JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB KONSUMEN YANG BERHENTI MEMBAYAR KREDIT AKIBAT HILANGNYA BARANG YANG MENJADI OBJEK PERJANJIAN

Transkripsi

1 i JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB KONSUMEN YANG BERHENTI MEMBAYAR KREDIT AKIBAT HILANGNYA BARANG YANG MENJADI OBJEK PERJANJIAN (Studi di Perusahaan Pembiayaan SPEKTRA Cakranegara Mataram) Program Studi Ilmu Hukum Oleh : FIAN FARDIANTO D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2018

2 ii HALAMAN PENGESAHAN JURNAL ILMIAH TANGGUNG JAWAB KONSUMEN YANG BERHENTI MEMBAYAR KREDIT AKIBAT HILANGNYA BARANG YANG MENJADI OBJEK PERJANJIAN (Studi di Perusahaan Pembiayaan SPEKTRA Cakranegara Mataram) Program Studi Ilmu Hukum Oleh : FIAN FARDIANTO D1A Menyetujui, Pembimbing Pertama, UDr. Muhaimin, SH.,M.Hum. NIP

3 iii TANGGUNG JAWAB KONSUMEN YANG BERHENTI MEMBAYAR KREDIT AKIBAT HILANGNYA BARANG YANG MENJADI OBJEK PERJANJIAN (Studi di Perusahaan Pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram) FIAN FARDIANTO D1A FAKULTAS HUKUM UNRAM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hukum antara perusahaan pembiayaan Spektra dengan konsumen dan tanggung jawab konsumen yang berhenti membayar kredi akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan masih berjalan. Kemudian untuk mengetahui bagaimana bentuk penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan pembiayaan Spektra dengan konsumen jika objek pembiayaan hilang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum Normatif Empiris. Hasil penelitian ini mengungkapkan yang pertama, ada tiga pihak yang terlibat dalam kontrak/perjanjian pembiayaan konsumen yaitu pihak konsumen, pihak perusahaan pembiayaan konsumen, dan pihak pemasok atau supplier. Kedua,konsumen harus tetap membayar angsuran kredit karena barang yang menjadi objek perjanjian ketika hilang menjadi tanggung jawab konsumen. Kemudian yang ketiga, dalam penyelesaian sengketa para pihak bisa melakukan dengan cara melalui jalur litigasi dan non litigasi. Kata Kunci : Tanggung jawab, konsumen, pembiayaan konsumen CONSUMER RESPONSIBILITY STATING PAYMENT OF CREDIT DUE TO LOSS OF GOODS THAT BECOME OBJECT OF THE AGREEMENT (Study at Cakranegara Mataram Spectra Financing Company) ABSTRACT This study aims to determine the legal relationship between Spektra financing companies with consumers and consumer responsibilities that stop paying credit due to the loss of goods that became the object of agreement at the time the financing agreement is still running. Then to find out how the form of dispute settlement between the financing company Spektra with the consumer if the object of financing is lost. This study uses the type of normative Empirical legal research. The results of this study reveal the first, there are three parties involved in the contract / consumer financing agreement that is the consumer, the consumer financing company, and the supplier or supplier. Second, the consumer must still pay the credit installment because the goods that became the object of the agreement when lost become the responsibility of the consumer. Then the third, in the settlement of disputes the parties may do so through litigation and non litigation. Keyword : Responsibility, consumer, consumer finance

4 i I. PENDAHULUAN Kemajuan di bidang teknologi telah mengacu perusahaan untuk menghasilkan produk yang semakin canggih dan beragam. Semakin banyaknya produk-produk baru mendorong masyarakat (konsumen) tergiur untuk memilikinya meskipun seringkali secara finansial dana untuk membelinya tidak tercukupi. Konsdisi inilah yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya lembaga pembiayaan konsumen sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas barang-barang yang dibutuhkannya. Perusahaan pembiayaan konsumen salah satu alternatif yang berperan aktif dalam menunjang kebutuhan masyarkat dalam pengadaan barang saat ini. Berdasarkan Pasal 1 Angka (7) Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, yaitu: Pembiayaan Konsumen (Consumer Service) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Namun dengan kemudahan yang diberikan oleh lembaga pembiayaan konsumen dalam melakukan pembelian suatu barang dengan pembayaran secara kredit atau angsuran, masyarakat atau konsumen sering lupa akan tanggung jawab atau kewajiban yang dibebankan kepadanya. Seperti telat membayar angsuran kredit pada tanggal jatuh tempo, tidak mampu membayar angsuran kredit dan, tidak mau membayar angsuran kredit karena hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian.hal-hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan dalam suatu perjanjain, hal inilah yang biasa disebut wanprestasi.

5 ii Dalam penelitian ini penulis lebih mengacu kepada wanprestasi yang dilakukan oleh konsumen karena hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian. Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian di SPEKTRA Cakranegara Mataram. SPEKTRA adalah anak perusahaan dari PT. Federal International FinanceGroup(FIFGROUP). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mencoba untuk membahas dan mengkaji permasalahan dalam bentuk skripsi yang berjudul: Tanggung Jawab Konsumen yang Berhenti Membayar Kredit Akibat Hilangnya Barang Yang Menjadi Objek Perjanjian (Studi di Perusahaan Pembiayaan SPEKTRA Cakranegara Mataram) Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan menjadi inti dalam penulisan ini yakni: pertama, bagaimana hubungan hukum antara perusahaan pembiayaan spektra dengan konsumen?; kedua, bagaimanakah tanggung jawab konsumen yang berhenti membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian?; ketiga bagaimanakah penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan pembiayaan Spektra dengan pihak konsumen jika objek pembiayaan hilang? Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh penulis akan memuat halhal yang dicapai dari kegiatan penelitian antara lain: pertama, untuk mengetahui bagaimana hubungan hukum antara perusahaan pembiayaan spektra dengan konsumen; kedua, untuk menjelaskan tanggung jawab konsumen terhadap angsuran pembayaran kredit apabila hilangnya objek yang diperjanjikan; ketiga,

6 iii untuk mengetahui penyelesaian sengketa pihak perusahaan pembiayaan Spektra dengan pihak konsumen jika objek pembiayaan hilang. Sesuai dengan judul dan permasalahan yang telah diuraikan, maka maanfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara akademik, yaitu untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat S-1 Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.Secara teoritis, yaitu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum.secara praktis, manfaat penelitian dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pembaca sebagai tambahan pengetahuan tentang tanggung jawab konsumen yang berhenti membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian hukum ini yaitu normatif dan empiris. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach), Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) dan Pendekatan Sosiologis. Jenis data terdiri dari data primer dan data sekunder.

7 iv II. PEMBAHASAN Hubungan Hukum Antara Perusahaan Pembiayaan Spektra Dengan Konsumen Ada tiga pihak yang terlibat dalam hubungan hukum dalam transaksi pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok (supplier), konsumen dan pemasok. Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan pembiayaan pengadaan barang untuk kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran secara kredit atau angsuran. Konsmenadalah pihak yang membutuhkan barang yang ingin dibelinya. Pemasok/Supplier adalah penjual, yaitu perusahaan atau pihak-pihak yang menjual atau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan konsumen. Hubungan antara Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan Konsumen Terjadinya hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen karena sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan kontrak, yaitu kontrak pembiayaan konsumen. Atas dasar kontrak yang mereka sudah tanda tangani, secara yuridis para pihak terkait akan hak dan kewajiban masing-masing. Konsekuensi yuridis selanjutnya adalah kontrak tersebut harus dilaksanakand dengan itikad baik (in good faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unavoidable) Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Bandar Lampung, 2007, hlm.

8 v Kewajiban perusahaan pembiayaan konsumen adalah menyediakan dana (kredit) kepada konsumen berupa sejumlah uang yang akan dibayarkan secara tunai kepada pemasok (supplier) atas pembelian barang yang dibutuhkan konsumen. Adapun kewajiban konsumen adalah membayar kembali dana (kredit) secara berkala (angsuran) sampai lunas kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Hak perusahaan pembiayaan konsumen adalah menerima pembayaran kembali dana kredit secara angsuran atau berkala sampai lunas dari konsumen. Hak konsumen adalah menerima pembiayaan dalam bentuk dana sejumlah uang yang dibayarkan secara tunai kepada pemasok (supplier) untuk pembelian suatu barang yang dibutuhkan konsumen. Hubungan antara Perusahaan Pembiayaan Konsumen dan Pemasok (Supplier) Berbeda dengan hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen dimana terjadi hubungan kontraktual, didalam hubungan antara perusahaan pembiayaan konsumen dan pemasok (supplier) tidak ada hubungan hukum yang khusus, kecuali perusahaan pembiayaan konsumen hanya sebagai pihak ketiga yang disyaratkan. Yaitu pembayaran atas barang-barang yang dibeli oleh konsumen dari pemasok (supplier) akan dilakukan oleh pihak perusahaan pembiayaan konsumen. 2 2 Ibid.

9 vi Hubungan antara Konsumen dan Pemasok (Supplier) Hungan antara konsumen dan pemasok (supplier) terjadi karena adanya perjanjian jual beli. Dalam hal ini jual beli bersyarat dimana pihak pemasok (supplier) selaku penjual atau penyedia barang menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli, dengan syarat bahwa harga barang yang akan dibeli konsumen akan dibayarkan oleh pihak ketiga, yaitu pihak perusahaan pembiayaan konsumen. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila pihak perusahaan pembiayaan konsumen tidak jadi atau batal memberikan dana, maka jual beli antara pemasok (supplier) dengan konsumen menjadi batal. Terbentuknya hubungan hukum antara Perusahaan Pembiayaan Spektra dan konsumen tertuang dalam hubungan hukum kontraktual. Mereka terlebih dahulu membuat suatu perjanjian atau kontrak, yaitu perjanjian atau kontrak pembiayaan konsumen. Atas dasar kontrak yang sudah disepakati bersama dan tanpa adanya paksaan, secara yuridis para pihak terikat akan hak dan kewajiban masing-masing yang tertuang dalam isi kontrak. Tanggung Jawab Konsumen Yang Berhenti Membayar Kredit Akibat Hilangnya Barang Yang Menjadi Objek Perjanjian Perjanjian yang dialkukan oleh kedua belah pihak untuk saling mingikatkan dirinya, diharuskan untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikannya (prestasi), namun dari perjanjian pelaksanaan tersebut pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan dapat terjadi bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan (wanprestasi).

10 vii Jenis wanprestasi yang dilakukan oleh konsumen/debitur yang sering ditemukan oleh perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram ialah konsumen (debitur) berhenti membayar kredit atau anggsuran akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan sedang berjalan. Akibat kehilangan yang sering terjadi pada konsumen ialah barang tersebut dicuri. Barang yang hilang akibat dicuri tersebut biasanya berupa handphone dan laptop. Dari haril penelitian pada perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram, diketahui bahwa jumlah konsumen yang tidak membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan sedang berjalan dari bulan Januari sampai Juni tahun 2017 ialah sebanyak 7 orang. Hasil wawancara terdahap konsumen Perusahaan Pembiayaan Spektra yaitu konsumen beralasan tidak mau melanjutkat pembayaran angsuran kredit karena handphone yang dikreditkan tersebut telah hilang dan tidak mendapatkan penggantian barang yang hilang dari perusahaan pembiayaan karena tidak adanya asuransi yang diberikan oleh pihak perusahaan. 3 Dari hasil wawancara kepada bapak I Made Arya Kusuma selaku Remedial Section Head pada perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram, mengatakan dalam hal konsumen yang berhenti membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan sedang berjalan harus tetap menyelesakan perjanjian 3 Hasil Wawancara dengan Sukartini : Konsumen Perusahaan Pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram, Pada Tanggal 10 Juli 2017

11 viii pembiayaan tersebut hingga berakhirnya perjanjian pembiayaan sebagaimana yang telah disepakati dalam isi kontrak. Dengan kata lain konsumen wajib membayar sisa angsuran kredit hingga tuntas sesuai dengan isi kontrak, karena kehilangan barang yang menjadi objek perjanjian bukan menjadi alasan untuk berhenti membayar angsuran kredit, karena baarang yang menjadi objek perjanjian sudah menjadi tanggung jawab konsumen itu sendiri, bukan lagi menjadi tanggung jawab pihak perusahaan pembiayaan. 4 Dapat dilihat pada Pasal 5 Ayat (4) mengenai Asuransi yang tertuang dalam syarat dan ketentuan pembiayaan konsumen antara perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram dan konsumen (debitur) berbunyi: Dalam hal pembiayaan ini tidak disertai perlindungan asuransi, maka debitur sepenuhnya menanggung segala risiko yang ada dan tidak menghalangi pelaksanaan kewajiban debitur berdasarkan perjanjian pembiayaan ini. Dalam hal ini konsumen yang berhenti membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiyaan sedang berjalan, konsumen harus tetap melanjutkan sisa pembayaran angsuran kredit hingga tuntas sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian sepenuhnya menjadi tanggung jawab konsumen (debitur), karena barang yang tidak disertai perlindungan asuransi, konsumen sepenuhnya bertanggung jawab 4 Hasil Wawancara dengan I Made Arya Kusuma : Remedial Section Head pada Perusahaan Pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram, Pada tanggal 7 Juli 2017

12 ix atas segala risiko yang ada pada barang dan tidak menghalangi konsumen (debitur) untuk melakukan kewajibannya. Penyelesaian Sengketa Antara Pihak Perusahaan Pembiayaan Spektra Dengan Pihak Konsumen Jika Objek Pembiayaan Hilang konsumen yang melakukan wanprestasi sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan pembiayan konsumen dalam hal ini memerlukan tindakan yang tuntas untuk menyelesaikan sengketa yang timbul tersebut. Perusahaan Pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram memberikan bentuk penyelesaian sengketa kepada debitur atau konsumennya jika ada permasalahan yang timbul pada saat perjanjian pembiayaan konsumen masih berjalan, maka akan diselesakan dengan cara penyelesaiannya yaitu diluar pengadilan (non-litigasi) dan melalui pengadilan (litigasi) Diluar pengadilan (non-litigasi) adalah dimana para pihak diberi hak untuk memilih dan menentukan cara penyelesaian sengketa sesuai kesepakatan para pihak. Menurut Pasal 1 Angka (10) Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatakan lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Pengadilan (litigasi) adalah Adalah penyelesaian masalah hukum melalui jalur pengadilan. Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut litigasi. Gugatan adalah suatu tindakan sipil yang dibawa di pengadilan hukum di

13 x mana penggugat, pihak yang mengklaim telah mengalami kerugian sebagai akibat dari tindakan terdakwa, menuntut upaya hukum atau adil. 5 Dari hasil penelitian, ketika terjadi sengketa dimana konsumen berhenti membayar angsuran kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan sedang berlangsung, maka akan dilakukan penyelesaian sengketa melalui negosiasi. Dalam hal ini perusahaan pembiayaan Spektra Cakrenegara Mataram memberikan kebijakan kepada konsumen dengan melakukan pembayaran setengah dari sisa angsuran kredit yang belum terselesaikan. Sehingga dengan melakukan pembayaran setengah dari sisa angsurang kredit yang belum terbayarkan oleh konsumen maka akan dianggap lunas oleh perusahaan pembiayaan Spektra Cakrenegara Mataram. Hal-hal di atas merupakan pola penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram, namun dari hasil penelitian jika memang terdapat perselisihan yang terjadi, tidak pernah sampai ke pengadilan tetapi hanya dilakukan dengan cara musyawarah (negosiasi). 5.Kholid Asyhari, Perbedaan Litigasi dan Non Litigasi, Diakses Pada tanggal 31 Juli 2017 Pukul 20:09 WITA

14 xi III. PENUTUP Simpulan Hubungan hukum antara perusahaan pembiayaan Spektra dengan konsumen terbentuk karena telah membuat suatu kontrak, yaitu kontrak pembiayaan konsumen. Ada tiga pihak yang terlibat dalam kontrak/perjanjian pembiayaan konsumen yaitu, Pihak konsumen (debitur) adalah pihak yang membutuhkan barang, pihak perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur) adalah pihak penyedia dana kepada konsumen, dan pihak pemasok (supplier) adalah pihak yang menjual barang; Tanggung jawab konsumen yang berhenti membayar kredit akibat hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan masih berjalan yaitu konsumen harus tetap membayar angsuran kredit hingga tuntas sesuai yang tertera dalam isi kontrak, karena hilangnya barang yang menjadi objek perjanjian pada saat perjanjian pembiayaan sedang berjalan dimana barang tersebut tidak mendapatkan asuransi sepenuhnya menjadi tanggung jawab konsumen itu sendiri. Penyelesaian sengketa antara pihak perusahaan pembiayaan Spektra dengan konsumen yaitu dilakukan penyelesaian sengketa secara non-litigasi (di luar pengadilan) dengan musyawarah mufakat maupun dengan bantuan pihak ketiga sebagai pihak penengah yang netral. Perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara juga memberikan kebijakan dengan pembayaran setengah dari sisa angsuran kredit yang belum terselesaikan. Sehingga dengan melakukan pembayaran setengah dari sisa angsurang kredit yang belum terbayarkan oleh konsumen maka akan dianggap lunas.

15 xii Saran Konsumen dalam melakukan pembelian barang harus mengecek barang tersebut agar tidak terdapat kerusakan ataupun cacat pada barang, lebih teliti dalam membaca klausul-klausul yang terdapat dalam kontrak karena memiliki tanggung jawab yang besar. Perusahaan pembiayaan konsumen juga harus teliti dalam memberikan pembiayaan terhadap konsumen, apakah konsumen benarbenar mampu melakukan kewajibannya agar tidak terjadi perselisihan ketika perjanjian pembiayaan telah disepakati dan akan menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan pembiayaan konsumen; Konsumen harus lebih berhati-hati dalam menggunakan barang yang dimana angsuran barang tersebut sedang berjalan, agar barang tersebut tidak hilang. Karena ketika barang yang menjadi objek perjanjian itu hilang pada saat perjanjian pembiayaan masih berjalan sepenuhnya itu akan menjadi tanggung jawab konsumen. Apabila terjadi perselisihan atau sengketa pada saat perjanjian/kontrak pembiayaan masih berjalan, penyelesaian sengketa yang dilakukan pihak perusahaan pembiayaan Spektra Cakranegara Mataram dengan pihak konsumen sebaiknya dilakukan dengan cara damai yaitu dengan cara negosiasi (musyawarah mufakat) sehingga tidak merugikan salah satu pihak karena cara tersebut relatif lebih murah, efektif dan tidak memakan waktu yang lama.

16 xiii DAFTAR PUSTAKA Buku, Makalah dan Artikel Amiruddin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.8, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Bandar Lampung, 2007 Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. TLN No Indoneisa, Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Sumber lain seperti Kamus, Media Masa, Website, dll. Kholid Asyhari, Perbedaan Litigasi dan Non Litigasi, Diakses Pada tanggal 31 Juli 2017 Pukul 20:09 WITA