PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) MODUL 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) MODUL 1"

Transkripsi

1 PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) MODUL 1 KEBIJAKAN YANG TERKAIT PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BIM TAHUN 2018 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

2

3 KATA PENGANTAR Modul-1 Kebijakan yang terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM, merupakan salah satu dari tujuh Modul dalam pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM). Building Information Modeling (BIM) merupakan salah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Konstruksi) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi. Teknologi ini sudah tidak asing lagi bagi industri AEC di dunia, termasuk di Indonesia. Karena dengan menerapkan metode BIM, baik developer, konsultan maupun kontraktor mampu menghemat waktu pengerjaan, biaya yang dikeluarkan serta tenaga kerja yang dibutuhkan. Saat ini Kementerian PUPR telah memiliki roadmap implementasi BIM di lingkungan Kementerian PUPR, dan telah terbentuk Tim BIM PUPR yang menginisiasi kehadiran BIM di kementerian. Selain itu, tim juga mulai menggandeng berbagai pihak untuk bersama-sama berjuang mengembangkan teknologi yang bisa sangat membantu kinerja kementerian secara keseluruhan. Sembilan modul dalam pelatihan ini menginformasikan hal-hal mengenai Kajian dan Peraturan Perundang -undangan dan Kebijakan terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM, Teknologi Digital yang terkait dengan BIM, Proses Bisnis PUPR dan Manajemen Perubahan yang terkait Implementasi BIM, Prinsip Dasar Sistem Teknologi BIM dan Implementasinya di Indonesia, BIM Execution Plan (BEP) serta menerapkannya sebagai bagian dari proses penyajian informasi berbasis BIM, Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D dan 7D serta simulasinya dan Level of Development (LOD), dan Workflow dan Implementasi BIM pada level Kolaborasi dalam proses Monitoring Proyek, tidak hanya secara teori, namun juga secara praktis membahas studi kasus. Dalam tujuan meningkatkan kemampuan keterampilan teknis ASN bidang ke-pu-an (bidang Konstruksi), maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan Kurikulum dan Modul Pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) untuk menghasilkan SDM bidang Konstruksi yang kompeten dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang konstruksi yang handal. Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para narasumber, praktisi di lapangan, PT Mektan Babakan Tujuh Konsultan dengan Team Leader Drs. Komarudin, M.Pd, serta pihak-pihak terkait yang telah membantu terwujudnya modul ini. Akhirnya mudah mudahan paket modul yang kami susun ini dapat bermanfaat dan dapat membantu para praktisi Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) di pusat maupun di daerah dimana sedang mengembangkan infrastruktur. Bandung, September 2018 Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI i

4 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI ii

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... III DAFTAR INFORMASI VISUAL... V DAFTAR TABEL... V PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL... VII BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Materi Pokok dan Sub Materi Pokok Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM:... 3 BAB 2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) Soal Latihan Rangkuman Evaluasi BAB III. PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Insititut BIM Indonesia) Hal. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iii

6 3.2. Panduan BIM Singapura (versi 2.0) Soal Latihan Rangkuman Evaluasi Jawaban Soal Latihan DAFTAR PUSTAKA GLOSARIUM KUNCI JAWABAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iv

7 DAFTAR INFORMASI VISUAL Hal. Gambar 3.1 Langkah Adopsi BIM dalam Organisasi Gambar 3.2. Tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural Gambar 3.3. Mekanisme Pemodelan dan Kolaborasi dalam BIM Gambar 3.4. Contoh Pemetaan Kolaborasi dalam Proyek BIM Gambar 3.5. Produksi Model dan Dokumentasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Peran dan Tanggungjawab Tim BIM Tabel 3.2. Peran dan Tanggungjawab Para Pihak dalam BIM Hal. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI v

8 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vi

9 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Deskripsi Petunjuk penggunaan modul ini digunakan untuk membantu peserta pelatihan terkait materi pada Modul 1 ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk mengenai persyaratan, metoda, alat bantu/media, dan Tujuan Kurikuler Khusus (TKK) dari Modul 1 yaitu Kebijakan yang terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM. 2. Persyaratan Sebelum mempelajari Modul 1, Anda diminta memperhatikan persyaratan berikut ini: a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini. b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang anda miliki. 3. Metoda Dalam mempelajari Modul 1 ini, Metoda yang dapat Anda gunakan adalah sebagai berikut: a. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan tukar pikiran dengan peserta diklat yang lain atau dengan tutor anda. b. Guna memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet. c. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan peserta diklat lainnya. d. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah memahami dengan benar kandungan modul ini. 4. Alat Bantu/Media Untuk menyempurnakan proses pembelajaran Anda dalam memahami Modul 1, Anda dapat menggunakan Alat Bantu/Media sebagai berikut: a. Modul b. Bahan Tayang c. Alat Tulis 5. Tujuan Kurikuler Khusus (TKK) Setelah pembelajaran mata pelatihan ini peserta diharapkan dapat memahami: a. Kebijakan terkait Penyelenggaraan Konstruksi b. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM Selamat belajar! PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vii

10 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI viii

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur di Indonesia, Pemerintah melakukan upaya percepatan proyek-proyek yang dianggap strategis dan memiliki urgensi tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini didukung oleh adanya Peraturan Presiden No. 3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Instruksi Presiden No. 6 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional yang kemudian diperbaharui ke dalam Perpres Nomor 58 Tahun Perpres ini memuat 248 proyek yang kemudian dievaluasi pada tahun 2018 menjadi 222 proyek. Pelaksanaan PSN infrastruktur PUPR diharapkan dapat mewujudkan ketahanan air, kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pengembangan wilayah, penguatan konektivitas nasional, perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan termasuk pengusahaan penyediaan pembiayaan dan penyediaan rumah, industri konstruksi yang kompetitif, sinergi pusat dan daerah, serta pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien dan akuntabel. Dengan demikian faktor-faktor pendukung percepatan infrastruktur harus didorong untuk memaksimalkan hasil yang diinginkan yang membutuhkan dukungan teknologi sistem informasi, mulai dari sisi pengadaan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga operasi dan pemeliharaannya. Salah satu langkah percepatan infrastruktur adalah dukungan penerapan digital technology, salah satunya adalah Building Information Modeling (BIM). Secara umum, BIM merupakan suatu proses dalam menghasilkan dan mengelola data suatu konstruksi selama siklus hidupnya. BIM menggunakan software 3D, real-time, dan pemodelan dinamis untuk meningkatkan produktivitas dalam desain dan konstruksi infrastruktur. BIM membantu para pelaku industri konstruksi untuk mendesain, mensimulasi, memvisualisasikan dan membangun infrastruktur yang lebih baik. Dari sisi pembinaan usaha, pengggunaan BIM akan meningkatkan kinerja organisasi pengguna jasa konstruksi dan penyedia konstruksi. Manfaat penting lainnya, penerapan BIM mampu mengurangi kesalahan dan kelalaian, mengurangi proses pengerjaan berulang, dan mampu mengurangi durasi proyek dan meningkatkan keuntungan bagi yang berada di industri konstruksi. Implementasi BIM dalam penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia tentunya dapat mendukung peningkatan tingkat daya saing global Indonesia. Berdasarkan laporan World Economic Forum tentang Global Competitiveness Index, tingkat kompetitivitas suatu negara dinilai melalui tiga aspek utama yaitu: pemenuhan kebutuhan dasar, penambah efisiensi dan faktor-faktor inovasi dan kemutakhiran yang terkait erat dengan penerapan teknologi konstruksi. Diharapkan dengan adanya penerapan BIM dalam penyelenggaraan konstruksi di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan peringkat indeks daya saing infrastruktur Indonesia dari urutan 52 pada Untuk mewujudkan infrastruktur handal diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dan ahli pada bidang konstruksi. Oleh karena itu, guna menciptakan sumber daya manusia PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 1

12 yang kompeten dan ahli pada bidang konstruksi, salah satunya perlu dilaksanakannya suatu program pelatihan, yaitu : PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM) Dengan demikian diharapkan SDM yang bernaung di bawah Kementerian PUPR terutama pada sektor konstruksi, mampu memberikan pelayanan yang prima terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modelling (BIM). Guna mendukung berjalannya program pelatihan, perlu ditunjang dengan adanya bahan ajar salah satunya yaitu modul. Diharapkan dengan adanya modul, mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka dibuatlah modul terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modelling (BIM). Modul 1 yang membahas mengenai Kebijakan dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan peserta pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modelling (BIM) mengenai keterkaitan Kebijakan dan Peraturan Perundangan dengan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM). Selain itu diharapkan peserta pelatihan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama sesama peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan berlangsung Deskripsi Singkat Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai Kebijakan, Peraturan dan Perundangan, serta Pedoman yang terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan dapat memahami Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi serta Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM Indikator Keberhasilan Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta mampu memahami: a. Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi b. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 2

13 1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik d. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi f. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi g. Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design And Build) i. Latihan j. Rangkuman k. Evaluasi Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM: a. Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Institut BIM Indonesia) b. Panduan BIM Singapura (versi 2.0) c. Panduan BIM Singapura untuk Pelaku Usaha Jasa Konstruksi (BIM Essensial Guide) d. Latihan e. Rangkuman f. Evaluasi PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 3

14 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 4

15 BAB 2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI 2.1. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 Undang-Undang ini disusun karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi. Secara keseluruhan terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal. Adapun beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang baru adalah: 1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi; 2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat; 3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi; 4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha penyediaan bangunan; 5. Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat penyelenggaraan jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan. Perlindungan ini termasuk perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru tidak terdapat klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan bangunan. Hal ini sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat melaksanakan pekerjaan konstruksi; 6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi, termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja; 7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa konstruksi; 8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilainilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4). Asas dan Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berlandaskan pada asas: a. kejujuran dan keadilan; b. manfaat; c. kesetaraan; d. keserasian; e. keseimbangan; f. profesionalitas; g. kemandirian; h. keterbukaan; PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5

16 i. kemitraan; j. keamanan dan keselamatan; k. kebebasan; l. pembangunan berkelanjutan; dan m. wawasan lingkungan Adapun tujuan penyelenggaraan jasa konstruksi adalah: 1. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang berkualitas; 2. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi; 4. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun; 5. menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan 6. menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Tanggungjawab Pemerintah Pusat bertanggungjawab dalam (pasal 4 ayat 1) a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi. Kewenangan Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa Konstruksi c. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa Konstruksi PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6

17 d. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi lembaga yang melaksanakan sertifikasi badan usaha f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa Konstruksi g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem penjaminan usaha Jasa Konstruksi h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional dalam mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka penanaman modal asing; k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi besar; l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha Jasa Konstruksi; m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi yang terkait dengan pasar Jasa Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional; n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha Jasa Konstruksi nasional dan internasional; o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat dalam pasar Jasa Konstruksi; p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa Konstruksi nasional; q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional yang mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional; dan r. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa; PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 7

18 c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa penyelenggaraan Jasa Konstruksi di luar pengadilan; dan d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi; c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan pelatihan Jasa Konstruksi; b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja konstruksi nasional; c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan; d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi; e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi; f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi; g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi; h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi; i. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional tenaga kerja konstruksi serta lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi; j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi kerja PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 8

19 yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan pelatihan. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan standar material dan peralatan konstruksi, serta inovasi teknologi konstruksi; b. mengembangkan skema kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan dan seluruh pemangku kepentingan Jasa Konstruksi; c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas; d. memublikasikan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri kepada seluruh pemangku kepentingan, baik nasional maupun internasional; e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia; f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi konstruksi. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi; c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat Jasa Konstruksi; d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja; dan e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan. Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 9

20 Struktur Usaha Jasa Konstruksi Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan: a. mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi nasional; dan b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi nasional dan internasional. Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi: a. jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan b. bentuk dan kualifikasi usaha. Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi: a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi; b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi. Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi meliputi: a. umum; dan b. spesialis. Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum antara lain: a. arsitektur; b. rekayasa; c. rekayasa terpadu; dan d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah. Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis antara lain: a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan b. pengujian dan analisis teknis. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat umum meliputi: a. pengkajian; b. perencanaan; c. perancangan; d. pengawasan; dan/atau e. manajemen penyelenggaraan konstruksi. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat spesialis meliputi: a. survei; b. pengujian teknis; dan/atau c. analisis. Sifat usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi: a. umum; dan b. spesialis. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum meliputi: a. bangunan gedung; dan PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 10

21 b. bangunan sipil. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis antara lain: a. instalasi; b. konstruksi khusus; c. konstruksi prapabrikasi; d. penyelesaian bangunan; dan e. penyewaan peralatan. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum meliputi: a. pembangunan; b. pemeliharaan; c. pembongkaran; dan/atau d. pembangunan kembali. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi yang bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya. Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi meliputi: a. bangunan gedung; dan b. bangunan sipil. Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan Konstruksi terintegrasi meliputi: a. rancang bangun; dan b. perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan. Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi dilakukan dengan memperhatikan perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berlaku secara internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi. Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi. Sumber daya konstruksi diutamakan berasal dari produksi dalam negeri. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi, layanan usaha, perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha, dan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah. Bentuk dan Kualifikasi Usaha Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Kualifikasi usaha bagi badan usaha terdiri atas: a. kecil; b. menengah; dan c. besar. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 11

22 Penetapan kualifikasi usaha dilaksanakan melalui penilaian terhadap: a. penjualan tahunan; b. kemampuan keuangan; c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan d. kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi. Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan usaha dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi usaha diatur dalam Peraturan Menteri. Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi Usaha orang perseorangan dan badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi kecil hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang: a. berisiko kecil; b. berteknologi sederhana; dan c. berbiaya kecil. Usaha orang perseorangan hanya dapat menyelenggarakan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang: a. berisiko sedang; b. berteknologi madya; dan/atau c. berbiaya sedang. Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar yang berbadan hukum dan perwakilan usaha Jasa Konstruksi asing hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar yang: a. berisiko besar; b. berteknologi tinggi; dan/atau c. berbiaya besar. Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah serta memenuhi kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil sampai dengan sedang, Pemerintah Daerah provinsi dapat membuat kebijakan khusus. Kebijakan khusus tersebut meliputi: a. kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi daerah; dan/atau b. penggunaan Sub penyedia Jasa daerah. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 12

23 Persyaratan Usaha Jasa Konstruksi Setiap usaha orang perseorangan yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan. Setiap badan usaha Jasa Konstruksi yang akan memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin Usaha. Tanda Daftar Usaha Perseorangan dan Izin Usaha Tanda Daftar Usaha Perseorangan diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada usaha orang perseorangan yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin Usaha diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan berlaku untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sertifikat Badan Usaha Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha. Sertifikat Badan Usaha diterbitkan melalui suatu proses sertifikasi dan registrasi oleh Menteri. Sertifikat Badan Usaha paling sedikit memuat: a. jenis usaha; b. sifat usaha; c. klasifikasi usaha; dan d. kualifikasi usaha. Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha, badan usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Menteri melalui lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi badan usaha terakreditasi. Akreditasi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi badan usaha yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri. Tanda Daftar Pengalaman PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 13

24 Pengembangan Usaha Jasa Konstruksi Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah dan besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada Menteri. Registrasi pengalaman dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman. Tanda daftar pengalaman paling sedikit memuat: a. nama paket pekerjaan; b. Pengguna Jasa; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; d. nilai pekerjaan; dan e. kinerja Penyedia Jasa. Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar pengalaman merupakan pengalaman menyelenggarakan Jasa Konstruksi yang sudah melalui proses serah terima. Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi dapat dilakukan melalui Usaha Penyediaan Bangunan. Usaha Penyediaan Bangunan terdiri atas Usaha Penyediaan Bangunan gedung dan Usaha Penyediaan Bangunan sipil. Usaha Penyediaan Bangunan dibiayai melalui investasi yang bersumber dari: a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah; c. badan usaha; dan/atau d. masyarakat. Perizinan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Penyediaan Bangunan diatur dalam Peraturan Presiden. Pengembangan Usaha Berkelanjutan Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus melakukan pengembangan usaha berkelanjutan. Pengembangan usaha berkelanjutan bertujuan untuk: a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik; dan b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk tanggung jawab badan usaha terhadap masyarakat. Pengembangan usaha berkelanjutan diselenggarakan oleh asosiasi badan usaha Jasa Konstruksi. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan usaha berkelanjutan diatur dalam Peraturan Menteri. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 14

25 Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dapat dikerjakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi. Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dapat dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan bangunan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan diatur dalam Peraturan Presiden. Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas: a. Pengguna Jasa; dan b. Penyedia Jasa. Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa terdiri atas: a. orang perseorangan; atau b. badan. Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai hukum keperdataan kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini. Pemilihan Penyedia Jasa Pemilihan Penyedia Jasa hanya dapat diikuti oleh Penyedia Jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 34. Pemilihan Penyedia Jasa yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara dilakukan dengan cara tender atau seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, dan tender cepat. Pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang sudah tercantum dalam katalog. Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal: a. penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat; b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak; c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara; d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 15

26 e. kondisi tertentu. Pengadaan langsung dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu. Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan Penyedia Jasa dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan dengan mempertimbangkan: a. kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup pekerjaan; b. kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja; c. kinerja Penyedia Jasa; dan d. pengalaman menghasilkan produk konstruksi sejenis. Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa Konsultansi Konstruksi yang menggunakan tenaga kerja konstruksi pada jenjang jabatan ahli, Pengguna Jasa harus memperhatikan standar remunerasi minimal. Standar remunerasi minimal ditetapkan oleh Menteri. Pengguna Jasa dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi pada pembangunan untuk kepentingan umum tanpa melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara elektronik. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan Penyedia Jasa dalam hubungan kerja Jasa Konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah. Kontrak Kerja Konstruksi Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus dituangkan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kontrak Kerja Konstruksi paling sedikit harus mencakup uraian mengenai: a. para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak; b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan; c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa; d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak Pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 16

27 Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak Penyedia Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan Jasa Konstruksi; e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi bersertifikat; f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran; g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan; i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak; k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan; l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian; n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan; o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 17

28 Selain ketentuan, Kontrak Kerja Konstruksi dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif. Selain memuat ketentuan di atas, Kontrak Kerja Konstruksi: a. untuk layanan jasa perencanaan harus memuat ketentuan tentang hak kekayaan intelektual; b. untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang Sub penyedia Jasa serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku; dan c. yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban alih teknologi. Ketentuan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi berlaku juga dalam Kontrak Kerja Konstruksi antara Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa. Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia. Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan pihak asing harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing digunakan Kontrak Kerja Konstruksi dalam bahasa Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai Kontrak Kerja Konstruksi diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pengelolaan Jasa Konstruksi Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus: a. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak; b. memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan; dan c. mengutamakan warga negara Indonesia sebagai pimpinan tertinggi organisasi proyek. Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan utama hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa yang bersifat spesialis. Pemberian pekerjaan utama kepada Subpenyedia Jasa yang bersifat spesialis harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa. Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa dengan kualifikasi menengah dan/atau besar mengutamakan untuk memberikan pekerjaan penunjang kepada Subpenyedia Jasa dengan kualifikasi kecil. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 18

29 Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa wajib memenuhi hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa yang tidak menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan/atau tepat waktu dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Pembiayaan Jasa Konstruksi Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, dan/atau masyarakat. Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan dengan: a. kemampuan membayar; dan/atau b. komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi. Kemampuan membayar dibuktikan dengan dokumen dari lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank, dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain yang disepakati dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja sama. Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan dengan kemampuan membayar, Pengguna Jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu. Pengguna Jasa yang tidak menjamin ketersediaan biaya dan tidak melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi yang dilakukan melalui komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa harus mengetahui risiko mekanisme komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 19

30 Dalam pemilihan Penyedia Jasa, Penyedia Jasa menyerahkan jaminan kepada Pengguna Jasa untuk memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen pemilihan Penyedia Jasa. Jaminan sebagaimana terdiri atas: a. jaminan penawaran; b. jaminan pelaksanaan; c. jaminan uang muka; d. jaminan pemeliharaan; dan/atau e. jaminan sanggah banding. Jaminan tersebut harus dapat dicairkan tanpa syarat sebesar nilai yang dijaminkan dan dalam batas waktu tertentu setelah pernyataan Pengguna Jasa atas wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa. Jaminan tersebut dapat dikeluarkan oleh lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian terikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Perubahan atas jaminan dilakukan dengan memperhatikan dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi baik nasional maupun internasional. Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan dan perubahan atas jaminan diatur dalam Peraturan Presiden. Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Perjanjian Penyediaan Bangunan Usaha Penyediaan Bangunan dapat dikerjakan sendiri atau oleh pihak lain. Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain, penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan melalui perjanjian penyediaan bangunan. Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan terdiri atas: a. pihak pertama sebagai pemilik bangunan; dan b. pihak kedua sebagai penyedia bangunan. Para pihak terdiri atas: a. orang perseorangan; atau b. badan. Penyediaan bangunan dapat dilakukan melalui kerja sama Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan badan usaha dan/atau masyarakat. Dalam perjanjian penyediaan bangunan, penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa. Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan bangunan diatur dalam Peraturan Presiden. Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 20

31 Keberlanjutan Konstruksi Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau persetujuan atas: a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan; b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali; d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau e. hasil layanan Jasa Konstruksi. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit meliputi: a. standar mutu bahan; b. standar mutu peralatan; c. standar keselamatan dan kesehatan kerja; d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi; f. standar operasi dan pemeliharaan; g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya. Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis terkait memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun. Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap Kegagalan Bangunan. Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh penilai ahli. Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri. Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 21

32 Penilai ahli harus: a. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami Kegagalan Bangunan; b. memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau pengawas pada Jasa Konstruksi sesuai dengan klasifikasi produk bangunan yang mengalami Kegagalan Bangunan; dan c. terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi. Penilai ahli mempunyai tugas antara lain: a. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan; c. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan; d. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan; e. melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas; dan f. memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri dalam rangka pencegahan terjadinya Kegagalan Bangunan. Dalam melaksanakan tugas penilai ahli dapat berkoordinasi dengan pihak berwenang yang terkait. Penilai ahli wajib bekerja secara profesional dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak. Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan yang disebabkan kesalahan Penyedia Jasa. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilai ahli dan penilaian Kegagalan Bangunan diatur dalam Peraturan Menteri. Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 22

33 Dalam hal rencana umur konstruksi lebih dari 10 (sepuluh) tahun, Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan. Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan pertanggungjawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan Bangunan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pengguna Jasa dan/atau pihak lain yang dirugikan akibat Kegagalan Bangunan dapat melaporkan terjadinya suatu Kegagalan Bangunan kepada Menteri. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ganti kerugian diatur dalam Peraturan Pemerintah. Tenaga Kerja Konstruksi Klasifikasi dan Kualifikasi Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi. Tenaga Kerja Konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam jabatan: a. operator; b. teknisi atau analis; dan c. ahli. Kualifikasi dalam jabatan memiliki jenjang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri. Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan efisien sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja. Pelatihan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Standar Kompetensi Kerja ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja diregistrasi oleh Menteri. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 23

34 Menteri melakukan registrasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi lembaga pendidikan dan pelatihan kerja diatur dalam Peraturan Menteri. Sertifikasi Kompetensi Kerja Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Sertifikat Kompetensi Kerja diperoleh melalui uji kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja. Sertifikat Kompetensi Kerja diregistrasi oleh Menteri. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi. Lembaga sertifikasi profesi wajib mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Lembaga sertifikasi profesi dapat dibentuk oleh: a. asosiasi profesi terakreditasi; dan b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akreditasi terhadap asosiasi profesi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Lembaga sertifikasi profesi diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri. Dalam hal lembaga sertifikasi profesi untuk profesi tertentu belum terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertifikasi Kompetensi Kerja. Setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan Menteri. Registrasi Pengalaman Profesional PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 24

35 Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi kepada Menteri. Registrasi dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman profesional. Tanda daftar pengalaman profesional paling sedikit memuat: a. jenis layanan profesional yang diberikan; b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan d. nama Pengguna Jasa. Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara pemberian tanda daftar pengalaman profesional diatur dalam Peraturan Menteri. Upah Tenaga Kerja Konstruksi Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan. Imbalan yang layak diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga Kerja Konstruksi Asing Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin mempekerjakan tenaga kerja asing. Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja harus memiliki surat tanda registrasi dari Menteri. Surat tanda registrasi diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut hukum negaranya. Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi tenaga kerja konstruksi asing diatur dalam Peraturan Menteri. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 25

36 Pembinaan Tanggung Jawab Profesi Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa Konstruksi harus bertanggung jawab secara profesional terhadap hasil pekerjaannya. Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasil layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui mekanisme penjaminan. Penyelenggaraan Pembinaan Pembinaan Jasa Konstruksi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat diselenggarakan melalui: a. penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional; b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi yang bersifat strategis, lintas negara, lintas provinsi, dan/atau berdampak pada kepentingan nasional; c. pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional; d. pengembangan kerja sama dengan Pemerintah Daerah provinsi dalam menyelenggarakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan e. dukungan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Pembinaan Jasa Konstruksi yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada huruf e diselenggarakan melalui: a. penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi; b. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi; c. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi; dan d. penyelenggaraan pemberdayaan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dilakukan oleh gubernur dan/atau bupati/walikota. Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Daerah di kabupaten/kota dilaksanakan melalui: a. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak hanya di wilayah kabupaten/kota; dan PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 26

37 b. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi nasional di wilayah kabupaten/kota. Dalam melaksanakan pembinaan, Pemerintah Pusat dapat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi. Pendanaan Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 dan sub-urusan Jasa Konstruksi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara. Penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 didanai dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Gubernur melaporkan penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi kepada Menteri yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bupati dan walikota melaporkan penyelenggaraan suburusan Jasa Konstruksi kepada gubernur yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi: a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi; b. tertib usaha dan perizinan tata bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan c. tertib pemanfaatan dan kinerja Penyedia Jasa dalam menyelenggarakan Jasa Konstruksi. Selain melakukan pengawasan, Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa Konstruksi pada: a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri; dan b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 27

38 Sistem Informasi Jasa Konstruksi Partisipasi masyarakat Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi dibentuk suatu sistem informasi yang terintegrasi. Sistem informasi yang terintegrasi memuat data dan informasi yang berkaitan dengan: a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan c. tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi. Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan layanan. Sistem informasi dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang terintegrasi diatur dalam Peraturan Menteri. Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi. Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri. Unsur pengurus lembaga dapat diusulkan dari: a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi; b. asosiasi profesi yang terakreditasi; c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang memenuhi kriteria; dan d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria. Selain unsur, pengurus lembaga dapat diusulkan dari asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi. Pengurus lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Asosiasi yang terakreditasi diberikan oleh Menteri kepada yang memenuhi persyaratan: a. jumlah dan sebaran anggota; b. pemberdayaan kepada anggota; c. pemilihan pengurus secara demokratis; d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah; dan PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 28

39 e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga dibiayai dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga diatur dengan Peraturan Menteri. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara: a. mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi yang berdampak pada kepentingan masyarakat; b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan Jasa Konstruksi; dan c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain berpartisipasi dalam pengawasan, masyarakat juga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan Jasa Konstruksi. Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 29

40 Penyelesaian Sengketa (3) Ketentuan dikecualikan dalam hal: a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi. Selain penyelenggaraan partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, partisipasi masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat Jasa Konstruksi melalui forum Jasa Konstruksi. Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan. Dalam hal musyawarah para pihak tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi, para pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih. Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi: a. mediasi; b. konsiliasi; dan c. arbitrase. Selain upaya penyelesaian sengketa, para pihak dapat membentuk dewan sengketa. Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk dewan sengketa, pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa diatur dalam Peraturan Pemerintah 2.2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang ini disusun karena perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Dengan demikian penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan yang berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencegah penyalahgunaannya maka pemerintah perlu mendukung pengembangan Teknologi Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan secara aman. Ketentuan Umum Pasal 1: PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 30

41 Asas dan Tujuan Asas (Pasal 3) Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat. Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup ataupun terbuka. Dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. Tujuan (Pasal 4): 1. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; 2. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; 3. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; 4. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 31

42 Informasi, Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan Sistem Elektronik Transaksi Elektronik bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan 5. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5). Waktu pengiriman suatu Informasi/Dokumen Elektronik ditentukan pada saat informasi telah dikirim dengan alamat yang benar oleh pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim, di bawah kendali Penerima yang berhak, dan/atau memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk penerima (Pasal 8). Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan (Pasal 11) serta berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya (Pasal 12). Setiap orang berhak menggunakan jasa Penyelenggara Sertifikasi Elektronik untuk pembuatan Tanda Tangan Elektronik terdiri atas: Penyelenggara Sertifikasi Elektronik Indonesia; dan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik asing (Pasal 13). Setiap penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasi dan penyelenggaraan sistem elektroniknya (Pasal 15). Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik dengan persyaratan (Pasal 16): dapat menampilkan kembali Informasi/Dokumen Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi; dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi Elektronik; dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem tersebut; dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat (Pasal 17), dituangkan ke dalam Kontrak Elektronik mengikat para pihak (Pasal 18), serta harus menggunakan Sistem Elektronik yang disepakati (Pasal 19). PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 32

43 Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual dan Perlindungan Hak Pribadi Perbuatan Dilarang Penyelesaian Sengketa yang Peran Pemerintah dan Peran Masyarakat Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat berhak memiliki Nama Domain berdasarkan prinsip pendaftar pertama (Pasal 23). Distribusi, transmisi, membuat dapat diaksesnya informasi/dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik, pengancaman (Pasal 27). Mengakses komputer/sistem elektronik untuk memperoleh informasi/dokumen elektronik dengan menjebol sistem pengamanan (Pasal 30). Melakukan penyadapan, mengubah, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan informasi/dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik (Pasal 31). Memindahkan atau mentransfer informasi/dokumen elektronik kepada yang tidak berhak yang mengakibatkan terbukanya suatu informasi/dokumen elektronik yang bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik (Pasal 32). Memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki: perangkat keras dan lunak komputer, sandi lewat komputer, kode akses, atau sejenisnya yang ditujukan agar sistem elektronik menjadi dapat diakses (Pasal 34). Setiap Orang (Pasal 38) maupun masyarakat (Pasal 39) dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik dan/atau menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian. Pasal 40: Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik, serta melindungi kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data elektronik strategis yang wajib dilindungi, dimana instansi tersebut harus membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang elektroniknya serta menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk kepentingan pengamanan data. Pasal 41: Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi melalui penggunaan dan Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, yang dapat diselenggarakan melalui lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dengan fungsi konsultasi dan mediasi. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 33

44 2.3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam peraturan pemerintah, yakni pengaturan mengenai Lembaga Sertifikasi Keandalan, Tanda Tangan Elektronik, penyelenggara sertifikasi elektronik, Penyelenggara Sistem Elektronik, Penyelenggaraan Transaksi Elektronik, penyelenggara Agen Elektronik dan pengelolaan Nama Domain. Hal ini diatur secara ke dalam Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Peraturan Pemerintah ini mengatur kewajiban penyelenggara sistem elektronik pada umumnya dan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik, yang meliputi perangkat keras, perangkat lunak, tenaga ahli, tata kelola, dan pengamanannya. Khusus untuk penyelenggara sistem elektronik bagi pelayanan publik, antara lain diwajibkan untuk menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah indonesia, wajib memperoleh Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik dari Menteri, dan wajib terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika. Ketentuan Umum Pasal 1 Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik. Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya. Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara otomatis yang diselenggarakan oleh Orang. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 34

45 Penyelenggaraan Sistem Elektronik atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi. Pengguna Sistem Elektronik adalah setiap Orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang memanfaatkan barang, jasa, fasilitas, atau informasi yang disediakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik. Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap Orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendirisendiri maupun bersama- sama kepada Pengguna Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau keperluan pihak lain. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik adalah rangkaian kegiatan Transaksi Elektronik yang dilakukan oleh Pengirim dan Penerima dengan menggunakan Sistem Elektronik Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik adalah suatu rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh institusi yang berwenang dan berkompeten untuk memastikan suatu Sistem Elektronik berfungsi sebagaimana mestinya Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi. Penyelenggaraan Sistem Elektronik dilaksanakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik yang dapat dilakukan untuk pelayanan publik; dan nonpelayanan publik. (Pasal 3) Meliputi pengaturan: pendaftaran; Perangkat Keras; Perangkat Lunak; tenaga ahli; tata kelola; pengamanan; Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik; dan pengawasan. (Pasal 4) Kriteria perangkat Keras yang digunakan (Pasal 6): memenuhi aspek interkonektivitas dan kompatibilitas dengan sistem yang digunakan; memperoleh sertifikat kelaikan dari Menteri; mempunyai layanan dukungan teknis, pemeliharaan, dan purnajual dari penjual atau penyedia; memiliki referensi pendukung dari pengguna lainnya PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 35

46 Penyelenggara Agen Elektronik memiliki jaminan ketersediaan suku cadang paling sedikit 3 (tiga) tahun; memiliki jaminan kejelasan tentang kondisi kebaruan; dan memiliki jaminan bebas dari cacat produk Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan netralitas teknologi dan kebebasan memilih dalam penggunaan Perangkat Keras (Pasal 6) Perangkat Lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib (Pasal 7): terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika; terjamin keamanan dan keandalan operasinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Bentuk Agen Elektronik: visual; audio; data elektronik; dan bentuk lainnya. (Pasal 34) Muatan fitur yang wajib diadakan dalam rangka melindungi hak pengguna sesuai dengan karakteristik Agen Elektronik yang digunakannya: melakukan koreksi; membatalkan perintah; memberikan konfirmasi atau rekonfirmasi; memilih meneruskan atau berhenti melaksanakan aktivitas berikutnya; melihat informasi yang disampaikan (tawaran kontrak atau iklan); mengecek status berhasil atau gagalnya transaksi. (Pasal 35) Penyelenggara Agen Elektronik wajib memperhatikan prinsip: kehati-hatian; pengamanan dan terintegrasinya sistem Teknologi Informasi; pengendalian pengamanan atas aktivitas Transaksi Elektronik; efektivitas dan efisiensi biaya; dan perlindungan konsumen. (Pasal 38) Penyelenggara Agen Elektronik wajib (Pasal 39): melakukan pengujian keautentikan identitas dan memeriksa otorisasi pengguna; memiliki dan melaksanakan kebijakan dan prosedur apabila terdapat indikasi pencurian data; memastikan pengendalian terhadap otorisasi dan hak akses terhadap sistem, database, dan aplikasi Transaksi Elektronik; menyusun dan melaksanakan metode dan prosedur untuk melindungi/merahasiakan integritas data, catatan, dan informasi terkait Transaksi Elektronik; memiliki dan melaksanakan standar dan pengendalian atas penggunaan dan perlindungan data jika pihak penyedia jasa memiliki akses terhadap data tersebut; memiliki rencana keberlangsungan bisnis; dan memiliki prosedur penanganan kejadian tak terduga yang cepat dan tepat. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 36

47 Penyelenggaraan Transaksi Elektronik Tanda Elektronik Tangan Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik Lembaga Keandalan Pengelolaan Domain Sertifikasi Nama Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik atau privat. (Pasal 40) Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dalam lingkup publik atau privat yang menggunakan Sistem Elektronik untuk kepentingan pelayanan publik wajib menggunakan Sertifikat Keandalan dan/atau Sertifikat Elektronik yang disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan Indonesia yang sudah terdaftar. (Pasal 41) Jika gerbang nasional dan jaringan Sistem Elektronik dalam negeri belum dapat dilaksanakan, penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat menggunakan sarana lain atau fasilitas dari luar negeri setelah memperoleh persetujuan dari Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor terkait. (Pasal 43) Transaksi Elektronik dapat dilakukan berdasarkan Kontrak Elektronik atau bentuk kontraktual lainnya sebagai bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak. (Pasal 47) Kontrak Elektronik dan bentuk kontraktual lainnya yang ditujukan kepada penduduk Indonesia harus dibuat dalam Bahasa Indonesia, paling sedikit memuat: data identitas para pihak; objek dan spesifikasi; persyaratan Transaksi Elektronik; harga dan biaya; prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak; ketentuan hukum dan pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik. (Pasal 48) Tanda Tangan Elektronik berfungsi sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas: identitas Penanda Tangan; dan keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik. (Pasal 52) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik dan nonpelayanan publik wajib/harus memiliki Sertifikat Elektronik. (Pasal 59) Pelaku Usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan, baik Lembaga Sertifikasi Keandalan Indonesia; atau Lembaga Sertifikasi Keandalan asing. (Pasal 65) Pengelolaan Nama Domain terdiri atas: Nama Domain tingkat tinggi generik; Nama Domain tingkat tinggi Indonesia; Nama Domain Indonesia tingkat kedua; dan Nama Domain Indonesia tingkat turunan. (pasal 73). Pengelola Nama Domain yang terdiri atas: Registri Nama Domain (melaksanakan pengelolaan nama domain tingkat tinggi) (Pasal 75); dan Registrar Nama Domain (melaksanakan pengelolaan nama domain tingkat kedua dan turunan) (Pasal 76) dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat. (Pasal 74). PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 37

48 2.4. Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Ruang lingkup Ketentuan pelaksanaan pengadaan barang/jasa 1. Ketentuan Pasal 3a seluruhnya dihapus, yaitu mengenai pembiayaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah (pusat/daerah). 1. Penyisipan Pasal 4 (huruf a1 dan a2) mengenai tanggung jawab hasil desain dari konsultan perencana sekurangkurangnya sampai produk desain tersebut selesai dilaksanakan pembangunannya, sepanjang lingkup dan/atau kondisi lingkungan masih sesuai dengan kriteria desain awal dan pengenaan sanksi apabila hasil desain tidak dapat dilaksanakan. 2. Penambahan 1 huruf (huruf j) mengenai tata cara pengumuman pelaksanaan pemilihan Penyedia Jasa secara luas kepada masyarakat sebelum Rencana Umum Pengadaan (RUP) oleh kelompok Kerja ULP 3. Pengubahan ketentuan Pasal 4b mengenai penggunaan surat jaminan pekerjaan konstruksi. 1. Pengubahan ketentuan pada Pasal 6a, yaitu: pemilihan Pekerjaan Konstruksi yang pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi. Khusus untuk Pekerjaan Konstruksi bersifat kompleks, dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi. Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks, atau bernilai di atas Rp ,00 yang menggunakan metode evaluasi sistem gugur ambang batas, maka persyaratan/kriteria evaluasi teknis yang akan dicantumkan di dalam dokumen pengadaan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Pejabat Eselon I terkait. 2. Penyisipan Pasal 6c terkait dengan peralatan yang dipersyaratkan dalam Dokumen Pemilihan meliputi jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah alat serta kriteria evaluasi penawaran terhadap peralatan utama. 3. Adanya ketentuan evaluasi penawaran jika dilakukan kurang dari 3 yang terkait dengan klarifikasi teknis dan harga. 4. Penyedia jasa yang bermitra/kso untuk memenuhi jenis pekerjaan yang dilelangkan dapat terdiri dari penyedia jasa konstruksi umum (general), spesialis, mekanikal/elektrikal, dan/atau keterampilan tertentu. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 38

49 5. Proses pemilihan Penyedia Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Jasa dibatalkan jika proses pemilihan dilaksanakan mendahului pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan. 6. Kontrak untuk pekerjaan konstruksi yang bernilai di atas Rp ,00 sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak atau Tim Opini Hukum Kontrak yang dibentuk oleh K/L/D/I yang bersangkutan. 7. Penyesuaian harga (Price Adjustment) tidak diberlakukan terhadap kontrak Lump Sum dan bagian pekerjaan Lump Sum pada kontrak gabungan (lump sum dan harga satuan) serta terhadap pekerjaan dengan harga satuan timpang; 8. Metode pemilihanpemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Perencana dan/atau Pengawas Konstruksi untuk pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah- pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya, dapat dilakukan dengan Penunjukan Langsung. 9. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi di bidang pekerjaan umum dan perumahan dilaksanakan sesuai dengan Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang pembiayaannya baik sebagian/seluruhnya bersumber dari APBN/APBD. Hal ini bertujuan agar Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) lebih operasional, efektif, dan efisien. Ketentuan Umum Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan suatu bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya, dimana pekerjaan perancangan terintegrasi dengan pelaksanaan konstruksi. Kontrak Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia. Kerja Sama Operasi untuk Pekerjaan Konstruksi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang selanjutnya disingkat KSO adalah perjanjian antara PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 39

50 Persiapan Pengadaan: dua pihak atau lebih badan usaha penyedia layanan pekerjaan konstruksi dengan penyedia layanan jasa konsultansi perencanaan konstruksi dimana masingmasing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut. Harga Perkiraan Sendiri Pekerjaan Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang selanjutnya disingkat HPS adalah harga perkiraan total nilai pekerjaan yang berdasarkan pagu anggaran yang tersedia. Ketentuan Pengguna Jasa (Employer s Requirements) adalah dokumen yang dibuat oleh PPK yang memuat tujuan, lingkup kerja, kriteria rancangan dan/atau kriteria teknis lainnya untuk pekerjaan yang dilelangkan yang menjadi bagian dari dokumen pemilihan. a. Kriteria Kriteria Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) meliputi: pekerjaan kompleks (memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, peralatan yang didesain khusus; dan/atau pekerjaan yang bernilai di atas seratus miliar rupiah) dengan dana dari APBN Pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan yang mendesak untuk segera dimanfaatkan dengan sumber dana APBN. b. Persyaratan a. tersedia konsultan manajemen konstruksi yang bertanggung jawab membantu PPK dan Pokja ULP dalam penjaminan mutu (quality assurance) pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan perencanaan, pengadaan, pelaksanaan konstruksi sampai dengan serah terima akhir pekerjaan; b. tersedia dokumen yang paling sedikit terdiri atas: 1). dokumen rancangan awal (basic design), meliputi: data peta geologi teknis lokasi pekerjaan; referensi data penyelidikan tanah/geoteknik untuk lokasi terdekat dengan pekerjaan; penetapan lingkup pekerjaan secara jelas dan terinci, kriteria desain, standar/code pekerjaan yang berkaitan, dan standar mutu, serta ketentuan teknis pengguna jasa lainnya; identifikasi dan alokasi risiko proyek; identifikasi dan kebutuhan lahan; dan gambar dasar, gambar skematik, gambar potongan, gambar tipikal dan gambar lainnya yang mendukung lingkup pekerjaan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 40

51 c. Penetapan HPS dan Ketentuan Pengguna Jasa 2). Tersedia dokumen usulan DIPA/DPA dari pengguna anggaran. c. tersedia alokasi waktu yang cukup untuk Penyedia dalam menyiapkan dokumen penawaran, yang ditetapkan oleh PPK dan dituangkan dalam dokumen pemilihan dengan memperhatikan: lingkup pekerjaan dan layanan; persyaratan perizinan; penyelidikan tanah; pengembangan desain; identifikasi risiko; dan/atau penyusunan metode pelaksanaan konstruksi. HPS ditetapkan oleh PPK berdasarkan nilai pagu anggaran. Dokumen Ketentuan Pengguna Jasa (Employer s Requirement) untuk suatu pekerjaan, paling sedikit memuat: latar belakang; maksud dan tujuan; sumber pendanaan; besarnya total perkiraan biaya; waktu pelaksanaan yang diperlukan; rancangan awal (basic design); lingkup dan keluaran (output) pekerjaan; jumlah tenaga ahli perancang minimal yang diperlukan; dan izin, persyaratan lingkungan, atau sertifikat yang harus diperoleh dalam penyusunan rancangan dan pelaksanaan konstruksi. d. Metode Pemilihan Dilakukan dengan cara pelelangan umum. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Persiapan Kontrak Pelaksanaan Kontrak Mencakup pengaturan dalam tahapan pemilihan penyedia jasa; persyaratan dan evaluasi kualifikasi penyedia jasa, persayratan dan evaluasi administrasi, serta persyaratan dan evaluasi teknis; evaluasi biaya; serta ketentuan terkait jaminan. Isi persyaratan teknis minimal mencakup jangka waktu pelaksanaan; proposal rancangan; uraian pelaksanaan pekerjaan; organisasi pelaksanaan; manajemen pelaksanaan; perkiraan arus kas (cash flow); daftar personil; daftar peralatan utama (key equipment); rencana keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi; rencana kendali mutu. Mengatur Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak, organisasi pelaksanaan kontrak, serta pendapat ahli hukum. Mencakup pengaturan penandatangan kontrak, serah terima lokasi pekerjaan, perubahan kontrak, penyesuaian harga, pembayaran prestasi pekerjaan, penjaminan mutu, dan serah terima pekerjaan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 41

52 2.6. Soal Latihan 1. Jelaskan tentang ketentuan informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik yang terdapat dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk mengantisipasi perkembangan konstruksi digital di Indonesia! 2. Sebutkan tentang Kriteria Perangkat Keras dan juga Kriteria Perangkat Lunak dalam Transaksi Penyelenggaraan Elektronik sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik! 3. Jelaskan tentang Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017! 2.7. Rangkuman Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 disusun karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi. Secara keseluruhan terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal. Adapun beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang baru di antaranya adalah meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi serta lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha penyediaan bangunan. Peraturan Turunan terbaru dari Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 ini masih dalam proses penyusunan, oleh karena itu untuk sementara masih menggunakan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010, dan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun Undang-Undang Np. 11 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik ini sangat dibutuhkan karena perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Dengan demikian penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan yang berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencegah penyalahgunaannya maka pemerintah perlu mendukung pengembangan Teknologi Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan secara aman. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4 Tahun 1999 tentang SMM Departemen Pekerjaan Umum memberikan panduan melaksanakan manajemen organisasi yang mengarah pada perencanaan, penerapan, pengendalian, pemeliharaan dan peningkatan bagi pencapaian kinerja berlandaskan SMM yang terdokumentasi dan terintegrasi sesuai dengan Kebijakan Mutu yang ditetapkan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri ini ditujukan untuk memudahkan Unit Kerja/Satuan Kerja/Unit PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 42

53 Pelaksana Kegiatan, serta Penyedia Barang/Jasa dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum agar tercapai kinerja yang direncanakan secara akuntabel, efisien dan efektif, dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance). Peraturan Menteri PUPR No, 31/PRT/M/2015 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi pemilihan Pekerjaan Konstruksi melakukan pengaturan ulang tentang Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian PUPR yang diantaranya bahwa pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi. Khusus untuk Pekerjaan Konstruksi bersifat kompleks, dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi. Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks, atau bernilai di atas Rp ,00 yang menggunakan metode evaluasi sistem gugur ambang batas, maka persyaratan/kriteria evaluasi teknis yang akan dicantumkan di dalam dokumen pengadaan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Pejabat Eselon I terkait. Peraturan Menteri Pekerjaan UMum No. 12/PRT/M/2017 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang pembiayaannya baik sebagian/seluruhnya bersumber dari APBN/APBD. Hal ini bertujuan agar Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) lebih operasional, efektif, dan efisien. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan suatu bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya, dimana pekerjaan perancangan terintegrasi dengan pelaksanaan konstruksi Evaluasi Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang Benar di antara pilihan jawaban yang ada. 1. Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 diterbitkan karena: a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi sudah terlalu lama dan kadaluarsa. b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ternyata banyak menimbulkan kegelisahan di masyarakat. c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi. d. Semua benar e. Semua salah 2. Turunan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah: a. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 b. Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010 c. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 d. Semua benar PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 43

54 e. Semua salah 3. Peraturan Menteri PUPR No, 31/PRT/M/2015 adalah tentang: a. Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi b. pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang pada prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi c. pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks, dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi. d. Semua benar e. Semua salah 2.9. JAWABAN SOAL LATIHAN 1. Ketentuan tentang informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik yang terdapat dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik untuk mengantisipasi perkembangan konstruksi digital di Indonesia adalah sebagai berikut: Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5). Waktu pengiriman suatu Informasi/Dokumen Elektronik ditentukan pada saat informasi telah dikirim dengan alamat yang benar oleh pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim, di bawah kendali Penerima yang berhak, dan/atau memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk penerima (Pasal 8). o Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan (Pasal 11) serta berkewajiban memberikan pengamanan atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya (Pasal 12). 2. Kriteria Perangkat Keras dan juga Kriteria Perangkat Lunak dalam Transaksi Penyelenggaraan Elektronik sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik adalah sebagai berikut: Penyelenggaraan Sistem Elektronik dilaksanakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik yang dapat dilakukan untuk pelayanan publik; dan nonpelayanan publik. (Pasal 3) Meliputi pengaturan: pendaftaran; Perangkat Keras; Perangkat Lunak; tenaga ahli; tata kelola; pengamanan; Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik; dan pengawasan. (Pasal 4) Kriteria perangkat Keras yang digunakan (Pasal 6): memenuhi aspek interkonektivitas dan kompatibilitas dengan sistem yang digunakan; memperoleh sertifikat kelaikan dari Menteri; mempunyai layanan dukungan teknis, pemeliharaan, dan purnajual dari penjual atau penyedia; memiliki referensi pendukung dari pengguna lainnya memiliki jaminan ketersediaan suku cadang paling sedikit 3 (tiga) tahun; memiliki jaminan kejelasan tentang kondisi kebaruan; dan memiliki jaminan bebas dari cacat produk PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 44

55 Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan netralitas teknologi dan kebebasan memilih dalam penggunaan Perangkat Keras (Pasal 6) Perangkat Lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib (Pasal 7): terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika; terjamin keamanan dan keandalan operasinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 3. Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana yang tertera dalam Undang- Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun Sistem informasi yang terintegrasi dibuat untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Data dan informasi terkait dengan: tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 45

56 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 46

57 BAB III. PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM 3.1. Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Insititut BIM Indonesia) KEPEMIM- PINAN HASIL PERENCA- NAAN KETERLI- BATAN STAKE- HOLDER LANGKAH ADOPSI BIM DALAM ORGANISASI INFORMASI SDM DAN KAPABILI- TAS PROSES Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, Gambar 3.1 Langkah Adopsi BIM dalam Organisasi Dalam rangka mendukung percepatan proyek strategis nasional di Indonesia sekaligus meningkatkan daya saing infrastruktur Indonesia melalui penerapan teknologi digital dalam konstruksi, maka Kementerian PUPR menelurkan roadmap dalam pelaksanaaan BIM. Adapun tahap awal atau Tahap Adopsi merupakan tonggak yang sangat penting dalam pengimplementasian BIM di organisasi. langkah-langkah adopsi BIM dalam suatu organisasi, khususnya dalam Kementerian PUPR dapat dilihat sebagai berikut. 1) Kepemimpinan Pada lingkup proyek, usulan organisasi yang bertugas melaksanakan BIM dapat dilihat pada tabel berikut. Dalam konteks owner atau pemilik proyek, representatif BIM untuk owner harus memiliki pemahaman tentang BIM sebagai metode dalam desain, konstruksi, serta operasional. Beberapa posisi dalam struktur organisasi ini yakni: Manajer Proyek BIM (Project BIM Manager), terdiri dari 1) Manajer Konstruksi BIM dan 2) Manajer Desain BIM; Lead/Koordinator BIM untuk setiap disiplin. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 47

58 Tabel 3.1. Peran dan Tanggungjawab Tim BIM Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, ). Perencanaan Salah satu deliverable penting adalah pengembangan program adopsi BIM yang bertujuan untuk mengarahkan dan memandu organisasi dari kondisi eksisting ke kondisi berbasis BIM yang digunakan secara efektif dan inovatif. Hal yang menjadi keluaran aspek perencanaan adalah sebagai berikut: Visi BIM Tujuan BIM, dimana pada setiap Tujuan dan Sasaran harus ada indikasi bagaimana Achievement diukur dalam suatu rentang waktu tertentu. Tema penting, diperlukan agar adopsi BIM dalam suatu organisasi menjadi lebih fokus. Contoh fokus misalnya pembelajaran (learning focus) atau inovasi untuk penciptaan nilai baru Manajemen Perubahan/Change Management, membantu organisasi bermigrasi dari kondisi eksisting sekarang ke kondisi di masa datang dengan sedikit disrupsi dan resistensi. Manajemen perubahan ditetapkan menurut jangka waktu tertentu, misal penciptaan iklim perubahan (3-6 bulan), membangun momentum perubahan (6-12 bulan); implementasi dan keberlanjutan proyek (12-24 bulan). Sumber Daya BIM, mencakup daftar software dan hardware yang diperlukan sesuai fungsinya serta sistem pengelolaan dokumen utnuk mengelola aset-aset BIM. 3). Informasi Informasi pada tahap adopsi BIM terkait dengan 1) standar BIM, 2) Quality Assurance BIM, 3) Quality Control BIM, serta 4) Manajemen Informasi BIM. Standar BIM, merupakan definisi dari apa dan bagaimana mengembangkan modelmodel BIM pada setiap tahap proyek untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 48

59 Beberapa Negara memiliki standar sendiri yang bersumber dari BIM National Standard. Standar BIM ini dapat dibuat berbeda pada setiap disiplin ilmu. Contoh Standar BIM. Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, 2018 Quality Assurance BIM, berperan sangat penting dalam menjamin keluaran yang dihasilkan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Contoh QA untuk BIM diantaranya adalah: Validasi model (cek secara visual) untuk memastikan model yang dihasilkan sesuai dengan standar atau spesifikasi yang ditetapkan pada dokumen Standar BIM Validasi Dataset untuk memastikan dataset yang dimasukkan pada model sesuai dengan standar dan menggunakan data yang valid Validasi Antar-muka (cek dengan bantuan computer) untuk mendeteksi bentrok (clash detection) pada elemen bangunan menggunakan software deteksi bentrok maupun mendeteksi ruang yang cukup antar komponen bangunan untuk tujuan instalasi dan pemeliharaan Validasi Koordinasi Eksternal (Exchange Validation) untuk memastikan model yang dihasilkan atau dipublikasikan sesuai dengan protocol koordinasi eksternal yang telah didefinisikan dalam dokumen Project Execution Plan atau BIM Execution Plan (BEP) Quality Control BIM, bertujuan untuk memverifikasi semua deliverables yang sesuai dengan standar proyek. Manajer BIM dan Tim harus memverifikasi semua deliverable yang diterima sesuai dengan dokumen BEP dan kontrak (jika ada). Kegiatan quality control diantaranya mencakup: Verifikasi metadata terkait tanggal pemasukan file, jenis fileo Nama file instruksi akses ke database (jika ada), deskripsi isi, skema data, deskripsi standar data Validasi versi software, format dan jenis file, penamaan file PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 49

60 Validasi model final Validasi model terkoordinasi berikut laporan clash detection Pengecekan semua model yang diterima Menggunakan Project Data Submission Log untuk mencatat semua model dan informasi yang masuk berikut isu-isu yang muncul. Manajemen informasi BIM, terkait dengan standar pengelolaan informasi BIM pada proyek yang dikerjakan. Contoh Manajemen Informasi BIM adalah sebagai berikut: BIM Execution Plan (BEP) Dokumen Laporan Kemajuan BIM berdasarkan tahapannya (tahap konsep, tahap skematik/prarancangan, tahap pengembangan desain, tahap submisi TABG, tahap tender/ded, tahap konstruksi, tahap as-built, tahap manajemen fasilitas Rapat-rapat koordinasi BIM termasuk MoM dan follow up Koleksi Library BIM per disiplin Kontraktual mencakup addendum, RFI, dan change order 4) Proses Berikut disajikan panduan (outline) mengenai apa saja deliverable yang harus dikeluarkan dalam setiap tahapan pelaksanaan BIM pada setiap proyek. Contoh tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural adalah sebagai berikut. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 50

61 Sumber: BIM Essential Guide for Structural Consultant, BCA Singapore, 2013 Gambar 3.2. Tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural 5) SDM Pengembangan kapasitas (capacity building) adalah hal paling penting dalam program adopsi BIM. Hal ini terkait pemetaan kompetensi sumber daya manusianya dan melaksanakan rangkaian training sesuai rencana adopsi dan implementasi BIM. Peta Kompetensi Peta kompetensi (Competency Map) adalah cetak biru SDM dalam sebuah organisasi yang memperlihatkan jenis ketrampilan (skill set) yang harus dikembangkan untuk memenuhi target tujuan dan sasaran program adopsi dan implementasi BIM Rencana dan Peta Jalan Pelatihan (Training) Suatu organisasi harus memiliki peta jalan dan program pelatihan berkesinambungan yang meliputi perencanaan SDM, jenis pelatihan, waktu dan penyedia layanan. Program pelatihan dapat disesuaikan menurut jenis personil (senior management, principal, arsitek, project manager, engineer, drafter) dan model pelatihan BIM seperti apa yang dibutuhkan (BIM Awareness, BIM Management, BIM Modelling, BIM Analysis). Jenis proses pembelajaran BIM dapat berupa: Kursus dan pelatihan formal BIM dengan target keterampilan (skill) yang diinginkan. Mentoring dimana staf yang sudah dilatih sebelumnya, membimbing staf yang lain. Forum dimana isu-isu teknis dan lessons learned disampaikan dan dibagi diantara rekan. Dokumentasi berupa manual dan kumpulan good practices. 6). BIM Execution Plan BIM Execution Plan (BEP) adalah dokumen pegangan yang disetujui oleh pemilik proyek untuk memandu Tim Proyek mencapai tujuan dan sasaran, termasuk deliverable BIM dalam rentang waktu pelaksanaan proyek. Secara khusus dokumen ini menetapkan peran dan tanggung PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 51

62 jawab anggota proyek dalam penggunaan BIM pada setiap tahapan proyek yang berisi halhal teknis dan detail terkait deliverable dan prosesnya, yang mana terkait dengan proses pembuatan, koordinasi, distribusi informasi. Dalam dokumen BEP, umumnya berisi hal-hal berikut: Informasi Proyek Anggota Pelaksana Proyek Tujuan Proyek dan Penggunaan BIM di Setiap Tahapan Proyek Deliverable BIM di Setiap Tahapan Proyek Pembuat Model (Model Author) dan Pengguna Model (User) untuk Setiap Deliverable BIM Elemen-elemen Model, Tingkat Kelengkapan Informasi (Level of Development/LOD) dan atribut untuk setiap Deliverable BIM Proses pembuatan model BIM, pemeliharaan dan kolaborasinya Protokol atau prosedur distribusi informasi, format submisi Sarana dan prasarana,software yang digunakan. BEP pada umumnya dibuat pada awal pelaksanaan proyek dan dapat diperbaharui (update) untuk mengakomodasi anggota baru atau jenis penggunaan BIM baru dalam suatu proyek. Semua pembaruan harus mendapat persetujuan dari pemilik proyek dan BIM Manager. 7). Hasil Hasil dari program adopsi BIM harus dapat dimonitor secara reguler sehingga aksi korektif dapat dilakukan untuk mengarahkan program agar sesuai dengan rencana dan tujuan semula. Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan adalah sebagai berikut: TingkatProyek % proyek yang dilaksanakan menggunakan BIM % pihak-pihak luar yang terlibat Tahapan proyek yang menggunakan BIM (konsep, skematik, DED, As-Built, dst) Jumlah layanan tambahan yang ditawarkan Tingkat akurasi dari deliverable BIM (tingkat error) o % waktu tunda (delay) dan penambahan biaya Tingkat Organisasi Kepemimpinan, perencanaan dan hasil Proses dan informasi SDM dan kapabilitas Keterlibatan stakeholder dan customer Cara baru atau metode baru dalam pelaksanaan pekerjaan Tingkat Kapabilitas Karyawan % karyawan yang ditraining BIM % karyawan yang bersertifikat BIM Tingkat ketrampilan BIM (BEP planning, authoring, analysis, collaboration, dst) % jenis keterampilan BIM yang diaplikasikan dalam proyek % karyawan yang detraining sebagai: manajer BIM, coordinator BIM, pemodel BIM PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 52

63 3.2. Panduan BIM Singapura (versi 2.0) Pendahuluan Panduan BIM Singapura yang dibuat oleh Building Construction Authority (BCA) Singapura merupakan arahan yang menggarisbawahi peran dan tanggungjawab anggota proyek ketika menggunakan BIM pada berbagai tahapan proyek. Tujuannya adalah untuk mengarahkan keluaran atau hasil kerja, proses, serta para personil atau orang-orang yang terlibat dalam implementasi BIM dalam sebuah penyelenggaraan proyek konstruksi. Panduan ini juga digunakan sebagai arahan bagi pengembangan BIM Execution Plan (BEP) yang merupakan kesepakatan antara Pemberi Kerja dengan anggota proyek untuk mewujudkan keberhasilan implementasi suatu proyek BIM. Panduan BIM Singapura secara umum terdiri dari spesifikasi BIM serta prosedur BIM Modelling dan Kolaborasi. Versi 1.0 diluncurkan pada bulan Mei 2012 yang dilanjutkan dengan Versi 2.0 yang diperbaharui pada tahun PANDUAN BIM SINGAPURA 1. BIM DELIVERABLES ('what') - Elemen BIM - Atribut Elemen BIM - BIM Objective & Responsibility Matrix - Kompensasi - Layanan Nilai Tambah 2. BIM PROCESS: MODELLING & KOLABORASI ('how') - Pemodelan pada Masing-Masing Disiplin Individual - Koordinasi Model Lintas Disiplin - Produksi Model dan Dokumentasi - Keamanan Data - Quality Assurance dan Quality Control - Workflow Proyek Design-Built - Workflow Proyek Design-Bid-Built 3. BIM PROFESSIONAL ('who') 1). BIM DELIVERABLES Hasil kerja BIM diproduksi oleh berbagai anggota proyek dalam berbagai tahapan proyek yang berbeda agar tercapainya tujuan implementasi BIM. Contoh keluaran adalah sebagai berikut: Site model Massing model Model arsitektural, struktural, dan MEP untuk: keperluan perizinan, koordinasi dan analisis clash detection, visualisasi, serta estimasi biaya Penjadwalan (material, waktu), dan tahapan program Model konstruksi dan fabrikasi Gambar kerja As-built model Data untuk manajemen fasilitas PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 53

64 Layanan BIM lainnya untuk menambah value added a). Elemen BIM Tiap keluaran biasanya terdiri dari satu set model BIM yang terdiri dari berbagai elemen yang dikategorikan berdasarkan disiplin tertentu. Setiap elemen merupakan representasi digital dari karakteristik fisik dan fungsi setiap komponen bangunan sebenarnya dalam proyek konstruksi. Contoh elemen BIM dapat dilihat pada tabel berikut: 1. Elemen Arsitektural BIM Keterangan Site Model Infrastruktur tapak (jalan, trotoar, parkir, akses,dll) Hidran kebakaran Saluran drainase Hard landscape dll Ruang/Space Ruangan, koridor, lainnya Dinding Dinding interior/eksterior/non Structural Pintu, Jendela, ventilasi Pintu interior/eksterior Jendela interior/eksterior Ventilasi Atap..dst Atap secara keseluruhan (termasuk finishing dan insulasi) 2. Elemen Struktural BIM Pondasi termasuk tiang pancang, pile cap, dll Balok, kolom, dinding Slab Tangga Precast & Prestressed concrete systems..dst 3. Elemen Pekerjaan Sipil BIM Keterangan Digital Terrain Model Topografi 3D surface based yang memperlihatkan kondisi tapak dan lokasi bangunan. Termasuk jalan eksisting, kerb, ramp, lahan parkir, dll). Geology Report Laporan investigasi tanah (BIM Model tidak diperlukan) Model Utility Pekerjaan saluran drainase dan air hujan Utilitas publik bawah tanah...dst Titik-titik koneksi untuk utilitas eksisting dan utilitas baru termasuk outlet, saluran permukaan, slot channel, dan manhole Hanya jaringan drainase 4. Elemen ACMV BIM Keterangan ACMV Equipment air handling unit, chiller unit, cooling tower, refrigerant unit, dll PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 54

65 ACMV Distribution Mechanical piping...dst exhaust air ducts, fresh air ducts, supply air ducts, return air ducts, transfer air ducts, dll chilled water supply pipes, chilled water return pipes, condesate drain pipes, dll 5. Elemen Plumbing dan Sanitasi BIM Pumps Control panel, monitoring, sensor Fresh water piping, fitting, valves Water meter Underground public utilities untuk water supply dan drainase Grease and sand trap Sump dan sewage pits..dst 6. Elemen Proteksi Kebakaran BIM System piping, droppers, fittings, valves and sprinkler heads, sprinkler inlets, sprinkler control valve set, dll Fire sprinkler pumps Sprinkler tanks Heat or smoke detectors, control panels, monitoring and control sensors, pump panels, check meter dll Fire extinguishers..dst 7. Elemen Elektrikal BIM Cable trays, trunking & cable containment, electrical risers, conduit, bus duct, power feeds Diesel tanks & fuel pipes Lifts, PA systems, BMS equipments including display panels Security system including CCTV camera, smart card system, door monitoring system...dst 8. Elemen Gas BIM Pipa gas dan supply Sumber: Appendix A, Singapore BIM Guide ver 2.0 b) Atribut Elemen BIM Aspek penting BIM adalah kemampuannya untuk menyimpan informasi dalam suatu model. baik dalam bentuk geometris (ukuran, volume, bentuk, tinggi, orientasi) maupun non geometri (system data, performance data, pemenuhan terhadap peraturan dan standar, spesifikasi, biaya). Perubahan Detail Model Atribut elemen BIM dapat berubah /bertambah tingkat kedetailannya seiring dengan kemajuan proyek. Sebagai contoh, pondasi pada tahap awal tidak dapat dimodelkan karena kurangnya informasi. Pada tahap detail design, detil pondasi berkembang berdasarkan hasil analisis struktur dan desain. Tiang pancang secara akurat dimodelkan. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 55

66 Pada tahap konstruksi, informasi yang lebih detil dimodelkan, contohnya adalah baja tulangan dalam bentuk model 3D. Detail juga dapat dilihat melalui gambar kerja 2D. BIM vs 2D Dalam setiap tahapan proyek BIM yang ditampilkan dalam model 3D, maka jika direpresentasikan dalam gambar kerja 2D tingkat kedetilan akan berubah sesuai skalanya. Contoh untuk desain konseptual, desain skematik, dan detail design ditampilkan dalam skala 1:200, elemen dalam tahap konstruksi ditampilkan dalam skala 1:5 sampai 1:100, As Built Drawing pada skala 1:100, dan Facility Management pada skala 1:50. c) BIM Objective & Responsibility Matrix Bagaimana cara proyek BIM dihantarkan agar sesuai dengan tujuan dan sasarannya dapat dilacak pada BIM Objective & Responsibility Matrix. Matriks ini dapat melihat kegiatan yang ada pada setiap tahapan beserta anggota tim yang terlibat dan kedudukannya, apakah sebagai model author (bertanggungjawab dalam mengeluarkan dan pemeliharaan model) atau model user (pengguna model). d) Kompensasi BIM Steering Committee Singapura menyadari bahwa adopsi BIM meningkat upaya pada tahap desain sehingga merekomendasikan pembayaran 5% dari fee payment jasa konsultasi. Selain itu, penambahan cost juga harus diperhitungkan pada saat lelang, khususnya terkait fee penyerahan desain BIM dari desainer (konsultan) ke kontraktor. e) Layanan Nilai Tambah Lainnya Untuk lebih memahami performa suatu bangunan, maka proses analisis digital dalam BIM dipertimbangkan sebagai pelayanan tambahan (additional service). Contohnya adalah: Simulasi dan analisis lingkungan (khusus untuk konsep desain) Validasi energi untuk memperkirakan pemakaian energi yang dibutuhkan Validasi desain pencahayaan beserta visualisasinya Penjadwalan konstruksi dan pentahapannya secara 4D Model BIM bangunan eksisting untuk masterplan site studi dan FS Penilaian Green Mark, RETV, Buildability and Constructability berdasarkan model BIM Penyediaan alternatif sistem struktural dan MEP berdasarkan model konseptual Estimasi proyek berdasarkan model konseptual Estimasi biaya MEP berdasarkan model MEP BIM Pemberi kerja harus memahami adanya potensi peningkatan cost ketika meminta pelayanan BIM tambahan ini. Sehingga direkomendasikan adanya negosiasi biaya tambahan antarpihak yang terlibat. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 56

67 2) BIM PROCESS TERKAIT PROSEDUR MODELLING DAN KOLABORASI Proses BIM pada umumnya mencakup pembuatan model, koordinasi model dan pertukaran data yang mengikutsertakan tim model author (penulis/pembuat) dan user (pengguna). Pada titik tertentu, model dapat dibekukan dan diperlihatkan pada pengguna. Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0 Gambar 3.3. Mekanisme Pemodelan dan Kolaborasi dalam BIM. a) Pemodelan pada Masing-Masing Disiplin Individual Pada tahap ini anggota pada masing-masing disiplin menghasilkan model sesuai dengan keluaran yang disepakati dalam BEP. Model terus dikembangkan dengan mengikuti standar namun belum dicek dan diverifikasi di luar tim. Panduan Modeling untuk Elemen BIM Panduan modeling untuk elemen-elemen kunci BIM pada berbagai tahapan proyek dapat dilihat dalam Appendix C, dikelompokkan ke dalam disiplin Arsitektural, Struktural, dan MEP. Secara umum, setiap elemen dimodelkan sesuai ukuran, bentuk, lokasi, orientasi, dan kuantitas. Pada tahap awal proyek, properti elemen lebih bersifat umum (generik) namun seiring dengan progress proyek maka akan semakin spesifik dan akurat. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 57

68 Panduan Modeling untuk Persyaratan Peraturan dan Perizinan Terdapat panduan modeling BIM untuk perizinan beserta e-template yang disertakan dalam website. Orientasi Model Titik awal proyek harus didefinisikan secara jelas dan digambar pada sistem koordinat SVY21 dengan mengacu pada SLA Vertical Control Point (VCP) plus 100m. Pembagian Model dan Struktur Pentingnya untuk membagi model ke dalam bagian, zona, dan tingkat yang berbeda tentunya dengan mempertimbangkan ukuran bangunan serta fase proyek. Hal ini harus disetujui oleh tim modeling sedini mungkin. Manajemen Revisi Model BIM akan terus berubah sesuai tahapan proyek. Perubahan ini harus dicatat terutama ketika model dibagi ke dalam beberapa paket kecil dan ditangani oleh orang-orang yang berbeda. Dalam hal ini peran koordinator BIM di tiap disiplin sangat penting untuk mencatat informasi-informasi terbaru dalam perubahan model. b) Koordinasi Model Lintas Disiplin Model yang telah dibuat oleh tim harus dibagi dengan anggota tim dari disiplin lainnya secara terkoordinasi sehingga pihak terlibat dapat melihat dan menyelesaikan potensi konflik dan dapat menghindari pengerjaan ulang atau delay pada tahap konstruksi. Sebelum koordinasi antar disiplin, model dicek, disetujui dan divalidasi serta diberi tanda "fit for coordination". Contoh kolaborasi proyek BIM dapat dilihat pada gambar berikut. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 58

69 Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0 Gambar 3.4. Contoh Pemetaan Kolaborasi dalam Proyek BIM. Jenis Koordinasi Keberhasilan koordinasi BIM disumbang oleh perencanaan matang dan pemahaman mengenai koordinasi desain, clash detection atau space validation. Dalam proses koordinasi tahap awal, keseluruhan model dapat dijalankan terhadap model lain untuk melihat keterkaitan antar objek, elemen, dan kriteria lainnya. Penting untuk diingat bahwa tidak semua konflik yang terdeteksi merupakan suatu permasalahan, akan tetapi bisa saja disengaja untuk menyederhanakan proses modelling. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses koordinasi, perlu ditetapkan beberapa aturan sehingga dapat mereduksi waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk mendeteksi kesalahan. Dengan demikian, tanggungjawab yang diharapkan dari setiap tim dalam proses koordinasi diantaranya adalah: Dalam proses koordinasi setiap tim mempunyai model spesifik sesuai disiplin masingmasing Untuk menyelesaikan konflik, setiap tim menyetujui perubahan model sesuai disiplinnya PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 59

70 c) Produksi Model dan Dokumentasi Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0 Gambar 3.5. Produksi Model dan Dokumentasi. Pada saat panduan ini dibuat, industri konstruksi Singapura tengah mengalami tahap transisi dari penggunaan gambar 2D ke model BIM. Untuk menyelesaikan konflik antara dokumen kontrak dan model BIM maka dokumen kontrak akan berupa gambar 2D, sedang serah terima proyek akan berupa format gambar 2D dan BIM. Publikasi 2D Sebelum industri konstruksi siap dalam menerima BIM sebagai bagian dari dokumen kontraktual, maka para anggota proyek harus menyetujui standar gambar 2D, termasuk rencana, potongan, elevasi, detail, dan lainnya. Direkomendasikan untuk mengambil gambar 2D dari model BIM untuk menjamin keseragaman. Adapun gambar/detail 2D yang tidak berasal dari model BIM dapat diberi label secara khusus. Format Pertukaran BIM Pihak-pihak yang berkolaborasi juga harus menyepakati protokol pertukaran BIM beserta formatnya (baik proprietary atau open source). Untuk menjamin keberlanjutan informasi sesuai siklus hidup bangunan, maka informasi dapat tersedia dalam bentuk open standard atau format yang disetujui bersama yang terspesifikasi dalam BIM Execution Plan. Setelah itu semua dokumentasi berupa output data model BIM harus diarsipkan ke dalam folder proyek. PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 60

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (UU 2/2017 & PP 29/2000 Jo PP 54/2016) admikon2@gmail.com MODUL BIMBINGAN TEKNIS ADMINISTRASI KONTRAK KONSTRUKSI Modul 1 : Kebijakan Penyusunan Dok. Kontrak

Lebih terperinci

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JADWAL SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMAHAMAN

SOAL LATIHAN PEMAHAMAN SOAL LATIHAN PEMAHAMAN UNDANG - UNDANG JASA KONSTRUKSI UU No.2 Tahun 2017 Disusun oleh: Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumah Rakyat

Lebih terperinci

-2- Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian, keseimbangan, profesi

-2- Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian, keseimbangan, profesi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 18

Lebih terperinci

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2006 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DAN TANDA DAFTAR USAHA PERSEORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2009... TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

FILOSOFI DAN SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

FILOSOFI DAN SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI FILOSOFI DAN SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SALAH SATU SEKTOR STRATEGIS DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA PEMBANGUNAN NASIONAL Dilihat dari

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya manusia dalam mengembangkan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN 2013... TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan jasa konstruksi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang

Lebih terperinci

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 18

Lebih terperinci

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT LAPORAN SINGKAT KOMISI V DPR RI (BIDANG PERHUBUNGAN; PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT; DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI; BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA; BADAN PENCARIAN

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga

2017, No.9 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebaga LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2017 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Sarana. Prasarana. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6016) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

WALIKOTA LUBUKLINGGAU WALIKOTA LUBUKLINGGAU PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa Jasa Konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM : HUKUM KONSTRUKSI Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM : 03115153 RINGKASAN UU NO 18 TAHUN 1998 TENTANG JASA KONSTRUKSI BAB I Ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2014 EKONOMI. Pembangunan. Perindustrian. Perencanaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN I. UMUM Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap orang dalam mengembangkan

Lebih terperinci

$}ru SALINAN. a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk. d perlu membentuk Undang_Undang tentang Jasa

$}ru SALINAN. a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk. d perlu membentuk Undang_Undang tentang Jasa $}ru **p,rq@ SALINAN R E P u J.T,: t,',35 * = r, o UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM IMPLEMENTASI KONSTRUKSI BERKELANJUTAN PADA PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa jasa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.183, 2012 PERTAHANAN. Industri. Kelembagaan. Penyelenggaraan. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang Mengingat : a. bahwa usaha jasa konstruksi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5520 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 61) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3955) sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK -- 1 -- PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Sumber Daya Industri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 146) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang :

Lebih terperinci