UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING

Transkripsi

1 Vol. 3, No. 3, Januari 2013 ISSN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING Basuni SD Negeri 04 Tlogopakis, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian adalah a.) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa santun melalui media gambar pada siswa Kelas IV SDN 04 Tlogopakis. b) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran. Melalui hasil penelitian ini ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II yaitu masing-masing 33,33%, dan 91,67%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan Menjelaskan Petunjuk penggunaan suatu alat melalui media gambar yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif Kata Kunci: ketrampilan berbicara; media gambar; petunjuk penggunaan suatu alat; hasil dan motivasi belajar. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat yang sangat vital bagi manusia dalam berkomunikasi. Manusia berkomunikasi agar dapat saling belajar, berbagi pengalaman, dan dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi ada dua macam yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis tersebut muncul dalam segala aktivitas seperti pendidikan, keagamaan, perdagangan, politik, dan sebagainya. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani,1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.

2 Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menggunakan media pembelajaran, yaitu media gambar untuk mengungkapkan apakah dengan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar Bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara. Penulis memilih media gambar dalam pembelajaran pada materi kemampuan menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat ini sangat cocok menggunakan media gambar. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; apakah hasil belajar petunjuk penggunaan suatu alat dapat ditingkatkan melalui media gambar pada siswa Kelas IV SDN 04 Tlogopakis?, adakah perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran hasil belajar petunjuk penggunaan suatu alat dapat ditingkatkan melalui media gambar pada siswa Kelas IV SDN 04 Tlogopakis? Petunjuk memakai sesuatu berarti arah, bimbingan, atau pedoman yang harus dilakukan untuk memakai sesuatu. Kalimat petunjuk itu harus bisa memberikan arah yang jelas. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam sebuah petunjuk pun tidak boleh menimbulkan banyak penafsiran, sistematis, urutannya tepat, dan menggunakan bahasa yang lugas dan efektif. (e-dukasi.net:page 1) Sebuah petunjuk yang baik perlu memperhatikan bahasa yang digunakan pada sebuah petunjuk agar petunjuk tersebut mudah diikuti oleh orang yang hendak membuat, memakai, atau melakukan sesuatu dengan suatu barang atau produk tertentu. (e-dukasi.net:page 5) Menjelaskan adalah Penyajian informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari. (e-dukasi.net:page 3). Ketrampilan menjelaskan digunakan untuk siswa mata pelajaran dan tingkat kelas serta segala jenis sekolah, hanya saja cara penyampaian dan kualitasnya yang berbeda. Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan: a) Membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan mengapa yang siswa ajukan ataupun yang dikemukakan guru. b) Membantu siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif dan nalar. c) Melibatkan murit untuk berfikir dengan memecahkan masalah. d) Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman mereka terhadap suatu pengertian. e) Membantu siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan yang meragukan.menurut Nurgiyantoro (1995:276) berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan linguistik. Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan, meliputi a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai, c) pilihan kata, d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, e) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara, c) kesediaan menghargai orang lain, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f) kelancaran, g) relevansi, penalaran, h) penguasaan topik. Tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu: a) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang berasal dari luar partisipan. b) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan c) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, 356 Vol. 3. No. 3. (2013)

3 misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit. Media gambar adalah media yang dapat menyampaikan pesan dalam simbol-simbol komunikasi visual (Sadiman, 1996: 28). Seseorang menggunakan indra penglihatannya untuk menangkap pesan yang disampaikan, simbol-simbol tersebut perlu dipahami isinya agar penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Media gambar digolongkan ke dalam media grafis. Media grafis adalah alat-alat yang berkenan dengan penglihatan mempunyai panjang dan lebar, serta menempel pada bidang datar. Seperti yang dikemukakan oleh Sri Utari. S.Nababan (1993:208) yang mengkategorikan media gambar sebagai alat yang dilihat (visual). Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001: 68) mengungkapkan definisi media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui pengungkapan kata-kata atau gambar. Jadi media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat pada bidang datar. Menurut Arief. S.Sadiman, dkk. dalam Media Pendidikan (1996 : 29-31) media gambar memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Sifatnya konkret; 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4) Memperjelas masalah dalam bidang apapun; 5) Murah harganya, mudah didapat dan digunakan. Sedangkan kekurangannya adalah: (1) gambar hanya menekankan persepsi indera mata (2) gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Proses belajar yang dilakukan oleh para pendidik sebagian besar dilakukan dengan mengunakan metode ceramah, hal ini dilakukan karena guru karena merasa tidak ingin direpotkan dan memilih cara mudah dalam menyampaikan materi pelajaran, namun hal itu sangat merugikan siswa sebagai pihak yang menerima informasi atau objek yang akan menerima materi pelajaran. Media pembelajaran yang sesuai dengan materi jarang digunakan, hal ini dilakukan dengan alasan media/alat pelajaran harganya mahal, sulit mencari, menghabiskan waktu. Padahal pengaruh dari media pelajaran terhadap keberhasilan guru dalam menyampaikan pesan itu sangat tinggi. METODE PENELITIAN Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat SDN 04 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester gasal Tahun Pelajaran 2011/2012. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN 04 Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok komentar terhadap persoalan yang actual, berjumlah 12 siswa terdiri dari 7 laki-laki dan 5 perempuan. Untuk mengetahui kefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dekriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu : Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING Basuni 357

4 X= x N Dengan : X X N = Nilai rata-rata = Jumla semua nilai siswa = Jumlah siswa Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil dan dihentikan apabila nilai rata-rata di atas KKM ( 65) dan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 75%. Aktivitas dan kinerja guru dalam pembelajaran dengan katagori B (Baik). HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dalam meningkatkan prestasi. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut Tabel 1. Persebaran Nilai tes formatif Siklus I Interval Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kualifikasi ,33% Tuntas ,00% Tuntas ,33% Belum Tuntas ,66% Belum Tuntas ,66% Belum Tuntas Jumlah % Keterangan. Rerata : 55,83 Nilai Tertinggi : 80 Nilai Terendah : 40 Batas Kriteria Ketuntasan Minimal : 65 Dari Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 55,83 dan ketuntasan belajar mencapai 33,33% atau ada 4 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 33,33% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan 358 Vol. 3. No. 3. (2013)

5 karena siswa masih merasa kurang tertarik dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan media gambar. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat lebih jelas dalam grafik di bawah ini : Siklus I Tuntas Belum Tuntas Gambar 1. Grafik Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I Dari hasil pengisian angket motivasi belajar dapat dilihat datanya pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I No. Kondisi Rata-rata skor Rata-rata Persentase Katagori 1 Perhatian 2,98 59,58 % Baik 2 Relevansi 2,43 48,65 % Cukup Baik 3 Percaya Diri 2,45 48,98 % Cukup Baik 4 Kepuasan 2,75 54,96 % Cukup Baik Rata-rata 2,65 53,04 % Cukup Baik Dari Tabel 2 dapat dilihat rata-rata skor motivasi belajar siswa pada kondisi perhatian 2,98 dengan persentase 59,58%, relevansi 2,43 dengan persentase 48,65 %, percaya diri 2,45 dengan persentase 48,98 %, kepuasan 2,75 dengan persentase 54,96 %. Rata-rata motivasi belajar siswa 2,65 dengan persentase 53,04% termasuk kategori cukup baik. Dari hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Aktivitasi Belajar Siswa Siklus I No. Skor Pertemuan 1 Pertemuan 2 Perolehan f % f % Kriteria Tidak Aktif Kurang Aktif , ,9 Cukup Aktif , ,2 Aktif , ,9 Sangat Aktif Jumlah UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING Basuni 359

6 Tabel 3 menunjukkan tingkat keaktifan siswa pada pertemuan pertama sebesar 54,8% pada kategori cukup aktif, 38,7% aktif dan 6,45% sangat aktif. Pada pertemuan kedua tingkat keaktifan siswa meningkat 41,9% pada kategori cukup aktif, 45,2% aktif dan 12,9% sangat aktif. Siklus II pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4. Persebaran Nilai tes formatif Siklus II Interval Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%) Kualifikasi ,66% Tuntas ,33% Tuntas ,00% Tuntas ,66% Belum Tuntas ,33% Belum Tuntas Jumlah % Keterangan. Rerata : 55,83 Nilai Tertinggi : 90 Nilai Terendah : 50 Batas Kriteria Ketuntasan Minimal : 65 Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 72,92 dan ketuntasan belajar mencapai 91,67% atau ada 1 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus kedua secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 sebesar 91,67% sudah melebihi dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah merasa memahami pembelajaran dilakukan guru. Dari hasil pengisian angket motivasi belajar dapat dilihat datanya pada tabel distribusi frekuensi di bawah ini Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II No. Kondisi Rata-rata skor Rata-rata Persentase Katagori 1 Perhatian 3,67 71,15% Baik 2 Relevansi 3,61 69,95% Baik 3 Percaya Diri 3,28 63,57% Baik 4 Kepuasan 3,58 69,38% Baik Rata-rata 3,54 68,51% Baik Dari Tabel 5 dapat dilihat rata-rata skor motivasi belajar siswa pada kondisi perhatian 3,67 dengan persentase 71,15%, relevansi 3,61 dengan persentase 69,95 %, percaya diri 3,28 dengan persentase 63,57 %, kepuasan 3,58 dengan persentase 69,38%. Rata-rata motivasi belajar siswa 3,54 dengan persentase 68,51% termasuk kategori baik. 360 Vol. 3. No. 3. (2013)

7 ini, Dari hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Aktivitasi Siswa Siklus II No. Skor Pertemuan 1 Pertemuan 2 Perolehan f % f % Kriteria Tidak Aktif Kurang Aktif ,4 4 12,9 Cukup Aktif , ,5 Aktif ,9 7 22,6 Sangat Aktif Jumlah Tabel 6 menunjukkan tingkat keaktifan siswa pada pertemuan pertama sebesar 19,4% pada kategori cukup aktif, 67,7% aktif dan 12,9% sangat aktif. Pada pertemuan kedua tingkat keaktifan siswa meningkat 12,9% pada kategori cukup aktif, 64,5% aktif dan 22,6% sangat aktif. Hasil observasi terhadap aktivitas guru disajikan pada tabel berikut ini; Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada siklus II No. Kegiatan Guru Nilai Pertemuan I Pertemuan II Hasil Hasil Max Nilai Nilai (%) (%) 1. Memulai Pembelajaran Mengelola KBM Mengorganisir waktu, siswa, dan sarpras Melaksanakan evaluasi Mengakhiri pembelajaran Jumlah Dari Tabel 7 diketahui persentase keterampilan guru dalam mengajar pada pertemuan pertama 84% kategori cukup dan meningkat pada pertemuan kedua menjadi 89%. Jadi rata-rata persentase keterampilan guru mengajar pada siklus II adalah 86,5% kategori baik. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media gambar pada kemmapuan siswa menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 33,33%, dan 91,67%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan Menjelaskan Petunjuk penggunaan suatu alat melalui media gambar yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING LEARNING Basuni 361

8 SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Pembelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (35,48%), dan siklus II (90,32%). b) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan ratarata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat pembelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. DAFTAR PUSTAKA Achmadi dan Supriyanto Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, Nana Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Wibawa, Basuki dan Mukti, Farida Media Pengajaran. Bandung : CV Maulana. 362 Vol. 3. No. 3. (2013)