BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki peran penting terhadap daur hidrologi. Hutan alam dengan struktur komposisi tegakan kompleks akan menjaga kelestarian lingkungan yang berfungsi sebagai peredam banjir, erosi, infiltrasi dan sedimentasi. Alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian akan membuat lahan hutan semakin berkurang. Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya dengan mengolah lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahannya akan merusak daya dukung lahan yang menyebabkan lahan kritis. Salah satu dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat pembukaan lahan pertanian baru adalah erosi. Tanah adalah material gembur yang menyelimuti permukaan bumi, hasil dari perkembangan bahan induk tanah tertentu, relief tertentu dan waktu tertentu yang dipengaruhi oleh iklim dan organisme (Sartohadi, 2014). Air dan tanah adalah sumberdaya alam yang sering mengalami kerusakan akibat tidak sesuainya pemanfaatan lahan terhadap kemampuan lahannya. Kerusakan tanah dapat disebabkan oleh hilangnya unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran, akumulasi garam di daerah perakaran, terkumpulnya unsur senyawa racun untuk tanaman, penjenuhan tanah oleh air dan erosi. Erosi adalah terkikisnya atau hilangnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang diangkut oleh media alamai (Arsyad, 2010). Di daerah dengan curah hujan tinggi seperti di Banjarnegara penyebab utama erosi tanah adalah air. Peraturan daerah No. 1 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara, dataran tinggi Dieng dan sekitarnya merupakan kawasan fungsi lindung yang mana kawasan itu masuk pada bagian hulu DAS Serayu. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian di Sub DAS Merawu dalam beberapa 1

2 tahun ini terus meningkat, sedangkan teknik budidaya yang kurang memperhatikan konsep konservasi akan mengakibatkan kekritisan lahan yang akan menyebabkan meningkatnya besaran erosi di daerah tersebut. Sub DAS Merawu dengan curah hujan yang tinggi maka dapat diamati secara langsung semakin tingginya sedimen yang terangkut pada aliran sungai yang melewati lahan pertanian. Dampak kerusakan kelestarian lahan di Sub DAS Merawu adalah terjadinya beberapa longsor besar maupun kecil sehingga daerah tersebut merupakan lingkungan area kritis untuk erosi dan tanah longsor. Kesuburan tanah yang semakin menurun ditunjukan oleh penurunan hasil panen petani yang akan membuat petani harus memberikan pupuk optimal untuk meningkatkan hasil panen. Penggarapan lahan pada tegalan yang tidak mengutamakan nilai konservasi tanah akan menyebabkan semakin besarnya kemungkinan terjadi kerusakan tanah yang berujung pada terjadinya erosi (Subekti, 2016). Bahaya erosi di suatu wilayah dapat dilakukan pemetaan menggunakan beberapa metode antara lain adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Metode USLE merupakan prediksi erosi model parametrik berdasarkan dari hubungan antara faktor-faktor penentu erosi dengan besarnya erosi. Faktor penentu erosi tersebut adalah erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang lereng (L), kemiringan lereng (S), pengelolaan pertanian (C), dan konservasi lahan (P). Melalui pemetaan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) yang menggunakan metode USLE maka dapat diketahui jumlah dan persebaran besar erosi yang terjadi di suatu wilayah. Faktor penentu erosi dapat diperoleh melalui data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh digunakan untuk memperoleh informasi kondisi fisik daerah penelitian. Data penginderaan jauh yang digunakan adalah Landsat 8 OLI untuk memperoleh faktor C dan faktor P melalui interpretasi penutup dan penggunaan lahannya. Kegiatan pemetaan TBE yang dilakukan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG) yaitu digunakan untuk interpolasi data curah hujan untuk memperoleh faktor R, analisis data elevasi untuk memperoleh faktor LS dan 2

3 pemodelan spasial sehingga pemetaan tingkat bahaya erosi akan semakin cepat, mudah, murah, efektif, dan efisien Rumusan Masalah Kawasan pegunungan Rogojembang Sub DAS Merawu merupakan bagian hulu DAS Serayu yang memiliki curah hujan tinggi dan lereng yang curam. Selain hal itu, di Sub DAS Merawu yang terletak di Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Wanayasa, Karangkobar, dan Pejawaran merupakan lingkungan kritis untuk erosi dan tanah longsor. Sementara daerah tersebut telah banyak alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian yang kurang memperhatikan konservasi lahannya oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Bagaimana persebaran tingkat bahaya erosi di Sub DAS Merawu dengan menggunakan data penginderaan jauh dan teknologi SIG Tujuan 1. Memanfaatkan citra Landsat 8 OLI untuk pemetaan penggunaan lahan yang digunakan untuk memperoleh nilai faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor konservasi lahan (P). 2. Memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi untuk memproses data kontur sehingga memperoleh nilai indeks faktor panjang dan kemiringan lereng (LS). 3. Memetakan persebaran tingkat bahaya erosi di Sub DAS Merawu menggunakan data penginderaan jauh dan aplikasi SIG skala 1: Manfaat Penelitian 1. Memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografi untuk melakukan pemetaan tingkat bahaya erosi. 3

4 2. Memanfaatkan Penginderaan Jauh untuk memperoleh faktor pengelolaan tanaman (C) dan faktor koservasi lahan (P) yang digunakan untuk pemetaan tingkat bahaya erosi. 3. Menghasilkan data berupa peta bahaya erosi sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan Batasan Istilah 1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu wilayah daratan yang scara topografi dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk disalurkan ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2010). 2. Erosi Erosi adalah perpindahan partikel tanah oleh media alami dari suatu tempat ke tempat lain (Arsyad, 2010) 3. Penggunaan lahan Penggunaan Lahan yaitu segala bentuk kegiatan atau campur tangan manusia, baik secara siklus maupun secara permanen terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang keseluruhan disebut lahan, yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan secara material maupun spiritual. (Malingreau, 1977) 4. Penginderaan jauh Penginderaan Jauh yaitu pengukuran atau akuisisi data dari objek atau fenomena dari sebuah alat tanpa melakukan kontak langsung dengan objek tersebut, atau pengukuran dan akuisisi data sebuah fenomena atau objek oleh alat dari jarak jauh. (Lillesand et al, 2007) 5. Sistem informasi geografi Sistem Informasi Geografi (SIG) yaitu sistem yang pada umumnya berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, mengelola, 4

5 menganalisis, dan mengaktifkan kembali data yang memiliki refrensi keruangan untuk berbagai macam tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan (Danoedoro, 2012) 6. Metode USLE Metode USLE (Uni\versal Soil Loss Equation) adalah metode yang digunakan untuk melakukan prediksi erosi model parametrik berdasarkan dari hubungan antara faktor penentu erosi dengan besarnya erosi tersebut. 7. Satuan lahan Satuan Lahan yaitu suatu wilayah lahan yang memiliki karakteristik dan kualitas lahan tertentu yang dapat dibatasi di peta (FAO, 1976 dalam Sitanala Arsyad, 1989). 5