PERSPEKTIF. Oleh NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSPEKTIF. Oleh NIM : 23206008"

Transkripsi

1 KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASII TNI AU DALAM ERA PERANG INFORMASI DITINJAU DARI PERSPEKTIF OPERASI INFORMASI FINAL PROJECT MATA KULIAH EC-7010 Oleh ARWIN D.W. SUMARI NIM : Program Studi Teknik Komputer INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2006

2 KONSEP PENGEMBANGAN ORGANISASI TNI AU DALAM ERA PERANG INFORMASI DITINJAU DARI PERSPEKTIF OPERASI INFORMASI ARWIN D.W. SUMARI *) NIM *) Mahasiswa Magister Teknik Komputer, STEI, ITB. Di dalam Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa 2004 [1] dinyatakan bahwa salah satu Kemampuan Inti kekuatan udara adalah Pemanfaatan Informasi, yakni mendapatkan dan mendayagunakan informasi melalui ruang dirgantara. Di dalam operasi udara untuk perang, penggunaan kekuatan udara salah satunya dilaksanakan melalui Operasi Informasi (OI) dalam bentuk Opreasi Lawan Informasi Ofensif (OLIO) dan Operasi Lawan Informasi Defensif (OLID). Dalam perencanaan suatu operasi udara, keberhasilan misi sangat ditentukan oleh keberhasilan OLIO yakni dalam mendapatkan informasi kekuatan dan kelemahan lawan dan OLID yang bertujuan melindungi informasi dan sistem informasi sendiri dari OI lawan. Doktrin SBP2004 adalah pedoman pada tataran strategis sehingga belum dicantumkan dengan jelas implementasi OI ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, di dalam naskah ini akan disampaikan konsep pengembangan organisasi TNI AU dalam rangka mengimplementasikan Doktrin SBP2004 ditinjau dari perspektif OI pada era Perang Informasi (PI). Konsep ini meliputi struktur organisasi OI, background personel yang akan bertindak sebagai pelaksana OI, komposisi dan disposisi personel serta pola pendidikan yang harus diberikan kepada para personel tersebut. Di samping itu juga akan disampaikan perbandingan dengan organisasi militer negara lain yang telah mapan. Kata kunci : Doktrin SBP2004, operasi informasi, perang informasi, pengembangan organisasi 1

3 I. PENDAHULUAN Dominating the information spectrum is as critical to conflict now as occupying the land or controlling the air has been in the past General Ronald R. Fogleman Cornerstones of Information Warfare Di dalam suatu pertempuran, kemenangan sangat ditentukan oleh siapa yang lebih mampu menggali kekuatan lawan baik ditinjau secara taktis dan strategis sehingga ia mempunyai kesempatan untuk menyiapkan taktik dan strategi paling tepat untuk melakukan penyerangan dan pertahanan secara efektif dan efisien. Sebelum suatu operasi tempur digelar, dilakukan kegiatan-kegiatan pendahuluan diantaranya adalah pengumpulan data-data intelijen melalui proses pengintaian (reconnaissance) dan pengamatan (surveillance) mengenai keadaan lawan. Data-data intelijen ini kemudian didistribusikan kepada staf-staf yang akan melakukan analisa berdasarkan kapasitasnya masing-masing yakni staf operasi (SOPS), staf personil (SPERS), staf logistik (SLOG) dan staf komunikasi dan elektronika (SKOMLEK). Setelah proses selesai, hasil analisa kemudian diintegrasikan untuk kemudian disarikan kembali dalam bentuk beberapa alternatif operasi tempur yang disajikan kepada Panglima Komando operasi. Panglima akan memilih alternatif terbaik ditinjau dari keempat aspek yang telah dianalisa tersebut yang dihadapkan kepada kondisi terkini. Alternatif yang dipilih ini kemudian akan menjadi Perintah Operasi dan menjadi dasar pelaksanaan operasi tempur di lapangan. Hasil operasi akan dapat dilihat dalam rentang waktu tertentu yang telah direncanakan di awal perencanaan operasi tempur. Kualitas keberhasilan operasi tempur akan sangat tergantung kepada kemampuan kegiatan intelijen dalam mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai situasi dan kondisi lawan. 2

4 Namun di sisi lain, bukan berarti lawan juga akan tinggal diam dan membiarkan dirinya rentan (vulnerable) terhadap infiltrasi kita. Lawan juga telah mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan pertahanan dirinya dari kemungkinan-kemungkinan kebocoran informasi atau data ke pihak kita. Di samping itu, lawan juga pasti menggelar operasi intelijen untuk dapat mengambil data-data dan informasi yang berguna bagi mereka dalam menyusun taktik dan strategi perang melawan kita. Oleh karena itu, selain melaksanakan operasi pencarian data dan informasi, kita juga harus menggelar operasi perlindungan data dan informasi untuk mencegah lawan menggali kekuatan kita. Perkembangan teknologi informasi dan elektronika yang pesat beberapa dekade ini telah merubah paradigma perang. Sebagaimana disampaikan oleh General Ronald R. Fogleman di atas bahwa dominasi terhadap spektrum informasi tidak ubahnya dengan dominasi darat dan udara di masa lalu. Artinya barang siapa mampu mendominasi ruang informasi, ia akan memperoleh keunggulan dalam perang. Internet sebagai jalan bebas hambatan informasi telah menghilangkan batas-batas wilayah sehingga memberikan kesempatan yang luas untuk melakukan penggalian data dan informasi dari siapa saja yang kita inginkan. Oleh karena itu tidak heran bila cukup banyak informasi dan data yang bersifat rahasia dapat dengan mudah diperoleh di dunia maya ini tak terkecuali informasi dan data yang dapat digunakan untuk kepentingan operasi tempur. Pada beberapa arena perang yang terjadi di beberapa belahan dunia beberapa waktu ini seolah-olah menampilkan perang konvensional pada media tiga dimensi (daratlaut-udara). Namun bila dianalisa lebih mendalam ternyata sebenarnya telah terjadi perang sebelum perang yang telah digelar melalui berbagai pernyataan forum resmi maupun media massa yang terang-terangan maupun yang terselubung. Perang ini tidak kasat mata karena bergerak di media yang tidak dapat dijangkau oleh senjata perang tiga-dimensi sehebat apapun yang disebut dengan perang maya (cyber warfare). Salah satu kegiatan di dalam cyber warfare adalah kegiatan yang 3

5 bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai aspek penting milik lawan dan menjaga aset-aset milik sendiri dari serangan lawan melalui dunia maya. Perang maya dan kegiatan operasi intelijen adalah salah satu bagian dari kegiatan yang dinamakan dengan operasi informasi (OI). Di dalam [1] dinyatakan tentang OI sebagai bagian melekat dari suatu kegiatan operasi udara (OPSUD). TNI AU telah mempersiapkan diri untuk menghadapi era perang informasi (information warfare, IW), namun harus dipahami bahwa berperang secara tidak kasat mata tidaklah semudah berperang secara kasat mata. Berperang di dunia maya dapat dianalogikan bagaikan bergerak di alam kegelapan digital samudera bit. Oleh karena itu organisasi harus memiliki suatu sense dan feel tersendiri agar ia dapat melakukan tugas-tugas penyerangan aset-aset lawan dan pada saat yang bersamaan melaksanakan proteksi terhadap aset-aset sendiri dari serangan balik lawan. Sejauh mana kesiapan TNI AU dalam melaksanakan OI di era PI sebagaimana yang diamanahkan oleh SBP2004 akan diulas di dalam naskah ini. Di samping itu juga akan disampaikan lebih mendetil mengenai OI dan tujuan utama OI untuk mencapai keunggulan informasi (information superiority), implementasinya di dalam perang nyata, struktur pengawakannya, penyiapan personil yang mengawakinya dan konsep organisasi TNI AU untuk mengakomodir OI di masa mendatang. Untuk itu pada Bagian II dan III akan disampaikan mengenai konsep dan struktur OI, Bagian IV akan mengulas relasi antara OI dan PI, dilanjutkan dengan ulasan mengenai keunggulan informasi pada Bagian V. Analisa OI pada organisasi TNI AU akan disampaikan pada Bagian VI dan pada Bagian VII akan dibahas mengenai konsep pengembangan organisasi TNI AU dan organisasi OI TNI AU seirama dengan perkembangan OI terkini serta pendidikan dan pelatihan para personil OI pada Bagian VIII. Bagian IX akan menyimpulkan secara komprehensif semua materi yang telah disampaikan pada bagian-bagian sebelumnya dan saran untuk mengantisipasi perkembangan OI seiring dengan perkembangan TI. 4

6 II. KONSEP OPERASI INFORMASI The history of command can thus be understood in terms of a race between the demand for information and the ability of command systems to meet it. Martin Van Creveld Command in War OI telah lama digunakan di berbagai medan pertempuran. Pada Perang Dunia II, kelalaian Amerika Serikat dalam menindak lanjuti informasi awal pergerakan skadron udara dan armada Jepang menyebabkan kehancuran Pearl Harbor. Demikian halnya dengan U-Boat Jerman yang merajai samudera selama beberapa tahun berkat kehebatan mesin sandi Enigma. Keberhasilan Inggris memecahkan pola penyandian Enigma mengakhiri masa keemasan U-Boat di samudera Atlantik. Di awal tahun 2000, AS melakukan serangan besar-besaran ke Irak dalam upayanya untuk mengungkap produksi Weapon of Mass Destruction (WMD) sebagaimana yang diinformasikan oleh dinas intelijennya. Dapat dilihat bahwa sedemikian mudahnya AS memasuki wilayah udara Irak dan menghancurkan berbagai obyek vital yang bersifat taktis dan strategis yang diikuti dengan penyekatan di darat, laut maupun udara. Keberhasilan operasi udara ini tidak lepas dari keberhasilan OI yang digelar sebelum dimulai dan pada saat operasi tempur dilaksanakan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi (TI), paradigma perang juga berkembang mengikuti perkembangan ini. Di masa lalu, panglima perang mengawasi jalannya peperangan dari atas bukit atau kuda didampingi staf-stafnya. Agar dapat memberikan perintah kepada pasukan di lapangan dengan tepat dalam mengantisipasi pergerakan pasukan lawan, diperlukan informasi yang akurat mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Informasi ditransmisikan kepada panglima menggunakan berbagai sarana yang memungkinkan pada saat itu seperti 5

7 gerakan tangan, bendera atau asap. Ia kemudian memberikan keputusan langkah yang harus diambil berdasarkan dari hasil analisa yang dilakukan dan mengarahkan pasukannya dengan cara yang sama. Perkembangan pesat TI mendorong dibangunnya sistem pengelolaan pertempuran yang terotomasi agar sinkron dengan pergerakan pasukan di lapangan. Ini adalah kebutuhan mendasar untuk mengelola ruang tempur yang berubah secara dinamis seiring dengan perubahan lingkungan yang cepat. Pengalaman telah menunjukkan bahwa informasi merupakan kunci utama kemenangan pasukan di medan tempur. Mereka yang mendapatkan informasi terlebih dulu, akan mampu menyiapkan diri lebih dini dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dalam perang. Oleh karena itu pada era informasi saat ini dan mendatang, informasi adalah senjata dan sekaligus sebagai sasaran utama dalam pertempuran. Bila ditelusuri, OI pertama kali diperkenalkan oleh Department of Defense (DoD) AS di pertengahan tahun 1990-an [6] yang kemudian diintepretasikan oleh masingmasing angkatan perang sesuai dengan matra dan tugas pokoknya masing-masing. Selain itu juga diterbitkan naskah operasi gabungan OI yang melibatkan semua angkatan perang AS. Keberhasilan AS dalam mengimplementasikan OI di berbagai medan pertempuran telah menginspirasi negara-negara lain untuk mengadopsinya dan salah satu diantaranya adalah Indonesia. Apa itu Informasi? Kunci utama dalam OI adalah informasi. Pada era teknologi informasi saat ini, informasi dapat menjadi senjata (weapon) dan sekaligus menjadi sasaran (target). Kepiawaian dalam menangani informasi akan menjadikannya senjata yang membahayakan lawan, sedangkan kelalaian menanganinya akan menjadikannya senjata makan tuan. [2] mendefinisikan informasi sebagai (1) fakta-fakta, data atau instruksi-instruksi dalam berbagai media atau bentuk dan (2) makna yang diberikan 6

8 oleh manusia melalui konvensi-konvensi yang diketahui yang digunakan dalam merepresentasikannya. Operasi Informasi Secara umum OI adalah suatu teknik mengintegrasikan semua aspek kekuatan tempur yang tepat untuk mempengaruhi, meyakinkan atau memaksa lawan untuk mengikuti keinginan kita. OI didefinisikan berdasarkan karakteristik angkatan perang yang dalam konteks ini adalah Angkatan Udara (AU). Definisi OI adalah sebagai berikut : The integrated employment of the core capabilities of electronic warfare, computer network operations, psychological operations, military deception, and operations security, in concert with specified supporting and related capabilities, to influence, disrupt, corrupt or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own. [2] The integrated employment of the capabilities of influence operations, electronic warfare operations, and network warfare operations, in concert with specified integrated control enablers, to influence, disrupt, corrupt, or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own. [4] The integrated employment of electronic warfare (EW), computer network operations (CNO), psychological operations (PSYOP), military deception (MILDEC), and operations security (OPSEC), in concert with specified supporting and related capabilities, to influence, disrupt, corrupt or usurp adversarial human and automated decision making while protecting our own. [5] Pada dasarnya OI adalah suatu keterpaduan penggunaan aset-aset kekuatan tempur AU dalam mengekploitasi kerawanan informasi lawan dan melindungi informasi sendiri demi keberhasilan pelaksanaan operasi udara. OI menyediakan kemampuan non-kinetis utama kepada pasukan. Kemampuan-kemampuan ini dapat menciptakan dampak ke keseluruhan ruang tempur dan ditransmisikan sepanjang spektrum konflik 7

9 dari masa damai ke perang dan sebaliknya. Kunci utama OI adalah pencapaian dan mempertahankan keunggulan informasi terhadap kekuatan lawan. Keunggulan informasi adalah satu derajat dominansi di dalam domain informasi yang mengijinkan kekuatan kawan kemampuan untuk mengumpulkan, mengendalikan, mengeksploitasi dan menjaga informasi tanpa adanya hambatan. Keunggulan informasi menyediakan kekuatan udara suatu keuntungan yang kompetitif ketika ia ditranslasikan ke dalam keputusan pada tataran yang lebih tinggi. Dengan kata lain, OI membantu komandan dengan cepat menentukan situasi, memberi penilaian dan mengarahkan ancaman dan resiko, mengupayakan tindakan, membuat keputusan yang tepat dan terwaktu serta membentuk ruang tempur untuk keuntungan sendiri. Lingkungan Informasi Lingkungan informasi adalah kumpulan individu, organisasi dan sistem yang mengumpulkan, mengolah, menyebarkan dan atau melakukan tindakan pada informasi. Para pelakunya adalah para pemimpin, pengambil keputusan, individu dan organisasi. Sumber-sumber daya meliputi material dan sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisa, mengaplikasikan dan menyebarkan informasi. Lingkungan informasi adalah dimana manusia dan sistem terotomasi melakukan kegiatan observe, orient, decide and act (OODA) kepada informasi dan oleh karena itu ia dikatakan sebagai lingkungan prinsipil pada pembuatan keputusan sebagaimana dipresentasikan dalam Gambar 1. Bentuk lonjong warna hijau di bagian kiri menggambarkan proses-proses yang digunakan untuk mengobservasi (observe) atau merasakan ruang tempur (orient). Bentuk lonjong warna ungu menggambarkan proses-proses kognitif dari pengorientasian dan memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Bentuk lonjong warna kuning di bagian kanan menggambarkan proses-proses penyebaran maksud (decide) dan pemaduan tindakan-tindakan di dalam lingkungan (act). Pada sisi 8

10 kanan terdapat tiga domain atau dimensi yang saling berkaitan yakni dimensi fisik, dimensi informasional dan dimensi kognitif yang masing-masing mempunyai fungsi yang saling menunjang. Gambar 1. Lingkungan informasi. o Dimensi fisik. Dimensi fisik dibentuk oleh sistem Command and Control (C2) dan infrastruktur-infrastruktur pendukung yang memungkinkan individu dan organisasi melaksanakan operasi pada domain udara, laut, darat dan angkasa. Ia juga dimensi dimana perangkat-perangkat fisik dan jaringan komunikasi yang menghubungkannya berada, yang meliputi sarana-sarana transmisi, infrastruktur, teknologi, kelompok dan populasi. Sebagai perbandingan, elemen-elemen pada dimensi ini adalah yang paling mudah diukur dan konsekuensinya, secara tradisional kekuatan tempur diukur di dalam dimensi ini. o Dimensi Informasional. Ini adalah dimensi dimana informasi dikumpulkan, diolah, disimpan, disebarkan, ditampilkan dan diproteksi. Dimensi dimana kekuatan C2 militer modern dikomunikasikan dan keinginan komandan 9

11 o disampaikan. Dimensi ini terdiri dari isi dan aliran informasi dan konsekuensinya, dimensi ini harus terproteksi dengan benar dan tepat. Dimensi Kognitif. Dimensi kognitif mencakup pikiran pengambil keputusan dan target audience (TA) atau individu/kelompok yang akan dipengaruhi. Ini adalah dimensi dimana orang-orang memahami, memvisualisasikan dan memutuskan dan merupakan dimensi terpenting diantara ketiganya. Dimensi ini juga dipengaruhi oleh perintah-perintah komandan, pelatihan dan motivasi pribadi lainnya. Faktor-faktor seperti kepemimpinan, moral, daya kohesi, emosi, keadaan pikiran, tingkat pelatihan, pengalaman, kewaspadaan situasi demikian halnya dengan opini publik, persepsi, media, informasi umum dan rumor akan mempengaruhi dimensi ini. Gambar 2. Domain lingkungan informasi. 10

12 Model di atas memberikan sarana untuk memahami lingkungan OI dan juga pondasipondasi logika mengenai kemampuan-kemampuan OI berupa : o o o Influence Operation (InfOps). Operasi ini difokuskan pada mempengaruhi persepsi dan perilaku pimpinan, kelompok atau keseluruhan populasi secara fisik, informasional atau keduannya. Network Warfare Operation (NWOps). Operasi ini ditekankan pada domain informasi yang merupakan kombinasi dinamis komponen software, hardware, data dan manusia. Electronic Warfare Operation (EWOps). Operasi ini beroperasi pada spektrum elektromagnetik walaupun ia menciptakan dampak yang membentang di lingkungan operasi OI. 11

13 III. STRUKTUR OPERASI INFORMASI Information is the currency of victoryon the battlefield. Gen Gordon Sullivan Struktur OI dibangun di atas berbagai macam kemampuan-kemampuan dan kegiatankegiatan tradisional yang dijalankan terpisah. Membangun OI tidak ubah mengintegrasikan semua kemampuan dan kegiatan tersebut di bawah satu bentuk operasi besar berdaya gempur tinggi. Gambar 3. Konsep dasar OI. 12

14 Kemampuan-kemampuan dan kegiatan-kegiatan tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan kesamaan fungsi sebagaimana yang dipresentasikan pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur OI dalam paradigma [4]. Influence Operation InfOps difokuskan pada mempengaruhi pemahaman dan perilaku pimpinan, kelompok atau keseluruhan populasi. Ia memberdayakan berbagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, melindungi operasi, mengkomunikasikan maksud komandan dan memproyeksikan informasi yang akurat untuk mencapai efek-efek yang diinginkan di sepanjang domain kognitif. Efek-efek ini akan menghasilkan perbedaan perilaku atau perubahan pada siklus keputusan lawan sehingga selaras dengan sasaran komandan. Kemampuan militer inti InfOps adalah : o Psychological Operations (PSYOP). [14] mendefinisikannya PSYOP sebagai operasi-operasi terencana untuk mentransmisikan informasi dan petunjukpetunjuk ke audience asing dalam rangka mempengaruhi emosi, motif, 13

15 penalaran obyektif dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku pemerintahan, organisasi, kelompok dan individu asing. Tujuannya adalah untuk mengajak atau memaksa sikap dan perilaku mereka agar mengikuti keinginan-keinginan kita. o Military Deception (MILDEC). [10] mendefinisikannya sebagai tindakantindakan yang secara sengaja dilakukan untuk menyesatkan para pembuat keputusan lawan terhadap kemampuan-kemampuan, tujuan-tujuan dan operasioperasi militer sendiri, sehingga menyebabkan lawan mengambil atau tidak mengambil tindakan yang berkontribusi pada keberhasilan misi sendiri. o Operations Security (OPSEC). [12] mendefinisikannya sebagai suatu proses dalam mengidentifikasikan informasi kritis dan diikuti dengan penganalisaan tindakan kawan pada operasi militer dan kegiatan-kegiatan lain untuk : Mengidentifikasi rangkaian tindakan yang dapat diamati oleh sistem intelijen lawan. Menentukan petunjuk-petunjuk dimana sistem intelijen lawan dapat memperoleh (informasi) yang dapat diterjemahkan atau dirangkai bagianper-bagian untuk mendapatkan informasi kritis yang berguna bagi lawan. Memilih dan melaksanakan pengukuran yang mengeliminasi atau mengurangi pada tingkat yang dapat diterima kerawanan-kerawanan tindakan-tindakan kawan terhadap ekploitasi lawan. o o o Counterintelligence (CI) Operations. CI didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan informasi dan dilakukan untuk perlindungan terhadap spionase, sabotase, kegiatan-kegiatan intelijen lainnya atau pembunuhan yang dilakukan oleh atau mengatas namakan pemerintahan, organisasi atau perorangan asing, atau kegiatan-kegiatan teroris internasional. Counterpropaganda Operations. Rangkaian kegiatan untuk mengidentifikasi dan membalikkan propaganda lawan dan membongkar upaya-upaya lawan untuk mempengaruhi populasi dan pemahaman situasi kekuatan militer kawan. Public Affairs (PA) Operations. Kegiatan-kegiatan untuk menilai lingkungan informasi seperti opini publik dan untuk mengetahui pergeseran politik, sosial dan budaya. PA merupakan komponen kunci pencegahan dan membangun 14

16 kewaspadaan prediktif komandan terhadap lingkungan informasi dan sarana untuk melaksanakan tindakan ofensif dan defensif pencegahan di dalam operasi udara. PA adalah garis depan dalam menghadapi propaganda dan penyalah gunaan informasi oleh lawan. Aktivitas-aktivitas InfOps ini memberi kesempatan kepada komandan untuk menyiapkan dan membentuk ruang tempur operasional dengan membawa informasi dan petunjuk-petunjuk kepada TA terpilih, membentuk pemahaman para pengambil keputusan, mengamankan informasi kritis kawan, menjaga dari sabotase, melindungi terhadap spionase, mengumpulkan data-data intelijen dan mengkomunikasikan informasi terpilih mengenai kegiatan-kegiatan militer kepada global audience (GA). Network Warfare Operation NWOps adalah perencanaan terpadu, pemberdayaan dan penilaian kemampuankemampuan militer untuk mencapai dampak-dampak yang diinginkan pada interkoneksi jaringan analog dan digital ruang tempur. NWOps dilaksanakan di dalam domain informasional melalui kombinasi software, hardware, data dan interaksi manusia. Jaringan di dalam konteks ini didefinisikan sebagai kumpulan sistem yang mentransmisikan informasi seperti jaringan radio, sambungan satelit, telemetri, telekomunikasi dan jaringan komunikasi nirkabel. Kegiatan-kegiatan di dalam NWOps meliputi : o Network Attack (NetA). NetA adalah pemberdayaan kemampuan-kemampuan berbasis jaringan untuk menghancurkan, mengganggu, merusak atau merebut informasi yang disimpan atau yang ditransmisikan melalui jaringan. Jaringan yang dimaksud meliputi jaringan telepon dan pelayanan data. o Network Defense (NetD). NetD adalah pemberdayaan kemampuankemampuan berbasis jaringan untuk menjaga informasi kawan yang disimpan atau yang ditransmisikan melalui jaringan terhadap upaya-upaya lawan untuk menghancurkan, mengganggu, merusak atau merebutnya. 15

17 o Network Warfare Support (NS). NS adalah kumpulan dan produksi data yang berkaitan dengan jaringan untuk keperluan pengambilan keputusan cepat yang melibatkan NWOps. Aspek ini sangat kritis bagi tindakan-tindakan NetA dan NetD untuk menemukan, memperbaiki, melacak dan menilai baik sumbersumber akses dan kerawanan kawan dan lawan untuk pertahanan segera, pengenalan dan prediksi ancaman, pencarian sasaran, pengembangan teknik dan akses, perencanaan dan eksekusi NWOps. Electronic Warfare Operation EWOps adalah perencanaan terpadu, pemberdayaan dan penilaian kemampuankemampuan militer untuk mencapai dampak-dampak yang diinginkan pada domain elektromagnetik dalam rangka mendukung tujuan-tujuan operasional. EWOps beroperasi pada spektrum elektromagnetik termasuk gelombang radio, infra merah, mikro, energi terarah dan semua frekuensi lainnya. Ia bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan mencegah konflik semua kekuatan kawan yang menggunakan spektrum baik udara, laut, darat dan angkasa, sebagimana halnya dengan menyerang dan mencegah penggunaannya oleh lawan. Oleh karena itu, adalah hal penting untuk mengkoordinasikan elemen di semua operasi khususnya ketika kawan menggunakan spektrum elektromagnetik berlipat. Kemampuankemampuan militer EWOps adalah : o Electronic Attack (EA). EA adalah kegiatan penggunaan spektrum elektromagnetik, energy terarah (directed-energy, DE) atau persenjataan anti radiasi untuk menyerang personil, fasilitas atau peralatan dengan maksud memperdaya, mengganggu, mencegah dan atau menghancurkan kemampuan tempur lawan. Ia juga memperdaya dan mengganggu sistem pertahanan udara terpadu lawan (integrated air defense system, IADS) dan komunikasi sebagaimana penghancuran kemampuan lawan melalui aset-aset penyerangan mematikan. 16

18 o Electronic Protection (EP). EP memperkuat penggunaan spektrum elektromagnetik untuk kekuatan kawan. Ia adalah aspek pertahanan yang difokuskan pada perlindungan kepada personil, fasilitas dan peralatan dari dampak-dampak pemberdayaan EW kawan atau lawan yang dapat menurunkan, menetralisir atau menghancurkan kemampuan tempur kawan. o Electronic Warfare Support (ES). ES adalah koleksi data elektromagnetik untuk penggunaan-penggunaan taktis segera seperti penghindaran ancaman, pemilihan rute, pencarian sasaran atau homing, yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan terwaktu yang melibatkan EWOps. Ia mempunyai hubungan erat dengan pengumpulan, pengolahan, pengeksploitasian dan penyebaran signal intelligence (SIGINT). Integrated Control Enablers (ICE) ICE adalah kemampuan-kemampuan kritis yang diperlukan untuk mengeksekusi operasi-operasi informasi, udara dan angkasa dengan sukses dan memproduksi dampak-dampak terpadu dari operasi gabungan. Oleh karena OI mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada ICE. ICE ini meliputi : o Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR). Ini adalah kemampuan-kemampuan terpadu untuk melaksanakan, mengumpulkan, mengolah, mengeksploitasi dan menyebarkan informasi intelijen secara terwaktu dan akurat. ISR adalah fungsi kritis yang membantu komanda dalam menyediakan kewaspadaan ruang tempur dan situasional penting agar dapat merencanakan dan melaksanakan operasi dengan sukses. Operasi udara tergantung kepada efektifitas OI dan tindakan OI yang efektif memerlukan informasi ISR terkini, akurat dan khusus dari berbagais sumber yang tersedia. o Network Operations (NetOps). Operasi ini mencakup information assurance (IA), manajemen jaringan dan sistem, dan manajemen penyebaran informasi. NetOps terdiri dari organisasi-organisasi, prosedur-prosedur dan fungsionalitas yang diperlukan untuk merencanakan, mengelola dan memantau jaringan AU 17

19 dalam mendukung operasi dan memberikan tanggapan terhadap ancaman, kehilangan sumber daya dan dampak-dampak operasi lainnya. IA adalah ukuran yang diambil untuk melindungi dan menjaga informasi dan sistem informasi dengan cara meyakinkan confidentiality, integrity, availability, nonrepudiation dan authenticity (CIANA)-nya. IA berlaku pada rentang life-cycle informasi dan sistem informasi secara penuh. o Predictive Battlespace Awareness (PBA). PBA adalah pengetahuan mengenai lingkungan operasional yang mengijinkan komandan dan staf dengan tepat mengantisipasi kondisi-kondisi mendatang, menilai perubahan-perubahan kondisi, mengatur prioritas dan mengeksploitasi munculnya kesempatankesempatan dan pada saat yang bersamaan mengurangi tindakan-tindakan tak terduga lawan. PBA menyusun metodologi untuk menggabungkan semua asetaset ISR dalam rangka memaksimalkan kemampuan untuk memprediksi gerakan lawan dan memutuskan gerakan kawan. Salah satu tahap awal dalam PBA adalah menilai kerawanan-kerawanan kawan dan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan lawan untuk memprediksi gerakan lawan melalui intelligence preparation of the battlefield (IPB). Tingkat kewaspadaan ini memerlukan pengembangan dan integrasi lima kegiatan kunci yang dijalankan secara paralel dan berkesinambungan yakni : IPB. Pengembangan sasaran. Strategi ISR. Pemberdayaan ISR. Penilaian o Precision Navigation and Timing (PNT). PNT yang disediakan oleh sistemsistem berbasis angkasa sangat mendasar bagi OI. Ia menyediakan kemampuan untuk mengintegrasikan dan menkoordinasikan penggunaan kekuatan OI untuk menciptakan dampak di sepanjang ruang tempur. 18

20 Pengorganisasian OI Dalam implementasi OI di lapangan, terdapat beberapa organisasi utama yang mendukung dan menjamin keberhasilan OI yakni : o Information Warfare Flight (IWF). Dalam masa damai, IWF adalah elemen perancanaan operasional OI pada tataran komando atas. Pada masa perang, organisasi bentukan bernama air operation center (AOC) diaktifkan dan IWF membentuk tim OI yang bertugas mengintegrasikan divisi-divisi tempur di dalam AOC seperti Strategi, Perencanaan, ISR, Operasi Tempur dan lainlainnya. AOC adalah organisasi utama perencana dan pelaksana NWOps, InfOps dan EWOps diintegrasikan dan disinkronisasikan. o Organisasi EWOps. Electronic warfare coordination cell (EWCC) adalah organisasi perencana dan pelaksana penting untuk memadukan kegiatankegiatan satuan-satuan untuk mencapai tujuan-tujuan EW pada rencana kampanye. EWOps adalah operasi gabungan yang melibatkan ketiga angkatan perang sehingga salah satu tugas EWCC adalah melaksanakan koordinasi untuk integrasi semua aset yang ada untuk melaksanakan EWOps. o Organisasi NetOps dan NetD. NetOps dan NetD adalah satu bentuk operasi gabungan. Organisasi NetOps dan NetD bertugas menyediakan komandan kemampuan-kemampuan pendeteksian penggangguan dan garis batas pertahanan secara nyata-waktu, pengelolaan jaringan dan pemecahan kesalahan, fusi data, penilaian dan dukungan keputusan. Dalam aplikasinya, organisasi ini dibentuk menjadi hirarki operasional tiga-tingkat untuk mensinkronkan kemampuan berdasarkan pada strategi pengamanan defense-indepth. Hirarki tersebut adalah : 19

21 Gambar 5. Organisasi OI dalam paradigma [4]. Air Force Network Operation and Security Center (AFNOSC) berada pada hirarki tertinggi yang bertanggung jawab melaksanakan perencanaan, koordinasi, penugasan dan mengarahkan upaya-upaya NetOps dan NetD secara global. Network Operations Security Center (NOSC) berada pada hirarki tengah dan bertugas menyediakan komandan kemampuan-kemampuan taktis dan operasional. Network Control Center (NCC) merupakan hirarki terendah dan bertugas melaksanakan kegiatan-kegiatan pada tataran taktis. NCC menyediakan sarana untuk mendapatkan informasi dan keunggulan keputusan dalam mendukung misi strategis dan operasional pada tataran yang lebih tinggi. 20

22 IV. OPERASI INFORMASI DAN PERANG INFORMASI There is much more to electronic warfare than simply detecting enemy transmissions. Martin Van Creveld Technology and War Pada paradigma OI yang dinyatakan di dalam [3], PI adalah aspek penyerangan dan pertahanan OI dan mendukung semua fungsi-fungsi udara dan angkasa yang membentang pada semua fase operasi. OI adalah komplemen dari information-inwarfare (IIW) atau Informasi-dalam-Perang (IdP) yang berkaitan dengan aspekaspek eksploitasi OI. PI dan IdP dilaksanakan menyeluruh pada semua fase operasi dan meliputi wilayah operasi-operasi militer. Relasi kedua komponen tersebut di dalam konstruksi OI diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6. Relasi komponen PI dan IdP di dalam konstruksi OI. 21

23 Perang Informasi Dalam perspektif AU, kemampuan PI dalam melakukan penyerangan dan pertahanan disebut dengan lawan informasi (counterinformation) yang didefinisikan sebagai fungsi kekuatan udara dan angkasa yang membantu menegakkan keunggulan informasi dengan cara menetralisir atau mempengaruhi kegiatan-kegiatan informasi lawan pada tataran yang bervariasi tergantung kepada situasi. Counterinformation terdiri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat ofensif dan defensif. o Offensive Counterinformation (OCI) Operations. Disebut juga dengan Operasi Lawan Informasi Ofensif (OLIO) dirancang untuk membatasi, mencegah, melemahkan, memperdaya, menggangu atau menghancurkan kemampuan-kemampuan informasi lawan dan tergantung kepada pemahaman terhadap kemampuan-kemampuan informasi lawan. Tindakan-tindakan yang dilakukan meliputi penyerangan informasi dan sistem informasi lawan. OCI meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : Psychological Operations (PSYOP). Electronic Warfare (EW). Military Deception (MILDEC). Public Affairs (PA) Operations. Computer Network Attack (CNA). CNA adalah operasi uang diselenggarakan menggunakan sistem informasi untuk mengganggu, menyanggah, melemahkan dan menghancurkan informasi yang disimpan di dalam komputer dan jaringan komputer atau komputer dan jaringan komputer itu sendiri. Tujuan utama CNA adalah untuk mempengaruhi keputusan komandan lawan. Sarana utama CNA adalah komputer dan sarana telekomunikasi dan mereka juga merupakan sasaran utamanya. Physical Attack. Peran physical attack dalam CI adalah mempengaruhi informasi dan sistem informasi lawan dengan menggunakan persenjataan fisik untuk menciptakan satu dampak spesifik pada lawan. 22

24 o Defensive Counterinformation (OCI) Operations. Disebut juga dengan Operasi Lawan Informasi Defensif (OLID) yang bertujuan melindungi dan mempertahankan informasi dan sistem informasi kawan. DCI meliputi beberapa kegiatan sebagai berikut : Operation Security (OPSEC). Information Assurance (IA). IA meliputi keamanan komputer (computer security, COMPSEC) dan komunikasi (communication security, COMSEC) termasuk di dalamnya adalah ukuran-ukuran tertentu untuk mendeteksi, mendokumentasikan dan menghitung ancamanancaman pada komputer dan komunikasi. COMPSEC adalah pengukuran dan pengendalian yang diambil untuk meyakinkan CIA dari informasi yang diproses dan disimpan oleh komputer. Ini termasuk kebijakan, prosedur dan perangkat hardware dan software yang diperlukan untuk melindungi sistem komputer dan informasi. COMSEC adalah pengukuran dan pengendalian yang diambil untuk mencegah personil yang tidak bertanggung jawab mendapatkan informasi dari sarana telekomunikasi dan pada saat yang sama meyakinkan keaslian telekomunikasi. COMSEC meliputi keamanan sandi (cryptosecurity), keamanan transmisi, keamanan pancaran (emission security, EMSEC) dan keamanan fisik dari material dan informasi COMSEC itu sendiri. Computer Network Defense (CND). CND adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk merencanakan dan mengarahkan respon terhadap kegiatan tidak bertanggung jawab dalam menjaga sistem informasi dan jaringan komputer AU. Counterdeception (CD). CD adalah upaya untuk mengambil keuntungan dari atau meniadakan, menetralisir atau mengurangi dampakdampak dari operasi pengelabuan lawan. 23

25 Counterintelligence (CI). Public Affair (PA) Operations. Counterpropaganda Operations. Operasi ini melibatkan upaya-upaya untuk meniadakan, menetralisir, mengurangi dampak-dampak atau pengambilan keuntungan dari operasi psikologi atau upaya-upaya propaganda asing. Electronic Warfare (EW) khususnya Electronic Protection (EP). Gambar 7. Struktur OI dalam paradigma [3]. Informasi dalam Perang IdP mengidentifikasikan fungsi-fungsi kekuatan udara dan angkasa yang secara terus menerus menyediakan komandan kewaspadaan situasional sepanjang spektrum konflik. Fungsi-fungsi yang tercakup di dalam IdP adalah : 24

26 o Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR). ISR adalah kemampuankemampuan untuk melaksanakan tugas, mengumpulkan, mengolah, mengeksploitasi dan menyebarkan informasi tepat waktu dan akurat. ISR adalah fungsi kritis yang membantu menyediakan komandan kewaspadaan situasional dan ruang tempur penting untuk merencanakan dan menjalankan operasi dengan sukses. o Precision Navigation and Positioning (PNP). PNP mempunyai kemampuan untuk mendapatkan lokasi sasaran dan memberi operator kemampuan untuk menyerang sasaran dengan tepat di dalam area sensitif secara fisik. o Weather Operations (WOps). WOps menyediakan informasi penting mengenai lingkungan udara dan angkasa kepada pasukan. Informasi lingkungan adalah satu elemen kritis pada proses pembuatan keputusan untuk penggerakan kekuatan, perencanaan dan pelaksanaan operasi di udara, laut, darat dan angkasa. o Public Affair (PA) Operations. Komandan menggunakan operasi PA untuk mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi tidak rahasia kepada AU, masyarakat dalam dan luar negeri. Kegiatan-kegiatan PA dapat berupa penyiaran berita/informasi, hubungan masyarakat, program-program musik, informasi visual, wisata museum, perekrutan dan kamera tempur. Pengorganisasian OI Dalam implementasi OI di lapangan, terdapat empat organisasi utama yang mendukung dan menjamin keberhasilan OI yakni : o Divisi ISR. Terdiri dari tiga elemen yakni : Strategi. Perencanaan. Operasional. o IWF. Terdiri dari operator-operator informasi berpengalaman dari berbagai disiplin ilmu dan mempunyai tugas utama melaksanakan tugas-tugas lawan informasi dan membantu mengintegrasikan operasi-operasi OCI dan DCI. 25

27 IWF berkaitan erat dengan kegiatan special technical operation (STO) dalam bentuk sel-sel yang beranggotakan personil IWF. ISR dan IWF berada di dalam suatu organisasi bentukan yang disebut dengan AOC. o AFNOSC. NOSC menyediakan komandan informasi pendeteksian penyusupan jaringan dan garis batas pertahanan operasional secara nyatawaktu. Selain itu ia juga memberikan bantuan untuk melaksanakan IA dan CND. o Air Force Computer Emergency Response Team (AFCERT). Ia adalah organisasi garda terdepan AU yang ditujukan untuk CND. AFCERT menilai, menganalisa dan menyediakan pencegahan terhadap insiden-insiden dan kerawanan-kerawanan yang dilaporkan oleh peralatan pemantau yang digelar oleh AFNOSC atau dinas lainnya. AFCERT bertanggung jawab terhadap pertahanan jaringan AU dari CNA dan eksploitasi. o Air Force Information Warfare Center (AFIWC). AFWIC menciptakan keuntungan PI dengan cara mengekplorasi, mengembangkan, menggunakan dan mentransisikan teknologi lawan informasi, strategi, taktik dan data untuk mengendalikan ruang tempur informasi. Gambar 8. Organisasi OI dalam paradigma [3]. 26

28 V. KEUNGGULAN INFORMASI The real target in war is the mind of the enemy commander, not the bodies of 17 of his troops. Captain Sir Basil Liddell Hart Thoughts on War, 1944 Salah satu prioritas komandan adalah mendapatkan keunggulan keputusan (decision superiority) terhadap lawan dengan cara memperoleh keunggulan informasi dan mengendalikan lingkungan informasi. Tujuan dari keunggulan informasi adalah kewaspadaan dan pengendalian situasional yang lebih besar daripada lawan. Penggunaan efektif OI akan membawa kepada keunggulan informasi dan upaya untuk mencapai hal tersebut sangat tergantung kepada dua komponen mendasar sebagai berikut : o Pendekatan berbasis dampak (effect-based approach). Hal mendasar dalam keberhasilan OPSUD adalah kemampuan untuk menciptakan dampak penting untuk mencapai tujuan-tujuan kampanya pada tataran strategis, operasional dan taktis. Dampak Strategis. OI pada tataran ini harus mampu menciptakan dampak-dampak strategis dan memerlukan koordinasi dengan instrument kekuatan nasional lainnya. Dampak Operasional. OI pada tataran ini melibatkan penggunaan asetaset militer dan kemampuan-kemampuan untuk mencapai dampakdampak operasional melalui perancangan, pengorganisasian, pengintegrasian dan pelaksanaan kampanye-kampanye dan operasioperasi besar. Dampak Taktis. Fokus utama OI pada tataran taktis adalah untuk menangkal, melemahkan, memperdaya, mengganggu atau 27

29 menghancurkan penggunaan informasi dan sistem informasi lawan yang berkaitan dengan C2, intelijen dan pengolahan berbasis informasi kritis lainnya yang secara langsung berhubungan dengan pelaksanaan operasioperasi militer. o Perencanaan dan pelaksanaan OI yang terintegrasi dengan baik oleh organisasiorganisasi OI. Dalam era informasi, OI memainkan peran utama bahkan sebelum perang (terbuka) yang sebenarnya dilakukan. OI dilaksanakan secara terus menerus sejak dimulainya rencana OPSUD yang diawali dengan pengumpulan data intelijen hingga keputusan untuk melaksanakan perang diambil. Keunggulan informasi dapat dicapai melalui penangkalan, pelemahan, pengelabuan, penggangguan, pemerdayaan, perampasan dan penghancuran informasi dan sistem informasi lawan, dan pada saat yang bersamaan melakukan perlindungan dan pertahanan terhadap kegiatan OI lawan. Gambar 9. Tujuan akhir OI adalah keunggulan informasi. 28

30 VI. ANALISA OPERASI INFORMASI TNI AU The instruments of battle are valuable only if one knows how to use them. Charles Ardant du Picq Di dalam [1] dan [11], OI didefinisikan sebagai berikut : Operasi yang dilaksanakan untuk mendapatkan/menyebarkan, informasi dan/atau data intelijen sebanyak-banyaknya guna mendukung pelaksanaan operasi udara yang dilaksanakan dalam bentuk Operasi Lawan Informasi Ofensif (OLIO) dan Operasi Lawan Informasi Defensif (OLID). [1] Kegiatan/tindakan yang terencana denga memanfaatkan kekuatan dan kemampuan terpadu untuk mempengaruhi, mengeksploitasi baik informasi, sistem informasi maupun proses pengambilan keputusan pihak lawan termasuk upaya pembentukan opini publik dengan tetap memelihara dan mempertahankan informasi serta sistem informasi milik sendiri. [11] Dari definisi [1] yang merupakan tataran teratas panduan insan TNI AU di atas, dapat disimpulkan bahwa TNI AU mengadopsi OI dari paradigma OI yang tercantum di dalam [3] dengan meniadakan komponen IdP namun memasukkan elemen intelijen dari ISR sebagai bagian dari OLIO. Penjelasan detil OI TNI AU diberikan di dalam [11] sebagai berikut : o Operasi (Lawan) Informasi Ofensif (O(L)IO). O(L)IO adalah keterpaduan penggunaan kemampuan dan aktivitas untuk mempengaruhi, mengekploitasi sistem informasi dan informasi serta proses pengambilan keputusan lawan, dilaksanakan untuk mengacaukan perencanaan dan operasi lawan, menurunkan siklus pengambilan keputusan lawan dalam menjalankan misi dan instruksi 29

31 pergerakannya, serta mengacaukan kemampuan lawan dalam menghasilkan kemampuan tempurnya. Fungsi-fungsi di dalam O(L)IO adalah : Intelijen Udara (Intelud). Operasi Psikologi (PsyOps). Perang Elektronika (PE). Pengelabuan Militer (PgM). Penghancuran Fisik (PF). Penghancuran Jaringan Informasi (PJI). Gambar 10. Struktur OI TNI AU. o Operasi Lawan Informasi Defensif (O(L)ID). O(L)ID adalah keterpaduan dan koordinasi dan prosedur, operasi, personil dan teknologi yang digunakan untuk memproteksi dan mempertahankan sistem informasi dan informasi termasuk sensor, sistem senjata, sistem infrastruktur dan pengambilan keputusan. Fungsi-fungsi di dalam O(L)ID adalah : Kontra Intelijen (KI). Kontra Operasi Psikologi (KPsyOps). Perlindungan Elektronika (PdE). 30

32 Kontra Pengelabuan Militer (KPgM). Jaminan Informasi (JInfo). Pengamanan Operasi (PamOps). Pengorganisasian OI OI adalah salah satu macam operasi yang digelar oleh TNI AU dan mendukung OPSUD. Di dalam implementasinya, terdapat dua macam kemungkinan komando tugas didasarkan kepada situasi yang berlaku yakni : o Komando Operasi Permanen. Menggunakan struktur organisasi komando utama operasional dan dibentuk sesuai dengan instruksi komando atas. o Komando Operasi Bentukan. Menggunakan struktur organisasi bentukan Satuan Pelaksana Operasi Informasi (Satlakopsinfo). Gambar 11. Organisasi OI TNI AU. 31

33 Susunan tugas dalam penyelenggaraan OI adalah sebagai berikut : o OLIO terdiri dari unsur-unsur : Intelijen (Intel). Psikologi (Psi) untuk tugas-tugas PsyOps. Komunikasi dan Elektronika (Komlek) untuk tugas-tugas PE. Penerangan (Pen). Informasi dan Pengolahan Data (Infolahta) untuk tugas-tugas PJInfo. o OLID terdiri dari unsur-unsur : Intelijen untuk tugas-tugas KI. Psikologi untuk tugas-tugas KPsyOps. Komunikasi dan Elektronika (Komlek) untuk tugas-tugas PdE. Penerangan (Pen). Informasi dan Pengolahan Data (Infolahta) untuk tugas-tugas JInfo. Perbandingan Implementasi OI Untuk melihat lebih detil konsep OI TNI AU, tabel-tabel berikut menampilkan perbandingan OI dari [3], [1][11] dan [4] ditinjau dari elemen-elemen dan tugastugas yang dilaksanakan di lapangan. Tabel 1. Perbandingan Tipe Organisasi OI yang berlaku pada masa perang. OI [3] [1], [11] [4] Tipe Organisasi Bentukan Bentukan Bentukan Nama Organisasi AOC Satlakopsinfo AOC 32

34 Tabel 2. Perbandingan Elemen-elemen OI. OI [3] [1], [11] [4] Elemen Inti IW, terdiri dari : OCI Attack DCI Defend OLIO OLID InfOps NWOps EWOps Elemen Pendukung IIW, terdiri dari : ISR PNP WOps PA Tidak ada ICE, terdiri dari : ISR PBA PNT NetOps Tabel 3. Perbandingan Elemen-elemen OI (diperluas). OI [3] [1], [11] [4] Elemen Inti OCI Attack PSYOP MILDEC EW CNA Physical Attack PA OLIO PsyOps PgM PE PJInfo PF Intelud (*) InfOps PSYOP MILDEC OPSEC Counterpropaganda CI PA DCI Defend OLID NWOps OPSEC CD CI EP IA CND PA PamOps KPgM KI PdE JInfo KPsyOps (*) NetA NetD NS EWOps EA EP ES 33

35 Tabel 4. Perbandingan Organisasi Tugas OI. OI [3] [1], [11] [4] Pelaksana Tugas IWF STO Cell Intel Psi Pen Komlek Infolahta IWF IO Team ISR Strategy Planning Operational EWCC AFNOSC AFCERT AFNOSC NOSC NCC AFIWC Analisa Perbandingan Implementasi OI Dari data yang dipresentasikan dalam tabel-tabel perbandingan di atas, organisasi OI AU AS telah mengalami evolusi menjadi organisasi yang sederhana namun berdaya tinggi dengan direvisinya [3] ke [4]. Pada saat situasi bergerak ke situasi konflik, AOC dibentuk untuk merencanakan dan melaksanakan NWOps, InfOps dan EWOps. Dalam penggerakan EWOps dan NWOps, AOC berkoordinasi dengan EWCC dan AFNOSC. Di dalam AOC, IWF akan membentuk satu tim OI yang bertugas mengintegrasikan divisi-divisi tempur di dalam AOC seperti Strategi, Perencanaan, ISR, Operasi Tempur dan lain-lainnya. 34

36 Perubahan yang sangat signifikan adalah pada detil implementasi pertahanan dan perlindungan jaringan informasi yang meliputi seluruh infrastruktur komunikasi dan telekomunikasi serta perangkat yang berhubungan dengan pelayanan informasi dan pengolahan data yakni komputer dan jaringan komputer. Tindakan ini diimplementasikan dalam bentuk operasi yang disebut dengan NWOps dengan tiga elemen yang mengadopsi konsep EW yakni NetA, NetD dan NS. Dalam pelaksanaannya, NWOps dikendalikan oleh tiga hirarki organisasi dari tataran strategis, operasional dan taktis yang terdiri dari AFNOSC, NOSC dan NCC. Pembentukan organisasi pelaksanan NWOps tidak lepas dari pengalaman tembusnya pertahanan jaringan komputer Pentagon oleh serangan denial of service (DoS) beberapa waktu lalu padahal pada saat itu bukanlah situasi perang. Serangan ini membuka isu-isu baru bahwa masih banyak terdapat lubang-lubang keamanan (security holes) yang harus ditutup apalagi bila situasi menjadi genting dan perang tidak dapat dihindarkan lagi. Pembentukan organisasi pelaksana NWOps ini menyederhanakan fungsi komando karena AFCERT telah menjadi satu bagian di dalam organisasi tersebut. TNI AU masih mengadopsi konsep OI dari [3] dan hanya mengambil elemen-elemen yang dapat didukung oleh struktur organisasi telah ada yakni : o o o o Dinas Pengamanan dan Persandian TNI AU (Dispamsanau) untuk mendukung tugas Intel yang menyediakan fungsi Intelud dan KI. Hasil olahan dari Intel juga digunakan untuk melaksanakan fungsi PF. Dinas Psikologi (Dispsi) untuk mendukung tugas Psi yang menyediakan fungsi PsyOps dan KPsyOps. Dinas Penerangan (Dispen) untuk mendukung tugas Pen yang menyediakan fungsi Pen. Fungsi Pen ini tidak berbeda dengan fungsi PA. Dinas Komunikasi dan Elektronika (Diskomlek) untuk mendukung tugas Komlek yang menyediakan fungsi PE dan PdE. 35

37 o Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Disinfolahta) untuk mendukung tugas Infolahta yang menyediakan fungsi PJInfo dan JInfo. Secara organisatoris tugas Intel untuk melaksanakan fungsi Intelud dan KI sudah cukup mapan. Di dalam [13] telah dicantumkan staf yang bertugas menangani kegiatan Intelud. Data-data hasil SR diperoleh dari operasi patroli penerbangan yang dilaksanakan pesawat Boeing side-looking airborne multimode radar (SLAMMR) Skadron Udara 5 maupun pesawat-pesawat tempur yang sedang melaksanakan operasi pada suatu area tertentu. Dispsiau dan Dispenau secara organisastoris juga telah mapan. Yang perlu ditangani adalah kepakaran dan kualifikasi yang harus dimiliki oleh personil yang akan dilibatkan di dalam OI. Di dalam organisasi Diskomlekau telah ada staf yang bertugas menangani PE yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut agar selalu mengikuti perkembangan terkini. Perkembangan terkini adalah munculnya teknologi command, control, communication, computer, intelligence, sureveillance and reconnaissance (C4ISR) yang sangat berkaitan erat dengan OI [21]. Teknologi ini memadukan berbagai disiplin ilmu untuk mendapatkan keunggulan tempur terhadap lawan. Yang menjadi perhatian adalah pemberdayaan Infolahta sebagai bagian dari OI adalah sudahkah Infolahta didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber daya utama adalah personil dan peralatan. Secara historis, Infolahta di TNI AU selama ini melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan pengolahan data elektronik (PDE) seperti database personil dan yang berhubungan dengannya, yang sangat jauh dari kegiatan-kegiatan yang berbau NWOps. Mungkin secara individu ada personil Infolahta yang mempunyai kemampuan seperti itu yang diperoleh secara informal. Namun apakah kemampuan tersebut memenuhi kualifikasi, belum ada ukuran yang dapat digunakan sebagai standar di TNI AU. 36

38 OI adalah hal yang baru bagi militer Indonesia khususnya TNI AU sehingga untuk saat ini efektifitas operasionalitas organisasi tugas dan fungsi OI yang diamanahkan di dalam [1] dan ditindak lanjuti dengan dikeluarkannya [11] belum dapat dinilai. Di era informasi ini, Indonesia belum pernah melaksanakan perang terbuka melawan negara lain sehingga kegiatan yang dilaksanakan selama ini adalah latihan perangperangan untuk mempertahankan kesiapan tempur dan belum melibatkan unsur OI di dalamnya. Ada beberapa perang yang telah dialami oleh Indonesia dan dapat dijadikan bahan analisa OI yakni : o o Perang di Timor Timur yang berakhir dengan lepasnya propinsi tersebut menjadi negara Timor Leste. Lepasnya propinsi ini tidak lepas dari OI yang dilakukan oleh Australia dengan Interfet-nya melalui kegiatan public information (PI) yang melekat di dalam Operation Stabilise sebagaimana dianalisa di dalam [8]. Perang di Propinsi NAD dengan gerakan aceh merdeka (GAM) yang berakhir dengan perdamaian. Dari sisi OI, militer gagal melakukan penyekatan dan penghancuran informasi dan jaringan informasi GAM baik di dalam maupun luar negeri sehingga GAM melakukan OI sehingga menarik perhatian pihak luar yang seharusnya tidak perlu. Hal ini ditunjukkan adanya media massa lokal dan internasional yang dapat mewawancarai petinggi GAM secara langsung di daerah konflik melalui saluran telekomunikasi yang ada. OI AS telah diuji cobakan pada Operation Iraqi Freedom (OIF) sebagaimana dinyatakan dalam [4] bahwa :.. information operations in combination with kinetic operations collapsed the Iraqi command and control structure, neutralized the Iraqi integrated air defense system while reducing the destruction to facilities and reducing the number of sorties and risk to pilots flying over Iraq. 37

39 Hal yang sama juga disampaikan di dalam [15] bahwa OI sangat berguna dalam menghancurkan kekuatan gerilyawan melalui penyekatan informasi sehingga secara perlahan lawan kehilangan kemampuan informasinya dan memberikan keunggulan informasi sendiri. The IO task is to influence guerrilla informationcollection efforts by employing psychological operations (PSYOP) and SOF teams to increase support for the U.S. mission. Over time this should reduce the guerrillas information advantage and increase U.S. access to actionable information. Dari evaluasi OIF dan operasi-operasi lainnya yang digelar oleh AS, diterbitkan pola terbaru OI yang dicantumkan di dalam [4] dan [5]. 38

40 VII. KONSEP ORGANISASI TNI AU DAN ORGANISASI OI TNI AU MENDATANG Good will can make any organization work; conversely the best organization in the world is unsound if the men who have to make it work don t believe in it. James Forrestal OI adalah suatu operasi besar yang melibatkan banyak pihak dan membutuhkan sumber daya manusia, peralatan, metode dan anggaran yang tidak sedikit. Organisasi dan tugas OI yang dicantumkan di dalam [11] memang belum pernah dilaksanakan sama sekali karena masih memerlukan proses yang cukup panjang agar aplikatif di lapangan. Masih ada beberapa tahapan yang harus dilalui sebelum konsep OI ini diuji cobakan di lapangan. Ada keuntungan bahwa OI TNI AU belum pernah diuji cobakan di lapangan sehingga ada kesempatan untuk mengadopsi paradigma baru yang digunakan oleh AS dalam implementasi OI. OI AS sudah terbukti berhasil di lapangan dengan digulingkannya pemerintahan Irak yang dilanjutkan dengan proses pemulihan keamanan di negara tersebut. Terlepas adanya kesalahan intepretasi informasi intelijen mengenai ada tidaknya WMD di Irak, harus diakui bahwa OI berhasil mempengaruhi dunia internasional untuk mendukung AS beserta sekutunya melakukan invasi ke Irak. Saat ini, negara-negara sekutu AS mengadopsi OI AS termasuk Australia sekutu terbesar dan terdekat dengan Indonesia. Dengan pertimbangan di atas, mengadopsi OI AU AS hanyalah satu-satunya pilihan bagi TNI AU agar mempunyai kemampuan tempur di era PI saat ini dan mendatang. Pada bagian ini akan disampaikan konsep organisasi OI TNI AU dengan paradigma baru. Konsep ini secara otomatis akan berimbas pada adanya pengembangan pada 39

41 struktur organisasi TNI AU agar mampu mendukung kegiatan-kegiatan OI ketika satuan tugas OI dibentuk. Organisasi NWOps NWOps adalah elemen mendasar untuk berperang di dunia digital. Oleh karena itu TNI AU harus memiliki satu organisasi yang khusus menangani semua kegiatan di bidang ini dan tidak dicampur adukkan dengan kegiatan-kegiatan yang pengolahan data elektronik sebagaimana yang dilaksanakan selama ini oleh Disinfolahta. NWOps bertindak dalam skala nasional karena dalam situasi perang ia akan mengendalikan dan memonitor seluruh jaringan telekomunikasi dan komputer nasional. Dengan demikian sebaiknya dibentuk satu organisasi setara dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dengan nama Komando Operasi Jaringan Informasi Nasional (Koopsjarinfonas) yang berkedudukan di bawah Kepala Staf TNI AU (KSAU) sebagaimana dipresentasikan pada Gambar 11. Gambar 12. Struktur organisasi Koopsjarinfonas. 40

42 Di bawah Koopsjarinfonas terdapat empat Komando Sektor Jarinfo (Kosekjarinfo) menyesuaikan jumlah Kosek yang berada di dalam struktur organisasi Kohanudnas. Jumlah Kosek ini diatur sedemikian rupa agar dapat dengan mudah berkoordinasi dengan Kohanudnas yang mempunyai satuan-satuan yang melaksanakan EWOps. Di tiap Kosekjarinfo digelar Pusat Komando dan Pengendalian Jaringan Informasi (Puskodaljarinfo) yang bertugas memonitor penggunaan jaringan dan mendeteksi kemungkinan adanya penggangguan jaringan. Organisasi OI Satlakopsinfo adalah satuan pelaksana OI di lapangan. Unit ini dapat dianalogikan dengan tim OI yang dibentuk oleh IWF dengan tugas mengintegrasikan divisi-divisi tempur OI. Dengan merujuk pada Bab IV, organisasi OI TNI AU akan berevolusi ke bentuk yang dipresentasikan pada Gambar 12. Gambar 13. Konsep pengembangan organisasi OI TNI AU. 41

43 Pada pengembangan organisasi OI ini pendistribusian tugas tampak lebih adil dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Tugas Koopsinfoops akan lebih terfokus pada kegiatan-kegiatan InfOps. Porsi PE dan PdE diambil alih oleh Kohanudnas dan porsi PJInfo dan JInfo berada di bawah tanggung jawab Koopsjarinfo. Satlakopsinfo bertugas melakukan koordinasi tataran operasional dan taktis dengan sel-sel EWOps dan NWOps. Dengan demikian distribusi tugas-tugas OI adalah sebagai berikut : o Koopsinfoops melaksanakan tugas-tugas : Intel yang merupakan analogi dari I dalam fungsi ISR. Intel juga melaksanakan kegiatan PamOps. PsyOps dan KPsyOps. PgM dan KPgM. KPgM adalah analogi dari CD. Pen yang merupakan analogi dari PA. o Kohanudnas melaksanakan tugas-tugas : PE yang merupakan analogi dari EW dengan tiga elemen EA, EP dan ES. PdE yang merupakan EP. o Koopsjarinfo melaksanakan tugas-tugas : PJInfo yang merupakan analogi dari NetA. JInfo yang merupakan analogi dari IA yang berkaitan erat dengan NeD. AOC OI berada di Pusat komando dan pengendalian (Puskodal) OI di markas Koopsinfo sedangkan untuk pengendalian operasional dan taktis pada tataran satuan pelaksana dilakukan melalui Ruang Operasi (Ruops) dan Pos Komando Taktis (Poskotis). 42

44 VIII. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERSONIL OI I m firmly convinced that leaders are not born; they re educated, trained, and made, as in every other profession. To ensure a strong, ready Air Force, we must always remain dedicated to this process. General Curtis E. LeMay CSAF, OI merupakan kompetensi militer inti dihadapkan pada era TI yang berkembang sangat pesat. Karakteristik OI sebagai operasi gabungan merupakan komponen kritis yang memerlukan keahlian dan kemampuan pada semua tataran pertahanan. Oleh karena itu, pada setiap tataran komando, pondasi pendidikan dan pelatihan yang mantap adalah hal mendasar pada pembangunan kompetensi inti ini. Pendidikan dan pelatihan profesional sangat tergantung kepada akumulasi pengalaman yang diperoleh dalam kegiatan operasi dan latihan. Agar OI dapat dilaksanakan sesuai prosedur operasi standar diperlukan personil-personil dengan kualifikasi khusus. Sebagaimana organisasi OI yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, Satlakopsinfo adalah pelaksana lapangan OI yang beranggotakan personil-personil ahli dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, setiap personil harus memperoleh pembekalan berupa pendidikan dan pelatihan agar mempunyai kesamaan pola pikir dan tindak dalam melaksanakan OI dari basis keahlian yang dimilikinya. Prinsipprinsip dasar yang diperlukan adalah : o Pendidikan OI harus mencakup spesialis kemampuan inti (InfOps, EWOps dan NWOps) dan perencana OI. Kedua kelompok tersebut harus mendapatkan pembekalan awal tentang : Lingkungan informasi. Peran OI dalam operasi militer. 43

45 o Bagaimana OI berbeda dari fungsi-fungsi informasi lainnya yang berkontribusi pada keunggulan informasi. Pengetahuan khusus tentang kemampuan inti OI dalam integrasinya pada operasi gabungan. Pelatihan OI difokuskan pada ketrampilan-ketrampilan perencanaan spesifik, metodologi dan peralatan. Dari sisi pendidikan, pengetahuan OI sebaiknya telah dimasukkan di dalam kurikulum pendidikan kejenjangan yang terdiri dari : o Akademi TNI AU (AAU). o Sekolah Dasar Kecabangan (Sesarcab) yang meliputi : Sesarcab Penerbang dan Navigator. Sesarcab Elektronika. Sesarcab Teknik dan Pembekalan. Sesarcab Administrasi dan Khusus. Sesarcab Pasukan. Sesarcab Kesehatan. o Sekolah Kesatuan Komando TNI AU (Sekkau). o Sekolah Staf dan Komando TNI AU (Seskoau) o Sesko TNI. OI adalah multi spektrum sehingga dapat diajarkan di dalam semua tataran pendidikan di TNI AU. Bahkan bila diperlukan dapat diberikan pada tataran pendidikan Bintara dan Tamtama sebagai pengenalan. Untuk para pelaksana OI disyaratkan harus mempunyai keahlian khusus atau spesialisasi sehingga setidaknya mereka harus lulusan S-1 yang relevan dengan tugas-tugas OI. Sejauh ini hanya negara-negara maju yang telah melaksanakan pendidikan dan pelatihan OI. Sebagaimana tercantum dalam [7], untuk tingkat perguruan tinggi, DoD AS menunjuk Naval Post-Graduate School (NPGS) untuk menyiapkan 44

46 pendidikan setingkat S-1 di bidang OI dan program khusus yang meliputi segi teknis dan psiko-sosial. Di samping itu Joint Forces Staff College (JFSC) bekerja sama dengan National Defense University (NDU) juga melaksanakan kursus-kursus OI diantaranya adalah : o Joint Information Operations Orientation Course (JIOOC). JIOOC dijelaskan secara lebih detil pada [19]. o Joint Information Operations Planning Course (JIOPC). JIOPC dijelaskan secara lebih detil pada [9] dan [20] o Bebeapa kursus lainnya dapat dilihat di [18]. Pendidikan dan pelatihan memberikan dasar untuk melaksanakan OI yang efektif. Setiap insan AU harus mempunyai pemahaman umum mengenai kemampuankemampuan OI. Di lain sisi, personil OI harus melalui proses pelatihan khusus OI yang berkaitan dengan bidang keahlian mereka dan harus mengetahui kontribusi spesialisasi mereka dalam pencapaian keunggulan informasi. Tujuan dari pendidikan dan pelatihan adalah untuk meyakinkan bahwa para pelaksana OI memahami, prinsip-prinsip, konsep-konsep dan karakteristik-karakteristik OI. Meskipun tidak semua insan AU memerlukan kursus OI, setiap insan harus memahami bahwa OI adalah kunci kemampuan AU untuk mencapai keunggulan informasi dan keunggulan udara. 45

47 IX. KESIMPULAN DAN SARAN So ends the bloody business of the day. Homer Kesimpulan OI adalah operasi yang digelar dengan mengintegrasikan pemberdayaan InfOps, EWOps dan NWOps bekerja sama dengan ICE untuk mempengaruhi, mengganggu, merusak atau merampas informasi dan pengambilan keputusan manusia dan terotomasi dengan tetap melindungi dan mempertahankan milik sendiri. Konsep OI dimunculkan didasarkan pada pengalaman bahwa informasi adalah senjata dan sekaligus sebagai sasaran untuk mendapatkan keunggulan tempur. Kecepatan dan ketepatan komandan memberikan instruksi di lapangan sangat tergantung pada lingkungan informasi yang terdiri dari dimensi fisik, informasional dan kognitif dimana OODA berinteraksi dengan informasi dan menjadi dasar mengenal kemampuan-kemampuan OI. PI adalah bagian melekat OI yang difokuskan pada aspek penyerangan dan pertahanan OI. Aspek lain yang berkaitan dengan PI dapat dilihat pada [17]. Evolusi OI AS yang cukup cepat membuat TNI AU yang mengadopsi paradigma [3] harus cepat menyesuaikan dengan perubahan ini agar tidak salah dalam mengantisipasi PI di masa mendatang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diajukan saran pengembangan organisasi TNI AU dan organisasi OI untuk mengakomodir paradigma baru dalam [4]. Pengembangan dilakukan dengan penekanan pada pembentukan organisasi NWOps yang disebut dengan Koopsjarinfonas beserta struktur di bawahnya agar tidak mengganggu fungsi Disinfolahta yang telah mapan saat ini. Di samping itu dilakukan penggeseran tugas EWOps ke Kohanudnas yang 46

48 telah memiliki sarana PE sehingga tugas utama Satlakopsinfo terfokus kepada InfOps. Komposisi dan disposisi personil menyesuaikan kedudukan Kosekjarinfo. Para personil OI adalah mereka yang mempunyai keahlian di bidang masing-masing ditambah dengan pembekalan mengenai OI agar mempunyai persepsi yang sama dan memahami karakteristik, dalam melaksanakan kegiatan operasi. Personil pelaksana OI harus mempunyai bekal keahlian profesi S-1. Pendidikan dan pelatihan OI harus telah dimasukkan di dalam kurikulum pendidikan kejenjangan sejak dari AAU hingga Sesko TNI dan kursus-kursus yang relevan mengingat karakteristik OI sebagai sebuah operasi gabungan. Pengenalan OI juga dapat diberikan pada tataran pendidikan Bintara dan Tamtama serta para PNS yang bekerja di lingkungan TNI AU. Hal ini perlu dilakukan karena semua insan AU harus memahami bahwa OI adalah kunci utama menuju keunggulan informasi dan keunggulan udara. Saran OI adalah elemen mendasar pada semua bentuk operasi yang digelar oleh TNI AU karena OI melingkupi spektrum yang luas baik di masa damai maupun perang. Indonesia memang tidak sedang dan akan berperang dengan negara manapun, namun bukan berarti OI tidak aktif. Pada masa damai OI harus tetap beroperasi sebagai tindakan pencegahan dan melakukan pendeteksian dini setiap upaya perusakan, penggangguan dan perampasan informasi dan sistem informasi sendiri. Oleh karena itu disarankan agar pengetahuan OI segera dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan semenjak dini. Untuk tahap awal, mata kuliah OI dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan AAU. Ini adalah sarana yang baik untuk mendorong terwujudnya AAU dengan masa pendidikan 4 (empat) tahun dan lulusannya berhak menyandang gelar sarjana S-1. Untuk ke depan, TNI AU juga dapat menggelar suatu seminar atau kegiatan sejenis mengenai OI dengan mengundang pakar dari berbagai disiplin ilmu baik dari sipil maupun militer, dari dunia pendidikan, industri dan tokoh masyarakat. Hal ini perlu 47

49 dilakukan karena OI tidak hanya perlu diketahui oleh lingkungan militer saja, namun juga oleh masyarakat umum walaupun dalam porsi terbatas. Kegiatan ini sebenarnya sudah merupakan OI dalam konteks PA. Di samping itu, TNI AU dapat melakukan inventarisasi berbagai potensi masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan OI TNI AU masa kini dan mendatang. Tantangan di Depan OI akan selalu berevolusi dan berkembang mengikuti perkembangan TI dan pola pertempuran. Hal tersebut akan memberi dampak pada metodologi OI yang harus diimplementasikan sehingga akan merubah paradigma OI. Data terbaru dari [5] menyampaikan bahwa struktur OI akan berubah lagi menjadi tiga kelompok dengan distribusi sebagai berikut : o Kemampuan Inti (core capabilities). Terdiri dari EW, PSYOP, MILDEC, OPSEC dan Computer Network Operations (CNO). o Kemampuan Pendukung (supporting capabilities). Terdiri dari IA, physical attack, physical security, CI dan Combat Camera (CC). o Kemampuan yang Berkaitan (related capabilities). Terdiri dari PA, Civil- Militay Operations (CMO) dan Defense Support to Public Diplomacy (DSPD). Perubahan yang cepat ini menuntut TNI AU mampu merespon dengan cepat sehingga struktur organisasi OI harus luwes, dinamis dan dapat bermetamorfosa dengan cepat. Kecepatan perubahan sangat tergantung kepada kemampuan sumber daya yang ada namun setidaknya minimum essential force dapat dicapai sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika mengunjungi Indo Defence Expo & Forum 2006 di Jakarta bulan Nopember 2006 lalu [14]. 48

50 Referensi [1], Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa, Surat Keputusan KASAU No. : KEP/22/VII/2004, 29 Juli 2004, Mabes TNI AU, Jakarta. [2], Department of Defense Dictionary of Military and Associated Terms, Joint Publication 1-02, US Joint Chief of Staff, 12 April 2001 (amended through 17 September 2006). [3], Information Operations, Air Force Doctrine Document 2-5, Headquarter Air Force Doctrine Center, 4 January [4], Information Operations, Air Force Doctrine Document 2-5, Headquarter Air Force Doctrine Center, 11 January [5], Information Operations, Joint Publication 3-13, US Joint Chief of Staff, 13 February [6], Information Operations, Directive number rev. One, Department of Defense, October [7], Information Operations Roadmap, Department of Defense, 30 October [8], Information Operations: The Hard Reality of Soft Power, download tanggal 28 Desember 2006, jam WIB. [9], Joint Information Operations Planning Handbook, Joint Command, Control and Information Warfare School, US Joint Forces Staff College, July [10], Military Deception, Joint Publication , US Joint Chief of Staff, 13 July [11], Naskah Sementara Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI AU tentang Operasi Informasi, Surat Keputusan KASAU No. : SKEP/133/VII/2005, Juli 2005, Mabes TNI AU, Jakarta. [12], Operation Security, Joint Publication , US Joint Chief of Staff, 29 June [13], Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Eselon Pelaksana Pusat tingkat Mabesas: Dispamsanau, Surat Keputusan KASAU No. : KEP/4/III/2004, 1 Maret 2004, Mabes TNI AU, Jakarta. [14], Presiden Minta Utamakan Alutsista Dalam Negeri, Koran Seputar Indonesia, 23 Nopember 2006, hal. 1 dan 15. [15], Psychological Operations, Air Force Doctrine Document 2-5.3, Headquarter Air Force Doctrine Center, 27 August [16] Emery, Norman, US Army Major, Information Operations in Iraq, Military Review, May-June 2004, pp [17] Erbschloe, Michael, Information warfare: how to survive cyber attacks, Osborne/McGraw-Hill, [18] [19] [20] [21] Zehetner, Albert, Information Operations: The Impacts on C4I Systems, AOC International Symposium and Exhibition, Adelaide, Australia 2004, pp

51 Arwin D.W. Sumari meraih gelar S-1 dari Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Indonesia pada tahun 1996 dan sekarang sedang mengejar gelar S-2 bidang Teknik Komputer di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), ITB, Bandung. Dia juga seorang Perwira TNI AU lulusan Akademi TNI Angkatan Udara (AAU), Yogyakarta, Indonesia tahun 1991 dengan pangkat terakhir Mayor Elektronika (Lek). Saat ini berdinas di AAU sebagai Dosen di Departemen Elektronika (Deplek) setelah sebelumnya menangani Full Mission Simulator F-16A di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur antara tahun Mayor Lek Arwin pernah menjadi In Plant Team Leader dan Software Engineer Simulator F-16A di Thomson Training and Simulation Ltd. (TT&SL), Crawley, United Kingdom pada tahun Dia memegang beberapa kualifikasi Simulator F-16A untuk System Administrator (SA), Flight Simulator Maintenance Engineer (FSME), Flight Simulator Instructor (FSI) dan Visual Database Modeling Engineer (VDBM). Dia juga pernah menjadi anggota Himpunan Ahli Intelejensia Artifisial Indonesia (HAIAI) pada tahun Mayor Lek Arwin D.W. Sumari dapat dihubungi melalui alamat dan atau kunjungi situs pada alamat dan Ucapan Terima Kasih Naskah tidak akan selesai tanpa bantuan dari DR. Ir. Budi Rahardjo, MSc, selaku dosen mata kuliah Keamanan Sistem Lanjut EC-7010 dan Kapten Sus Yudi Adha, staf di Dispamsanau Mabes TNI AU, Jakarta. Penulis menyampaikan hormat dan terima kasih atas bantuan beliau berdua. Semoga naskah ini bermanfaat untuk kemajuan TNI AU dan ITB. - Daemon 50

Edisi Juli Diterbitkan oleh DINAS PENERANGAN ANGKATAN UDARA

Edisi Juli Diterbitkan oleh DINAS PENERANGAN ANGKATAN UDARA Diterbitkan oleh DINAS PENERANGAN ANGKATAN UDARA ii ANGKASA CENDEKIA Pelindung : Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia Kepala Staf Angkatan Udara Penanggungjawab : Marsekal Pertama TNI SB. Supriyadi Kepala

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DAN PERBEDAAN ANTARA INFORMATION WARFARE DAN CYBER WARFARE 1

PERBANDINGAN DAN PERBEDAAN ANTARA INFORMATION WARFARE DAN CYBER WARFARE 1 PERBANDINGAN DAN PERBEDAAN ANTARA INFORMATION WARFARE DAN CYBER WARFARE 1 Istilah Information Warfare (Peperangan Informasi) digunakan secara luas saat ini oleh berbagai pihak. Information Warfare di definisikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. No.110, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KOMUNIKASI DAN ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara

Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara 1 Peranan Geographic Information System (GIS) pada Operasi Udara Oleh : Mayor Lek Arwin D.W. Sumari, S.T. Kasubdep Sislek Deplek AAU Bayangkan betapa mudahnya bila hanya dengan menekan tombol atau me-klik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 86, 2012 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kebijakan. Sistem Informasi. Pertahanan Negara. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN

Lebih terperinci

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK Oleh: Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. 1 Menilik urgensi pembentukan Badan Siber (Cyber) Nasional (BSN/BCN)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 2012, No.86 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA 1. Latar Belakang.

Lebih terperinci

Strategi Operasi Kontra Intelijen Cyber Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Negara Indonesia

Strategi Operasi Kontra Intelijen Cyber Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Negara Indonesia Strategi Operasi Kontra Intelijen Cyber Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Negara Indonesia Elsa Vinietta - 23215130 Abstrak Operasi Kontra Intelijen Cyber menjadi hal yang penting untuk dapat diterapkan

Lebih terperinci

CYBER WAR. (Memahami Perang Cyber)

CYBER WAR. (Memahami Perang Cyber) CYBER WAR (Memahami Perang Cyber) LATAR BELAKANG Laju berkembangnya perkembangan teknologi informasi dewasa ini,menyebabkan penguna fasilitas catting,twitter,facebook,dan jaringan sosial media lainya di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2008 DEPARTEMEN. PERTAHANAN. TNI. Telekomunikasi. Khusus. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI KHUSUS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.732, 2011 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Persandian Pertahanan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN DAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

Kaji Ulang Pertahanan Negara -Andi Widjajanto * -

Kaji Ulang Pertahanan Negara -Andi Widjajanto * - 1 Kaji Ulang Pertahanan Negara -Andi Widjajanto * - Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan suatu model kaji ulang pertahanan negara yang diperlukan untuk membangun suatu angkatan bersenjata yang profesional,

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS

DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DUKUNGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENATAAN SIMPUS Rapat Koordinasi Penyiapan Teknis SIMPUS Departemen Kesehatan Surabaya 29 Mei 2007 Hadwi Soendjojo - Kepala Pusat

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Global Positioning System (GPS) 2.1.1 Pengertian GPS Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap L1 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Apa visi dan misi instansi? 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap bagian? 3. Bagaimana proses bisnis instansi? 4. Sejak tahun

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERANCANGAN MODEL

BAB III ANALISIS PERANCANGAN MODEL BAB III ANALISIS PERANCANGAN MODEL Pada bab ini dibahas perancangan model sistem perintah (Command System) dengan mengacu pada model siklus OOKT. Berbagai lambang pada model sebagian besar diambil dari[16].

Lebih terperinci

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017 Badan Siber Terwujud 06 Juni 2017 Setelah begitu lama ditunggu, akhirnya Indonesia segera mempunyai badan yang khusus mengurusi keamanan siber Tanah Air. Adalah Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah skor antara dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan Memiliki hubungan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1991 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1991 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1991 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk terciptanya pelayanan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Tujuan Pembelajaran Memahami Konsep dasar SIM Mempunyai Gambaran Umum

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 24 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang terbagi ke dalam 33 propinsi memiliki daerah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang besar. Jumlah total luas daratan adalah 1.919.440

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA I. UMUM Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom KEAMANAN SISTEM INFORMASI Gentisya Tri Mardiani, S.Kom Pendahuluan Sistem Informasi Ward, J. dan Peppard, J. (2003) Information systems as the means by which people and organizations, utilizing technology,

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom

KEAMANAN SISTEM INFORMASI. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom KEAMANAN SISTEM INFORMASI Gentisya Tri Mardiani, S.Kom., M.Kom Pendahuluan Sistem Informasi Ward, J. dan Peppard, J. (2003) Information systems as the means by which people and organizations, utilizing

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG Pendahuluan 1. TNI

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.HH-01.TI.05.02 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT DATA DAN RUANG SERVER DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu. Menurut Sri Suhartini Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi LAPAN tentang Komunikasi Radio HF untuk Dinas Bergerak disampaikan bahwa: komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 88 TAHUN 2000 TENTANG KEADAAN DARURAT SIPIL DI PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Portfolio Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT INTELKAM STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN I. PENDAHULUAN 1. Umum : a. Dalam rangka prelaksanaan tugas pokok

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT Faktor Domain Bisnis 1. Strategic Values 1.1. Strategic Match Dititikberatkan pada tingkat/derajat dimana semua proyek teknologi informasi atau sistem informasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR Petunjuk: Berilah skor antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali Sangat sedikit hubungannya Sedikit berhubungan Cukup berhubungan 4 Memiliki

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Pengertian Sistem dan Informasi Sistem Suatu jaringan kerja dari

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta meluasnya perkembangan infrastruktur informasi global telah mengubah pola dan cara beraktivitas pada organisasi,

Lebih terperinci

Perlunya Teknologi Informasi

Perlunya Teknologi Informasi Perlunya Teknologi Informasi Teknologi informasi diterapkan untuk pengelolaan informasi karena: Meningkatnya kompleksitas dari tugas manajemen Pengaruh ekonomi internasional Perlunya waktu tanggap yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan pembangunan yang semakin pesat saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja perusahaan,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.190, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. Wilayah. Penataan. Penetapan. Perencanaan. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 46, 1991 ( PERHUBUNGAN. TELEKOMUNIKASI. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Computer & Network Security : Information security. Indra Priyandono ST

Computer & Network Security : Information security. Indra Priyandono ST + Computer & Network Security : Information security Indra Priyandono ST + + Outline n Information security n Attacks, services and mechanisms n Security attacks n Security services n Methods of Defense

Lebih terperinci

STRATEGI MANAJEMEN. Oleh : I Kadek Martha Prayoga ( )

STRATEGI MANAJEMEN. Oleh : I Kadek Martha Prayoga ( ) STRATEGI MANAJEMEN Oleh : I Kadek Martha Prayoga (2016081017) UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA TAHUN AJARAN 2016/2017 Soal 1. Apa yang engkau peroleh? Bahas dan jelaskan! 2. Guru adalah panutan bagi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

AKADEMI ESENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PIMPINAN PEMERINTAHAN Modul 6 Keamanan Jaringan dan Keamanan Informasi dan Privasi

AKADEMI ESENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PIMPINAN PEMERINTAHAN Modul 6 Keamanan Jaringan dan Keamanan Informasi dan Privasi 1 AKADEMI ESENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNTUK PIMPINAN PEMERINTAHAN Modul 6 Keamanan Jaringan dan Keamanan Informasi dan Privasi Universitas Gunadarma Magister Sistem Informasi Tugas Matakuliah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Strategik SI/TI 1 Tantangan Pengelolaan IT Perubahan teknologi (TI) semakin cepat. Aplikasi dan data semakin banyak overload informasi. Perkembangan bisnis yang semakin

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) A-228 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-228 Evaluasi Keamanan Informasi Pada Divisi Network of Broadband PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dengan Menggunakan Indeks

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

Sistem, Sub Sistem dan Supra Sistem

Sistem, Sub Sistem dan Supra Sistem Bab 2 Teguh Wahyono PPTI UKSW MEMAHAMI SISTEM INFORMASI Bab ini menjelaskan tentang : Pengertian Sistem. Parameter sebuah sistem. Klasifikasi sistem. Pengendalian sistem Pengertian Sistem Informasi. Manfaat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang. Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar

BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar BAGAIMANA STRATEGI BERKEMBANG DI DALAM ORGANISASI? Oleh: Tri Widodo W. Utomo Pengantar Pembahasan mengenai hal ini berkisar sekitar dasar-dasar pembentukan strategi. Atau dengan kata lain, ingin diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

BAB III TAHAPAN PEMBANGUNAN DECISIONS SUPPORT SYSTEM UNTUK OPERASI UDARA

BAB III TAHAPAN PEMBANGUNAN DECISIONS SUPPORT SYSTEM UNTUK OPERASI UDARA BAB III TAHAPAN PEMBANGUNAN DECISIONS SUPPORT SYSTEM UNTUK OPERASI UDARA 3.1 Pengantar Dengan berlandaskan pada model proses Waterfall dan mengadopsi model proses standar industri US Department of Defense

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) 1. Pengembangan Integratif Terwujudnya postur TNI yang siap melaksanakan tugas pokok dan dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional.

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek: a. Origin

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII A. Organisasi Militer TII Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan menyempurnakan angkatan perang TII. Sejak waktu itu susunan

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Peran

Lebih terperinci

dan terminal masukan/keluaran.

dan terminal masukan/keluaran. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem 2.1.1. Elemen Sistem Sistem informasi terdiri dari elemen-elemen yang terdiri dari orang, prosedur, perangkat keras, perangkat lunak, basis data, jaringan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi, semua sistem pada bidang-bidang tersebut

Lebih terperinci

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5 Dimensi Kelembagaan Perencanaan Kebijakan 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Kelembagaan Aplikasi Infrastruktur 1 KONSEP KELEMBAGAAN 2 Pembentukan Organisasi: Elemen-Elemen Utama Elemen-elemen yang perlu

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

PAPARAN KASUBDIS JARAH PADA RAKORNIS SEJARAH TNI TAHUN 2018

PAPARAN KASUBDIS JARAH PADA RAKORNIS SEJARAH TNI TAHUN 2018 PAPARAN KASUBDIS JARAH PADA RAKORNIS SEJARAH TNI TAHUN 2018 PEMBINAAN KESEJARAHAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI KESEJARAHAN TNI AU UNTUK MENDUKUNG DIPLOMASI MILITER DALAM PERSPEKTIF HISTORIS MELALUI PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PEMBANGUNAN SISTEM DARI PERSPEKTIF SOFTWARE ENGINEERING

BAB II KONSEP PEMBANGUNAN SISTEM DARI PERSPEKTIF SOFTWARE ENGINEERING BAB II KONSEP PEMBANGUNAN SISTEM DARI PERSPEKTIF SOFTWARE ENGINEERING 2.1 Pengantar Untuk membangun sistem yang handal (reliable) dihadapkan pada kondisi terkini, setiap software engineer harus memahami

Lebih terperinci