PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN"

Transkripsi

1 PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN

2 Halaman Pengesahan (RTPLP) Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Desa Sirnajaya Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut Pada hari..., bertempat di Aula Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, telah dilaksanakan telah dilaksanakan pembahasan dan penyepakatan hasil Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, antara Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) dan Pemerintah Desa Sirnajaya dengan Tim Teknis PLPBK Kabupaten Garut. Dokumen ini, selanjutnya disebut RTPLP, akan menjadi dokumen yang sah dan resmi untuk menjadi acuan pelaksanaan kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) di Desa Sirnajaya. Segala hal yang berkaitan dengan proses penyusunan RTPLP ini menjadi dasar bagi seluruh masyarakat Desa Sirnajaya untuk melaksanakan dan mewujudkan pembangunan Desa Sirnajaya menuju lingkungan hunian yang sehat, mandiri, tertib, selaras, sejahtera, produktif dan berkelanjutan. Demikian dokumen RTPLP dibuat untuk menjadi dasar bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Sirnajaya. Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, , Pihak-pihak yang membuat kesepakatan, Kepala Desa Sirnajaya, BKM PWD Sirnajaya, Tim Inti Perencanaan Partisipatif, Iwan Setiyawan, S.Pdi Elin Herliani Tim Teknis PLPBK Kabupaten Garut Dudi Suryadi, S.Pdi ( ) i

3 KATA PENGANTAR Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas perkenan-nya, dapat Kami selesaikan Dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) Desa Sirnajaya, Tahun Anggaran Dokumen RTPLP ini merupakan tindak lanjut dari dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Sirnajaya sebelumnya. Arahanarahan pengembangan yang merupakan terjemahan visi Desa Sirnajaya yang termuat dalam RPLP pada akhirnya didetailkan secara teknis dalam dokumen RTPLP ini. Diantaranya dengan gambar-gambar, desain, skema, dsb. Sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai panduan penataan lingkungan permukiman Desa Sirnajaya ke depan, sebagai upaya mewujudkan visi/cita-cita bersama masyarakat Desa Sirnajaya. Secara garis besar, penyusunan dokumen RTPLP bertujuan untuk mewujudkan pembangunan Desa Sirnajaya menuju lingkungan hunian yang sehat, mandiri, tertib, selaras, sejahtera, produktif dan berkelanjutan. RTPLP Desa Sirnajaya ini diharapkan akan menjadi pedoman dalam rangka pencapaian cita-cita masyarakat Desa Sirnajaya ke depan. Melalui perencanaan yang dilaksanakan secara partisipatif dan berbasis komunitas, diharapkan produk perencanaan yang dihasilkan lebih dapat diterima oleh masyarakat karena perasaan memiliki yang tinggi, serta dapat diimplentasikan secara berkelanjutan. Demikian pengantar ini kami susun. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dokumen perencanaan ini, penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Sirnajaya, Agustus 2013 Tim Penyusun Tim Inti Perencanaan Partisipatif Desa Sirnajaya ii

4 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL & DAFTAR GAMBAR Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

5 DAFTAR ISI Halaman Halaman Pengesahan i Kata Pengantar ii Daftar Isi iii Daftar Tabel vi Daftar Gambar viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I Pengertian RTPLP I Maksud dan Tujuan I Sasaran I Ruang Lingkup Materi RTPLP I Kedudukan RTPLP dalam Penyelenggaraan I-5 Penataan Ruang Kota 1.7 Kerangka Berpikir dan Metodologi I Sistematika Penulisan I-9 BAB II : TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 2.1 Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Garut II Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Kota Garut berdasarkan RTRW Kabupaten Garut Rencana Detail Tata Ruang Kota Kabupaten Garut (Kedudukan BWK II, III, V, VI Dalam Kawasan Perkotaan Garut) 2.4. Rencana Penataan Pengembangan Perumahan Permukiman Daerah Kabupaten Garut (Kebijakan Sektor Perumahan di Wilayah Perencanaan BWK II, III, V dan VI) 2.5 Rencana struktur dan pola ruang BWK VI (Kedudukan BWK II, III, V, VI dalam Kawasan Perkotaan Garut) 2.6 Rencana Penggunaan Lahan dan Program Pengembangan Permukiman (BWK VI) II-3 II-7 II-9 II-15 II Aspek penentuan wilayah Perencanaan II-20 BAB III : GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS 3.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Wilayah perencanaan III-1 iii

6 3.2 Kondisi Fisil Geografis III Kondisi Peruntukan Lahan III Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat III Ketersediaan Sarana dan Prasarana III-7 BAB IV : ANALISIS DAN KONSEP PENATAAN LINGKUNGAN KAWASAN PRIORITAS 4.1 Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya IV Analisis Kependudukan Kawasan Prioritas IV Perkiraan Jumlah Penduduk IV Perkiraan Kepadatan Penduduk IV Analisis Transportasi IV Analisis Kebutuhan Kelengkapan sarana dan Prasarana Desa Sirnajaya IV Kebutuhan Kelengkapan Fasilitas. IV Kebutuhan Kelengkapan Prasarana. IV Analisis Perekonomian Desa IV Analisis Tata Bangunan dan Lingkungan IV Koefisien Dasar Bangunan IV Koefisien Lantai Bangunan IV Koefisien Dasar Hijau IV Analisis Kebutuhan Masyarakat IV Analisis Kawasan Kampung Tumaritis IV Analisis Kependudukan IV Analisis Kebutuhan Prasarana IV Analisis Kebutuhan Fasilitas IV-33 BAB V : RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN 5.1 Rencana Pola Ruang V Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan V Rencana Intensitas Bangunan V Rencana Tata Bangunan V Rencana Sistem Prasarana V Rencana Jaringan Pergerakan V Rencana Air Bersih V Rencana Jaringan Drainase V Rencana Air limbah V Rencana Sistem Pengelolaan Sampah V Rencana Penerangan Jalan V Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas V Rencana Penataan Kawasan Tumaritis V Rencana Struktur Ruang V Rencana Pola Ruang V Rencana pengembangan Permukiman V-22 iv

7 BAB VI : RENCANA INVESTASI DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRIORITAS 6.1 Indikasi Program VI Pedoman pengendalian Program VI Umum VI Strategi Pengendalian Rencana VI Strategi Pengendalian VI-12 v

8 DAFTAR TABEL Tabel IV.4 Proyeksi Jumlah Sarana Perdagangan Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun IV-11 Halaman Tabel IV.5 Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Di IV-11 Tabel II.1 Analisis Penentuan Kawasan Prioritas II-22 Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Desa Sirnajaya Tabel III.1 Penggunaan lahan Desa Sirnajaya III-3 Tabel IV.6 Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Di IV-12 Tabel III.2 Jumlah dan distribusi Penduduk Kawasan III-5 Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun prioritas Tabel III.3 Jumlah Penduduk Miskin Kawasan III-5 Tabel IV.7 Proyeksi Jumlah Sarana Umum Di IV-13 Prioritas Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Tabel III.4 Jumlah Penduduk Kawasan Prioritas III berdasarkan Mata Pencaharian Tabel IV.8 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Di Kawasan IV-15 Tabel IV.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk IV-7 Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.9 Proyeksi Timbulan Air Limbah Di Kawasan IV Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk IV-8 Tabel IV.10 Perkiraan Timbulan Sampah Kawasan IV-19 Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Prioritas Di Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.3 Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan Di IV-10 Tabel IV.11 Proyeksi Kebutuhan Peralatan Sampah IV-20 Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun vi

9 Tabel IV.12 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kawasan IV-23 Tabel IV.21 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas IV-33 Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Perdagangan Kampung Tumaritis Desa Tabel IV.13 Proyeksi Kebutuhan Rumah dan Ruang IV-25 Sirnajaya Tahun Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tabel V.1 Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas V-17 Tabel IV.14 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk IV-28 Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel VI.1 Indikasi Program Kawasan Prioritas VI-3 Tabel IV.15 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kampung IV-29 Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.16 Proyeksi Timbulan Air Limbah Kampung IV-30 Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.17 Proyeksi Timbulan Sampah Kampung IV-31 Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.18 Proyeksi Kebutuhan Prasarana IV-31 Persampahan Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.19 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik IV-31 Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Tabel IV.20 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pemukiman IV-33 Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun vii

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Bagan kedudukan RTPLP dalam RTRW I-5 Kabupaten Garut Gambar 1.2 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan I-6 Prioritas Gambar 1.3 Kerangka Berpikir Penyususan RTPLP I-9 Desa Sirnajaya Gambar 2.1 Kedudukan RTRW Kabupaten dalam II-19 sistem Perencanaan Pembangunan dan Sistem Penataan Ulang Gambar 2.2 Pola BWK VI II-22 Gambar 2.3 Peran dan fungsi serta arahan rencana II-13 pengembangan tiap BWK Gambar 2.4 Struktur Ruang Wilayah Kota Garut II-17 Gambar 2.5 Pola Ruang BWK 6 II-22 Gambar 3.1 Sarana Peribadatan dan Sarana III-7 Pendidikan kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.2 Sarana Perekonomian di Kawasan III-7 Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.3 Sarana Jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.4 Sarana Pengairan Irigasi di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.5 Sarana Air Bersih di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.6 Jaringan Listrik di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.7 Jaringan Drainase di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.8 Sarana MCK di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.9 Jaringan Saluran Pembuangan Air Limbah di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.10 Permasalahan Persampahan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 4.1 Peta Potensi Lingkungan Hidup Dan Tata Ruang Gambar 4.2 Peta Masalah di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya III-8 III-9 III-9 III-10 III-11 III-11 III-12 III-12 IV-3 IV-5 viii

11 Gambar 4.3 Peta Jaringan Jalan Kawasan Prioritas IV-9 Desa Sirnajaya Gambar 5.1 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan V-3 Prioritas Gambar 5.2 Peta Rencana Penataan Ruang V-4 Kawasan Prioritas Gambar 5.3 Peta Rencana Jarigan Jalan Kawasan V-8 Prioritas Gambar 5.4 Rencana Penataan Jaringan Jalan V-9 Kawasan Prioritas Gambar 5.5 Rencana Jaringan Air Bersih Kawasan V-11 Prioritas Gambar 5.6 Peta Rencana Jaringan Air Bersih V-12 Kawasan Prioritas Gambar 5.7 Peta Rencana Penerangan Jalan V-18 Kawasan Prioritas Gambar 5.8 Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas V-21 Kampung Tumaritis Gambar 5.9 Contoh Penggunaan Biopori V-25 Gambar 5.10 Rencana Pola Pengelolaan Sanitasi Kawasan Kampung Tumaritis V-25 Gambar 5.11 Rencana Penyediaan Air Bersih di V-26 Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Gambar 5.12 Rencana Pengelolaan Sampah di V-28 Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Gambar 5.13 Rencana Penerangan Jalan di V-29 Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Gambar 5.14 Rencana Drainase di Kawasan Prioritas V-30 Kampung Tumaritis Gambar 6.1 Bagan Alur Pengendalian Program VI-14 ix

12 BAB PENDAHULUAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

13 1.1 Latar Belakang Penyusunan rencana penataan lingkungan dalam suatu permukiman dibuat untuk dipergunakan dalam jangka waktu tertentu. Rencana tersebut ditetapkan dalam rentang waktu 5 tahun (jangka menengah) dengan tujuan agar pelaksanaan dari rencana tersebut dapat dilaksanakan secara berkala namun tidak menimbulkan efek jenuh pada masyarakat di kawasan perencanaan. Oleh karena itu, melalui program Penataan Lingkungan Berbasis Komunitas (PLP-BK) maka dianggap sangat perlu adanya Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) yang dilanjutkan secara detail melalui Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan/pembangunan pada kawasan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dalam hal ini wilayah Desa Sirnajaya secara berkala hingga 5 tahun mendatang.

14 Dokumen (RTPLP) ini merupakan aktifitas kelanjutan dari perencanaan lingkungan Makro Desa Sirnajaya dalam RPLP. Lingkup RTPLP lebih bersifat mikro, yaitu pada kawasan skala kecil yang merupakan bagian dari wilayah Desa Sirnajaya yang telah disepakati sebagai kawasan prioritas untuk dikembangkan. Kawasan Prioritas merupakan kawasan yang disepakati untuk ditata terlebih dahulu. Maksud penataan di kawasan prioritas ini adalah untuk memberikan contoh nyata tentang penataan lingkungan yang akan dikembangkan oleh masyarakat di masa yang akan dating. Dokumen rencana ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan tindak lanjut atas rencana tata ruang Kabupaten Garut juga menjadi solusi bagi permasalahan yang timbul pada kawasan perencanaan. 1.2 Pengertian RTPLP (RTPLP) di dalam kegiatan PLPBK adalah rencana teknis yang merupakan turunan dari Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP). RTPLP di dalam kegiatan PLPBK mengadopsi prinsip-prinsip Penataan Bangunan dan Lingkungan, terutama tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dengan demikian, RTPLP dalam kegiatan PLPBK merupakan panduan rancang bangun di kawasan prioritas yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang serta penataan bangunan dan lingkungan agar sejalan dengan gagasan sosial dan gagasan pengembangan ekonomi masyarakat sebagaimana tercantum di dalam RPLP. RTPLP dalam PLPBK setidaknya memuat materi pokok mengenai : A. Program Bangunan dan Lingkungan B. Rencana Umum dan Panduan Rancangan C. Rencana Investasi D. Ketentuan Pengendalian Rencana E. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan F. Skenario Pentahapan Pembangunan Infrastruktur Lingkungan Secara hirarki, perencanaan Penataan Lingkungan kawasan prioritas tersebut merupakan bagian dari RPLP yang dijabarkan dalam perencanaan yang lebih rinci, dengan mengadopsi prinsip-prinsip dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Umumnya diselenggarakan pada kawasan-kawasan dengan karakteristik khusus.

15 Misalnya kawasan bantaran sungai, kawasan permukiman kumuh perkotaan, kawasan pusat perdagangan dan jasa, kawasan bersejarah, kawasan perkampungan industri kecil, kawasan pariwisata, kawasan sentra pertanian, dll. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud (RTPLP) dimaksudkan agar pembangunan yang dilaksanakan dari awal dapat lebih diarahkan, sehingga mampu mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan fisik lingkungan kawasan prioritas yang berlangsung secara cepat. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) merupakan bagian dari Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLP-BK) yang secara substansi mengatur kawasan-kawasan dalam bentuk rencana detail. Dari kawasan-kawasan yang teridentifikasi dalam RPLP, maka terpilih satu kawasan prioritas yang disusun berdasarkan kesepakatan warga dengan meninjau berbagai kriteria permasalahan dan potensi pengembangan dengan mengacu pada rambu-rambu PLP-BK. Melalui RTPLP ini juga diharapkan pemanfaatan ruang dapat lebih efektif, bermanfaat, dan spesifik sehingga mampu menjadi masukan teknis bagi pemerintah dan para pelaku pembangunan baik itu investor, swasta maupun masyarakat lokal khususnya di Kabupaten Garut Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan Dokumen RTPLP ini adalah mengendalikan faktor-faktor dalam penataan bangunan dan lingkungan secara menyeluruh yang menyangkut peruntukan lahan, tata bangunan, ruang terbuka hijau, kualitas lingkungan, prasarana dan utilitas serta arahan konservasi. Hal ini bertujuan agar tercipta kawasan yang memiliki nilai ekonomis, estetis, dan tingkat kenyamanan hunian dan aktifitas yang lebih baik tanpa melupakan karakter dan nilai lokal yang terkandung di dalamnya. RTPLP kawasan prioritas Desa Sirnajaya merupakan bagian dari upaya untuk menata lingkungan fisik kawasan berdasarkan fungsi dan tingkat kebutuhannya dengan melibatkan semua stakeholder dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan.

16 1.4 Sasaran Sasaran dari penyusunan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) ini adalah : 1. Tersusunnya Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) kawasan prioritas sebagai acuan dalam pengembangan fungsi dan fisik kawasan dengan mengedepankan konsep ramah lingkungan oleh masyarakat dan seluruh pihak terkait. 2. Pengakuan secara sah dari berbagai pihak/institusi terkait dalam rangka mendukung implementasi rencana yang disusun. 3. Tersusunnya program investasi pembangunan kawasan prioritas sebagai bagian dari peningkatan kualitas permukiman dengan menyertakan masyarakat sebagai bagian internal dari upaya pembangunan di lingkungan. 1.5 Ruang Lingkup I.5.2. Ruang Lingkup Materi RTPLP (RTPLP) adalah Rencana Tindak Penataan lingkungan dan Pemukiman sebagai Panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Ruang lingkup materi dalam penyusunan RTPLP terdiri dari : 1. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan pada kawasan prioritas; 2. Perumusan hasil akhir kegiatan survey pengamatan di lapangan; 3. Melakukan analisis rencana tindak penataan lingkungan permukiman; 4. Penyusunan rencana umum dan panduan rancangan; 5. Rencana investasi; 6. Ketentuan pengendalian rencana dan 7. Pedoman pengendalian pelaksanaan. I.5.2. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah adalah wilayah Desa Sirnajaya di kawasan RW.04, RW.05, RW.06 yang merupakan kawasan padat dan kumuh di Desa Sirnajaya. Kawasan RW 04, 05, 06 akan berperan penting pada kawasan spesifik yang memiliki nilai nilai kultural, historis serta

17 secara visual estetis yang memiliki karakter sebagai memori desa agar dapat dilakukan penanganan berkelanjutan serta memberikan manfaat tidak saja kepada penduduk setempat tetapi juga kepada caloncalon pengusaha, warga masyarakat dan pemerintah kota, serta pembangunan perkotaan di Indonesia. 1.6 Kedudukan RTPLP dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang Kota I.6.1. Kedudukan RTPLP dalam RTRW Kabupaten Garut Gambar 1.1 Bagan Kedudukan RTPLP dalam Rencana Tata Ruang Batas dan luas kawasan prioritas ditentukan berdasarkan hasil rembug masyarakat Kelurahan Tenilo dan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Kriteria penentuan daerah perencanaan ini didasarkan pada pendekatan kawasan padat serta kumuh yang membutuhkan penanganan khusus khususnya dalam penataan lingkungan permukiman. Untuk lebih jelasnya orientasi wilayah kawasan prioritas dapat dilihat pada Gambar I.1 Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

18 Gambar 1.2. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA POLA RUANG KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa RW 07 Batas Rukun Warga Pusat Desa Jalan Lingkungan Sungai Desa Mekarjaya Pusat RW Zona Kawasan Lindung Zona Pertanian dan Perkebunan Zona Perikanan RW 02 RW 11 Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Komersial Perdagangan TPU RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N PR IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

19 Pengertian Umum Penataan Ruang dan RTPLP Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya; Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak; Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang; Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang; Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional; 1.7 Kerangka Berpikir dan Metodologi Metodologi Pendekatan (RTPLP) Wilayah Desa Sirnajaya dalam siklus kegiatan PLPBK merupakan Perencanaan Lngkungan Makro. Rencana ini disusun atas dasar kesapakatan Warga yang telah disepakati dari dokumen Rencana Penaatan Lingkungan Permukiman. Strategi Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTLP) Adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau rancangan. Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan sasaran bagi strategi tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta tidak langsung, maka sasaran (objectives) lebih bersifat langsung serta konkret. Tujuan pada dasamya dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang. Produk rancangan yang ada pada dasarnya dapat dibagi dalam: 1. Kebijakan (policy) 2. Rencana (plan) 3. Arahan (guidelines) 4. Program (program) Secara detail gambaran output atau keluaran pokok dari studi Rencana Tindak Penataan Lingkungan Perumahan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Hasil Analisis Swot (strengths, weaknesses, opportunities, threats) mencakup didalamnya :

20 Analisis SWOT kondisi fisik kawasan (termasuk didalamnya : fisik geografis dan tata ruang,fisik sarana prasarana,serta fisik lingkungan). Analisis SWOT kondisi non fisik (termasuk didalamnya : aspek sosial ekonomi dan sosial budaya) 2. Analisis peluang dan prospek tata bangunan dan lingkungan Desa Sirnajaya 3. Perumusan visi dan misi tata bangunan dan lingkungan Desa Sirnajaya 4. Rekomendasi kebijakan dan strategi tata bangunan dan lingkungan Kecamatan Kasihan Mencakup didalamnya rekomendasi kebijakan dan strategi tata bangunan dan lingkungan Desa Sirnajaya 5. Strategi implementasi program Mencakup didalamnya arahan implementasi atau pelaksanaan tata bangunan dan lingkungan Kecamatan Kasihan dalam bentuk penjabaran program pengembangan : Prioritas dan tahapan waktu Pola pendanaan Koordinasi antar pelaku / sektor yang terlibat dalam kegiatan pembangunan, termasuk penyusunan tata tertib kegiatan pembangunan dan usaha didalam kawasan Kerangka Berpikir Secara umum, studi kajian akan meliputi kajian pada eksisting kawasan dengan mengacu pada berbagaipotensi dan masalah yang ada serta komponen-komponen pendukungnya seperti aturan dan nilai local yang berkembang. Setelah itu merumuskan program pengembangan dalam rangka menjadikankawasan kajian menjadi satu kawasan permukiman yang produktif, berjati diri, dan terintegrasi dengan mengacu pada nilai-nilai lokal yang sudah lama berkembang. Sistem pendekatan dilakukan dengan metode berdasarkan pola berpikir di atas yang mengacu padadua hal utama, yaitu kajian kondisi eksisting yang menyangkut berbagai kondisi fisik, ekonomi, dansosial termasuk nilai-nilai yang berkembang di dalamnya. Selanjutnya dikaji perumusan pedoman pengembangan kawasan desa dalam rangka

21 penyusunan RTPLP (Rencana Tindak Penataan Lingkungan dan Permukiman). Gambar I.3. Kerangka Berpikir Penyusunan RTPLP Desa Sirnajaya rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, serta ketentuan dan pedoman pengendalian pelaksanaan. Secara garis besar dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan dan Permukiman Desa Sirnajaya ini akan disajikan sebagai berikut : Bab I Bab II Pendahuluan, berisi mengenai uraian umum dan isu-isu strategis, maksud dan tujuan penyusunan dokumen, sasaran, ruang lingkup materi dan lingkup wilayah, kedudukan RTPLP dalam RTRW Kabupaten Garut, pengertian umum penataan ruang dan RTPLP dan sistematika penulisan. Review tata ruang Kabupaten Garut terhadap kawasan prioritas yang berisi Struktur peruntukan ruang dan pola pemanfaatan ruang dalam RTRW Kabupaten Garut serta aspek penentuan wilayah perencanaan Bab III Gambaran Umum Kawasan Prioritas, berisi 1.8 Sistematika Penulisan Dokumen ini adalah Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman, yang berisi uraian tentang review tata ruang Kabupaten Garut terhadap kawasan prioritas, gambaran umum kawasan prioritas, program bangunan dan lingkungan, tentang kondisi peruntukan lahan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, potensi lahan yang tersedia, kondisi bangunan yang perlu dilestarikan, kondisi jaringan lingkungan dan saluran, kondisi pelayanan air bersih dan sanitasi.

22 Bab IV Program bangunan dan lingkungan yang memuat tentang visi dan misi pembangunan kawasan, analisis kawasan (sosial kependudukan, prospek pertumbuhan ekonomi, aspek lingkungan), konsep pengembangan kawasan (struktur peruntukan lahan, instensitas lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur penghubung, sistem RTH, tata kualitas lingkungan, sistem prasaran dan utilitas lingkungan, pelestarian bangunan dan lingkungan). Bab V Bab VI Rencana pengembangan kawasan prioritas yang siap bangun serta arahan desain, meliputi lokasi, latar belakang, potensi pengembangan. Rencana Investasi, berisi Umum, Skenario Strategi Rencana Investasi,Pola Kerja Sama Operasional, Skenario Pentahapan Pembangunan, Skenario Investasi, Strategi Pengendalian Rencana, aspekaspek Pengendalian,Strategi Pengendalian.

23 BAB TINJAUAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERMUKIMAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

24 2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Garut Kebijakan dan arah perkembangan Kabupaten Garut - Visi pembangunan kabupaten Garut merupakan gambaran dari harapan serta targetan pencapaian pembangunan Kabupaten Garut di masa mendatang. Visi pembangunan Kabupaten Garut tersebut adalah Terwujudnya Garut Pangirutan Yang Tata Tengtrem Kerta Raharja Menuju Ridho Alloh visi tersebut menyiratkan harapan akan kondisi masyarakat Garut di masa mendatang yang sejahtera, aman dan selalu dalam Ridho Alloh. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perumusan visi penataan ruang kawasan perkotaan Garut berlandaskan pada visi pemerintah Kabupaten Garut sebagai acuannya. Perumusan visi penataan ruang kawasan perkotaan Garut ke depan ini dilakukan guna mewujudkan wajah kawasan

25 perkotaan Garut di masa mendatang, sejalan dengan peluang peluang dan tantangan pembangunan yang bakal di hadapi wilayah perkotaan Garut. Adapun visi penataan ruang kawasan perkotaan Garut dirumuskan sebagai berikut : Geulis merenah, mengandung makna kota Garut merupakan kota yang indah, bersih, sejuk dan nyaman Tata tengtrem mengandung makna Kota Garut merupakan kota yang aman, kondusif bagi investasi Kertaraharja mengandung makna Kota Garut sebagai wadah bagi perwujudan kesejahteraan masyarakatnya. Kota Garut merupakan kota yang berkarakter dan berdaya saing serta menjunjung luhur budaya dan tradisi lokal Visi tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi penetapan misi dan tema Kota Garut di masa mendatang yaitu sebagai Kota agropolitan, kriya dan budaya dengan fungsi sebagai : Pusat pemerintahan kabupaten Pusat perdagangan dan jasa regional Pusat pariwisata (kriya dan budaya) Pusat industry dan pengolahan pertanian (agropolitan) Tujuan pengembangan kawasan perkotaan Garut merupakan titik lanjut dari visi dan misi pengembangan Kota Garut yang telah ditetapkan batasan waktu pencapaiannya, yakni dalam rentang waktu 20 tahun, adapun yang menjadi tujuan pengembangan Kota Garut adalah : Menciptakan kawasan perkotaan Garut yang merupakan bagian dari Kota Garut sebagai pemicu perkembangan aktivitas social ekonomi Kabupaten Garut dan wilayah sekitarnya. Untuk mencapai visi yang telah digariskan tersebut diatas, selanjutnya ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Garut sebagai berikut : Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang amanah, yang menjungjung tinggi supremasi hokum, demokrasi dan HAM Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Meningkatakan kualitas kehidupan beragama Menggali dan memanfaatkan sumber daya alam dan buatan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan Memberdayakan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada potensi local dan mekanisme pasar Mewujudkan Garut sebagai daerah agribisnis dan agro industry Mewujudkan Garut sebagai daerah pariwisata disertai pelestarian dan pengembangan seni budaya lokal.

26 Adapun starategi pemabangunan untuk mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Garut adalah sebagai berikut: Peningkatan kualitas kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah untuk mewujudkan Good Governance Penegakan supremasi hokum, demokrasi dan hak azasi manusia Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan melalui pengembangan pendidikan formal dan pendidikan luar biasa Peningkatan kualiatas dan kuantitas sarana prasarana dan pelayanan kesehatan masyarakat Peningkatan kulaitas kehidupan beragama, fasilitas peribadatan dan pendidikan keagamaan Pengelolaan sumber daya alam dan buatan dengan memperhatikan seluruh aspek manfaat dan resiko terhadap lingkungan Optimalisasi penataan ruang dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan Peningkatan kualitas dan kuantitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan Pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi Peningkatan sarana dan prasarana transportasi, Pos dan Telekomunikasi dan media masa untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan Peningkatan dan pengemabngan sarana prasarana serta sumber daya manusia Pemeliharaan dan pengembangan seni budaya sebagai identitas daerah Pengentasan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja dan penanganan daerah tertinggal 2.2. Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Kota Garut berdasarkan RTRW Kabupaten Garut Struktur ruang wilayah Kota Garut menggambarkan rencana sistem pusat kegiatan/pelayanan permukiman baik perdesaan dan perkotaan di Kota Garut. Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah membentuk sistem pusat kegiatan/pelayanan dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berhirarki di seluruh wilayah. Rencana struktur ruang wilayah merupakan salah satu upaya untuk mempercepat efek pertumbuhan dari pusat-pusat Kegiatan. Rencana pembagian wilayah Kota Garut menurut rencana struktur ruang Kota Garut.

27 Gambar 2.1. Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Sistem Perencanaan Pembangunan dan Sistem Penataan Ruang RPJP/RPJM Rencana Umum Rencana Rinci RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Pulau RTR Kaw. Strategis Nas. RPJM Nasional RPJP Prov RTRW Provinsi RTR Kaw. Strategis Prov. RPJM Prov RPJP Kab/Kota RPJMKab/Kota RTRW Kabupaten RTRW Kota RDTR Kabupaten RTR Kaw. Strategis Kab. RDTR Kota RTR Kaw. Strategis Kota

28 RTRW merupakan rencana tata ruang yang bersifat umum yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah baik tingkat nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP) maupun RTRW kab/kota. Tujuan RTRW merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Dan yang terpenting adalah, RTRW menjadi dasar dalam memberikan rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang. Adapun fungsi dari RTRW itu sendiri diantaranya: 1) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); 2) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah; 3) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah; 4) Acuan lokasi investasi dalam wilayah yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta; 5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah; 6) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; 7) Acuan dalam administrasi pertanahan. Dalam rencana pola ruang RTRWP Jawa Barat Tahun tersebut, Jawa Barat bertekad menuju capaian 45% kawasan lindung (KL) sebagai green-province. Kabupaten Garut merupakan kabupaten dengan proporsi luas wilayah KL paling besar diantara kabupaten/kota yang lain di Jawa Barat. Pada awalnya proporsi KL di Kabupaten Garut ditetapkan sebesar 78,7% dari luas wilayah kabupaten ( ha) atau seluas ha. Kemudian pada tahun 2010 berdasarkan hasil analisis data terbaru Geographic Information System (GIS) dari Kementerian Kehutanan menyebutkan luas wilayah Kabupaten Garut menjadi ,5 ha (bertambah 4.488,5 ha) dengan luas KL sebesar 82,1 % atau seluas ,16 ha. Namun terakhir, hasil kajian final pemetaan KL pada RTRWP Jawa Barat yang telah ditetapkan menjadi Perda tersebut, proporsi KL berubah lagi menjadi 81,39% atau seluas

29 Ha dengan rincian sebagai berikut: 1) KL Hutan (29,43%) terdiri dari: Hutan Konservasi (15.799,2 ha) dan Hutan Lindung (75.742,8 ha); 2) KL Non Hutan (51,96%) terdiri dari: Sesuai untuk Hutan Lindung (10.221,7 ha); Resapan Air (54.922,1 ha); Perlindungan Geologi (56,2 ha); Rawan Letusan Gunung Berapi (21.576,6 ha); Rawan Gerakan Tanah (70.842,1 ha); Rawan Tsunami (3.975,5 ha). Penetapan proporsi KL Kabupaten Garut sebesar 81,39% tersebut tentunya secara mudah dapat diketahui bahwa luas bersih kawasan budidaya (KBD) hanya 18,61% saja atau seluas ,5 ha. Namun tidak serta merta KL tersebut tidak bisa dimanfaatkan kegiatan budidaya, seperti KL Non Hutan masih bisa dimanfaatkan namun tentunya dengan arahan zonasi yang sangat ketat sehingga masih tetap berfungsi sebagai KL. Konsekuensi dengan KL 81,39% atau KBD bersih hanya 18,61% tersebut tentunya menjadi tantangan sendiri yang serius bagi pembangunan di Kabupaten Garut, karena perlu kehatihatian dalam pemanfaatan sumberdaya alam termasuk pemanfaatan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan kegiatan lainnya termasuk didalamnya kemungkinan terjadi alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan tata ruang. Faktanya, KL tersebut sebagian besar berada di wilayah Garut Selatan yang mana pada saat ini hasil beberapa penelitian dan eksploitasi menunjukan potensi pertambangan cukup besar, tentunya sangat bernilai ekonomis namun dapat mengancam kelestarian alam dan rusaknya kondisi lingkungan. Kondisi ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi pengembangan wilayah di Garut Selatan. Sebagaimana telah diatur dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mengenai bentuk insentif atau disintensif, maka Kabupaten Garut perlu mendapatkan insentif yang proporsional dari penetapan proporsi KL karena baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada sendi-sendi kehidupan masyarakat dan pemerintahan menyangkut pengembangan wilayah mencakup fisik, sosial, budaya, ekonomi, ekologi/lingkungan yang merupakan hakikat pembangunan berkelanjutan. Bentuk insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU 26/2007 yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa: a) Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham; b) Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

30 c) Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau d) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah. Upaya tersebut bisa ditindaklanjuti berupa penyusun kebijakan-kebijakan pembangunan diantaranya berupa penyusunan RTRW Kabupaten Garut Tahun yang telah menetapkan tujuan penataan ruang yaitu bertujuan untuk mewujudkan sebagai kabupaten konservasi yang didukung oleh agribisnis, pariwisata dan kelautan Rencana Detail Tata Ruang Kota Kabupaten Garut (Kedudukan BWK II, III, V, VI Dalam Kawasan Perkotaan Garut) Kawasan perkotaan Garut dalam RDTR Kota Garut yang disusun pada tahun 2009 ditetapkan terdiri dari 6 bagian wilayah kota, yaitu : 1. BWK 1, yang terletak di Kecamatan Garut kota dan Kecamatan Karangpawitan BWK I ini terdiri dari Kelurahan Pakuwon, Ciwalen, Paminggir, Kota wetan, Regol, Kota Kulon, Suci kaler, Karangmulyan, Desa Suci dan Kelurahan Lebak Jaya. Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala regional (kabupaten) 2. BWK II, terletak di Kecamatan Garut Kota dan Cilawu. BWK II ini terdiri dari Kelurahan Muarasanding, Sukanegla, Margawati, Cimuncang dan Desa Ngemplangsari. Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan permukiman 3. BWK III, terletak di Kecamatan Garut Kota, Kecamatan karang pawitan, Tarogong kaler dan Kecamatan Banyuresmi BWK III terdiri dari Kelurahan Sukamentri, Desa Sukasenang, Desa Jati, Desa Tanjung kemuning, dan Kelurahan Lengkongjaya. Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan idustri. 4. BWK IV, terletak di Kecamatan Tarogong kaler BWK IV ini terdiri dari Desa Tarogong, Pataruman, Haur panggung, Jaya raga, Kelurahan Sukagalih, Jayawaras dan Desa Cimanganten Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan pemerintahan kabupaten

31 5. BWK V, terletak di Kecamatan Tarogong kaler BWK V ini terdiri dari Desa Rancabango, Langensari, Pananjung, Pasawahan, Sukawangi, Mekarjaya, dan Desa Panjiwangi 6. BWK VI, terletak di Tarogong kaler dan Tarogong kidul BWK ini terdiri dari Kelurahan Sukakarya, Sukabakti, Desa Cibunar, Kersamenak, Mekargalih, Mekarwangi, Sukajadi, Sirnajaya dan Kelurahan Sukajaya. Sumber : RDTR Kota Garut Tahun 2009 Fungsi utama sebagai kawasan permukiman Gambar 2.2. Peta BWK VI Melihat posisi serta kedudukan wilayah perencanaan (BWK 2, 3, 5 dan 6) dapat disimpulkan bahwa wilayah perencanaan merupakan ring kedua dari pertembuhan Kota Garut, setelah pusat kota di BWK 1 dan 4. Seiring dengan perkembangannya kawasan perkotaan Garut, wilayah perencanaan berkembang pula sebagai suatu are perkotaan dengan beragam aktivitas seperti perdagangan dan jasa, perkantoran dan permukiman, walupun sejauh ini area pertanian masih cukup banyak ditemui. Sejalan dengan kondisi wilayah perencanaan sebagai ring kedua dari perkembangan kawasan perkotaan Garut, struktur ruang Kota Garut sebagaimana dalam RDTR Kota Garut yang disusun pada tahun 2009 menetapkan wilayah perencanaan sebagai hirarki III seperti pada gambar berikut. BWK 2, 3, 5 dan 6 selanjutnya dibagi kedalam 8 sub BWK sebagai berikut : Sub BWK 2A Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang serta perdagangan dan jasa skala lokal. Sub BWK 2B Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan pertanian. Sub BWK 3A Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan industry

32 Sub BWK 3B Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang Sub BWK 5A Diarahkan untuk sebagai kawasan pariwisata dan permukiman kepadatan sedang Sub BWK 5B Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan rendah, pertanian dan konservasi Sub BWK 6A Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan pertanian Sub BWK 6B Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan rendah dan pertanian 2.4. Rencana Penataan Pengembangan Perumahan Permukiman Daerah Kabupaten Garut (Kebijakan Sektor Perumahan di Wilayah Perencanaana BWK II, III, V dan VI) Kawasan perumahan dan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, juga merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.oleh karena itu, kawasan permukiman sebagai tempat bermukim dan berlindung harus sehat, aman, serasi dan teratur.selain itu kawasan permukiman harus bebas dari gangguan pencemaran, serta bahaya lingkungan lainnya seperti rawan bencana. Kawasan ini di upaya akan dapat mendukung berlangsungnya proses sosialisasi dan nilai budaya yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan, aman serta memberikan kumudahan pada masyarakat untuk menjakau pusat pusat pelayanan sosial ekonomi dan sarana prasarana lingkungan yang merupakan kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Kawasan permukiman berdasarkan standar penataan ruang meliputi zona perumaham kepadatan rendah, zona perumahan kepadatan sedang dan zona perumahan kepadatan tinggi, dengan spesifikasi sebagai berikut : Zona perumahan kepadatan rendah : merupakan rumah tinggal dengan pekarangan luas, dimaksudkan agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan dalam rencana penataan dan pengembangan kota dapat dipertahankan. Kepadatan yang termasuk ke dalam kategori rendah adalah 10 kavling/ha Zona perumahan kepadatan sedang : merupakan perumahan unit tunggal dengan peletakan masa bangunan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan mengakomodasikan kebutuhan

33 rumah dengan perpetakan berbagai ukuran dengan mengupayakan peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter dan suasana lebih nyaman. Kepadatan yang termasuk ke dalam kategori sedang adalah kavling/ha Zona perumahan kepadatan tinggi : perumahan unit tunggal dengan tipe gandeng atau deret dengan perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan, zona ini merupakan peluang transisi antara lingkungan perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan kepadatan tinggi, kepadatan yang termasuk dalam kategori tinggi adalah 40 kavling/ha Kebijakan sector perumahan di wilayah perencanaan diuraikan sebagai berikut : 1. Indikator masalah Kecenderungan pertumbuhan penduduk yang meningkat membutuhkan peningkatan penyediaan perumahan. Jumlah penduduk pada tahun perencanaan mencapai ± jiwa pada tahun 2009, dengan tingkat kepadatan secara umum rata-rata 54 jiwa/ha, namun untuk kawasan Blok tertentu memiliki kepadatan tinggi. Kawasan pusat kota memiliki kecenderungan pertumbuhan cepat, baik secara fisik, maupun fungsional, dan beberapa kantong-kantong permukiman lama cenderung menjadi kumuh. Pola penyediaan rumah sebagian besar dilakukan secara swadaya, penyediaan rumah oleh developer masih terbatas untuk masyarakat golongan menengah ke atas, sementara untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR) penyediaan rumah sehat sederhana (RSH) banyak berlokasi di luar jangkawan perkotaan Garut. Pola persebaran penduduk tidak merata di seluruh kawasan perencanaan. 2. Tujuan Dikaitkan dengan kawasan permukiman yang cenderung kumuh dan penyebarannya tidak merata di kawasan perencanaan, tujuannya adalh untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, serta mengarahkan penyebaran kawasan permukiman dengan menyediakan perumahan bagi masyarakat umum yang sesuai dengan ketentuan rumah sehat dan rencana peruntukan lahan bagi permukiman. 3. Sasaran Pembangunan sektor perumahan dan permukiman di Wilayah Perencanaan ditujukan untuk mewujudkan kondisi permukiman yang sehat dan lingkungan yang

34 tertata dengan baik. Sasaran sektor perumahan dan permukikman di Wilayah Perencanaan adalah terwujudnya pembangunan perumahan dan permukiman sebagai faktor utama untuk mendukung tujuan penataan kawasan, yaitu ; Menjadi alat intervensi penataan struktur tata ruang yang terintegrasi dengan pengembangan fasilitas dan utilitas untuk pelayanan kawasan permukiman. Menjadi elemen pelengkap dan pendukung untuk kegiatan di kawasan perencanaan, baik kegiatan perdagangan jasa, pemerintah serta aksebilitas regional. Target penataan kawasan perumahan dan permukimanyang pada saat ini memiliki kepadatan tinggi serta cenderung kumuh yang diperkirakan pada tahun perencanaan merupakan kawasan dengan kepadatan sangat tinggi dengan kondisi semrawut. Mewujudkan penyebaran kawasan permukiman secara merata dan proporsional sesuai dengan pengaturan zona-zona kepadatan yang direncanakan. 4. Kebutuhan Kebutuhan perumahan dan permukiman dikawasan perencanaan didasarkan pada hal-hal berikut ini ; Perkembangan penduduk yang pesat dan keterbatasan lahan perkotaan untuk pengembangan perumahan di pusat kota. Adanya peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat dari perkembangan kawasan yang cukup pesat di Wilayah Perencaan. Antisipasi perkembangan kawasan peruntukkan industry di bagian timur laut kota (Kawasan Copong) pada masa yang akan dating dengan stimulasi pembangunan prasarana strategis. 5. Kebijakan Kebijakan sektor perumahan yaitu menata dan menyediakan berbagai prasarana lingkungan permukiman. Untuk mendukung tujuan pembangunan sektoral agar mampu memenuhi kebutuhan perumahan, maka rumusan kebijakan yang perlu diambil adalah sebagai berikut : Antisipasi dalam mengarahkan kecenderungan pertumbuhan kawasan permukiman saat ini sesuai dengan rencana tata ruang yang dituju dengan memberikan faktor insentif (dalam mendukung

35 pertumbuhan sesuai dengan rencana), maupun memberikan faktor disinsentif (dalam mengarahkan, menahan, dan mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak di harapkan). Memberikan Advis Planing dalam setiap pembangunan perumahan oleh masyarakat dan swasta dengan mengindahkan tata ruang yang disepakati secara konsisiten Mengarahkan pengembangan perumahan oleh developer sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasar local, terkait dengan desain dan harga, khususnya kemampuan masyarakat setempat. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di kawasan yang diarahkan untuk pengembangan dimasa datang dengan merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat. Untuk kawasan permukiman di Wilayah Perencanaan diarahkan untuk zona perumahan kepadatan rendah, zona permukiman kepadatan sedang, hingga zona permukiman kepadatan tinggi, sesuai dengan ketentuan rencana kawasan permukiman pada tahun perencanaan. 6. Komponen penataan Komponen penataan digolongkan berdasarkan pola penyediaan perumahan, yaitu : Pola Swadaya : perumahan yang dibangun oleh masyarakat dan tumbuh dengan alamiah dengan berkembangan yang bersifat sporadic. Pola formal : perumahan yang dibangun oleh developer dengan ciri perkembangan kolektif dan bepola klaster. Dilihat dari etruktur lahan eksiting yang tersedia, dapat dibagi menjadi tiga kategori pembangunan, yaitu : Penataan perumahan yang telah ada dengan meningkatkan kualitas lingkungannya sehingga arah penataan adalah pada pemugiran, perbaikan lingkungan dan penyediaan infrastruktur pendukung. Penataan pada ruang-ruang kosong yang memungkinkan untuk pengembangan perumahan baru. Penataan perumahan yang berada pada zona yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan dan struktur tata ruang yang telah ada.

36 BWK V, terletak di Kecamatan Tarogong Kaler BWK V ini terdiri dari Desa Rancabango, Desa Langensari, Desa Pananjung, Desa Pasawahan, Desa Sukawangi, Desa Mekarjaya, dan Desa Panjiwangi Fusngi utama sebagai kawasan permukiman, pertanian Gambar 2.3. Peran dan Fungsi serta Arahan Rencana Pengembangan Tiap BWK Sub BWK 5A Diarahkan untuk sebagai kawasan pariwisata dan permukiman kepadatan sedang Sub BWK 5B Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan rendah, pertanian dan konservasi Block perencanaan : Block 5.1, 5.2, 5.3

37 7. Strategi dan langkah Pembangunan Sektor Perumahan Berdasarkan uraian diatas serta dikaitkan dengan arahan rencana penataan ruang kawasan, maka dapat dirumuskan langkah-langkah penataan sebagai berikut : Pembangunan perumahan baru; (i) Pengembangan perumahan baru kearah utara (Sub BWK 3B), barat daya (Sub BWK 6A) dan tenggara (sub BWK 2A). Penataan perumahan eksiting: untuk perumahan yang telah berkembang pada saat ini, terdapat dua langkah yang perlu dilakukan dan dijadikan proritas dalam penataanya, yaitu ; (i) Pengendalian dan monitoringuntuk perumahan yang sudah terlanjur tumbuh pada sempada Sungai Cimanuk, dan perkembangan dimasa yang akan datang pertumbuhannya dikendalikan dan dibatasi dengan ketat. Penataan perumahan yang akan menjurus kearah kumuh dan padat yang berkembang di pusat dan pinggiran kota. 8. Kebutuhan Pengembangan Hasil analisis proyeksi penduduk diketahui kebutuhan terhadap unit perumahan dan permukiman di kawasan perencanaan. Diperkiraan pada akhir tahun perencanaan kebutuhan terhadap perumahan dapat dipenuhi dengan pola kebijakan yang ada serta penyelenggaraan pembangunan perumahan baru serta perbaikan kawasan permukiman yang ada. Dengan menganalisis kondisi daya dukung lahan kawasan perencanaan, penyediaan perumahan dan permukiman sudah tidak memungkinkan untuk disediakan di kawasan pusat kota, namun pada sub BWK 3B, 6 A dan 2 A dapat dilakukan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan rendah. 9. Arahan Pemenuhan Kebutuhan Pemenuhan kebutuhan hunian didasarkan pada pola pemenuhan kebutuhan rumah saat ini yaitu 68% dilakukan melalui pola swadaya, dan 32% melalui pola formal berupa mekanisme pasar (pengembang/developer). Pemenuhan pola swadaya diarahkan mengisi ruang lingkungan perumahan/kampung eksiting saat ini yaitu berupa ekstented family, penambahan ruang pada kapling eksiting (in fill development).

38 Pemenuhan kebutuhan rumah baru melalui mekanisme pasar yang dilakukan melalui konsep Lingkungan Hunian Berimbang (1 : 3 : 6) dan diarahkan mengisi ruang lingkungan perumahan pada cluster-cluster sesuai rencana guna lahan. Hasil analisis terhadap proyeksi penduduk diketahui tingkat kebutuhan terhadap unit perumahan dan permukiman di kawasan pusat pertumbuhan kota. Diperkiraan pada akhir tahun perencanaan kebutuhan terhadap perumahan dapat dipenuhi dengan pola kebijakan yang ada serta penyelenggaraan pembangunan perumahan baru serta perbaikan kawasn permukiman yang ada Rencana struktur dan pola ruang BWK VI ( Kedudukan BWK II, III, V, VI Dalam Kawasan Perkotaan Garut) Struktur ruang pusat BWK 2, 3, 5 dan 6 merupakan suatu kerangka struktural yang menampilkan bentuk kotanya dan dilihat dari unsur unsur kegiatan fungsional perkotaan yang dihubungkan oleh sistem transportasi serta didukung oleh ketersediaan sarana prasarana perkotaan, adapaun tujuan pembentukan struktur ruang BWK 2, 3, 5 dan 6 diantaranya adalah: Menjabarkan struktur ruang yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Garut Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pemabngunan ke seluruh kawasan Mendayagunakan fasilitas pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pelayanan Menciptakan daya tarik bagi seluruh bagian kawasan dengan penyebaran pusat-pusat pelayanan ke seluruh kawasan perkotaan Ruang merupakan perwujudan dari berbagai kegiatan yang berada diatasnya. Secara konsptual pengembangan keruangan adalah upaya untuk mengalokasikan ruang berdasarkan kegiatan-kegiatan yang akan ditetapkan. Atas dasar konsepsi tersebut, pengembangan ruang BWK 2, 3, 4 dan 6 didasarkan pada konsep yang akan diakomodasi didalam BWK 2, 3, 5 dan 6. Pengembangan struktur ruang pusat BWK 2, 3, 5 dan 6 penyebarannya dialokasikan di tempat-tempat strategis atau yang mempunyai aksesibilitas baik, sehingga mudah dijangkau dari seluruh bagian kawasan. Pengembangan tidak terlepas dengan fungsi dan peran BWK 2, 3, 4 dan 6 yang telah ditetapkan sesuai dengan block perencanaan.

39 Block perencanaan merupakan pola bentukan struktur ruang BWK 2, 3, 4 dan 6 yang lebih detail, pendetail tersebut dilakukan pada kawasan-kawasan yang dianggap memiliki kompleksitas permasalahan perkotaan yang cukup tinggi, dari hasil analisa serta prediksi kecenderungan perkembangan hingga akhir tahun perencanaan, kawasan yang diindikasikan mempunyai skala penanganan prioritas merupakan beberapa kawasan yang termasuk pada wilayah perencanaan. BWK 2 selanjtnya terbagi menjadi 2 sub BWK, yaitu BWK 2A, sub BWK 2B dan sub BWK tersebut dibagi menjadi 3 block perencanaan yaitu Blok 2.1, 2.2, 2.3. BWK 3 selanjutnya terbagi menjadi 2 sub BWK, yaitu sub BWK 3A, dan BWK 3B, BWK tersebut menjadi 4 blok perencanaan yaitu Blok 3.1, 3.2, 3.3dan 3.4, BWK 5 sekanjtnya terbagi menjadi 2 sub BWK, yaitu sub BWK 5A dan 5B, menjadi 3 blok perencanaan yaitu Blok 5.1, 5.2, 5.3. Dan BWK 6 terbagi menjadi 2 BWK, yaitu BWK 6A dan 6B, dan sub BWK tersebut dibagi menjadi 4 blok yaitu Blok 6.1, 6.2, 6.3, Rencana Penggunaan Lahan dan Program Pengembangan Permukiman (BWK VI) Dalam perencanaannya BWK 6 diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman di Kota Garut. Alokasi kegiatan permukiman di BWK 6 memiliki proporsi ± 53 % dari luas BWK 6. Untuk penggunaan lahan perumahan dari hasil analisis proyeksi penduduk yang berimplikasi terhadap demand permukiman, menunjukan bahwa untuk masa beberapa tahun perencanaan ke depan, alokasi pemanfaatn ruang yang ada untuk kegiatan permukiman masih dapat menampung kebutuhan untuk puluhan tahun ke mendatang dengan tingkat kepadatan sedang. Hal ini menunjukan pula bahwa puluhan tahun berikutnya masih memungkinkan untuk bisa lebih berkembang. Namun demikian, secara proporsi luas lahan yang ada, maka penggunaan lahan tidak terbangun khusunya kawasan ruang terbuka hijau, perkebunan dan pertanian masih tetap dipertahankan dalam pengembangan kawasan.

40 Gambar 2.4. Struktur Ruang Wilayah Kota Garut

41 Komponen Penggunaan lahan Fasilitas Fasilitas pendidikan, SD, SMP, SMU, perguruan tinggi, balai pengobatan dan poliklinik, prkatek dokter, apotik, Puskesmas, Puskesmas pemabntu, Langgar, Mesjid lingkungan, Fasilitas peribadatan lainnya, warung, pertokoan, mini market, pasar lokal, Bank, Perbelanjaan skala kecil, lapangan olah raga skala lingkungan. Pemerintahan Pusat kegiatan Sub BWK 6 Pusat pemerintahan kecamatan, pusat pemerintahan kelurahan/desa Pusat hunian Perumahan swadaya, perumahan developer, Kampung kota Non Urban Negatife list Ruang terbuka hijau, perkebunan dan pertanian Industry besar polutan Rencana detail tata ruang Kota Garut memiliki fungsi sebagai acuan bagi pemerintah daerah Kabupaten Garut dalam menyusun program tahunan. Indikasi programprogram pembangunan tersebut merupakan penjabaran kebijakan dan rencana pengembangan ruang yang telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan. Berikut diantara indikasi program pengembangan di wilayah perencanaan : Program pengembangan struktur ruang dan pengendalian ruang melalui jaringan dan utilitas kawasan, mengembalikan jaringan pergerakan sebagai pengarauh struktur ruang dan peningkatan aksesibilitas kawasan (rencana peningkatan jaringan jalan perkotaan dan lingkungan/pembngunan jaringan jalan, penataan fungsi jalan dan pedestrian, pengaturan sistem pengangkutan) Mengembangkan jaringan utilitas guna meningkatkan akses pelayanan masyarakat dan pemerataan pembangunan wilayah (pengembangan jaringan telekominukasi, pengembangan prasarana energi listrik, prasarana air bersih, sasnitasi, sistem drainase, prasarana persampahan, perumahan permukiman) Program pengembangan dan pengendalian pola ruang dan penyediaan sarana/fasilitas umum dan sosial (meningkatkan pelayanan fasilitas umum dan sosial di setiap BWK) Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dan memenuhi aspek ruang terbuka hijau (RTH) Meningkatkan kualitas lingkungan dan bangunan di kawasan budidaya Program pengembangan kelembagaan masyarakat yang kooperatif dan produktif ditingkat komunitas lokal yang berbasis kemitraan

42 Gambar 2.5. Pola Ruang BWK 6

43 2.7. Aspek Penentuan Wilayah Perencanaan Kawasan prioritas adalah kawasan yang dianggap perlu diprioritaskan pengembangan atau penanganannya sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi lingkungan permukiman yang sehat dan bersih. Sejalan dengan tujuan PLPBK yaitu melakukan penataan kawasan permukiman yang didasarkan pada aspirasi masyarakat dan permasalahan lingkungan pada kawasan permukiman. Dalam penetapan kawasan prioritas dalam kegiatan PLPBK di Desa Sirnajaya didasarkan pada kriteria sebagai berikut : 1) Prosentase penduduk miskin paling besar 2) Sanitasi lingkungan paling jelek / tidak layak; 3) Prosentase RumahTidak Layak Huni (RTLH) paling besar 4) Kemendesakan Penanganan; 5) Dukungan Masyarakat. Berdasarkan kepada kriteria diatas dan melihat karakteristik desa dan isu permasalahan yang terdapat di Desa Sirnajaya serta berdasarkan pada hasil analisis data pemetaan masyarakat yang dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, maka dapat ditentukan kawasan prioritas untuk penanganan penataan. Dari semua kawasan yang terdapat di Desa Sirnajaya, dibagi menjadi 5 wilayah analisis yaitu Wilayah I ( RW 01 dan RW 03); Wilayah II ( RW 04, RW 05 dan RW 06); Wilayah III ( RW 02 dan RW 10) Wilayah IV ( RW 09 dan RW 11) Wilayah V ( RW 07 dan RW 08); Proses pembobotan dilakukan melalui FGD dimana masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selanjutnya masyarakat diberi penjelasan tentang penilaian dan pemberian bobot terhadap masing-masing kriteria. Selanjutnya dalam sistem pembobotan tersebut, terdapat tiga aspek yang menjadi dasar pertimbangan, kelima aspek tersebut adalah : 1) Prosentase KK miskin (Bobot 15%) Nilai 1 berarti Sedikit / Rendah (30%<KK-Miskin 50%) Nilai 2 berarti Banyak (50%<KK-Miskin 70%) Nilai 3 berarti Sangat Banyak /Tinggi (>70%) 2) Sanitasi Lingkungan (Bobot 25%) Nilai 1 berarti Masih Layak/Cukup Layak Nilai 2 berarti Tidak Layak Nilai 3 berarti Sangat Tidak Layak

44 3) Prosentase Rumah Tidak Layak Huni (Bobot 20%) Nilai 1 berarti Sedikit / Rendah (30%<KK-Miskin 50%) Nilai 2berarti Banyak (50%<KK-Miskin 70%) Nilai 3 berarti Sangat Banyak /Tinggi (>70%) 4) Kesesuaian Usulan Kegiatan / Kemendesakan (Bobot 15%) Nilai 1 berarti kurang sesuai dengan arah pengembangan Kawasan serta tidak mendesak Nilai 2 berarti sesuai dengan arah pengembangan Kawasan serta mendesak Nilai 3 berarti sangat Sesuai dengan arah pengembangan Kawasan serta sangat mendesak prioritas ditetapkan di wilayah II. Untuk lebih jelasnya analisis penentuan kawasan prioritas penanganan Desa Sirnajaya tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel II.1. Sedangkan untuk Peta Kawasan Prioritas di Desa Sirnajaya tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar ) Dukungan masyarakat (Bobot 25%) Nilai 1 berarti program kegiatan tersebut kurang didukung atau didukung oleh sebagian kecil masyarakat Nilai 3 berarti program kegiatan tersebut didukung oleh sebagian masyarakat Nilai 4 berarti hampir semua masyarakat mendukung program kegiatan tersebut. Dari hasil seluruh pembobotan tiap wilayah tersebut untuk menentukan kawasan prioritas adalah dengan menjumlah nilai seluruh kriteria sehingga diperloleh nilai tertinggi yaitu di Wilayah II (RW.04, 05, 06) dengan demikian maka kawasan

45 Tabel II.1 Analisis Penentuan Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya NO WILAYAH ANALISIS KK MISKIN Nilai (N) N x Bobot KONDISI SANITASI Nilai (N) N x Bobot JUMLAH RTLH Nilai (N) N x Bobot KESESUAIAN USULAN KEGIATAN Nilai (N) N x Bobot DUKUNGAN MASYARAKAT Nilai (N) N x Bobot JUMLAH SCORE N x Bobot 1 WILAYAH I 1 0,15 2 0,5 1 0,2 2 0,5 2 0,3 1,65 2 WILAYAH II 3 0,45 2 0,5 3 0,6 2 0,5 2 0,3 2,35 3 WILAYAH III 1 0,15 2 0,5 1 0,2 2 0,5 1 0,15 1,5 4 WILAYAH IV 1 0,15 1 0,25 1 0,2 1 0,25 1 0, WILAYAH V 1 0,15 2 0,5 1 0,2 2 0,5 2 0,3 1,65 Sumber : Hasil analisis dan Hasil Perhitungan Warga Hasil FGD (Nilai Tertinggi) Wilayah II ditetapkan sebagai Kawasan Prioritas Pengumuman Nilai Tertinggi

46 Gambar 2.6. Peta Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER PETA KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA Desa Mekarjaya Desa Rancabango LEGENDA : Batas Kecamatan Desa Sukawangi Batas Desa RW 08 RW 07 RW 06 RW 05 RW 11 Batas Rukun Warga Sungai Jalan Kabupaten RW 04 Desa Cimanganten Jalan Desa Jalan Lingkungan Desa Sukajadi RW 02 RW 03 Wilayah I Wilayah II RW 10 RW 01 RW 09 Kecamatan Tarogong Kidul Wilayah III Wilayah IV Wilayah V Desa Mekarwangi U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 D E SA S IR N A JAYA DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

47 BAB GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

48 II.1. Letak Geografis Dan Batas Administrasi Wilayah Perencanaan. Secara geografis Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas terletak pada 7 o o Lintang Selatan dan 107 o o 57 Bujur Timur dengan batas-batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Mekarjaya Sebelah Timur : RW 07 Sebalah Selatan : RW 02 dan RW 03 Sebelah Barat : RW 11 Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas terletak sebelah Utara Wilayah Desa Sirnajaya.

49 Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas memiliki luas lahan sebesar 113,12 Ha yang meliputi 3 RW dan 13 RT. Perincian luas Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas dapat dilihat pada Tabel III.1, Sedangkan untuk Orientasi Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas dan Batas Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 Secara administrasi Wilayah Perencanaan Kawasan Prioritas terdiri dari 3 RW dan 13 RT, dengan rincian sebagai berikut : RW 04 : 4 RT RW 05 : 4 RT RW 06 : 5 RT II.2. Kondisi Fisik Geografis Kondisi fisik dasar terdiri dari kondisi fisik topografi, kondisi klimatologi, kondisi fisik hidrologi, kondisi geologi. A. Kondisi Fisik Topografi Karakteristik topografi desa Sirnajaya sebagian besar merupakan area pertanian dan permukiman yang berada pada ketinggian 850 md (diatas permukaan laut).untuk Kawasan Prioritas Perencanaan dengan morfologi wilayah pengunungan serta kemiringan lahan yang bervariatif antara 0-5% di wilayah perencanaan kawasan prioritas. B. Kondisi Klimatologi Secara umum iklim di kawasan Desa Sirnajaya beriklim tropis basah (humid tropical climate)yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 13,6-27,7 mm/hari dengan bulan basah 6 bulan dan bulan kering 6 bulan. Kelembaban udara antara 78 % pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. C. Kondisi Fisik Hidrologi Pengamatan keadaan hidrologi di wilayah Desa Sirnajaya mencakup aspek air permukaan dan air tanah.berdasarkan hasil transek lapangan di daerah Sirnajaya tidak terdapat DAS/ SUB DAS dan anak cabang sungai. D. Kondisi Geologi Pada umumnya jenis tanah di Desa Sirnajaya sangat beragam. Kondisi jenis tanah di suatu kawasan sangat mempengaruhi penetapan penggunaan tanah.masingmasing jenis tanah memiliki sifat yang hanya sesuai untuk penggunaan lahan tertentu.jenis tanah di Desa Sirnajaya pada umunya adalah tanah vulkanis yang merupakan

50 tanah hasil pelapukan bahan padat dan bahan cair yang dikeluarkan oleh gunung berapi. Tanah tersebut sangat subur, banyak pergunakan untuk kegiatan pertanian. III.1. Kondisi Peruntukan Lahan Peruntukan lahan di Desa Sirnajaya sebagian besar masih di dominasi oleh permukiman yaitu sekitar 133,9 ha atau 47,99 persen. Jadi sebagian besar luas areal wilayah ini merupakan lahan permukiman begitu puladi kawasan prioritas, peruntukkan lahannya berupa permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel III.1 Penggunaan Lahan Desa Sirnajaya No Penggunaan Lahan Luas (ha) 1 Luas permukiman 133,9 2 Luas persawahan 89,3 3 Luas perkebunan 36,747 4 Luas kuburan 2,1 5 Luas pekarangan 13,39 6 Luas taman - 7 Perkantoran 1,8 8 Luas prasarana umum lainnya 1,8 Total Mata air, pada wilayah Desa Sirnajaya terdapat dua titik mata air yangdimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumberair bersih. Kondisi saat ini menunjukkan masihcukup baik mengingat kondisi sekitar mata aircukup terjaga. Lokasi titik mata air beradadisekitar RW IV bagian Barat Perumahan Tenilo - Kawasan Rawan Longsor, kawasan ini berada RW 04,05 dan RW 06 kondisi ini sangat memprihatinkan - Kawasan Permukiman, 47,9 persen dari wilayah Desa Sirnajaya merupakan kawasan permukiman. Pola permukiman ini secara umum merupakan pola linier yaitu mengikuti jaringan jalan. Di wilayah ini terdapat dua kompleks perumahan yaitu Perumahan Melayu Asri di RW 11 dan Perumahan Pesona Intan di RW Perdagangan dan jasa, Desa Sirnajaya tidak memiliki daerah khusus yang diperuntukkan sebagai kawasan untuk perdagangan dan jasa. Jenis perdagangan dan jasa yang ada berupa warung/kios yang dikelola secara pribadi oleh masyarakat dan tersebar di setiap RW sesuai dengan lokasi tempat tinggal warga. Sumber : Profil Desa Sirnajaya 2012

51 - Industri, di Desa Sirnajaya belum ada industri khusus yang mendukung roda perekonomian masyarakat. Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH), (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (openspaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi olehtumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,introduksi) guna mendukung manfaat langsungdan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitukeamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaantersebut. Berdasarkan kepemilikannya, RTH di wilayah ini terdiri atas 2 jenis yaitu RTH publik dan RTH Non Publik. Saat ini pada kawasan prioritas RTH yang status kepemillikannya merupakan kategori publik belum ada, mengingat kawasan ini sebagian besar terdiri dari wilayah permukiman. - RTH non public yang ada di kawasan prioritas adalah berupa lapangan yang terletak di RW 05 dengan dan Tempat Pemakaman Keluarga yang status kepemillikan lahannya merupakan milik pribadi atau perorangan serta taman yang menjadi bagian dari pekarangan rumah tinggal masyarakat. Meskipun bentuk pemanfaatan lahannya dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau, namun saat ini lokasi yang dimaksud belum tertata dengan baik dan berfungsi sebagaimana seharusnya. Sebagian besar lahan kosong yang berpotensi untuk pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) masih perlu penanganan serius dan dijaga dari kerusakan sehingga dapat menjadi penyangga terutama dari berbagai macam bencana seperti banjir dan erosi. III.2. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Selain potensi sumberdaya alam Desa Sirnajaya juga memiliki sumberdaya manusia yang cukup memadai. Penduduk Desa Sirnajaya pada tahun 2012 berjumlah 8009 jiwa dengan kepala keluarga yang ada di Desa Sirnajaya sejumlah 2173 KK). Saat ini untuk kawasan prioritas terdapat jumlah penduduk sebesar 5398 jiwa. Di wilayah Kawasan Prioritas Rukun Warga (RW) yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi yaitu berada di wilayah RW 04 dengan kepadatan sebesar 35 jiwa/ha. Sedangkan Rukun Warga (RW) yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah yaitu di wilyah RW 05 dengan kepadatan sebesar 16 jiwa/ha.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.2.

52 Tabel III.2 Jumlah dan Distribusi Penduduk Kawasan Prioritas No RW Penduduk Kepadatan Distribusi (%) (Jiwa) (Jiwa/Ha) 1 RW ,86 35 RT ,17 RT ,17 RT ,78 RT ,19 2 RW ,89 16 RT ,74 RT ,74 RT ,58 RT ,83 3 RW ,52 26 RT ,54 RT ,06 RT ,52 RT ,09 RT ,32 Jumlah ,27 24 Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2012 Kawasan perencanaan prioritas bila dilihat dari persebaran penduduk miskin terlihat bahwa jumlah penduduk miskin yang terbanyak ada di lokasi RW 06 dengan total 822 jiwa. Untuk RW 05 jumlah penduduk miskin sebesar 387 jiwa sedangkan untuk RW 04 jumlah penududuk miskin sebesar 684 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.3. Tabel III.3 Jumlah Penduduk Miskin Kawasan Prioritas No RT RW TOTAL KK MISKIN Sumber : Hasil Pemetaan Swadaya, 2012 TOTAL JIWA MISKIN Mata pencaharian masyarakat kawasan prioritas perencanaan sebagian besar adalah buruh dan buruh tani dan sebagian lagi melakukan kegiatan usaha pertanian, perternakan, perikanan air tawar, dan karyawan swasta.kegiatan perekonomian kawasan perencanaan prioritas di Desa Sirnajaya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kegiatan perekonomian formal dan informal. Kegiatan perekonomian formal terdiri dari beberapa sektor lapangan usaha sesuai dengan pembagian sektor usaha. Kawasan perencanaan prioritas adalah wilayah yang memiliki kegiatan

53 usaha produktif dengan skala home industry, permukiman padat penduduk merupakan pasar yang potensial bagi usaha-usaha kecil tersebut. Kegiatan Ekonomi di kawasan perencanaan prioritas terdapat menjadi beberapa golongan kegiatan yaitu perdagangan dan jasa. Kegiatan Perdagangan kawasan perencanaan prioritas pada umunya berupa warung atau kios yang dimiliki perorangandan untuk kegiatan jasa yang didominasi oleh sektor pertanian, hal tersebut dapat dilihat dari luas lahan pertanian dan produktivitas pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan yang relatif tinggi. Sektor pertanian tanaman pangan yang dihasilkan di Desa kawasan perencanaan prioritas padi, dan sayur-sayuran. Untuk sektor peternakan saat ini di domeniasiuntuk meningkatkan usaha kambing, domba, dan jenis ungas terdapat. Kegiatan perikanan di kawasan perencanaan prioritas terdiri dari kegiatan perikanan darat (air tawar). Khusus untuk perikanan darat, dalam pemeliharaannya dilakukan oleh penduduk, yang meliputi kolam, kolam air deras, dan perairan umum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel III.4. No Tabel III.4 Jumlah PendudukKawasan Prioritas Berdasarkan Matapencaharian Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Petani Buruh Tani PNS Peternak Nelayan TNI POLRI Pensiunan Pengusaha Kecil dan Menengah Dosen Buruh Wartawan Karyawan Sumber : Profil Desa 2012 L P

54 III.3. Ketersediaan Sarana dan Prasarana A. Sarana Sosial Sarana Sosial merupakan sarana yang memiliki fungsi sebagai tempat aktivitas masyarakat dalam wilayah perumahan dan permukiman. Di kawasan perencanaan prioritas saat ini terdapat 2 buah mesjid dan 11 Mushola yang tersebar di setiap wilayah kawasan perencanaan prioritas. Selain itu juga terdapat sarana pendidikan dengan jumlah sarana pendidikan saat ini terdapat TK/TPA PAUD sebanyak 3 buah. Sedangkan sarana untuk kesehatan di kawasan perencanaan prioritas berupa puskesmas pembantu sebanyak 1 unit di wilayah RW 06. Gambar 3.1. Sarana Peribadatan dan Sarana Pendidikan Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya B. Sarana Ekonomi Kawasan perencanaan prioritas ini memiliki persebaran sarana ekonomi dengan skala pelayanan lokal. Hal tersebut dapat dilihat dari tersebar jenis usaha perdagangan, jasa, pertanian, perternakan dan perikanan air tawar. Jumlah sarana untuk kegiatan jasa dan perdagangan teridiri berupa warung/kios sebanyak 15 buah, home industri sebanyak 1 buah. Sedangkan untuk kegiatan peternakan sebanyak 5 buah dan dan untuk kegiatan perikananan sebanyak 15 buah. Saat ini belum terdapat sarana perekonomian yang dibutuhkan untuk setidaknya dapat teralokasikan sebagai pusat pemasaran produk perikanan air tawar, produk tanaman bahan makanan, produk pertanian dan peternakan serta produk dari industri yang tumbuh berkembang di sekitarnya. Gambar 3.2. Sarana Perekonomian di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya

55 C. Jaringan Jalan dan Pola Sirkulasi dan Arah Pergerakan Peningkatan jumlah penduduk dapat meningkatkan pada kebutuhan lainnya termasuk juga pada jaringan jalan. Menurut fungsinya jaringan jalan yang ada Di Desa Sirnajaya dapat dikalasifikasikan ke dalam jalan kolektor, dan jalan lokal Jalan yang menghubungan Desa Sirnajaya ke desa lainya maupun penghubung di dalam kawasan lingkup desa itu sendiri termasuk didalamnya kawasan prioritas. Kedua jalan ini merupakan urat nadi pergerakan masyarakat di Desa Sirnajaya. Sistem angkutan umum merupakan sistem dari pergerakan barang dan merupakan hasil interakasi antara sistem kegiatan dan jaringan jalan, pergerakan barang atau orang di wilayah kawasan perencanaan prioritas yang terdiri dari pergerakan dari daerah itu sendiri atau pergerakan lokal maupun pergerakan di luar wilayah Desa Sirnajaya. Pergerakan lokal yaitu pergerakan yang terjadi di dalam wilayah kawasan prioritas perencanaan di Desa Sirnajaya. Di dalam kepentingan tersebut, maka terdapat prasarana angkutan yang diperlukan, baik untuk pergerakan lokal menuju kawasan prioritas maupun pergerakan regional. Untuk angkutan lokal yang ada di Desa Sirnajaya telah terdapat angkutan yang menghubungkan antara satu kecamatan yang dengan lainnya, baik dengan kendaraan beroda empat (angkutan umum) maupun dengan kendaraan roda dua (motor). Hal ini dapat terlihat bahwa hubungan antar wilayah Desa Sirnajaya sudah dapat dikatakan cukup baik bila dilihat pada pergerakan lokal serta jumlah kendaraan yang ada. Gambar 3.3. Sarana Jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya

56 D. Pengairan Sistem pengairan yang digunakan baik di Kawasan Prioritas perencanaan maupun ini menggunakan 2 jenis pengairan, yaitu pengairan irigasi ½ teknis, dan irigasi sederhana. Pengairan irigasi ½ teknis dan irigasi tadah hujan yang ada digunakan untuk pengairan padi sawah di Desa Sirnajaya. Gambar 3.4. Sarana Pengairan Irigasi di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Berdasarkan data survey melalui pemetaan swadaya diketahui bahwan pada kawasanprioritas terdapat dua titik mata air yang dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat yangbelum atau tidak dapat menggunakan sumber air dari PDAM. Sumber air dari mata airini merupakan sumber air yang potensial untuk digunakan mengingat biayanyayang murah dan kualitas air baik, hanya saja pada musim hujan akan menjadi keruhdiakibatkan terjadi pengikisan tanah ataupun terjadi longsor dari daerah pegunungan/bukit. Sarana sumber air bersih dan penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.5. Sarana Air Bersih di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya E. Air Bersih Prasarana air bersih merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi di dalam suatu lingkungan perumahan. Kebutuhan sarana air bersih di kawasan prioritas masih banyak memakai sumur bor dan sumber mata air di sekitar wilayahnya. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi para penduduk di sekitarnya.

57 F. Listrik Energi listrik merupakan salah satu prasarana desa dan merupakan kebutuhan pokok bagi suatu desa guna menunjang berbagai kegiatan usaha dan aktivitas lainnya dalam rangka untuk mengadakan pertumbuhan dan perkembangan desa yang hasilnya akan dirasakan oleh penduduk itu sendiri. Desa Sirnajaya saat ini telah terlayani sebagian besar listrik dengan kapasitas watt. G. Drainase Gambar 3.6. Jaringan Listrik di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Jaringan drainase pada kawasan prioritas masih sangat kurang karena tidak semua ruas jalan memiliki drainase. Kondisi ini yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya genangan air bahkan mengakibatkan banjir di beberapa lokasi. Debit air yang cukup tinggi pada saat hujan mengakibatkan terjadinya banjir disertai tergerusnya material sehingga drainase yang ada tertimbun dan tidak dapat berfungsi. Jaringan drainase yang masih terbatas dan tidak berfungsinya sebagian drainase yang ada menyebabkan air meluap dan menggenangi rumah-rumah masyarakat di wilayah ini.jaringan drainase yang ada di Desa Sirnajaya berupa jaringan drainase terbuka. Sistem jaringan drainase mengikuti jaringan jalan dan kemiringan lereng. Dari jaringan drainase (sekunder) yang terdapat di pinggir-pinggir jalan, kemudian air dialirkan ke sungaisungai yang banyak terdapat di Desa Sirnajaya. Saat ini di wilayah kawasan perencanaan prioritas untuk kawasan pemukiman perumahan belum memiliki saluran drainase. Saat ini di kawasan prioritas saluran drainase yang ada hanya baru ada untuk RW 04 sepanjang 400 m dengan saluaran terbuka, RW 05 sepanjang 1100 m dengan saluran terbuka sedangkan untuk RW 06 sepanjang 360 m. Gambaran mengenai kondisi jaringan drainase pada kawasan prioritas dapat dilihat pada Gambar 3.7.

58 Gambar 3.7. Jaringan Drainase di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Gambar 3.8. Sarana MCK di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya I. Air Limbah Saat ini jaringan air limbah yang ada di Desa Sirnajaya belum terdapat Instalasi Pembuangan Air Limbah(IPAL) yang terintergasi dengan baik. Untuk kawasan perencanan prioritas masih ada yang belum terdapat H. MCK Fasilitas MCK pada kawasan prioritas sangat minim. Hanya ada beberapa rumah yang memiliki MCK pribadi dan terdapat pula MCK umum yang digunakan secara bersama oleh warga masyarakat yangtidak memiliki MCK pribadi. Ketersediaan MCK pribadi dan umum di wilayah ini belum memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk lebih jelasnya mengenai fasilitas MCK pada kawasan prioritas dapat dilihat pada Gambar 3.8. saluran air limbah. Hal ini memungkinkan terjadinya genangan ataupun bau yangkurang sedap. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di kawasan perencanaan prioritas yaitu untuk wilayah RW 04 hanya ada saluran air limbah sepanjang 286 m, RW 05 saluran air limbah hanya ada sepanjang 364 m dan RW 06 hanya ada sepanjang 245 m saluran air limbah. Untuk lebih jelasnya mengenai jaringan saluran pembuangan air limbah pada kawasan prioritas dapat dilihat pada Gambar 3.9.

59 Gambar 3.9. Jaringan Saluran Pembuangan Air Limbah di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya tidak ada armada angkutan sampah yang secara rutin mengangkut sampah pada kawasan ini. Selain itu juga masyarakat kadang melakukan pembuangan sampah dengan cara tradisional yaitu dengan ditimbun ataupun dibakar. Gambar Permasalahan Persampahan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya J. Persampahan Sanitasi lingkungan pada kawasan prioritas cukup memprihatinkan dan membutuhkan penanganan khusus. Pengelolaan sampah merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih belum dilaksanakan dengan baik. Pada umumnya sistem pembuangan sampah yang ada di Desa Sirnajaya khususnya kawasan prioritas terdiri dari pembuangan sampah sementara. Pembuangan sampah sementara yang dilakukan oleh penduduk di desa yaitu dengan cara membuang sampah ke tempat pembuang sampah semantara berupa lahan kosong. Meskipun dibeberapa titik di kawasan prioritas perencanaan sudah ada tempat pembuangan sementaranamun tidak difungsikan karena

60 BAB ANALISIS DAN KONSEP PENATAAN LINGKUNGAN KAWASAN PRIORITAS Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

61 Pada bagian ini membahas mengenai Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Prioritas (RW.04 RW.05 dan RW.06) Desa Sirnajaya yang mencakup, Rencana Pola Ruang, Rencana Sistem Prasarana dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang dalam RTPLP kawasan Kawasan Prioritas dalam kegiatan PLPBK Desa Sirnajaya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang meliputi kawasan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan, dan zona untuk pengembangan kegiatan ekonomi.

62 Rencana pola ruang di Kawasan Prioritas ditetapkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Rencana pola ruang ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kawasan agar lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya. Pola pemanfaatan lahan (pola ruang) yang akan dikembangkan di Kawasan Prioritas dirumuskan berdasarkan pertimbangan: 1. Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Garut dan RDTR Kota Garut. 2. Analisis daya dukung pengembangan kawasan, terutama daya dukung lahan untuk berbagai kegiatan budidaya (perkotaan/permukiman, dan pertanian) dan daya dukung sumberdaya air; 3. Konsep struktur tata ruang kawasan yang akan diterapkan, yakni pengembangan pusat pelayanan kegiatan; 4. Penggunaan lahan eksisting; 5. Permasalahan penggunaan lahan di kawasan 6. Aspirasi kebutuhan masyarakat Kawasan Prioritas dari hasil rembug warga Didasarkan pada pertimbangan di atas, arahan rencana pola pemanfaatan ruang Kawasan Prioritas, dikelompokkan menjadi 2 jenis pemanfaatan, yaitu: 1. Kawasan yang berfungsi lindung, yang terdiri dari kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai dan Semapadan mata air), Ruang Terbuka Hijau. 2. Kawasan Budidaya, yang terdiri dari kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan pertanian dan perikanan 5.2. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Rencana Intensitas Bangunan Rencana Intensitas Bangunan Kawasan Prioritas ditetapkan sebagai berikut. Kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi seperti kawasan perdagangan/komersial ditetapkan memiliki KDB maksimal antara 40 % sampai 60 % ; Kawasan yang diarahkan sebagai jalur hijau dan/atau kawasan dengan kendala fisik ditetapkan memiliki KDB 20 % ;

63 Gambar 5.1. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA POLA RUANG KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa RW 07 Batas Rukun Warga Pusat Desa Jalan Lingkungan Sungai Desa Mekarjaya Pusat RW Zona Kawasan Lindung Zona Pertanian dan Perkebunan Zona Perikanan RW 02 RW 11 Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Komersial Perdagangan TPU RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N PR IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

64 Gambar 5.2. Peta Rencana Penataan Pola Ruang Kawasan Prioritas Desa Mekarjaya RW 07 Desa Mekarjaya RW 02 RW 11 RW 03

65 Ketinggian bangunan yang diwujudkan dalam jumlah lantai bangunan ditetapkan sebesar perkalian Tg 45 o x GSB. Sesuai intensitas untuk fasilitas umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan), KDB kawasan ini ditetapkan sedang, yaitu 40 % - 60 % dan KLB ditetapkan maksimal 3 lantai. Rencana intensitas pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman ditetapkan sebesar 40% sampai dengan60%. Pengaturan KDB/KLB perumahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu perumahan kepadatan tinggi, perumahan kepadatan sedang, dan perumahan kepadatan rendah. Pengaturan kepadatan bangunan ini didasarkan pada pertimbangan nilai lahan, kondisi fisik wilayah, dan fungsi kawasan Rencana Tata Bangunan Arahan garis sempadan yang diatur di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah sempadan bangunan dan sempadan sungai. Sempadan bangunan adalah lebar ruang bebas bangunan yang dihitung dari batas dinding bangunan terluar hingga batas pinggir daerah milik jalan, dari jalan yang ada di depan, di belakang dan di samping bangunan. Maksud perencanaan sempadan bangunan ini adalah untuk pengaturan ruang terbuka antara jalan dengan bangunan, bangunan dengan bangunan, untuk sirkulasi penghuni, ventilasi cahaya matahari atau kemungkinan gangguan/bahaya kebakaran. A. Garis Sempadan Bangunan Arahan rencana garis sempadan bangunan di Desa Sirnajaya sebaiknya menggunakan aturan sebagai berikut : Garis Sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan ½ dari daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 (satu) meter. Garis Sempadan samping bangunan berjarak minimum 1 meter dari dinding bangunan. Garis sempadan belakang bangunan berjarak minimum 1.5 meter dari dinding bangunan Sedangkan garis sempadan bangunan yang dilewati oleh jaringan jalan lokal dan jalan lingkungan dengan lebar jalan > 3,5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam

66 Garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan dengan lebar dengan lebar jalan 2-4 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam B. Sempadan Sungai Pengaturan Garis Sempadan Sungai (GSS) yang diarahkan di Desa Sirnajaya adalah sebagai berikut : a) Penetapan GSS bertanggul di dalam kawasan permukiman ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul untuk sungai kecil dan 5 (lima) meter untuk sungai besar. b) Penetapan GSS bertanggul di luar kawasan permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sisi luar kaki tanggul untuk sungai kecil dan 10 (sepuluh) meter untuk sungai besar. c) Sekurang-kurangnya 50 meter di kanan kiri sungai besar dan 25 meter di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan. d) Penetapan GSS Tidak Bertanggul di luar kawasan perkotaan yaitu : Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (duapuluh) meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

67 5.3. Rencana Sistem Prasarana Rencana sistem prasarana merupakan bagian yang penting dibahas pada bagian ini, karena rencana sistem prasarana ini membahas mengenai sistem jaringan yang merupakan struktur ruang dari kawasan. Yang akan dibahas pada rencana sistem prasarana ini adalah rencana sistem sirkulasi/sistem pergerakan, rencana prasarana dasar lingkungan permukiman Rencana Jaringan Pergerakan Rencana sistem sirkulasi dikembangkan dengan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut: Kedekatan dengan akses jaringan jalan yang telah ada; Struktur ruang dan arahan zonasi/blok kawasan; Kebutuhan sirkulasi antar pusat pelayanan kawasan dan lingkungan. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka rencana sistem sirkulasi diuraikan sebagai berikut. A. Rencana Jaringan Jalan Pengembangan rencana jaringan jalan kawasan adalah sebagai berikut : 1) Pintu masuk kawasan Pintu masuk kawasan menghubungkan jalan kawasan dengan jalan akses di sekitarnya, diarahkan pembangunan gapura pintu gerbang kawasan prioritas dan pintu gerbang kawasan Tumaritis. 2) Sirkulasi Utama Kawasan Sirkulasi utama kawasan memakai konsep 2 (dua) pintu keluar-masuk, yaitu Pintu utama yang juga merupakan pintu utama Desa Sirnajaya dikembangkan di lokasi RW 04 dengan pola sirkulasi (grid) yang melintasi kawasan perencanaan. Pintu masuk ke kawasan perencanaan ditandai dengan pembangunan Gapura di pintu masuk yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat tersebut. Kelas jalan ini adalah Jalan Desa yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Pola yang dikembangkan adalah mengikuti dari pola yang sudah ada yaitu pola Grid.

68 Gambar 5.3. Peta Rencana Jaringan Jalan Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN JALAN KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Pusat RW Sungai RW 06 Desa Mekarjaya Rencana Peningkatan Kualitas Jalan Rencana Pembangunan Jalan RW 02 RW 04 RW 11 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N P R IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

69 Gambar 5.4. Rencana Penataan Jaringan Jalan Kawasan Prioritas Desa Mekarjaya RW 07 RW 05 RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03

70 B. Rencana Pedestrian Untuk jalan lingkungan yang terdapat di kawasan perencanaan yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat direncanakan untuk pedestrian. Hal ini bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan oleh pejalan kaki. Pengembangan rencana pedestrian kawasan adalah jalur pedestrian berupa perkerasan dari paving block pada sirkulasi utama kawasan dengan lebar 0,5 meter pada sisi kiri dan kanan jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut Rencana Air Bersih Saat ini kebutuhan air bersih di Kawasan Prioritas menggunakan air yang bersumber dari mata air yang terdapat pada bagian atas dari kawasan Prioritas. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang sehat untuk masyarakat di Kawasan Prioritas dilakukan rencana pengembangan reservoir. Hal ini bertujuan memudahkan akses dari masyarakat akan pemenuhan akan air bersih Pipa transmisi yang direncanakan berdiameter 2 inchi. Unit reservoir yang direncanakan berukuran panjang 5 m, lebar 5 m, dan tinggi 2,5 m yang diletakkan di atas muka tanah pada elevasi tanah 10 m. Dari reservoir ini air didistribusikan ke seluruh permukiman penduduk. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi untuk penduduk kawasan di antaranya : 1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan biologis yaitu; tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya. 2. Pendistribusian air dari reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup, terutama untuk pelayanan yang umum, untuk MCK umum masyarakat dengan sistem perpipaan.

71 Gambar 5.5. Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Sungai Pusat RW RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N PR IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

72 Gambar 5.6. Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kawasan Prioritas RENCANAPENATAAN JARINGAN AIR BERSIH Desa Mekarjaya RW 07 RW 05 RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03

73 Sedangkan untuk masyarakat yang membutuhkan sistem jaringan air bersih dari reservoir ini, dapat melakukan penyampungan dengan sistem perpipaan ke rumah masing-masing Rencana Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah sistem penyaluran air permukaan yang penyalurannya dapat menggunakan saluran alam (seperti : sungai) atau saluran buatan (berupa kanal). Fungsi dari penempatan saluran drainase adalah untuk menyalurkan air permukaan, baik yang diakibatkan oleh pemotongan garis topografis maupun yang diakibatkan oleh limpasan air hujan (run-off) hingga ke wilayah yang lebih rendah (sungai yang lebih besar). Rencana jaringan drainase di Kawasan Prioritas adalah sebagai berikut : a. Untuk jaringan primer adalah Sungai Cipetir dan Ciojar b. Untuk jaringan sekunder adalah kali yang terdapat di kawasan perencanaan Sedangkan jaringan tersier adalah yang terdapat pada sepanjang jaringan jalan, yang merupakan pembuangan dari setiap rumah dan jalan yang terdapat di Kawasan Prioritas Rencana Air Limbah Dewasa ini sektor penanganan air kotor merupakan salah satu kebutuhan yang sangat essensial untuk menunjang kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan prasarana sanitasi tersebut terus berkembang dari waktu ke waktu baik di desa maupun di kota. Selain itu proyeksi air limbah domestik perlu juga dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan kawasan permukiman, terutama akibat pertambahan jumlah penduduk. Proyeksi pertambahan air limbah domestik mengikuti laju pertambahan pemakaian air bersih domestik. Jumlah air limbah yang dihasilkan pada suatu kawasan kurang lebih mencapai 60% dari penggunaan air bersih. Kondisi topografi merupakan faktor yang sangat penting dalam merencanakan sistem pembuangan air kotor/limbah domestik serta menentukan arah pengalirannya. Mengingat akan mahalnya biaya pembuatan saluran air limbah, pada tahap awal jaringan saluran drainase direncanakan terpadu dengan saluran yang sudah ada sebelumnya,

74 sungai-sungai yang mengalir melalui jalanjalan/saluran-saluran di Kawasan Prioritas dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan utama. Air kotor yang dapat disatukan dengan saluran drainase hanya air kotor dari kamar mandi dan dapur, tidak termasuk buangan manusia dan air bekas proses industri rumah tangga yang berupa proses pembuatan oncom dan rangginang. Air limbah ini khusus dari rumah tangga, sedangkan air limbah industri yang dalam hal ini adalah kegiatan home industri harus ditampung dalam bak pengolahan air limbah (water treatment) yang selanjutnya air limbah ini dapat disalurkan dengan saaluran khusus pada saluran drainase primer, sedangkan air buangan manusia harus ditampung dalam bak penampungan (septic tank). Tipe pengolahan limbah secara garis besar dibedakan atas 2 sistem, yaitu: Pengolahan secara individual (on-site treatment), pengolahan secara individual limbah domestik dilakukan secara sendiri-sendiri di rumah-rumah atau di sumbernya. Sistem yang sering digunakan adalah septic tank. Pengolahan secara komunal atau terpusat (offsite treatment), Pada sistem pengelolaan secara terpusat, seluruh limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan secara bersama dalam satu wilayah pelayanan, untuk dibawa ke suatu lokasi pengolahan akhir. Pada sistem ini seluruh air limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan melalui pipa tersier, ke pipa sekunder, dari pipa sekunder dialirkan menuju pipa pengumpul utama untuk selanjutnya dialirkan menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Rencana pengelolaan air limbah di awasan Prioritas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Limbah Padat Rumah Tangga, meliputi: a) Sistem Setempat (on-site sanitation) Pengolahan secara sistem setempat akan diterapkan dengan menggunakan cubluk individu, cubluk komunal dan tangki septik yang dilengkapi bidang resapan. Sistem tangki septik yang akan dikembangkan terdiri dari dua jenis tangki septik yaitu :

75 Sistem tangki septik individu, dimana penanganan air limbah ini dengan membuat tangki septik pada tiap-tiap rumah, yang hanya melayani satu rumah. Penerapan bentuk ini terutama ditujukan bagi kawasan perumahan yang kepadatan penduduknya rendah, Sistem tangki septik komunal, dimana satu tangki septik digunakan bersama olen beberapa keluarga/rumah (15-20 rumah) secara kolektif yang disalurkan melalui saluran tertutup dari setiap rumah ke tangki septik, hal ini untuk rnenghindarl terjadi pencernaran oleh limbah tersebut terhadap lingkungan sekitar. b) Sistem pengumpul dan penyaluran. Sistem pembuangan limbah rumah tangga di wilayah perencanaan diarahkan terpisah dengan saluran drainase. Dengan demikian perlu dibuat jaringan pipa air limbah untuk menyalurkan air limbah yang berasal dan berbagai sumber seperti domestik, komersil dan non komersil. Untuk penernpatan pipa air limbah ditanamkan dibawah tanah, sesudai dengan jalur jaringan drainase jika ada saluran-seluran lain terlintasi maka saluran air limbah ditempatkan dibawahnya. c) Pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), karena pada umumnya prasarana yang dipergunakan di kawasan adalah tangki septik dan cubluk, maka sarana penguras lumpur tinja dan sarana pembuangan sangat dibutuhkan. 2) Penanganan limbah home industri. Pengolahan limbah di desa ini dilakukan pengolahan limbah limbah terlebih dulu sebelum di alirkan ke saluran sekunder dan primer. Mengingat di Kawasan Prioritas yang mempunyai kondisi topografi yang bergelombang, dan sistem rencana air bersih pada umumnya masyarakat untuk 5 tahun ke depan masih menggunakan MCK umum, maka sistem pengolahan limbah MCK langsung disalurkan ke saluran drainase sekunder dan primer. Sedangkan untuk masa yang akan datang diarahkan masyarakat sudah mempunyai MCK sendiri di rumah masing-masing, sehingga sistem pengolahan limbah masyarakat diarahkan dengan

76 menggunakan septic tank, kecuali untuk limbah hasil pengolahan home industri yang dilakukan di kawasan ini langsung disalurkan ke jaringan drainase sekunder dan jaringan drainase primer Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Rencana sistem pengelolaan persampahan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Begitu juga halnya di Kawasan Prioritas, dimana sistem pengelolaan persampahan sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan sejalan dengan perkembangan Kawasan Prioritas di masa yang akan datang. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan pada Kawasan Prioritas pada saat ini adalah dengan cara membakar atau membuang ke halaman belakang rumah dengan menggali lubang atau membuang ke jalan atau selokan atau sungai. Hal ini kalau dibiarkan terus akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan Kawasan Prioritas di masa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan kegiatan yang akan mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Prioritas di masa yang akan datang, akan meningkatkan timbulan sampah di masa yang akan datang. Perkiraan timbunan sampah didasarkan pada perkiraan jumlah penduduk yang dapat ditampung di wilayah perencanaan pada akhir tahun perencanaan dan berdasarkan standar produksi sampah yang dihasilkan perhari. Sasaran yang diterapkan yaitu antara 60-80% penduduk wilayah perencanaan terlayani sampah. Pada kawasan Prioritas ini tidak terdapat satu buah pun tempat pembuangan sampah. Untuk itu dalam perencanaan, akan dibuat 3 buah tempat penampungan atau pembuangan sampah sementara, yang kemudian tempat penampungan sampah tersebut dapat dipindahkan ke tempat pembuangan akhir. Solusi dalam permasalahan persampahan ini, untuk kawasan prioritas dalam perencanaan perancangannya akan dibangun tempat sampah individual di rumah masingmasing/bangunan lainnya dengan ukuran minimal 0.24 m³ serta membangun sebuah TPS yang dapat menampung sampah sebanyak 11,52 m³/hari ³.

77 Rencana Penerangan Jalan Untuk mendukung pelayanan penerangan di Kawasan Prioritas pada saat ini sudah dipenuhi oleh PLN. Yang menjadi kurang bagi pengembangan kawasan perencanaan di masa yang akan datang adalah penerangan jalan di kampung, sehingga dapat meningkatkan akses pergerakan masyarakat dari dan menuju kawasan di saat malam hari, apalagi jalan menuju ke kawasan perencanaan dengan kondisi yang bergelombang. Hal ini sangat menggangu pada keamanan masayarakat pengguna jalan. Untuk hal ini diperlukan rencana pengembangan penerangan jalan untuk membuat kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan di kawasan perencanaan. Rencana pengembangan penerangan jalan umum adalah diarahkan pada jalan utama di kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Kebutuhan Sarana Sosial ekonomi di Kawasan Prioritas sampai akhir tahun perencanaan didasarkan pada kebutuhan dan hasil analisis sarana. Jenis sarana sosial (sarana pendidikan dan sarana peribadatan) dan ekonomi yang berupa warung Di Kawasan Prioritas Sampai tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel V.1. adalah sebagai berikut: Tabel V.1. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun 2018 No Fasilitas Jenis Jumlah 1 Pendidikan TK 3 SD 2 SLTP 1 2 Kesehatan Balai Pengobatan 1 Posyandu 3 3 Peribadatan Mesjid 1 Mushola 1 4 Pelayanan Umum Balai pertemuan 1 Taman Lingkungan 1 5 Perdagangan Warung 12 Toko 1 Penerangan Jalan Desa Penerangan Jalan Lingkungan

78 Gambar 5.7. Peta Rencana Penerangan Jalan Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Pusat RW Sungai RW 06 Desa Mekarjaya PJU RW 02 RW 04 RW 11 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N P R IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

79 5.5. Rencana Penataan Kawasan Tumaritis Kawasan Tumaritis merupakan kawasan terpilih dalam Rencana Penataan Kawasan di Kawasan Prioritas. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dimana kawasan tersebut masuk dalam kategori kawasan kumuh yang memerlukan penataan lingkungan sebagai upanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat kampung Tumaritis. Rencana Penataan Kampung Tumaritis ini terdiri darai rencana Pola ruang dan Rencana Sistem Prasarana Rencana Struktur Ruang Penggunaan lahan di kawasan Kampung Tumaritis didominasi oleh lahan permukiman, dan sebagian kecil berupa pertanian lahan kering dengan irigasi teknis dan sebagian berupa tegalan. Pertanian lahan kering terbentang di Desa Sirnajaya kecuali pada bagian barat desa. Sedangkan tegalan umumnya terdapat pada kawasan sekitar sungai. Lahan pertanian produktif direncanakan untuk tidak digunakan sebagai fungsi non-pertanian. Perkembangan penggunaan lahan untuk pembangunan rumah tinggal dioptimalkan untuk menggunakan fungsi lahan permukiman yang masih memungkinkan untuk dimanfaatkan. Namun mengingat kedudukan Desa Sirnajaya yang cukup dekat dengan kawasan perkotaan, cukup besar peluang adanya pengembangan perumahan. Pusat kegiatan kawasan Kampung Tumaritis berada pada poros wilayah di sekitar jalan desa. Guna lahannya didukung dengan keberadaan fasilitas pemerintahan, perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan dan fasilitas rekreasi sehingga memungkinkan untuk skala pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang dalam RTPLP kawasan Kampung Tumaritis dalam kegiatan PLPBK Desa Sirnajaya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang meliputi kawasan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan, dan zona untuk pengembangan kegiatan ekonomi. Rencana pola ruang di Kampung Tumaritis ditetapkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya

80 sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Rencana pola ruang ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kawasan agar lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya. Pola pemanfaatan lahan (pola ruang) yang akan dikembangkan di Kampung Tumaritis dirumuskan berdasarkan pertimbangan Aspirasi kebutuhan masyarakat Kampung Tumaritis dari hasil rembug warga Didasarkan pada pertimbangan di atas, arahan rencana pola pemanfaatan ruang Kampung Tumaritis adalah sebagai berikut a) Zona Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup. Mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung di Desa Sirnajaya terdiri dari : i. Sempadan Sungai ii. Cagar Budaya b) Zona Campuran (pemukiman dan Home Industri) i. Zona permukiman Rencana pengembangan zona permukiman di kawasan Kampung Tumaritis adalah sama pada zona permukiman saat ini yang tersebar ke seluruh desa, dengan perluasan ke arah lahan kering. ii. Zona Industri Zona industri yang dapat ditetapkan di kawasan Kampung Tumaritis antara lain zona industri rumahan seperti kerajinan bambu, bonggol pisang dan makanan olahan seperti kerupuk dan ranginang. Sedangkan industri lainnya, tidak dizonasi karena lokasinya yang tersebar. c) Zona Perdagangan; Zona jasa dan perdagangan secara umum direncanakan di sepanjang jalan desa Sirnajaya. Zona perdagangan yang lebih spesifik di antaranya adalah zona perdagangan hasil home industri di beberapa wilayah di Desa Sirnajaya.

81 Gambar 5.8. Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Batas Kawasan Jalan Lingkungan Sungai/Irigasi Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Kawasan Lindung Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Komersial Perdagangan Rumah

82 Rencana Pengembangan Permukiman A. Rencana Arahan Pengembangan Permukiman Karakteristik permukiman kawasan Kampung Tumaritis secara umum bercirikan permukiman perdesaan, yang terlihat dari ciri-ciri berikut : a) Kepadatan bangunan rumah masih relatif rendah, terdapat jarak antara rumah yang satu dengan yang lain. b) Sebagian besar merupakan rumah satu tingkat, yang luasan bangunannya relatif luas. c) Konstruksi bangunan rumah sebagian besar menggunakan material tembok, meski sederhana. d) Terdapat area terbuka hijau/pekarangan yang luas di sekitar rumah warga. e) Persebaran rumah warga cenderung mengkluster/mengelompok menjadi beberapa perkampungan penduduk, membentuk dusun-dusun. Berdasarkan karakteristik tersebut, untuk beberapa tahun ke depan pengembangan permukiman kawasan Kampung Tumaritis diarahkan untuk tetap mempertahankan konsep permukiman perdesaan yang telah ada, namun ditambah beberapa peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal. Konsep pengembangan permukiman yang diarahkan untuk diterapkan antara lain adalah : a) Permukiman berwawasan lingkungan Konsep permukiman berwawasan lingkungan diarahkan melalui pengembangan permukiman yang tidak merusak atau mencemari lingkungan, serta menciptakan permukiman yang hijau, bersih, dan, sehat bagi warga. b) Intensifikasi Lahan Permukiman Lokasi pengembangan permukiman bagi rumah-rumah baru diarahkan untuk memanfaatkan area lahan permukiman yang sudah ada saat ini. Dengan lebih menekankan pada minimalisasi konversi lahan pertanian yang ada, terutama untuk lahanlahan yang produktif. Konsep ini didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyak lahan kosong di sekitar kawasan permukiman saat ini, yang masih bisa dimanfaatkan untuk pengembangan rumah baru.

83 Dengan permukiman yang lebih mengelompok dan tidak menyebar, maka penyediaan prasarana pendukung seperti akses jalan ataupun layanan pengumpulan sampah akan menjadi lebih mudah. Sehingga dapat membentuk sebuah kluster permukiman yang dihuni oleh banyak warga. c) Pengembangan Pagar Tanaman Pengembangan pagar sebagai pembatas antar pekarangan rumah bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan dari penghuni rumah, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak kecil. Untuk menonjolkan kesan permukiman yang hijau, maka pagar dibuat dengan menggunakan tanaman yang diatur rapi dan tertata. a) Jalan Utama Jalan masuk utama merupakan cerminan yang memperlihatkan identitas kawasan Kampung Tumaritis. Untuk itu perlu adanya vegetasi yang menarik dan berkesan bagi orang yang melewati kawasan Kampung Tumaritis. B. Rencana Vegetasi Arahan rencana penataan vegetasi yang akan diterapkan di kawasan Kampung Tumaritis disesuaikan berdasarkan masing-masing zona, antara lain :

84 Tanaman Hias b) Permukiman Penataan vegetasi di kawasan permukiman diarahkan sebagai batas antar rumah atau pagar hidup, untuk mengatasi penggenangan, pelestarian air tanah, dan pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman produktif. Berfungsi untuk memberikan suasana yang indah dan asri, jenis tanaman yang dipakai adalah tanaman hias baik yang berbunga maupun tidak berbunga. Jenis bunga : Bougenvile, soka, lamtana, sida gurih. Jenis tidak berbunga : paris, krokot, pangkas kuning, pangkas merah, beauty dan sebagainya.. c) Bantaran Sungai Penataan vegetasi di bantaran sungai akan berfungsi sebagai buffer dan pencegah terjadinya erosi. Selain itu, konsep ini dimaksudkan untuk menciptakan kawasan bantaran sungai yang bersih dan terawat. C. Rencana Penyediaan Air Bersih Sumber air bersih utama masyarakat kawasan Kampung Tumaritis didapat dari sumber air dalam tanah melalui sumur, baik berupa sumur timba maupun dengan pompa listrik. Untuk menjaga kualitas dan ketersediaan pasokan air bersih bagi warga kawasan Kampung Tumaritis, rencana penyediaan air bersih yang akan diterapkan antara lain : a) MCK Komunal Untuk menyediakan kebutuhan air bersih bagi warga yang belum memiliki sumur, maka diarahkan untuk dikembangkan MCK komunal yang dilengkapi dengan sumur umum yang dapat digunakan warga secara bersama.

85 b) Konservasi Air Tanah Konservasi air tanah perlu dilakukan agar persediaan air di dalam tanah meningkat dan sumur tidak kering saat kemarau. Dilakukan dengan mengembangkan sistem lubang biopori di sekitar permukiman warga, sehingga air hujan dapat meresap maksimal ke dalam tanah. Selain untuk mencegah banjir atau genangan air, biopori akan meningkatkan cadangan air di dalam tanah. Gambar 5.9. Contoh Penggunaan Biopori D. Rencana Sanitasi Di wilayah kawasan Kampung Tumaritis terdapat beberapa rumah warga yang belum memiliki pengolahan sanitasi yang baik, dan masih ada beberapa warga yang memiliki kebiasaan buang air di sungai. Untuk menciptakan tersedianya sistem sanitasi yang layak dan berkelanjutan untuk seluruh warga kawasan Kampung Tumaritis, rencana penyediaan sanitasi yang akan diterapkan antara lain: a) Sistem Sanitasi On-Site b) Adanya jarak dengan Sumur c) MCK Komunal d) Peran serta masyarakat Gambar Rencana Pola Pengelolaan Sanitasi kawasan Kampung Tumaritis Sumber : Analisa Tim PS dan TIPP Desa Sirnajaya

86 Gambar Rencana Penyediaan Air Bersih di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis

87 E. Rencana Persampahan Kebiasaan warga kawasan Kampung Tumaritis yang masih membuang dan membakar sampah di pekarangan rumah dan di bantaran sungai dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya rencana pengelolaan sampah yang menyeluruh dan melibatkan masyarakat. Secara perlahan penerapannya akan mengubah kebiasaan warga, serta membuat sampah memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Arahan rencana persampahan yang akan diterapkan di kawasan Kampung Tumaritis adalah sebagai berikut : a) Pemilahan Sampah Sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga di kawasan Kampung Tumaritis setiap harinya memiliki jenis yang berbeda, dan membutuhkan metoda pengolahan yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemilahan merupakan salah satu kunci dari sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan. b) Proses Pengangkutan Sampah Sampah yang telah dipilah di masing-masing rumah tersebut kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah. Sampah yang telah dipilah di masing-masing rumah tersebut kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah sementara yang ada di masing-masing RT/RW setempat sesuai dengan kesepakatan warga. Sampah yang berasal dari tempat sampah sementara tersebut kemudian diangkut menuju tempat pengolahan sampah terpadu. c) Pengolahan Sampah Terpadu Sampah-sampah yang telah dikumpulkan akan diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Pengolahan sampah ini nantinya tidak hanya memanfaatkan sampah yang berasal dari rumah tangga, namun juga akan terintegrasi dengan kegiatan peternakan yang menghasilkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk kompos.

88 Gambar Rencana Pengelolaan Sampah di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Bagan Arah Rencana Pengelolaan Sampah Terpadu Sumber : Analisa Tim PS dan TIPP Desa Sirnajaya

89 F. Rencana Prasarana Penerangan Jalan Dalam mewujudkan Kawasan Prioritas yang berkelanjutan, perlu diutamakan adalah sarana dan prasarana pendukung seperti penerangan/ketersediaan listrik, kenyamanan jalan penghubung. Kebutuhan akan penerangan jalan lingkungan sangat penting, sehingga dapat meningkatkan akses pergerakan masyarakat dari dan menuju kawasan di saat malam hari, apalagi jalan menuju ke kawasan Kampung Tumaritis dengan kondisi yang bergelombang. Hal ini sangat menggangu pada keamanan masyarakat pengguna jalan. Oleh karena itu diperlukan rencana pengembangan penerangan jalan untuk membuat kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan di kawasan perencanaan. Rencana pengembangan penerangan jalan umum adalah diarahkan pada jalan utama dan jalan lingkungan di kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Rencana Penerangan Jalan di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Penerangan Jalan Utama Penerangan Jalan Lingkungan

90 G. Rencana Prasarana Drainase Saluran air dan drainase sangat diperlukan dalam suatu kawasan. Disamping untuk menjaga kelestarian lingkungan, keberadaan saluran air dan drainase juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat setempat. Adanya penataan saluran air dan drainase yang baik, lingkungan disekitarnya tidak akan tercemari dan terganggu. Selain itu, keindahan lingkungan pun dapat tetap terjaga dengan baik. Gambar Rencana Drainase di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Saluran drainase harus tersedia baik pada kawasan perumahan, maupun pada tepi jalan. Hal ini dikarenakan fungsinya yang penting untuk menampung air saat hujan,mengurangi genangan, serta manyalurkan air buangan. Saluran drainase dapat berada pada sisi/pinggir jalan dana dapat pula berada dibawah jalan apabila lebar jalan tidak mencukupi. Saluran drainase yang ada dibawah jalan adalah saluran tertutup. Gorong-gorong Peletakan gorong-gorong tertanam pada salah satu sisi

91 H. Rencana Perbaikan Permukiman Kawasan Prioritas Dalam pembangunan di Kawasan perencanaan ditetapkan ketentuan pembangunan pembangunan yang meliputi batasan-batasan pembangunan. Dalam batasan-batasan pembangunan dimaksudkan agar pembangunan yang dilakukan dapat diarahkan dengan baik dan tetap mempertahankan ciri khas Kawasan Kawasan Prioritas, baik itu dalam sisi fisiknya maupun dalam sisi masayarakat dan lingkungannya. Selain itu di kembangan strukur bangunan yang tahan gempa agar mengurangi tingkat kerusakan apabila suatu hati akan terjadi gempa bumi. I. Rencana Penyediaan Sarana Fasilitas Umum Keberadaan sarana fasilitas umum biasanya dibutuhkan sebagai penunjang berlangsungnya aktifitas manusia, baik bagi masyarakat setempat maupun pengunjung. Fasilitas Umum biasanya sudah menjadi bagian penting apabila sangat dibutuhkan aktivitas manusia sehari-hari. Dalam perencanaan Kawasan Prioritas, direncanakan pula penyedian balai pertemuan warga yang berfungsi selain untuk tempat pertemuan / rembug warga dapat berfungsi sebagai kegiatan sosial lainnya dimasyarakat. Rumah Sehat Ilustrasi Perbaikan Hunian, dengan tetap mempertahankan ciri khas bangunan rumah sehat Ilustrasi Desain Balai Pertemuan

92 4.1. Identifikasi Potensi dan Masalah Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya A. Potensi Masih banyaknya lahan terbuka hijau untuk pengembangan Kawasan Prioritas yang bisa dijadikan sebagai kawasan konservasi dan ruang terbuka hijau; Diversifikasi lahan pertanian, perikanan dan perternakan dengan pengembangan pertanian unggulan, budidaya perikanan dan peternakan; Tersebarnya kolam-kolam ikan bisa dijadikan kawasan wisata kolam pancing/pengembangan Perikanan; Memungkinkan Optimalisasi lahan untuk mitigasi bencana alam;

93 Tersedianya beberapa Sumber air yg dialirkan untuk kebutuhan sehari-hari; Adanya situs ziarah makam baros bisa dikembangkan untuk wisata Merupakan akses jalan penghubung ke desa lain juga terlewati sarana transfortasi jalur angkutan umum dan juga merupakan jalur alternative apabila terjadi bencana alam. Adanya jejaring bisnis/usaha pertanian, perikanan, peternakan dan home industry. Dana swadaya sebagai sumber permodalan. Terhindar dari praktek rentenir. Daya beli masyarakat naik (PM naik). Jumlah kelembagaan yang ada di Desa Sirnajaya sangat beragam, baik lembaga formal maupun non formal (LPM, Poktan, LKM, BKM, KSU, Kelompok seni budaya dan olah raga, karang taruna, kelompok Remaja Mesjid) Struktur organisasi sebagian sudah terbentuk. Sumber daya manusia dan pelaku kelembagaan yang telah terorganisir cukup banyak. Kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan layanan public sudah cukup baik. Lahan dan bangunan milik pribadi. Kondisi perumahan dan permukiman yang belum padat dapat mengoptimalkan penataan Tersedianya fasilitas layanan publik hampir di tiap lingkungan/kampung. B. Masalah Permukiman yang belum tertata dan jalan lingkungan yang semrawut; Kawasan konservasi dan situs belum dikelola dengan optimal Banyak lahan kosong yang belum difungsikan secara maksimal; Perdagangan dan jasa tersebar dan tidak merata; Proses jalur evakuasi bencana belum ada perencanaannya Kurangnya kesadaran warga terhadap bahaya erosi/bencana (mitigasi bencana) Penataan ruang dan fungsi dalam kawasan permukiman masih kurang baik. Banyak lahan kosong yang belum ditentukan fungsi guna dan peruntukannya. Pemanfaatan lereng oleh warga dijadikan rumah tinggal.

94 Gambar 4.1. Peta Potensi Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya

95 Limbah rumah tangga dan limbah home industri yang mencemari lingkungan Masih banyak rumah tinggal yang berdampingan dengan kandang ternak (sapi, domba, ayam) berdampak pada sanitasi lingkungan yang buruk. Kondisi rumah tinggal sebagian kurang layak untuk ditempati. Beberapa rumah dwifungsi menjadi operasional pendidikan PAUD/TK, tempat produksi makanan olahan. Penerangan listrik dan status tanah sebagian masih menumpang. Masih adanya beberapa RW yang masih kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Belum adanya kesadaran masyarakat atas pemisahan sampah organik dan anorganik dan minimnya ketersediaan sarana dan prasarana persampahan (Gerobak, tong sampah, TPS); Masih kurangnya penyediaan MCK yang memadai dan jaringan limbah rumah tangga dialirkan ke kolam dan selokan setempat; Belum adanya kesadaran masyarakat atas pemisahan sampah organik dan anorganik dan minimnya ketersediaan sarana dan prasarana persampahan (Gerobak, tong sampah, TPS); Jalan poros desa dan lingkungan sebagian kondisinya rusak, berbatu, berlubang sebagian masih berupa tanah perkerasan. Bahu jalan sebagian besar belum memiliki saluran drainase/pembuangan air. Walaupun ada berupa saluran tanah dan sempit. Sebagian jalan berpotensi longsor, karena berada tepat di lereng /tebing. Masih adanya beberapa bangunan yang belum bisa teraliri listrik. Sebagian lingkungan permukiman hanya memiliki jamban/cubluk/mck sederhana, untuk pembuangan limbahnya sebagian besar dialirkan ke kolam. Fasilitas dan pelayanan air bersih kurang memadai. Masih ada beberapa orang warga yang mengambil air bersih ke kampung tetangga, karena tidak memiliki sarana air bersih. Pengelolaan mata air yang kurang optimal. Belum terbangunnya jejaring usaha sampai ke luar desa. Aksesibilitas ke sumber permodalan relatif rendah.

96 Gambar 4.2. Peta Masalah Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya

97 Lembaga ekonomi yang ada belum berfungsi secara optimal. Pengguliran dana belum optimal. Pendapatan relatif rendah. Perlu optimalisasi dan peningkatan kinerja pelayanan publik yang ada. Pemeliharaan fasilitas layanan publik masih kurang, di beberapa wilayah dalam kondisi kurang memadai. Kelengkapan fasilitas pendukung layanan publik yang masih minim (Posyandu tidak memiliki bangunan dan fasilitas sendiri) Masih adanya angka putus sekolah; Belum terdata aturan-aturan dan rencana kerja dari tiap kelompok kelembagaan tersebut yang terkait dengan permasalahan penataan ruang dan lingkungan Masing-masing kelompok berjalan sendiri (Kelompok tani, kelompok remaja masjid, kelompokpemuda/karangtaruna, kelompok seni budaya dan olah raga). Pelaku kelembagaan yang telah terorganisir cukup banyak, namun masih perlu pengembangan kapasitas lebih lanjut. Perlunya sinergitas antar lembaga yang ada. Kurang memahami tugas pokok dan fungsi kelembagaan yang sudah terbentuk Analisis Kependudukan Kawasan Prioritas Perkiraan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada tahun 2013 sebanyak jiwa, sedangkan pada tahun 2009 berjumlah jiwa. Dari data penduduk selama lima tahun terakhir menunjukan rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Desa Sirnajaya sebesar 0.92% per tahun. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Desa Sirnajaya tersebut relatif kecil dan masih di bawah rata-rata pertumbuhan yang diproyeksikan dalam rencana sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan dan data-data yang ada dapat diprediksi jumlah penduduk Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada tahun 2013 mencapai jiwa dan pada akhir perencanaan tahun 2018 mencapai jumlah jiwa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk proyeksi dapat dilihat pada Tabel.IV.1 Dalam menentukan prioritas kebutuhan akan fasilitas dan utilitas perlu diketahui jumlah, kepadatan dan persebaran pendududuk. Berdasarkan hal tersebut

98 maka pengkajian terhadap jumlah, kepadatan dan persebaran sangat diperlukan. Berdasarkan data penduduk pada tahun 2013 persebaran penduduk Kawasan Prioritas tertersebar merata di seluruh wilayah perencanaan, hal ini dikarenakan ketersediaan fasilitas dan utilitas yang memadai dan aksesibilitas yang tinggi. Gambar IV.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun NO RW RT 2014 (Jiwa) 2015 (Jiwa) JUMLAH PENDUDUK 2016 (Jiwa) 2017 (Jiwa) 2018 (Jiwa) Jumlah Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, Perkiraan Kepadatan Penduduk Seperti pada pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang terdapat di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah sebanyak jiwa, yang tersebar di tiap Rukun Warga yang berada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya. Berdasarkan penyebaran tersebut terlihat bahwa penyebaran penduduk cenderung mendekati pusat kegiatan yaitu sepanjang jalan utama dan mengakibatkan akan semakin pesat sehingga perlunya suatu kontrol terhadap perkembangan penduduk di pusat-pusat kegiatan tersebut. Berdasarkan data penduduk tahun 2013 dengan luas wilayah 113,678 Ha, maka tingkat kepadatan penduduk Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah 24 jiwa/ha. Tingkat kepadatan penduduk berdasarkan Rukun Warga tingkat kepadatan paling tinggi adalah RW 04 dengan tingkat kepadatan sebesar 35 jiwa/ha. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di RW 05 yaitu 16 jiwa/ha. Penyebaran dan kepadatan penduduk Kawasan Prioritas Tahun 2013 dan Tahun 2018 secara jelas dapat dilihat pada Tabel IV.2.

99 NO Tabel IV.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun RUKUN WARGA LUAS (Ha) Jml Pddk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha) Jml Pddk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Ha) , , , Kawasan Prioritas 113, Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, Analisis Transportasi Prasarana transportasi yang berupa jalan dan jembatan merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan wilayah baik di perkotaan ataupun di perdesaan. Prasarana transportasi merupakan prasarana utama yang harus ada dalam pengolahan sumber daya alam, pengangkutan dalam kegiatan produksi dan distribusi, mendukung pergerakan barang dan orang serta kegiatan lainnya Jaringan Jalan Kondisi jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya saat ini relatif kondisi jelek terutama jalan-jalan lingkungan yang menghubungkan antar desa maupun antar RW, terkecuali untuk jalan-jalan utama desa yang sudah relatip baik, kondisi perkerasan berupa beton, aspal kerikil dan tanah. Jaringan jalan yang ada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya merupakan jaringan jalan yang melayani pergerakan antar desa. Dari kondisi di lapangan, jaringan jalan yang ada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya memiliki persoalan sebagai berikut : Fungsi jalan yang belum jelas Belum terhirarkinya jaringan jalan Kapasitas dan lebar jalan yang tidak sesuai dengan fungsi jalan Untuk masa datang jaringan jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya perlu ditingkatkan sesuai intensitas pergerakan yang terjadi, hal ini dikarenakan jaringan jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya merupakan jaringan jalan yang menjadi sarana pergerakan antar dan intra desa, karena ruas jalan ini menghubungkan tingkat pergerakan daerah perencanaan dengan daerah lainnya yang merupakan hal terpenting dalam pembentukan struktur ruang pedesaan. Secara jelasnya kondisi jaringan jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya dapat dilihat pada Gambar 4.3.

100 Gambar 4.3. Peta Jaringan Jalan Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya

101 4.4. Analisis Kebutuhan Kelengkapan Sarana dan Prasarana Desa Sirnajaya Kebutuhan Kelengkapan Fasilitas. A. Fasilitas Pendidikan. Kebutuhan akan sarana pendidikan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya akan sejalan dengan laju perkembangan penduduk, meningkatnya anak usia sekolah dan adanya program wajib belajar sembilan tahun. untuk itu perlu dikaji kebutuhan akan sarana pelayanan pendidikan masa datang. Untuk mengetahui besarnya kebutuhan fasilitas pendidikan di masa datang maka digunakan pendekatan penduduk menurut perkiraan selama 5 tahun. Sarana pelayanan pendidikan yang dimaksud adalah unit bangunan pendidikan untuk setiap jenjang pendidikan yang meliputi tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama. Dalam menentukan kebutuhan yang akan datang untuk sarana pendidikan akan berpatokan pada standar yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) lihat Tabel IV.3. TAHUN PROYEKSI Tabel IV.3 Proyeksi Jumlah Sarana Pendidikan Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun JENIS FASILITAS KEBUTUHAN RUANG JUMLAH TK SD SLTP TK SD SLTP Ruang Unit Unit (m 2 ) (m 2 ) Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013 B. Sarana Perdagangan Tersedianya sarana perdagangan diharapkan dapat mendukung peranan sektor perdagangan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi kota. Sarana perdagangan yang terdapat di wilayah perencanaan berupa warung dan toko. Pada tahun 2014 kebutuhan sarana perdagangan yang terdapat di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya berupa warung sebanyak 11 unit dengan kebutuhan ruang m 2, toko 1 unit dengan

102 kebutuhan ruang m 2 dan tahun 2018 warung 12 unit dengan kebutuhan ruang 1200 m 2, toko 1 unit dengan kebutuhan ruang m 2. Untuk lebih jelasnya proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan lihat Tabel IV.4 Tabel IV.4 Proyeksi Jumlah Sarana Perdagangan Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun TAHUN PROYEKSI Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang (unit) (m 2 ) Warung Toko Warung Toko Unit JUMLAH Ruang (m 2 ) Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013 C. Sarana Peribadatan Sarana dan prasarana peribadatan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada tahun 2013 terdiri dari Mesjid sebanyak 4 unit, Mushola/langgar 3 unit, Jika dilihat dari tingkat pelayanannya semua sarana tersebut telah memenuhi kebutuhan, keberadaan sarana tersebut telah tersebar di TAHUN PROYEKSI seluruh Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya, Dilihat dari eksisting yang ada fasilitas peribadatan sudah memadai hanya keberadaannya perlu direncanakan dan diarahkan agar dapat memenuhi kebutuhan merata ke seluruh desa/kelurahan yang ada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya, mengenai proyeksi jumlah sarana peribadatan sampai tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.5 Tabel IV.5 Proyeksi Jumlah Sarana Peribadatan Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun Jenis Fasilitas Mesjid Lingkungan Langgar Kebutuhan Ruang Mesjid Lingkungan Langgar JUMLAH Unit Unit m 2 m 2 unit (m 2 ) Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

103 Analisis yang akan dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan sarana peribadatan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah berdasarkan standar penduduk pendukung. Sarana peribadatan ini hendaknya dapat disediakan secara memadai serta keberadaannya direncanakan dan diarahkan dapat merata ke seluruh desa/kelurahan yang ada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya ini. D. Sarana Kesehatan Sarana kesehatan merupakan sarana penting untuk menunjang kehidupan penduduk. Selain pemenuhan kebutuhan pelayanan, perlu diperhatikan pula mengenai distribusi dan alokasi penyebaran sarana kesehatan di wilayah perencanaan. Hal ini disebabkan sarana tersebut harus dapat dicapai dengan cepat dan mudah dari setiap lingkungan perumahan supaya pertolongan untuk pengobatan dapat dilakukan segera mungkin. Kebutuhan akan sarana kesehatan untuk masa datang akan berdasarkan tingkat pertumbuhan dari masing-masing wilayah, untuk semua jenis TAHUN PROYEKSI sarana perlu penambahan sedangkan untuk puskesmas telah memenuhi kebutuhan hanya perlu adanya peningkatan skala layanan. Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya diperkirakan pada tahun akhir perencanaan (2018) membutuhkan sarana kesehatan sebanyak 4 unit dimana kebutuhan ruangnya mencapai 500 m2. Secara jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel IV.6. Tabel IV.5 Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun JENIS FASILITAS RUANG JUMLAH (unit) (m 2 ) Ruang Unit Pengobatan Posyandu Pengobatan P Dokter (m 2 ) Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

104 E. Sarana Pemerintahan Sarana pemerintahan yang dimaksud dalam hal ini adalah fasilitas pelayanan umum di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya. Untuk kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sebagai berikut : Kebutuhan penduduk (RW) adalah : Pos Hansip, Balai Pertemuan : 200 m 2 Taman Lingkungan : 1250 m 2 Jumlah lahan yang dibutuhkan : 1450 m 2. Secara jelasnya Kebutuhan fasilitas Pelayanan Umum Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya dapat dilihat pada Tabel IV.7. TAHUN PROYEKSI Tabel IV.7. Proyeksi Jumlah Sarana Umum Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun JENIS FASILITAS Balai Pertemuan KEBUTUHAN RUANG (unit) (m 2 ) Taman Lingk Balai Pertemuan Taman Lingk Unit JUMLAH Ruang (m 2 ) Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, Kebutuhan Kelengkapan Prasarana A. Prasarana Air Bersih Kondisi sistem penyediaan air bersih di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada saat ini, jika dilihat berdasarkan jumlah kapasitas produksi, tingkat pelayanan serta tingkat pertambahan penduduk, dirasakan sangat perlu adanya peningkatan pelayanan air bersih. Adapun beberapa pertimbangan yang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan sistem pelayanan air bersih adalah :

105 Dapat dipastikan bahwa hampir semua kegiatan perkotaan khususnya baik kegiatan penduduk sehari-hari, kegiatan perdagangan, maupun kegiatan perkantoran sarana air bersih sangat memegang peranan penting, maka dapat disimpulkan bahwa Desa Sirnajaya yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan pusat permukiman sangat membutuhkan jumlah air yang cukup besar, diharapkan dalam jangka menengah (10 tahun) Desa Sirnajaya akan berkembang pesat, sehingga dari keadaaan ini akan memerlukan peningkatan pelayanan air bersih. Peningkatan fasilitas air bersih sangat diperlukan terutama peningkatan dari segi kapasitas produksi dan perluasan daerah pelayanan. Sistem penyediaan air bersih yang ada sekarang sudah tidak mencukupi lagi untuk masa yang akan datang. Dengan adanya sistem penyediaan air bersih yang memadai baik dari segi kuantitas, kontinuitas maupun dari segi kualitas akan memberikan peningkatan tarap hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Sesuai dengan standar kebutuhan air minum yang berlaku dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (KIMPRASWIL) dengan SK maka untuk kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut: Konsumsi Air Bersih : 130 liter/detik Cakupan Pelayanan : % Sambungan Rumah : 80 % Jumlah Sambungan Rumah : 6 Jiwa Hidran Umum : 20 % Jumlah Hidran Umum (HU) : 100 Jiwa/HU Berdasarkan analisis, kebutuhan air bersih di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada tahun 2014 mencapai 3,8 liter/detik, sedangkan untuk tahun 2016 kebutuhan air mencapai 4,2 liter/detik dan pada akhir perencanaan tahun 2018 kebutuhan air meningkat menjadi 4,6 liter/detik dengan jika dilihat dari kapasitas air yang berasal dari sumber mata air yang ada 30 liter/detik, maka masih cukup memadai di Kawasan Sirnajaya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel IV.8.

106 Tabel IV.8 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun NO URAIAN SAT Jumlah Penduduk ss Tingkat Pelayanan % a. Sambungan Rumah (SR) % b. Kran Umum (KU) % Penduduk yang dilayani Jiwa a. Sambungan Rumah (SR) Jiwa b. Kran Umum (KU) Jiwa Kebutuhan Air Domestik a. Sambungan Rumah (SR) lt/or/hari b. Kran Umum (KU) c. Rata-rata Total Kebutuhan Air Domestik Lt/detik 2,7 2,8 3,0 3,3 3,3 3,7 6 Kebutuhan Air Non Domestik a. Komersial Lt/detik 0,27 0,28 0,30 0,33 0,33 0,37 b. Pelayanan Umum Lt/detik 0,41 0,42 0,45 0,49 0,50 0,56 c. Industri Lt/detik 0,41 0,42 0,45 0,49 0,50 0,56 7 Total Kebutuhan Air Non Domestik Lt/detik 1,1 1,1 1,2 1,3 1,3 1,5 8 Total Kebutuhan Air Lt/detik 3,8 3,9 4,2 4,6 4,6 5,2 9 Kehilangan Air - Tingkat kebocoran % 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 0,5 - Debit Kebocoran Lt/detik 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 10 Kebutuhan rata-rata Lt/detik 3,8 3,9 4,2 4,6 4,6 5,2 11 Kebutuhan maksimum Lt/detik 4,61 4,66 5,08 5,50 5,56 6,25 12 Kebutuhan puncak Lt/detik 5,77 5,83 6,35 6,87 6,95 7,81 13 Jumlah Sambungan - Sambungan Rumah unit Kran Umum Unit Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

107 B. Prasarana Limbah Sektor penanganan air kotor merupakan salah satu kebutuhan yang sangat essensial untuk menunjang kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan prasarana sanitasi tersebut terus berkembang dari waktu ke waktu, terutama untuk daerah perkotaan. Selain itu proyeksi air limbah domestik perlu juga dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan kawasan permukiman, terutama akibat pertambahan jumlah penduduk. Proyeksi pertambahan air limbah domestik mengikuti laju pertambahan pemakaian air bersih domestik. Jumlah air limbah yang dihasilkan pada suatu kawasan kurang lebih mencapai 60% dari penggunaan air bersih, sedangkan lumpur tinja berdasarkan standar diproduksi 0,17 m 3 /orang/tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.9. C. Prasarana Persampahan Sanitasi memegang peranan penting dalam pembentukan kondisi lingkungan yang sehat, sehingga rendahnya sanitasi akan menyebabkan turunnya derajat kesehatan masyarakat. Masalah sanitasi pada awalnya hanya terbatas pada air minum dan tinja. Namun dengan meningkatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, maka peranan sanitasi semakin berkembang dan mencakup bidang persampahan. Dalam penanganan sampah untuk masa yang akan datang harus diperhatikan berbagai kriteria agar masyarakat tidak membuang sampah disembarang tempat karena dapat merusak lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tempat pembuangan sampah meliputi : Tidak dekat pemukiman penduduk Tidak mengganggu lingkungan dan kehidupan manusia Tidak menimbulkan perkembangan berbagai penyakit Jauh dari sumber air penduduk

108 Tabel IV.9 Proyeksi Timbulan Air Limbah Di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun NO URAIAN SATUAN TAHUN Jumlah Penduduk Jiwa Penduduk Yang menggunakan Septik Tank % 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 3 Volume Lumpur Tinja m 3 /hari 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 4 Kapasitas Pelayanan m 3 /hari 0,08 0,08 0,08 0,09 0,09 5 Kebutuhan Truk Tinja (2 m3) Unit Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

109 Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di atas, maka proyeksi produksi sampah yang dihasilkan sampai akhir tahun perencanaan (2018), diperkirakan sebesar ,15 kg/jiwa/hari yang terdiri dari sampah rumah tangga 7.623,20 kg/jiwa/hari, perkantoran 5.488,70kg/jiwa/hari, pelayanan umum 6.403,49 kg/jiwa/hari, perdagangan 7.318,27 kg/jiwa/hari dan industri 6.403,49 kg/jiwa/hari,dengan reduksi volume mencapai 6.403,49 kg/jiwa/hari. dari produksi sampah total keseluruhan di Desa Sirnajaya. Maka lebih jelasnya perkiraan produksi sampah dan Kebutuhan Sarana Persampahan Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya dapat dilihat pada Tabel IV.10. dan Tabel IV.11. Kebutuhan sarana pengangkutan dan penampungan sampah disesuaikan dengan pola pengangkutan yang akan dilakukan dan jenis sarana yang akan digunakan. Pola pelayanan pengangkutan yang akan dilaksanakan pada tahun 2018 terdiri dari 3 pola pengangkutan : 1. Pola pengangkutan door to door oleh truck / dump truck 2. Pola pengangkutan door to door dengan menggunakan gerobak 3. Pola pengangkutan dari TPS ke TPS D. Prasarana Drainase Sistem jaringan drainase di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya sebagian besar menggunakan saluran terbuka. Kebutuhan akan saluran drainase sangat erat kaitannya dengan pengendalian banjir karena air genangan yang disalurkan/dialirkan ke saluran-saluran drainase yang pada akhirnya akan membawa air menuju ke sungai-sungai yang ada. Saluran drainase sekunder maupun tertier selain berfungsi sebagai saluran air sehari-hari baik dari perumahan, perkantoran, dan perdagangan, selain itu fungsi tetap saluran sekunder untuk Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah berfungsi juga sebagai wadah penampung air diwaktu musim banjir yang kemudian dialirkan ke saluran primer (sungai).

110 Tabel IV.10 Perkiraan Timbulan Sampah Kawasan Prioritas Di Desa Sirnajaya Tahun No. JENIS PELAYANAN STANDAR Produksi Sampah Kg/jiwa/hari pada Tahun lt/or/hr RUMAH TANGGA 2, , , , , , ,40 2 PEMERINTAHAN 0, , , , , , ,61 3 PELAYANAN UMUM 0, , , , , , ,38 4 PERDAGANGAN 0, , , , , , ,14 5 INDUSTRI 0, , , , , , ,38 JUMLAH , , , , , ,90 TINGKAT PELAYANAN 54,26 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 HASIL AKHIR , , , , , ,37 Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

111 Tabel IV.11 Proyeksi Kebutuhan Peralatan Sampah Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun No. URAIAN SATUAN TAHUN TOTAL TIMBULAN m 3 /hari 31,89 32,24 32,59 32,95 33,30 35,08 2 VOLUME SAMPAH YANG TERANGKUT m 3 /hari 17,30 20,96 22,82 24,71 26,64 29,82 3 PELAYANAN SAMPAH A. Door to door dg dump truk % B. Door to door dg gerobak % C. TPS % D. Container % Sampah yang terangkut A. Dump truk m 3 /hari 7,27 8,80 9,58 10,38 11,19 12,52 B. Gerobak m 3 /hari 3,29 3,98 4,34 4,69 5,06 5,67 C. TPS m 3 /hari 3,11 3,77 4,11 4,45 4,80 5,37 D. Container m 3 /hari 3,63 4,40 4,79 5,19 5,59 6,26 5 Kebutuhan Peralatan A. Dump truk (8 m3) unit B. Gerobak (1 m3) unit C. TPS (2 m3) unit D. Container (6 m3) unit Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

112 Mengingat sistem pembuangan limbah yang manusia yang masih menggunakan sistem secara langsung tanpa pemrosesan terlebih dahulu, dimana hampir sebagian besar sistem pembuangan limbah faecal ini secara langsung dialirkan ke saluran-saluran drainase, maka saluran-saluran drainase juga berperan sebagai wadah pembuangan limbah manusia juga limbah rumah tangga. Sistem penyediaan saluran drainase sekunder maupun tersier hingga saat ini ditentukan berdasarkan sistem jaringan jalan yang ada di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Pada saat ini sistem pembuangan air kotor dan air hujan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya masih banyak yang disatukan, selain itu juga banyak saluran pembuangan terbuka, sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Seharusnya pembuangan air kotor dan air hujan dipisahkan dimana : - Air kotor merupakan saluran tertutup - Air hujan berupa saluran terbuka Untuk masa mendatang saluran Drainase di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya perlu diperhatikan pemisahan sistem pembuangan tersebut baik cara maupun sistemnya, kelengkapan bangunan maupun jaringannya. Sistem pembuangan alami masih dapat dimanfaatkan dengan tambahan system pembuangan buatan. E. Prasarana Listrik Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dalam menunjang kesejahteraan hidup masyarakat. Pemakaian energi listrik akan semakin terasa pentingnya dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan teknologi yang umumnya menggunakan energi listrik sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, pemakaian energi listrik tidak semata-mata sebagai sumber penerangan di malam hari, tetapi juga menunjang kegiatan sehari-hari. Kebutuhan listrik di Desa Sirnajaya pada saat ini dilayani oleh PT. PLN (Persero) UB- SB2JL Unit Cabang Garut. Pengembangan penyediaan listrik untuk masa yang akan datang di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya akan diprioritaskan untuk melayani kebutuhan listrik di wilayah-wilayah pedesaan

113 yang sampai saat ini belum mendapatkan aliran listrik. kebutuhan cadangan listrik mencapai (Dapat dilihat pada Tabel IV.12. KVA. Perkiraan kebutuhan listrik untuk masa yang akan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya akan menggunakan standar yang dikeluarkan dari Kimpraswil (SK Menteri Permukiman dan Prasarana No 534/KPTS/M/2001), yaitu dengan asumsi sebagai berikut : Kebutuhan listrik rumah tangga adalah 150 VA/jiwa Kebutuhan listrik non rumah tangga adalah 41,5 % yang terbagi untuk : a. Penerangan jalan : 1,5 % b. Komersial : 15 % c. Pemerintahan dan pelayanan umum : 15 % d. Cadangan : 10 % Dari hasil perhitungan perkiraan daya listrik, maka pada tahun 2018 dibutuhkan daya listrik sebesar KVA yang terdistribusi untuk rumah tangga sebesar 490 KVA, penerangan jalan 73 KVA, kebutuhan komersial 49 KVA, pemerintahan dan pelayanan umum KVA dan untuk kebutuhan cadangan listrik 49 KVA, untuk F. Prasarana Permukiman Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar penduduk sekaligus berfungsi sebagai tempat untuk memulai dan mengakhiri suatu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Pola sebaran perumahan yang terdapat di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya cenderung berpola linier dan konsentrik. Perumahan yang berpola linier yaitu yang berkembang di sepanjang jalan uatama desa sedangkan perumahan yang berpola konsentrik yaitu yang perkembangannya di pusatpusat lingkungan. Konsentrasi permukiman teridentifikasi di bagian Barat dan Selatan wilayah perencanaan,, perumahan-perumahan tersebut di dominasi oleh perumahan non struktur, perkembangan yang terjadi mengarah pada akses-akses jalan utama. Perkembangan perumahan di wilayah perencanaan diarahkan untuk perkembangan perumahan individu. Prediksi kebutuhan perumahan menggunakan beberapa asumsi yaitu

114 Tabel IV.12 Proyeksi Kebutuhan Listrik Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun No. JENIS PELAYANAN STANDAR (VA) Kebutuhan Listrik (VA) Pada Tahun RUMAH - Besar Sedang Kecil PELAYANAN UMUM 0, PERDAGANGAN 0, PENERANGAN 0, CADANGAN 0, JUMLAH LOSSES FACTOR 12% , , , , , ,55 JUMLAH Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

115 1) 1 KK : 4 Orang 2) Konsep penyediaan perumahan : 1 : 3 : 6 3) Luas Kavling Rendah : 300 m 2 4) Luas Kavling Sedang : 600 m 2 6) Luas Kavling Besar : 900 m 2 Rencana pengembangan perumahan di wilayah perencanaan, adalah: 1) Pengembangan Perumahan Perorangan Pengembangan perumahan nonpengembang yang dilakukan oleh perorangan diarahkan untuk lebih mengoptimalkan lahan-lahan kosong dengan intensitas yang lebih tinggi dengan tata letak yang lebih teratur. Hal penting untuk dijaga adalah mengarahkan pengembangan perumahan tersebut agar tidak membentuk perumahan dengan kepadatan tinggi dan menimbulkan kekumuhan. Harus mengikuti peraturan yang disertai dengan pengawasan di lapangan, dengan tujuan untuk mengurangi ketidakteraturan perkembangan perumahan non struktur. Peraturan-peraturan yang mengikuti perkembangan perumahan non struktur antara lain Garis Sempadan Bangunan (GSB), Garis Sempadan Jalan (GSJ), KDB, dan KLB. Pengembangan perumahan diarahkan tidak berkembang secara sporadic. 2) Penataan Perumahan Kumuh Penataan perumahan kumuh diutamakan pada wilayah dengan bentuk bangunan tidak berstruktur, tidak tersedia fasilitas umum dan bentuk fisik tidak layak akibat mendekati fragmen yang menjadi objek kegiatan usaha. Kebutuhan perumahan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada tahun 2014 yaitu sebanyak 702 unit dengan kebutuhan ruangnya sebesar m2, untuk tahun 2016 kebutuhan rumah sebanyak 718 unit ( m2) sedangkan untuk akhir perencanaan 2018 kebutuhan rumah sebesar 733 unit dengan jumlah kebutuhan ruangnya m2. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan perumahan di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.13

116 Tabel IV.13 Proyeksi Kebutuhan Rumah dan Ruang Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun TAHUN PROYEKSI JENIS KAPLING JUMLAH JUMLAH BESAR RUANG SEDANG RUANG KECIL RUANG RUANG RUMAH (unit) 900 (m 2 ) (unit) 600 (m 2 ) (unit) 300 (m 2 ) (m 2 ) (unit) Sumber : Hasil Perhitungan TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

117 4.5. Analisis Perekonomian Desa Analisis perekonomian wilayah penting dilakukan guna mencari sektor-sektor apa yang dapat dikembangkan di Wilayah Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya dalam mengemban peran yang diberikan dan untuk mempercepat laju pembangunan. Untuk sektor pertanian, mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dimana terutama pada sektor pertanian lahan basah mempunyai lahan yang cukup besar untuk pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai produktivitas cukup dominan untuk dikembangkan. Pada sektor perdagangan, Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya cukup beirpotensi untuk dikembangkan karena berada di jalur wisata Kabupaten Garut. Kawasan bagian Selatan Desa beada di jalur wisata kabupaten Garut. Hal ini merupakan potensi yang perlu dikembangkan kawasan perdagangan yang dapat mendukung terhadap kawasan wisata di Kabupaten Garut dengan membangun Kawasan perdagangan di sepanjang jalur Wisata Analisis Tata Bangunan dan Lingkungan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Analisis mengenai Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan analisis mengenai keadaan lahan terbangun untuk bangunan tertentu, serta penyediaan ruang terbuka hijau sebagai penyeimbang dari kawasan terbangun. Kawasan permukiman Kawasan Prioritas pada saat ini pada umumnya mempunyai KDB berkisar antara 80% 90% dan ada yang mempunyai KDB 100%, sehingga jarak antar bangunan juga hampir tidak ada. Hal ini mempengaruhi pada kondisi lingkungan permukiman, karena kurangnya kawasan untuk resapan air Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Dilihat dari kondisi bangunan perumahan di Kawasan Prioritas pada saat ini didominasi oleh bangunan 1 lantai dengan ketinggian bangunan sekitar 3 meter, berarti pada umumnya KLB bangunan pada umumnya adalah 0,90. Apabila mengikuti kecenderungan kondisi eksisting ini maka KLB bangunan tinggi, sehingga mengakibatkan kepadatan bangunan tinggi, yang mengurangi untuk

118 kawasan resapan air. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipertimbangkan untuk pengembangan Kawasan Prioritas di masa yang akan datang, sehingga dapat mewujudkan kelestarian lingkungan kawasan Koefisien Dasar Hijau (KDH) Kondisi KDH pada kawasan permukiman di Kawasan Prioritas saat ini dinilai sangat kurang, karena sudah tidak ada lahan pada setiap bangunan yang diperuntukan untuk kawasan hijau yang berupa taman. Hal ini akan mempengaruhi pada sistem sirkulasi udara pada kawasan permukiman. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam penataan kawasan permukiman Kawasan Prioritas di masa yang datang Analisis Kebutuhan Masyarakat Analisis kebutuhan masyarakat didasarkan dari aspirasi masyarakat desa yang dijaring pada saat kegiatan FGD yang dilakukan dengan stakeholders yang ada di desa. Setiap aspirasi masyarakat yang dijaring, dilakukan pembobotan untuk menentukan kebutuhan utama dari masayrakat. Berdasarkan pembobotan dari semua aspirasi yang dikemukakan oleh masyarakat dan mempertimbangkan tingkat kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, maka dapat disimpulkan kebutuhan masyarakat Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya, yaitu : Penyediaan air bersih yaang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih Pengelolaan sampah, yaitu dibutuhkan tempat untuk pengolahan sampah untuk kompos untuk sampah organik dan tempat pembuangan sampah sementara untuk sampah an organik. Jaringan drainase MCK umum untuk masyarakat Memperbaiki kualitas jalan desa Dari hasil analisis kebutuhan masyarakat ini menjadi dasar dalam melakukan program pembangunan desa di masa yang akan datang Analisis Kawasan Kampung Tumaritis Analisis Kependudukan A. Proyeksi Penduduk Berdasarkan hasil perhitungan dan data-data yang ada dapat diprediksi jumlah penduduk Kawasan Kampung Tumaritis pada tahun 2013 mencapai 323 jiwa dan pada akhir perencanaan tahun 2018 mencapai jumlah 349 jiwa. Untuk lebih

119 jelasnya mengenai jumlah penduduk proyeksi dapat dilihat pada Tabe.IV.14 B. Distribusi Penduduk Berdasarkan data penduduk tahun 2013 dengan luas wilayah 14,486 Ha, maka tingkat kepadatan penduduk Kawasan Prioritas adalah 22 jiwa/ha.. Tabel IV.14 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun NO RW RT 2014 (Jiwa) 2015 (Jiwa) JUMLAH PENDUDUK 2016 (Jiwa) Desa Sirnajaya 2017 (Jiwa) 2018 (Jiwa) Jumlah Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, Analisis Kebutuhan Prasarana A. Prasarana Jalan Lingkungan. Kondisi jalan Lingkungan di Kawasan Tumaritis saat ini relatif kondisi jelek, terkecuali untuk jalan lingkungan utama yang sudah relatip baik, kondisi perkerasan berupa beton dan masih ada yang berupa jalan tanah. Untuk masa datang jaringan jalan di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya perlu ditingkatkan sesuai intensitas pergerakan yang terjadi, hal ini dikarenakan jaringan jalan di Kampung Tumaritis merupakan jaringan jalan yang menjadi sarana pergerakan antar dan intra kampung. B. Prasarana Air Bersih Ketersediaan air bersih yang terdapat di Kawasan Prioritas mencakup mata air yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih, namun sumber mata air di Kawasan Prioritas hanya terdapat di RW 06, dalam hal ini akan sulit untuk memenuhi kebutuhan air bersih dikarenakan di Kampung Tumaritis tidak memiliki sumber mata air yang dapat memenuhi.

120 Untuk itu perlu dipertimbangkan dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih sehingga dapat mensuplai air bersih ke seluruh Kampung Tumaritis. Salah satunya adalah penyediaan reservoir sebagai bak penampung dari sumber mata air kemudian dapat didistribusikan ke seluruh wilayah Kampung Tumaritis. Perkiraan kebutuhan air bersih di Kampung Tumaritis dihitung berdasarkan asumsi standar kebutuhan air adalah 130 liter/orang/hari. Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat diperoleh bahwa perkiraan kebutuhan air bersih di RW 13 pada tahun akhir sebanyak 0,5 liter/detik. Tabel. IV.15 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun NO URAIAN TAHUN SAT Jumlah Penduduk ss Tingkat Pelayanan % a. Sambungan Rumah (SR) % b. Kran Umum (KU) % Penduduk yang dilayani Jiwa a. Sambungan Rumah (SR) Jiwa b. Kran Umum (KU) Jiwa Kebutuhan Air Domestik a. Sambungan Rumah (SR) lt/or/hari b. Kran Umum (KU) c. Rata-rata Total Kebutuhan Air DomestikLt/detik 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 6 Kebutuhan Air Non Domestik a. Komersial Lt/detik 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 b. Pelayanan Umum Lt/detik 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 c. Industri Lt/detik 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 7 Total Kebutuhan Air Non Domestik Lt/detik 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 8 Total Kebutuhan Air Lt/detik 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 9 Kehilangan Air - Tingkat kebocoran % 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 - Debit Kebocoran Lt/detik 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10 Kebutuhan rata-rata Lt/detik 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 11 Kebutuhan maksimum Lt/detik 0,55 0,56 0,61 0,65 0,66 12 Kebutuhan puncak Lt/detik 0,69 0,69 0,76 0,82 0,83 13 Jumlah Sambungan - Sambungan Rumah unit Kran Umum Unit Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

121 C. Prasarana Drainase Sistem drainase direncanakan untuk mengantisipasi kondisi banjir dan juga diupayakan langkah-langkah prefentif untuk mencegah terjadinya banjir atau mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh banjir. Kondisi drainase yang ada di Kawasan Prioritas masih belum layak hal ini dikarenakan banyak drainase yang tidak berfungi bahkan tidak terawat dengan baik karena tertutup oleh sampah baik sampah organik maupun sampah an-organik. Sedangkan Kampung Tumaritis tidak mempunyai jaringan drainase, sehingga air limpasan hujan tidak tertampung dan mengakibatkan air hujan mengairi jalan yang mengakibatkan banjir. Hal ini perlu menjadi pertimbangan dalam pengembangan di masa yang akan datang. D. Prasarana Air Limbah Sektor penanganan air kotor merupakan salah satu kebutuhan yang sangat essensial untuk menunjang kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan prasarana sanitasi tersebut terus daerah perkotaan. Selain itu proyeksi air limbah domestik perlu juga dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan kawasan permukiman, terutama akibat pertambahan jumlah penduduk. Proyeksi pertambahan air limbah domestik mengikuti laju pertambahan pemakaian air bersih domestik. Jumlah air limbah yang dihasilkan pada suatu kawasan kurang lebih mencapai 60% dari penggunaan air bersih, sedangkan lumpur tinja berdasarkan standar diproduksi 0,02 m 3 /Hari. dapat dilihat pada Tabel IV.16. Untuk lebih jelasnya Tabel IV.16 Proyeksi Timbulan Air Limbah Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun NO URAIAN SATUAN TAHUN Jumlah Penduduk Jiwa Penduduk Yang menggunakan Septik Tank % 50,00 55,00 60,00 65,00 70,00 3 Volume Lumpur Tinja m 3 /hari 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 4 Kapasitas Pelayanan m 3 /hari 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 5 Kebutuhan Truk Tinja (2 m 3 ) Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013 Unit berkembang dari waktu ke waktu, terutama untuk

122 No. 1 E. Prasarana Persampahan Sistem pembuangan di Kampung Tumaritis pada umumnya masih dilakukan secara individu dengan cara menimbun, membakar atau membuangnya ke sungai, dalam hal ini masih kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya fungsi sungai. Perkiraan timbulan sampah di Kampung Tumaritis pada tahun akhir perencanaan yaitu tahun 2018 sebanyak Kg/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel IV.17 Proyeksi Timbulan Sampah Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun JENIS PELAYANAN RUMAH TANGGA STANDAR Produksi Sampah Kg/jiwa/hari pada Tahun lt/or/hr ,6 868,40 878,20 889,20 897,00 907,40 2 PEMERINTAHAN 0,72 625,25 632,74 640,22 645,84 653,33 3 PELAYANAN UMUM 0,84 729,46 738,19 746,93 753,48 762,22 4 PERDAGANGAN 0,96 833,66 843,65 853,63 861,12 871,10 5 INDUSTRI 0,84 729,46 738,19 746,93 753,48 762,22 Tabel IV.18 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Persampahan Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun No. URAIAN SATUAN TAHUN TOTAL TIMBULAN m 3 /hari 3,79 3,84 3,88 3,92 3,96 2 VOLUME SAMPAH YANG TERANGKUT m 3 /hari 2,06 2,50 2,72 2,94 3,17 3 PELAYANAN SAMPAH A. Door to door dg dump truk % B. Door to door dg gerobak % C. TPS % D. Container % Sampah yang terangkut A. Dump truk m 3 /hari 0,86 1,05 1,14 1,23 1,33 B. Gerobak m 3 /hari 0,39 0,47 0,52 0,56 0,60 C. TPS m 3 /hari 0,37 0,45 0,49 0,53 0,57 D. Container m 3 /hari 0,43 0,52 0,57 0,62 0,67 5 Kebutuhan Peralatan A. Dump truk (8 m 3 ) unit B. Gerobak (1 m 3 ) unit C. TPS (2 m 3 ) unit D. Container (6 m 3 ) unit Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013 JUMLAH 3.786, , , , ,26 TINGKAT PELAYANAN 54,26 65,00 70,00 75,00 80,00 HASIL AKHIR 2.054, , , , ,01 Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

123 F. Prasarana Penerangan Jalan Dari hasil perhitungan perkiraan daya listrik, maka pada tahun 2018 dibutuhkan daya listrik sebesar KVA yang terdistribusi untuk rumah tangga sebesar 490 KVA, penerangan jalan 73 KVA, kebutuhan komersial 49 KVA, pemerintahan dan pelayanan umum KVA dan untuk kebutuhan cadangan listrik 49 KVA, untuk kebutuhan cadangan listrik mencapai KVA. (Dapat dilihat pada Tabel IV.19. No. Tabel IV.19 Proyeksi Kebutuhan Prasarana Listrik Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun JENIS PELAYANAN 1 RUMAH 2 STANDAR (VA) Kebutuhan Listrik (VA) Pada Tahun Besar Sedang Kecil PELAYANAN UMUM , PERDAGANGAN 0, PENERANGAN 0, CADANGAN 0, JUMLAH 131, , , , ,353 LOSSES FACTOR 12% 15722, , , , ,3 JUMLAH 115, , , , ,750 Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

124 Analisis Kebutuhan Fasilitas TAHUN PROYEKSI A. Fasilitas Pemukiman Kebutuhan perumahan di Kampung Tumaritis pada tahun 2014 yaitu sebanyak 83 unit dengan kebutuhan ruangnya sebesar m2, untuk tahun 2016 kebutuhan rumah sebanyak 86 unit ( m2) sedangkan untuk akhir perencanaan 2018 kebutuhan rumah sebesar 52 unit dengan jumlah kebutuhan ruangnya m2. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan perumahan di wilayah perencanaan dapat dilihat pada Tabel IV.20. Tabel IV.20 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pemukiman Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun JENIS KAPLING JUMLAH JUMLAH BESAR RUANG SEDANG RUANG KECIL RUANG RUANG RUMAH (unit) 900 (m 2 ) (unit) 600 (m 2 ) (unit) 300 (m 2 ) (m 2 ) (unit) TAHUN PROYEKSI B. Fasilitas Pedagangan Pada tahun 2014 kebutuhan sarana perdagangan yang terdapat di Kampung Tumaritis berupa warung sebanyak 2 unit dengan kebutuhan ruang 200 m2, Untuk lebih jelasnya proyeksi kebutuhan fasilitas perdagangan lihat Tabel IV.21 Tabel IV.21 Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Perdagangan Kampung Tumaritis Desa Sirnajaya Tahun Jenis Fasilitas Kebutuhan Ruang (unit) (m 2 ) Warung Toko Warung Toko Unit JUMLAH Ruang (m 2 ) Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013 Sumber : Hasil Analisis TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

125 BAB RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

126 Pada bagian ini membahas mengenai Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Prioritas (RW.04 RW.05 dan RW.06) Desa Sirnajaya yang mencakup, Rencana Pola Ruang, Rencana Sistem Prasarana dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang dalam RTPLP kawasan Kawasan Prioritas dalam kegiatan PLPBK Desa Sirnajaya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang meliputi kawasan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan, dan zona untuk pengembangan kegiatan ekonomi.

127 Rencana pola ruang di Kawasan Prioritas ditetapkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Rencana pola ruang ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kawasan agar lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya. Pola pemanfaatan lahan (pola ruang) yang akan dikembangkan di Kawasan Prioritas dirumuskan berdasarkan pertimbangan: 1. Arahan pola pemanfaatan ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Garut dan RDTR Kota Garut. 2. Analisis daya dukung pengembangan kawasan, terutama daya dukung lahan untuk berbagai kegiatan budidaya (perkotaan/permukiman, dan pertanian) dan daya dukung sumberdaya air; 3. Konsep struktur tata ruang kawasan yang akan diterapkan, yakni pengembangan pusat pelayanan kegiatan; 4. Penggunaan lahan eksisting; 5. Permasalahan penggunaan lahan di kawasan 6. Aspirasi kebutuhan masyarakat Kawasan Prioritas dari hasil rembug warga Didasarkan pada pertimbangan di atas, arahan rencana pola pemanfaatan ruang Kawasan Prioritas, dikelompokkan menjadi 2 jenis pemanfaatan, yaitu: 1. Kawasan yang berfungsi lindung, yang terdiri dari kawasan perlindungan setempat (sempadan sungai dan Semapadan mata air), Ruang Terbuka Hijau. 2. Kawasan Budidaya, yang terdiri dari kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan pertanian dan perikanan 5.2. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Rencana Intensitas Bangunan Rencana Intensitas Bangunan Kawasan Prioritas ditetapkan sebagai berikut. Kawasan dengan intensitas kegiatan tinggi seperti kawasan perdagangan/komersial ditetapkan memiliki KDB maksimal antara 40 % sampai 60 % ; Kawasan yang diarahkan sebagai jalur hijau dan/atau kawasan dengan kendala fisik ditetapkan memiliki KDB 20 % ;

128 Gambar 5.1. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA POLA RUANG KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa RW 07 Batas Rukun Warga Pusat Desa Jalan Lingkungan Sungai Desa Mekarjaya Pusat RW Zona Kawasan Lindung Zona Pertanian dan Perkebunan Zona Perikanan RW 02 RW 11 Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Komersial Perdagangan TPU RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N PR IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

129 Gambar 5.2. Peta Rencana Penataan Pola Ruang Kawasan Prioritas Desa Mekarjaya RW 07 Desa Mekarjaya RW 02 RW 11 RW 03

130 Ketinggian bangunan yang diwujudkan dalam jumlah lantai bangunan ditetapkan sebesar perkalian Tg 45 o x GSB. Sesuai intensitas untuk fasilitas umum (pendidikan, kesehatan, peribadatan, pemerintahan), KDB kawasan ini ditetapkan sedang, yaitu 40 % - 60 % dan KLB ditetapkan maksimal 3 lantai. Rencana intensitas pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman ditetapkan sebesar 40% sampai dengan60%. Pengaturan KDB/KLB perumahan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu perumahan kepadatan tinggi, perumahan kepadatan sedang, dan perumahan kepadatan rendah. Pengaturan kepadatan bangunan ini didasarkan pada pertimbangan nilai lahan, kondisi fisik wilayah, dan fungsi kawasan Rencana Tata Bangunan Arahan garis sempadan yang diatur di Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya adalah sempadan bangunan dan sempadan sungai. Sempadan bangunan adalah lebar ruang bebas bangunan yang dihitung dari batas dinding bangunan terluar hingga batas pinggir daerah milik jalan, dari jalan yang ada di depan, di belakang dan di samping bangunan. Maksud perencanaan sempadan bangunan ini adalah untuk pengaturan ruang terbuka antara jalan dengan bangunan, bangunan dengan bangunan, untuk sirkulasi penghuni, ventilasi cahaya matahari atau kemungkinan gangguan/bahaya kebakaran. A. Garis Sempadan Bangunan Arahan rencana garis sempadan bangunan di Desa Sirnajaya sebaiknya menggunakan aturan sebagai berikut : Garis Sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan ½ dari daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 (satu) meter. Garis Sempadan samping bangunan berjarak minimum 1 meter dari dinding bangunan. Garis sempadan belakang bangunan berjarak minimum 1.5 meter dari dinding bangunan Sedangkan garis sempadan bangunan yang dilewati oleh jaringan jalan lokal dan jalan lingkungan dengan lebar jalan > 3,5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam

131 Garis sempadan bangunan untuk jalan lingkungan dengan lebar dengan lebar jalan 2-4 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam B. Sempadan Sungai Pengaturan Garis Sempadan Sungai (GSS) yang diarahkan di Desa Sirnajaya adalah sebagai berikut : a) Penetapan GSS bertanggul di dalam kawasan permukiman ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul untuk sungai kecil dan 5 (lima) meter untuk sungai besar. b) Penetapan GSS bertanggul di luar kawasan permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sisi luar kaki tanggul untuk sungai kecil dan 10 (sepuluh) meter untuk sungai besar. c) Sekurang-kurangnya 50 meter di kanan kiri sungai besar dan 25 meter di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan. d) Penetapan GSS Tidak Bertanggul di luar kawasan perkotaan yaitu : Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (duapuluh) meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

132 5.3. Rencana Sistem Prasarana Rencana sistem prasarana merupakan bagian yang penting dibahas pada bagian ini, karena rencana sistem prasarana ini membahas mengenai sistem jaringan yang merupakan struktur ruang dari kawasan. Yang akan dibahas pada rencana sistem prasarana ini adalah rencana sistem sirkulasi/sistem pergerakan, rencana prasarana dasar lingkungan permukiman Rencana Jaringan Pergerakan Rencana sistem sirkulasi dikembangkan dengan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut: Kedekatan dengan akses jaringan jalan yang telah ada; Struktur ruang dan arahan zonasi/blok kawasan; Kebutuhan sirkulasi antar pusat pelayanan kawasan dan lingkungan. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka rencana sistem sirkulasi diuraikan sebagai berikut. A. Rencana Jaringan Jalan Pengembangan rencana jaringan jalan kawasan adalah sebagai berikut : 1) Pintu masuk kawasan Pintu masuk kawasan menghubungkan jalan kawasan dengan jalan akses di sekitarnya, diarahkan pembangunan gapura pintu gerbang kawasan prioritas dan pintu gerbang kawasan Tumaritis. 2) Sirkulasi Utama Kawasan Sirkulasi utama kawasan memakai konsep 2 (dua) pintu keluar-masuk, yaitu Pintu utama yang juga merupakan pintu utama Desa Sirnajaya dikembangkan di lokasi RW 04 dengan pola sirkulasi (grid) yang melintasi kawasan perencanaan. Pintu masuk ke kawasan perencanaan ditandai dengan pembangunan Gapura di pintu masuk yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat tersebut. Kelas jalan ini adalah Jalan Desa yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Pola yang dikembangkan adalah mengikuti dari pola yang sudah ada yaitu pola Grid.

133 Gambar 5.3. Peta Rencana Jaringan Jalan Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN JALAN KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Pusat RW Sungai RW 06 Desa Mekarjaya Rencana Peningkatan Kualitas Jalan Rencana Pembangunan Jalan RW 02 RW 04 RW 11 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N P R IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

134 Gambar 5.4. Rencana Penataan Jaringan Jalan Kawasan Prioritas Desa Mekarjaya RW 07 RW 05 RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03

135 B. Rencana Pedestrian Untuk jalan lingkungan yang terdapat di kawasan perencanaan yang dapat dilewati oleh kendaraan roda empat direncanakan untuk pedestrian. Hal ini bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan oleh pejalan kaki. Pengembangan rencana pedestrian kawasan adalah jalur pedestrian berupa perkerasan dari paving block pada sirkulasi utama kawasan dengan lebar 0,5 meter pada sisi kiri dan kanan jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut Rencana Air Bersih Saat ini kebutuhan air bersih di Kawasan Prioritas menggunakan air yang bersumber dari mata air yang terdapat pada bagian atas dari kawasan Prioritas. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yang sehat untuk masyarakat di Kawasan Prioritas dilakukan rencana pengembangan reservoir. Hal ini bertujuan memudahkan akses dari masyarakat akan pemenuhan akan air bersih Pipa transmisi yang direncanakan berdiameter 2 inchi. Unit reservoir yang direncanakan berukuran panjang 5 m, lebar 5 m, dan tinggi 2,5 m yang diletakkan di atas muka tanah pada elevasi tanah 10 m. Dari reservoir ini air didistribusikan ke seluruh permukiman penduduk. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi untuk penduduk kawasan di antaranya : 1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan biologis yaitu; tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya. 2. Pendistribusian air dari reservoir ke daerah pelayanan harus dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup, terutama untuk pelayanan yang umum, untuk MCK umum masyarakat dengan sistem perpipaan.

136 Gambar 5.5. Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Sungai Pusat RW RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N PR IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

137 Gambar 5.6. Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kawasan Prioritas RENCANAPENATAAN JARINGAN AIR BERSIH Desa Mekarjaya RW 07 RW 05 RW 06 Desa Mekarjaya RW 11 RW 02 RW 04 RW 03

138 Sedangkan untuk masyarakat yang membutuhkan sistem jaringan air bersih dari reservoir ini, dapat melakukan penyampungan dengan sistem perpipaan ke rumah masing-masing Rencana Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah sistem penyaluran air permukaan yang penyalurannya dapat menggunakan saluran alam (seperti : sungai) atau saluran buatan (berupa kanal). Fungsi dari penempatan saluran drainase adalah untuk menyalurkan air permukaan, baik yang diakibatkan oleh pemotongan garis topografis maupun yang diakibatkan oleh limpasan air hujan (run-off) hingga ke wilayah yang lebih rendah (sungai yang lebih besar). Rencana jaringan drainase di Kawasan Prioritas adalah sebagai berikut : a. Untuk jaringan primer adalah Sungai Cipetir dan Ciojar b. Untuk jaringan sekunder adalah kali yang terdapat di kawasan perencanaan Sedangkan jaringan tersier adalah yang terdapat pada sepanjang jaringan jalan, yang merupakan pembuangan dari setiap rumah dan jalan yang terdapat di Kawasan Prioritas Rencana Air Limbah Dewasa ini sektor penanganan air kotor merupakan salah satu kebutuhan yang sangat essensial untuk menunjang kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan prasarana sanitasi tersebut terus berkembang dari waktu ke waktu baik di desa maupun di kota. Selain itu proyeksi air limbah domestik perlu juga dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan kawasan permukiman, terutama akibat pertambahan jumlah penduduk. Proyeksi pertambahan air limbah domestik mengikuti laju pertambahan pemakaian air bersih domestik. Jumlah air limbah yang dihasilkan pada suatu kawasan kurang lebih mencapai 60% dari penggunaan air bersih. Kondisi topografi merupakan faktor yang sangat penting dalam merencanakan sistem pembuangan air kotor/limbah domestik serta menentukan arah pengalirannya. Mengingat akan mahalnya biaya pembuatan saluran air limbah, pada tahap awal jaringan saluran drainase direncanakan terpadu dengan saluran yang sudah ada sebelumnya,

139 sungai-sungai yang mengalir melalui jalanjalan/saluran-saluran di Kawasan Prioritas dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan utama. Air kotor yang dapat disatukan dengan saluran drainase hanya air kotor dari kamar mandi dan dapur, tidak termasuk buangan manusia dan air bekas proses industri rumah tangga yang berupa proses pembuatan oncom dan rangginang. Air limbah ini khusus dari rumah tangga, sedangkan air limbah industri yang dalam hal ini adalah kegiatan home industri harus ditampung dalam bak pengolahan air limbah (water treatment) yang selanjutnya air limbah ini dapat disalurkan dengan saaluran khusus pada saluran drainase primer, sedangkan air buangan manusia harus ditampung dalam bak penampungan (septic tank). Tipe pengolahan limbah secara garis besar dibedakan atas 2 sistem, yaitu: Pengolahan secara individual (on-site treatment), pengolahan secara individual limbah domestik dilakukan secara sendiri-sendiri di rumah-rumah atau di sumbernya. Sistem yang sering digunakan adalah septic tank. Pengolahan secara komunal atau terpusat (offsite treatment), Pada sistem pengelolaan secara terpusat, seluruh limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan secara bersama dalam satu wilayah pelayanan, untuk dibawa ke suatu lokasi pengolahan akhir. Pada sistem ini seluruh air limbah rumah tangga dialirkan dan dikumpulkan melalui pipa tersier, ke pipa sekunder, dari pipa sekunder dialirkan menuju pipa pengumpul utama untuk selanjutnya dialirkan menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Rencana pengelolaan air limbah di awasan Prioritas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Limbah Padat Rumah Tangga, meliputi: a) Sistem Setempat (on-site sanitation) Pengolahan secara sistem setempat akan diterapkan dengan menggunakan cubluk individu, cubluk komunal dan tangki septik yang dilengkapi bidang resapan. Sistem tangki septik yang akan dikembangkan terdiri dari dua jenis tangki septik yaitu :

140 Sistem tangki septik individu, dimana penanganan air limbah ini dengan membuat tangki septik pada tiap-tiap rumah, yang hanya melayani satu rumah. Penerapan bentuk ini terutama ditujukan bagi kawasan perumahan yang kepadatan penduduknya rendah, Sistem tangki septik komunal, dimana satu tangki septik digunakan bersama olen beberapa keluarga/rumah (15-20 rumah) secara kolektif yang disalurkan melalui saluran tertutup dari setiap rumah ke tangki septik, hal ini untuk rnenghindarl terjadi pencernaran oleh limbah tersebut terhadap lingkungan sekitar. b) Sistem pengumpul dan penyaluran. Sistem pembuangan limbah rumah tangga di wilayah perencanaan diarahkan terpisah dengan saluran drainase. Dengan demikian perlu dibuat jaringan pipa air limbah untuk menyalurkan air limbah yang berasal dan berbagai sumber seperti domestik, komersil dan non komersil. Untuk penernpatan pipa air limbah ditanamkan dibawah tanah, sesudai dengan jalur jaringan drainase jika ada saluran-seluran lain terlintasi maka saluran air limbah ditempatkan dibawahnya. c) Pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), karena pada umumnya prasarana yang dipergunakan di kawasan adalah tangki septik dan cubluk, maka sarana penguras lumpur tinja dan sarana pembuangan sangat dibutuhkan. 2) Penanganan limbah home industri. Pengolahan limbah di desa ini dilakukan pengolahan limbah limbah terlebih dulu sebelum di alirkan ke saluran sekunder dan primer. Mengingat di Kawasan Prioritas yang mempunyai kondisi topografi yang bergelombang, dan sistem rencana air bersih pada umumnya masyarakat untuk 5 tahun ke depan masih menggunakan MCK umum, maka sistem pengolahan limbah MCK langsung disalurkan ke saluran drainase sekunder dan primer. Sedangkan untuk masa yang akan datang diarahkan masyarakat sudah mempunyai MCK sendiri di rumah masing-masing, sehingga sistem pengolahan limbah masyarakat diarahkan dengan

141 menggunakan septic tank, kecuali untuk limbah hasil pengolahan home industri yang dilakukan di kawasan ini langsung disalurkan ke jaringan drainase sekunder dan jaringan drainase primer Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan Rencana sistem pengelolaan persampahan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Begitu juga halnya di Kawasan Prioritas, dimana sistem pengelolaan persampahan sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan sejalan dengan perkembangan Kawasan Prioritas di masa yang akan datang. Sistem pengelolaan sampah yang dilakukan pada Kawasan Prioritas pada saat ini adalah dengan cara membakar atau membuang ke halaman belakang rumah dengan menggali lubang atau membuang ke jalan atau selokan atau sungai. Hal ini kalau dibiarkan terus akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan Kawasan Prioritas di masa yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan kegiatan yang akan mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk di Kawasan Prioritas di masa yang akan datang, akan meningkatkan timbulan sampah di masa yang akan datang. Perkiraan timbunan sampah didasarkan pada perkiraan jumlah penduduk yang dapat ditampung di wilayah perencanaan pada akhir tahun perencanaan dan berdasarkan standar produksi sampah yang dihasilkan perhari. Sasaran yang diterapkan yaitu antara 60-80% penduduk wilayah perencanaan terlayani sampah. Pada kawasan Prioritas ini tidak terdapat satu buah pun tempat pembuangan sampah. Untuk itu dalam perencanaan, akan dibuat 3 buah tempat penampungan atau pembuangan sampah sementara, yang kemudian tempat penampungan sampah tersebut dapat dipindahkan ke tempat pembuangan akhir. Solusi dalam permasalahan persampahan ini, untuk kawasan prioritas dalam perencanaan perancangannya akan dibangun tempat sampah individual di rumah masingmasing/bangunan lainnya dengan ukuran minimal 0.24 m³ serta membangun sebuah TPS yang dapat menampung sampah sebanyak 11,52 m³/hari ³.

142 Rencana Penerangan Jalan Untuk mendukung pelayanan penerangan di Kawasan Prioritas pada saat ini sudah dipenuhi oleh PLN. Yang menjadi kurang bagi pengembangan kawasan perencanaan di masa yang akan datang adalah penerangan jalan di kampung, sehingga dapat meningkatkan akses pergerakan masyarakat dari dan menuju kawasan di saat malam hari, apalagi jalan menuju ke kawasan perencanaan dengan kondisi yang bergelombang. Hal ini sangat menggangu pada keamanan masayarakat pengguna jalan. Untuk hal ini diperlukan rencana pengembangan penerangan jalan untuk membuat kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan di kawasan perencanaan. Rencana pengembangan penerangan jalan umum adalah diarahkan pada jalan utama di kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Kebutuhan Sarana Sosial ekonomi di Kawasan Prioritas sampai akhir tahun perencanaan didasarkan pada kebutuhan dan hasil analisis sarana. Jenis sarana sosial (sarana pendidikan dan sarana peribadatan) dan ekonomi yang berupa warung Di Kawasan Prioritas Sampai tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel V.1. adalah sebagai berikut: Tabel V.1. Rencana Pemenuhan Kebutuhan Fasilitas Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya Tahun 2018 No Fasilitas Jenis Jumlah 1 Pendidikan TK 3 SD 2 SLTP 1 2 Kesehatan Balai Pengobatan 1 Posyandu 3 3 Peribadatan Mesjid 1 Mushola 1 4 Pelayanan Umum Balai pertemuan 1 Taman Lingkungan 1 5 Perdagangan Warung 12 Toko 1 Penerangan Jalan Desa Penerangan Jalan Lingkungan

143 Gambar 5.7. Peta Rencana Penerangan Jalan Kawasan Prioritas RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SIRNAJAYA KECAMATAN TAROGONG KALER Desa Mekarjaya PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PRIORITAS DESA SIRNAJAYA LEGENDA : Batas Kecamatan Jalan Kabupaten Batas Desa Jalan Desa Batas Rukun Warga Jalan Lingkungan RW 07 RW 05 Pusat Desa Pusat RW Sungai RW 06 Desa Mekarjaya PJU RW 02 RW 04 RW 11 RW 03 U 0 SKALA 1 : Cm M Sumber : Peta Citra Google Peta Pajak Bumi dan Bangunan Desa Sirnajaya 1994 Peta PJM Pronangkis Desa Sirnajaya 2011 K AWA SA N P R IO R ITA S DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT

144 5.5. Rencana Penataan Kawasan Tumaritis Kawasan Tumaritis merupakan kawasan terpilih dalam Rencana Penataan Kawasan di Kawasan Prioritas. Hal ini didasarkan pada hasil analisis dimana kawasan tersebut masuk dalam kategori kawasan kumuh yang memerlukan penataan lingkungan sebagai upanya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat kampung Tumaritis. Rencana Penataan Kampung Tumaritis ini terdiri darai rencana Pola ruang dan Rencana Sistem Prasarana Rencana Struktur Ruang Penggunaan lahan di kawasan Kampung Tumaritis didominasi oleh lahan permukiman, dan sebagian kecil berupa pertanian lahan kering dengan irigasi teknis dan sebagian berupa tegalan. Pertanian lahan kering terbentang di Desa Sirnajaya kecuali pada bagian barat desa. Sedangkan tegalan umumnya terdapat pada kawasan sekitar sungai. Lahan pertanian produktif direncanakan untuk tidak digunakan sebagai fungsi non-pertanian. Perkembangan penggunaan lahan untuk pembangunan rumah tinggal dioptimalkan untuk menggunakan fungsi lahan permukiman yang masih memungkinkan untuk dimanfaatkan. Namun mengingat kedudukan Desa Sirnajaya yang cukup dekat dengan kawasan perkotaan, cukup besar peluang adanya pengembangan perumahan. Pusat kegiatan kawasan Kampung Tumaritis berada pada poros wilayah di sekitar jalan desa. Guna lahannya didukung dengan keberadaan fasilitas pemerintahan, perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan dan fasilitas rekreasi sehingga memungkinkan untuk skala pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang dalam RTPLP kawasan Kampung Tumaritis dalam kegiatan PLPBK Desa Sirnajaya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang meliputi kawasan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona di bawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan, dan zona untuk pengembangan kegiatan ekonomi. Rencana pola ruang di Kampung Tumaritis ditetapkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya

145 sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya secara berkelanjutan dengan prinsip keberimbangan antara kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Rencana pola ruang ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan antar kawasan agar lebih berimbang secara proporsional, tanpa mengganggu kelestarian lingkungannya. Pola pemanfaatan lahan (pola ruang) yang akan dikembangkan di Kampung Tumaritis dirumuskan berdasarkan pertimbangan Aspirasi kebutuhan masyarakat Kampung Tumaritis dari hasil rembug warga Didasarkan pada pertimbangan di atas, arahan rencana pola pemanfaatan ruang Kampung Tumaritis adalah sebagai berikut a) Zona Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup. Mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung di Desa Sirnajaya terdiri dari : i. Sempadan Sungai ii. Cagar Budaya b) Zona Campuran (pemukiman dan Home Industri) i. Zona permukiman Rencana pengembangan zona permukiman di kawasan Kampung Tumaritis adalah sama pada zona permukiman saat ini yang tersebar ke seluruh desa, dengan perluasan ke arah lahan kering. ii. Zona Industri Zona industri yang dapat ditetapkan di kawasan Kampung Tumaritis antara lain zona industri rumahan seperti kerajinan bambu, bonggol pisang dan makanan olahan seperti kerupuk dan ranginang. Sedangkan industri lainnya, tidak dizonasi karena lokasinya yang tersebar. c) Zona Perdagangan; Zona jasa dan perdagangan secara umum direncanakan di sepanjang jalan desa Sirnajaya. Zona perdagangan yang lebih spesifik di antaranya adalah zona perdagangan hasil home industri di beberapa wilayah di Desa Sirnajaya.

146 Gambar 5.8. Rencana Pola Ruang Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Batas Kawasan Jalan Lingkungan Sungai/Irigasi Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Kawasan Lindung Zona Campuran (Pemukiman dan Home Industri) Zona Komersial Perdagangan Rumah

147 Rencana Pengembangan Permukiman A. Rencana Arahan Pengembangan Permukiman Karakteristik permukiman kawasan Kampung Tumaritis secara umum bercirikan permukiman perdesaan, yang terlihat dari ciri-ciri berikut : a) Kepadatan bangunan rumah masih relatif rendah, terdapat jarak antara rumah yang satu dengan yang lain. b) Sebagian besar merupakan rumah satu tingkat, yang luasan bangunannya relatif luas. c) Konstruksi bangunan rumah sebagian besar menggunakan material tembok, meski sederhana. d) Terdapat area terbuka hijau/pekarangan yang luas di sekitar rumah warga. e) Persebaran rumah warga cenderung mengkluster/mengelompok menjadi beberapa perkampungan penduduk, membentuk dusun-dusun. Berdasarkan karakteristik tersebut, untuk beberapa tahun ke depan pengembangan permukiman kawasan Kampung Tumaritis diarahkan untuk tetap mempertahankan konsep permukiman perdesaan yang telah ada, namun ditambah beberapa peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal. Konsep pengembangan permukiman yang diarahkan untuk diterapkan antara lain adalah : a) Permukiman berwawasan lingkungan Konsep permukiman berwawasan lingkungan diarahkan melalui pengembangan permukiman yang tidak merusak atau mencemari lingkungan, serta menciptakan permukiman yang hijau, bersih, dan, sehat bagi warga. b) Intensifikasi Lahan Permukiman Lokasi pengembangan permukiman bagi rumah-rumah baru diarahkan untuk memanfaatkan area lahan permukiman yang sudah ada saat ini. Dengan lebih menekankan pada minimalisasi konversi lahan pertanian yang ada, terutama untuk lahanlahan yang produktif. Konsep ini didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyak lahan kosong di sekitar kawasan permukiman saat ini, yang masih bisa dimanfaatkan untuk pengembangan rumah baru.

148 Dengan permukiman yang lebih mengelompok dan tidak menyebar, maka penyediaan prasarana pendukung seperti akses jalan ataupun layanan pengumpulan sampah akan menjadi lebih mudah. Sehingga dapat membentuk sebuah kluster permukiman yang dihuni oleh banyak warga. c) Pengembangan Pagar Tanaman Pengembangan pagar sebagai pembatas antar pekarangan rumah bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan dari penghuni rumah, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak kecil. Untuk menonjolkan kesan permukiman yang hijau, maka pagar dibuat dengan menggunakan tanaman yang diatur rapi dan tertata. a) Jalan Utama Jalan masuk utama merupakan cerminan yang memperlihatkan identitas kawasan Kampung Tumaritis. Untuk itu perlu adanya vegetasi yang menarik dan berkesan bagi orang yang melewati kawasan Kampung Tumaritis. B. Rencana Vegetasi Arahan rencana penataan vegetasi yang akan diterapkan di kawasan Kampung Tumaritis disesuaikan berdasarkan masing-masing zona, antara lain :

149 Tanaman Hias b) Permukiman Penataan vegetasi di kawasan permukiman diarahkan sebagai batas antar rumah atau pagar hidup, untuk mengatasi penggenangan, pelestarian air tanah, dan pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman produktif. Berfungsi untuk memberikan suasana yang indah dan asri, jenis tanaman yang dipakai adalah tanaman hias baik yang berbunga maupun tidak berbunga. Jenis bunga : Bougenvile, soka, lamtana, sida gurih. Jenis tidak berbunga : paris, krokot, pangkas kuning, pangkas merah, beauty dan sebagainya.. c) Bantaran Sungai Penataan vegetasi di bantaran sungai akan berfungsi sebagai buffer dan pencegah terjadinya erosi. Selain itu, konsep ini dimaksudkan untuk menciptakan kawasan bantaran sungai yang bersih dan terawat. C. Rencana Penyediaan Air Bersih Sumber air bersih utama masyarakat kawasan Kampung Tumaritis didapat dari sumber air dalam tanah melalui sumur, baik berupa sumur timba maupun dengan pompa listrik. Untuk menjaga kualitas dan ketersediaan pasokan air bersih bagi warga kawasan Kampung Tumaritis, rencana penyediaan air bersih yang akan diterapkan antara lain : a) MCK Komunal Untuk menyediakan kebutuhan air bersih bagi warga yang belum memiliki sumur, maka diarahkan untuk dikembangkan MCK komunal yang dilengkapi dengan sumur umum yang dapat digunakan warga secara bersama.

150 b) Konservasi Air Tanah Konservasi air tanah perlu dilakukan agar persediaan air di dalam tanah meningkat dan sumur tidak kering saat kemarau. Dilakukan dengan mengembangkan sistem lubang biopori di sekitar permukiman warga, sehingga air hujan dapat meresap maksimal ke dalam tanah. Selain untuk mencegah banjir atau genangan air, biopori akan meningkatkan cadangan air di dalam tanah. Gambar 5.9. Contoh Penggunaan Biopori D. Rencana Sanitasi Di wilayah kawasan Kampung Tumaritis terdapat beberapa rumah warga yang belum memiliki pengolahan sanitasi yang baik, dan masih ada beberapa warga yang memiliki kebiasaan buang air di sungai. Untuk menciptakan tersedianya sistem sanitasi yang layak dan berkelanjutan untuk seluruh warga kawasan Kampung Tumaritis, rencana penyediaan sanitasi yang akan diterapkan antara lain: a) Sistem Sanitasi On-Site b) Adanya jarak dengan Sumur c) MCK Komunal d) Peran serta masyarakat Gambar Rencana Pola Pengelolaan Sanitasi kawasan Kampung Tumaritis Sumber : Analisa Tim PS dan TIPP Desa Sirnajaya

151 Gambar Rencana Penyediaan Air Bersih di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis

152 E. Rencana Persampahan Kebiasaan warga kawasan Kampung Tumaritis yang masih membuang dan membakar sampah di pekarangan rumah dan di bantaran sungai dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan adanya rencana pengelolaan sampah yang menyeluruh dan melibatkan masyarakat. Secara perlahan penerapannya akan mengubah kebiasaan warga, serta membuat sampah memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Arahan rencana persampahan yang akan diterapkan di kawasan Kampung Tumaritis adalah sebagai berikut : a) Pemilahan Sampah Sampah yang dihasilkan setiap rumah tangga di kawasan Kampung Tumaritis setiap harinya memiliki jenis yang berbeda, dan membutuhkan metoda pengolahan yang berbeda pula. Oleh karena itu, pemilahan merupakan salah satu kunci dari sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan. b) Proses Pengangkutan Sampah Sampah yang telah dipilah di masing-masing rumah tersebut kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah. Sampah yang telah dipilah di masing-masing rumah tersebut kemudian dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah sementara yang ada di masing-masing RT/RW setempat sesuai dengan kesepakatan warga. Sampah yang berasal dari tempat sampah sementara tersebut kemudian diangkut menuju tempat pengolahan sampah terpadu. c) Pengolahan Sampah Terpadu Sampah-sampah yang telah dikumpulkan akan diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi. Pengolahan sampah ini nantinya tidak hanya memanfaatkan sampah yang berasal dari rumah tangga, namun juga akan terintegrasi dengan kegiatan peternakan yang menghasilkan kotoran ternak untuk dijadikan pupuk kompos.

153 Gambar Rencana Pengelolaan Sampah di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Bagan Arah Rencana Pengelolaan Sampah Terpadu Sumber : Analisa Tim PS dan TIPP Desa Sirnajaya

154 F. Rencana Prasarana Penerangan Jalan Dalam mewujudkan Kawasan Prioritas yang berkelanjutan, perlu diutamakan adalah sarana dan prasarana pendukung seperti penerangan/ketersediaan listrik, kenyamanan jalan penghubung. Kebutuhan akan penerangan jalan lingkungan sangat penting, sehingga dapat meningkatkan akses pergerakan masyarakat dari dan menuju kawasan di saat malam hari, apalagi jalan menuju ke kawasan Kampung Tumaritis dengan kondisi yang bergelombang. Hal ini sangat menggangu pada keamanan masyarakat pengguna jalan. Oleh karena itu diperlukan rencana pengembangan penerangan jalan untuk membuat kenyamanan dan keamanan bagi pengguna jalan di kawasan perencanaan. Rencana pengembangan penerangan jalan umum adalah diarahkan pada jalan utama dan jalan lingkungan di kawasan perencanaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Rencana Penerangan Jalan di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Penerangan Jalan Utama Penerangan Jalan Lingkungan

155 G. Rencana Prasarana Drainase Saluran air dan drainase sangat diperlukan dalam suatu kawasan. Disamping untuk menjaga kelestarian lingkungan, keberadaan saluran air dan drainase juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat setempat. Adanya penataan saluran air dan drainase yang baik, lingkungan disekitarnya tidak akan tercemari dan terganggu. Selain itu, keindahan lingkungan pun dapat tetap terjaga dengan baik. Gambar Rencana Drainase di Kawasan Prioritas Kampung Tumaritis Saluran drainase harus tersedia baik pada kawasan perumahan, maupun pada tepi jalan. Hal ini dikarenakan fungsinya yang penting untuk menampung air saat hujan,mengurangi genangan, serta manyalurkan air buangan. Saluran drainase dapat berada pada sisi/pinggir jalan dana dapat pula berada dibawah jalan apabila lebar jalan tidak mencukupi. Saluran drainase yang ada dibawah jalan adalah saluran tertutup. Gorong-gorong Peletakan gorong-gorong tertanam pada salah satu sisi

156 H. Rencana Perbaikan Permukiman Kawasan Prioritas Dalam pembangunan di Kawasan perencanaan ditetapkan ketentuan pembangunan pembangunan yang meliputi batasan-batasan pembangunan. Dalam batasan-batasan pembangunan dimaksudkan agar pembangunan yang dilakukan dapat diarahkan dengan baik dan tetap mempertahankan ciri khas Kawasan Kawasan Prioritas, baik itu dalam sisi fisiknya maupun dalam sisi masayarakat dan lingkungannya. Selain itu di kembangan strukur bangunan yang tahan gempa agar mengurangi tingkat kerusakan apabila suatu hati akan terjadi gempa bumi. I. Rencana Penyediaan Sarana Fasilitas Umum Keberadaan sarana fasilitas umum biasanya dibutuhkan sebagai penunjang berlangsungnya aktifitas manusia, baik bagi masyarakat setempat maupun pengunjung. Fasilitas Umum biasanya sudah menjadi bagian penting apabila sangat dibutuhkan aktivitas manusia sehari-hari. Dalam perencanaan Kawasan Prioritas, direncanakan pula penyedian balai pertemuan warga yang berfungsi selain untuk tempat pertemuan / rembug warga dapat berfungsi sebagai kegiatan sosial lainnya dimasyarakat. Rumah Sehat Ilustrasi Perbaikan Hunian, dengan tetap mempertahankan ciri khas bangunan rumah sehat Ilustrasi Desain Balai Pertemuan

157 BAB RENCANA INVESTASI DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KAWASAN PRIORITAS Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Desa Sirnajaya Kec. Tarogong Kaler-Kabupaten Garut

158 6.1. Indikasi Program Indikasi program penataan Kawasan Prioritas Desa Sirnajaya pada dasarnya akan merupakan suatu urutan pengembangan untuk mencapai tujuan pembangunan dalam jangka menengah, Pembangunan sendiri merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk mencapai tujuan akhir penataan lingkungan permukiman. Pelaksanaan pembangunan untuk kawasan kajian perencanaan disesuaikan dengan pengembangan fungsifungsi lainnya. Selain itu juga mempertimbangkan aspek permintaan (demand). Pada dasarnya, pentahapan ini disusun dengan asumsi pengembangan kawasan permukiman meliputi sarana prasarana yang tidak mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaannya baik

159 dari pemerintah, oleh karena itu pengembangan kawasan yang di rancang adalah sebagai penataaan sarana dan prasarana permukiman berbasis kepada partisipatif masyarakat, sehingga dalam perencannaan,pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan permukiman tersebut tetap memberdayakan masyarakat setempat. Sehingga dalam pelaksanaan program pentaaan permukiman tersebut tidak akan ada unsur yang dirugikan. Waktu pelaksanaan pembangunan kawasan kajian ditargetkan selama 10 tahun, yang dimulai pada tahun 2013 sampai Selama 10 tahun tersebut, pelaksanaan dibagi menjadi 2 PJM (Program Jangka Menengah), yaitu PJM I ( ) dan PJM II ( ). Pelaksanaan pembangunan pada PJM I dirinci menjadi program tahunan. kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya di wilayah perencanaan yang diprioritaskan dan telah disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/pembiayaan. Sedangkan rencana investasi merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan ataupun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan. Rencana ini akan menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku

160 Tabel VI.1 Program Indikasi Program Kawasan Prioritas No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait A. Penataan Lingkungan Pendukung Kawasan Prioritas Zona II (RW 04,05,06) Zona I (RW 01,03) Jalan Beton Aspal 564 Meter Dinas PU Drainase Tertutup 1040 Meter Dinas PU SPAL 524 Meter Dinas PU Perbaikan RTLH / Rumah Sehat 7 Unit PJU 20 Unit Dinas PU Jalan Beton 804 Meter Dinas PU TPT 53 Meter Dinas PU TPT 27 Meter Dinas PU TPT 137 Meter Dinas PU Pipanisasi 679 Meter Dinas PU MCK 2 Unit Dinas PU Balai pertemuan 1 Unit Dinas PU Gapura 2 Unit Dinas PU TPS 1 Unit Dinas PU Gapura 1 Unit Dinas PU Saluran pembuangan Air Limbah Septik Tank Komunal 280 m Dinas PU 1 unit Dinas PU Perbaikan MCK 1 unit Dinas PU Saluran Drainase 468 m Dinas PU Perbaikan Jalan 680 m Dinas PU Penerangan Jalan 10 unit Dinas PU Sarana Air Bersih dan Pipanisasi 265 unit Dinas PU Dinas PU, TKPP, dan Perumahan

161 No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait Zona I (RW 01,03) Zona III (RW 02,10) Tembok Penahan Tanah (TPT) Perbaikan RTLH / Rumah Sehat 186 m Dinas PU 4 unit Taman Lingkungan 1 unit Perbaikan Sarana Sosial Perbaikan Sarana Kesehatan Sarana Persampahan Saluran pembuangan Air Limbah Septik Tank Komunal 1 unit unit Dinas PU, TKPP, dan Perumahan Dinas Tata Ruang, TKPP,dan BPLHD Dinas PU, Dinas Sosial Dinas PU, Dinsos dan Dinas Kesehatan 10 unit Dinas Kebersihan 350 m Dinas PU 1 unit Dinas PU Perbaikan MCK 2 unit Dinas PU Saluran Drainase 385 m Dinas PU Perbaikan Jalan 480 m Dinas PU Penerangan Jalan 10 unit Dinas PU Tembok Penahan Tanah (TPT) 166 m Dinas PU Perabaikan Kirmir 120 m Dinas PU Perbaikan RTLH / Rumah Sehat 5 unit Dinas PU, TKPP, dan Perumahan Taman Lingkungan 1 unit Perbaikan Sarana Sosial 1 unit Dinas Tata Ruang, TKPP,dan BPLHD Dinas PU, Dinas Sosial

162 No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait Zona III (RW 02,10) Perbaikan Sarana Kesehatan Sarana Persampahan Saluran pembuangan Air Limbah Septik Tank Komunal 1 unit Dinas PU, Dinsos dan Dinas Kesehatan 10 unit Dinas Kebersihan 404 m Dinas PU 3 unit Dinas PU Perbaikan MCK 2 unit Dinas PU Saluran Drainase 410 m Dinas PU Perbaikan Jalan 430 m Dinas PU Penerangan Jalan 20 unit Dinas PU Zona V (RW 07,08) Sarana Air Bersih dan Pipanisasi Tembok Penahan Tanah (TPT) 3 unit Dinas PU 320 m Dinas PU Perabaikan Kirmir 145 m Dinas PU Perbaikan RTLH / Rumah Sehat 10 unit Taman Lingkungan 1 unit Perbaikan Sarana Sosial Perbaikan Sarana Kesehatan 1 unit unit Dinas PU, TKPP, dan Perumahan Dinas Tata Ruang, TKPP,dan BPLHD Dinas PU, Dinas Sosial Dinas PU, Dinsos dan Dinas Kesehatan Sarana Persampahan 12 unit Dinas Kebersihan

163 No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait B Pengembangan Kawasan Pertanian (Agropolitan) Penataaan Pengembangan Kawasan sub Pertanian Perbaikan Fasilitas Saluran/goronggorong Pembibitan Padi Organik Penyiapan Lahan Pertanian Organik Pembuatan Balai/Tempat Kelompok Tani 1 Ls 1 Ls 1 Ls 1 Paket Dinas Pertanian, Dinas SDAP Dinas Pertanian, Dinas SDAP Dinas Pertanian Dinas Pertanian Zona I-V Pembuatan KUD 1 Paket Peternakan Pembuatan Digester untuk Biogas Pembuatan Kandang Ternak Terpadu 1 Paket 1 Paket Dinas Pertanian Disnakkanla Disnakkanla Perikanan Pembuatan Kolam Ikan Terpadu Pelatihan Pembibitan ikan Pembuatan pakan ikan secara mandiri 1 Paket 1 Ls 1 Ls Disnakkanla Disnakkanla Disnakkanla

164 No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait C Pengembangan Penataan Kawasan dan Masyarakat pendukung Kawasan Agropolitan Peningkatan Sumber daya masyarakat Pelatihan Manajemen Industri 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan Pembuatan Kesed 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pengolahan Bata Merah yang Modern/bernilai eksport 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan pengelolaan/pemilah an sampah 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Zona I-V Pelatihan pemasaran produksi Bata Merah 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan Pemasaran Padi Organik 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan untuk desainer produk kerajinan 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan pembuatan pupuk organik 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK Pelatihan Managemen kelompok Tani dan Koperasi 1 Ls Disperindag, Dinas Koperasi dan Pasar, Kadin, BLK

165 No Kawasan (zona) Program Volume Total Kebutuhan Satuan Biaya (Rp.) Tahun Realisasi Skema Pembiayaan BLM SWD PHL Keterlibatan Pihak Terkait D Kelembagaan Pemerintahan Desa Zona I-V Mengadakan Lokakarya Tentang fungsi Kelembagaan Desa Pelatihan Managemen/Pelayan an Kelembagaan Desa Ls BPMPD Ls BPMPD JUMLAH KEBUTUHAN BIAYA Sumber : Hasil Analisa TIPP PLPBK Desa Sirnajaya, 2013

166 6.2. Pedoman Pengendalian Program Umum 1) Ketentuan Pengendalian Rencana bertujuan : A. Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTPLP dan pelaksanaan penataan kawasan prioritas. B. Mengatur pertanggung jawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTPLP pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan. 2) Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan RTPLP yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Perwakilan Desa, Badan Keswadayaan Masyarakat / BKM dan Forum Rembug Desa) 3) Ketentuan Pengendalian Rencana menjadi alat mobilisasi peran masing-masing Pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTPLP sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan. 4) Arahan pengendalian rencana dilakukan dengan cara A. Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan. B. Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pe-ngendalian jangka menengah. C. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pem-bangunan untuk setiap pemangku kepentingan. D. Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan.

167 E. Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, social dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian di lapangan Strategi Pengendalian Rencana A. Aspek-Aspek Pengendalian ADMINISTRATIF untuk mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan program serta kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam rangka mendorong pelaksanaan materi RTPLP agar terlaksana secara efektif termasuk melalui mekanisme perizinan (terutama IMB = Ijin Mendirikan Bangunan). Untuk memberikan kekuatan hukum, produk perancangan RTPLP akan dikuatkan dengan aturan bersama Desa Sirnajaya. Aturan bersama tentang RTPLP akan dibahas dalam rembug warga yang difasilitasi oleh Tim Inti Perencanaan Partisipatif Desa Sirnajaya. 1. Perijinan Pengendalian RTPLP dilakukan melalui perijinan pendirian bangunan. Perijinan dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus sesuai dengan rencana tata ruang yang tercantum dalam RTPLP. Ijin pendirian bangunan diatur dan diterbitkan oleh pemerintah. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTPLP, baik yang dilengkapi ijin maupun yang tidak, dikenai sanksi. 2. Insentif dan Disinsentif Pemberian insentif yaitu memberikan imbalan terhadap masyarakat atau lembaga yang melaksanakan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTPLP. Bentuk insentif dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), kompensasi dalam intensitas pemanfaatan ruang, kemudahan prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan. Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi pembangunan yang tidak sejalan

168 dengan RTPLP, antara lain dapat berupa pengenaan pajak tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan penalti.pengenaan sanksi, merupakan sa-lah satu pengendalian RTPLP, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTPLP. Dalam pengenaan sanksi tidak hanya kepada masyarakat atau lembaga pemilik bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan RTPLP, tetapi dikenakan pula kepada lembaga yang berwenang yang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan RTPLP. 3. Analisis Dampak Yang Ditimbulkan Pada tahap perijinan, pengendalian adalah untuk mengetahui apakah perencanaan pembangunan telah sesuai atau tidak dengan rencana awal yang telah ditetapkan. Aspek pertimbangannya antara lain bentuk fisik, fungsi, waktu atau tahapan pelaksanaan, aspek pembiayaan dan sebagainya. Aspek lain berkaitan dengan pengendalian pemanfaatan ruang ialah analisis terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan pembangunan. Analisis dampak yang ditimbulkan mencakup dampak positif maupun dampak negatif yang timbul ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. 4. Penetapan RTPLP Sebagai Aturan Bersama RTPLP adalah produk perencanaan tata ruang yang sah sesuai dengan Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam lampiran Permen PU tersebut pada bagian 1 Ketentuan Umum, tentang Kedudukan dokumen RTBL disebutkan : Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berupa : rencana aksi / kegiatan komunitas (community -action plan/cap) rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/ndp)

169 panduan rancang kota (urban-design guidelines/udgl). Dari ketentuan di atas, maka dokumen Rencana Tindak Penataan Lingkungan dan Permukiman (RTPLP) yang disusun oleh TIPP Desa Sirnajaya termasuk dokumen RTBL. Untuk memperkuat kedudukan RTPLP di Desa Sirnajaya, maka dokumen RTPLP akan dikukuhkan sebagai Aturan Bersama warga kelurahan. ARAHAN yang bersifat mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan, yang disebabkan oleh berbagai hal, tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan program penataan kota, serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat. a. Tahap akhir tindakan pengendalian RTPLP ialah memberikan umpan balik sebagai hasil evaluasi pengendalian RTPLP yang berfungsi sebagai input bagi tahap pemanfaatan ruang dan / atau tahap perencanaan tata ruang dalam proses siklus selanjutnya. b. Sosialisasi tentang dokumen RTPLP ke masyarakat Desa Sirnajaya terutama pada kawasan prioritas. Sosialisasi dapat dilakukan melalui kegiatan kegiatan RT/ RW, PKK, LPMK, BKM dan lain sebagainya Strategi Pengendalian Strategi pengendalian rencana diatur dengan Rencana Kelembagaan yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat, dan aturan tata laksana kelembagaannya. Untuk pengelolaan pelaksanaan RTPLP dapat disiapkan suatu organisasi pelaksana tersendiri, dengan menggambarkan pola koordinasi, alur dan pola pertanggungjawaban, serta proses lainnya. Dalam rangka mewujudkan tujuan dari disusunnya RTPLP ini, dibentuk suatu lembaga swadaya masyarakat yang bertugas melakukan pengendalian pelaksanaan pada tingkat kelurahan, dan ada koordinasi dengan lembag-lembaga/ satuan-satuan kerja terkait pada tingkat kabupaten maupun

170 kecamatan. Satuan kerja yang terlibat langsung dengan kegiatan ini adalah : A. Pemerintah Desa. B. Pemerintah Daerah. C. Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan. D. Badan Ketahanan Pangan. E. Badan Penyuluh Pertanian dan Kehutanan. F. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa. G. Badan Pertanahan Nasional. H. Badan Penanggulangan Bencana Daerah. I. Dinas Bina Marga. J. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. K. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. L. Dinas Kesehatan. M. Dinas Koperasi, UMKM. N. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan. O. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. P. Dinas Pendidikan. Q. Dinas Perhubungan. R. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar. S. Dinas Perkebunan. T. Dinas Perikanan, peternakan dan Kelautan. U. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi. V. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan. W. Dinas Tanaman dan Holtikultura. X. Dinas Tata Ruang dan Permukiman. Y. PDAM Z. PLN

171 Gambar 6.1 Bagan Alur Pengendalian Program Pemerintah Pemerintah Desa Sirnajaya dan BKM PWD Sirnajaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

MANFAAT DAN TARGET PROGRAM

MANFAAT DAN TARGET PROGRAM KOTAKU (KOTA TANPA KUMUH) MEMBANGUN SISTEM TERPADU PENANGANAN PEMUKIMAN KUMUH DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT DI KABUPATEN GARUT Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana?? DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG: MATERI 1. Pengertian tata ruang 2. Latar belakang penataan ruang 3. Definisi dan Tujuan penataan ruang 4. Substansi UU PenataanRuang 5. Dasar Kebijakan penataan ruang 6. Hal hal pokok yang diatur dalam

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis pada desain terpadu antara tata guna lahan, berbagai elemen rancang lingkungan serta sarana dan prasarana lingkungan. Oleh karena itu, melalui prgram Penataan Lingkungan Berbasis Kmunitas (PLP-BK) maka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal BUKU 2 Manual Penyusunan RP4D Kabupaten Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal bagi penyusun

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH 2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2003 SERI D.15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN KORIDOR PANDEGLANG SAKETI - LABUAN

Lebih terperinci

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.

oleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan. 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Koridor Tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan sistem ekonomi, geokultural

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SOLOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, a. bahwa untuk melaksanakan pasal

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pembangunan di Kabupaten Murung Raya pada tahap ketiga RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA

IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA IMPLIKASI PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TERHADAP PERAN PERENCANA DAN ASOSIASI PROFESI PERENCANA Oleh: Ir. Imam S. Ernawi, MCM, M.Sc. Direktur Jenderal Penataan Ruang, Dep. Pekerjaan Umum

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN UMUM

BAB II KETENTUAN UMUM BAB II KETENTUAN UMUM 2.1. Pengertian Umum Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA 5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA Pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai bagian dari Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PRABUMULIH TAHUN 2002 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM OUTLINE I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Maksud & Tujuan 3. Ruang Lingkup Pedoman 4.

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pranata (TKP162P) Dikerjakan Oleh Nur Hilaliyah 21040111060045 DIPLOMA III PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Ambon Pembangunan Kota Ambon tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan Visi Ambon Yang Maju, Mandiri, Religius,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT Versi 23 Mei 2017 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2016 TENTANG PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 2 3 4 1 A Pembangunan Perumahan TIDAK SESUAI dengan peruntukkan lahan (pola ruang) Permasalahan PENATAAN RUANG dan PERUMAHAN di Lapangan B Pembangunan Perumahan yang SESUAI dengan peruntukkan lahan,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor: 11/ PERMEN/ M/ 2008 Tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV Kelurahan/Desa : Caile Kota/kabupaten : Bulukumba NO Substansi 1 Apa Visi Spatial yang ada di dalam RPLP? Bagaimana terapan visi tersebut ke dalam Rencana Teknis Penataan Lingkungan Permukiman kita? Status

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN TAHUN 2009-2028 I. UMUM 1. Ruang wilayah Kabupaten Pacitan, baik sebagai kesatuan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci