunan gedung serbaguna, dan pemberdayaan masyarakat selalu terlambat dalam pencairan bahkan bisa tidak ada pencairan, akibat lambatnya pencairan dana yang ada di Desa Karya Bhakti pembangunanpembangunan yang telah direncanakan akhirnya terhambat. Kata Kunci : koordinasi, pengelolaan, alokasi dana desa, dana desa. 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. dayatkogsi173@gmail.com 2 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 3 Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.
2 Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Pendahuluan Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan adanya asas desentralisasi memberi keleluasaan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengembangkan daerahnya. Terbitnya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi dengan Undang- Undang No. 32 Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi Undang-Undang 23 No. 23 Tahun 2014 semakin menguatkan posisi dalam upaya meningkatkan kemampuan disegala bidang, karena semua yang menyangkut kemajuan daerah diserahkan pengelolaan sepenuhnya kepada daerah, terutama Kabupaten dan Kota sebagai titik berat otonomi daerah. Otonomi daerah diletakkan sebagai jawaban atas perkembangan keadaan, baik di dalam maupun luar negeri, serta tentang persaingan global. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional, yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya alam, serta perimbangan kewenangan antara pusat dan daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi solusi terhadap problem antara pusat dan daerah, disintegrasi nasional, serta minimnya penyaluran aspirasi masyarakat lokal, otonomi merupakan solusi terpenting untuk menepis disintegrasi dan otonomi memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk lebih berkembang. Pemerintah Daerah adalah penyelenggara urusan Pemerintahan Daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Setiap Pemerintah Daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis. Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indonesia terdiri atas beberapa dearah wilayah provinsi dan setiap daerah wilayah provinsi terdiri atas beberapa daerah kabupaten/kota, selanjutnya di dalam tiap daerah kabupaten/kota terdapat satuan pemerintahan terendah yang disebut desa dan kelurahan. Pemimpin daerah yang dipilih secara langsung oleh masyarakat secara demokratis harus mampu membangun infrastruktur dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerahnya baik dari segi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia sehingga nantinya akan mampu mensejahterakan masyarakat dan desa. Sebagai pemerintahan terendah yang memiliki beban untuk membangun, mengembangkan dan mensejahterakan masyarakatnya. Desa merupakan satuan pemerintahan terendah yang diberi hak otonomi sehingga merupakan badan hukum yang berhak mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan asal usulnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan 317
3 ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa yaitu Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa bertugas membantu kinerja Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan fungsi Pemerintah Desa. Wewenang dan tugas utama yang harus dijalankan oleh Pemerintah Desa adalah menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga membawa masyarakat pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram, dan berkeadilan serta mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif untuk itu Pemerintah Desa dituntut untuk lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan dari warganya yang terdiri dari berbagai lapisan. Artinya bahwa pemerintahan dalam pembuatan kebijakan, dituntut untuk melibatkan seluruh unsur masyarakat untuk mengetahui secara langsung sejauh mana, seperti apa kondisi dan apa yang sesungguhnya menjadi kebutuhan masyarakat. Koordinasi yang dilakukan oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan hal yang sangat penting dalam merealisasikan kegiatan pembangunan dikawasan pedesaan, sehingga masyarakat desa dapat tergerak dengan terarah dalam kegiatan pembangunan tersebut. Pemerintah desa merupakan penggerak utama masyarakat desa dalam pembangunan desa, dengan cara memberi arahan dan mengayomi masyarakat desa menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus mengayomi masyarakat desa agar dapat terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan dikawasan pedesaan. Hal ini mencerminkan tranparansi dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat desa. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo pada tanggal 31 Desember 2014 ini sekaligus mencabut peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Alokasi Dana Desa, Selanjutnya disingkat ADD adalah dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Kabupaten/Kota. Dan selanjutnya Dana Desa atau yang di singkat DD adalah Dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat. Desa Karya Karya Bhakti merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Sebagian besar mata pencarian Masyarakat di Desa Karya Bhakti adalah berasal dari sektor perkebunan dan pertanian khususnya perkebunan kelapa sawit dan tanaman 318
4 Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) sayuran. Dalam memajukan dan mensejaterahkan Desa Karya Bhakti perlu adanya pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang dijalankan oleh kepala desa dan diawasi oleh Badan Permusyawatan Desa (BPD). Dalam pengeloaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) perlu adanya Koordinasi yang baik antara Kepala Desa dan Badan Permusyawatan Desa untuk menjalankan pemerintahan dan melakukan pembangunan di Desa Karya Bhakti. Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur belum tepat sasaran karena dilihat dari Pembangunan fisik yang ada di Desa Karya Bhakti belum terealisasi dan belum terselesaikan seperti: Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum terealisasikan. Pembangunan Jalan (Semenisasi) yang belum terselesaikan. Pembangunan Gedung Serbaguna yang hingga saat ini belum terselesaikan. Pemberdayaan Masyarakat yang masih kurang. Dari permasalahan yang terjadi maka perlunya adanya Koordinasi yang baik antara Kepala Desa dan badan Permusyawaratan Desa dalam pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur demi memajukan pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti. Kerangka Dasar Teori Koordinasi Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat (equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate) untuk saling memberi informasi dan mengatur (menyepakati) hal tertentu (Ndraha, 2003:290). Koordinasi menurut Awaluddin Djamin dalam Hasibuan (2011:86) diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi,saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi. Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (lendership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi, dari definisi-definisi diatas dijelaskan bahwa koordinasi selalu diperlukan dalam setiap organiasi kecil dan besar, baik organisasi yang sederhana maupun yang kompleks. 319
5 ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: Menurut (Terry 2006:85) koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Koordinasi adalah mengimbangi dan mengerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85). Desa Menurut Peraturan Mentri No. 113 Tahun 2014 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimanapun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terkait pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada sektor pertanian (Edi Indrizal, 2006). Alokasi Dana Desa Menurut Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014 Alokasi Dana Desa sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Alokasi Dana Desa adalah anggaran keuangan yang diberikan pemerintah kepada desa, yang mana sumbernya berasal dari Bagi Hasil Pajak Daerah serta dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat Dan Daerah yang diterima oleh kabupaten. Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja yang diperuntukkan bagi desa dan desa adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, Pemerintah mengalokasikan Dana Desa melalui mekanisme transfer kepada kabupaten/kota berdasarkan alokasi dana tersebut. 320
6 Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Maka tiap kabupaten/kota mengalokasikannya ke setiap desa berdasarkan jumlah desa dengan memprhatikan jumlah penduduk (30%), luas wilayah (20%), dan angka kemiskinan (50%). hasil perhitungan tersebut disesuaikan juga dengan tingkat kesulitan geografis masing-masing desa. Metode Penelitian Berdasarkan judul yang penulis teliti maka dapat diketahui bahwa jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Yaitu suatu metode penelitian deskriptif dimana penelitian bertujuan untuk memaparkan dan menjelaskan tentang bagaimana Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Adapun waktu penelitian yang dilakukan penulis dari bulan September 2018-selesai. Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa teknik penelitian kepustakaan (Library and Document Research), Penelitian Lapangan (Field Work Research), meliputi: observasi, interview, dokumentasi. Key informan: Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa. Informan: Sekretaris Desa Karya Bhakti, Kaur Keuangan Desa Karya Bhakti, Sekretaris Badan permusyawaratan Desa Karya Bhakti, dan Masyarakat Desa Karya Bhakti. Hasil Penelitian dan Pembahasan Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi antara Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah terjalin cukup baik, karena setiap tahunnya Kepala Desa beserta Perangkat Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti beserta Perangkatnya mengadakan Rapat Koordinasi dan juga Musrenbangdes yang melibatkan Pendamping Desa, Kapolri, dan juga masyarakat Desa Karya Bhakti. Pentingnya Koordinasi Dalam Organisasi/Kelompok atau individu dengan individu lainnya Koordinasi sangatlah penting karena untuk mencegah terjadinya kekacauan, keselisihan, kesalahpahaman dalam sebuah kelompok atau organisasi maka dari itu pentingnya koordinasi harus benar-benar di pahami. Pentingnya Koordinasi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa 321
7 ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: sangatlah penting, karena Alokasi Dana Desa dan Dana Desa ini di gunakan Pemerintah Desa untuk menjalankan roda pemerintahan, membangun desa, dan mensejahterakan masyarakat yang ada di Desa karya Bhakti. Kompetensi Partisipan Kompetensi Partisipan adalah adanya pihak-pihak yang berwenang yang terlibat dan mengawasi jalannya suatu koordinasi, kompetensi partisipan yang di maksud di sini adalah terkait dengan proses pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Ada pejabat lain yang terlibat dalam Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur yaitu seperti Pendamping Desa, Pendamping dari Kabupaten maupun dari Kepolisian. Tetapi pihak-pihak itu semua lebih jelasnya hanya sebagai pengawas koordinasi antara Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Selebihnya Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti yang lebih berhak terlibat dalam koordinasi tersebut. Kesepakatan dan Komitmen Kesepakatan memberikan pengaruh yang dapat membuat orang yang menjadi targetnya mengikuti dan menyetujui apa yang ditawarkan di dalam kesepakatan tersebut. Sedangkan komitmen sebagai ikatan kejiwaan individu terhadap organisasi yang mencakup keterlibatan kerja, kesetiaan, dan perasaan percaya terhadap nilai-nilai organisasi. Sedangkan koordinasi bisa diartikan sebagai suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling melengkapi. Dengan demikian koordinasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mampu menyelaraskan pelaksanaan tugas maupun kegiatan dalam suatu organisasi. (Awaluddin Djamin dalam Hasibuan 2011:86). Ada Kesepakatan, Komitmen, dan Koordinasi yang dilakukan Perangkat Desa Karya Bhakti bersama Perangkat Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti, dan semua itu kedua belah pihak harus bisa mempertanggungjawabkan. Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama Demi menunjang Pendidikan yang lebih baik perlu adanya Sekolahsekolah yang di bangun di desa seperti Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau sejenisnya, dan Sekolah Menengah Atas atau sejenisnya. Di Desa karya Bhakti sendiri belum adanya Gedung Sekolah Menengah Pertama tentunya ini menjadi tugas yang harus dilaksanakan oleh Permerintah Desa. 322
8 Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama ini tidak kunjung dibangun karena dana yang diperuntukkan untuk Desa Karya Bhakti ini selalu lambat dalam pencairan bahkan terkadang juga tidak cair. Pembangunan Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan tol, dan jalan kabel.pada dasarnya pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruang lalu lintas yang mengatasi berbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa dalam pembangunan jalan (semenisasi) itu sudah ada bentuk nyata pembangunannya seperti semenisasi yang ada di Jl. Banten dan Jl. Bogor, namun itu memang belum terselesaikan karena keterbatasan dana yang di alami Pemerintah Desa, lambatnya pencairan dana untuk Desa Karya Bhakti menjadi salah satu penghambat Pembangunan Jalan (semenisasi) yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Pembangunan Gedung Serbaguna Gedung serbaguna merupakan gedung yang bisa di manfaatkan untuk berbagai macam acara kegiatan seperti musyawarah Desa, olahraga, kegiatan seni, serta kegiatan-kegiatan lainnya. Gedung serbaguna juga bisa dikatakan sebagai gedung yang multifungsi untuk segala kegiatan. Di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur pembangunan Gedung Serbaguna ini belum terlaksana. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dan Dana Desa untuk pembangunan Gedung Serbaguna yang ada di Desa Karya Bhakti sudah ada pergerakan tetapi memang belum selesai, bentuk bangunannya pun sudah bisa di lihat yang berada di Jl. Nusantara walupun hanya tiang pondasinya saja yang ada, pembangunan Gedung Serbaguna tersebut terhenti di karenakan Defisit Aggaran yang dirasakan oleh Desa Karya Bhakti. Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut berpartisipasi. Pemberdayaan masyarakat juga bisa disebut dengan upaya untuk mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetehuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan 323
9 ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. hampir tiap tahun selalu ada Pemberdayaan Masyarakat, dan tahun ini akan di adakannya pelatihan pembuatan abon untuk masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Faktor Pendukung Faktor Pendukung koordinasi Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan yang di lakukan seperti Rapat Musyawarah dan Musrenbangdes. Faktor Penghambat Faktor Penghambat koordinasi Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti adalah karena Alokasi Dana Desa yang sudah tiga tahun ini tidak ada pencairan, dan itu yang menjadi penghambat untuk membangun dan memajukan Desa Karya Bhakti. Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian yang telah penulis kemukakan dalam skripsi ini, tentang Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa) dan DD (Dana Desa) di Desa Karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur maka dapat disimpulkan bahwa: Komunikasi antara Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sudah berjalan dengan baik, dilihat dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Kepala Desa Karya Bhakti bersama Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti seperti kegiatan rapat koordinasi dan Musrenbangdes yang juga melibatkan perangkat Desa Karya Bhakti, perangkat Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti, pendamping desa, pendamping dari kabupaten, dari kepolisian, dan juga turut melibatkan Masyarakat Desa Karya Bhakti. Kepala Desa Karya Bhakti dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti sangat menyadari bahwa betapa Pentingnya Koordinasi yang di jalani antara kedua pihak karena Alokasi Dana Desa dan Dana Desa ini di gunakan Pemerintah Desa untuk menjalankan roda Pemerintahan, membangun desa, dan mensejahterakan masyarakat Desa Karya Bhakti. Untuk pejabat lain yang terlibat dalam Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yaitu Pendamping Desa, Pendamping Dari Kabupaten, maupun dari Kepolisian. Setiap mengadakan rapat koordinasi dan Musrenbangdes, Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti selalu melakukan kesepakatan dan selalu berkomitmen mengenai Pengelolaan Alokasi Dana Desa 324
10 Koordinasi Kepala Desa dan BPD dalam Pengelolaan ADD dan DD (Elisasi) dan Dana Desa yang ada di Desa karya Bhakti Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur. Untuk Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini belum terlaksana karena keadaan keuangan desa yang sedang defisit anggaran, karena Dana Desa tidak diperbolehkan untuk pembangunan gedung, sedangkan Alokasi Dana Desa yang seharusnya untuk Desa Karya Bhakti ini sudah tiga tahun tidak ada pencairan. Untuk pembangunan jalan (semenisasi) yang ada di Desa Karya Bhakti ini terbilang belum terselesaikan, baru terlaksana hanya di beberapa tempat seperti di Jl. Banten dan di Jl. Bogor itupun masih setengah yang sudah tersemenisasi Untuk Pembangunan Gedung Serbaguna ini juga belum terselesaikan dikarenakan Alokasi Dana Desa yang sudah tiga tahun tak kunjung cair, sedangkan bangunan Gedung Serbaguna ini sudah berdiri tiangnya/pondasinya tetapi hingga saat ini belum ada kelanjutan. Untuk pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Karya Bhakti sudah cukup baik, karena hampir setiap tahun pemerintah Desa Karya Bhakti mengadakan pelatihan-pelatihan. Faktor Pendukung Koordinasi Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa bisa di lihat kegiatan-kegiatan yang diadakan seperti rapat koordinasi dan Musrenbangdes. Faktor Penghambat Kordinasi Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa adalah karena Alokasi Dana Desa untuk Desa Karya Bhakti sudah tiga tahun tidak ada pencairan dan cara mengatasinya dengan cara meminta sumbangan dari masyarakat desa. Sebaiknya koordinasi yang dijalin antara Kepala Desa Karya Bhakti dengan Ketua Badan Permusyawaratan Desa Karya Bhakti harus selalu dipertahankan karena tanpa koordinasi yang baik akan terjadi kesalahpaham yang akan berimbas pada masyarakat Desa Karya Bhakti. Seharusnya untuk Pembangunan Infrastruktur seperti Pembangunan Gedung Sekolah Menengah Pertama, Pembangunan Jalan (semenisasi), dan Pembangunan Gedung Serbaguna, yang memerlukan keuangan dari Alokasi Dana Desa, Pemerintah Desa Karya Bhakti terutama Kepala Desa Karya Bhakti harus selalu menanyakan kejelasan Alokasi Dana Desa tersebut kepada yang bersangkutan. Perlunya Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa Karya Bhakti harusnya lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan pola pikir, keterampilan, serta kemampuan masyarakat yang ada Di Desa Karya Bhakti. Daftar Pustaka Handayaningrat, Soewarno (1985). Pengantar Studi Ilmu Adminitrasi dan Managemen. PT Gunung Agung: Jakarta 325
11 ejournal Pemerintahan Integrattif, Volume 7, Nomor 3, 2019: Hasibuan, Malayu Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:PT. Toko Gunung Agung. Ndraha, Taliziduhu Kybernoligy (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. Jakarta :PT. Rineka Cipta R. Terry, George. Prinsip- Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2006) Dokumen-dokumen Peraturan Menteri No 113 Tahun 2014 Tentang Desa Undang-Undang No 06 Tahun 2014 Tentang Desa Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah 326
KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA WANASARI KECAMATAN MUARA WAHAU KABUPATEN KUTAI TIMUR
ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (3): 437-447 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 KOORDINASI CAMAT DENGAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Lebih terperinciKOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBANGUNAN DESA DI DESA MENDIK KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER
ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 159-168 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 KOORDINASI KEPALA DESA DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciKEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
KEPALA DESA KARANGPAPAK KECAMATAN CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA KARANGPAPAK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik terdiri dari beberapa wilayah (daerah) provinsi, kabupaten/kota, di bawah kabupaten/kota terdiri
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR Rancangan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA DESA
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,
Lebih terperinciBUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA
SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 9 TAHUN 2O15 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI DEMAK, : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007 NOMOR 52, TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 63 PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA
SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG
KEPALA DESA CIBITUNG KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN SUKABUMI PERATURAN DESA CIBITUNG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 2015-2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN KAMPUNG DAN PERUBAHAN STATUS KAMPUNG MENJADI KELURAHAN DENGAN
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menanggulangi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum berwenang untuk
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKERJA SAMA DESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA DESA Menimbang Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI, : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAHAT
PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR : 01 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT, Menimbang : a. bahwa batas desa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 10 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. BUPATI BOGOR, bahwa sebagai
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENGGUNAAN DAN PENETAPAN RINCIAN ALOKASI DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciKEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN BESARAN DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PENGGUNAAN DAN PENETAPAN RINCIAN ALOKASI DANA DESA, BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,
Lebih terperinciP E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I
S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG
- 1 - KEPALA DESA KEHIDUPAN BARU KABUPATEN BATANG HARI PERATURAN DESA KEHIDUPAN BARU NOMOR : 05 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNGAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDesa) TAHUN 2016-2022 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGETAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP Menimbang:
Lebih terperinciWALIKOTA TIDORE KEPULAUAN
WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DAN ALOKASI ANGGARAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN,
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA DAN RENCANA KERJA PEMERINTAH
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA KERJASAMA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KARO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017
KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BADAMITA Menimbang
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN KEPALA DESA TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJ A DESA TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI TORAJA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG MUSYAWARAH DESA BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2015 2 BUPATI BANDUNG PROVINSI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS
1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA MENDIK BHAKTI KECAMATAN LONG KALI KABUPATEN PASER.
ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (1): 89-98 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 PERBANDINGAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MENDIK DAN DESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 07 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG
BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DANA DESA YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA
11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)
Lebih terperinciKEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA
KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BANJAR Menimbang : a. Pasal
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi ketentuan
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 737 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA PERIMBANGAN DESA DI KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SEMBAKUNG KABUPATEN NUNUKAN Studi Komparatif Antara Desa Mambulu Dan Desa Pagaluyon
ejournal Pemerintahan Integratif, 2017, 5 (4): 478-487 ISSN: 2337-8670 (online), ISSN 2337-8662 (print), ejournal.pin.or.id Copyright 2017 EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SEMBAKUNG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGHAPUSAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA SEBAGAIMANA TELAH
Lebih terperinciBUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,
BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa agar dalam pelaksanaan penetapan
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?
LAMPIRAN Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana kinerja aparat desa, terutama dari Sekretaris desa dan juga kaur yang berada dibawah pemerintahan bapak? 2. Bagaimana Hubungan kepala desa dengan BPD di Desa Pohan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pemerintahan Daerah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciNomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang
Lebih terperinciB U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, 2 Menimbang : a. bahwa salah satu sumber pendapatan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih dalam era reformasi. Bangsa dan negara Indonesia menumbuhkan
Lebih terperinciWALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA
PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 1 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN BAGIAN HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA
PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi Daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,
Lebih terperinciWALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KOTA
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinci11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E
11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,
Lebih terperinciP E R A T U R A N D A E R A H
P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DAN BAGI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciKEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN KEPALA DESA MIAU MERAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DESA MIAU MERAH NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA MIAU MERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
1 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinci