NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN"

Transkripsi

1 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN Bambang Samsul Arifin Fakutas Psikologi UIN Bandung ABSTRACT This article, aims to describe the values of character education in the Qur'an, studied through a library approach (library research). The results of this study, show, that in the Qur'an there are many points of discussion about this character or character. Like the command to do good (ihsan), and virtue (al-birr), keep promises (al-wafa), be patient, honest, fear God, give charity in the way of God, do justice, forgive in many verses in the newspaper. All of them are the principles and values of noble characters that must be possessed by every Muslim person. Social principles are found, namely: The principle of brotherhood (ukhuwah), in (QS. Al-Hjurat [49]: 13); The principle of knowing each other (ta'aruf) in (Surah Al-Hjurat [49]: 13); Principles help each other (ta'awun). in (Surah Al-Maidah [5]: 2): Principle of tolerance (tasamuh) in (QS. Al- Hjurat [49]: 12). Islamic education from the outset emphasizes that the values of character education are: providing exemplary, familiarizing students to be consistent in worship and charity, providing education about awareness of principles and moral principles, instilling attitudes, behavior, and noble words to students. Keywords: exemplary, ukhuwah, consistent, rational, and tolerant PENDAHULUAN P endidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu pendidikan karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak. 1 1 Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakterd iindonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 15. Berbagai persoalan karakter manusia Indonesia hingga saat ini masih menjadi sorotan tajam dari berbagai kalangan. Beragam fakta karakter negatif telah nyata dipertontonkan oleh masyarakat Indonesia dengan dalih tertentu yang seolah-olah benar untuk dilakukan. Banyak sekali persoalan mutakhir yang kita lihat dan seakan-akan tidak akan pernah berhenti seperti, narkoba yang semakin marak meski pelakunya banyak yang dihukum mati, korupsi semakin merajalela dikalangan pejabat, membegal disertai kekerasan, bullying di sekolah, kejahatan seksual terhadap peserta didik, transaksi seks pelajar secara online, KDRT, dll.

2 20 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 Dari berbagai karakter negatif tersebut, betapa pendidikan karakter menjadi sangat penting untuk benarbenar dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Bukan saja penting, tetapi pendidikan karakter mutlak untuk dilaksanakan dan tidak bisa diabaikan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, tujuan pendidikan tidak cukup hanya menjadikan bangsa ini pintar dan cerdas, namun perlu juga menjadikan bangsa ini masyarakat yang baik dan bermoral. Namun demikian, bukan berarti mudah untuk mewujudkan keduanya. Mungkin mudah menjadikan bangsa ini pintar dan cerdas, tetapi kita juga merasakan betapa sulitnya menjadikan bangsa ini masyarakat yang baik dan bermoral yang berlandaskan agama. Oleh karena itu, persoalan moral bisa dikategorikan sebagai persoalan kronis bagi masyarakat bangsa Indonesia yang mengiringi manusia dimana pun meraka berada. Jadi benar kata orang bijak, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu lumpuh. Selain itu, pendidikan mempunyai tugas ganda, yakni di samping mengembangkan kepribadian manusia secara individual, juga mempersiapkan manusia sebagai anggota penuh dari kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan lingkungan dunianya. Lahirnya Undang-undang Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) tahun 2003 mengamanatkan agar pendidikan membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter, sehingga diharapkan akan lahir generasi bangsa Indonesia yang cerdas dan berkarakter. Tujuan pendidikan karakter yang diharapkan dapat dicapai bangsa Indonedia hingga saat ini masih dipertanyakan oleh banyak kalangan. Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pancasila, Sutaryo menyatakan bahwa kondisi pendidikan karakter bangsa Indonesia cukup memprihatinkan akibat ditinggal kannya pendidikan dan pengajaran bidang agama, Pancasila, dan kewarganegaraan. Pendidikan cenderung mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, belum sampai pada aspek internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2 Ajaran Islam tidak membiarkan perbuatan tercela. Nabi Muhammad sendiri diutus dalam upaya menyempurnakan akhlak manusia. Mukmin adalah yang mempunyai akhlak paling baik. Dalam kamus bahasa yang mendekati makna akhlak adalah budi pekerti. Senyatanya di Indonesia budi pekerti bangsa masih menjadi persoalan, hingga dimunculkan karakter. UU Sisdiknas no 20 tahun 2003 telah menaruh perhatian dengan mencantumkan akhlak mulia sebagai suatu tujuan penting dari sistem pendidikan nasional. Tetapi maraknya perilaku karakter negatif yang 2 Desmon Simanjuntak, Pendidikan Karakater: Membentuk Karakter Unggul, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 19, Tahun 2012., hlm. 98.

3 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember dilakukan oleh kaum terdidik membuat kita miris dan prihatin. Parahnya, perbuatan itu banyak dilakukan oleh orang yang mengaku beragama. Mencermati keadaan bangsa Indonesia yang sedang di ambang kerusakan moral dan cukup mengancam kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara ini, mendorong pemerintah mengambil inisitif untuk memprioritaskan pembangunan karakter. Pembangunan karakter bangsa melalui pendidikan karakter dijadikan sebagai arus utama pembangunan nasional. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah merumuskan visinya pada kemendiknas 2015 yaitu "menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif atau menjadi Insan kamil/insan Paripurna". 3 Hal tersebut di atas mengandung arti bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu diarahkan untuk memberi dampak positif terhadap pengembangan karakter anak bangsa. Sebagai orang yang beriman, pada hakikatnya pengembangan karakter ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari iman yang telah tertancap di dada anak bangsa. Sehingga perlu digali karakter apa saja yang bisa dikembangkan dari iman tersebut dengan mengacu pada penjelasan alqur~an terhadap term iman. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan guru untuk membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini tercakup dalam keteladanan perilaku guru pada saat berbicara atau menyampaikan materi,bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal yang terkait lainnya. 4 Selain istilah karakter, kita juga mengenal kata adab dan akhlak. Dilihat dari sudut pengertian kata karakter, adab, akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Ketiganya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dandengan kata lain, ketiganya dapat disebut dengan kebiasaan. 5 Pendidikan agama yang disampaikan pada jenjang sekolah dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang takwa dan berakhlak mulia, serta menghasilkan manusia yang jujur,adil,berbudi pekerti,etis,saling menghargai,disiplin,harmonis dan produktif,baik personal maupun sosial. Pendidikan karakter sebenarnya sudah tercermin dalam tujuan materi Pendidikan Agama Islam menurut lampiran peraturan menteri pendidikan 3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Ringkasan Eksekutif Seminar Nasional Pendidikan:Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Puslitbang Kemdiknas, hlm. 7 4 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasiny adalam Lembaga Pendidikan, Jakarta:Kencana, hlm.19 5 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Cet.Ke-2, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.10.

4 22 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 nasional RI No.22 tahun 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk: 6 pertama; Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. pendidikan Islam khususnya menjadi perhatian dalam kehidupan individu, masyarakat dan berbangsa. Kedua; Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan social serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Sebagai umat Islam, dapat memahami bahwa penggagas pendidikan karakter yang paling kita kenal adalah Rasulullah SAW. Hal ini bias dikaitkan dengan tujuan akhlak, yaitu menciptakan manusia sebagai makhluk yang tertinggi dan sempurna, juga membedakannya dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Akhlak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama makhluk dan terhadap Tuhan. 6 Anwar Masy ari, Akhlakal-Qur an, Surabaya: Bina Ilmu, hlm. 4 Untuk menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketakwaan tersebut maka pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan dengan tidak beraturan.peran semua unsur sekolah,orang tua siswa,dan masyarakat sangatpenting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam. Begitu pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan bermasyarakat saat ini maka penulis tergugah untuk meneliti lebih lanjut bagaimana AlQur an sebagai referensi utama ajaran Islam mengkaji konsep pendidikan karakter. Oleh karena itu, dalam penulisan ini penulis mengambil judul Konsep Pendidikan Karakter dalam PersektifAl- Qur an (Kajian Tafsir Tarbawi tentang SurahAl-HujuratAyat1 1-13). Berangkat dari konteks di atas, penulis bermaksud mengkaji pendidikan karakter yang bersumber dari agama. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana pendidikan karakter yang terkandung dalam tafsir surat Al-Hujurat ayat 11-13? Bagaimana kontekstualisasi pendidikan karakter yang terkandung dalam tafsir surat Al- Hujurat ayat dalam pembelajaran PAI disekolah? Untuk mengetahui lebih dalam tentang itu, akan dikaji melalui

5 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember pendekatan pustaka (libraryresearch). Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah kisah sejarah dan lainnya. Pada hakikatnya data yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan dasar dan alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan. Penelitian ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-data sekunder. 7 PEMBAHASAN Konsep Dasar Pendidikan Karakter Memahami Makna Karater Secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengan temperamen yang memberinya, seolah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. 8 Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti "to mark" atau menandai dan memfokus kan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang ber karakter jelek. Sebaliknya, orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan dari segi istilah, karakter sering dipandang sebagai cara berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat. Menurut Hornby dan Parnwell yang dikutip Aziz, secara harfiah, karakter artinya "kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi". 96 Aziz menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental dan moral, akhlak atau budi pekerti individu lain. Kata "karakter" berasal dari bahasa latin, yaitu kharakter", "kharasein", dan "kharak", yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bermakna "tools for marking", "to engrave, dan "pointed stake". Kata ini banyak digunakan dalam bahasa Prancis sebagai "caractere" sekitar abad ke-14 M. Dalam bahasa Inggris, tertulis dengan kata "character", dalam bahasa 7 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta, Bumi Aksara, hlm Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, Jakarta: Grasindo, hlm Aziz, H Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, Jakarta: PT AlMAwardi Prima, hlm. 120.

6 24 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 Indonsia, dikenal dengan kata "Karakter". 10 Menurut Heri Gunawan, karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 11 Mulyasa mengutip pendapat Wynne bahwa karakter dapat diartikan dengan menandai dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam perilaku sehari-hari. 12 Nilainilai kebaikan dikategorikan sebagai karakter baik/mulia, sedang nilainilai kejelekan dikategorikan sebagai karakter jelek. Termauk karakter baik seperti: berkelakuan baik, jujur, dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter baik atau mulia. Sedang karakter jelek seperti: berperilaku tidak jujur, curang, kejam, dan rakus. Dari beberapa pengertian karakter di atas dapatlah dipahami bahwa karakter merupakan sifat alami 10 Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter Strategi Mambangun Kompetensi dan Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm Heri Gunawan, 2012, Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasi, Bandung: Alfabeta, hlm.2 12 Mulyasa, E. 2011, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 3. seseorang dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan seperti: berkelakuan baik, jujur, suka menolong, dan lain-lain dalam kehidupan nyata sehari-hari. Konsep Pendidikan Karakter Sebelum mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan karakter penulis mencoba untuk mendefinisikan kata pendidikan terlebih dahulu dan dilanjut dengan pengertian pendidikan karakter. Dalam dunia pendidikan, terdapat dua istilah yang hampir sama yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pedagogik ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. 13 Lebih jelasnya, dipaparkan mengenai pengertian pendidikan menurut para ahli, diantaranya: Soegarda Poerbakawatja dalam "Ensiklopedi Pendidikan" menguraikan pengertian pendidikan sebagai "semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamanya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah". Menurut Sully, sebagaimana dikutip oleh Zuhairini, 14 bahwa 13 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, hlm Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, hlm.120

7 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember "pendidikan ialah menyucikan tenaga tabi"at anak-anak, supaya dapat hidup berbudi luhur, berbadan sehat serta berbahagia". Juga Herbert Spencer mengungkapkan bahawa, "pendidikan ialah menyiapkan manusia, supaya hidup dengan kehidupan yang sempurna". Scerenko jelaskan bahwa, pendidikan karakter dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulsi (usaha maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan yang dipelajari. 15 Menurut Thomas Lickona dkk. yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto, mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguhsungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. 16 Selanjutnya ditegaskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputus baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 17 Menurut Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. 18 Dari beberapa definisi di atas, pendidikan dapat difahami sebagai bentuk aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, baik pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) maupun jasmaninya (panca indera dan keterampilanketerampilan). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada hakekatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan 15 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan & Pengajaran. Jakarta: PT Hidakarya Agung, hlm Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Jakarta: Remaja Rosda Karya, hlm Muchlas Samani dkk, Konsep dan..., hlm Megawangi, R Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa, Jakarta: BPMIGAS dan Star Energi, hlm. 94.

8 26 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 dunianya dalam komunitas pendidikan. Dengan demikian pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama. 19 Adapun nilainilai pendidikan karakter bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. 20 Tujuan Pendidikan Karakter Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, yang tertuang dalam pedoman pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: 21 (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; dan (3) mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya, serta mencintai umat manusia. 19 Abd haris, Etika Hamka,. Cet. I, Yogyakarta: Elkis,, hlm Pusat kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Puskurbuk, hlm Puskur,... hlm. 5 Sedangkan menurut Agus Zaenul Fitri menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah mem bentuk, menanamkan, memfasilitasi, dan mengembangkan nilai-nilai positif pada anak sehingga menjadi pribadi yang unggul dan bermatabat. 22 Pentingnya Pendidikan Karakter Menurut Lickona ada tujuh alasan penting mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan, yaitu: 23 (1) Untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya; (2) untuk meningkat kan prestasi akademik; (3) sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain; (4) mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam; (5) berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidak sopanan, ketidakjujuran, ke-kerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah; (6) merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan (7) mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban. 22 Agus Zeanul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm Lickona, Thomas Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books. hlm. 50.

9 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember Mengingat betapa pentingnya pendidikan karakter ini, Megawangi memerinci kepada sembilan pilar karakter mulia yang penting untuk ditanamkan dalam pendidikan karakter yaitu: 24 (1) Cinta kepada Allah dan kebenaran; (2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri; (3) Amanah; (4) Hormat dan santun; (5) Kasih sayang, peduli, kerja sama; (6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah; (7) Adil dan berjiwa kepemimpinan; (8) Baik dan rendah hati; dan (9) Toleran dan cinta damai. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Karakter merupakan pondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter hendaknya mendapat perhatian oleh semua pihak, baik dari segi jalurnya maupun tempatnya. Jika dilihat dari segi jalurnya, penerapan karakter dapat mengambil tempat melalui jalur pendidikan. Penerapan karakter melalui pendidikan sudah menjadi keniscayaan bagi pendidik agar sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai positif pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat menjadi tak terpisahkan. Diknas menyisipkan delapanbelas nilai-nilai pendidikan berkarakter 24 Megawangi, R Pendidikan..., hlm. 95. dalam proses pendidikannya sejak tahun 2011 di seluruh jenjang pendidikan di Indonesia, yaitu: 25 (1) Religius; (2) Jujur; (3) Toleransi; (4) Disiplin; (5) Kerja Keras; (6) Kreatif; (7) Mandiri; (8) Demokratis; (9) Rasa Ingin Tahu; (10) Semangat Kebangsaan; (11) Cinta Tanah Air; (12) Menghargai Prestasi; (13) Bersahabat/Komunikatif; (14) Cinta Damai; (15) Gemar Membaca; (16) Peduli Lingkungan; (17) Peduli Sosial; (18) Tanggung Jawab. Nilai Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Al-Qur an Secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya di mana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. 26 Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguhsungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. 27 Di dalam al-quran akan ditemukan banyak sekali pokok- 25 Abd. Mukhid, Konsep Pendidikan Karakter dalam Al-Qur'an Nuansa, Vol. 13 No. 2 Juli Desember 2016, hlm Abd. Mukhid, Konsep..., hlm Zubaedi, Desain Pendidikan..., hlm. 19

10 28 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 pokok pembicaraan tentang akhlak atau karakter ini. Seperti perintah untuk berbuat baik (ihsan), dan kebajikan (al-birr), menepati janji (alwafa), sabar, jujur, takut kepada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, pemaaf dalam banyak ayat didalam al-quran. Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip dan nilai karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Implementasi pendidikan karakter dalam Islam, tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan agung. Dalam (QS. al-qalam [68]: 4), dijelaskan: Artinya:...Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung 28 Selanjutnya fiman Allah, SWT, dalam (QS. al-ahzab [33]:21), dijelaskan: Artinya: "...Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" Dep. Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya. Surabaya: Al-Hidayah, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm. 670 Di antara ayat Al-qur an yang menjadi dasar pendidikan karakter adalah firman Allah Swt di dalam (QS. al-isra [17]: 23-24) yang berbunyi:... Artinya:...Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. 30 Perintah Allah di dalam ayat ini mencakup bidang pendidikan karakter (akhlak) berupa Aqidah, ibadah dan akhlak yang harus terbina bagi seorang anak. Demikian juga peran serta orang tua dalam memberikan bimbingan moral dan keluhuran dalam upaya membentuk insan muslim yang berkualitas. Dari sini jelaslah bahwa yang menjadi fundamen utama yang harus terbina dalam lingkungan keluarga adalah prinsip tauhid. Hal ini dianggap sebagai prasyarat utama dalam pendidikan karakter bagi anak 30 Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm. 427.

11 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember oleh orang tuanya sebagai identitas keimanan yang harus ditanamkan sejak dini, yaitu: Memberikan Keteladanan Allah SWT dalam (QS. al- Isra [17]: 23), ayat ini menjadikan Rasullullah SAW sebagai lawan bicara- Nya sebagaimana firman Allah: Artinya:...Dan Tuhanmu telah memerintahkan 31 Hal tersebut mengindikasikan bahwa dialah (Rasulullah SAW) yang telah mencapai level tertinggi sebagai teladan utama dalam pendidikan dan etika. Karena sesungguhnya Allah SWT sendiri yang secara langsung mendidiknya. Lebih lanjut, Firman Allah dalam (QS. al-ahzab [33]: 21): terdapat dalam kepribadian beliau halhal yang patut dilteladani. 33 Konsisten dalam beribadah dan beramal sholeh Firman Allah, SWT., dalam (QS. Lukman [31]: 17 ), yaitu:... Artinya:...Hai Anakku, dirikanlah shalat dan serulah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 34 Kesadaran berakhlakulkarimah Allah SWT berfirman dalam (QS. al-isra [17]: 23): Artinya:... Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik. 32 Dalam menafsirkan ayat ini, al- Zamakhsyari dalam Quraish Shihab mengemukakan maksud keteladanan pada diri Rasulullah. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitas adalah keteladanan. Kedua dalam arti Artinya:... Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya 35 Menanamkan Perilaku dan Tutur Kata yang Mulia Dalam hal ini, Allah SWT berfirman dalam (QS. al-isra [17]: 23):... Artinya:...Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya 33 Shihab, M. Quraish, Tafsir al-misbah, Vol. I, Cet. II, Jakarta: Lentera Hati, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm. 427.

12 30 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. 36 Dengan demikian orang tua dalam usaha mendidik dan mengarahkan anak berusaha untuk memposisikan diri pada sudut pandang anak yang masih kecil tersebut kalau tidak akan selalu terjadi ketegangan. Dan sebagai konsekuensinya perkataan tidak baik akan ditangkap oleh anak. Pendidikan Karakter dan Kesadaran Sosial Disamping itu, Islam juga mengajarkan tentang penataan hubungan berdasarkan prinsip keadilan sosial sehingga tidak terdapat kesenjangan yang tidak terlalu jauh yang dapat menimbulkan konflik diantara sesama muslim. Diantara prinsip-prinsip sosial tersebut antara lain: 37 Prinsip saling mengenal (ta aruf). Saling mengenal dan saling memahami akan melahirkan sifat empati, yaitu merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. Firman Allah dalam (QS. Al-Hjurat [49]:13); Artinya:...Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal Prinsip persaudaraan (ukhuwah) Persaudaraan pada dasarnya lahir dari kedekatan keturunan atau pertalian darah. Akan tetapi pada perkembangannya persaudaraan tidak selalu berkaitan dengan kesamaan keturunan. Esensi dari persaudaraan adalahadanya keakraban dan kasih sayang yang membentuk sikap dan perilaku yang khas dalam bentuk kepedulian dan perhatian. Firman Allah dalam (QS. Al- Hjurat [49]:10); Artinya:...Sesungguhnya orangorang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. 39 Prinsip saling menolong (ta awun) Prinsip ini lahir dari kesadaran keterbatasan manusia serta kebutuhan hidup terhadap orang lain, karena manusia termasuk makhluk yang tidak 36 Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Ali Anwar Yusuf, 2003, WawasanIslam, Bandung: pustaka Setia, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm. 846.

13 I TIBAR Vol. 06, No. 11, Nopember bias hidup sendiri (homosocius). Islam memiliki konsep yang bernama ta awun (Tolong menolong) sebagaima na firman Allah SWT dalam (QS Al- Maidah [5]: 2): Artinya:...dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksanya 40 Prinsip toleransi (tasamuh) Dalam hal agama tasamuh telah disampaikan jelas dalam (QS. Al- Hjurat [49]:12); Artinya:...Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang." 41 Sikap lapang dada terhadap prinsip yang dipegang atau dianut 40 Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm Dep. Agama RI, Al-Qur an dan, hlm oleh orang lain, tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Islam mendorong umatnya untuk bekerja sama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan umat beragama lain sepanjang kerja sama dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan seharihari semua orang mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya tanpa ada perbedaan baik pria maupun wanita, kaya dan miskin dan beragam suku bangsa, ras maupun bahasa. Dengan demikian akan tercipta kehidupan damai, sejahtera, adil, makmur dan sentosa. KESIMPULAN Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulan bahwa: pertama di dalam al- Qur'an, konsep pendidikan karakter telah banyak sekali di bahas, dalam al- Quran ditemukan banyak sekali pokokpokok pembicaraan tentang akhlak atau karakter ini. Seperti perintah untuk berbuat baik (ihsan), dan kebajikan (albirr), menepati janji (al-wafa), sabar, jujur, takut kepada Allah SWT, bersedekah di jalan Allah, berbuat adil, pemaaf dalam banyak ayat didalam al-quran, diantaranya seperti di dalam surah al- Isra' ayat Kesemuanya itu merupakan prinsip-prinsip dan nilai karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim. Dalam (QS. al- Qalam [68]: 4), dalam (QS. al-ahzab

14 32 I TIBAR Vol. 06. No. 11, Mei 2018 [33]:21), dalam (QS. al-isra [17]: 23-24) dalam (QS. Lukman [31]: 17 ). Konsep pendidikan karakter di dalam pendidikan Islam telah tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi Rasul, tersemai nilainilai akhlak yang mulia dan agung, diantaranya seperti dalam surah al-qalam ayat 4, dan surat al- Ahzab ayat 21. Prinsip-prinsip sosial ditemukan yaitu: Prinsip ukhuwah, dalam (QS. Al- Hjurat [49]:13); Prinsip saling mengenal (ta aruf) dalam (QS. Al- Hjurat [49]:13); Prinsip saling menolong (ta awun). dalam (QS Al- Maidah [5]: 2): Prinsip toleransi (tasamuh) dalam (QS. Al-Hjurat [49]:12). Pendidikan Islam sejak awal menekankan agar nilai-nilai pendidikan karakter ditanamkan kepada anak sejak dini, yaitu: (a) memberikan Keteladanan, (b) membiasakan peserta didik untuk konsisten dalam beribadah dan beramal sholeh, DAFTAR PUSTAKA Abd haris, Etika Hamka,. Cet. I, Yogyakarta: Elkis. (c) memberikan pendidikan tentang kesadaran tentang prinsipprinsip dan dasar-dasar akhlak, (d) menanamkan sikap, perilaku, dan tutur kata yang mulia kepada peserta didik. Abd. Mukhid, Konsep Pendidikan Karakter dalam Al-Qur'an Nuansa, Vol. 13 No. 2 Juli Desember 2016, Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Cet.Ke-2, Bandung: Remaja Rosdakarya. Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter Strategi Mambangun Kompetensi dan Karakter Guru, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Zeanul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakterd iindonesia, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Ali Anwar Yusuf, 2003, WawasanIslam, Bandung: pustaka Setia. Anwar Masy ari, Akhlakal-Qur an, Surabaya:Bina Ilmu. Aziz, H Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati, Jakarta: Al Mawardi Prima. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010 Ringkasan Eksekutif Seminar Nasional Pendidikan:Pendidikan Karakter Bangsa, Jakarta: Puslitbang Kemdiknas.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan dalam mencerdaskan para peserta didiknya, namun kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR AN Abd. Mukhid (Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan/mukhidsby@yahoo.com) Abstrak: Berbagai permasalahan karakter bangsa Indonesia hingga saat ini masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan dikatakan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat terus berkembang dan berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari perkembangan jaman adalah faktor penentu keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor utama dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya untuk seluruh umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kehidupan manusia saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya membimbing, mendidik, dan mengarahkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 122 ISBN: 978-602-70471-1-2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 Hana Navi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk perkembangan tersebut. Dengan

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakikatnya, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan, diharapkan akan melahirkan generasi penerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka namun, banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pembelajaran Akidah Akhlak merupakan pembelajaran yang lebih menekankan penguasaan teori dan praktik, karena mata pelajaran Akidah Akhlak berhubungan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C Lampiran 3 STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C 01. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhlak adalah gambaran kondisi yang menetap di dalam jiwa. Semua perilaku yang bersumber dari akhlak tidak memerlukan proses berfikir dan merenung. Perilaku baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua dan guru sudah barang tentu ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, mental sehat dan akhlak yang terpuji.

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai: listyaningsih@unesa.ac.id Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING PROSIDING SEMINAR NASIONAL MENJADI GURU INSPIRATOR Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Generasi Emas untuk Indonesia Emas PEMAKALAH PENDAMPING Sabtu, 22 Rajab 1437 H / 30 April 2016 M Auditorium

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PPM

LAPORAN KEGIATAN PPM LAPORAN KEGIATAN PPM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KEHIDUPAN Disampaikan Pada Kegiatan Pesantren Kilat Program KKN Tahun 2012 Di SMK Negeri 1 Jogonalan Klaten Oleh Erwin Setyo Kriswanto, M. Kes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa paling sensitif dalam kehidupan manusia yang biasanya berlangsung antara usia 12 hingga 18 tahun. Dalam masa ini seseorang bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER

LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER LOYALITAS DAN PERAN AKTIF SISWA DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Wahyu Okta Sulistiani Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang 65145 E-mail: wahyu.soerati@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan individu ini merupakan faktor bawaan yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan individu ini merupakan faktor bawaan yang didukung oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi semua warga negara indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan SDM yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali

BAB I PENDAHULUAN. Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadapkarakteranak didik,karena guru itu menjadi ikutan dan contoh teladan murid.mereka contoh perkataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah dalam mengatasi dekadensi moral. Dekadensi moral terjadi di kalangan pelajar, berupa meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini sedang dihadapkan kepada situasi yang kurang menguntungkan. Kondisi ini terjadi sejalan dengan semakin banyaknya kenyataan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas beberapa subbab sebagai berikut, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan penegasaan istilah. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua. mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanat dari Allah SWT dan sudah seharusnya orang tua mendampingi dan mengawali perkembangan anak, sehingga anak dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG SKRIPSI Ditujukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)

KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian Ilmu Pendidikan Islam) Jurnal Pendidikan Universitas Garut Fakultas Pendidikan Islam dan Keguruan Universitas Garut ISSN: 1907-932X KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia mempunyai potensi untuk tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci