DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. EXECUTIVE SUMMARY... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENELITIAN TUJUAN PENELITIAN RUANG LINGKUP PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Daerah Penelitian Jenis dan Sumber Data Analisis Data Tinjauan Dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Sektor/Sub Sektor dan Komoditas Kriteria Penentuan KPJu Unggulan Prinsip Penilaian Kriteria Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data BAB II PROFIL DAERAH PROVINSI ACEH KABUPATEN SIMEULUE KABUPATEN ACEH SINGKIL KABUPATEN ACEH SELATAN KABUPATEN ACEH TENGGARA KABUPATEN ACEH TENGAH KABUPATEN ACEH BARAT KABUPATEN ACEH BESAR KABUPATEN PIDIE KABUPATEN BIREUEN KABUPATEN ACEH UTARA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA KABUPATEN GAYO LUES KABUPATEN ACEH TAMIANG KABUPATEN NAGAN RAYA KABUPATEN ACEH JAYA KABUPATEN BENER MERIAH KABUPATEN PIDIE JAYA KOTA BANDA ACEH KOTA SABANG KOTA LANGSA KOTA LHOKSEUMAWE KOTA SUBULUSSALAM BAB III KONDISI PEREKONOMIAN PROVINSI ACEH KABUPATEN SIMEULUE P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

2 3.3 KABUPATEN ACEH SINGKIL KABUPATEN ACEH SELATAN KABUPATEN ACEH TENGGARA KABUPATEN ACEH TIMUR KABUPATEN ACEH TENGAH KABUPATEN ACEH BARAT KABUPATEN ACEH BESAR KABUPATEN PIDIE KABUPATEN BIREUEN KABUPATEN ACEH UTARA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA KABUPATEN GAYO LUES KABUPATEN ACEH TAMIANG KABUPATEN NAGAN RAYA KABUPATEN ACEH JAYA KABUPATEN BENER MERIAH PIDIE JAYA KOTA BANDA ACEH KOTA SABANG KOTA LANGSA KOTA LHOKSEUMAWE KOTA SUBULUSSALAM BAB IV KEBIJAKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI KEBIJAKAN BANK INDONESIA KEBIJAKAN UMKM DAERAH Permasalahan dan karakteristik UMKM Rekomendasi Kebijakan UMKM di Daerah Kebijakan UMKM di Provinsi Aceh Penyaluran kredit perbankan kepada UMKM di Provinsi Aceh Profil Sektor UMKM di Provinsi Aceh BAB V. PENETAPAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM PROVINSI ACEH PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA PENETAPAN ALTERNATIF KPJU TINGKAT KABUPATEN/KOTA PENETAPAN KPJU UNGGULAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Kabupaten Simeulue Kabupaten Singkil Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Tenggara Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Tengah Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Pidie Kabupaten Bireuen Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Barat Daya Kabupaten Gayo Lues Kabupaten Aceh Tamiang P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

3 Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Aceh Jaya Kabupaten Bener Meriah Kabupaten Pidie Jaya Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Lhokseumawe Kota Langsa Kota Sulubussalam PENETAPAN KPJU UNGGULAN TINGKAT PROVINSI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN REKOMENDASI P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

4 DAFTAR TABEL TABEL 1 CLUSTER PENELITIAN TABEL 2 RUANG LINGKUP PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA TABEL 3 SEKTOR/SUB SEKTOR DAN KOMODITAS KPJU UNGGULAN TABEL 4 KRITERIA KPJU UNGGULAN TINGKAT KECAMATAN DAN KABUPATEN TABEL 5 TAHAPAN PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA TABEL 6 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN SIMEULUE TABEL 7 JUMLAH RUMAH TANGGA,PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH SINGKIL TABEL 8 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH SELATAN TABEL 9 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH TENGGARA TABEL 10 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH TENGAH, TABEL 11 JUMLAH RUMAHTANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH BARAT, TABEL 12 JUMLAH RUMAHTANGGA, JUMLAH PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK, KABUPATEN ACEH BESAR TABEL 13 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN PIDIE TABEL 14 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BIREUEN TABEL 15 JUMLAH RUMAHTANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH UTARA TABEL 16 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TABEL 17 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN GAYO LUES TABEL 18 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH TAMIANG TABEL 19 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK,DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN NAGAN RAYA TABEL 20 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN ACEH JAYA TABEL 21 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK.DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN BENER MERIAH TABEL 22 JUMLAH RUMAHTANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN PIDIE JAYA TABEL 23 JUMLAH RUMAH TANGGA. PENDUDUK. DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA BANDA ACEH TABEL 24 JUMLAH RUMAHTANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA SABANG TABEL 25 JUMLAH RUMAHTANGGA. PENDUDUK. DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA LANGSA TABEL 26 JUMLAH RUMAHTANGGA,PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA LHOKSEUMAWE TABEL 27 JUMLAH RUMAH TANGGA, PENDUDUK, DAN KEPADATAN PENDUDUK KOTA SUBULUSSALAM TABEL 28 BAKI DEBET KREDIT UMKM MENURUT SEKTOR EKONOMI TABEL 29 KREDIT UMKM MENURUT KATEGORI TABEL 30 BOBOT DAN RANGKING KEPENTINGAN DARI TUJUAN DAN KRITERIA UNTUK PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI PROVINSI ACEH, TAHUN TABEL 31 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN SIMEULUE TABEL 32 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA KABUPATEN SIMEULEU TABEL 33 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN SIMEULEU TABEL 34 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 35 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN SINGKIL TABEL 36 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN SINGKIL TABEL 37 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN SINGKIL TABEL 38 TABEL LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 39 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH SELATAN TABEL 40 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH SELATAN TABEL 41 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH SELATAN TABEL 42 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 43 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH TENGGARA TABEL 44 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH TENGGARA TABEL 45 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH TENGGARA TABEL 46 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 47 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH TIMUR TABEL 48 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH TIMUR TABEL 49 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH TIMUR TABEL 50 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 51 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH TENGAH TABEL 52 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH TENGAH TABEL 53 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH TENGAH P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

5 TABEL 54 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 55 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH BARAT TABEL 56 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH BARAT TABEL 57 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH BARAT TABEL 58 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 59 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH BESAR TABEL 60 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH BESAR TABEL 61 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH BESAR TABEL 62 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 63 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN PIDIE TABEL 64 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN PIDIE TABEL 65 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN PIDIE TABEL 66 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 67 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN BIREUEN TABEL 68 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN BIREUEN TABEL 69 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN BIREUEN TABEL 70 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 71 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH UTARA TABEL 72 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH UTARA TABEL 73 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH UTARA TABEL 74 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 75 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TABEL 76 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TABEL 77 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TABEL 78 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 79 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN GAYO LUES TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN GAYO LUES TABEL 81 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 82 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH TAMIANG TABEL 83 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH TAMIANG TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH TAMIANG TABEL 85 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 86 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN NAGAN RAYA TABEL 87 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN NAGAN RAYA TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN NAGAN RAYA TABEL 89 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 90 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN ACEH JAYA TABEL 91 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN ACEH JAYA TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN ACEH JAYA TABEL 93 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 94 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN BENER MERIAH TABEL 95 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN BENER MERIAH TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN BENER MERIAH TABEL 97 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 98 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KABUPATEN PIDIE JAYA TABEL 99 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KABUPATEN PIDIE JAYA TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KABUPATEN PIDIE JAYA P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

6 TABEL 101 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 102 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KOTA BANDA ACEH TABEL 103 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KOTA BANDA ACEH TABEL 104 KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI KPJU LINTAS SEKTOR KOTA BANDA ACEH TABEL 105 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 106 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KOTA SABANG TABEL 107 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KOTA SABANG TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KOTA SABANG TABEL 109 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 110 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KOTA LHOKSEUMAWE TABEL 111 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KOTA LHOKSEUMAWE TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KOTA LHOKSEUMAWE TABEL 113 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 114 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KOTA LANGSA TABEL 115 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KOTA LANGSA TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KOTA LANGSA TABEL 117 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 118 SKOR TERBOBOT TINGKAT KEPENTINGAN SETIAP SEKTOR EKONOMI MENURUT ASPEK TUJUAN DAN URUTAN KEPENTINGAN DALAM RANGKA PENETAPAN KPJU UNGGULAN DI KOTA SUBULUSSALAM TABEL 119 RANGKING DAN SKOR-TERBOBOT KPJU UNGGULAN PER SEKTOR USAHA DI KOTA SUBULUSSALAM TABEL KPJU LINTAS SEKTOR YANG MEMPUNYAI NILAI SKOR TERBOBOT TERTINGGI SEBAGAI KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR DI KOTA SUBULUSSALAM TABEL 121 LIFECYCLE KPJU LINTAS SEKTOR TABEL 122 KPJU UNGGULAN PER SEKTOR TINGKAT PROVINSI ACEH TABEL 123 KPJU UNGGULAN LINTAS SEKTOR TINGKAT PROVINSI,MENURUT URUTAN NILAI SKOR TERBOBOT ATAU URUTAN UNGGULAN DI PROVINSI ACEH P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

7 DAFTAR GAMBAR.GAMBAR 1 PETA PROVINSI ACEH GAMBAR 2 PETA KABUPATEN SIMEULUE GAMBAR 3 PETA KABUPATEN ACEH SINGKIL GAMBAR 4 PETA KABUPATEN ACEH SELATAN GAMBAR 5 PETA KABUPATEN ACEH TENGGARA GAMBAR 6 PETA KABUPATEN ACEH TENGAH GAMBAR 7 PETA KABUPATEN ACEH BARAT GAMBAR 8 PETA KABUPATEN ACEH BESAR GAMBAR 9 PETA KABUPATEN PIDIE GAMBAR 10 PETA KABUPATEN BIREUEN GAMBAR 11 PETA KABUPATEN ACEH UTARA GAMBAR 12 PETA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA GAMBAR 13 PETA KABUPATEN GAYO LUES GAMBAR 14 PETA KABUPATEN ACEH TAMIANG GAMBAR 15 PETA KABUPATEN NAGAN RAYA GAMBAR 16 PETA KABUPATEN ACEH JAYA GAMBAR 17 PETA KABUPATEN BENER MERIAH GAMBAR 18 PETA KABUPATEN PIDIE JAYA GAMBAR 19 PETA KOTA BANDA ACEH GAMBAR 20 PETA KOTA SABANG GAMBAR 21 PETA KOTA LANGSA GAMBAR 22 PETA KOTA LHOKSEUMAWE GAMBAR 23 PETA KOTA SUBULUSSALAM GAMBAR 24 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB (MIGAS) DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, PROVINSI ACEH, GAMBAR 25 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN SIMEULUE, GAMBAR 26 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH SINGKIL, GAMBAR 27 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH SELATAN, GAMBAR 28 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB (2010) DAN PROPORSI PEKERJA (2011) MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH TENGGARA GAMBAR 29 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH TIMUR, GAMBAR 30 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH TENGAH, GAMBAR 31 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH BARAT, GAMBAR 32 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH BESAR, GAMBAR 33 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN PIDIE, GAMBAR 34 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN BIREUEN, GAMBAR 35 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH UTARA, GAMBAR 36 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH BARAT DAYA, GAMBAR 37 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN GAYO LUES, GAMBAR 38 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB (2010) DAN PROPORSI PEKERJA (2011) MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH TAMIANG GAMBAR 39 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN NAGAN RAYA, GAMBAR 40 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN ACEH JAYA, GAMBAR 41 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN BENER MERIAH, GAMBAR 42 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KABUPATEN PIDIE JAYA, GAMBAR 43 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KOTA BANDA ACEH, GAMBAR 44 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KOTA SABANG, GAMBAR 45 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KOTA LANGSA, GAMBAR 46 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KOTA LHOKSEUMAWE, P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

8 GAMBAR 47 DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB DAN PROPORSI PEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA, KOTA SUBULUSSALAM, GAMBAR 48 PORSI KREDIT UMKM GAMBAR 49 PROPORSI KREDIT UMKM MENURUT LOKASI PROYEK, TAHUN 2011-OKTOBER 2012 (%) GAMBAR 50 SEKTOR UMKM PERKABUPATEN/KOTA PROVINSI ACEH GAMBAR 51 KPJU UNGGULAN PERSEKTOR TINGKAT PROVINSI ACEH P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

9 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi Aceh pasca perdamaian semakin membaik, tetapi masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Aceh tercatat sebesar 5,02%, sementara pertumbuhan ekonomi nasional mencapai angka lebih dari 6%. Jika minyak dan gas bumi tidak diperhitungkan, pertumbuhan ekonomi Aceh sedikit bertambah, menjadi 5,89%. Penurunan kontribusi pertambangan migas dan industri migas dalam PDRB menjadi penyebab lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi Aceh dengan minyak dan gas bumi. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam perekonomian Aceh, sebagaimana berlaku dalam perekonomian nasional. Data Kementerian Negara Koperasi & UKM tahun 2008 menunjukkan fakta menyangkut pentingnya peran UMKM secara nasional. Pertama, jumlah industrinya dalam setiap sektor ekonomi tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya dalam penyerapan tenaga kerja mencapai 97,04% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB sebesar 55,56% dari total PDB. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh tahun 2008, Aceh memiliki sekitar UMKM. Data dari sumber ini juga menyebutkan bahwa UMKM Aceh menyerap lebih dari 90% tenaga kerja. Perdagangan, pertanian dan jasa merupakan sektor-sektor dimana UMKM Aceh banyak berkiprah. Mempertimbangkan hal ini, sektor-sektor ini tentunya perlu terus dikembangkan di masa datang dalam kaitannya dengan peningkatan peran UMKM. Dengan demikian, sektor-sektor ini akan terus memberikan kontribusi penting bagi penyerapan tenaga kerja sekaligus peningkatan pendapatan daerah. Laporan ini memuat hasil penelitian pengembangan komoditas/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan UMKM Aceh tahun 2012 per sektor/subsektor dan lintas sektor ekonomi. Disamping dalam lingkup provinsi, KPJu unggulan disini juga meliputi seluruh kabupaten/kota di Aceh. Penetapan KPJu unggulan dilakukan secara bertingkat, diawali dengan penentuan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian di tingkat kabupatan/kota dan berakhir pada tingkat provinsi. Penentuan KPJu unggulan bersifat bottom-up dengan melibatkan aparat pemerintah daerah dan dinas/instansi terkait, pelaku UMKM, perbankan, akademisi, dan para pemangku kepentingan lainnya. Metode penetapan KPJu unggulan yang digunakan adalah Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJu unggulan tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Selain KPJu unggulan, juga ditentukan KPJu potensial yang berpeluang menjadi KPJU unggulan dengan perlakuan dan kebijakan tertentu. Parameter utama yang digunakan dalam penentuan KPJu unggulan meliputi aspek-aspek penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi daerah, dan peningkatan daya saing produk. Selanjutnya juga ditetapkan kriteria-kriteria dalam pertimbangan KPJu unggulan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Kriteria-kriteria di tingkat kecamatan terdiri dari jumlah unit usaha, pasar, ketersediaan input, dan kontribusi komoditas terhadap perekonomian 9 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

10 kecamatan. Kriteria-kriteria di tingkat kabupaten/kota meliputi ketersediaan tenaga kerja terampil, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi usaha, kondisi sosial budaya, manajemen usaha, pasar, harga komoditas, penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap perekonomian wilayah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan acuan bagi para pemangku kepentingan yang terkait dengan pengembangan UMKM Aceh. Bagi lembaga keuangan, diharapkan penyaluran kredit yang direncanakan dapat mengarah pada komoditas-komoditas unggulan hasil penelitian ini. Demikian pula bagi kalangan investor, hasil studi ini diharapkan dapat menjadi guidance bagi investasi yang akan dilakukan. Sementara itu bagi instansi pemerintah/dinas-dinas terkait, juga hendaknya menjadikan hasil kajian ini sebagai referensi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan UMKM. 2. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam Pengembangan UMKM Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koperasi dan UKM mengusung 5 langkah kebijakan pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM). Lima langkah kebijakan pemberdayaan KUMKM tersebut terdiri dari: 1) Meningkatkan iklim usaha kondusif bagi KUMKM. 2) Mengembangkan produk pemasaran KUMKM. 3) Mengembangkan produk dan pemasaran bagi KUMKM. 4) Meningkatan daya saing Sumber Daya Manusia KUMKM. 5) Memperkuat kelembagaan koperasi. Pemerintah Aceh, melalui RPJMA (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh) , menekankan pentingnya pengembangan UMKM. Dalam RPJMA , disebutkan bahwa misi ketiga Pemerintah Aceh adalah Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia yang diwujudkan dengan cara diantaranya Memperluas kesempatan kerja melalui pembangunan infrastruktur ekonomi sektor riil dan pemihakan kepada UKM dan koperasi. Pernyataan ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah daerah kepada UKM bertujuan untuk memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat. Dalam RPJMA , setidaknya terdapat 2 program prioritas yang penjabarannya juga terkait langsung dengan UMKM. Program prioritas keempat, yaitu Ketahanan pangan dan nilai tambah dikaitkan dengan upaya Meningkatkan peran swasta, UMKM, dan BUMA (Badan Usaha Milik Aceh). Sedangkan program prioritas kelima Penanggulangan Kemiskinan ditempuh diantaranya dengan Peningkatan daya saing produk UMKM dan koperasi lewat Pengembangan dan pembinaan koperasi dan UMKM. Tugas Bank Indonesia dalam membantu UMKM bersifat tidak langsung dan dituangkan dalam 3 instrumen kebijakan. Pertama, kebijakan perkreditan yang mendorong perbankan menyalurkan kredit kepada UMKM. Kedua, pengembangan kelembagaan yang dilakukan dengan cara kerjasama antar lembaga keuangan, seperti antara bank umum dan BPR serta antara BPR dan Lembaga Dana Keuangan Pedesaan, bertujuan agar cakupan penyaluran kredit menjadi luas. Ketiga, pemberian bantuan teknis yang meliputi: pelatihan kepada Perbankan dan Lembaga Pembiayaan UMKM, penyediaan informasi mengenai hasil penelitian, statistik perkreditan, dan data komoditas potensial suatu daerah, dan promosi UMKM dalam menjembatani hubungan UMKM dengan Perbankan. Kebijakan UMKM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bertujuan mendorong bank agar meningkatkan penyaluran kredit untuk UMKM dan 10 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

11 membantu meningkatkan kapabilitas UMKM agar mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Aceh tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit UMKM. Hingga September 2012, baki debet kredit UMKM Provinsi Aceh mencapai Rp7,2T atau sekitar 35,96% dari total kredit tersalur. Dibandingkan tahun sebelumnya, kredit UMKM tumbuh 8,09%. Dilihat berdasarkan sektoral, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah didominasi oleh sektor perdagangan dengan porsi sebesar 47,76%. Sementara penyerapan kredit UMKM di sektor primer seperti pertanian dan perikanan masih tergolong minim, masing-masing hanya sebesar 4,85% dan 0,13%. Berdasarkan skala usahanya, pangsa kredit UMKM terbesar disalurkan kepada nasabah kredit berkategori kecil dengan proporsi 67,64%. Selebihnya, merupakan kredit menengah sebesar 16,39% dan kredit mikro sebesar 15,97%. Namun demikian, jumlah rekening kredit berkategori mikro jauh lebih banyak dibandingkankan dengan kredit kecil dan menengah. Jumlah debitur kredit mikro mencapai 82,608. Perlu diketahui bahwa sesuai dengan UU No.20 Tahun 2008, yang dikategorikan sebagai kredit kecil adalah debitur dengan kekayaan bersih > Rp50juta Rp500juta atau hasil penjualan bersih >Rp300juta Rp2,5M. Sementara yang dikategorikan sebagai kredit mikro adalah debitur dengan kekayaan bersih <50juta atau hasil penjualan bersih <300 juta per tahun. 3. KPJu Unggulan Per Sektor/Subsektor KPJu unggulan per sektor/subsektor di setiap kabupaten/kota berbeda-beda. Perbedaan ini tidak terlepas dari faktor-faktor seperti letak wilayah, kondisi alam, tenaga kerja, ketersediaan bahan baku usaha, serta kondisi ekonomi, sosial dan budaya masing-masing kabupaten/kota. Daerah-daerah dengan status administratif kota misalnya, memiliki komoditas unggulan yang relatif menonjol di sektor-sektor hotel dan restoran, serta jasa. Sedangkan daerah-daerah kabupaten banyak yang mengandalkan komoditas di sektor pertanian. Daerah-daerah yang berada di kawasan pesisir, cenderung memiliki komoditas yang dapat diandalkan di sektor perikanan. Pada subsektor tanaman pangan, komoditas unggulan di tingkat provinsi yang menduduki peringkat tertingi adalah padi. Hal ini tidak mengherankan mengingat kenyataan bahwa seluruh kabupaten/kota, minus Kota Sabang, mengembangkan komoditas ini. Peringkat kedua dan ketiga ditempati jagung dan ubi kayu. Untuk dua komoditas tersebut, realitas menunjukkan tidak ada satu kabupaten/kota pun yang tidak mengembangkannya. Komoditas-komoditas unggulan berikutnya di subsektor ini adalah kacang kedelai dan ubi jalar. Pada subsektor sayuran, komoditas unggulan yang teratas di seluruh kabupaten/kota adalah cabe. Dari seluruh kabupaten/kota, hanya di Sabang komoditas ini relatif tidak berkembang. Komoditaskomoditas unggulan lainnya di subsektor ini secara berurut berdasarkan peringkat tertinggi adalah cabe rawit, tomat, ketimun, dan kentang. Karakter fisik cabe, yang agak lebih tahan lama dan tidak mudah rusak dibandingkan dengan komoditas-komoditas sayuran lainnya, menyebabkan komoditas ini menjadi 11 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

12 pilihan utama usaha masyarakat. Durian adalah komoditas unggulan yang menduduki posisi puncak pada subsektor buah-buahan. Buah-buahan yang digemari banyak orang ini tumbuh di sebagian besar wilayah di Aceh. Secara keseluruhan, hanya di Kota Lhokseumawe, Kota Sabang dan Kota Banda Aceh buah-buahan ini jarang ditanam. Meskipun menjadi buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, durian Aceh banyak berasal dari pohon-pohon tua. Tentunya perlu dipikirkan upaya peremajaan untuk kelangsungan hidup dan pengembangannya di masa depan. Buah-buahan yang menduduki peringkat di bawahnya secara berurut adalah pisang, pepaya, mangga, dan jeruk. Untuk subsektor perkebunan, sawit menduduki peringkat pertama. Meskipun disinyalir menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan, seperti yang terjadi di Hutan Rawa Gambut Tripa di Kabupaten Nagan Raya, sampai sekarang komoditas ini masih menjadi primadona di subsektor perkebunan Aceh. Yang perlu diperhatikan ke depan adalah agar pembukaan lahan sawit tidak dilakukan di kawasan hutan primer karena dapat merusak lingkungan alam, memusnahkan keanekaragaman hayati dan mengakibatkan banjir. Peringkat komoditas unggulan di bawah sawit diduduki oleh komoditas-komoditas kakao, karet, kopi, dan pinang. Pada subsektor peternakan, budidaya ayam ras merupakan komoditas unggulan paling utama. Pertumbuhan budidaya ayam ras sejalan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat. Ayam menjadi konsumsi utama setelah ikan sedikit banyak dipengaruhi oleh relatif mahalnya harga daging sapi dan daging kambing di Aceh. Komoditas unggulan yang berada pada peringkat di bawah budidaya ayam ras yaitu budidaya itik, budidaya sapi potong, budidaya kerbau, dan budidaya kambing. Penangkapan ikan di laut menduduki peringkat pertama untuk komoditas unggulan subsektor perikanan. Peringkat kedua ditempati oleh komoditas udang. Aceh dengan wilayah perairan laut yang luas memiliki kekayaan berbagai jenis ikan seperti tongkol, tuna, kakap, tenggiri, cumi-cumi dll. Sedangkan peringkat komoditas unggulan selanjutnya di subsektor ini diduduki oleh komoditas-komoditas ikan air tawar, yaitu ikan nila, ikan mas, dan ikan lele. Untuk subsektor kehutanan, bambu merupakan komoditas unggulan peringkat tertinggi. Masyarakat banyak menggunakan bambu diantaranya untuk keperluan bahan rumah (lantai, dinding, dll), anyaman, dan lain-lain. Mengikuti bambu, peringkat komoditas unggulan subsektor kehutanan selanjutnya ditempati oleh pohon aren, kenari, rotan, dan bakau. Pengelolaan komoditas kehutanan ini tentunya perlu dicermati dengan seksama agar tercipta keselarasan antara penanaman dan penebangan kayu sehingga tidak menimbulkan kerusakan alam dan lingkungan. Pada sektor pertambangan (galian C), komoditas unggulan peringkat tertinggi diduduki oleh pasir. Peringkat di bawahnya yaitu batu/koral, kapur, tanah liat, dan batu gunung. Bahan tambang galian C ini biasanya banyak digunakan untuk pembangunan rumah dan infrastruktur. Pengembangan usaha ini harus dikelola dengan hati-hati. Kerusakan jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut galian C, pencemaran air sungai akibat pengerukan, dan berkurangnya lahan pertanian dan perkebunan adalah beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam pengembangan usaha galian C ini. Sektor industri menempatkan industri meubel/perabot sebagai komoditas yang terunggul. 12 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

13 Komoditas-komoditas unggulan sektor industri dengan peringkat di bawah industri meubel/perabot meliputi industri-industri air isi ulang/ro, tahu/tempe, batu bata, dan konveksi/pakaian. Saat ini usaha air isi ulang banyak ditemui di berbagai tempat, dari desa sampai provinsi. Meskipun demikian, di beberapa kawasan, terutama di perkotaan, usaha ini mulai mengalami kejenuhan. Untuk sektor perdagangan, perdagangan sembako merupakan komoditas unggulan peringkat pertama. Perdagangan sembako (beras, gula pasir, minyak goreng, telur ayam, minyak tanah, dll) yang merupakan bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat, merupakan kegiatan usaha yang banyak muncul di kabupaten/kota di seluruh Aceh. Komoditas-komoditas unggulan selanjutnya di sektor perdagangan meliputi perdagangan hasil perkebunan, toko obat/apotik, perdagangan perabot, dan perdagangan hasil perikanan. Warung kopi menjadi komoditas unggulan pertama di sektor hotel dan restoran. Warung kopi merupakan kegiatan usaha yang dapat ditemui di seluruh pelosok Aceh, mulai dari kota sampai ke pelosok desa. Kegemaran masyarakat akan kopi dan juga kelezatan kopi Aceh yang terkenal sampai ke luar negeri, menjadikan warung kopi sebagai bisnis yang cukup menguntungkan. Losmen/motel/penginapan menduduki peringkat kedua. Peringkat selanjutnya secara berturut-turut diduduki oleh katering, restoran/rumah makan, dan hotel. Pada sektor angkutan, angkutan becak mesin menjadi komoditas unggulan yang mengalahkan komoditas-komoditas lainnya. Sebagai angkutan khas Aceh, becak mesin digemari sebagai sarana transportasi karena kecepatan mobilitas, kenyamanan dan ongkosnya yang cukup terjangkau. Becak mesin berbeda dengan angkot (labi-labi) yang biasanya bergerak lambat dan memaksakan banyak penumpang. Angkutan yang menduduki peringkat di bawah becak adalah kapal bermotor, ojek motor, angkutan kota, dan becak dayung. Untuk sektor jasa, bengkel sepeda motor menjadi komoditas unggulan yang menempati posisi teratas. Bengkel motor terus tumbuh dikarenakan oleh penambahan jumlah sepeda motor yang demikian pesat belakangan ini. Penambahan sepeda motor ini terkait dengan berbagai kemudahan kredit yang ditawarkan dealer sepeda motor dalam beberapa tahun ini. Bengkel motor mengalahkan komoditaskomoditas jasa lainnya, yaitu praktek mantri/perawat, tempat/tukang jahit, mesin perontok padi, dan bengkel mobil. Wisata pantai, menjadi komoditas unggulan peringkat pertama di sektor pariwisata. Sebagai provinsi di ujung utara Sumatera, banyak kabupaten/kota di Aceh yang memiliki pantai. Hanya di dataran tinggi wilayah tengah Aceh, wisata pantai ini tidak ditemui. Pengembangan kawasan pantai yang didukung oleh sarana dan prasara yang memadai tentu diperlukan untuk memacu parawisata Aceh. Komoditas-komoditas unggulan lainnya di sektor ini meliputi agrowisata, wisata budaya, wisata pulau, dan wisata waduk/bendungan/telaga. Secara keseluruhan, KPJu unggulan per sektor/subsektor tingkat provinsi dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. 13 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

14 Tabel 1. KPJu Unggulan per Sektor/Subsektor Tingkat Provinsi Aceh Sektor/ Subsektor Sektor Usaha/KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha/KPJu Bobot Padi Palawija Buah-Buahan Peternakan Kehutanan Industri Hotel & Restoran Jasa Padi Cabe Jagung Cabe Rawet Ubi Kayu Sayuran Tomat Kacang Kedelai Ketimun Ubi Jalar Kentang Durian Sawit Pisang Kakao Pepaya Perkebu-nan Karet Mangga Kopi Jeruk Pinang Budidaya Ayam Ras Penangkapan di Laut Budidaya Bebek Udang Budidaya Sapi Potong Perikanan Ikan Nila Budidaya Kerbau Ikan Mas Budidaya Kambing Ikan Lele Bambu Pasir Pohon Aren Batu/Koral Tambang Kenari Kapur Rotan Tanah Liat Bakau Batu Gunung Meubel/Perabot Sembako Air isi ulang Hasil Perkebunan Perdagangan Tahu/Tempe Toko obat/apotik Batu bata Perabot Konveksi/pakaian Hasil Perikanan Warung Kopi Becak mesin Losmen/Pngnpn Kapal bermotor Katering Angkutan Ojek Motor Restoran/Rm Makan Angkutan Kota Hotel Becak Dayung Bengkel Motor Wisata Pantai Mantri/ Perawat Agrowisata Tempat/Tukang Jahit Pariwisata Wisata Budaya Mesin Perontok Padi Wisata pulau Bengkel Mobil Wisata waduk/telaga Sumber : Data primer, tahun 2012 (diolah) 14 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

15 4. KPJu Unggulan Lintas Sektor, KPJu Potensial, dan Life Cycle KPJu 4.1 KPJu Unggulan Lintas Sektor Usaha subsektor tanaman pangan dengan komoditas padi merupakan komoditas unggulan lintas sektor peringkat pertama di Aceh. Dengan menggunakan metoda Borda, secara lengkap diperoleh 9 KPJu lintas sektor dengan skor terbobot tertinggi di tingkat Provinsi Aceh setelah padi adalah perdagangan hasil perkebunan, cabe, perdagangan sembako, warung kopi, perdagangan hasil perikanan, durian, perkebunan sawit, jasa bengkel motor, dan perkebunan kakao. KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJu lintas sektor pada setiap kabupaten/kota, yang mencakup 226 KPJu dari 14 sektor/subsektor. Hasil lengkap rangking atau urutan teratas 20 KPJu lintas sektor berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Rangking Sektor/Subsektor Usaha Tabel 2. KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi Aceh KPJu Unggulan Skor- Terbobot 1 Tanaman Pangan Padi Perdagangan Hasil Perkebunan Sayuran Cabe Perdagangan Sembako Hotel dan Restoran Warung Kopi Perdagangan Hasil Perikanan Buah-Buahan Durian Perkebunan Sawit Jasa Bengkel Motor Perkebunan Kakao Jasa Bengkel Mobil Angkutan Mobil Roda Empat Perikanan Penangkapan Ikan di laut Perkebunan Kopi Jasa Mesin Perontok Padi Buah-Buahan Rambutan Perindustrian Tahu/Tempe Padi Palawija Jagung Buah-Buahan Mangga Jasa Praktek Mantri/perawat Sumber : Data primer, tahun 2012 (diolah) 4.2 KPJu Potensial Kopi merupakan komoditas unggulan potensial di tingkat provinsi. Kopi, khususnya kopi gayo, adalah komoditas perkebunan unggulan yang dikenal di mancanegara karena rasanya yang khas. Tahun 2011, Aceh mengekspor kopi gayo 7,854 juta ton ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika. Meskipun kopi gayo tidak termasuk dalam 10 KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi karena hanya tumbuh 15 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

16 wilayah tengah Aceh, komoditas ini memiliki peran potensial bagi perekonomian Aceh karena menjadi komoditas ekspor utama daerah. Selain itu, komoditas ini juga cukup mendukung pengembangan ekonomi dari sisi penyerapan tenaga kerja. Sayangnya sampai sekarang ekspor kopi gayo masih dilakukan lewat Medan. Pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang layak di Aceh merupakan solusi dari ketergantungan ekspor lewat pelabuhan di Medan. Keberadaan pelabuhan pada di wilayah yang dekat dengan lokasi penanaman dan pengolahan kopi gayo, seperti Pelabuhan Krueng Geukuh di Lhokseumawe misalnya, diharapkan dapat membuat Aceh mampu mengekspor komoditas unggulannya ini dari daerahnya sendiri. Dengan demikian, nilai tambah ekonomi yang diperoleh Aceh akan semakin meningkat sekaligus dapat membantu peningkatan perekonomian daerah secara keseluruhan. Jasa bengkel mobil dan industri tahu/tempe adalah komoditas-komoditas potensial yang juga perlu mendapat perhatian dan dukungan. Jasa bengkel mobil berada pada peringkat ke-11 dalam urutan KPJu unggulan lintas sektor tingkat provinsi. Keunggulan komoditas ini tampaknya tidak terlepas dari kebutuhan akan keberadaannya karena kian meningkatnya jumlah kenderaan roda empat di Aceh, terutama kendaraan pribadi, sejak masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami. Sementara itu, industri tahu/tempe yang menyediakan makanan sehat, bergizi dan berharga murah menduduki peringkat ke-17 dalam KPJu unggulan lintas sektoral. Tahu/tempe menjadi alternatif lauk yang terjangkau bagi masyarakat selain ikan, telur, dan daging. 4.3 Life Cycle (Siklus Hidup) KPJu Dilihat dari Perspektif Life Cycle (PLC), secara keseluruhan KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi berada pada tahap pertumbuhan (growth) dan tahap matang (mature). Dilihat dari sisi persaingan usaha, komoditas yang menempati tahap pertumbuhan cenderung bersifat kompetitif dan memiliki ruang usaha yang lebih terbuka. Sedangkan komoditas yang berada pada tahap matang, ruang usaha dan tingkat kompetisi pengembangannya cenderung lebih sempit. Komoditas-komoditas unggulan yang sudah berada pada tahap matang sebagian besar berasal dari subsektor-subsektor yang menjadi bagian sektor pertanian. Komoditas-komoditas tersebut meliputi: padi, cabe, durian, penangkapan ikan di laut, kopi, rambutan, jagung, dan mangga. Komoditaskomoditas unggulan yang berada pada tahap matang di luar sektor perikanan terdiri dari: warung kopi, perdagangan hasil perikanan, angkutan mobil roda empat, mesin perontok padi, dan praktek mantri/perawat. Komoditas-komoditas tersebut memang sudah sejak lama menjadi lahan usaha masyarakat dalam mengembangkan kehidupan ekonominya. Komoditas-komoditas yang berada pada tahap pertumbuhan didominasi oleh komoditas perdagangan dan jasa. Komoditas-komoditas tersebut meliputi perdagangan hasil perkebunan, perdagangan sembako, jasa bengkel motor, dan jasa bengkel mobil. Sisanya adalah komoditas kakao (sektor pertanian) dan industri tahu/tempe (sektor industri). Perdagangan hasil kebun sebenarnya sudah berkembang sejak lama. Situasi konflik militer yang berlangsung di Aceh di masa lalu, menyebabkan perdagangan komoditas ini tidak berjalan normal dalam kurun waktu yang lama. Perdamaian antara GAM dan Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai kembali mendorong pengembangan komoditas ini. Untuk sawit, secara keseluruhan siklus hidupnya berada pada tahap transisi antara tahap 16 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

17 pertumbuhan dan tahap matang. Di daerah seperti Singkil, Nagan Raya, Aceh Timur dan Aceh Tamiang misalnya, komoditas ini sudah mengalami fase matang. Sementara di daerah seperti Aceh Utara, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Selatan, Aceh Barat, dan Aceh Jaya, komoditas ini masih berada pada fase pertumbuhan. Life cycle KPJu unggulan lintas sektor tingkat provinsi secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3. No Tabel 3. Life Cycle KPJu Unggulan Lintas Sektor Tingkat Provinsi Life Cycle KPJu Unggulan Lintas Sektor Introduksi Pertumbuhan Matang Penurunan 1 Padi 2 Perdagangan hasil perkebunan 3 Cabe 4 Perdagangan Sembako 5 Warung Kopi 6 Perdagangan Hasil Perikanan 7 Durian 8 Sawit 9 Bengkel Motor 10 Kakao 11 Bengkel Mobil 12 Angkutan Mobil Roda Empat 13 Penangkapan Ikan di laut 14 Kopi 15 Mesin Perontok Padi 16 Rambutan 17 Tahu/Tempe 18 Jagung 19 Mangga 20 Praktek Mantri/perawat Sumber : Data primer, tahun 2012 (diolah) 5. Permasalahan dalam Pengembangan KPJu Unggulan UMKM Secara keseluruhan, pengembangan komoditas-komoditas unggulan UMKM di Aceh menghadapi berbagai hambatan yang bersifat internal dan eksternal. Berdasarkan hasil FGD di tingkat kabupaten/kota dan provinsi yang melibatkan para pemangku kepentingan yang terkait dengan UMKM, dapat disimpulkan bahwa hambatan yang dihadapi tersebut pada umumnya terkait dengan aspek-aspek permodalan, pemasaran, kemampuan manajerial, dan daya adopsi teknologi. Kurangnya modal pelaku UMKM merupakan alasan klasik dalam pengembangan komoditaskomoditas unggulan UMKM. Kurangnya modal ini disebabkan oleh keterbatasan informasi atas akses dana, keterbatasan kemampuan dalam membuat proposal pendanaan, dan susahnya memperoleh dana akibat jenis usaha yang tidak bankable (misalnya pada sektor pertanian). Yang juga disayangkan adalah meskipun kemudian terjadi peningkatan permintaan atas usaha, pelaku usaha tidak dapat memenuhi 17 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

18 peningkatan permintaan tersebut karena kondisi kurangnya modal ini Kurangnya akses pemasaran komoditas ke pasar potensial menyebabkan UMKM tidak dapat mengembangkan usahanya secara optimal. Dalam situasi seperti ini, UMKM cenderung tidak dapat menjual komoditas dalam jumlah yang besar. Atau dalam skenario yang lain, secara perlahan UMKM mengalami penurunan motivasi dalam menjalankan usaha karena keuntungan yang diperoleh tidak maksimal atau mengalami kerugian. Kelemahan manajerial merupakan hambatan yang dihadapi terutama oleh usaha skala mikro. Kebanyakan usaha skala mikro ini menjalankan usaha tanpa perencanaan, pengendalian, dan juga evaluasi usaha yang memadai. Disamping disebabkan karena rendahnya kualitas SDM, hal ini juga dilatarbelakangi oleh status usaha yang merupakan milik pribadi atau keluarga. Rendahnya daya adopsi terhadap teknologi juga membuat UMKM mengalami kesulitan mengembangkan usahanya. Rendahnya daya adopsi ini dalam banyak kasus disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan pengalaman pelaku UMKM. Rendahnya daya adopsi terhadap teknologi ini pada gilirannya menyebabkan terjadinya berbagai hambatan dalam pengembangan produk dan juga mempengaruhi pemasaran. 18 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

19 EXECUTIVE SUMMARY 1. Background Aceh s economic growth has been getting better since the era of peace, but still lower than the national economic growth. In 2011, Aceh's economic growth stood at 5.02%, while the national economic growth reached more than 6%. If the contributions of oil and gas are excluded, Aceh's economy grew slightly to 5.89%. The decline of oil and gas industries activities was the cause of lower Aceh s economic growth with oil and gas. Micro, Small and Medium-sized Enterprises (MSMEs) play a strategic role in Aceh s economy, as applicable in the national economy. Data from the Ministry of Cooperatives and Small and Medium-sized Enterprises in 2008 revealed the important role of MSMEs nationwide. First, the number of MSMEs businesses in all economic sectors reached 51.3 million units, or 99.9% of total businesses. Second, the potential of MSMEs to absorb labor reached 97.04% of the total work force. Third, the contributions of MSMEs to the Product Domestic Bruto (PDB) accounted for 55.56% of the total PDB. Based on data from the Department of Industry and Trade of Aceh in 2008, Aceh had about 280,000 MSMEs. Data from this source also states that Aceh s MSMEs absorbed more than 90% of work force. Agriculture, trade, and services were sectors in which Aceh s MSMEs were very much involved. Given that, these sectors need to be developed in the future in light of the improvement of MSMEs role. Thus, these sectors will continue to provide an important contribution to employment and local revenues. This report contains the results of research on development of leading commodities/products/business types (leading KPJu) of Aceh s MSMEs in 2012 by economic sector/sub-sector and cross-sector. Besides within the province, leading KPJu here also include the scope of all districts/cities in Aceh. The determination of leading KPJu was done in stages, beginning with the determination leading KPJu at the subdistrict level, then at the district/city level and ended at the provincial level. The determination of leading KPJu used bottom-up approaches involving officials of local government and government agencies/institutions, MSMEs businessmen/women, bankers, academia, and other stakeholders. The method of the determination of KPJu used was modified AHP (Analytic Hierarchy Process). The method was called so because this study also applied the Borda and Bayesian Methods in determining leading KPJu at the subdistrict, district/city and provincial levels. Besides leading KPJu, it was also determined potential KPJu which can be leading KPJu in the future if treated with specific policies. The main parameters used in the determination of leading KPJu were related to the contributions of KPJu to job creation, local economic growth, and KPJu competitiveness. Furthermore, it was also established criteria for the consideration of leading KPJu in subdistricts and districts/cities. The criteria for the subdistrict leading KPJu consisted of the number of businesses, markets, the availability of inputs, and the contributions of the commodity to subdistrict's economy. The criteria for the district leading KPJu included the availability of skilled labor, raw materials, capital, means of production/business, business technology, social and cultural conditions, business management, market, commodity price, employment and the contributions of the community to district's economy. 19 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

20 It is hoped that the results of this research can be input and reference for all stakeholders associated with the development of Aceh s MSMEs. For financial institutions, their loans are expected to be targetted to the development of leading commodities recommended by this research. Similarly for investors, the results of this study are expected to be guidance for future investment. Meanwhile, for related government agencies, the results of this study should also be considered as reference in making decisions related to MSMEs. 2. The Government and Bank Indonesia (the Central Bank of the Republic of Indonesia) policy on MSMEs Development The Central Government through the Ministry of Cooperatives and Small and Mediumsized Enterprises carries out 5 steps of empowering Cooperatives and MSMEs (CMSMEs). The five steps are as follows: 1) Improving conducive business climate for CMSMEs. 2) Developing CMSMEs products. 3) Developing products and marketing for CMSMEs. 4) Increasing the competitiveness of CMSME s human resources. 5) Strengthening cooperative institutions. Aceh s government, through the Medium-Term Development Plan of Aceh (RPJMA) , stresses the importance of the development of MSMEs. In RPJMA , it is stated that the third mission of RPJMA which is "Strengthening the economic and quality of human resources" is carried out by "Expanding employment opportunities through infrastructure development of the real sectors as well as siding with MSMEs and cooperatives." This statement shows that the government's attention to MSMEs aims to expand employment opportunities for the community at large. In RPJMA , there are at least two main programs directly related to MSMEs. The fourth main program, namely "Food security and value added" attributed to "Enhancing the role of private sectors, MSMEs, and Aceh-Owned Enterprises. While the fifth main program Poverty Reduction is pursued by improving the competitiveness of MSMEs and cooperatives through fostering and development of cooperatives and MSMEs Bank Indonesia s tasks in assisting MSMEs are indirect and implemented in three policy instruments. First, the stipulation of credit policies that encourage banks to give loans to MSMEs. Second, institutional development is done by establising cooperation among financial institutions, such as between commercial banks and BPR (Bank Perkreditan Rakyat or People s Credit Banks) as well as between BPR and Lembaga Dana Keuangan Pedesaan (Rural Fund Institutions), for the sake of a broad range of lending. Third, the provision of technical assistance which include: training for officials of banks and financing institutions for MSMEs, providing information on the results of relevant research, credit statistics, data about potential commodities, as well as promoting MSMEs in bridging relationship between MSMEs and banks. MSMEs policies stipulated by Bank Indonesia aim to encourage banks to increase lending to MSMEs and help improve the capability of MSMEs to be able to meet the requirements set by Bank Indonesia. Development of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Aceh can not be 20 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

21 separated from the support of the banks in SME lending. As of September 2012, the outstanding loan MSME Aceh province reached Rp7, 2T or approximately 35.96% of total loans channeled. Compared to the previous year, SME loans grew 8.09%. Seen by sector, lending to micro, small, and medium dominated by trade sector with a share of 47.76%. While MSME credit absorption in primary sectors such as agriculture and fisheries are still relatively minimal, each by only 4.85% and 0.13%. Given the scale of its business, the largest share of SME loans disbursed to credit customers a small category with 67.64% proportion. The rest, is a medium credit of 16.39% and 15.97% of micro-credit. However, the number of categories of micro-credit accounts far more than small and medium-sized loans. The number of microcredit borrowers reached Credit MSME category are refer to Law No.20 of 2008, which is classified as a small loan is a debtor to a net> Rp50juta - Rp500juta or net proceeds> Rp300juta - Rp2, 5M. While categorized as microcredit is a net debtor with <50 million or the net proceeds <300 million per year. 3. Leading KPJu Per Sector/Subsector In general, each district/city has different leading KPJu per sector/subsector. This difference results from factors, such as the location of the region, natural conditions, labor, the availability of business raw materials, and economic, social and cultural conditions of each district/city. Areas with the administrative status of cities, for instance, have relatively prominent commodities in sectors of hotel and restaurant, and services. Meanwhile, many areas with the status of districts rely on agricultural commodities. Districts/Cities located near coastal areas, also tend to have leading commodities in the fisheries sector. In the food crops subsector, rice has the highest ranking. This is not surprising given the fact that all districts/cities develop this commodity, except for Sabang. Corn and cassava rank second and third in this sector. Facts show that there is no district/city that does not develop these two commodities. The next leading commodities in this subsector consist of soybean and sweet potato. In the vegetable subsector, the most leading commodity in all districts/cities is long pepper. Of all districts/cities, just in Sabang this commodity is relatively undeveloped. Other leading commodities in this subsector from the highest to the lowest rankings include chili, tomato, cucumber, and potato. Physical characters of long pepper, a bit more durable and not easily damaged compared to other vegetable commodities, lead this commodity to be a favorable one. Durian is a leading commodity taking the top position in the fruit subsector. This tasty fruit grows in most parts of Aceh. Overall, just in Lhokseumawe, Sabang, and Banda Aceh this fruit is rarely planted. Despite having a high economic value, a lot of Aceh durian stem from old trees. Attempts to rejuvenate this fruit are essential for its survival and development in the future. Fruit ranked below durian include banana, papaya, mango, and orange. For the plantation subsector, oil palm tops the list. Although allegedly caused some environmental damage, as happened in the Tripa Swamp Forest of Nagan Raya District, until now oil palm is still a popular commodity in the plantation subsector in Aceh. It is important to 21 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

22 note that in the future oil palm plantation should not be developed in the primary forest because it can damage natural environment, destroy biodiversity and lead to flooding. Other leading commodities below oil palm include cocoa, rubber, coffee, and areca nut (pinang). In the livestock subsector, broiler cultivation is the most leading commodity. The development of broiler cultivation is in line with consumption demands. Chicken meat becomes major consumption after fish because of the relatively high price of beef and mutton in Aceh. Commodities ranked below broiler cultivation include duck cultivation, beef cattle cultivation, carabao/buffalo cultivation and goat cultivation. Marine fish catching is ranked first for leading commodities in the fisheries subsector, while shrimp is ranked second. Aceh with vast territorial waters has a rich variety of fish, such as tuna, snapper, mackerel, squid etc. Commodities ranked below marine fish catching consist of freshwater fish, namely tilapia, carp, and catfish. For the forestry subsector, bamboo ranks the highest. Many people use bamboo for house materials (floors, walls, etc), plaited mats, and others. Following bamboo are commodities of sugar palm, walnut, rattan, and mangrove. Commodities in the forestry subsector certainly need to be managed carefully in order to create balance between planting and harvesting which in turn can prevent damage to environment. In the mining sector (type C quarrying), sand quarrying takes the top position. The next leading commodities in this sector include stone/coral, limestone, clay, and mountain rock. Commodities of type C quarrying are widely used for the construction of houses and infrastructure. Businesses in this sector should be managed carefully. Damage to roads traversed by vehicles transporting type C quarrying, water pollution due to the dredging of river water, and loss of agricultural land and plantations are problems to be prevented in the development of this sector. The industrial sector puts furniture industries as the most leading commodity. Other leading commodities following furniture industries include industries of water refill, tofu/tempeh, brick, and garment. Water refill business is now mostly found in many areas, from villages to the province. Nevertheless, in some areas, especially urban areas, this business begins to show a tendency of saturation. For the trade sector, trade of basic food commodities is ranked first. Trade of basic food commodities (rice, sugar, cooking oil, eggs, kerosene, etc.) which provides the basic needs of the community, is business that appear in a lot of districts/cities in Aceh. The next leading commodities in the trade sector include trade of plantation products, drug store/pharmacy, furniture trade, and trade of fishery products. Coffee shops become the most leading commodity in the hotel and restaurant sector. Coffee shops are businesses that can be found in all parts of Aceh, both in cities and in remote villages. Acehnese people s penchant for coffee and the best quality taste of Aceh coffe (especially Gayo coffe) known far abroad lead coffee shops to be profitable businesses. Motel/inn is ranked second. The next leading communities include catering, restaurant, and hotel. 22 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

23 Sector/ Subsector Leading Commodity (Leading KPJu) Table 1. Leading KPJu per Sektor/Subsektor in Aceh Province Weight Ranking Sector/ Subsector Leading Commodity (Leading KPJu) Weight Paddy (rice) Long pepper Corn Chili Food crops Cassava Vege-tables Tomato Soybean Cucumber Sweet potatoe Potato Durian Oil palm Banana Cacao Fruit Papaya Plantation Rubber Mango Coffee Orange Areca nut Broiler cultivation Marine fish catching Duck cultivation Shrimp Beef cattle Livestock cultivation Fisheries Tilapia Carbao/buffallo cul n Carp Goat cultivation Catfish Bamboo Sand Forestry Sugar palm Stone/coral Mining (Type Walnut Limestone C Quarry-ing) Rattan Clay Mangrove Mountain rock Basic food Furniture commod s Industry Water refill Plantation products Trade Tofu/Tempeh Drug st/pharmacy Brick Furniture Garment Fishery Products Coffee shop Motorized pedicab Motel/Inn Motorized boat Hotel & Catering Transpor-tation Motorcycle taxi Restaurant Restaurant Public car Hotel Pedicab/tricycle Motor repair shop Beach tourism Paramedic/Nurse Agro-tourism Services Tailor Tourism Cultural tourism Rice Milling Unit Island tours Auto repair shop Dam/lake tourism Source: Primary data, 2012 (processed) In the transportation sector, motorized pedicabs become commodities beating other commodities. As a unique means of public transportation in Aceh, motorized pedicab is quite popular because of its mobility speed, convenience and relatively low fare. Motorized pedicab is different from labi-labi (Aceh local public transportation), which typically moves slowly and forces many passengers. Other transportation modes ranked below motorized pedicab include motorized boat, motorcycle taxi, public car, and pedicab/tricycle. 23 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

24 For the service sector, motorcycle repair shops are ranked first. Motorcycle repair shops grow widely due to the rapid addition of motorcycles nowadays. The addition of motorcycles is associated with a variety of easy credit that has been offered by motorcycle dealers for the last couple of years. Motorcycle repair shops surpass other commodities in the service sector: paramedic/nurse, tailor, rice milling unit, and auto repair shop. Beach tourism is ranked first in the tourism sector. As a province located on the northern tip of Sumatra Island, many Aceh s districts/cities have beaches. Only in the highlands of central Aceh, beaches do not exist. Coastal area development supported by adequate infrastructures need to be provided in order to improve tourism in Aceh. Other leading commodities in this sector include agro-tourism, cultural tourism, island tours, and dam/lake tourism. Overall, leading KPJu per sector/sub sector at the provincial level can be seen in Table1. 4. Leading Cross Sectoral KPJu, Potential KPJu, and KPJu Life Cycle 4.1 Leading Cross Sectoral KPJu Paddy (rice) is ranked first for leading cross sectoral commodities. Using the Borda method, 9 cross sectoral KPJu with the highest weighted score in Aceh province below rice include plantation products trade, long pepper, trade of basic food commodities, coffee shop, fisheries products trade, durian, oil palm plantation, motorcycle repair shop, and cocoa plantation. Leading cross sectoral KPJu at the provincial level were the result of aggregation of cross sectoral KPJu in districts/cities, which include 226 KPJu from 14 sectors/subsectors. The weighted scores of top 20 leading cross sectoral KPJu in Aceh Province can be seen in Table 2 below. Table 2. Leading Cross Sectoral KPJu in Aceh Province Leading Commodities Ranking Sector/Subsector Weigh ted Score (Leading KPJu) 1 Food crops Paddy (rice) Trade Plantation products Vegetables Long pepper Trade Basic food commodities Hotel and Restaurant Coffee shop Trade Fishery products Fruit Durian Plantation Oil palm Services Motor repair shop Plantation Cacao Services Auto repair shop Transportation Public car Fisheries Marine fish catching Plantation Coffee Services Rice Milling Unit Fruit Rambutan Industry Tofu/Tempeh Food crops Corn Fruit Mango Services Paramedic/nurse Source : Primary data, 2012 (processed) 24 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

25 4.2 Potential KPJu For cross sectoral KPJu at the provincial level, coffee is a potential commodity. Coffee, especially Gayo coffee, is wellknown in foreign countries because of its quality taste. In 2011, Aceh Gayo coffee was exported million tons to several countries in Europe and America. Although Gayo coffee is not ranked in the top 10 leading cross sectoral KPJu at the provincial level (mainly because it is only grow in the central region of Aceh), this commodity, as a major export commodity, has a significant role for Aceh s economy. Furtermore, this commodity also support economic development in terms of employment. Unfortunately, until now Gayo coffee is still exported via the Sea Port of Belawan in Medan, North Sumatera. The development of big sea ports in Aceh is a solution of the dependency on the Medan Sea port. The development of the port in the area close to the location of Gayo coffee cultivation and processing, such as the Sea Port of Krueng Geukuh in Lhokseumawe, for instance, is expected to enable Aceh to export this commodity from its own region. Thus, economic value added obtained by Aceh will increase and at the same time this can help improve Aceh s economy as a whole. Auto repair shops and tofu/tempeh industries are also potential commodities that need attention and support. Auto repair shops are ranked 11th in the rankings of the leading cross sectoral KPJu at the provincial level. The development of this commodity seems to be related to the increasing number of four-wheeled vehicles in Aceh, especially private cars, since the posttsunami rehabilitation and reconstruction. Meanwhile, tofu/tempeh industries which provide healthy, nutritious and low-cost food, are ranked 17th. Tofu/tempeh can be an affordable food alternative other than fish, egg, and meat. 4.3 KPJu Life Cycle From the perspective of product life cycle, overall, leading cross sectoral KPJu of the provincial level are at the stages of growth and mature. In terms of competition, the development of commodities that experience the stage of growth tends to be competitive and has a more open business, while business space and competitive development of commodities at the mature stage tend to become narrower. Commodities at the mature stage are mainly from subsectors of the agricultural sector. Those commodities include: paddy (rice), long pepper, durian, marine fish catching, coffee, rambutan, corn, and mango. Leading cross sectoral commodities that are also at a mature stage consist of: coffee shop, fishery products trade, public cars, rice milling unit, and paramedic/nurse. These commodities have been long standing business in the community economic development. Commodities that are in the growth stage are dominated by trade and services commodities. These commodities cover trade of basic food commodities, motorcycle repair shop and auto repair shop. The remaining commodities at this stage include cocoa (agricultural sector) and tofu/tempeh (industrial sector). Plantation products trade had actually grown steadily for a long time. However, military conflicts taking place in Aceh in the past did not enable the development of this commodity. Peace between GAM and the Indonesian government has 25 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

26 gradually boosted this commodity development. For oil palm, its life cycle is at a transitional stage, between stages of growth and mature. In areas such as Singkil, Nagan Raya, East Aceh, and Aceh Tamiang, for instance, this commodity has been experiencing a mature stage. In areas such as North Aceh, Pidie, Pidie Jaya, South Aceh, West Aceh, and Aceh Jaya, this commodity is still in a growth stage. As a whole, life cycle of leading cross sectoral KPJu at the provincial level can be seen in Table 3 Table 3. Life Cycle of Leading Cross Sectoral KPJu in Aceh Province No KPJu Life Cycle Introduction Growth Mature Decline 1 Paddy (rice) 2 Plantation products 3 Long pepper 4 Basic food commodities 5 Coffee shop 6 Fishery products 7 Durian 8 Oil palm 9 Motor repair shop 10 Cacao 11 Auto repair shop 12 Public car 13 Marine fish catching 14 Coffee 15 Rice Milling Unit 16 Rambutan 17 Tofu/Tempeh 18 Corn 19 Mango 20 Paramedic/nurse Source: Primary data, 2012 (processed) 5. Constraints of the Development of MSMEs Leading KPJu In general, the development of MSMEs leading commodities in Aceh faces various obstacles. Based on the results of focus group discussions at the district/city and provincial levels which involved MSMEs stakeholders held by the Research Team, it can be concluded that constraints of leading KPJu development are associated with aspects of capital, marketing, managerial ability, and technology adoption. Lack of capital is a classic excuse in the development of MSMEs leading commodities. Lack of capital is caused by lack of information on access to funds, limited ability to make funding proposals, and the difficulties to obtain funding due to the types of business that are not bankable (eg. agricultural commodities). Unfortunately, in many cases, even though there is an increase in demand for their products, businessmen/women cannot meet the increased demand due to lack of capital. Lack of access to potential markets leads MSMEs to be unable to develop their business 26 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

27 optimally. In such a situation, MSMEs tend not to sell commodities in large quantities. Or in another scenario, MSMEs will gradually have low motivation to keep running the business because they do not get maximum economic benefits or they sustain a loss. Managerial weaknesses are obstacles faced by mostly micro enterprises. Most of microscale enterprises run business without planning, control, and evaluation. It occurs because of low quality of human resources, as well as the status of businesses that is personally or family owned ones. The low technology adoption also makes it difficult for MSMEs to develop their business. This situation, in many cases, results from MSMEs limited knowledge and experience. The low technology adoption in turn leads to a variety of barriers in developing and improving product marketing. 27 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

28 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional. Data Kementerian Negara Koperasi & UKM tahun 2008 menunjukkan beberapa fakta menyangkut pentingnya eksistensi UMKM; Pertama, jumlah industrinya dalam setiap sektor ekonomi tercatat sebanyak 51,3 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua, potensinya dalam penyerapan tenaga kerja menyerap 97,04% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, share UMKM dalam pembentukan PDB yang relatif besar yaitu mencapai 55,56% dari total PDB. Mengingat UMKM merupakan pemain penting dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia melakukan upaya dalam pemberdayaannya. Dalam hal ini, terdapat strategi kebijakan yang diambil, antara lain (1) Pengaturan kepada perbankan terkait pengembangan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, serta (4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu bentuk bantuan teknis yang diberikan adalah melalui upaya penyediaan informasi, yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian (research based). Kegiatan penelitian dilakukan guna menghasilkan informasi ilmiah sebagai dasar pengambilan keputusan yang utamanya diperuntukkan bagi stakeholders terkait, baik pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta maupun masyarakat luas. Pada periode ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan UMKM se-provinsi Aceh. KPJu berupaya mengidentifikasi komoditi-komoditi unggulan dari berbagai sektor ekonomi dalam suatu wilayah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Adapun pelaku usahanya, tetap dititikberatkan pada kategori UMKM. Metode penelitian yang digunakan adalah metode modifikasi Analytical Hierarchy Process (AHP). Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes dalam menetapkan KPJu unggulan kecamatan, kabupaten/kota hingga Provinsi. Data dan informasi dalam Penelitian Pengembangan KPJu Unggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM. Hasil penelitian tersebut akan didesiminasikan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI), dan dapat diakses melalui internet di alamat Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengembangan UMKM di Provinsi Aceh. Lebih dalam lagi, Pemerintah Daerah diharapkan dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJu unggulan di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada akhirnya akan berhujung pada pengurangan angka/tingkat kemiskinan di daerah. 28 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

29 1.2 TUJUAN PENELITIAN Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyajikan informasi mengenai KPJu unggulan per sektor/sub sektor ekonomi dan lintas sektoral dan KPJu potensial yang perlu dikembangkan di Provinsi Aceh (di tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan). Informasi yang dikemukakan secara rinci menjabarkan : 1. Data dan informasi mengenai: a) Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya. b) Profil UMKM di wilayah/provinsi penelitian termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM. c) Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM. d) Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM. 2. Memberikan informasi tentang KPJu unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan dalam rangka: a) Mendukung pembangunan ekonomi daerah b) Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja c) Peningkatan daya saing daerah/produk. 3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJu unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, misalnya mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan); 4. Memberikan informasi tentang KPJu potensial, yaitu KPJu yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa yang akan datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu; 5. Memberikan rekomendasi berupa: a) KPJu unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota b) Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJu unggulan c) Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJu unggulan UMKM. 1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Penelitian terhadap KPJu unggulan daerah dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan KPJu pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang dikategorikan sebagai komoditi unggulan daerah pada tingkat kabupaten dan Provinsi Aceh; 2. Usaha mikro, kecil dan menengah yang dimaksudkan dalam penelitian ini mengacu kepada Undang- Undang No.20 Tahun 2008 yaitu: - Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan dengan kriteria Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) - Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh 29 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

30 perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, dengan kriteria: Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) - Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar, dengan kriteria : Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Memiliki hasil penjualan lebih dari Rp ,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp ,00 (lima puluh miliar rupiah) 3. KPJu unggulan adalah KPJu yang mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya serta mempunyai daya saing tinggi 4. KPJu yang dikaji adalah pada setiap sektor/subsektor ekonomi yang meliputi pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan), pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa. 5. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai: (1) Profil daerah meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi, potensi sumberdaya dan aspek lainnya yang terkait; (2) Profil UMKM di Provinsi Aceh termasuk potensi, peluang, faktor pendorong dan faktor penghambat pengembangan UMKM; (3) Penetapan KPJu unggulan baik usaha berskala mikro, kecil maupun menengah di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan Provinsi); (4) Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM /KPJu unggulan. 1.4 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari review dokumen (document review), diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion), dan wawancara (interview). FGD dan wawancara menggunakan kuesioner Daerah Penelitian Daerah penelitian meliputi seluruh kabupaten/kota dan kecamatan di bawah administrasi Provinsi Aceh (23 kabupaten/kota dan 280 kecamatan). Daerah penelitian dibagi menjadi 4 cluster, dimana setiap cluster memiliki 1 orang koordinator cluster/lapangan. 30 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

31 Tabel 1 Cluster Penelitian Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Total Kota Sabang (2 kec) Kota Lhokseumawe (4 kec) Kab. Bireun (17 kec) Kab. Aceh Barat (12 kec) Kota Banda Aceh (9 kec) Kab. Aceh Utara (27 kec) Kab. Bener Meriah (7 kec) Kab. Aceh Jaya (6 kec) Kab. Aceh Besar (23 kec) Kab. Aceh Timur (24 kec) Kab. Aceh Tengah (14 kec) Kab. Nagan Raya (10 kec) Kab. Pidie (23 kec) Kota Langsa (5 kec) Kab. Aceh Tenggara (16 kec) Kab. Aceh Barat Daya (9 kec) Kab. Pidie Jaya (8 kec) Kab. Aceh Tamiang (12 kec) Kab. Gayo Lues (11 kec) Kota Subulussalam (5 kec) Kab. Aceh Selatan (18 kec) Kab. Aceh Singkil (10 kec) Kab. Simeleu (8 kec) 65 kecamatan 72 kecamatan 65 kecamatan 78 kecamatan 280 kecamatan Jenis dan Sumber Data Pengumpulan data diarahkan untuk menjawab pertanyaan yang terangkum dalam ruang lingkup penelitian. Data dikumpulkan melalui review dokumen, diskusi kelompok terfokus (FGD), dan wawancara dengan pejabat terkait di tingkat kecamatan. Tabel 2 Ruang Lingkup Penelitian dan Pengumpulan Data No Analisis Data Ruang Lingkup Penelitian Mengidentifikasi profil daerah dan profil UMKM, kebijakan UMKM Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dan Peranan Perbankan Tinjauan Dokumen a. Profil daerah b. Profil UMKM c. Kebijakan UMKM Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah d. Peranan Perbankan dalam Pengembangan UMKM Mengidentifikasi KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu provinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan Tinjauan Dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan Wawancara Tinjauan Dokumen Untuk memperoleh data mengenai profil daerah, profil UMKM, kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan UMKM dilakukan tinjauan dokumen, publikasi, laporan, dan dokumen- FGD Wawancara a. KPJU unggulan Kecamatan b. KPJU unggulan Kabupaten/Kota c. KPJU unggulan Provinsi Mengidentifikasi KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota dan provinsi Mengidentifikasi KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu Memformulasikan rekomendasi a. KPJU unggulan di setiap kabupaten/kota b. Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan c. Kebijakan Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam pengembangan UMKM unggulan Teknik Pengumpulan Data 31 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

32 dokumen terkait lainnya yang bersumber dari BPS dan Bappeda (tingkat provinsi dan kabupaten/kota) dan dinas-dinas terkait. Focus Group Discussion (FGD) Tingkat Provinsi FGD dilakukan dua kali dengan masing-masing melibatkan nara sumber dari dinas terkait; Bappeda, Asosiasi terkait, Kadin, Perbankan, dan peneliti/dosen PT di tingkat provinsi. FGD yang pertama untuk penentuan bobot (bobot tujuan, bobot sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk, dan kriteria). Hasil pembobotan terhadap tujuan serta kriteria digunakan untuk penetapan KPJu unggulan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Yang kedua adalah FGD untuk seminar hasil penentuan KPJu unggulan provinsi sektoral dan lintas sektoral. Tingkat Kabupaten/Kota FGD dilakukan dua kali dengan masing-masing melibatkan pejabat dinas terkait, Bappeda, Asosiasi terkait, Kadin, Perbankan dan peneliti/dosen PT di tingkat kabupaten/kota. FGD pertama untuk menentukan pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk. Nilai pembobotan ini digunakan dalam rangka penetapan KPJu unggulan lintas sektor di tingkat kabupaten/kota. FGD kedua merupakan seminar hasil KPJu unggulan kabupaten/kota. Wawancara Wawancara dilakukan oleh enumerator terhadap mantri statistik, mantri tani/ppl dan Kasi Perekonomian di seluruh kecamatan untuk menentukan 5 KPJu unggulan untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi di tingkat kecamatan Sektor/Sub Sektor dan Komoditas Secara umum, sektor, sub sektor dan komoditas untuk penentuan KPJu Unggulan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Sektor/Sub Sektor dan Komoditas KPJu Unggulan Sektor Sub Sektor Komoditas Tanaman Pangan Padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian Tanaman Sayur Bayam, kacang panjang, cabe Tanaman Buah-buahan Pisang, papaya, tomat Ikan tuna, ikan mas, dan jenis ikan darat lainnya. Ikan Perikanan Pertanian payau, udang, cumi-cumi, rumput laut Kehutanan (non kayu) Rotan, arang, bamboo, kopal, menjangan Peternakan Sapi, kerbau, kambing, ayam, itik Perkebunan Cengkeh, jahe, kakao, karet, kapas, kayumanis, kelapa, kemiri, kelapa sawit, pala, panili, lada, tembakau, teh, kopi Pertambangan, minyak dan gas Minyak, gas bumi Pertambangan bumi Penggalian Koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir, tanah liat Industri pengolahan migas Tidak ada 32 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Industri pengolahan tanpa migas Industri makanan, minuman dan tembakau, industri tekstil, Perindustrian pakaian jadi dan kulit, industri kayu, bamboo dan rotan, industri kertas, industri kimia, industri logam Perdagangan Perdagangan Besar Kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung

33 Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Angkutan Pariwisata Tanaman Buah-buahan Perikanan Kehutanan (non kayu) Peternakan Perkebunan Pertambangan, minyak dan gas bumi Penggalian Industri pengolahan migas Industri pengolahan tanpa migas Perdagangan Besar Perdagangan Eceran Hotel Restoran Angkutan Jalan Raya Angkutan Sungai Angkutan Laut Danau dan Penyeberangan Jasa penunjang angkutan Hiburan Kebudayaan Rekreasi Pisang, papaya, tomat Ikan tuna, ikan mas, dan jenis ikan darat lainnya. Ikan payau, udang, cumi-cumi, rumput laut Rotan, arang, bamboo, kopal, menjangan Sapi, kerbau, kambing, ayam, itik Cengkeh, jahe, kakao, karet, kapas, kayumanis, kelapa, kemiri, kelapa sawit, pala, panili, lada, tembakau, teh, kopi Minyak, gas bumi Koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir, tanah liat Tidak ada Industri makanan, minuman dan tembakau, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, industri kayu, bamboo dan rotan, industri kertas, industri kimia, industri logam Kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung Kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang lama. Hotel berbintang maupun tidak serta tempat tinggal yang digunakan untuk menginap sepert losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dgn penginapan. Rmh makan, warung nasi, warung kopi, katering & kantin Bus, mini bus Boat Kapal, boat Rakit RBT Karaoke, kafe, water boom Mesium, kuburan Pantai, dll Kriteria Penentuan KPJu Unggulan Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring KPJu menjadi KPJu unggulan, yaitu: Kriteria untuk tingkat kecamatan, yakni jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal dan ketersediaan bahan baku Kriteria untuk tingkat kabupaten/kota, antara lain TK terdidik, bahan baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya, manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK dan sumbangan terhadap perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota inimerupakan referensi untuk melakukan seleksi KPJu unggulan. Dengan demikian, kriteria dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-masing wilayah penelitian. 33 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

34 1.4.6 Prinsip Penilaian Kriteria Tabel 4 Kriteria KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan dan Kabupaten Kecamatan Kabupaten Kota No Kriteria Variabel No Kriteria Variabel Unit usah/rumah tangga Jumlah unit usaha/rumah tangga Bahan baku Pemasaran Sumbangan terhadap perekonomian lokal Ketersediaan bahan baku Jangkauan pemasaran komoditas/produk Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan Tingkat pendidikan Pelatihan yang telah diikuti Pengalaman kerja Jumlah lembaga/sekolah keterampilan/pelatihan Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Parishability (mudah tidaknya rusak) bahan baku Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial budaya Ciri khas lokal Penerimaan masyarakat Turun temurun Kemudahan untuk memanage 7 Manajemen usaha Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan Stabilitas harga 9 Harga Stabilitas harga Penilaian perbandingan antar KPJu untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan usaha pada KPJu Modal Tenaga Kerja Terampil Bahan baku (khusus untuk sektor industri) Sarana produksi/usaha 5 Teknologi Ketersediaan pasar Penyerapan tenaga kerja Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Kemampuan menyerap tenaga kerja Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha (backward and forward linkages) 34 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

35 1.4.7 Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pembobotan Tujuan, Kriteria, dan Sektor/Sub Sektor Pada tingkat Provinsi: pembobotan tujuan, bobot sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk, dan kriteria. Hasil pembobotan terhadap tujuan serta kriteria digunakan untuk penetapan KPJu Unggulan di tingkat Kecamatan dan Kabupaten/Kota. Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua Kecamatan dan Kabupaten/Kota serta sektor/sub sektor dalam provinsi. Pada tingkat kabupaten/kota: pembobotan sektor/sub sektor ekonomi dalam rangka pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan keunggulan daya saing daerah/produk. Nilai pembobotan ini digunakan dalam rangka penetapan KPJu Unggulan Lintas Sektor di tingkat Kabupaten/Kota dengan menggunakan metode Bayes. 2. Penentuan KPJUUnggulan Per Sektor/Sub Sektor Ekonomi di tingkat Kecamatan Berdasarkan daftar KPJu seluruh Kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau nara sumber, dilakukan penetapan KPJu tingkat kecamatan dengan menggunakan Metode Bayes yaitu metode yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan menggunakan beberapa kriteria. Penilaian setiap alternatif KPJu ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui pertemuan dengan narasumber di tingkat kecamatan yaitu mantri tani, mantri statistik, staf/seksi perekonomian (disesuaikan dengan kondisi kecamatan di masing-masing daerah). Berdasarkan analisis Bayes ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat Kecamatan. 3. Penentuan Kandidat KPJu Unggulan Per Sektor/Sub Sektor Ekonomi di Tingkat Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil KPJu dari seluruh Kecamatan di suatu Kabupaten/Kota dengan metode Bayes, dilakukan pemilihan KPJu kabupaten/kota dengan metode Borda. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) Kandidat KPJu untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota untuk dipilih sebagai KPJu Unggulan Kabupaten/Kota. 4. Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor di Tingkat Kabupaten/Kota Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJu unggulan per sektor/sub sektor pada tingkat kabupaten/kota.analisis untuk penetapan KPJu unggulan dari hasil pemilihan KPJu di Kabupaten/Kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process. Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah alat analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana yang digunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas. Penilaian setiap alternatif KPJu ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui Focus Group Disscussion (FGD) dengan narasumber di tingkat 35 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

36 kabupaten/kota, misal pejabat dinas/instansi, asosiasi, Kadin, Bappeda, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi ditingkat kabupaten/kota.melaluiforumfgd, dimintakan pula pendapat dari para nara sumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJu unggulan yang telah terindentifikasi. 5. Konfirmasi 5 (lima) KPJu Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi Ditingkat Kabupaten/Kota. Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJu unggulan untuk setiap sektor/sub sektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJu unggulan. 6. Penentuan KPJu Unggulan Lintas Sektoral di Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan hasil pemilihan KPJu per sektor/sub sektor di tingkat kabupaten/kota dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJu lintas sektoral dengan metode Bayes, untuk memperoleh skor bobot tertinggi yang merupakan hasil kali antara skor KPJu Unggulan dengan bobot sektor/sub sektor ekonomi dari KPJu Unggulan yang bersangkutan. Dalam hal ini sebelumnya dilakukan normalisasi nilai skor KPJu Unggulan yang bersangkutan.berdasarkan perhitungan dengan metode diatas ditetapkan maksimal 10 (sepuluh)kpju lintas sektoral ditingkat kabupaten/kota. 7. Penentuan KPJU Potensial Lintas Sektoral di Tingkat Kabupaten/Kota Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Bayes di tingkat kabupaten/kota, akan diperoleh KPJu yang tidak termasuk dalam lima besar KPJu unggulan. Selanjutnya, berdasarkan pendapat dan masukan dari para pakar serta pertimbangan lainnya, dari KPJu- KPJu tersebut dipilih KPJu-KPJu yang potensial/sangat potensial untuk menjadi KPJu unggulan di daerah penelitian. Kemudian masing-masing KPJu potensial dimaksud diidentifikasi kelemahan atau kekurangannya pada saat ini. 8. Penentuan KPJu Unggulan Per Sektor/Sub Sektor di Tingkat Provinsi Tahap ini adalah proses seleksi lebih lanjut dalam rangka menetapkan KPJu per sektor/sub sektor ekonomi pada tingkat provinsi dengan metode Borda. Pada setiap KPJu unggulanper sektor/sub sektor dari setiap Kabupaten/Kota dilakukan penjumlahan nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap kabupaten dengan nilai rangkingnya, sehingga pada setiap sektor/sub sektor ekonomi di provinsi diperoleh daftar KPJu berdasarkan urutan total nilai skornya. Sesuai perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJu per sektor/sub sektor ekonomi. 9. Penentuan KPJu Lintas Sektoral di Tingkat Provinsi Berdasarkan hasil penetapan KPJu unggulan per sektor/sub sektor di tingkat provinsi, maka dilakukan pemilihan 10 KPJu unggulan lintas sektoral tingkat provinsi dengan menggunakan metode Bayes. Nilai skor masing-masing KPJu unggulan per sektor/subsektor yang telah dinormalisasi akan dikalikan dengan bobot sektor/subsektor ekonomi tingkat provinsi dari KPJu yang bersangkutan sehingga diperoleh nilai skor terbobot. Bobot sektor/subsektor 36 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

37 tersebut diperoleh pada saat tahapan pembobotan Tujuan dan Kriteria di tingkat provinsi (FGD 1). 10. Pendalaman terhadap KPJu unggulan yang teridentifikasi berdasarkan Perspektif Product Life Cycle (PLC) dalam rangka penetapan KPJu unggulan lintas sektoral di tingkat provinsi Pertanyaannya adalah apakah KPJu Unggulan tersebut masih berada pada posisi tahap introduksi, tahap pertumbuhan (growth), tahap matang (mature), atau sudah mencapai tahap kejenuhan dan cenderung menurun (decline). Perlu juga dianalisis sampai berapa lama KPJu tersebut mampu bertahan pada posisi tersebut. Tabel 5 Tahapan Pengumpulan Data dan Analisis Data No Tahapan Pengumpulan Data Analisis Data 1 Pembobotan Tujuan, Kriteria dan Sektor/Sub Sektor 2 Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Metode Bayes (5 KPJU per sektor/sub Sektor Ekonomi di tingkat Kecamatan sektor ekonomi) 3 Penentuan Kandidat KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor Ekonomi di Tingkat Kabupaten/Kota Metode Borda (10 kandidat KPJU per sektor/sub sektor ekonomi) Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor di Tingkat Kabupaten/Kota Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/Sub Sektor Ekonomi Ditingkat Kabupaten/Kota Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektoral di Tingkat Kabupaten/Kota Penentuan KPJU Potensial Lintas Sektoral di Tingkat Kabupaten/Kota Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/Sub Sektor di Tingkat Provinsi Penentuan KPJU Lintas Sektoral di Tingkat Provinsi Pendalaman terhadap KPJU unggulan dalam rangka penetapan KPJU unggulan lintas sektoral di tingkat provinsi Metode AHP (5 KPJU per sektor/sub sektor ekonomi ) Metode Bayes (masing-masing 10 KPJU lintas sektoral untuk kabupaten/kota) Ditentukan berdasarkan: Ranking di luar 5 KPJU unggulan sektor/sub sektor Pendapat dan masukan dari pakar peserta FGD Metode Borda (5 KPJU per sektor/sub sektor ekonomi) Metode Bayes (masing-masing 10 KPJU lintas sektoral untuk kabupaten/kota) Perspektif Product Life Cycle (PLC) 37 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

38 BAB II PROFIL DAERAH 2.1 PROVINSI ACEH Provinsi Aceh terletak antara 01 o 58 37,2 06 o 04 33,6 Lintang Utara dan 94 o 57 57,6-98 o 17 13,2 Bujur Timur. Luas Provinsi Aceh ha atau km 2. Ketinggian daratan rata-rata 125 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Provinsi Aceh, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatera Utara dan sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Satusatunya hubungan darat hanyalah melalui Provinsi Sumatera Utara, sehingga Provinsi Aceh memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap Provinsi Sumatera Utara. Hingga tahun 2011 Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 Kabupaten dan 5 kota, terdiri dari 284 kecamatan, 755 mukim, dan gampong/desa. Ibukota Provinsi Aceh adalah Kota Banda Aceh, sebuah kota yang kaya akan sejarah sejak zaman Kerajaan Aceh. Penduduk Provinsi Aceh tercatat 4,597 juta jiwa dengan proporsi laki-laki dan perempuan hampir sama. Sedangkan jumlah rumahtangga pada tahun yang sama mencapai 1,09 juta rumah tangga. Penduduk terbanyak berada di Kabupaten Aceh Utara (542 ribu jiwa), kemudian Kabupaten Bireuen (398 ribu jiwa), dan Kabupaten Pidie (388 ribu jiwa). Sebaliknya, jumlah penduduk paling sedikit bermukim di Kota Sabang (31 ribu jiwa). Indeks Pembangunan manusia di Provinsi Aceh relatif sedang, yaitu berada pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia dengan angka indekssebesar 72,16, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 71,70. Reduksi shortfall tercatat1,64 lebih baik dari periode yang hanya 1,33. Sekitar 1,85 juta lebih penduduk berstatus bekerja atau mempunyai pekerjaan pada berbagai sektor ekonomi. Sebaliknya, sekitar 149 ribu penduduk yang termasuk angkatan kerja berstatus sebagai penganggur. Sehingga angka pengangguran terbuka di provinsi ini tercatat 7,43 persen pada Agustus Artinya dalam setiap 100 orang angkatan kerja, sebanyak orang bekerja dan 7-8 orang lainnya menganggur.tingkat kesempatan kerja selama 3 tahun terakhir relatif meningkat, pada tahun 2009 tercatat 91,29 persen, kemudian menjadi 91,63 persen. Pada Agustus 2011 kembali meningkat menjadi 92,57 persen. Keterlibatan penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi tercatat 63,78 persen. Artinya dari 100 orang penduduk usia kerja (15 tahun keatas), sebanyak orang diantaranya terlibat langsung dalam kegiatan ekonomi di daerah ini. Sedangkan orang lainnya tidak terlibat, baik karena sekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lain. Hingga saat ini perekonomian Provinsi Aceh ditopang oleh sektor pertanian. Sektor ini memberi andil hingga 27,89 persen dalam perekonomian daerah. Jika ditambah sektor pertambangan dan penggalian, 38 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

39 maka peran kelompok sektor primer menjadi hampir 40 persen dalam kegiatan ekonomi daerah.sementara kelompok sektor manufaktur atau sektor sekunder, memberi kontribusi sebesar 19 persen dalam perekonomian. Sedangkan kelompok sektor tersier berperan hingga 41 persen dalam perekonomian. Secara sektoral, selain sektor pertanian, perekonomian di Provinsi Aceh ditopang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor ini memberi andil sebesar 16,03 persen pada tahun 2011.Pada.Gambar 1 Peta Provinsi Aceh tahun 2011, pertumbuhan ekonomi secara agregat tercatat 5,89 persen jika komponen migas tidak diikutsertakan. Jika migas dimasukkan dalam nilai tambah PDRB daerah ini menjadi 5,02 persen. Hal ini sebabkan oleh menurunnya pertambangan dan industri pengolahan migas. Kemiskinan masih menjadi pokok tujuan pembangunan nasional dan daerah. Hingga kini angka kemiskinan di Provinsi Aceh masih sekitar 19 persen dari total penduduk. Hal Ini berarti ada sekitar 800 ribu penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Ditinjau dari wilayah kabupaten/kota, kemiskinan antarwilayah bervariasi. Angka kemiskinan terbesar berada di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bener Meriah yang mencapai lebih dari 25 persen penduduk. Sedangkan persentase kemiskinan terkecil berada di Kota Banda Aceh (9,08 persen). 2.2 KABUPATEN SIMEULUE Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat dengan ibukota Sinabang. Kabupaten ini terletak Samudera Indonesia, lokasinya di sebelah Barat Daya Provinsi Aceh, berjarak 105 mil laut dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat atau 85 mil laut dari Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan. Wilayahnya terbentang pada koordinat 2 o 15 2 o 55 Lintang Utara dan 95 o o 30 Bujur Timur dengan luas wilayah 2.125,12 km 2.Secara administratif kabupaten ini terdiri atas8 buah kecamatan dan 138 desa dan 29 mukim.kabupaten Simeulue memiliki kepadatan penduduk 39 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

40 mencapai 39 jiwa/km 2. Wilayah terluas adalah Kecamatan Simeulue Barat yang mencapai 235,12 km2 atau 11,06 persen dari luas kabupaten. Sebaliknya wilayah terkecil berada di Kecamatan Teluk Dalam yang hanya 5,53 persen dari wilayah kabupaten. Di Kecamatan Simeulue Timur jumlah penduduk bermukim sekitar 35,86 dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 78 jiwa/km 2.Wilayah yang memiliki penduduk paling sedikit yaitu di Kecamatan Alafan dengan jumlah jiwa atau hanya 5,55 persen dengan tingkat kepadatan penduduk 19 jiwa/km 2. Sebagai daerah terpencil, kendala jarak dan media angkutan menjadi salah satu kendala memajukan pembangunan wilayah. Demikian pula dengan pembangunan manusia di kabupaten ini, angka IPM sebesar 69,73 merupakan yang terendahke-19 di kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Angka harapan hidup sebagai salah satu komponen IPM tercatat 63,05 tahun, yang merupakan angka terendah dibandingkan wilayah lain di Provinsi Aceh. Namun demikian, angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas sudah cukup tinggi, yakni mencapai 98,85 persen. Sementara rata-rata lama sekolah mencapai 8,62 persen. Untuk komponen ekonomi, kemampuan daya beli masyarakat Simeulue sebesar Rp622,72 ribu rupiah per bulan. Lebih tinggi 7 ribu rupiah daripada kemampuan daya beli masyarakat Aceh pada umumnya. Angka pengangguran terbuka tahun 2011 di Kabupaten Simeulue tercatat sebesar 7,36 persen, jauh lebih rendah dari tahun 2010 yang mencapai 12,25 persen. Dengan demikian tingkat kesempatan kerja di kabupaten kepulauan ini mencapai 92,64 persen. Sementara partisipasi penduduk usia kerja tercatat sebesar 66,35 persen. Perekonomian Kabupaten Simeulue paling besar disokong oleh sektor pertanian (38,06 persen), terutama subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Kemudian sektor jasa-jasa sebesar 18,13 persen yang didominasi oleh subsektor jasa pemerintahan umum. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga berperan besar dalam perekonomian daerah ini, yakni sebesar 17,65 persen. Tabel 6 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Simeulue 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Teupah Selatan SimeulueTimur Teupah Barat SimeulueTengah Teluk Dalam Salang Simeulue Barat Alafan Jumlah Pertumbuhan ekonomi daerah yang berada di Samudera Indonesia ini pada tahun 2011 hanya 3,71 persen. Jauh lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 5,16 persen. Sektor listrik, gasdan 40 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

41 air mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,97 persen, disusul sektor keuangan sebesar 10,80 persen. Sebaliknya, sektor pertanian justru turun sebesar -1,98 persen. Gambar 2 Peta Kabupaten Simeulue 2.3 KABUPATEN ACEH SINGKIL Aceh Singkil berdiri atasdasar hukum UU RI Nomor 14 Tahun 1999,tepatnya tanggal 27 April 1999 dengan ibukota Singkil. Kabupaten ini mempunyai semboyan sekata sepekat, artinya keharmonisan persaudaraan dan toleransi. Wilayahnya terbentang pada 2 o 02-2 o Lintang Utara dan 97 o o 45 Bujur Timur. Wilayah seluas km2 ini berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Samudera Indonesia. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Subulussalam, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah timur berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Sumatera Utara, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan. Secara administratif kabupaten yang mekar dari Kabupaten Aceh Selatan ini terdiri atas 11 kecamatan, 16 mukim, dan 120 gampong/desa. Wilayah terluas berada di Kecamatan Singkil Utara yang mencapai seperlima dari luas wilayah kabupaten. Sebanyak orang penduduk mendiami wilayah ini, mereka terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Kemudian, sekitar 30 persen lainnya bermukim di Kecamatan Gunung Meriah dengan perkiraanluas wilayah kurang dari sepersepuluh luas kabupaten atau tepatnya 9,83 persen. Kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Singkil tercatat sebesar 48 jiwa/km. Kecamatan Gunung Meriah mempunyai kepadatan penduduk tertinggi, yaitu sebesar 146 jiwa/km 2. Kemudian disusul Kecamatan Pulau Banyak sebesar 136 jiwa/km 2. Disisi yang lain, kepadatan penduduk terendah terdapat di Kecamatan Singkil Utara dimana setiap kilometer wilayahnya dihuni sekitar 18 orang penduduk. 41 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

42 Menginjak ulang tahun ke-13, pembangunan di kabupaten ini sedikit melambat. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia di wilayah ini tercatat 68,98, berada pada peringkat 22 diatas Kabupaten Gayo Lues. Daerah pemekarannya, yakni Kota Subulussalam melaju lebih cepat selangkah dengan pencapaian IPM sebesar 69,63. Dari sudut pandang kesehatan, angka harapan hidup penduduk kabupaten ini hanya lebih baik dari Kabupaten Simeulue. Harapan hidup penduduk hanya mencapai 65,10 tahun pada tahun Pembangunan pendidikan juga harus dibenahi, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya posisi Kabupaten Aceh Singkil masih berada pada posisi kelompok terbawah. Angka melek huruf sudah mencapai 96,25 persen, artinya hanya 3,75 persen penduduk 15 tahun keatas yang tidak dapat membaca dan menulis. Sedangkan rata-rata lama sekolah baru sekitar 7,77 tahun, atau baru menduduki kelas 2 SLTP. Walaupun tidak berada pada posisi akhir, namun kemampuan daya beli penduduk di kabupaten ini harus terus ditingkatkan. Dalam sebulan pengeluaran per kapita mencapai 613,88 ribu rupiah. Angka tersebut masih di bawah rata-rata daya beli penduduk provinsi secara umum yaitu 615,60 ribu rupiah. Gambar 3 Peta Kabupaten Aceh Singkil Sekitar penduduk berstatus penganggur, angka tersebut merupakan 7,67 persen dari keseluruhan angkatan kerja yang tercatat orang. Pengangguran ini Kabupaten Aceh Singkil menurun dari tahun sebelumnya, waktu itu mencapai 9,31 persen. Sebanyak penduduk Kabupaten Aceh Singkil berada di bawah garis kemiskinan. Proporsinya mencapai 18,93 persen dari seluruh penduduk. Angka ini telah jauh berkurang dari 5 tahun lalu yang tercatat 28,41 persen. Pertumbuhan ekonomi wilayah ini mencapai 5,03 persen pada tahun 2011, sedikit lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang hanya 4,97 persen. Sektor ekonomi yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas, dan air (11,27 persen) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (9,78 persen). 42 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

43 Sektor pertanian yang menopang perekonomian daerah hingga 35,60 persen, pertumbuhannya relatif stagnan, hampir tidak bergerak yaitu 1,26 persen. Tabel 7 Jumlah Rumah Tangga,Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Singkil 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Pulau Bany ak Pulau Bany ak Barat Singkil Singkil Utara Kuala Baru Simpang Kanan Gunung Meriah Danau Paris Suro Singkohor Kota Baharu Jumlah KABUPATEN ACEH SELATAN Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten tertua di Provinsi Aceh. Kabupaten ini terbentuk pada tanggal 18 Mei 1946 saat bupati Aceh Selatan kali pertama terpilih. Saat ini luas wilayahnya mencapai 4.005,10 km2 yang terbentang pada 2 o 23' 3 o 36' LU dan 96 o 54' 97 o 51' BT. Secara administratif Kabupaten Aceh Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan 4 kabupaten lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan Kabupaten Singkil, sebelah barat dengan Samudera Hindia, dan sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Tenggara. Tiga kabupaten/kota yang disebutkan sebelumnya merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan. Sebanyak 248 gampong berdiri dibawah naungan kabupaten penghasil pala ini. Sejumlah 43 mukim juga terbentuk sebagai wilayah khusus daerah. Kemudian sebanyak 18 wilayah kecamatan menaungi gampong-gampong di daerah ini. Ibukota Kabupaten Aceh Selatan terletak di Tapaktuan. Gambar 4 Peta Kabupaten Aceh Selatan 43 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

44 Pada tahun 2011, sebanyak penduduk tercatat bermukim di kabupaten ini. Terdiri atas laki-laki dan perempuan, dengan rasio jenis kelamin 97. Artinya, dalam 100 orang perempuan hanya terdapat 97 orang laki-laki. Mereka terkumpul dalam sekitar 48 ribu rumah tangga yang tersebar di 18 wilayah kecamatan. Populasi terbanyak berada di Kecamatan Tapaktuan yang merupakan ibukota kabupaten, yakni jiwa. Kemudian di Kecamatan Kluet Utara bermukim sejumlah jiwa. Sebaliknya, jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Trumon yang hanya dihuni oleh sekitar jiwa. Kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 52 jiwa per km 2, namun kepadatan dalam wilayah kecamatan sangat bervariasi antara 10 hingga 287 jiwa per km 2. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Labuhan Haji, sedangkan penduduk terjarang berada di Kecamatan Trumon. Pembangunan manusia dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur kemajuan pembangunan. Dalam hal ini tercatat Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Selatan termasuk dalam posisi bawah, yaitu peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Angka IPM tercatat sebesar 70,36 masih jauh dibawah angka IPM Provinsi Aceh secara umum yang mencapai 72,16. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup penduduknya sebesar 67,03 tahun. Kemudian angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas sebesar 96,55 persen dan rata-rata lama sekolah baru mencapai 8,44 tahun. Sementara itu paritas daya belinya sebesar Rp 611 ribu. Semua komponen tersebut berada dibawah angka provinsi secara umum, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan daerah ini masih tertinggal dari wilayah lain meskipun usianya sudah cukup tua. Keikutsertaan penduduk dalam kegiatan ekonomi cukup baik, hal ini terlihat dari angka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang mencapai 64,13 persen atau lebih tinggi dari angka provinsi yang tercatat 63,78 persen. Demikian pula dengan TPT yang hanya 6,41 persen, lebih rendah dari angka provinsi yang tercatat 7,43 persen. Berbeda dengan IPM yang cenderung rendah, kemiskinan di wilayah ini justru cukup rendah jika dibandingkan dengan kemiskinan secara agregat di Provinsi Aceh yang mencapai 20,98 persen. Pada tahun 2010 persentase penduduk miskin di Aceh Selatan sebesar 15,93 persen. Angka tersebut hanya lebih besar daripada Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Langsa. 44 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

45 Perekonomian Kabupaten Aceh Selatan disokong oleh sektor pertanian dengan perannya sebesar 34,03 persen (tahun 2011). Sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa juga berperan besar pada perekonomian daerah, masing-masing menyumbang 19,59 persen dan 19,24 persen. Laju pertumbuhan ekonomi daerah tertua di bagian barat-selatan Aceh tersebut berjalan mendatar. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Selatan tercatat 4,47 persen sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat 4,19 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi daripada sektor-sektor lainnya, yakni 7,18 persen. Kemudian diikuti sektor keungan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 7,08 persen. Tabel 8 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Selatan 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Trumon Trumon Timur Trumon Tengah Bakongan Bakongan Timur Kota Bahagia Kluet Selatan Kluet Timur Kluet Utara Pasie Raja Kluet Tengah Tapaktuan Samadua Sawang Meukek Labuhan Haji Labuhan Haji Timur Labuhan Haji Barat Jumlah KABUPATEN ACEH TENGGARA Secara geografis wilayah KabupatenAceh Tenggara terletak pada 3 o 55'23 4 o 16'37 Lintang Utara dan 96 o 43'23 98 o 10'32 Bujur Timur. Ketinggian daratan rata-rata berkisar antara meter diatas permukaan laut dengandikelilingi Hutan Taman Nasional GunungLeuser dan Bukit Barisan. Sebelah Utara Berbatasan dengankabupaten Gayo Lues, sebelah Timurdengan Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Aceh Timur, 45 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

46 sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Singkil serta sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten AcehSelatan. Secara administratif, terbentuk pada tahun 1974 denganibukota Kutacane. Wilayah ini pernah mengalami pemekaran kabupaten yaitu Kabupaten Gayo Lues. Saat ini Kabupaten Aceh Tenggaraterdiri dari 16 Kecamatan, 51 mukim, dan 385 gampong/desa. Sebanyak 282 desadiantaranya terletak di lembah dan 103terletak di kawasan lereng Taman Nasional Gunung Leuser dan Bukit Barisan. Tabel 9 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Tenggara 2011 Kecamatan Rumah Tangga Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Lawe Alas Babul Rahmah Tanoh Alas Lawe Sigala-gala Babul Makmur Semadam Lauser Bambel Bukit Tusam Lawe Sumur Babussalam Lawe Bulan Badar Darul Hasanah Ketambe Deleng Jumlah Gambar 5 Peta Kabupaten Aceh Tenggara 46 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

47 2.6 KABUPATEN ACEH TENGAH Kabupaten Aceh Tengah dikukuhkan pada tahun 1956 melalui Undang-undang No. 7 Tahun Kabupaten Aceh Tengah terletak pada 4 o o Lintang Utara dan 95 o o Bujur Timur. Luas wilayah daerah penghasil kopi ini mencapai 4.318,39 km2 dengan ketinggian dari permukaan laut antara meter. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues. Sementara di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Pidie. Sebanyak 295 gampong tercatat berada dibawah naungan Kabupaten Aceh Tengah. Secara administratif mereka tergabung atas 16 mukim dan 14 kecamatan. Kabupaten yang beribukota di Takengon ini berjarak sekitar 319 km ke Banda Aceh (ibukota provinsi). Tabel 10 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Tengah, 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Linge Bintang Lut Taw ar Kebay akan Pegasing Bebesen Kute Panang Silih Nara Ketol Celala Jagong Jeget Atu Lintang Bies Rusip Antara Jumlah Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tengah sebanyak orang, terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Rasio jenis kelamin secara umum sebesar 102, namun ada beberapa kecamatan dengan rasio jenis kelamin dibawah angka 100. Ketiga kecamatan itu adalah Kecamatan Kebayakan (98), Kecamatan Bebesan (99), dan Kecamatan Bies (97). Dalam pada itu, jumlah rumahtangga di Kabupaten Aceh Tengah tercatat pada tahun yang sama. Kepadatan penduduk antar kecamatan sangat bervariasi, yakni antara jiwa/km 2. Penduduk terpadat berada di Kecamatan Bebesan dan sebaliknya, penduduk terjarang berada di Kecamatan Linge. Sedangkan kepadatan penduduk secara umum di Kabupaten Aceh Tengah adalah 42 jiwa/km 2, sekitar separuh daripada kepadatan penduduk provinsi Aceh yang mencapai 81 jiwa/km 2. Pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Tengah relatif maju dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Apalagi kabupaten ini merupakan daerah yang sudah lama berdiri sebagai daerah 47 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

48 otonom. Hal ini terbukti dari angka IPM yang mencapai 74,18 pada tahun 2011 dan merupakan tertinggi kelima di Provinsi Aceh. Bahkan pada tahun sebelumnya menempati peringkat keempat dengan nilai IPM sebesar 73,69. Situasi kesehatan masyarakat secara umum cukup baik, ini terlihat dari angka harapan hidup penduduk yang mencapai 69,70 tahun. Sedangkan dari sisi pendidikan, angka melek huruf mencapai 98,65 persen Sementara rata-rata lama sekolah selama 9,70 tahun, artinya mereka telah menamatkan pendidikan dasar 9 tahun atau tamat SLTP. Komponen IPM lainnya, yakni kemampuan daya beli penduduk sebesar Rp622,73 ribu rupiah per kapita per bulan. Ini lebih besar dari rata-rata paritas daya beli provinsi Aceh yang baru mencapai Rp 615,60 ribu. Keikutsertaan dalam kegiatan ekonomi penduduk usia kerja di wilayah pegunungan ini mencapai 65,24 persen. Namun penyerapan kesempatan kerjanya sangat baik, hal ini terbukti dari Tingkat Kesempatan Kerja yang mencapai 93,90 persen. Sehingga angka TPT hanya 6,10 persen, merupakan ketiga terendah setelah Kabupaten Bener Meriah (5,19 persen) dan Kota Sabang (6,06 persen). Sekitar 35,3 ribu penduduk Kabupaten Aceh Tengah termasuk warga miskin. Angka tersebut mencapai 20,10 persen dari total penduduk, hampir sama dengan persentase kemiskinan Provinsi Aceh yang tercatat 20,98 persen. Nampaknya kebupaten ini harus memacu pembangunan daerah untuk mengurangi kemiskinan warganya. Perekonomian Kabupaten Aceh Tengah ditunjang oleh sektor pertanian, sesuai dengan kondisi alam di wilayah ini. Sektor pertanian berperan hampir separuhnya pada perekonomian daerah, tepatnya 47,86 persen. Subsektor perkebunan menjadi andalan perekonomian daerah, dimana komoditi kopi sebagai pilihan utama penduduk setempat. Sektor konstruksi juga berperan penting dalam perekonomian Aceh Tengah dengan menyumbang 17,39 persen. Sektor pertanian yang merupakan andalan dalam perekonomian daerah, tidak mengalami pertumbuhan yang baik, hanya 0,31 persen pada Sementara perekonomian secara umum tumbuh 4,32 persen. Gambar 6 Peta Kabupaten Aceh Tengah 48 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

49 2.7 KABUPATEN ACEH BARAT Wilayahnya terletak antara 04 o o 47 Lintang Utara dan 95 o o 30 Bujur Timur dengan luas mencapai 2.927,95 km2. Kabupaten Aceh Barat terdiri atas 12 Kecamatan, 33 mukim dan 322 gampong. Kabupaten Aceh Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh Jaya di sebelah utara, kemudian di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya dan Samudera Indonesia. Sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh tengah dan Nagan Raya, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kecamatan terluas adalah Sungai Mas yang menempati 26,70% wilayah Aceh Barat. Daerah ini sebagian besar masih berupa hutan. Sedangkan kecamatan terkecil adalah Johan Pahlawan yang merupakan ibukota Kabupaten Aceh Barat. Luas Kecamatan ini hanya 44,91 Km 2 atau hanya 1,53% dari luas Kabupaten Aceh Barat. Jumlah penduduk pertengahan tahun 2011 di Kabupaten Aceh Barat sebanyak jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dengan rasio jenis kelamin 103 persen, artinya penduduk lakilakilebih banyak sekitar 3 persen dibanding perempuan. Mereka terkumpul dalam rumahtangga. Penduduk terbanyak berada di Kecamatan Johan Pahlawan yang menjadi ibukota Aceh Barat, yaitu jiwa. Sebaliknya, jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Sungai Mas dan Woyla Timur masing-masing sebesar dan jiwa. Secara geografis letak kedua kecamatan ini berada paling jauh dengan Kota Meulaboh. Kepadatan penduduk kabupaten ini mencapai 61 jiwa per km 2. Dengan jumlah penduduk paling banyak dan luas wilayah terbatas, Kecamatan Johan Pahlawan menjadi wilayah terpadat dengan rata-rata jiwa menghuni 1 kilometer persegi wilayah. Kepadatan Penduduk terendah berada di Kecamatan Sungai Mas dimana setiap 1 km2 hanya dihuni oleh 4 jiwa. Tabel 11 Jumlah Rumahtangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Barat, 2011 Kecamatan Rumah Tangga Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Johan Pahlawan Samatiga Bubon Arongan Lambalek Woyla Woyla Barat Woyla Timur Kaway XVI Meureubo Pante Ceureumen Panton Reu Sungai Mas Jumlah P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

50 Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Aceh Barat melampaui rata-rata Provinsi Aceh. Jika seseorang bayi lahir tahun 2011, maka ia diperkirakan hidup hingga 70,06 tahun. Disisi lainnya, dalam bidang pendidikan, sekitar 5,4 persen penduduk usia 15 tahun keatas masih buta huruf, berarti sebanyak 94,60 persen telah dapat membaca dan menulis. Melek huruf sangat penting bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas pengetahuan setiap individu. Sementara itu, rata-rata lama sekolah penduduk dewasa mencapai 8,20 tahun. Purchasing power parity atau kemampuan daya beli mencapai 604,24 ribu rupiah per kapita per bulan. Maka terjadi kenaikan sekitar 0,65 persen dari tahun sebelumnya. Dari keempat komponen tersebut, indeks komposit IPM kabupaten ini tercatat 71,20. Ia berada pada posisi 14 dari 23 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh. Angka pengangguran di kabupaten ini lebih rendah daripada angka provinsi, yakni 6,39 persen. Sehingga diperkirakan sebanyak orang usia kerja di Aceh Barat tengah mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, belum memulai kerja (meskipun sudah punya pekerjaan), ataupun putus asa karena tidak memperoleh pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di wilayah yang telah memekarkan 3 kabupaten lain ini mencapai 65,45 persen. Lebih tinggi dari TPAK Provinsi Aceh yang hanya 63,78 persen. Sekitar penduduk hidup dibawah garis kemiskinan, jumlah tersebut merupakan 23,81 persen dari total penduduk kabupaten ini. Angka tersebut hanya sedikit berkurang dari tahun sebelumnya yang masih tercatat sebesar 24,43 persen. Garis kemiskinan atau batas miskin pada tahun 2011 untuk Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp Angka tersebut tertinggi ketiga setelah Kota Banda Aceh dan Kota Sabang Gambar 7 Peta Kabupaten Aceh Barat Pertumbuhan ekonomi Aceh Barat tiga tahun terakhir ini bernilai positif dan semakin cepat. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 adalah sebesar 5 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 5,09 dan 5,24 persen. Perekonomian Aceh Barat ditopang oleh tiga sektor utama. Sektor penyumbang terbesar adalah sektor pertanian (37,32 persen), dimana subsektor yang dominan adalah perkebunan (kelapa sawit dan karet) dan tanaman bahan makanan (padi). Peran sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 19,09 persen, dimana subsektor perdagangan sebagai penopang utama.sementara itu, kontribusi sektor jasa pada tahunyang sama bernilai 17,95 persen. 50 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

51 2.8 KABUPATEN ACEH BESAR Kabupaten Aceh Besar terletak pada garis 5,2-5,8 Lintang Utara dan 95,0-95,8 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, Kota Sabang, dan Kota Banda Aceh. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya, sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie, dan sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten Aceh Besar seluas 2.974,12 km 2, sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan. Sekitar 10 persen desa di Kabupaten Aceh Besar merupakan desa pesisir. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Seulimeum yang meliputi lebih dari 16 persen dari luas wilayah Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan kecamatan yang mempunyai wilayah paling sempit yaitu Kecamatan Krueng Barona Jaya, luasnya hanya 0,3 persen dari luas Kabupaten Aceh Besar. Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 kecamatan, 68 mukim, dan 604 gampong/desa. Jarak antara pusatpusat kecamatan dengan pusat kabupaten sangat bervariasi. Kecamatan Lhoong merupakan daerah yang paling jauh, yaitu berjarak 106 km dengan pusat ibukota kabupaten (ibukota terletak di Kecamatan Kota Jantho). Penduduk yang bermukim di kabupaten yang mempunyai motto Putoh Ngon Pakat Kuwat Ngon Meuseuraya ini cukup besar, yaitu sebanyak jiwa. Mereka terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Sementara pada tahun 2011 tercatat rumah tangga ada di daerah ini. Kecamatan Darul Imarah merupakan tempat permukiman penduduk terbanyak, karena sekitar 13,20 persen penduduk Kabupaten Aceh Besar bertempat tinggal di sini. Sebaliknya, di Kecamatan Leupung hanya kurang dari 1 persen penduduk yang bermukim di sini. Kepadatan penduduk antara 23 kecamatan yang ada sangat bervariasi, antara 16 hingga hampir 1600 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk paling kecil atau wilayah dengan kepadatan penduduk terjarang adalah Kecamatan Pulo Aceh (16 jiwa/km2). Sebaliknya, penduduk terpadat berada di Kecamatan Krueng Barona Jaya (1.592 jiwa/km2) dan Kecamatan Darul Imarah (1.440 jiwa/km 2 ). Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2011 tercatat 73,83 dan berada pada peringkat keenam dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Letak wilayahnya yang mengapit ibukota provinsi, yakni Kota Banda Aceh, turut membantu kemajuan wilayah ini. Angka harapan hidup penduduk mencapai 70,81 tahun atau 2 tahun lebih tinggi daripada rata-rata angka harapan hidup provinsi. Sementara angka melek huruf hampir sama dengan rata-rata melek huruf provinsi, dimana tahun 2011 tercatat 96,98 persen. Kemudian, rata-rata lama sekolah tercatat telah mencapai 9,77 tahun dengan angka paritas daya beli sebesar 614,39 ribu per kapita per bulan. Hampir 13 ribu penduduk di Aceh Besar berstatus penganggur, sedangkan orang lainnya bekerja. Sehingga tingkat pengangguran terbuka di kabupaten ini tercatat 7,93 persen. Angka itu jauh lebih rendah daripada setahun sebelumnya yang mencapai 11,60 persen. 51 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

52 Perekonomian daerah ini ditopang oleh beberapa sektor utama, pertama sektor pertanian yang berkontribusi sebesar 28,04 persen. Kemudian sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memberikan sumbangan hingga 20,59 persen terhadap perekonomian. Selanjutnya sektor konstruksi/bangunan dan sektor jasa-jasa, masing-masing berperan sebesar 15,60 persen dan 14 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran nampaknya semakin menunjukkan eksistensinya atas perannya terhadap perekonomian daerah ini. Selama periode , pertumbuhan rata-rata sektor ini mencapai lebih dari 10 persen per tahun. Pada tahun 2011 pertumbuhannya mencapai 12,38 persen, jauh diatas pertumbuhan ekonomi secara umum yang tercatat 5,34 persen. Sektor pertanian sendiri hanya mampu tumbuh 2,93 persen. Gambar 8 Peta Kabupaten Aceh Besar Tabel 12 Jumlah Rumahtangga, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk, Kabupaten Aceh Besar 2011 Kecamatan Rumah Tangga Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Lhoong Lhoknga Leupung Indrapuri Kuta Cot Glie Seulimeum Kota Jantho Lembah Seulawah Mesjid Raya Darussalam Baitussalam Kuta Baro Montasik Blang Bintang Ingin Jaya Krueng Barona Jaya Sukamakmur Kuta Malaka Simpang Tiga Darul Imarah Darul Kamal Peukan Bada Pulo Aceh Jumlah P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

53 2.9 KABUPATEN PIDIE Pidie adalah salah satu kabupaten di pesisir timur Aceh yang terbentang antara 4,30 o - 4,60 o Lintang Utara/North Latitude dan 95,75 o - 96,20 o Bujur Timur/East Longitude. Dengan posisi tersebut luas wilayahnya sekitar 3.562,14 km 2. Batas-batas daerah sebelah Utara adalah Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya. Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten pemekarannya, yakni Kabupaten Pidie Jaya. Sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. Sebanyak 23 kecamatan berada dalam wilayah tugasnya, kemudian terdapat 94 mukim serta gampong/desa sebanyak 730 buah. Sekitar 60 persen luas wilayah berada di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Geumpang, Mane, dan Tangse. Ibukota Kabupaten Pidie berada di Kecamatan Kota Sigli. Pada tahun 2011, jumlah penduduk di Kabupaten Pidie mencapai orang yang terdiri atas orang laki-laki dan jiwa perempuan. Paling banyak mereka bermukim di Kecamatan Pidie yang tercatat orang dan Kecamatan Mutiara Timur sebanyak orang. Selanjutnya, rasio jenis kelamin kabupaten ini sebesar 94, artinya jumlah penduduk perempuan lebih sedikit sekitar 6 persen daripada jumlah penduduk laki-laki. Satu-satunya kecamatan dengan rasio jenis kelamin lebih dari 100 adalah Kecamatan Geumpang yang mempunyai rasio jenis kelamin 110. Kepadatan penduduk antar kecamatan sangat bervariasi, yakni yang terjarang 10 orang per kilometer persegi terdapat di Kecamatan Geumpang dan Kecamatan Mane. Sebaliknya, pemukiman terpadat terdapat di Kecamatan Kota Sigli yang mencapai hampir orang/km 2, tepatnya orang/km 2. Pencapaian derajat kesehatan penduduk cukup baik, hal ini terlihat dari angka harapan hidup penduduknya yang lebih tinggi daripada angka rata-rata Provinsi Aceh secara umum. Angka harapan hidup penduduk mencapai 69,68 tahun, atau lebih tinggi hampir 1 tahun daripada angka provinsi. Dalam bidang pendidikan terjadi sebaliknya, angka melek huruf penduduk tercatat 96,30 persen. Sementara rata-rata lama sekolah baru mencapai 8,72 tahun. Keduanya berada dibawah rata-rata angka provinsi yang tercatat 96,80 persen dan 8,90 tahun. Akan tetapi, kemampuan daya beli penduduk sedikit lebih tinggi dari kemampuan daya beli penduduk Provinsi Aceh secara keseluruhan. Sehingga dalam indeks komposit IPM, posisi Kabupaten Pidie lebih baik daripada angka Provinsi Aceh. Pada tahun 2011 IPM Kabupaten Pidie mencapai 72,43 dan Provinsi Aceh sebesar 72, P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

54 Gambar 9 Peta Kabupaten Pidie Sebanyak orang penduduk bekerja dan sekitar orang tidak bekerja, sehingga tingkat pengangguran terbuka di wilayah ini mencapai 6,92 persen. Angka ini lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang tercatat 7,56 persen. Pada sisi yang lain, keterlibatan penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi yang terlihat dari TPAK mencapai 62,49 persen. Artinya sekitar 62,49 persen penduduk usia kerja terlibat dalam kegiatan ekonomi secara langsung, sedangkan 37,51 persen lainnya melakukan kegiatan lain seperti bersekolah, mengurus rumahtangga, atau kegiatan lain. Hampir 60 persen perekonomian Kabupaten Pidie ditopang oleh sektor pertanian, tepatnya 59,25 persen, dengan pendukung utama subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Sektor lain yang berperan besar adalah sektor jasa-jasa (15,50 persen) yang disokong subsektor jasa pemerintahan umum (14,36 persen). Pertumbuhan ekonomi kabupaten ini relatif mendatar, pada tahun 2011 tercatat 4,49 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas, dan air yang mencapai 14,10 persen, serta sektor pangangkutan dan komunikasi yang mencapai 9,21 persen. Sebaliknya, sektor pertanian sebagai penyokong utama perekonomian justru tumbuh hanya 1,63 persen. Tabel 13 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie 2011 Kecamatan Rumah Tangga Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Geumpang ,183 2,905 6, Mane ,901 3,945 7, Glumpang Tiga ,273 8,984 17, Glumpang Baro ,556 5,262 9, Mutiara ,067 9,752 18, Mutiara Timur ,083 16,417 31, Tiro/Truseb ,494 3,748 7, Tangse ,647 12,032 23, Keumala ,404 4,691 9, P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M 10 Titeue ,135 3,134 P6,269 r o v i n s i 312 A c e h Sakti ,355 9,898 19, Mila ,899 4,354 8, Padang Tiji ,940 10,220 20, Delima ,997 9,856 18, Grong-grong ,073 3,320 6,

55 3 Glumpang Tiga ,273 8,984 17, Glumpang Baro ,556 5,262 9, Mutiara ,067 9,752 18, Mutiara Timur ,083 16,417 31, Tiro/Truseb ,494 3,748 7, Tangse ,647 12,032 23, Keumala ,404 4,691 9, Titeue ,135 3,134 6, Sakti ,355 9,898 19, Mila ,899 4,354 8, Padang Tiji ,940 10,220 20, Delima ,997 9,856 18, Grong-grong ,073 3,320 6, Indrajaya ,086 11,112 21, Peukan Baro ,971 9,704 18, Kembang Tanjong ,723 10,200 19, Simpang Tiga ,899 10,827 20, Kota Sigli ,590 9,794 19, Pidie ,763 21,002 40, Batee ,176 9,398 18, Muara Tiga ,961 9,056 18, Jumlah , , , KABUPATEN BIREUEN Bireuen adalah kabupaten yang dibentuk berdasar UU RI Nomor 48 Tahun 1999, mekar dari Kabupaten Aceh Utara pada tahun Wilayahnya terbentang antara Lintang Utara/North Latitude dan Bujur Timur/East Longitude dengan luas 1.901,21 km 2. Batas-batas daerah secara administratif, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah. Sementara sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara, serta Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya. Sebanyak 609 gampong dan 75 mukim tercakup dalam wilayah Kabupaten Bireuen. Kemudian pemerintah kecamatan yang membantu pemerintahan kabupaten tercatat 17 kecamatan. Ibukota Kabupaten sendiri terletak di Bireuen (Kecamatan Bireuen) yang berjarak sekitar 219 km dari ibukota provinsi (Banda Aceh). Jumlah penduduk Kabupaten Bireuen tahun 2011 tercatat sebanyak jiwa, terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Paling banyak penduduk berdiam di Kecamatan Peusangan ( jiwa) atau 12,20 persen dari jumlah penduduk kabupaten. Kemudian Kecamatan Kota Juang tercatat orang atau 11,46 persen dari keseluruhan penduduk. Sementara itu, jumlah rumahtangga di kabupaten ini sebanyak rumahtangga. Kepadatan penduduk di setiap kecamatan sangat bervariasi, paling jarang terdapat di Kecamatan Peudada yang tercatat 63 jiwa per km2. Sedangkan di Kecamatan Kota Juang paling padat dibandingkan 55 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

56 kecamatan lainnya, yaitu jiwa/km 2. Dalam pada itu, kepadatan penduduk di Kabupaten Bireuen mencapai 209 jiwa/km2. Kemajuan pembangunan manusia di kabupaten yang mekar dari kabupaten Aceh Utara tahun 1999 ini cukup baik. Pada tahun 2011 berada pada peringkat 7 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh, yaitu dengan nilai IPM sebesar 73,38. Angka harapan hidup penduduk kabupaten mencapai 72,39 tahun, merupakan yang tertinggi di Provinsi Aceh. Rata-rata angka harapan hidup penduduk Provinsi Aceh secara umum baru mencapai 68,80 tahun. Dilihat dari bidang pendidikan, angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas mencapai 98,51 persen. Jadi hanya 1,49 persen penduduk yang masih buta huruf, kemungkinan penduduk usia tua yang merupakan warisan pendidikan buruk pada masa lalu. Sementara rata-rata lama sekolah mencapai 9,28 tahun. Berarti mereka telah menamatkan pendidikan dasar 9 tahun atau menamatkan SLTP. Gambar 10 Peta Kabupaten Bireuen Kemampuan daya beli penduduk per kapita per bulan mencapai Rp 597,44 ribu, lebih tinggi sedikit dibandingkan penduduk Aceh Timur yang tercatat sebesar 592,58 ribu rupiah. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Bireuen mencapai 62,75 persen, sedikit lebih rendah daripada rata-rata TPAK Provinsi Aceh yang tercatat 63,78 persen. Sementara sebanyak orang berstatus pengangguran, merupakan sekitar 7,65 persen dari seluruh angkatan kerja. Sebanyak 19,51 persen penduduk berada di bawah garis kemiskinan, berarti sekitar 76,10 ribu penduduk tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum sehari-hari. Angka ini lebih sedikit daripada persentase angka provinsi yang tercatat 20,98 persen. Disamping pertanian, sektor perdagangan cukup mendominasi perekonomian wilayah ini. Kontribusi sektor pertanian mencapai 36,64 persen, sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 56 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

57 25,46 persen. Sektor lainnya yang berperan cukup banyak adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang menyumbang 13,89 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (data tahun 2011). Pada tahun yang sama perekonomian daerah tumbuh 4,72 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat 5,70 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami kemajuan yang menjanjikan, sektor ini tumbuh 8,48 persen jauh lebih tinggi daripada sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian sendiri tumbuh 5,09 persen, lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi secara umum. Tabel 14 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bireuen 2011 Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Kecamatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Samalanga Simpang Mamplam Pandrah Jeunib Peulimbang Peudada Juli Jeumpa Kota Juang Kuala Jangka Peusangan Peusangan Selatan Peusangan Sb. Krueng Makmur Gandapura Kuta Blang Jumlah KABUPATEN ACEH UTARA Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang berada di bagian pantai timur wilayah Provinsi Aceh. Terletak antara o o Bujur Timur dan o o Lintang Utara. Kabupaten yang beribukota di Lhoksukon ini mempunyai wilayah seluas 3.296,86 km 2. Kabupaten ini memiliki batas wilayah sebagai berikut; Sebelah utara berbatasan dengan Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen. Sampai dengan tahun 2011 Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan, 70 kemukiman, dan 852 gampong/desa. 57 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

58 Aceh Utara memiliki jumlah penduduk terpadat dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinvi Aceh. Pada tahun 2011 tercatat lebih dari setengah juta penduduk yang menghuni wilayah ini, tepatnya sebanyak orang. Mereka terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan, serta terkumpul dalam rumah tangga. Kecamatan Paya Bakong merupakan wilayah terluas di Kabupaten Aceh Utara, wilayahnya meliputi 12,69 persen dari keseluruhan wilayah. Sedangkan Kecamatan Sawang mencapai 11,67 persen dari wilayah Aceh Utara. Sedangkan penduduk yang menghuni kedua wilayah tersebut masing-masing sebanyak jiwa dan jiwa. Kecamatan Lhoksukon yang merupakan ibukota kabupaten, menjadi tujuan utama tempat tinggal penduduk, sehingga sekitar rumahtangga menempati kecamatan tersebut. Kecamatan lainnya yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Sawang dan Kecamatan Tanah Jambo Aye. Penduduk yang menetap di wilayah itu masing-masing sebanyak jiwa dan jiwa. Sebaliknya, penduduk paling sedikit bermukim di Kecamatan Banda Baro, yakni sebanyak jiwa. Kepadatan penduduk antar kecamatan sangat bervariasi, antara 17 km 2 yang terjarang (Kecamatan Geureudong Pase) hingga merupakan yang terpadat (Kecamatan Dewantara). Secara umum kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 164 orang per kilometer persegi. Secara umum, kehidupan di wilayah ini cukup baik. Hal ini terlihat dari angka IPM yang berada pada posisi 8 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Pada tahun 2011 angka indikator yang menggambarkan kemajuan pembangunan manusia tersebut mencapai 72,85. Angka tersebut lebih tinggi daripada IPM Provinsi Aceh secara umum yang tercatat 72,16. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Aceh Utara tercatat 69,80 tahun, setahun lebih tinggi dari angka harapan hidup penduduk Aceh. Sedangkan angka melek huruf mencapai 97,83 persen dan rata-rata lama sekolah sebesar 9,19 tahun. Artinya penduduk dewasa di daerah ini rata-rata telah menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun atau menamatkan SLTP/sederajat. Sementara itu, kemampuan daya beli penduduk sebesar 612,04 ribu rupiah per kapita per bulan. Sebanyak penduduk hidup dengan pengeluaran dibawah atau paling banyak Rp Hal ini berarti sekitar 22,89 persen penduduk masih hidup dibawah garis kemiskinan. Kabupaten Aceh Utara mempunyai potensi pertambangan minyak dan gas yang besar, akan tetapi saat ini sudah jauh berkurang. Namun sektor ini masih mendominasi perekonomian daerah, karena sekitar 44,94 persen disumbang oleh sektor pertambangan dan penggalian (migas, tahun 2011). 58 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

59 Tabel 15 Jumlah Rumahtangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Utara 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Sawang Nisam Nisam Antara Banda Baro Kuta Makmur Simpang Kramat Syamtalira Bayu Geureudong Pase Meurah Mulia Matangkuli Paya Bakong Pirak Timu Cot Girek Tanah Jambo Aye Langkahan Seunuddon Baktiya Baktiya Barat Lhoksukon Tanah Luas Nibong Samudera Syamtalira Aron Tanah Pasir Lapang Muara Batu Dewantara Jumlah Sektor pertanian menyumbang perekonomian daerah ini cukup besar dengan share sebesar 22,95 persen dari total perekonomian daerah. Jika migas tidak dimasukkan, maka peranan sektor ini mencapai 41,31 persen dalam kegiatan ekonomi daerah. Oleh karenanya potensi sektor pertanian layak dikembangkan daerah ini, mengingat potensi migas yang terus berkurang. Sektor lain yang memberikan peran cukup besar antara lain sektor perdagangan, hotel, dan restoran (14,88 persen), sektor jasa-jasa (13,59 persen), dan sektor pengangkutan dan komunikasi (11,38 persen). Kondisi tersebut jika migas tidak disertakan. Gambar 11 Peta Kabupaten Aceh Utara 59 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

60 2.12 KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Kabupaten Aceh Barat Daya terletak antara 3 o o 5 37 Lintang Utara dan 96 o o 9 19 BujurTimur. Sebelah utaraberbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues,sebelah selatanberbatasan dengan SamuderaIndonesia. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengankabupaten Aceh Selatan dankabupaten Nagan Raya menjadibatasan wilayah bagian barat.wilayah ini termasuk dalamgugusan pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten ini berdiri atas dasar hukum UURI Nomor 4 Tahun 2002,tanggal 10 April Wilayah yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan ini beribukota di Blangpidie. Hingga kini wilayahnya terdiri dari 9 kecamatan, 22 mukim, dan 150 gampong. Pada tahun 2011, penduduk yang bermukim di wilayah ini sebanyak jiwa, terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Tempat bermukim terbanyak berada di Kecamatan Susoh, yakni orang. Jumlah tersebut hampir sama dengan penduduk yang bermukim di Kecamatan Blangpidie yang tercatat orang. Sementara itu jumlah rumah tangga di kabupaten yang mempunyai semboyan sapeue kheuen sahou langkah ini sebanyak rumah tangga. Tabel 16 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya 2011 Kecamatan Rumah Tangga Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Manggeng Lembah Sabil Tangan-Tangan Setia Blangpidie Jeumpa Susoh Kuala Batee Babahrot Jumlah Demikian pula halnya dengan kepadatan penduduk, Kecamatan Susoh merupakan yang tertinggi daripada kecamatan lainnya, yaitu 749 jiwa/km2. Sedangkan di Blangpidie hanya 40 jiwa/km2, karena wilayahnya yang demikian luas (hampir 25 persen dari total wilayah kabupaten). Setelah lepas dari Kabupaten Aceh Selatan sekitar 10 tahun lalu, Kabupaten Aceh Barat Daya semakin memacu pembangunan daerahnya, tak terkecuali sumber daya manusianya. Hal ini terlihat dari angka IPM yang selangkah lebih baik dari kabupaten induknya tersebut. Pada tahun 2011 angka IPM yang 60 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

61 dicapai sebesar 70,95 sementara Kabupaten Aceh Selatan 70,36, sehingga peringkat masing-masing berada pada 16 dan 17 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Dari sudut kesehatan yang diwakili oleh angka harapan hidup penduduk, Kabupaten Aceh Barat Daya mencapai 67,19 tahun. Lebih tinggi dari kabupaten induknya yang tercatat 67,03 tahun. Akan tetapi dalam bidang pendidikan, kabupaten ini masih dibawah Aceh Selatan, baik dari komponen melek huruf maupun rata-rata lama sekolah. Kedua variabel tersebut masing-masing sebesar 96,47 persen dan 8,01 tahun. Kemampuan daya beli per kapita Kabupaten Aceh Barat Daya jauh lebih tinggi daripada Kabupaten Aceh Selatan, bahkan diatas rata-rata kemampuan daya beli provinsi. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan sebagai sebutan lain untuk kemampuan daya beli di Aceh Barat Daya mencapai Rp 621,49 ribu rupiah. Sekitar 25 ribu penduduk kabupaten ini masih hidup dibawah garis kemiskinan. Jumlah tersebut merupakan 20 persen dari keseluruhan penduduk. Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah strategis untuk penanggulangan kemiskinan di daerah ini. Sektor pertanian merupakan pendukung utama perekonomian daerah hingga saat ini walaupun terdapat kecenderungan menurun. Tahun 2011 sekitar 30,19 persen PDRB disumbang sektor pertanian. Sektor lain yang berperan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (21,74 persen) dan sektor jasa-jasa (19,23 persen). Pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini termasuk moderat atau sedang, yakni 5,08 persen tahun Sementara pertumbuhan dalam sektor ekonomi cukup bervariasi, antara 3 hingga 7 persen. Sektor pertanian yang perannya paling besar dalam perekonomian daerah, hanya mampu tumbuh 3,42 persen. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh menjanjikan dengan angka 7,09 persen. Gambar 12 Peta Kabupaten Aceh Barat Daya 61 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

62 2.13 KABUPATEN GAYO LUES Letak geografis Kabupaten Gayo Lues berada pada 96 o o BT dan 30 o o LU. Kabupaten Gayo Lues di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, dan Kabupaten Langkat (Provinsi Sumut). Sedangkan sebelah barat berbatasandengan Kabupaten Aceh Barat Daya dan di sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Tengah, Nagan Raga dan Aceh Timur. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Aceh Barat Daya. Wilayah dataran Kabupaten Gayo Lues terletak di ketinggian meter diatas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerahsuaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan sebagaiparu-paru dunia. Tabel 17 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Gayo Lues 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Jumlah Kepadatan Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Kuta Panjang Blang Jerango Blangkejeren Putri Betung Dabun Gelang Blang Pegayon Pining Rikit Gaib Pantan Cuaca Terangun Tripe Jaya Jumlah Sebagai daerah otonomi yang usianya masih muda, Kabupaten Gayo Lues harus terus berpacu untuk mengejar ketertinggalannya. Tak terkecuali dari sisi pembangunan sumber daya manusianya. Angka IPM kabupaten yang mekar dari Kabupaten Aceh Tenggara ini hanya 68,22 dan merupakan angka terendah dari 23 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Aceh. Kondisi ini terjadi setidaknya dalam 5 tahun terakhir. Dari semua aspek, komponen pembangunan manusia di Kabupaten Gayo Lues masih memprihatinkan. Angka harapan hidup penduduk pada tahun 2011 tercatat 67,15 tahun, hanya lebih tinggi dari angka harapan hidup penduduk Kota Subulussalam (66,01 tahun). Angka melek huruf penduduk 15 tahun keatas hanya 87,38 persen, merupakan satu-satunya daerah yang masih mempunyai angka buta huruf yang demikian tinggi. Akan tetapi, angka rata-rata lama sekolah kondisinya lebih baik, yaitu sekitar 8,73 tahun. 62 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

63 Dari sisi perekonomian, kemampuan daya beli penduduk sebesar 605,62 ribu rupiah per kapita per bulan. Walaupun masih rendah sekitar 10 ribu rupiah dari rata-rata per kapita penduduk provinsi, namun kemampuan daya beli penduduk di daerah ini tidak yang terbawah. Sebanyak 65,24 persen penduduk usia kerja di Kabupaten Gayo Lues ( orang) terlibat dalam kegiatan ekonomi secara langsung atau termasuk dalam angkatan kerja. Sekitar orang diantaranya sedang bekerja, atau hanya 6,93 persen yang menganggur. Kemiskinan di daerah ini masih cukup tinggi, karena sekitar 23,38 persen penduduk masih hidup dibawah garis kemiskinan atau sebanyak orang. Mereka hanya mampu membiayai hidupnya paling banyak sebesar 275 ribu rupiah per kapita per bulan. Gambar 13 Peta Kabupaten Gayo Lues 2.14 KABUPATEN ACEH TAMIANG Kabupaten Aceh Tamiang berdiri sebagai daerah otonomi atas dasar hukum UU RI Nomor 4 Tahun 2002 Tanggal 10 April Sebagai ibukota kabupaten dipilih Kecamatan Karang Baru. Wilayahnya terbentang antara 3 o 53 18,81-4 o 32 56,76 Lintang Utara dan 97 o 43 41,51-98 o 14 45,41 Bujur Timur. Luas daerah kabupaten ini mencapai 1.957,02 km 2, dengan ketinggian rata-rata antara meter diatas permukaan laut. Kabupaten yang mekar dari Aceh Timur ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Secara rinci batas-batas wilayah kabupaten ini adalah, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah 63 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

64 selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tenggara. Secara administratif, Kabupaten Aceh Tamiang terdiri atas 12 buah kecamatan, 27 mukim, dan 213 gampong/desa. Kecamatan Manyak Payed dan bedahara memiliki jumlah kampung terbanyak, yakhi masing-masing 36 dan 33 Kampung. Wilayah terluas berada di Kecamatan Tamiang Hulu yang mencapai 21,40% dari luas Kabupaten. Sebaliknya Kecamatan Kota Kuala Simpang merupakan daerah yang memiliki porsi luas terkecil, yaitu 0,005% dari luas Kabupaten. Jumlah penduduk yang tersebar di 12 wilayah kecamatan berjumlah sekitar jiwa (tahun 2010) dengan komposisi laki-laki ( jiwa) lebih banyak daripada perempuan ( jiwa). Penduduk terbanyak menetap di Kecamatan Karang Baru yang merupakan ibukota kabupaten. Kecamatan tersebut dihuni oleh sekitar jiwa. Sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Sekerak yang tercatat hanya jiwa. Pembangunan manusia di kabupaten ini berjalan mendatar. Hal ini terlihat dari angka IPM yang berada pada posisi menengah di Provinsi Aceh, tepatnya berada pada posisi 13 dari 23 kabupaten/kota. Pada tahun 2011 tercatat 71,26, namun pencapaian ini lebih tinggi daripada posisi kabupaten induknya (Aceh Timur) yang masih bercokol pada posisi 15 dengan nilai IPM sebesar 70,94. Sekitar orang usia kerja di Kabupaten Aceh Tamiang, saat ini (Agustus 2011) tidak mempunyai pekerjaan alias menganggur. Proporsinya sekitar 6,71 persen dari seluruh angkatan kerja. Namun, angka pengangguran tersebut jauh menurun dari tahun sebelumnya yang tercatat mencapai 8,03 persen. Pertanian masih merupakan penggerak perekonomian Aceh Tamiang, karena sekitar 42,43 persen kegiatan ekonomi disumbang oleh sektor tersebut. Dengan adanya eksplorasi migas di daerah ini, sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar 10,59 persen. Sementara sektor industri pengolahan berperan sebesar 8,63 persen dalam perekonomian daerah. Tabel 18 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Tamiang Hulu Bandar Pusaka Kejuruan Muda Tenggulun Rantau Kot Kuala Simpang Seuruw ay Bendahara Banda Mulia Karang Baru Sekerak Many ak Pay ed Jumlah P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

65 Sektor lain yang berperan penting adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor ini memberikan kontribusi hingga 15,43 persen. Sedangkan sektor jasa-jasa hanya mampu memberi andil 7,68 persen pada perekonomian daerah yang kaya hasil perkebunan tersebut. Namun demikian, angka kemiskinan di kabupaten ini masih cukup tinggi walaupun dibawah angka provinsi. Sekitar 45 ribu lebih penduduknya masih berada dibawah garis kemiskinan atau 17,49 persen dari keseluruhan penduduk. Gambar 14 Peta Kabupaten Aceh Tamiang 2.15 KABUPATEN NAGAN RAYA Kabupaten Nagan Raya merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat yang berdiri pada tahun 2002 (UU No. 4 Tahun 2002). Kabupaten yang terletak pada 3 o 40 4 o 38 LU dan 96o11 96 o 48 ini mempunyai luas wilayah km 2. Di sebelah utara, Nagan Raya berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Aceh Tengah. Sebelah selatan dengan Samudera Indonesia. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Barat Daya. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat. Secara administratif Kabupaten Nagan Raya mempunyai 10 buah kecamatan dan 222 gampong. serta terdiri atas 30 mukim. Suka Makmue merupakan ibukota Kabupaten Nagan Raya yang mempunyai jarak 278 km dari Banda Aceh. Pada tahun 2011 sebanyak jiwa mendiami wilayah Kabupaten Nagan Raya. terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk kabupaten ini sebesar 102. Populasi terbanyak berada di Kecamatan Darul Makmur ( jiwa) dan populasi paling sedikit terdapat di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang (1.730 jiwa). 65 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

66 Sekitar rumah tangga tercatat pada tahun 2011 dimana jumlah rumah tangga terbanyak terdapat di Kecamatan Darul Makmur ( rumah tangga) dan paling sedikit di Kecamatan Beutong Ateuh Singgalang (451 rumah tangga). Kepadatan penduduk wilayah kabupaten ini mencapai 40 jiwa per km 2. Perbedaan yang ekstrim terjadi antar kecamatan. dimana kepadatan penduduk terbesar berada di Kecamatan Seunagan (261 jiwa/km 2 ). Sebaliknya kepadatan penduduk terjarang di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang (4 jiwa/km 2 ). Dibandingkan kabupaten/kota di Provinsi Aceh. pembangunan manusia di Kabupaten Nagan Raya relatif masih tertinggal. Dari sisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). kabupaten ini berada pada peringkat 20 dari 23 wilayah, dengan nilai sebesar (2011). Indeks tersebut sedikit lebih tinggi daripada Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Singki, dan Kota Subulussalam. Angka harapan hidup merupakan salah satu komponen IPM dari sisi kesehatan. Harapan hidup penduduk kabupaten ini mencapai tahun. Artinya seseorang yang lahir pada tahun Peluang hidupnya dapat mencapai usia tahun. Pada sisi pembangunan pendidikan tercatat angka melek huruf penduduk mencapai persen. Sedangkan rata-rata lama sekolah penduduk dewasa baru 7.75 tahun. hal ini berarti rata-rata penduduk baru menamatkan sekolah dasar dan duduk di kelas 2 sekolah lanjutan tingkat pertama. Angka itu paling rendah daripada wilayah lainnya di Provinsi Aceh. Gambar 15 Peta Kabupaten Nagan Raya Dari sudut pembangunan ekonomi penduduk.kabupaten Nagan Raya ini berada pada posisi bawah bersama beberapa daerah lainnya. Pengeluaran per kapita yang disesuaikan tercatat Rp ribu per bulan. Tingkat Pengangguran Terbuka di kabupaten ini sebesar 7.13 persen, lebih rendah daripada angka provinsi yang tercatat 7.43 persen. Secara nominal penduduk 15 tahun keatas yang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan usaha atau kegiatan menganggur lainnya sebanyak orang. Sementara itu, tingkat kemiskinan di Kabupaten Nagan Raya lebih buruk daripada kondisi umum provinsi. Sekitar persen penduduk miskin masih diderita populasi di kabupaten tersebut. jauh lebih tinggi daripada angka provinsi yang hanya persen. 66 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

67 Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Nagan Raya cenderung landai dan tidak melaju cepat. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi wilayah ini sebesar 4.56 persen. lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat 4.12 persen. Sektor pertanian menjadi penopang perekonomian daerah. karena hampir 60 persen kegiatan perekonomian kabupaten ini berasal dari sektor primer tersebut. Tabel 19 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk,dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Nagan Raya 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1 Darul Makmur Tripa Makmur Kuala Kuala Pesisir Tadu Raya Beutong Beutong Ateuh Banggalang Seunagan Suka Makmue Seunagan Timur Jumlah KABUPATEN ACEH JAYA Kabupaten Aceh Jaya terletak pada kordinat 4 o 22-5 o 16 Lintang Utara dan 95 o 2-96 o 3 Bujur Timur dengan luas daerah km 2. Kabupaten yang berdiri berdasarkan UU RI Nomor 4 Tahun 2002 dan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002 ini. Kini mempunyai 9 kecamatan 22 mukim serta 173 gampong/desa. Batas wilayah administrasi meliputi sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Aceh Barat. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara geografis kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Aceh Jaya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Setidaknya tercatat 16 pulau berada di wilayah ini. Kecamatan Sampoiniet merupakan kecamatan terluas dengan luas wilayah sekitar 27 persen (1.011 km2). sedangkan Kecamatan Panga mempunyai luas wilayah terkecil yaitu sekitar 8 persen (307 km2) dari wilayah kabupaten. Pada tahun 2011sebanyak penduduk tercatat bermukim di Kabupaten Aceh Jaya. Mereka terdiri atas orang laki-laki dan perempuan. sehingga rasio jenis kelamin penduduk sebesar 108. Rasio jenis kelamin antar kecamatan bervariasi antara 99 (Kecamatan Pasie Raya) hingga P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

68 (Kecamatan Indra Jaya). Sementara wilayah favorit penduduk untuk bermukim terletak di Kecamatan Krueng Sabee ( jiwa) dan Kecamatan Jaya ( jiwa). Meski posisinya bukan yang terendah, namun secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Aceh Jaya tertinggal dibandingkan beberapa wilayah lainnya. Angka Indeks Pembangunan Manusia kabupaten pemekaran ini hanya sebesar 69.99, berada pada peringkat 18 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Dalam hal pembangunan kesehatan, angka harapan hidup penduduk mencapai tahun, hanya sedikit lebih rendah dari rata-rata harapan hidup penduduk Aceh yang mencapai tahun. Sedangkan dari sisi pendidikan, angka melek huruf penduduk mencapai persen dan rata-rata lama sekolah baru 8.73 tahun. Artinya secara rata-rata penduduk dewasa di kabupaten ini belum menamatkan sekolah lanjutan pertama (SMP) atau hanya baru menduduki kelas 3 SMP. Dari segi ekonomi, kemampuan daya beli masyarakat mencapai ribu rupiah per kapita per bulan. Angka ini juga masih lebih rendah dari rata-rata daya beli penduduk Provinsi Aceh yang mencapai ribu rupiah. Tabel 20 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Aceh Jaya 2011 Kecamatan Rumah Tangga Keterangan: * Masih tergabung dengan kecamatan induk. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Teunom Panga Krueng Sabee Setia Bakti Sampoiniet Jaya Pasie Raya * * 8 Darul Hikmah * * 9 Indra Jaya * * Jumlah Sekitar 34,25 persen perekonomian Kabupaten Aceh Jaya disumbang oleh sektor jasa-jasa, terutama subsektor jasa pemerintah. Sektor pertanian juga masih menjadi tumpuan utama daerah, karena sektor ini mampu berkontribusi sebesar 31,13 persen terhadap perekonomian daerah. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi memberi kontribusinya sekitar 10,63 persen. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi daerah yang mekar dari Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002 ini sebesar 3,77 persen. Padahal pada tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi wilayah ini dapat mencapai 4,68 persen. Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar 3,35 persen, sedangkan sektor pertanian hanya 1,06 persen. 68 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

69 Gambar 16 Peta Kabupaten Aceh Jaya 2.17 KABUPATEN BENER MERIAH Bener Meriah merupakan kabupaten yang berdiri tahun 2003 sesuai UU RI Nomor 41 Tahun dengan Simpang Tiga Redelong sebagai ibukotanya. Kabupaten yang mekar dari Kabupaten Aceh Tengah ini mempunyai karakteristik yang mirip dengan ketinggian rata-rata meter dari permukaan laut. Wilayah ini terbentang antara 4 o o Lintang Utara dan 96 o o Bujur Timur. Luas wilayah kabupaten ini mencapai km 2. Daerah terluas terletak di Kecamatan Syiah Utama yang mencapai hampir separuh wilayah kabupaten. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Timur dan sebelah Barat berbatasan dengan Aceh Tengah. Sebanyak 10 kecamatan berada pada naungan administratif kabupaten, sementara 233 gampong/desa tersebar di penjuru wilayah. Satuan mukim sebanyak 27 buah juga didirikan sebagai satuan wilayah daerah dibawah kecamatan yang terdiri atas beberapa gampong. Jumlah penduduk kabupaten yang mempunyai motto Musara Pakat ini sebanyak orang terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk sebesar 103 merupakan salah satu wilayah di Provinsi Aceh dengan rasio jenis kelamin diatas 100. Sementara itu jumlah rumah tangga yang tersebar di 10 wilayah kecamatan tercatat pada tahun Kepadatan penduduk per kilometer persegi mencapai 65 orang. beberapa kecamatan berpenduduk sangat jarang dan sebaliknya ada yang berpenduduk padat. Di Kecamatan Syiah Utama dan Kecamatan 69 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

70 Mesidah kepadatannya masing-masing hanya 2 orang/km 2 dan 12 orang/km 2. sebaliknya di Kecamatan Wih Pesam dan Kecamatan Bandar mencapai 311 orang/km 2 dan 251 orang/km 2. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bener Meriah berada pada posisi menengah. tepatnya peringkat 12 dari 23 kabupaten/kota dengan nilai sebesar pada Komponen pembangunan kesehatan penduduk. yakni angka harapan hidup mencapai tahun. Sementara pembangunan pendidikan yang tecermin dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masingmasing tercatat persen dan 8.81 tahun. Sedangkan kemampuan daya beli per kapita tercatat sebesar ribu rupiah. Struktur ekonomi Bener Meriah masih didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini memberi kontribusi sebesar persen disusul sektor bangunan dan konstruksi sebesar persen. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi daerah ini sebesar 5.11 persen. Dari sisi tenaga kerja, penduduk yang berusaha di sektor pertanian mencapai persen dari total penduduk yang bekerja ( orang). Sektor jasa menjadi pilihan kedua terbanyak dari mata pencaharian penduduk. dimana persen penduduk bekerja di sektor tersebut. Tabel 21 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk.dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bener Meriah 2011 Kecamatan Rumah Tangga Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1. Timang Gajah Gajah Putih Pintu Rime Gay o Bukit Wih Pesam Bandar Bener Kelipah Sy iah Utama Mesidah Permata Jumlah Sektor listrik dan air minum mencapai pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya. yakni sebesar persen. Urutan kedua dicapai sektor industri pengolahan yang tumbuh persen. Sektor perdagangan. hotel. dan restoran juga tumbuh pesat hingga 9.92 persen. Sebaliknya. sektor pertanian yang menyumbang porsi terbesar pada perekonomian daerah justru meningkat paling tipis. yakni hanya 3.12 persen. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di kabupaten Bener Meriah sebesar juta rupiah yang artinya pada tahun 2011 rata-rata tiap penduduk kabupaten Bener Meriah menghasilkan nilai tambah sebesar juta rupiah. 70 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

71 Gambar 17 Peta Kabupaten Bener Meriah 2.18 KABUPATEN PIDIE JAYA Pidie Jaya adalah kabupaten yang mekar dari Kabupaten Pidie sekitar 5 tahun yang lalu. Kabupaten Pidie Jaya berdiri berdasar UU RI Nomor 7 Tahun 2007,tanggal 2 Januari 2007 dengan ibukota Meureudu. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah seluas 1.162,84 yang terdiri dari 952 km2 wilayah daratan dan 210,84 km2 wilayah laut yang jaraknya maksimal 4 mil laut. Dengan jumlah penduduk sebanyak 136 ribu orang, maka kepadatan penduduknya sebesar 143 jiwa/km 2. Jumlah penduduk perempuan ( orang), lebih banyak daripada penduduk laki-laki (66.492). Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jangka Buya yang mencapai 990 jiwa/km 2. Sementara tempat bermukim penduduk paling banyak di Kecamatan Bandar Baru ( orang) dan Kecamatan Bandar Dua ( orang). Sedangkan penduduk paling sedikit bermukim di Kecamatan Jangka Buya (8.913 orang) dan Kecamatan Panteraja (7.707 orang). Sebagai daerah otonomi baru, pembangunan manusia yang diindikasikan oleh nilai IPM terlihat sangat menggembirakan. Pencapaian nilai IPM sebesar 72,82 mendudukkan Kabupaten Pidie Jaya berada pada posisi 9 dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Posisi ini selangkah lebih maju daripada kabupaten induknya, Pidie yang berada pada posisi ke-10 dengan nilai IPM sebesar 72,43. Angka harapan hidup penduduk tercatat 69,30 tahun, artinya seseorang penduduk Pidie Jaya yang lahir tahun 2011 diperkirakan akan hidup hingga berumur 69,30 tahun. Angka melek huruf dan rata-rata lama 71 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

72 sekolah tercatat 95,48 persen dan 8,68 tahun. Sementara kemampuan daya beli masyarakat mencapai 626,89 ribu rupiah per kapita per bulan. Kemiskinan masih menjadi masalah yang dihadapi daerah ini, karena sekitar seperempat penduduknya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Secara nominal berarti sebanyak jiwa penduduk di Pidie Jaya masih miskin. Dari sisi ketenagakerjaan, sebanyak orang tercatat menganggur atau sekitar 7,95 persen dari seluruh angkatan kerja. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 5,81 persen. Perekonomian di kabupaten ini ditopang oleh sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar. Sekitar 59,24 persen perekonomiannya disumbang sektor tersebut, dengan dukungan utamanya subsektor tanaman bahan makanan (25,89 persen) dan subsektor peternakan (18,97 persen). Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa-jasa. Peran kedua sektor tersebut masing-masing 10,23 persen dan 12,94 persen. Sebagai daerah otonomi yang masih muda, subsektor jasa pemerintahan umum memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian daerah (12,13 persen). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 tercatat 4,81 persen, lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 5,38 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pertumbuhan yang tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, yakni mencapai 10,89 persen. Sektor listrik, gas, dan air bahkan tumbuh tertinggi sebesar 12,70 persen. Sementara sektor pertanian yang berkontribusi terbesar pada perekonomian, mengalami pertumbuhan 2,27 persen. Tabel 22 Jumlah Rumahtangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pidie Jaya 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Meureudu Meurah Dua Bandar Dua Jangka Buya Ulim Trienggadeng Panteraja Bandar Baru Jumlah P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

73 Gambar 18 Peta Kabupaten Pidie Jaya 2.19 KOTA BANDA ACEH Kota Banda Aceh terletak antara 05 o o Lintang Utara dan 95 o o Bujur Timur.Wilayahnya merupakan dataran yang berbatasan langsung dengan laut dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut. Wilayah seluas 61,36 km 2 ini berbatasan langsung dengan Selat Malaka di sebelah Utaradan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, serta di sebelah Timur juga berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar. Secara administratif Kota Banda Aceh mempunyai 9 wilayah kecamatan dan 90 buah gampong. Kota Banda Aceh merupakan ibukota Provinsi Aceh, sebuah pusat pemerintahan yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Pada tahun 2011, kota yang mempunyai visi Banda Aceh Bandar Wisata Islami Indonesia dihuni oleh orang penduduk. Sebanyak orang diantaranya laki-laki dan orang lainnya berjenis kelamin perempuan. Sehingga rasio jenis kelamin penduduk sebesar 106, termasuk di masingmasing kecamatan penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Meskipun relatif merata, namun jumlah penduduk terbanyak bermukim di Kecamatan Kuta Alam ( orang). Kemudian di Kecamatan Syiah Kuala yang merupakan pusat pendidikan tinggi (Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry) yang dihuni oleh orang. 73 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

74 Tabel 23 Jumlah Rumah Tangga. Penduduk. dan Kepadatan Penduduk Kota Banda Aceh 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Meurax a Jay a Baru Banda Ray a Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Sy iah Kuala Ulee Kareng Jumlah Banda Aceh merupakan kota terpadat di Provinsi Aceh dengan kepadatan orang/km2. Kepadatan paling kecil di Kecamatan Kuta Raja yakni orang/km 2, sebaliknya kepadatan tertinggi di Kecamatan Baiturrahman yang mencapai orang/km 2. Berarti lebih padat 3 kali lipat. Sebagai daerah tertua, pembangunan Kota Banda Aceh relatif lebih maju daripada wilayah lainnya. Demikian pula dengan pembangunan manusianya, indeks komposit yang dikenal sebagai IPM, untuk Kota Banda Aceh sebesar 78,00. Dari sisi kesehatan, angka harapan hidup penduduk Kota Banda Aceh mencapai 71,15 persen. Dalam bidang pendidikan, angka melek huruf penduduk mencapai 99,18 persen. Sementara rata-rata lama sekolah telah mencapai 12,20 tahun, merupakan yang tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Berarti masa pendidikan dasar telah terlewati dan merupakan satu-satunya daerah yang telah berhasil melewatinya. Kemampuan daya beli penduduk Kota Banda Aceh merupakan yang terbesar kedua setelah Kota Lhokseumawe. Purchasing power parity wilayah ibukota Provinsi Aceh ini mencapai 636,28 rupiah per kapita per bulan. Angka pengangguran Kota Banda Aceh tercatat sebesar 8,52 persen atau sebanyak orang. Kondisi tersebut lebih baik daripada tahun sebelumnya, dimana TPT sebesar 11,56 persen. Proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 61,72 persen, merupakan terendah kedua setelah Kota Langsa yang tercatat 61,70 persen. Sekitar 9,08 persen penduduk Kota Banda Aceh hidup dibawah garis kemiskinan, secara nominal berjumlah orang. Batas miskin untuk daerah ini sebesar Rp , ini merupakan yang tertinggi dibandingkan wilayah lain di Provinsi Aceh. Sebagai pusat pemerintahan provinsi, perekonomian Kota Banda Aceh ditopang oleh subsektor jasa pemerintahan umum sebesar 25,25 persen. Sedangkan secara agregat sektor jasa-jasa menyumbang 26,96 persen terhadap PDRB. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga berperan penting dalam perekonomian, sektor ini menyumbang 22,73 persen pada perekonomian tahun Akan tetapi sektor 74 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

75 penyumbang terbesar terhadap PDRB adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai hampir sepertiga, tepatnya 32,66 persen. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh tercatat sebesar 6,02 persen.beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan secara signifikan antara lain sektor listrik, gas & air bersih sebesar 13,66 persen. Kemudian sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar 8,97 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,92 persen. Gambar 19 Peta Kota Banda Aceh 2.20 KOTA SABANG Kota Sabang terletak antara hingga Lintang Utara dan hingga Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 28 meter diatas permukaan laut. Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh (Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako dan Pulau Klah. Adapun batas-batas wilayahnya, sebelah utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Samudra Indonesia.Dengan luas wilayah sekitar 153 km 2, Kota Sabang dibagi dalam 2 kecamatan dan 18 gampong, serta 7 mukim. Pertumbuhan penduduk Kota Sabang relatif lambat. Kota dengan 2 kecamatan ini berpenduduk jiwa, terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 205 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sukakarya sedikit lebih tinggi (212 jiwa/km 2 ) daripada di Kecamatan Sukajaya (199 jiwa/km 2 ). 75 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

76 Tabel 24 Jumlah Rumahtangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Sabang 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Sukajaya Sukakarya Jumlah Penduduk Kota Sabang mempunyai harapan hidup tertinggi kedua di Provinsi Aceh setelah Kabupaten Bireuen. Jika seseorang lahir pada 2011, maka ia diperkirakan hidup hingga 71,30 tahun. Dengan demikian angka ini berindikasi bahwa kesehatan penduduk wilayah ini lebih baik daripada daerah lain. Sedangkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masing-masing tercatat 99,08 persen dan 10,59 tahun. Artinya hanya kurang dari 1 persen penduduk usia 15 tahun keatas yang buta huruf. Sementara pendidikan yang ditamatkan penduduk dewasa telah menamatkan sekolah lanjutan pertama atau sederajat. Sementara itu, angka purchasing power parity pada tahun yang sama mencapai 631,10 ribu rupiah per kapita. Sehingga keempat komponen tersebut membentuk indikator komposit IPM sebesar 76,47. Pencapaian ini berada di peringkat ketiga setelah Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe. Gambar 20 Peta Kota Sabang 2.21 KOTA LANGSA Wilayah Kota Langsa terbentang antara 4 o 24 35,68 4 o 33 47,03" Lintang Utara dan 97 o 53 14,59" 98 o 04 42,16" Bujur Timur. Wilayah ini berdiri atas dasar hukum UU RI Nomor 3 Tahun 2001 tanggal 17 Oktober Secara keseluruhan luas wilayah daerah yang mekar dari Kabupaten Aceh Timur ini seluas 262,41 km2. Saat ini ada 5 kecamatan dan 66 gampong yang berada dibawah naungan Kota Langsa. Batas-batas wilayah Kota Langsa, sebelah Utara berbatasan dengan 76 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

77 Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur. Jumlah penduduk Kota Langsa pada tahun 2011 tercatat orang, terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Sekitar 28,07 persen penduduknya bermukim di Kecamatan Langsa Baro dan 9,27 persen bermukim di Kecamatan Langsa Timur. Jumlah rumah tangga di wilayah ini tercatat atau setiap rumah tangga mempunyai anggota sekitar 4-5 orang. Akan tetapi, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Langsa Kota yang mencapai jiwa/km 2. Jauh lebih padat daripada di kecamatan lainnya yang berkisar antara jiwa/km 2, kecuali di Kecamatan Langsa Timur hanya 188 jiwa/km 2. Tabel 25 Jumlah Rumahtangga. Penduduk. dan Kepadatan Penduduk Kota Langsa 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Langsa Timur Langsa Lama Langsa Barat Langsa Barö Langsa Kota Jumlah Setelah mandiri sebagai daerah otonomi, Kota Langsa terus memacu pembangunan daerahnya. Perekonomian daerah didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan menyumbang 25,85 persen terhadap perekonomian. Sebagai daerah perkotaan yang semakin maju, sektor tersier wilayah ini menyumbang hingga 61 persen. Sementara sektor primer (pertanian, pertambangan/penggalian) hanya berperan sebesar 11,62 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Langsa tercatat 4,32 persen pada tahun 2011, lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang tercatat 4,92 persen. Sektor ekonomi yang tumbuh paling tinggi adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yakni 8,83 persen. Sementara sektor andalan perekonomian daerah ini, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga tumbuh menggembirakan. Sektor ini tumbuh 6,98 persen pada tahun yang sama. Gambar 21 Peta Kota Langsa 77 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

78 2.22 KOTA LHOKSEUMAWE Kota Lhokseumawe terletak diantara 4 o - 5 o Lintang Utara dan diantara 96 o - 97 o Bujur Timur. Sejak terbentuk pada tahun 2001, hingga saat ini Kota Lhokseumawe dibagi menjadi 4 kecamatan, 9 mukim, 68 gampong, dan 259 dusun. Lhokseumawe dibentuk berdasar hukum pada UU RI Nomor 2 Tahun Wilayah ini juga berbatasan dengan laut disamping dengan daratan wilayah lain. Batas-batas wilayah Kota Lhokseumawe, sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan, timur dan barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara. Artinya, wilayah Kota Lhokseumawe diapit atau dikelilingi oleh Kabupaten Aceh Utara, waktu itu merupakan kabupaten induknya. Luas Kota Lhokseumawe mencapai 181,06 km 2, sebagian besar lahan digunakan untuk permukiman penduduk. Luas wilayah Kecamatan Blang Mangat, Muara Dua, dan Muara Satu masing-masing sekitar 31 persen dari keseluruhan wilayah. Sehingga Kecamatan Banda Sakti hanya mempunyai luas wilayah sekitar 11,24 km2 atau 6,21 persen dari total luas wilayah kota ini. Tabel 26 Jumlah Rumahtangga,Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Lhokseumawe 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Blang Mangat Muara Dua Muara Satu Banda Sakti Jumlah Kota ini berpenghuni sekitar rumahtangga dan orang, terdiri atas orang laki-laki dan orang perempuan. Penduduk terbanyak bermukim di Kecamatan Banda Sakti yang mencapai orang atau 42,97 persen dari total penduduk. Wilayah terpadat juga berada di Kecamatan Banda Sakti yang mencapai jiwa per kilometer persegi. Sebaliknya, penduduk terjarang berada di Kecamatan Blang Mangat dengan kepadatan 395 jiwa/km2. Setelah mandiri dari Kabupaten Aceh Utara sekitar 11 tahun lalu, daerah ini tetap berkembang pesat. Meskipun industri internasional di daerah ini tak sehebat dahulu, namun sisa-sisa kejayaannya masih terasa. Hal ini terlihat dari kemajuan pembangunan manusia di kota ini. Misalnya angka harapan hidup penduduknya yang mencapai 71,17 tahun sedikit lebih tinggi daripada harapan penduduk di Ibukota Provinsi, Banda Aceh. Demikian pula angka melek huruf penduduknya yang mencapai 99,64 persen. Namun, angka rata-rata lama sekolah yang tercatat 10,04 tahun lebih rendah daripada di Kota Banda Aceh, Kota Sabang, ataupun Kota Langsa. 78 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

79 Sementara itu daya beli penduduk merupakan yang tertinggi di Provinsi Aceh, yaitu 638,45 ribu per kapita per bulan. Lebih tinggi daripada di Kota Banda Aceh yang tercatat 636,28 ribu per kapita per bulan. Gambar 22 Peta Kota Lhokseumawe 2.23 KOTA SUBULUSSALAM Kota Subulussalam terletak antara 2 o o Lintang Utara dan antara 97 o o Bujur Timur. Wilayah yang mekar dari Kabupaten Aceh Singkil ini mempunyai area seluas km 2. Wilayah Kota Subulussalam di sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi (Sumatera Utara). Di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Aceh Singkil, di sebelah barat Kabupaten Dairi, serta di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan.vKota yang terbentuk sejak tahun 2007 ini, dibagi menjadi 5 kecamatan yaitu Simpang Kiri, Penanggalan, Rundeng, Sultan Daulat, dan Longkib. Wilayah ini berdiri berdasar hukum UU RI Nomor 8 Tahun 2007,tertanggal 2 Januari Sebagian besar wilayah Kota Subulussalam memiliki topografi dataran rendah yang jumlahnya mencapai 65,94 persen dan sisanya merupakan perbukitan. Wilayahnya berada pada ketinggian rata-rata 84 m di atas permukaan air laut. 79 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

80 Tabel 27 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Subulussalam 2011 Kecamatan Rumah Jenis Kelamin Kepadatan Jumlah Tangga Laki-laki Perempuan (jiwa/km 2 ) 1. Simpang Kiri Penanggalan Rundeng Sultan Daulat Longkib Jumlah Penduduk Kota Subulussalam berjumlah jiwa, tersebar pada 5 wilayah kecamatan. Penduduk terbanyak bermukim di Kecamatan Simpang Kiri yang merupakan ibukotanya, sebanyak jiwa bermukin di wilayah ini. Sebaliknya, di Kecamatan Longkib merupakan tempat bermukim paling sedikit penduduk, yaitu hanya jiwa. Kepadatan penduduk di kota yang mempunyai semboyan sada kata ini baru mencapai 50 jiwa per kilometer persegi. Wilayah terpadat terdapat di Kecamatan Simpang Kiri dan Kecamatan Penaggalan, masing-masing tercatat 131 jiwa/km 2 dan 127 jiwa/km 2. Menjelang usianya yang menginjak tahun kelima, kota ini masih harus berpacu membangun daerahnya. Dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Aceh, Kota Subulussalam termasuk yang terbawah. Dilihat dari nilai IPM, Kota Subulussalam baru mencapai 69,63, merupakan ketiga terbawah setelah Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Singkil. Meskipun pencapaian pembangunan manusia yang diindikasikan oleh IPM lebih baik daripada Kabupaten Aceh Singkil yang notabene induknya, pembangunan di wilayah ini masih tertinggal. Angka harapan hidup penduduk baru mencapai 66,01 tahun, lebih rendah daripada angka harapan hidup penduduk Provinsi Aceh yang mencapai 68,80 tahun. Demikian pula halnya dengan indikator pendidikan, angka melek huruf sebesar 96,55 persen dan ratarata lama sekolah baru 7,61 tahun. Untuk komponen kedua, berarti rata-rata penduduk dewasa baru menamatkan pendidikan sekolah dasar dan baru berada pada kelas 1 SMP. Padahal secara umum ratarata lama sekolah penduduk Aceh selama 8,9 tahun atau hampir menamatkan SMP. Untuk kemampuan daya beli masyarakat Kota Subulussalam tercatat sebesar 616,48 ribu per kapita per hari. Seribu rupiah lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan daya beli masyarakat Aceh secara keseluruhan. Sementara itu, sekitar 23,85 persen penduduk masih hidup dibawah garis kemiskinan. Berarti sebanyak penduduk di daerah ini masih miskin dengan pengeluaran per kapita per bulan paling banyak sebesar Rp Tiga puluh tiga persen perekonomian Kota Subulussalam ditopang oleh sektor pertanian, terutama subsektor kehutanan yang mampu menyumbang 15,34 persen terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 29,68 persen terhadap perekonomian, serta sektor konstruksi juga berperan besar dengan kontribusinya sebanyak 20,59 persen. Sebaliknya, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa hanya mampu menyumbang masing-masing 1,49 persen dan 4,07 persen. 80 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

81 Gambar 23 Peta Kota Subulussalam 81 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

82 BAB III KONDISI PEREKONOMIAN 3.1 PROVINSI ACEH Meskipun produksinya berangsur menurun, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah penghasil minyak dan gas di Indonesia. Namun, ternyata sektor pertanian masih tetap menjadi andalan utama perekonomian daerah di ujung Sumatera ini. Disamping menyerap tenaga kerja yang banyak, sektor ini juga mempunyai kontribusi terbesar dalam perekonomian daerah. Data Badan Pusat Statistik, Per Agustus 2011 mencatat dari sekitar 1,85 juta tenaga kerja, sebanyak 48,49 persen diantaranya bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian memberikan andil sebesar 27,89 persen dalam perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penopang perekonomian kedua terbesar, yaitu sebesar 16,03 persen. Sektor ini juga menyerap tenaga kerja hampir sama proporsinya, yakni 16,15 persen dari seluruh pekerja. Sementara itu, sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja terbanyak kedua hanya memberikan kontribusi sebanyak 11,52 persen dalam kegiatan ekonomi daerah. Sektor jasa-jasa berhasil menyerap tenaga kerja hingga 19,36 persen dari seluruh pekerja. Gambar 24 Distribusi Persentase PDRB (Migas) dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Provinsi Aceh, 2011 TENAGA KERJA Pasca MoU Helsinki, pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh semakin membaik. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,02 persen, masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum yang berada pada angka 6 persen lebih 1. Jika minyak dan gas bumi dikeluarkan atau dipisahkan, maka pertumbuhan ekonomi provinsi ini sedikit bertambah, menjadi 5,89 persen pada tahun yang sama. Hal ini disebabkan oleh penurunan pertambangan migas (-1,01 persen) dan industri migas (-1,56 persen). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi di daerah ini bervariasi. Peningkatan tertinggi dicapai sektor listrik, gas, dan air minum yang tercatat 8,57 persen. Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 7,97 persen. Sebaliknya, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan terendah, yakni 0,12 persen. Namun 1 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 82 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

83 demikian, kondisi ini sudah membaik karena pada dua tahun sebelumnya mengalami penurunan yang sangat nyata. 3.2 KABUPATEN SIMEULUE Hampir 40 persen perekonomian Kabupaten Simeulue ditopang oleh sektor pertanian. Subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, serta subsektor kehutanan berperan besar pada sektor tradisional tersebut. Sektor Jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga turut membangun perekonomian daerah dengan menyumbang masing-masing 18,13 persen dan 17,65 persen. Sektor jasa-jasa terutama didukung oleh subsektor pemerintahan umum (17,47 persen), sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran didukung oleh subsektor perdagangan besar dan eceran (16,36 persen). 2 Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi wilayah yang berada di Samudera Indonesia ini relatif mendatar. Pertumbuhan sebesar 3,71 pada tahun tersebut lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 5,16 persen. Beberapa sektor yang mampu tumbuh menjanjikan adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yakni sebesar 10,80 persen. Sektor ini didukung oleh subsektor bank sebesar 15,43 persen. Sebaliknya, sektor penyokong utama perekonomian daerah, yakni sektor pertanian mengalami kemunduran. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sektor pertanian justru turun hingga 1,98 persen. Penurunan kinerja perekonomian sektor tersebut dikarenakan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya dan subsektor kehutanan yang mengalami penurunan cukup drastis, yaitu turun lebih dari 10 persen. Gambar 25 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Simeulue, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sekitar 63,21 persen penduduk yang bekerja menggantungkan pencahariannya pada sektor pertanian. Sebanyak 21,67 persen lainnya bekerja di sektor jasa-jasa dan penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 7,40 persen. Produksi padi di seluruh kecamatan mencapai 22,55 ribu ton, dimana sekitar 12,39 ton diantaranya merupakan jenis lokal. Komoditi sumber makanan pokok ini ditanam pada lahan seluas ha sawah. Kabupaten ini juga terkenal 2 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 83 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

84 akan populasi ternaknya, terutama jenis kerbau. Pada tahun yang sama jumlah kerbau ternak sebanyak 33,55 ribu ekor. Jenis kambing sebanyak hampir 11 ribu ekor, sementara sapi hanya sekitar ekor. Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan (sosial Maret 2012) menunjukkan bahwa sekitar rumah tangga di Kabupaten Simeulue merupakan 30% kelompok termiskin. Bahkan rumah tangga diantaranya adalah kelompok paling miskin atau 10% termiskin. Sedangkan jika dilihat dari jumlah individu, kelompok 30% termiskin di wilayah ini mencapai orang KABUPATEN ACEH SINGKIL Tiga puluh tujuh persen perekonomian Kabupaten Aceh Singkil ditopang oleh sektor primer, dengan dukungan utama sektor pertanian. Sektor pertanian berkontribusi sebesar 35,60 persen terhadap perekonomian daerah, dimana subsektor kehutanan memberikan peran sebesar 14,66 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan sumbangan sebesar 20,93 persen terhadap perekonomian. Sektor ini ditopang oleh subsektor perdagangan yang berkontribusi sebesar 20,50 persen. 4 Selanjutnya sektor jasa-jasa yang berperan cukup besar pada perekonomian daerah dengan kontribusinya sebesar 14,87 persen. Subsektor pemerintahan umum masih menjadi andalan karena peranannya sebesar 14,15 persen dalam perekonomian. Sementara sektor bangunan mulai berperan signifikan dengan menyumbang 14,44 persen dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2011 sebesar 5,03 persen, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang tercatat 4,97 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami pertumbuhan pesat hingga 9,78 persen. Kondisi ini sangat berpengaruh pada perekonomian wilayah ini mengingat kontribusinya yang besar pada perekonomian daerah. Sektor bangunan mengalami pertumbuhan sebesar 6,28 persen, sebuah indikasi yang baik bagi pembangunan ekonomi daerah ini. Demikian pula dengan sektor jasa-jasa yang meningkat sebesar 5,93 persen. Sektor pertanian sendiri sebagai penyokong utama perekonomian daerah justru mengalami pertumbuhan terendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Sektor ini hanya meningkat 1,26 persen dari tahun sebelumnya, walaupun selama 4 tahun terakhir terdapat kencenderungan akselerasi pertumbuhan. 3 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 4 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 84 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

85 Gambar 26 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Singkil, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sekitar 49,82 persen penduduk menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa-jasa juga menjadi tumpuan hidup utama penduduk di sini. Penduduk yang bekerja pada kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 17,66 persen dan 17,14 persen. Secara keseluruhan penduduk yang bekerja pada sektor manufaktur/sekunder hanya sebanyak 4,04 persen dari semua penduduk yang bekerja. Menurut Informasi Status Kesejahteraan Rumah Tangga dan Individu di Kabupaten Aceh Singkil dari Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial (Maret 2012) disebutkan bahwa sebanyak rumahtangga masuk dalam 30% termiskin. Didalamnya tercakup sebanyak individu yang menyebar pada 11 wilayah kecamatan KABUPATEN ACEH SELATAN Aceh Selatan yang merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Aceh, perekonomiannya masih ditopang oleh sektor pertanian. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 40,07 persen terhadap perekonomian daerah. Subsektor tanaman bahan makanan menjadi penyumbang utama dengan share 14,30 persen, sedangkan subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan masing-masing menyokong sekitar 10 persen dalam perekonoian daerah ini. Sektor bangunan memberikan kontribusi sebesar 17 persen. Sementara sektor manufaktur lainnya yakni sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas, dan air hanya memberikan peran sebesar 3,88 persen secara agregat dalam perekonomian daerah. Kelompok sektor tersier secara keseluruhan berperan sebanyak 54,42 persen dalam perekonomian. Kelompok ini ditopang oleh sektor jasa-jasa dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Keduanya masing-masing memberikan sumbangan sebesar 15,94 persen dan 14,34 persen. Seperti kondisi perekonomian di daerah lainnya, pertumbuhan ekonomi di daerah ini cenderung mendatar atau moderat. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 tercatat 4,47 persen. Sektor pertanian sebagai unsur dominan dalam perekonomian daerah hanya tumbuh 2,80 persen. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami oleh sektor pengangkutan dan transportasi, yakni sebesar 7,08 5 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 85 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

86 persen. Lalu disusul sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 7,08 persen. Selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mengalami kenaikan 6,04 persen. Dengan demikian, kualitas pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran lebih menjanjikan, karena perannya yang cukup besar dalam perekonomian disertai pertumbuhan yang signifikan. Demikian pula halnya dengan sektor jasa-jasa yang tumbuh 5,64 persen namun berkontribusi hingga hampir 16 persen dalam perekonomian. Hampir 50 persen penduduk yang bekerja, menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, tepatnya 48,40 persen. Padahal sektor pertanian hanya berkontribusi 40 persen dalam perekonomian wilayah ini. Secara agregat proporsi penduduk yang bekerja dalam sektor tersier (jasa-jasa) mencapai 39,38 persen. Sementara kelompok sektor ini memberikan kontribusi sebesar 37,42 persen dalam kue ekonomi daerah. Kondisi yang lebih baik disumbangkan oleh sektor manufaktur, dimana 3,47 persen pekerjanya mampu menyumbang 21,08 persen dalam perekonomian daerah. Gambar 27 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Selatan, 2011 TENAGA KERJA PDRB 3.5 KABUPATEN ACEH TENGGARA Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Wilayah ini terkenal akan potensi pertanian dan sebagian wilayahnya masuk dalam Kawasan Gunung Leuser. Sekitar 50 persen perekonomian daerah ini diberikan oleh kelompok sektor primer, terutama sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja pada sektor ini mencapai 56,82 persen dari seluruh penduduk yang bekerja ( orang). 6 Kelompok sektor tersier berhasil menyerap tenaga kerja hingga 38,35 persen dari total penduduk yang bekerja. Peran kelompok sektor tersebut mencapai 36,24 persen dalam perekonomian daerah. Sektor-sektor dari kelompok tersier yang berperan besar adalah sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi hingga 23,25 persen dalam kegiatan ekonomi. Jumlah tenaga yang terserap sektor ini mencapai 16,18 persen dari seluruh pekerja. Selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor ini berhasil menyerap tenaga kerja sebesar 16,15 persen dan memberikan andil sebesar 8,84 persen dalam perekonomian daerah. Sementara itu kelompok sektor sekunder atau 6 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 86 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

87 manufaktur hanya dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 4,66 persen. Akan tetapi, mereka berhasil memperoleh nilai tambah hingga 12,58 persen dalam kegiatan ekonomi di daerah itu. Gambar 28 Distribusi Persentase PDRB (2010) dan Proporsi Pekerja (2011) Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Tenggara TENAGA KERJA PDRB Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tenggara tercatat sebesar 5,36 persen (tahun 2010), lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang tercatat 5,24 persen. 7 Beberapa sektor tumbuh hingga di atas 10 persen, namun tidak berdampak besar karena perannya yang kecil dalam struktur ekonomi daerah ini. Sektor bangunan/konstruksi merupakan pendorong utama perekonomian di Aceh Tenggara untuk saat ini. Sektor ini mengalami peningkatan hingga 17,76 persen, dengan kontribusi sekitar 8,55 persen dalam perekonomian, maka kenaikannya sangat berpengaruh dalam kegiatan ekonomi daerah ini. Sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan hingga 10 persen. Namun andilnya dalam perekonomian relatif kecil (dibawah 3 persen), sehingga tidak memberikan pengaruh signifikan dalam kegiatan ekonomi daerah tersebut. Sektor pertanian sendiri hanya mampu tumbuh 3,45 persen, padahal kontribusinya mencapai 50 persen. Dalam pada itu, sektor jasa-jasa meningkat moderat sebesar 4,54 persen. 3.6 KABUPATEN ACEH TIMUR Perekonomian Aceh Timur ditopang oleh sektor pertanian karena mampu menyumbang 33,27 persen dalam kegiatan ekonomi daerah. Akan tetapi, dengan adanya pertambangan minyak dan gas bumi (migas), peran sektor primer di wilayah ini mencapai 61 persen lebih. Karena sektor pertambangan dan penggalian mampu berkontribusi sebesar 37,05 persen dalam perekonomian daerah. Jika migas dikeluarkan dari PDRB, maka kontribusi sektor pertanian mencapai 52,86 persen dalam kegiatan ekonomi daerah. Sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor jasa-jasa memberikan andil sekitar 8-9 persen. 8 7 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 8 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 87 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

88 Sekitar penduduk Kabupaten Aceh Timur bekerja, mereka bekerja pada berbagai sektor dengan sektor pertanian sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbanyak. Sektor pertanian menyerap tenaga kerja hingga 55,92 persen. Gambar 29 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Timur, 2011 TENAGA KERJA PDRB Yang kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 16,49 persen dari seluruh pekerja. Sektor jasa-jasa berada pada posisi ketiga sebagai penyerap tenaga kerja terbanyak, yakni 13,69 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2011 tercatat 3,71 persen, jika tanpa migas. Andaikan migas dimasukkan dalam PDRB, maka pertumbuhan ekonomi wilayah ini hanya 2,33 persen. Hal ini disebabkan oleh penurunan subsektor pertambangan minyak dan gas bumi yang menurun sebesar 0,54 persen pada saat yang sama. Sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami kemajuan yang cukup berarti. Kedua sektor tersebut tumbuh masingmasing sebesar 8,62 persen dan 9,73 persen. 3.7 KABUPATEN ACEH TENGAH Struktur perekonomian Kabupaten Aceh Tengah masih didominasi oleh sektor primer dengan kontribusinya sebesar 54,68 persen. Namun demikian, kondisi ini mulai bergeser ke arah sektor tersier yang memberikan kontribusi sebesar 33,36 persen. Padahal 5 tahun lalu peranannya masih sekitar 30 persen. 9 Sektor pertanian sangat mendominasi perekonomian kabupaten yang mempunyai daratan bergunung ini. Tahun 2010 sektor tersebut memberi sumbangan 54,20 persen dalam perekonomian. Sektor kedua dengan kontribusi terbesar adalah sektor jasa-jasa yang menyumbang 15,28 persen dalam perekonomian daerah ini. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor bangunan/konstruksi turut ambil bagian dalam kegiatan ekonomi daerah yang terkenal akan komoditi kopi ini. Peran kedua sektor tersebut masing-masing tercatat 10,29 persen dan 9,61 persen. 9 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 88 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

89 Sekitar 54 persen penduduk yang bekerja, mempunyai pencaharian di sektor pertanian. Berarti hampir sama dengan kontribusi produk yang dihasilkan melalui PDRB daerah ini. Sedangkan penduduk yang bekerja pada sektor sekunder hanya sekitar 1,82 persen dari sejumlah penduduk yang bekerja. Mereka berhasil menyumbang perekonomian Aceh Tengah sebesar 11,96 persen. Kondisi sebaliknya terjadi pada kelompok sektor tersier, dimana sekitar 34 persen kue ekonomi daerah dihasilkan oleh 39,30 persen pekerja. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 2010 tercatat 4,32 persen. Kondisi ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 4,27 persen. Gambar 30 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Tengah, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor listrik, gas, dan air, yakni naik 16,79 persen. Kedua, sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu tumbuh 8,60 persen, serta ketiga, adalah sektor bangunan/konstruksi yang meningkat 8,03 persen. Sementara sektor utama daerah ini, yakni sektor pertanian hampir stagnan, hanya tumbuh 0,31 persen. Selain sektor bangunan/konstruksi, sektor yang kontribusinya cukup besar serta mampu meningkat tinggi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (7,81 persen) dan sektor jasa-jasa (7,16 persen). 3.8 KABUPATEN ACEH BARAT Seperti kebanyakan daerah lainnya di Provinsi Aceh, perekonomian Kabupaten Aceh Barat juga didominasi sektor pertanian. Sekitar 37,32 persen kegiatan ekonomi dihasilkan oleh sektor ini (tahun 2011). Tidak seperti daerah lainnya dimana kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian semakin mengecil, sumbangan sektor pertanian di wilayah ini justru meningkat. Padahal 4 tahun yang lalu kontribusi sektor tersebut hanya sekitar 30 persen. 10 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan sumbangan terbesar kedua sebesar 19,09 persen. Kemudian sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar ketiga (17,95 persen), dengan subsektor jasa pemerintahan umum sebagai penyokong utama (16,83 persen). Sektor bangunan/konstruksi juga masih memberikan 10 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 89 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

90 kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah ini. Namun demikian selama 4 tahun terakhir, peranannya berangsur menurun. Gambar 31 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Barat, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sebanyak penduduk bekerja di berbagai sektor ekonomi. Sekitar 51,04 persen penduduk bekerja pada sektor pertanian. Sedangkan 2,08 persen lainnnya bekerja di sektor pertambangan dan penggalian. Penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa mencapai 19,86 persen, sementara kontribusi yang dihasilkan sebesar 17,95 persen. Produktivitas pekerja pada sektor bangunan/kontruksi merupakan yang terbesar selain sektor keuangan. Sekitar 4,79 persen penduduk yang bekerja pada sektor bangunan berhasil memberikan kontribusi sebesar 12,52 persen dalam perekonomian daerah ini. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Barat secara umum sebesar 5,24 persen, angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat 5,09 persen. Secara lebih khusus, beberapa sektor penting yang memberikan kontribusi cukup nyata adalah sektor pertanian. Sektor primer ini mampu tumbuh 8,53 persen pada tahun Sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas, dan air minum merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi walaupun kontribusi kedua sektor tersebut masih kecil. Pertumbuhan ekonomi pada kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 9,71 persen dan 11,95 persen. 3.9 KABUPATEN ACEH BESAR Sebagai daerah penyangga Ibukota Provinsi, yaitu Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar turut menuai imbas ekspansi ekonomi. Terbukti selain sektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar (28,04 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu memberikan sumbangan 20,59 persen pada perekonomian daerah ini. Demikian pula dengan sektor bangunan/konstruksi yang memberikan sumbangan hingga 15,60 persen dalam kegiatan ekonomi. Selain sektor jasa-jasa yang berkontribusi 14 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi juga memberikan andil yang cukup nyata (12,38 persen). Subsektor pengangkutan udara berperan besar pada sektor yang disebutkan kedua, kontribusinya mencapai 8,73 persen Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 90 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

91 Gambar 32 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Besar, 2011 TENAGA KERJA B PDRBPDR Kelompok sektor primer secara umum berkontribusi hingga 31 persen dalam perekonomian, sementara tenaga kerja yang menggantungkan hidup pada kelompok sektor tersebut sebanyak 24 persen dari sekitar 148,63 ribu orang. Sektor sekunder memberikan kontribusi sebesar 19,20 persen dalam perekonomian dengan jumlah pekerja sekitar 8,16 persen dari total penduduk yang bekerja. Dengan demikian produktivitas pekerja sektor sekunder lebih baik daripada sektor primer. Untuk sektor tersier yang memberikan andil hingga 50,18 persen dalam kegiatan ekonomi daerah, menyerap tenaga kerja hingga 57,17 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas pekerja kelompok sektor ini paling rendah daripada kelompok sektor primer dan sekunder. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar tercatat 5,34 persen (tahun 2011). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang menjanjikan, karena selain berkontribusi hampir seperlima dalam kue ekonomi daerah ini, sektor ini juga mampu tumbuh melejit hingga 12,38 persen KABUPATEN PIDIE Pidie adalah daerah yang terkenal akan hasil pertaniannya, terutama tanaman bahan makanan dan peternakan. Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian mencapai 59,25 persen. Ini merupakan yang tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Sementara subsektor tanaman bahan makanan memberikan andil 24,80 persen dan subsektor peternakan menyumbang 27,04 persen dalam perekonomian daerah ini. 12 Sektor lain yang mampu memberikan kontribusi nyata adalah sektor jasa-jasa, yakni sebesar 15,50 persen. Sektor ini didukung oleh subsektor jasa pemerintahan umum yang mampu memberi andil hingga 14,36 persen. Hampir 60 persen perekonomian yang disumbang sektor pertanian di daerah ini, ternyata menyerap tenaga kerja hingga 62 persen dari total penduduk yang bekerja (157 ribu orang). 12 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 91 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

92 Sedangkan sekitar 7,32 persen pekerja terserap dalam kelompok sektor manufaktur/sekunder, dengan memberikan kontribusi hingga 10,48 persen dalam kegiatan ekonomi. Sementara itu, kelompok sektor tersier yang memberikan kontribusi hingga 29,31 persen mampu menyerap tenaga kerja sebesar 24,40 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Pertumbuhan ekonomi daerah Pidie relatif datar, sejak 2008 hingga 2011 berkisar pada angka 4,5 persen per tahun. Pada tahun 2011 pertumbuhan kegiatan ekonomi di Kabupaten Aceh Besar tercatat 4,49 persen. Secara sektoral, beberapa sektor usaha yang mampu tumbuh signifikan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Laju perekonomian pada kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 9,21 persen dan 7,27 persen. Sektor pertanian yang menjadi tumpuan pokok perekonomian daerah, hanya mampu tumbuh 1,63 persen. Gambar 33 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Pidie, 2011 TENAGA KERJA PDRB 3.11 KABUPATEN BIREUEN Pertanian merupakan salah sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bireuen. Pada tahun 2011 diperkirakan sekitar 36,64 persen kegiatan ekonomi di daerah ini disumbang oleh sektor pertanian. Sandaran utama sektor ini berada pada subsektor tanaman bahan makanan yang mencapai 16,04 persen. Kabupaten Bireuen merupakan wilayah lintasan yang dikenal akan daerah perdagangan. Terbukti sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu memberikan kontribusi sebesar 25,46 persen dalam perekonomian daerah ini. Subsektor perdagangan besar dan eceran memberi andil hingga 24,88 persen. 13 Sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercatat memberikan andil yang cukup besar, yakni sebesar 13,89 persen. Sekitar 11,11 persen diantaranya didorong oleh subsektor pengangkutan, terutama angkutan jalan raya. Sekitar 52 persen dari 163 ribu penduduk yang bekerja, berusaha di sektor primer. Namun kontribusi mereka pada perekonomian daerah hanya sekitar 37,78 persen. Artinya produktivitas pekerja sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian lebih rendah daripada kelompok sektor lainnya. Penduduk yang bekerja pada sektor sekunder sekitar 5 persen dari seluruh pekerja. 13 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 92 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

93 Namun mereka berhasil memberikan kontribusinya sebesar 13 persen dalam perekonomian. Demikian pula halnya dengan kelompok sektor tersier, dimana sekitar 35 persen penduduk yang bekerja berhasil menymbang 49 persen dalam kegiatan ekonomi di daerah Kota Juang itu. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen tercatat 4,72 persen pada tahun 2011, angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5,70 persen. Sektor pertanian mampu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi secara umum, sektor ini tumbuh 5,09 persen. Sebaliknya, sektor perdagangan, hotel, dan restoran justru tumbuh lebih rendah dibawah rata-rata pertumbuhan secara umum, yakni 4,46 persen. Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi ternyata memliki pertumbuhan tertinggi daripada sektor-sektor ekonomi lainnya. Sektor yang didominasi oleh angkutan jalan raya ini mengalami kenaikan sebesar 8,48 persen Gambar 34 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Bireuen, 2011 TENAGA KERJA PDRB 3.12 KABUPATEN ACEH UTARA Aceh Utara adalah kabupaten terbesar di Provinsi Aceh, baik dari segi jumlah penduduk maupun jumlah wilayah administrasi kecamatan dan gampong. Bahkan sebelum memekarkan Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe, wilayahnya merupakan salah satu yang terluas di provinsi paling barat di Indonesia tersebut. Meskipun telah jauh berkurang, pertambangan minyak dan gas bumi masih berperan besar dalam perekonomian daerah. Karena dari sejumlah hampir 12 trilyun rupiah PDRB kabupaten ini, sebanyak 44,46 persen merupakan kontribusi pertambangan migas. Bahkan pada 3 tahun sebelumnya, pertambangan migas memberi kontribusi hingga 64,48 persen dalam kegiatan ekonomi daerah ini. 14 Seperti kebanyakan daerah lainnya di Provinsi Aceh, sektor pertanian juga memberikan peran yang besar dalam kegiatan ekonomi. Sekitar 23 persen perekonomian daerah ini disumbang oleh sektor pertanian, dengan catatan jika migas dimasukkan. Andai migas tidak dimasukkan ke dalam kegiatan ekonomi, maka peran sektor pertanian mencapai 41,31 persen. Mengingat potensi pertambangan migas semakin berkurang, maka potensi sektor pertanian layak dikembangkan agar dapat menjadi penyokong utama kegiatan ekonomi di daerah ini. 14 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 93 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

94 Sektor lain yang mempunyai peran cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memberi kontribusi sebesar 14,88 persen. Kemudian sektor jasa-jasa memberi sumbangan sebesar 13,59 persen dalam perekonomian daerah, subsektor jasa pemerintahan umum sebagai kontributor utama dengan perannya sebesar 12,39 persen. Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi berperan sebesar 11,38 persen. Gambar 35 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Utara, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sekitar penduduk Kabupaten Aceh Utara telah bekerja, dimana sebagian besar bekerja di sektor pertanian (63,38 persen). Mereka berkontribusi dalam perekonomian sebesar 22,95 persen. Jika digabung dalam kelompok sektor primer, maka penduduk yang bekerja sebanyak 63,96 persen dengan kontribusi dalam kegiatan ekonomi sebesar 67,89 persen. Ini disebabkan oleh pertambangan migas. Sementara itu, kelompok sektor tersier yang menyerap tenaga kerja sebanyak 30,73 persen dari keseluruhan penduduk yang bekerja, memberikan andil sebesar 24,52 persen dalam perekonomian daerah. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Utara cenderung moderat, dengan pertumbuhan di bawah 4 persen pada 4 tahun terakhir ( ). Pada tahun 2011 tercatat 3,91 untuk nonmigas dan jika migas dimasukkan maka pertumbuhan ekonomi wilayah ini hanya 2,46 persen. Angka yang disebutkan terakhir sudah sangat baik kemajuannya, karena pada 3 tahun sebelumnya nilainya minus alias menurun. Hal itu disebabkan oleh penurunan produksi pertambangan migas. Ditinjau dari sisi sektor usaha, terlihat bahwa sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni 9,16 persen. Dengan kontribusi yang besar dalam kegiatan ekonomi, maka sektor yang ditopang oleh subsektor jasa pemerintahan umum ini menjadi motor penggerak ekonomi Aceh Utara. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 7,49 persen. Namun akibat kontribusinya yang kecil, maka dampaknya tidak begitu besar dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah ini. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lumayan sebesar 5,63 persen. Sektor pertambangan dan penggalian turun 0,34 persen, sebagai akibat penurunan subsektor pertambangan migas. Sedangkan sektor utama lainnya, yakni sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 0,95 persen. 94 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

95 3.13 KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Aceh Barat Daya merupakan kabupaten baru yang mekar dari Kabupaten Aceh Selatan, namun perkembangan ekonomi di daerah ini cukup menjanjikan. Sektor pertanian masih mendominasi kegiatan ekonominya, namun secara berangsur cenderung menurun. Pada tahun 2008 sektor pertanian masih memberikan kontribusi 36,33 persen dalam perekonomian, 4 tahun kemudian sektor tradisional tersebut hanya menyumbang 30,19 persen dalam kegiatan ekonomi. 15 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor jasa-jasa merupakan dua sektor ekonomi dari kelompok tersier yang memimpin perekonomian daerah ini. Kontribusi kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 21,74 persen dan 19,23 persen, berarti sekitar 41 persen perekonomian di Aceh Barat Daya ditopang oleh kedua sektor ini. Sektor bangunan/kontruksi juga memberi andil yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena sektor padat modal ini berkontribusi hingga 16,45 persen pada perekonomian daerah. Hampir sebanyak 54 ribu penduduk usia kerja bekerja pada berbagai sektor ekonomi. Sekitar separuh dari mereka bekerja di sektor pertanian, jika ditambah dengan sektor tradisional lainnya (sektor pertambangan dan penggalian), maka menjadi lebih dari 50 persen. Sementara itu, andil yang mereka berikan dalam perekonomian hanya 30,64 persen. Selain itu, sebanyak 4,30 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder berhasil memberikan andil hingga 19,76 persen dalam perekonomian daerah. Sedangkan untuk kelompok sektor tersier, dari 39,26 persen penduduk yang bekerja hasil yang diberikan mencapai 49,60 persen. Akan tetapi, sektor jasa-jasa yang didominasi oleh subsektor jasa pemerintahan umum yang menyerap tenaga kerja hingga 20,54 persen dari keseluruhan penduduk, ternyata hanya mampu memberikan kontribusi 19,23 persen dalam kegiatan ekonomi. Gambar 36 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Barat Daya, 2011 TENAGA KERJA PDRB Perekonomian daerah ini tumbuh sekitar 5,08 persen pada tahun 2011, lebih tinggi daripada setahun sebelumnya yang tercatat 4,92 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran patut menjadi favorit karena disamping kontribusinya yang besar, sektor ini juga mampu tumbuh hingga 7,09 persen. Berikutnya adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor ini juga mampu tumbuh hingga 7,11 persen dengan andil yang cukup signifikan. Mengingat daerah ini sedang bergeliat, maka tak tertutup 15 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 95 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

96 kemungkinan kedua sektor tersebut mampu menjadi leading sector dalam pembangunan daerah untuk beberapa waktu ke depan KABUPATEN GAYO LUES Sekitar dua per tiga perekonomian Kabupaten Gayo Lues berfokus pada sektor primer, terutama sektor pertanian. Kontribusi mereka dalam perekonomian mencapai 56,25 persen. 16 Kedua, kelompok sektor tersier memberikan kontribusi hingga 28,76 persen dalam perekonomian. Sektor jasa-jasa sendiri menyumbang hingga separuh dalam kelompok tersebut (14,49 persen). Sementara kontribusi sektor sekunder atau manufaktur sebesar 14,99 persen dalam kegiatan ekonomi daerah berdataran tinggi itu. Sebanyak 32 ribu orang bekerja di daerah ini, dimana sebagian besar bekerja di sektor pertanian (53,03 persen). Berikutnya adalah penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa, mereka tercatat sebanyak 17,80 persen. Sektor lainnya yang cukup besar menjadi tumpuan hidup penduduk adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor industri pengolahan. Penyerapan tenaga kerja pada kedua sektor tersebut masing-masing sebesar 11,79 persen dan 10,58 persen. Pertumbuhan ekonomi di kabupaten yang mekar dari Kabupaten Aceh Tenggara ini mencapai 5,19 persen (tahun 2010). Kenaikan ini lebih besar daripada 2 tahun sebelumnya yang tercatat dibawah 5 persen pada tahun bersangkutan. Sektor andalan seperti sektor pertanian dan sektor jasajasa hanya mampu tumbuh dibawah rata-rata pertumbuhan secara agregat. Kecuali sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang masih mampu menjadi andalan kemajuan ekonomi daerah. Sektor ini tumbuh hingga 8,01 persen pada tahun Gambar 37 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Gayo Lues, 2011 TENAGA KERJA PDRB 16 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 96 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

97 3.15 KABUPATEN ACEH TAMIANG Setelah memekarkan diri dari Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang terus menata diri dengan membangun dari berbagai sektor andalannya. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara, posisi ini dapat menjadi menjadi peluang yang strategis. Sekitar 42,33 persen perekonomian wilayah ini disumbang melalui sektor pertanian. Di daerahnya juga terdapat pertambangan minyak bumi skala kecil, namun mampu memberikan kontribusi sekitar 10 persen pada perekonomian daerah. 17 Sektor lain yang menjadi andalan adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan andilnya sebesar 15,43 persen. Beberapa sektor dengan kontribusi antara 7-8 persen adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan/konstruksi, dan sektor jasa-jasa. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, sekitar 56,60 persen terserap dalam sektor pertanian dengan menghasilkan nilai tambah sebesar 42,33 persen pada perekonomian daerah itu. Tenaga kerja yang terserap dalam kelompok sektor sekunder sebanyak 6,80 persen dari total pekerja. Mereka mampu memberikan kontribusi hingga 17,29 persen dalam kegiatan ekonomi daerah. Sementara itu, pada kelompok sektor tersier, sebanyak 35,70 persen tenaga kerja diserap dengan memberikan andil sekitar 30 persen dalam perekonomian. Gambar 38 Distribusi Persentase PDRB (2010) dan Proporsi Pekerja (2011) Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Tamiang TENAGA KERJA PDRB Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang tercatat 3,02 persen (dengan migas) pada tahun Jika migas dikeluarkan, angka tersebut tidak banyak berubah, karena pertumbuhan ekonomi nonmigas sebesar 3,15 persen. Secara sektoral sektor jasa-jasa tumbuh paling tinggi, yakni sebesar 11,76 persen. Sektor bangunan tumbuh sebesar 8,01 persen pada posisi kedua. Sebaliknya, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yakni pertanian hanya mampu bertambah 0,32 persen dari nilai tambah tahun sebelumnya KABUPATEN NAGAN RAYA Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian daerah di Provinsi Aceh. Demikian pula halnya di Kabupaten Nagan Raya. Bahkan proporsi sektor pertanian di kabupaten ini lebih besar dua kali lipat daripada sumbangan sektor pertanian pada perekonomian Provinsi Aceh. 17 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 97 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

98 Sekitar 58,83 persen kegiatan ekonomi Kabupaten Nagan Raya disumbangkan oleh sektor primer itu. 18 Sektor perdagangan menyumbang 17,23 persen terhadap kegiatan ekonomi daerah. Sedangkan sektor bangunan dan sektor jasa masing-masing menyumbang 7,20 persen dan 5,74 persen. Penduduk yang menggantungkan penghidupan pada mata pencaharian pertanian juga sangat besar, yakni persen. Sektor lain yang menjadi sandaran utama kehidupan penduduk adalah sektor jasa dan sektor perdagangan yang masing-masing tercatat sebesar 16,49 persen dan 7,75 persen. Gambar 39 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Nagan Raya, 2011 TENAGA KERJA PDRB Beberapa komoditi pertanian penting yang dihasilkan daerah ini antara lain padi, kedelai, jagung, dan kacang tanah. Pada tahun 2011, kabupaten ini menghasilkan sekitar ton padi yang dipanen dari lahan sawah seluas ha. Kedelai juga merupakan tanaman pangan yang banyak dibudayakan petani, komoditi ini ditanam pada lahan seluas 818 ha dengan hasil produksi sebanyak ton. Sedangkan jagung dan kacang tanah yang dihasilkan petani sebanyak ton dan ton. 19 Komoditi perkebunan yang banyak dihasilkan daerah ini antara lain kelapa sawit dan karet. Luas lahan dan produksi karet yang dihasilkan perkebunan rakyat mencapai ha dengan produksi ton. Sementara produksi kelapa sawit yang dihasilkan perkebunan rakyat mencapai ton dari lahan seluas ha. Baru-baru ini sebagai salah satu langkah strategis percepatan penanggulangan kemiskinan, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) membangun basis data terpadu. Data tersebut digunakan sebagai dasar berbagai program pelaksanaan lapangan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh semua kementerian/lembaga, termasuk pihak swasta atau institusi lainnya. Sumber pokok data itu berasal dari hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilakukan pada tahun Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat rumahtangga di Kabupaten Nagan Raya yang masuk dalam 30% kelompok termiskin, atau sebanyak orang. Kita juga memperoleh kenyataan bahwa 87,68 persen kepala rumahtangga yang masuk dalam kelompok tersebut bekerja di sektor pertanian (pertanian tanaman padi & palawija, hortikultura, perkebunan, perikanan tangkap, 18 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 19 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 98 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

99 perikanan budidaya, peternakan, kehutanan/pertanian lainnya). Sedangkan dalam rumahtangga miskin yang tidak mempunyai pekerjaan sama sekali sekitar 11,28 persen atau orang kepala rumah tangga KABUPATEN ACEH JAYA Subsektor jasa pemerintahan umum memberi andil yang signifikan pada perekonomian daerah Kabupaten Aceh Jaya. Tahun 2011, andilnya mencapai 33,32 persen, merupakan yang tertinggi daripada kontribusi sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 31,13 persen dalam kegiatan ekonomi daerah yang sempat porak-poranda saat gempa dan tsunami beberapa waktu lalu tersebut. Hampir semua subsektor memberikan peranan yang signifikan, dimana paling kecil adalah andil subsektor perikanan (3,45 persen) dan yang terbesar adalah subsektor peternakan (9,65 persen). 21 Pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor lainnya yang memberikan andil cukup besar, yakni 10,63 persen. Sedangkan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor konstruksi masing-masing memberikan kontribusi sebesar 8,21 persen dan 7,63 persen. Dari 34 ribu lebih penduduk yang bekerja di Kabupaten Aceh Jaya, sebanyak 47,08 persen diantaranya bekerja di sektor pertanian. Produktivitas mereka terlihat rendah karena hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 31 persen dalam perekonomian daerah ini. Disisi lain, sebanyak 20,89 persen penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa berhasil memberikan kontribusinya sebesar 34,25 persen dalam perekonomian. Sehingga produktivitas pekerja di sektor ini cukup baik. Secara keseluruhan kelompok sektor tersier yang mampu menyerap tenaga kerja sekitar 37,71 dari total pekerja, sektor-sektor tersebut mampu memberikan andil hingga 55,38 persen dalam kegiatan ekonomi. Seperti kebanyakan daerah lainnya, pertumbuhan ekonomi di kabupaten ini cenderung moderat, yakni 4,37 persen pada tahun Hanya sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh diatas 10 persen, tepatnya 18,24 persen dengan dukungan utama dari subsektor penggalian. Gambar 40 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Aceh Jaya, 2011 TENAGA KERJA PDRB 20 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 21 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 99 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

100 3.18 KABUPATEN BENER MERIAH Seperti kabupaten induknya Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah juga menyandarkan perekonomian pada sektor pertanian. Kontribusi sektor primer ini sebesar 45,28 persen terhadap perekonomian daerah. Subsektor perkebunan menjadi andalan sektor ini dengan menyumbang lebih dari setengahnya. 22 Sebagai daerah otonomi baru, sektor bangunan/konstruksi berkembang cukup pesat. Pada tahun 2011 sektor tersebut memberikan andil hingga 18,37 persen dalam kegiatan ekonomi di daerah dataran tinggi tersebut. Sedangkan sektor jasa-jasa hanya mampu menyumbang 11,77 persen terhadap perekonomian daerah. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga terus menambah andilnya dari waktu ke waktu. Pada tahun yang sama sektor ini menyumbang 9,08 persen dalam perekonomian. Sebanyak 52 ribu penduduk bekerja di berbagai sektor ekonomi. Hampir 75 persen penduduk yang bekerja pada sektor pertanian. Sementara kontribusi sektor itu dalam perekonomian daerah hanya 45 persen. Untuk sektor jasa-jasa, sebanyak 12,55 penduduk yang bekerja di sektor ini menghasilkan nilai tambah sebesar 11,77 persen dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan sebanyak 2,05 persen penduduk yang bekerja pada sektor konstruksi, berhasil memberikan andil sebanyak 18,37 persen dalam perekonomian daerah berhawa dingin itu. Jika ditinjau per kelompok sektor, maka pekerja pada kelompok sektor sekunder dan sektor tersier berhasil memperoleh nilai tambah lebih besar daripada proporsi pekerja dalam sektor-sektor yang ada. Oleh karenanya, kelompok sektor sekunder memiliki produktivitas kerja yang paling besar daripada kelompok lainnya. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bener Meriah tercatat sebesar 5,11 persen, angka ini lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang tercatat 4,81 persen. Sektor yang paling tinggi laju perekonomiannya adalah sektor listrik, gas, dan air minum dan sektor industri pengolahan. Keduanya mampu tumbuh masing-masing sebesar 13,33 persen dan 10,47 persen. Sebaliknya, sektor bangunan/konstruksi tumbuh paling rendah, yakni 2,86 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang menjanjikan dalam kegiatan ekonomi di daerah ini. Disamping kontribusinya yang mulai membesar hingga bertambah 1 persen setiap tahun, pertumbuhannya selama 3 tahun terakhir selalu di atas 8 persen. Bahkan pada 2 tahun terakhir tumbuh 9-10 persen. Sementara itu sektor pertanian yang menyumbang hingga 45 persen lebih dalam kegiatan ekonomi daerah, hanya tumbuhn 3,12 persen pada tahun Gambar 41 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Bener Meriah, 2011 TENAGA KERJA PDRB 22 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 100 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

101 3.19 PIDIE JAYA Kabupaten Pidie Jaya adalah kabupaten termuda di Provinsi Aceh. Perekonomian daerahnya disokong oleh sektor pertanian. Hal ini tidak mengherankan karena sekitar 60 persen perekonomian daerah dihasilkan oleh sektor tersebut. Sektor jasa-jasa berada pada posisi kedua karena dapat menghasilkan nilai tambah sebesar 13 persen dalam kegiatan ekonomi daerah itu. Selain itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga terus memberikan andil yang positif dan meningkat selama beberapa waktu terakhir. Sumbangan sektor yang disebutkan kedua itu mencapai 10 persen. 23 Sebanyak penduduk bekerja di Kabupaten Pidie Jaya. Sekitar 49,48 persen bekerja pada kelompok sektor primer dan menyumbang 60 persen nilai tambah perekonomian daerah. Sementara sektor sekunder menyerap 17,94 persen tenaga kerja dengan memberikan andil 8 persen dalam perekonomian. Sektor tersier menyerap 32,58 persen tenaga kerja dan memberikan andil 31 persen dalam perekonomian daerah. Dengan demikian, kondisi yang berbeda dijumpai di daerah ini, dimana sektor pertanian mempunyai tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi daripada kelompok sektor lainnya. Namun demikian, nampaknya hal ini tidak akan bertahan lama karena pertumbuhan sektor pertanian sangat lamban. Dibandingkan dengan sektor lainnya, pertumbuhan sektor tradisional ini jauh tertinggal. Jika sektor tersebut ingin bertahan sebagai sektor andalan perekonomian daerah, maka pertumbuhannya harus dijaga paling tidak sama dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi secara umum. Gambar 42 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kabupaten Pidie Jaya, 2011 TENAGA KERJA PDRB 3.20 KOTA BANDA ACEH Sebagai ibukota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh lebih maju daripada pembangunan di daerah lainnya. Kelompok sektor tersier di kota ini mampu menyumbang 85,21 persen terhadap perekonomian. Sementara kelompok sektor sekunder berperan sekitar 11,78 persen dalam kegiatan 23 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 101 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

102 ekonomi daerah ini, serta sisanya hanya 2 persen disumbang oleh kelompok sektor primer terutama sektor pertanian. 24 Jika dicermati menurut sektor masing-masing, maka sektor pengangkutan dan komunikasi menempati peringkat pertama dalam kontribusi terhadap kegiatan ekonomi, yakni 32,66 persen. Berikutnya adalah sektor jasa-jasa yang memberi andil sebesar 26,96 persen, serta yang ketiga adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berperan sebesar 22,73 persen. Secara agregat kelompok sektor tersier mampu memberi kontribusi sebesar 86, 20 persen dalam perekonomian ibukota Provinsi Aceh ini. Sedangkan 11,78 lainnya disumbang melalui sektor sekunder, serta sebagian kecil lainnya diberikan oleh kelompok sektor primer. Secara umum, dari sejumlah penduduk yang bekerja di Kota Banda Aceh, sebanyak 83,90 persen diantaranya bekerja di kelompok sektor tersier/jasa. Paling banyak tenaga kerja terserap dalam sektor jasa-jasa (43,24 persen) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (29,77 persen). Gambar 43 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kota Banda Aceh, 2011 TENAGA KERJA PDRB Selama periode 4 tahun terakhir, kontribusi kelompok sektor tersier berada pada kisaran angka 86 persen. Namun, ternyata didalamnya terdapat pergeseran, sektor jasa-jasa berangsur menurun dan sebaliknya, sektor pengangkutan merambat naik. Pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh tahun 2011 tercatat 6,02 persen. Kemajuan ini termasuk tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Aceh. Angka tersebut juga lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat 5,94 persen. Bahkan sejak 4 tahun terakhir selalu terjadi percepatan laju pembangunan, sungguh suatu hal yang menggembirakan bagi pembangunan daerah. Secara sektoral, beberapa sektor ekonomi tumbuh cukup tinggi serta perannya yang signifikan dalam perekonomian daerah. Diantaranya sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tumbuh hingga 8,97 persen pada tahun Kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu tumbuh sebesar 8,20 persen pada saat yang sama. Sementara itu, sektor keuangan yang juga memberikan semakin besar, kali ini mampu tumbuh 7,12 persen. 24 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 102 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

103 3.21 KOTA SABANG Selain Kabupaten Simeulue, Kota Sabang juga daerah otonomi yang mempunyai wilayah daratan di luar Pulau Sumatera. Akan tetapi struktur ekonomi wilayah ini dengan Kabupaten Simeulue jauh berbeda, misalnya kontribusi sektor pertanian yang lebih kecil. Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi hingga 42,65 persen dalam perekonomian daerah ini. Andilnya semakin menurun dalam 4 tahun belakangan ini. Sebaliknya sektor bangunan justru semakin meningkat, dimana pada tahun 2011 berkontribusi sebesar 19,95 persen dalam kegiatan sekonomi daerah. 25 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 14,84 persen dalam kegiatan ekonomi. Selama 4 tahun terakhir sektor ini cenderung tetap, sedikit menurun kemudian secara bertahap meningkat perlahan. Namun kontribusinya belum sebesar 4 tahun yang lalu (tahun 2008). Gambar 44 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kota Sabang, 2011 TENAGA KERJA PDRB Wilayah yang berpenduduk sekitar 30 ribuan di Kota Sabang, mempunyai pekerja sebanyak orang. Umumnya mereka bekerja pada kelompok sektor tersier, mencapai 76,36 persen dari seluruh pekerja. Sumbangan nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor ini mencakup 66,64 persen kegiatan ekonomi daerah. Sedangkan kelompok sektor sekunder mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9,77 persen dengan memberikan andil sebesar 24,19 persen dalam perekonomian. Sementara sektor primer yang menyerap 13,87 persen tenaga kerja, hanya menyumbang 9,17 persen. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Kota Sabang cenderung lebih rendah daripada tahuntahun sebelumnya. Bahkan selama 4 tahun terakhir, baru kali ini mengalami pertumbuhan 3,34 persen saja. Padahal tahun sebelumnya mampu tumbuh 5,21 persen. Sektor bangunan tampaknya sedang menjadi idola perekonomian daerah. Pada saat sektor-sektor lainnya tidak bergairah, sektor ini malahan tumbuh hingga 9,58 tahun. 25 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 103 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

104 3.22 KOTA LANGSA Kota Langsa adalah sebuah wilayah yang telah berdiri lama dan dikenal sebagai daerah perdagangan. Meskipun merupakan daerah otonomi yang berdiri sekitar 10 tahun lalu, perekonomian daerah ini sangat mengandalkan kelompok sektor tersier dalam kegiatan ekonomi. Kelompok sektor tersier atau jasa memberikan andil terbesar yaitu sekitar 61 persen dari seluruh kegiatan ekonomi yang ada. Sedangkan penduduk yang bekerja pada sektor tersebut sebesar 66,47 persen dari seluruh penduduk yang bekerja yang tercatat orang. 26 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menjadi andalan kelompok sektor tersier disamping dalam perekonomian daerah. Kontribusinya tahun 2011 tercatat 25,95 persen, bahkan selama 4 tahun terakhir bertahan pada kisaran tersebut. Selain itu, sektor jasa-jasa masih menjadi kekuatan yang besar dalam membangun perekonomian daerah ini. Perannya mencapai 15,90 persen dan selama 4 tahun terakhir kontribusinya pada kisaran angka tersebut. Subsektor jasa pemerintahan umum menjadi penopang utama dengan memberikan kontribusi 14,76 persen. Kelompok sektor sekunder memberikan andil sebesar 27 persen dalam perekonomian daerah. Sektor industri pengolahan menyumbang hingga 15,65 persen dan sektor bangunan/konstruksi berkontribusi sebesar 11,09 persen. Sementara itu, kelompok sektor primer memberikan kontribusi sebesar 11,82 persen dalam perekonomian daerah, menyerap tenaga kerja sekitar 18,16 persen dari penduduk yang bekerja. Jika dicermati secara mendalam, ternyata produktivitas pekerja sektor jasa-jasa lebih rendah daripada sektor pertanian. Hal ini kemungkinan terjadi karena di Kota Langsa terdapat banyak usaha perkebunan, sehingga pekerja pertaniannya terbatas sedangkan hasil yang diperoleh cukup besar. Gambar 45 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kota Langsa, 2011 TENAGA KERJA PDRB Pertumbuhan ekonomi di Kota Langsa relatif moderat, sejak 4 tahun terakhir berada di kisaran 4-5 persen per tahun. Pada tahun 2011 tercatat sebesar 4,32 persen, angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat 4,92 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan yang signifikan dengan melaju sebesar 6,98 persen. Dengan kontribusi hingga seperempat kegiatan ekonomi, kenaikan sektor ini sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah 26 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 104 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

105 ini. Sementara itu sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan meningkat hingga 8,83 persen (tahun 2011). Subsektor bank mengalami kenaikan hingga 14,06 persen pada saat yang sama KOTA LHOKSEUMAWE Daerah otonomi Kota Lhokseumawe berdiri sekitar 10 tahun lalu, namun sejarah kota ini berdiri sejak puluhan tahun yang lampau. Oleh karenanya disamping sebagai pusat pemerintahan daerah otonomi induknya, ia juga merupakan pusat kegiatan ekonomi wilayah sekitarnya. Perekonomian wilayah ini disokong oleh komoditi minyak dan gas bumi, sehingga fluktuasi hasil produksinya sangat mempengaruhi kondisi ekonomi setempat. Meskipun selama beberapa waktu terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Sektor industri pengolahan memberi andil hingga 46,59 persen karena didalamnya termasuk industri migas. Secara agregat, industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 54,89 persen dalam kegiatan ekonomi di daerah itu. 27 Gambar 46 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kota Lhokseumawe, 2011 TENAGA KERJA PDRB Sementara itu kelompok sektor tersier atau jasa memberikan andil sebesar 39,98 persen. Sektor yang memberikan andil besar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tercatat 28,89 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan sumbangan sebesar 6,43 persen dalam perekonomian daerah itu. Di sisi lain, walaupun daerah ini berstatus kota, di beberapa wilayah masih mengandalkan sektor pertanian dalam kehidupannya. Sektor primer ini masih mampu memberikan andil sebesar 4,95 persen. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat 4,75 persen. Dari sekitar penduduk yang bekerja, sebanyak 64,97 persen diantaranya terserap di kelompok sektor tersier, terutama sektor jasa-jasa (26,10 persen) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (24,73 persen). Sedangkan 14,70 persen lainnya diserap oleh kelompok sektor sekunder, serta 20,33 persen pekerja lainnya bekerja pada kelompok sektor primer (pertanian dan pertambangan & penggalian). 27 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 105 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

106 Pertumbuhan ekonomi di wilayah ini dapat dipandang dari dua sisi. Jika mengikutsertakan minyak dan gas, maka pertumbuhan ekonomi daerah ini hanya 2,18 persen. Hal ini pun sudah sangat menggembirakan, mengingat 3 tahun berturut-turut pada periode sebelumnya mengalami penurunan sekitar 5,5-6,5 persen per tahun. Laju pertumbuhan ekonomi tanpa minyak dan gas, tercatat sebesar 5.31 persen, angka ini lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat 5,94 persen KOTA SUBULUSSALAM Subulussalam merupakan daerah otonomi di Provinsi Aceh yang paling muda. Oleh karenanya, daerah ini aktif memacu pembangunan ekonominya untuk mengejar ketertinggalannya dengan kabupaten/kota lain. Sektor pertanian masih menjadi tulang punggung perekonomian Kota Subulussalam dengan memberikan andil sebesar 33,01 persen. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga menjadi tumpuan perekonomian daerah karena kontribusinya sebesar 29,68 persen. Selanjutnya sektor konstruksi yang mampu memberi andil sebesar 20,59 persen. 28 Dari penduduk yang bekerja lebih dari separuhnya bekerja di sektor pertanian, tepatnya 57,18 persen. Sementara sektor jasa-jasa menyerap sekitar 18,71 persen pekerja di daerah tersebut. Selanjutnya, sekitar 12,34 persen dari total penduduk yang bekerja, terserap di sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Jika dikaji lebih lanjut, terlihat bahwa kinerja kelompok sektor manufaktur/sekunder paling baik. Karena dengan jumlah pekerja hanya 5,67 persen dari penduduk yang bekerja, mereka mampu menyumbang 22,01 persen kegiatan ekonomi di wilayah itu. Kelompok sektor jasa atau tersier yang menyerap tenaga kerja 36,20 persen, berhasil memberikan andil sebesar 44 persen dalam perekonomian. Sebaliknya, kelompok sektor primer yang menyerap tenaga kerja paling banyak hingga 58,14 persen memberi kontribusi sebesar 34 persen. Kemajuan pembangunan di daerah ini semakin membaik, hal ini dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kota Subulussalam mencapai 5,90 persen. Padahal 5 tahun lalu hanya 4,12 persen, kemudian berangsurangsur semakin cepat hingga mencapai 5,39 persen pada tahun Gambar 47 Distribusi Persentase PDRB dan Proporsi Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Kota Subulussalam, 2011 TENAGA KERJA PDRB 28 Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 106 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

107 Secara sektoral, peran sektor perdagangan, hotel, dan restoran sangat bermanfaat bagi percepatan pembangunan ekonomi daerah ini. Sektor tersebut meningkat 12,61 persen, sedikit lebih rendah daripada sektor listrik, gas, dan air minum yang mampu tumbuh 12,23 persen pada saat yang sama. Hal yang berbeda terjadi pada sektor pertanian, meskipun sektor ini menjadi andalan penyerapan tenaga kerja, namun hanya mampu tumbuh 1,17 persen pada tahun tersebut. 107 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

108 BAB IV KEBIJAKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH 4.1 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM mengusung 5 langkah kebijakan dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro,Kecil dan Menengah serta Koperasi, antara lain: 1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM; Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan non-diskriminatif bagi kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha UMKM, sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha dan biaya usaha maupun meningkatkan rata-rata skala usaha, mutu layanan perijinan/pendirian usaha, dan partisipasi stakeholders dalam pengembangan kebijakan UMKM. 2. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM; Tujuan program ini adalah mempermudah, memperlancar dan memperluas akses UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui pengembangan lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang terjangkau, semakin tersebar dan bermutu untuk meningkatkan akses UMKM terhadap pasar dan sumber daya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar, teknologi, dan informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM. 3. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM; Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan meningkatkan daya saing UKM sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas meningkat, wirausaha baru berbasis pengetahuan dan teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam produkproduk unggulan UKM semakin berkembang. 4. Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro; Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap, melalui upaya peningkatan kapasitas usaha sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing. Program ini akan memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan keterampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan dan pembinaan usaha. 5. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi; Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang secara sehat sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi menjadi semakin baik. Dengan demikian diharapkan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat primer dan sekunder akan tertata dan berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi Alur pikir kerangka pemberdayaan KUMKM dilaksanakan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang pemberdayaan pelaku KUMKM. Namun pada tahap pertama kerangka kerja itu dilaksanakan hingga Tema yang diusung hingga 2014 adalah bangkitkan daya saing KUMKM. Kemudian visi 108 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

109 pengembangannya adalah KUMKM sehat dan kuat sesuai dengan tonggak utama pembangunan. Adapun target utamanya adalah melalui peranan KUMKM mencakup peningkatan nilai ekspor hingga 20%, kemudian peningkatan koperasi berkualitas sebesar 2% per tahun, pembangunan sistem informasi KUMKM secara online, pendistribusian dana kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp20 triliun per tahun, menciptakan sarjana wirausaha baru per tahun, menetapkan 3 koperasi skala besar pada setiap provinsi dan menyelesaikan pengembangan 100 program one village one product (OVOP). 4.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI Berbicara masalah ekonomi rakyat sesungguhnya tidak terlepas dari pembicaraan terhadap upaya pemberdayaan UMKM. Hingga akhir tahun 2006, data BPS menyebutkan bahwa terdapat 48,258 juta, atau 99,99% unit usaha di Indonesia yang tergolong dalam kelompok (UMKM). Kelompok usaha ini mampu menyerap tenaga kerja lebih kurang 87% dari jumlah tenaga kerja produktif yang tersedia. Sedangkan sumbangannya terhadap PDB mencapai 54%. Data tersebut mengindikasikan bahwa pelaku UMKM sesungguhnya merupakan kelompok usaha yang memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran. Keunggulan UMKM dalam hal ini dimungkinkan karena adanya beberapa karakter spesifik UMKM yaitu : a. Sebagian besar usaha KUMKM merupakan kegiatan padat karya, yang banyak memanfaat sumberdaya lokal; b. Selang waktu produksi (time lag) relatif singkat, atau produksi dapat dilakukan secara cepat; dan c. Nilai ICOR kegiatan kegiatan KUMKM relatif rendah. Di sisi lain, disamping memiliki keunggulan tersebut, UMKM masih dihadapkan dengan permasalahan yang tidak sedikit, antara lain masih bergelut pada masalah-masalah klasik seperti kesulitan akses terhadap permodalan, akses pasar, teknologi dan informasi. Selain itu, masalah rendahnya kualitas SDM UMKM, masalah belum optimalnya fungsi lembaga pemberdayaan UMKM dan masalah iklim usaha sesungguhnya juga masih menjadi penyebab pelaku UMKM jalan ditempat. Untuk mengatasi kendala tersebut, Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama dengan instasi terkait dan Pemerintah Daerah Propinsi serta Pemda Kabupaten/Kota Madya, telah melaksanakan programprogram pemberdayaan UMKM dan koperasi yang difokuskan pada : a. Pemberdayaan Institusional UMKM dalam bentuk program: 1) Penyederhanaan Perizinan dan pengembangan sistem perizinan satu pintu, serta bagi usaha mikro perizinan cukup dalam bentuk registrasi usaha; 2) Penataan Peraturan Daerah (Perda) untuk mendukung pemberdayaan KUMKM; 3) Penataan dan penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan pengembangan KUMKM; 4) Pengembangan koperasi berkualitas; dan 5) Revitalisasi koperasi b. Peningkatan Akses UMKM terhadap Sumber-Sumber Pendanaan : 1) Pengembangan berbagai Skim Perkreditan untuk UMKM; 2) Program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro; 3) Program pembiayaan wanita usaha mandiri dalam rangka pemberdayaan perempuan, keluarga sehat dan sejahtera; 109 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

110 4) Program skim pendanaan komoditas KUMKM melalui Resi Gudang; 5) Kredit bagi usaha mikro dan kecil yang bersumber dari dana Surat Utang Pemerintah Nomor 005 (SUP-005); 6) Pengembangan Lembaga Kredit Mikro (LKM) baik bank maupun non bank; 7) Pemberdayaan mikro dan usaha kecil melalui program Sertifikasi Tanah; dan 8) Bantuan perkuatan secara selektif pada sektor usaha tertentu sebagai stimulan. c. Pemberdayaan bidang produksi melalui bantuan sektor usaha selektif sebagai stimulan: 1) Program pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank padi; 2) Program pengembangan usaha KUMKM melalui pengadaan bibit Kakao, Jambu Mente dan Jarak; 3) Program pengembangan usaha penangkapan ikan; 4) Program pengembangan usaha sarana penunjang perikanan; 5) Program pengembangan usaha budidaya ternak; 6) Program bantuan perkuatan alat pemecah batu; 7) Program bantuan perkuatan pengolahan eceng gondok dan alat tenun bukan mesin; 8) Program pengembangan penggunaan LPG dan bioenergi untuk mendukung kegiatan produksi UMKM; dan 9) Program pemberdayaan UMKM melalui pengembangan Pembangkit Listrik tenaga Matahari (PLTMH) 10)Pemberdayaan KUMKM melalui usaha pengolahan dan budidaya Rumput Laut. d. Pengembangan Jaringan Pemasaran 1) Promosi proyek UMKM; 2) Modernisasi usaha ritel koperasi; 3) Pengembangan sarana pemasaran UMKM; 4) Pengembangan Trading Board dan Data Center; dan 5) Pameran di dalam dan di Luar negeri. e. Pemberdayaan Sumberdaya UMKM 1) Penumbuhan Wirausaha baru; 2) Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial Koperasi dan UMKM; 3) Pengembangan kualitas layanan Koperasi; 4) Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi kelompok usaha produktif; dan 5) Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan dan pelatihan f. Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya UMKM dan Koperasi : 1) Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Potensi Kendala Dan Permasalah Koperasi dan UKM; 2) Diskusi Permasalahan dan Isu-isu strategis dalam proses pemberdayaan UMKM; 3) Sosialisasi hasil-hasil kajian, penelitian, pengembangan dan diskusi pemberdayaan Koperasi dan UKM, melalui penerbitan buku, jurnal dan majalah Ilmiah; dan 4) Pengkaderan dan Pengawasan kinerja aparat dan Sumberdaya KUMKM. 110 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

111 4.3 KEBIJAKAN BANK INDONESIA 29 Seperti yang tertulis di dalam Booklet Perbankan Indonesia bahwa sejak tahun 1960 Bank Indonesia memberikan bantuan melalui financial assistance yaitu pemberian kredit likuiditas. Namun demikian, pada tahun 1999 peran Bank Indonesia dalam mendorong UMKM mengalami perubahan yaitu menjadi bersifat tidak langsung. Kebijakan ini dilaksanakan dalam 3 instrumen; Pertama,kebijakan perkreditan yang mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit kepadaumkm, maka BI mengeluarkan peraturan mengenai perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko,dikatakan bahwa dengan ketentuan tersebut, ATMR kredit ke UMKM lebih rendah dari kredit usaha besar.kedua, pengembangan kelembagaan yang dilakukan dengan cara kerjasama antar lembaga keuangan, seperti bank umum dan BPR dalam penyaluran kredit serta kerjasama BPR dengan Lembaga Dana Keuangan Pedesaan agar cakupan kredit menjadi luas. Kemudian dilakukan juga memfasilitasi skim penjaminan kredit di daerah yang melibatkan lembaga seperti Pemda setempat. Dan ketiga, pemberian bantuan teknis yang diberikan meliputi, pelatihan kepadaperbankan, Lembaga Pembiayaan UMKM kemudian Bank Indonesia juga menyediakan informasimengenai hasil penelitian, statistik perkreditan, dan data komoditas suatu daerah yang potensialuntuk berkembang dan tak lupa mempromosikan UMKM dalam menjembatani hubungan UMKM dengan Perbankan. Kebijakan UMKM yang ditetapkan oleh Bank Indonesia bertujuan untuk mendorong bankuntuk meningkatkan penyaluran kredit UMKM dan membantu meningkatkan kapabilitas UMKM agar mampu memenuhi persyaratan dari perbankan (Bank Indonesia). 4.4 KEBIJAKAN UMKM DAERAH Permasalahan dan karakteristik UMKM 30 Menurut Dwiwinarno (2008); Ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana dan keterbasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil dalammenjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian maupun juga evaluasi kegiatan usaha. Karakteristik usaha kecil di Indonesia dapat dipisah menjadi dua bagian. Menurut Setyari (2005), beberapa karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UMKM antara lain: (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada sektor UMKM, (2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang berimbas pada rendahnya gaji dan upah, (3) Kualitas barang yang dihasilkan relatif rendah, (4) mempekerjakan tenaga kerja wanita lebih besar daripada pria, (5) lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut, (6) kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru, serta (7) kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial. 29 Bank Indonesia 30 Hasil FGD Kabupaten dan Kota Provinsi Aceh 111 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

112 Selain karakteristik tersebut diatas, menurut Sucherly (2004) beberapa karakteristik usaha ini antara lain: (1) skala usaha kecil baik dilihat dari modal, tenaga kerja, dan pasar, umumnya terdapat di perdesaan, kota kecil atau pinggiran kota besar dengan status kepemilikan pribadi, (2) status usaha milik pribadi dan keluarga, (3) sumber TK berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis atau geografis), (4) pola kerja sering paro waktu atau berupa usaha sampingan, (4) pengelolaan usaha yg sederhana dan terbatas dalam mengadopsi teknologi, (5) sangat tergantung pada sumber modal sendiri, (6) sering tidak memiliki izin usaha dan persyaratan usaha tidak dipenuhi, (7) strategi perusahaan sering tergantung pada lingkungan, (8) manajemen usaha tidak dikelola dengan baik (keuangan, organisasi dll), dan (9) Kebanyakan Uaha kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup. Karekteristik yang terakhir juga cukup menonjol Rekomendasi Kebijakan UMKM di Daerah Oleh karenanya, beberapa poin yang direkomendasikan antara lain 3 : 1. Pemerintah perlu melakukan pembinaan yang berkesinambungan agar Koperasi/UMKM bisa mengembangkan usahanya sesusai dengan tujuan pemerintah. Bentuk pembinaan yang dapat dilakukan antara lain adalah melalui pembinaan manajemen administrasi, kelembagaan, dan kewirausahaan terutama kepada koperasi/umkm yang belum berhasil meningkatkan kinerjanya. 2. Pemerintah perlu memperhatikan kondisi koperasi/umkm yang akan diberikan bantuan dan memilahmilah jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan koperasi/umkm di lapangan. Pola Top Downsudah tidak relevan lagi untuk diterapkan. Tidak semua koperasi menghadapi persoalan yang sama dan tidak semua koperasi membutuhkan bantuan yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi kebutuhan koperasi/umkm. Dengan demikian, diharapkan bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran. 3. Pemerintah juga harus memilah koperasi/umkm yang perlu dibantu. Tidak semua koperasi harus dibantu. Sebagai contoh, koperasi yang sudah maju dan memiliki manajemen yang sudah baik tidak lagi dibantu secara finansial. Koperasi/UMKM seperti ini harus didorong untuk mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada koperasi yang belum maju. Beberapa kebijakan lainnya yang dapat dilakukan daerah yaitu Untuk mengatasi masalah pemasaran produk UKM yang dialami olehpengusaha, maka perlu dipikirkan paradigma baru dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satu alternatif pemecahannya adalahmemberdayakan lembaga ekonomi pedesaan yaitu koperasi. 2. Koperasi harus berfungsi sebagai badan usaha di pedesaan dan pelaksanapenuh pemasaran produk UKM. Fungsi, antara lain; Pertama, mencarikanalternatif pemecahan masalah pengusaha kecil seperti penyediaan kredit,pembentukan modal bersama melalui tabungan, penyediaan saranaproduksi, pelaku agroindustri, memasarkan produk dan sebagainya. Kedua,memberikan kemudahan berupa pelatihan dan pembinaan kepadapengusaha dalam usahausaha yang dilakukannya. 31 Almasdi Syahza, Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk Percepatan Peningkatan Ekonomi Daerah di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. 112 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

113 Ketiga, pengusaha di pedesaan perlu diorganisir untuk memperkuat posisi tawar-menawarnyadalam menghadapi persaingan dan melakukan kemitraan dengan pihak lain. Dalam Studi Kasus Provinsi Bali dan Sulawesi Utara, direkomendasikan beberapa hal 32 ; 1. Pertama, Pemerintah daerah harus terus mendorong berkembangnya UMKM melalui upaya pembinaan yang menyeluruh. 2. Kedua, Pemerintah Daerah harus berusaha mencari model pendanaan yang lain yang memberikan kemudahan bagi UMKM dalam mengaksesnya dan secara terus-menerus melakukan penyuluhan atau pelatihan manajerial yang baik. 3. Ketiga, Pemerintah daerah perlu bekerjasama dengan pihak swasta dalam upaya memperkuat manajerial dan memperluas jaringan penyedia permodalan bagi UMKM. 4. Keempat, keterlibatan aktif Kantor Bank Indonesia di daerah harus terus dilanjutkan dan Pemerintah Daerah dapat terus membuat perencanaan kebijakan yang dapat dimanfaatkan oleh UMKM sesuai dengan karakteristik kebutuhan didaerahnya Kebijakan UMKM di Provinsi Aceh Visi pembangunan Acehadalah terwujudnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam segala sektor kehidupan masyarakat Aceh dan pemerintahan, yang menjunjung tinggi asas transparansi dan akuntabilitas bagi terbentuknya suatu pemerintahan Aceh yang bebas dari praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga pada tahun 2012 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran. Dalam bidang Perekonomian secara khusus dijabarkan: 1) Membangun kembali infrastruktur perekonomian di seluruh Aceh sehingga akhirnya seluruh teritorial Aceh dapat menjadi satu kesatuan politik dan satu kesatuan ekonomi. 2) Pemerintah Aceh akan memperlakukan pelaku ekonomi sebagai partner pembangunan. 3) Pemerintah Aceh akan memberikan perhatian serius pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk mencapai keadilan di bidang ekonomi. 4) Pemerintah Aceh secara proaktif akan mengidentifikasi semua sumber ekonomi yang berbiaya tinggi (high cost economy) untuk mengatasi dan mencari jalan keluarnya. 5) Pemerintah Aceh akan mendorong bangkitnya kembali semangat kewirausahaan rakyat Aceh seperti yang pernah kita saksikan pada periode tahun 1940-an sampai dengan tahun 1980-an. Pengusaha Aceh harus dapat bangkit kembali menjadi masyarakat ekonomi yang handal. 6) Perdagangan luar negeri, terutama dengan Malaysia, Singapura, Thailand, India, dan lain-lain harus kembali digalakkan. 7) Produksi agrobisnis tradisional masyarakat harus memperoleh pasar yang layak, yaitu dengan membuka pemasaran ke luar negeri. 8) Di setiap kabupaten akan dibangun kebun-kebun percobaan dan percontohan (pilot project) agar rakyat dapat memperoleh penyuluhan dan dapat memperoleh bibit unggul sesuai dengan kondisi alam di tempat itu. 9) Para mantan gerilyawan GAM dan korban konflik akan diperhatikan secara serius untuk memperoleh 32 Achmad Sani Alhusain, Analisa Kebijakan Permodalan Dalam Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah 113 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

114 kehidupan ekonomi yang layak melalui penyediaan modal dan lapangan kerja yang memadai. 10)Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan berkesadaran resiko bencana. 11)Keberhasilan transisi dari rehabilitasi dan rekonstruksi dampak tsunami. Visi dan misi Pemerintah Aceh diwujudkan melalui pelaksanaan 7 (tujuh) prioritas pembangunan secara proporsional yaitu: 1) Pemberdayaan ekonomi masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, 2) Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan sumber daya energi pendukung investasi, 3). Peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan kesempatan belajar, 4). Peningkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan, 5). Pembangunan syariat islam sosial dan budaya, 6). Penciptaan pemerintah yang baik dan bersih serta penyehatan birokrasi pemerintaan, 7). Penanganan dan pengurangan resiko bencana. Prioritas pembangunan Aceh tidak terlepas dari upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga prioritas tersebut sangat ditentukan oleh tiga aspek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) IV-2 ekonomi makro yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menurunkan tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran hingga mencapai kondisi yang lebih baik, maka strategi yang ditempuh adalah: 1. Peningkatan serta percepatan upaya revitalisasi pertanian dan perikanan sehingga menjadi sektor ekonomi andalan yang berkelanjutan 2. Meningkatkan produksi sektor ril baik secara kuantitas maupun kualitas, terutama fokus pada komoditi-komoditi unggulan yang berorientasi pasar 3. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pendukung produksi serta pemasaran secara terintegrasi 4. Membangun serta mendorong pengembangan unit-unit penyedia sarana produksi 5. Melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pendistribusian sarana produksi bagi masyarakat 6. Mendorong tumbuhnya industri-industri pengolahan terutama yang berbasis bahan baku lokal 7. Pemberdayaan UMKM, koperasi, serta memfasilitasi terjalinnya kemitraan dengan kelompok usaha besar 8. Mendorong terjadinya peningkatan realisasi investasi swasta baik nasional maupun asing 9. Mendorong terjadinya peningkatan aktivitas perdagangan dalam dan luar negeri 10. Mendorong peningkatan kapasitas sektor finansial serta peningkatan fungsi intermediasi perbankan 11. Peningkatkan kualitas sumber daya petani, nelayan, dan kompetensi tenaga kerja Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) IV Pengembangan kawasan-kawasan potensial dan cepat tumbuh melalui pembangunan pemukiman baru 13. Peningkatan ketahanan dan keamanan pangan serta perbaikan gizi masyarakat 14. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di kawasan sekitar hutan, serta pengembangan hutan tanaman rakyat 15. Pelestarian sumber daya hutan dan pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) 114 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

115 16. Mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam rangka kemandirian dan kesinambungan pembiayaan pembangunan 17. Meningkatkan kerjasama pembangunan ekonomi baik secara kelembagaan maupun kawasan Arah kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh pada dasarnya adalah dalam rangka mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 5-6 persen, penurunan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 16 persen dan tingkat pengangguran mampu ditekan menjadi 7,6 persen yang ditempuh melalui beberapa kebijakan, antara lain: 1. Peningkatan pengelolaan potensi pertanian dan perikanan seoptimal mungkin dengan prinsip-prinsip agribisnis sebagai tulang punggung ekonomi daerah yang berkelanjutan 2. Pengembangan komoditi unggulan daerah melalui pola kluster dengan memperkuat sistim mata rantai produksi (supply chain) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) VI-2 3. Pembangunan dan peningkatan kapasitas sarana dan prasarana pendukung produksi termasuk prioritas fungsionalisasi aset, terutama di kawasankawasan sentra produksi pertanian, perikanan, industri, dan perdagangan 4. Percepatan pemanfaatan mekanisasi di sektor industri kerajinan, pertanian dan perikanan, termasuk motorisasi armada perikanan dalam upaya meningkatkan daya jelajah dan produktivitas nelayan. 5. Pengembangan dan peningkatan kapasitas unit penyedia sarana produksi serta peningkatan pengendalian dan pengawasan distribusi sarana produksi sehingga mudah dapat diakses oleh masyarakat 6. Peningkatan produktivitas lahan budidaya pertanian dan perikanan melalui upaya intensifikasi, diversifikasi, optimalisasi termasuk peningkatan Indeks Penanaman (IP), dan rehabilitasi lahan-lahan yang terlantar 7. Mengupayakan tumbuhnya dan berkembangnya industri pengolahan hasil, terutama yang berbasis bahan baku lokal di kawasan-kawasan sentra produksi 8. Peningkatan kompetensi tenaga kerja formal dan informal, serta pelaku UMKM melalui pengembangan dan peningkatan kapasitas Balai Latihan Kerja serta pelatihan-pelatihan kejuruan 9. Melakukan pembinaan dan pengawasan penggunaan dan penyaluran tenaga kerja untuk kebutuhan lokal maupun luar negeri 10. Percepatan aplikasi teknologi di sektor pertanian dan perikanan melalui penguatan kelembagaan dan sistem penyuluhan 11. Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat dengan sasaran utama usaha-usaha kelompok dan koperasi 12. Memfasilitasi peningkatan jalinan kemitraan usaha yang lebih luas antara kelompok usaha besar dengan pelaku UMKM dan industri rumah tangga 13. Mengupayakan peningkatan fungsi intermediasi perbankan, terutama penyaluran kredit bagi pelaku UMKM dan industri rumah tangga 14. Pencegahan penebangan dan perdagangan kayu illegal melalui penguatan dan pembinaan satuan pengamanan hutan dalam rangka terciptanya hutan lestari dan pengembangan ekonomi berkelanjutan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) VI P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

116 15. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan melalui pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pengembangan hutan rakyat 16. Meningkatkan kemandirian pangan bagi masyarakat di kawasan-kawasan yang teridentifikasi rawan pangan, serta peningkatan penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal 17. Melakukan pengendalian dan pengawasan distribusi bahan pangan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman 18. Penyediaan fasilitas pemukiman baru pada kawasab-kawasan potensi dan memberikan bantuan stimulasi untuk pengembangan usaha ekonomi bagi penduduk yang dimukimkan berbasis potensi lokal. 19. Pengembangan sistem informasi dan promosi yang dapat menarik investasi untuk menanamkan modalnya di daerah, baik PMA maupun PMDN. 20. Mengupayakan terjadinya peningkatan aktivitas perdagangan dalam daerah hingga terjadinya pasar sempurna, termasuk melakukan pengawasan dan pengendalian distribusi barang serta pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana pemasaran 21. Melakukan upaya meningkatnya ekspor daerah baik peningkatan volume maupun nilai, terutama komoditi-komoditi yang memiliki nilai tambah tinggi bagi daerah Penyaluran kredit perbankan kepada UMKM di Provinsi Aceh Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Aceh tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit UMKM. Hingga September 2012, baki debet kredit UMKM Provinsi Aceh mencapai Rp7,2T atau sekitar 35,96% dari total kredit tersalur. Dibandingkan tahun sebelumnya, kredit UMKM tumbuh 8,09%. Dilihat berdasarkan sektoral, penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah didominasi oleh sektor perdagangan dengan porsi sebesar 47,76%. Sementara penyerapan kredit UMKM di sektor primer seperti pertanian dan perikanan masih tergolong minim, masing-masing hanya sebesar 4,85% dan 0,13%. Tabel 28 Baki Debet Kredit UMKM Menurut Sektor Ekonomi 116 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

117 Berdasarkan skala usahanya, pangsa kredit UMKM terbesar disalurkan kepada nasabah kredit berkategori kecil dengan proporsi 67,64%. Selebihnya, merupakan kredit menengah sebesar 16,39% dan kredit mikro sebesar 15,97%. Namun demikian, jumlah rekening kredit berkategori mikro jauh lebih banyak dibandingkankan dengan kredit kecil dan menengah. Jumlah debitur kredit mikro mencapai 82,608. Perlu diketahui bahwa sesuai dengan UU No.20 Tahun 2008, yang dikategorikan sebagai kredit kecil adalah debitur dengan kekayaan bersih > Rp50juta Rp500juta atau hasil penjualan bersih >Rp300juta Rp2,5M. Sementara yang dikategorikan sebagai kredit mikro adalah debitur dengan kekayaan bersih <50juta atau hasil penjualan bersih <300 juta per tahun. Tabel 29 Kredit UMKM Menurut kategori Gambar 48 Porsi Kredit UMKM Menurut lokasi penyalurannya, Kota Banda Aceh merupakan lokasi yang memiliki proporsi kredit UMKM tersalur paling besar, yaitu sebesar 20.57%. Sementara yang menempati proporsi terbesar kedua adalah Kabupaten Aceh Utara dengan proporsi 7,19%. Sementara itu, 5 kabupaten/kota yang tercatat memiliki proporsi terkecil adalah Kota Subulussalam 0,22%, Kabupaten Pidie Jaya 0,33%, Kabupaten Aceh Simeulue 0,60%, Kabupaten Aceh Jaya 0,61%, dan Kota Sabang 0,73%. Gambar 49 Proporsi Kredit UMKM Menurut Lokasi Proyek, Tahun 2011-Oktober 2012 (%) Kabupaten/Kota % Kabupaten/Kota % Kab. Aceh Besar 4.17% Kab. Aceh Barat Daya 3.36% Kab. Pidie 5.90% Kab. Aceh Jaya 0.61% Kab. Aceh Utara 7.19% Kab. Nagan Raya 2.74% Kab. Aceh Timur 5.50% Kab. Aceh Simeuleu 0.60% Kab. Aceh Selatan 3.81% Kab. Bener Meriah 1.05% Kab. Aceh Barat 7.68% Kab. Pidie Jaya 0.33% Kab. Aceh Tengah 5.48% Kab. Subulussalam 0.22% Kab. Aceh Tenggara 4.10% Kota Banda Aceh 20.57% Aceh Singkil 3.02% Kota Sabang 0.73% Kab. Aceh Jeumpa/Bireuen 6.60% Kota Lhokseumawe 5.46% Kab. Aceh Tamiang 3.46% Kota Langsa 6.51% Kab. Gayo Lues 0.89% 117 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

118 4.4.5 Profil Sektor UMKM di Provinsi Aceh Dari hasil penelitian dapat dilihat beberapa sektor UMKM yang dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan perekonomian. Sektor usaha yang digambarkan disini merupakan hasil penilaian dilapangan setelah melalui poroses dan tahapan penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sektor UMKM pada gambar 4.5. Di Kabupaten Simeulue, sektor UMKM yang perlu diprioritaskan adalah penangkapan ikan di laut, kelapa dalam dan budidaya kerbau.selama ini nelayan dari luar Aceh masuk keperairan Simeulue melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bom, sehingga dapat merusak terumbu karang. Selain itu, potensi yang besar untuk penangkapan di laut adalah Lobster, hanya saja peralatan yang digunakan oleh nelayan masih tradisional, yang sering mengakibatkan kecelakaan dalam menyelam mencari Lobster. Selain itu Pihak pemerintah perlu meningkatkan transportasi udara maupun laut untuk memperlancar proses keluar masuk barang, karena selama ini kendala yang dialamai oleh masyarakat susahnya transportasi sehingga tidak efektif dalam setiap hasil produksi yang dihasilkan. Sawit, karet dan penangkapan ikan di laut merupakan sektor UMKM yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Kabupaten Singkil. Terjadinya penambahan lahan sawit sehingga menjadikan sawit salahsatu sektor yang mendapat perhatian khusus bagi masyarakat, penambahan lahan ini tidak terlepas dari investasi dari pihak luar. Namun pihak pemerintah perlu mempertimbangkan program social corporate setiap pembukaan lahan baru, sehingga keberadaan masyarakat tidak hanya sebagai pekerja namun memiliki lahan sawit dari setiap pembukaan lahan baru. Selain itu, kerupuk buah merupakan sektor usaha yang sangat menjanjikan bagi pengembangan UMKM di Kabupaten Singkil. Prospek kerupuk buah ini sangat menjanjikan karena pengembangannya untuk saat ini dikembangan di pulau banyak. Sektor usaha UMKM yang paling dominan di Kabupaten Aceh Selatan adalah Perdagangan ikan, Perkebunan sawit dan industri pengolahan pala. Industri pala merupakan sektor usaha kita jumpai disetiap rumah masyarakat. Pihak manapun yang ingin mengembangkan UMKM maka perlu mempertimbangkan industri pengolahan pala menjadi salahsatu prioritas, hanya saja perlu ditingkatkan jenis output tidak hanya manisan pala dan kerupuk, mungkin perlu inovasi ke berbagai produk lain. Selain itu pernya kualitas kemasan yang lebih baik dan aman untuk dijadikan sebagai oleh-oleh khas Aceh Selatan. 118 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

119 Gambar 50 Sektor UMKM Perkabupaten/Kota Provinsi Aceh 119 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

120 Kabupaten Aceh Tenggara memiliki beberapa sektor usaha UMKM seperti Kakao, padi dan durian. Namun pihak pemerintah sekarang sedang serius mengembangkan kakao karena kegiatan ini jelas dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi kakao dalam satu hektar bisa mencapai 650 kg smapai dengan 1 ton per hektar. Padi, cabe dan Sawit meripakan sektor UMKM yang menjadi ciri khas untuk Kabupaten Aceh Timur. Luasnya lahan pertanian dan lahan produksi padi maka diperlukan cool storage untuk dapat menjaga kestabilitas harga dan menekan angka inflasi. Kopi arabika dan industri pengolahan kopi merupakan dua sektor UMKM yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Kabupaten Aceh Tengah. Selain kopi terdapat juga sektor usaha perkebunan tebu yang menghasilkan gula dan jus tebu begitu juga dengan sektor wisata yang sangat menjanjikan. Karet, padi dan sawit merupakan sektor UMKM di Kabupaten Aceh Barat. Perkebunan karet merupakan sektor usaha yang sudah menjadi warisan turun temurun dan perkebunan sawit mengalami perkembangan lahan terus menurus. Sektor usaha UMKM di Aceh Besar adalah Padi, Budidaya Lembu dan Rambutan. Terdapat jenis usaha UMKM yang sangat potensial seperti usaha Bordir bahkan usaha tersebut mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah. Padi, budidaya lembu dan penangkapan ikan dilaut merupakan sektor UMKM di Kabupaten Pidie. Luasnya areal persawahan dan besarnya angka produksi sawah menjadikan padi sebagai salahsatu sektor UMKM yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengembangannya, karena selama ini untuk sektor padi palawija khususnya padi belum memiliki manajemen yang baik sehingga pihak lembaga keungan belum berani menginvestasi disektor ini. Sektor UMKM yang menjadi ciri khas Kabupaten Bireuen adalah Padi, keripik, bengkel mobil. Sektor keripik mengalami kemajuan yang sangat pesat, awalnya sektor UMKM keripik hanya bergerak disektor keripik pisang namun sekarang sudah mengalami pengembangan ke berbagai jenis keripik. Namun perlu ditingkatkan kemasan sehingga perlu ditingkatkan kualitas pemasarannya. Sawit padi dan kakao merupakan sektor UMKM di Kabupaten Aceh Utara. Adanya pemermajaan lahan sawit menjadikan sawit sebagai salahsatu sektor usaha yang paling diminati masyarakat. Niat baik dari pihak pemerintah untuk mengembangkan Padi sebagai sektor usaha UMKM terlihat dengan pembukaan pabrik padi di Seunuddon. Dan besarnya jumlah bantuan kakao menjadikan kakao mengalami perkembangan pesat. Ada beberapa sektor UMKM yang dapat dikembangkan seperti anyaman tikar di Kuala Kerto dan kerajinan Bordir Aceh yang berpusat di Ule Madon dan Muara Batu. Perkebunan dan perdagangan sawit beserta tanaman padi menjadi sektor UMKM di Kabupaten Aceh Barat Daya. Selain itu kakao dan pala menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangakan. Perkebunan dan industri Serewangi merupakan sektor UMKM yang menjadi profil UMKM Kabupaten Gayo Lues. Perlunya mekanisme pemasaran dan kemasan agar dapat menjadikan minyak serewangi dapat menjadi sektor UMKM yang Kabupaten Gayo Lues. 120 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

121 Sawit Padi dan durian merupakan sektor UMKM di Kabupaten Aceh Tamiang. Banyaknya pabrik CPO di Kabupaten sehingga dapat mendukung perkembangan hasil sawit. Sawit, perdagangan hasil perkebunan dan jasa sewa mesin/alat merupakan sektor UMKM di Kabupaten Nagan Raya. Hal ini didukung oleh tingkat kesuburan tanah sehingga sektor pertanian dan perkebunan dapat meningkatkan hasilnya untuk diperdagangkan. Sektor UMKM di Kabupaten Aceh Jaya adalah padi, penangkapan ikan laut dan industri perabot. Kopi Robusta, padi dan kentang menjadi sektor UMKM di Kabupaten Bener Meriah. Adapun sektor sawit sedang mengalami pengembangan. Untuk Kabupaten Pidie Jaya padi, penangkapan ikan dilaut dan kakao menjadi profil UMKM. Sedangkan sektor usaha keu ade melangami masa perkembangan dan kemungkinan empat tahun kedepan akan menempati posisi tiga besar di sektor UMKM. Rumah sewa, perdagangan sembako dan wisata merupakan sektor UMKM yang menjadi profil Kota Banda Aceh. Selain itu usaha warung kopi juga menjadi ciri khas sektor usaha di Kota Banda Aceh, dimana banyaknya unit usaha warung kopi dan padatnya pengunjung yang menikmati cita rasa kopi menjadikan usaha warung kopi menjadi profil UMKM di Kota Banda Aceh.Untuk Kota Sabang perdagangan sembako dan toko obat serta perkebunan cengkeh merupakan sektor UMKM di Sabang. Namun ada beberapa sektor usaha lain yang perlu mendapatkan perhatian seperti Kue dan Dodol Sabang sebagai sektor UMKM yang dapat dikembangkan. Profil Sektor UMKM yang menjadi pengembangan di Kota Lhokseumawe adalah sektor jasa, penangkapan ikan dilaut dan perdagangan sembako. Perdagangan merupakan profil UMKM di Kota Lhokseumawe. Profil UMKM di Kota Langsa adalah sektor jasa dan angkutan. Disamping itu, usaha tambak juga cukup dominan di Kota Langsa. Sementara itu, Profil Kota Subulussalam adalah perkebunan sawit, perdagangan hasil perkebunan dan swalayan mini market. Namun demikian, dari hasil penelitian lapangan, pemeliharaan dan pemasaran komoditi nilam juga cukup menjanjikan, sehingga dapat menjadi sektor andalan di kota ini. 121 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

122 BAB V. PENETAPAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM PROVINSI ACEH 5.1 PENETAPAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA Penetapan KPJu unggulan dilakukan secara berjenjang yang diawali dengan penetapan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten/kota dan terakhir pada tingkat provinsi. Hasil penetapan KPJu unggulan pada tingkat kecamatan merupakan kandidat KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota yang proses penetapannya dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penetapan KPJu unggulan pada tingkat provinsi menggunakan/memanfaatkan hasil proses Agregasi KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota. Hasil KPJu unggulan ditentukan oleh kriteria dan sub-kriteria yang ditetapkan sebelumnya, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM, yaitu; (a) Penciptaan lapangan kerja, (b) Pertumbuhan ekonomi daerah, dan (c) Peningkatan daya saing produk. Untuk memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJu unggulan, maka bobot setiap Tujuan dan bobot setiap Kriteria yang digunakan pada semua kabupaten/kota adalah sama. Sehubungan dengan itu maka proses penentuan bobot kepentingan tujuan dan kriteria tersebut dilakukan pada tingkat provinsi. Dalam hubungan ini maka pada tanggal 12 Juni 2012 telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di Kantor Bank Indonesia Provinsi Aceh yang diikuti pejabat dari Dinas/Instansi terkait pada Tingkat Provinsi. Agenda FGD tersebut adalah memperoleh penilaian dari peserta berupa skor kepentingan setiap Tujuan, serta skor tingkat kepentingan suatu Kriteria satu dibandingkan dengan Kriteria lain untuk Tujuan yang sama dengan menggunakan metode pairwise comparison. Hasil penilaian oleh narasumber tersebut, dijadikan input analisis dengan menggunakan AHP untuk memperoleh nilai skor terbobot setiap Tujuan dan setiap Kriteria KPJu unggulan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP berdasarkan masukan pendapat dari pejabat Dinas/Instansi yang terkait dan berkepentingan terhadap KPJu unggulan UMKM disajikan pada Tabel 30. Berdasarkan metodologi yang telah dikemukakan untuk menetapkan KPJu unggulan lintas sektor diperlukan informasi seberapa besar bobot kepentingan suatu sektor ekonomi untuk mencapai tujuan dari penetapan KPJu unggulan UMKM. Mengingat setiap kabupaten/kota mempunyai karakteristik wilayah dan potensi ekonomi yang berbeda, maka penetapan bobot kepentingan sektor/subsektor ekonomi tersebut dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan narasumber pejabat Dinas/Instansi yang berkepentingan dalam pengembangan UMKM di tingkat kabupaten/kota. 122 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

123 Tabel 30 Bobot dan Rangking Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk Penetapan KPJu Unggulan di Provinsi Aceh, Tahun 2012 NO ASPEK BOBOT I Tujuan Penetapan KPJu Unggulan 1 Penciptaan lapangan kerja Pertumbuhan ekonomi Peningkatan daya saing produk II Kriteria Penentuan KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan 1 Ketersediaan Input Pasar/Pemasaran Produk Kontribusi Perekonomian Jumlah Unit Usaha III Kriteria Penentuan KPJu Unggulan Tingkat Kabupaten/Kota 1 Manajemen Usaha Penyerapan TK Modal Harga Sumbangan Perekonomian Ketersediaan Pasar Teknologi Saprodi TK Terampil Bahan Baku Sosial Budaya Sumber : Data Primer, Tahun PENETAPAN ALTERNATIF KPJU TINGKAT KABUPATEN/KOTA Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM di Provinsi Aceh padatahun 2012 dilaksanakan di seluruh wilayah kabupaten/kota atau sebanyak 23 kabupaten/kota dan mencakup 280 kecamatan. Pada tahap awal, dilakukan identifikasi KPJu per sektor untuk semua kecamatan. Proses ini dilakukan berpedoman pada data sekunder/data statistik daerah. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut didapatlong list KPJu per kabupaten/kota. Selanjutnya adalah konfirmasi kepada pejabat dan atau tokoh masyarakat untuk melakukan penilaian keunggulan masing-masing KPJu di masing-masing kecamatan dalam wilayah Kabupaten/kota. Pada tahap ini setiap pejabat dan atau tokoh masyarakat diminta tanggapan dan penilaiannya terhadap KPJu yang ada di kecamatan tersebut dengan melakukan pengisian Matrik Identifikasi Alternatif KPJu Unggulan Tingkat Kecamatan berdasarkan empat kriteria, yaitu : 1) Jumlah unit usaha, rumah tangga, produksi, luas areal atau populasi KPJu yang ada 2) Jangkauan pasar 3) Ketersediaan input, sarana produksi atau usaha 4) Kontribusi terhadap perekonomian kecamatan. Analisis dilakukan dengan menggunakan Metode Bayes berdasarkan 4 (empat) kriteria dan bobot kepentingannya (Tabel 30) menghasilkan masing-masing 5 (lima) alternatif KPJu unggulan setiap 123 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

124 sektor usaha pada setiap tingkat kecamatan. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor ekonomi di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor ekonomi untuk tingkat kabupaten/kota. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan kabupaten/kota yang mempunyai nilai skor tertinggi. 5.3 PENETAPAN KPJU UNGGULAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Penetapan KPJu unggulan tingkat kabupaten/kota melalui dua tahapan, tahap pertama FGD penjaringan informasi dan tahap kedua FGD penyampian hasil.proses penjaringan informasi tahap awal dilakukan melalui FGD dengan melibatkan pemangku kepentingan seperti Sekda, Bappeda, dinas/instansi/badan, perbankan, BPS /perguruan tinggi disetiap Kabupaten dan Kota. Proses penetapan KPJu unggulan tingkat kabupaten/kotadilakukan melalui dua tahapan, yaitu Tahap Pertama adalah melakukan FGD, in depth interview, dan pengisian kuesioner olehinstansi terkait (Sekda dan Bappeda, dinas/instansi terkait dan perbankan di setiap kabupaten/kota). Dalam hal ini, narasumber memberikan penilaian terhadap:(1) Tingkat kepentingan antar sektor secara umum, dan (2) Untuk memperoleh penilaian dari narasumber tentang keunggulan suatu KPJu terhadap KPJu yang lain berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (11 kriteria). Penilaian (scoring) terhadap setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan bagi UMKM dalam rangka menjalankan usaha, membuka usaha baru atau mengembangkan usaha, serta sejauh mana dukungan wilayah pada setiap unsur penilaian. Analisis dengan metode AHP menghasilkan nilai skor terbobot setiap kandidat KPJu unggulan untuk setiap kabupaten/kota per sektor ekonomi. KPJu Unggulan kabupaten/kota ditetapkan 5 (lima) KPJu untuk setiap sektor/subsektor yang memiliki skor terbobot tertinggi. Berdasarkan hasil identifikasi KPJu Unggulan setiap sektor/subsektor, nilai skor masing-masing KPJu Unggulan dan tingkat kepentingan Sektor/subsektor ekonomi untuk KPJu yang bersangkutan ditetapkan KPJu unggulan lintas sektor tingkat kabupaten/kota. Metode yang digunakan adalah metode Bayes Tahap Kedua adalah melakukan klarifikasi terhadap kandidat KPJu unggulan untuk masingmasing sektor/subsektor. Dalam kegiatan diskusi tersebut juga didiskusikan permasalahan pengembangan UMKM serta kebijakan dan program untuk pengembangan UMKM yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota, terutama untuk KPJu unggulan Kabupaten Simeulue Sektor perikanan merupakan sektor unggulan dari Kabupaten Simeuleu. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan bobot sebesar 0,1085. Adapun sektor lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah perkebunan, peternakan, tanaman pangan, industri, jasa, perdagangan, pariwisata, angkutan, pertambangan, kehutanan. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Simeulue yang menempatkan sektor perikanan dan perkebunan sebagai sektor utama dalam struktur ekonomi Kabupaten Simeulue. Tabel 31 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Simeulue 124 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

125 Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi TUJUAN (SKOR TERBOBOT) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perikanan Perkebunan Peternakan Tanaman Pangan Industri Jasa Perdagangan Pariwisata Angkutan Pertambangan Kehutanan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat Kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan (tabel 31) analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti yang disajikan pada pada tabel 32. Tabel 32 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha Kabupaten Simeuleu 125 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

126 Penangkapan ikan dilaut merupakan sektor unggulan dari sektor perikanan. Dari hasil analisa AHP komoditas penangkapan ikan di laut mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati lobster sebesar Posisi ketiga diikuti oleh motor tempel penangkapan ikan laut dengan bobot sebesar , pada posisi terakhir yaitu kapal motor penangkapan ikan dengan bobot skor Budidaya kerbau merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perternakan. Bobot skor yang diperolehi oleh budidaya kerbau sebesar Kerbau dikirem ke daratan bahkan sampai ke medan. Selain pemanfaatan dagingnya tenaga kerbau juga digunakan untuk beberapa kegiatan produktif di Simeulue. Kelapa Dalam merupakan sektor unggulan dari sektor perkebunan. Dari hasil analisa AHP komoditas kelapa mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati oleh sawit dengan bobot sebesar Terjadinya pembatasan untuk mengeluarkan sawit ke daratan membuat pemasaran sawit mengalami kendala. Untuk sektor perkebunan cengkeh dan kelapa dalam sudah mengalami masa tua, sehingga perlu peremajaan kembali, sedangkan sawit, pinang dan kakao dalam masa muda.dalam rangka memenuhi kebutahan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Motode Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (tabel 31) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (tabel 32). Penangkapan ikan dilaut dan Budidaya kerbau merupakan komoditas utama di Simeulue. Nilai bobot skor Penangkapan ikan dilaut sebesar selanjutnya diikuti oleh Budidaya Kerbau dengan 126 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

127 bobot skor Kedua komoditas tersebut mewakili dari sektor perikanan dan peternakan. Dan keduanya merupakan sektor unggulan di Simeulue dari 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor seperti disajikan pada Tabel 33. Tabel 33 KPJu Lintas Sektor Yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Simeuleu Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perikanan Penangkapan ikan dilaut Perkebunan Kelapa Dalam Peternakan Budidaya Kerbau Padi Palawija Padi Kehutanan Rotan Jasa Kilang Padi Perdagangan Sembako Buah-Buahan Durian Perindustrian Anyaman (Tikar) Sayuran Cabe Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Orientasi kegiatan masyarakat Kabupaten Simeulue berbasis pada sektor perikanan yaitu hasil tangkapan Laut. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu lintas sektor maka berdasarkan sektor/subsektor menempatkan sektor perikanan sebagai sektor unggulan teratas, sedangkan perkebunan menempati posisi kedua dikarenakan ada beberapa KPJu yang sudah mengalami masa tua, seperti cengkeh dan kelapa dalam, sedangkan beberapa KPJu lainnya masih pada masa umur muda. Adapun sayuran menempati posisi terakhir karena masih banyak jenis sayur yang masuk dari luar pulau, sehingga keberadaan hanya sebagai pelengkap saja. Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Tabel 34 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Penangkapan ikan dilaut v 2 Budidaya Kerbau v 3 Kelapa Dalam v v 4 Padi v 5 Rotan v 6 Kilang Padi v 7 Sembako v 8 Durian v 9 Anyaman (Tikar) v 10 Cabe v Lifecycle Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan. Penangkapan ikan di laut merupakan komoditas unggulan teratas di Simeuleu. Untuk lobster, lebih banyak tersedia pada waktu musim timur. Populasi 127 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

128 lobster semakin menurun karena rusaknya terumbu karang akibatkan tindakan pihak luar Simeuleu yang sering menangkap lobster dengan cara pemboman. Kemudian pada urutan kedua ditempati oleh komoditas kelapa dalam. Saat ini, kelapa dalam memiliki umur produktif tahun. Sejak Tahun 2009 sampai 2012, telah dilakukan peremajaan kelapa dalam sekitar 200 Ha. KPJu potensial di Kabupaten Simeuleu adalah penangkapan ikan laut, kelapa dalam, dan budidaya kerbau. Peluang yang dimiliki Kabupaten Simeuleu dalam pengembangan KPJu adalah tersedianya sumber daya alam yang potensial. Hambatan utama yang dihadapi adalah terbatasnya akses pemasaran KPJu, karena Kabupaten Simeuleu yang berada di kepulauan dengan sarana transportasi yang terbatas untuk mengangkut hasil KPJu ke daerah luar. Selain itu, akses permodalan dan alat penangkap ikan yang masih tradisional juga menjadi kendala pengembangan KPJu Kabupaten Singkil Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan dari Kabupaten Singkil. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan bobot sebesar 0,1229. Adapun sektor lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah perikanan, tanaman pangan, peternakan, perdagangan, jasa, parawisata, angkutan, pertambangan, kehutanan, industry. Hal ini sejalan dengan struktur perekonomian Singkil yang menempatkan sektor perkebunan dan perikanan sebagai sektor utama dalam struktur ekonomi Kabupaten Singkil. Tabel 35 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Singkil Sektor Usaha Tujuan (Skor Terbobot) Skor Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan daya Terbobot ekonomi lapangan kerja saing produk Gabungan Rangking Perkebunan Perikanan Tanaman Pangan Peternakan Perdagangan Jasa Pariwisata Angkutan Pertambangan Kehutanan Industri Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sawit menempati rangking tertinggi sebagai komoditas unggulan pada sektor perkebunan. Dari hasil analisa AHP komoditas sawit mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati karet sebesar , selanjutnya diikuti oleh kelapa dalam dengan bobot sebesar , kakao 0.741, posisi terakhir yaitu kelapa hibrida dengan bobot skor P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

129 Penangkapan dilaut merupakan sektor unggulan dari sektor perikanan. Dari hasil analisa AHP,penangkapan ikan di laut mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati kapal motor penangkapan ikan sebesar Posisi ketiga diikuti oleh motor tempel penangkapan ikan dilaut dengan bobot sebesar , dan pada posisi terakhir yaitu Ikan lele rawa-rawa dengan bobot skor Padi ladang merupakan sektor unggulan dari sektor padi palawija. Dari hasil analisa AHP komoditas padi ladang mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati padi sawah sebesar Posisi ketiga diikuti oleh Ubi jalar dengan bobot sebesar , jagung dengan bobot sebesar dan pada posisi terakhir yaitu talas dengan bobot skor Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat Kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelum (tabel 35) analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti yang disajikan pada pada tabel 35 Dalam rangka memenuhi kebutahan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Motode Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (tabel 35) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (tabel 36). Tabel 36 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Singkil Sektor/ Sektor Usaha / Sektor/ Sektor Usaha / Bobot Rangking Subsektor KPJu Subsektor KPJu Bobot Padi Ladang Jengkol Padi Sawah Cabe rawet Padi Palawija Ubi Jalar Sayuran Kangkung Jagung Kubis Talas Terong Nangka Sawit Langsat Karet Buah-Buahan Jambu Biji Perkebunan Kelapa dalam Pepaya Kakao Kuini Kelapa Hibrida Budidaya Itik Penangkapan di Laut Budidaya Ayam Ras Pedaging Kapal Motor Penangkap Ikan Peternakan Budidaya Ayam Ras Perikanan Motor Tempel Penangkap Ikan Budidaya Sapi Ikan Lele Kolam Budidaya Domba Perahu Tak Bermotor Penangkap Ikan M eranti Pasir Rotan Batu Gunung Kehutanan Bambu Tambang Tanah Timbun Kenari Kapur Trembesi Tanah Liat M akanan/jajanan (Kripik Buah) Sawit Air Minum/Air Mineral Sembako Industri Anyaman (Tikar/Rotan) Perdagangan Karet Gerabah Ikan Laut Meubel/Perabot Air Isi Ulang/Mineral Motor tempel Bidan M obil Roda Empat Tukang Perabot Angkutan Becak Jasa Bengkel Kapal bermotor Sewa Pertokoan Kapal tidak bermotor Sewa tempat tinggal Wisata pantai Warung kopi P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Wisata Air Terjun Restoran/Rumah M akan Pariwisata Wisata Budaya Hotel dan Restoran Losmen/M otel/penginapan Wisata Religi Katering wisata Danau Hotel

130 Kehutanan Bambu Tambang Tanah Timbun Kenari Kapur Trembesi Tanah Liat M akanan/jajanan (Kripik Buah) Sawit Air Minum/Air Mineral Sembako Industri Anyaman (Tikar/Rotan) Perdagangan Karet Gerabah Ikan Laut Meubel/Perabot Air Isi Ulang/Mineral Motor tempel Bidan M obil Roda Empat Tukang Perabot Angkutan Becak Jasa Bengkel Kapal bermotor Sewa Pertokoan Kapal tidak bermotor Sewa tempat tinggal Wisata pantai Warung kopi Wisata Air Terjun Restoran/Rumah M akan Pariwisata Wisata Budaya Hotel dan Restoran Losmen/M otel/penginapan Wisata Religi Katering wisata Danau Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sawit dan karet merupakan komoditas utama lintas sektor di Singkil. Nilai bayes untuk sawit dengan bobot skor sebesar selanjutnya diikuti oleh karet dengan bobot skor Kedua komoditas tersebut mewakili dari sektor perkebunan. Dan keduanya merupakan sektor unggulan di Singkil dari 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor seperti disajikan pada Tabel 37. Tabel 37 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Singkil Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Perkebunan Karet Perikanan Penangkapan dilaut Buah-Buahan Nangka Kehutanan M eranti Perdagangan Sawit Perikanan Kapal M otor Penangkap Ikan Pariwisata Wisata air terjun Padi Palawija Padi Ladang Sayuran Jengkol Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Singkil berbasis pada sektor perkebunan khususnya sawit dan karet dan perikanan mencakupi hasil tangkapan laut. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu lintas sektor maka berdasarkan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan seperti yang disajikan pada tabel 36 dapat dilihat 5 KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha perkebunan sawit, perkebunan karet, penangkapan di laut, buah-buhan nangka, dan kehutanan kayu meranti, perdagangan. Lifecycle Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan. Sawit merupakan komoditas unggulan teratas di Kabupaten Aceh Singkil. Umur sawit rata-rata saat ini 10 tahun sedangkan usia produktif sawit mencapai 25 tahun. Penambahan lahan baru untuk sawit terus terjadi. Kemudian pada urutan kedua ditempati oleh komoditas karet.karet dominan terdapat di Kecamatan Simpang Kanan, Danau Paris, dan Singkohor. Pengembangan karet sekarang sedang dilakukan di Kecamatan Pulau Banyak. Lifecycle KPJu Lintas Sektor disajikan pada tabel berikut: 130 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

131 Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Tabel 38 Tabel Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Sawit v 2 Karet v 3 Penangkapan di laut v 4 Nangka v 5 M eranti v 6 Sawit (perdagangan) v 7 Kapal Motor Penangkap Ikan v 8 Wisata air terjun v 9 Padi Ladang v 10 Jengkol v KPJu potensial di Kabupaten Aceh Singkil adalah sawit, penangkapan ikan di laut, dan industri pengolahan kerupuk buah yang saat ini sedang dikembangkan di Kecamatan Pulau Banyak. Kerupuk buah terbuka peluang untuk menjadi produk khas Aceh Singkil. Peluang yang dimiliki Kabupaten Aceh Singkil dalam pengembangan KPJu adalah tersedianya sumber daya alam yang potensial dan bahan baku yang memadai. Hambatan utama yang dihadapi adalah terbatas modal yang disertai sulitnya akses ke sumber pembiayaan, skill sumber daya manusia yang terbatas, dan penguasaan teknologi yang rendah, serta belum adanya pabrik pengolahan kelapa sawit (CPO) Kabupaten Aceh Selatan Sektor usaha perkebunan merupakan prioritas utama Kabupaten Aceh Selatan. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor utama dalam mendukung semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) dengan bobot sebesar 0,1229. Adapun sektor lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah perikanan, tanaman pangan, perdagangan, peternakan, kehutanan,buah-buahan, angkutan, Jasa, pertambangan, pariwisata. Tabel 39 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Selatan Sektor Usaha Tujuan (Skor Terbobot) Skor Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan daya Terbobot ekonomi lapangan kerja saing produk Gabungan Rangking Perkebunan Perikanan Tanaman Pangan Perdagangan Peternakan Kehutanan Buah-buahan Angkutan Jasa Pertambangan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 131 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

132 Sawit menempati rangking tertinggi sebagai komoditas unggulan pada sektor perkebunan. Dari hasil analisa AHP komoditas sawit mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati pala sebesar , selanjutnya diikuti kelapa dalam , kakao dengan bobot sebesar , posisi terakhir yaitu karet dengan bobot skor Penangkapan ikan laut merupakan sektor unggulan dari sektor perikanan. Dari hasil analisa AHP komoditas ikan beunaluet mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati ikan lele sebesar Posisi ketiga diikuti oleh ikan beulaneut dengan bobot sebesar Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat Kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelum (tabel 39) analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti yang disajikan pada pada tabel 40 Tabel 40 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Selatan Sektor/ Sektor/ Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Subsektor Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Jagung cabe rawet Padi Palawija Kacang Kedelai Sayuran Bayam Ubi Jalar Jengkol Kacang Hijau Terong Durian Sawit M angga Pala Buah-Buahan Pisang Perkebunan Kelapa dalam Jeruk Kakao Semangka Karet Budidaya Kerbau Penangkapan Ikan dilaut Budidaya Ayam Buras Ikan Lele Peternakan Budidaya Itik (Bebek) Perikanan Kapal Motor Penangkap Ikan Budidaya Ayam Pedaging Ikan Kerling Budidaya Domba M eranti Batu krikil Rotan Pasir Tambang Kehutanan Kayu Putih Batu/koral Bambu Tanah Liat Pohon Aren Industri Pengolahan Pala Ikan Industri Dari Logam Sembako Industri Batako Perdagangan Hasil Perkebunan Kilang Padi Apotik Air Minum/Air Mineral Perabot Mobil Roda Empat Praktek Dokter Becak Tempat Foto Copy Angkutan M otor tempel Jasa Tempat/Tukang Jahit Kapal bermotor Polindes Kapal tidak bermotor Tempat Pangkas Pariwisata Pantai Warung kopi Pariwisata Religi Hotel Pariwisata Pariwisata/Budaya Hotel dan Restoran Rumah sewa Wisata Pantai Losmen/M otel/penginapan Wisata M enyelam Dilaut Katering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 132 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

133 Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Motode Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (tabel 39) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (tabel 40). Perdagangan Ikan merupakan komoditas utama lintas sektor di Aceh Selatan. Nilai bayes untuk perdagangan ikan dengan bobot skor sebesar selanjutnya diikuti oleh sawit dengan bobot skor , merupakan sektor unggulan di Aceh Selatan dari 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor seperti disajikan pada Tabel 41. Tabel 41 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Selatan Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perdagangan Ikan Perkebunan Sawit Perindustrian Industri Pengolahan Pala Jasa Praktek Dokter Hotel dan Restoran Warung kopi Buah-Buahan Durian Perdagangan Sembako Perikanan Penangkapan Ikan Dilaut Perkebunan Pala Padi Palawija Padi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat kabupaten Aceh Selatan berbasis pada sektor perkebunan dan perdagangan dengan jenis usaha jualan ikan dan usaha perkebunan sawit. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu lintas sektor maka berdasarkan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan seperti yang disajikan pada tabel 41 dapat dilihat 5 KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha perdagangan ikan, usaha perkebunan sawit, industri pengolahan pala, praktek dokter, warung kopi, buahbuahan durian, perdagangan sembako, perikanan penangkapan ikan di laut, perkebunan pala dan padi palawija. Lifecycle Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan. Perdagangan ikan merupakan komoditas unggulan teratas di Kabupaten Aceh Selatan. Pada urutan kedua ditempati oleh komoditas sawit. Areal sawit terus dikembangkan di Aceh Selatan, terutama untuk wilayah Tapaktuan sampai dengan wilayah Trumon yang berbatasan dengan Kota Subulussalam. Umur sawit rata-rata saat ini 5-6 Tahun.Lifecycle KPJu Lintas Sektor disajikan pada tabel berikut: 133 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

134 Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Tabel 42 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Ikan v 2 Sawit v 3 Industri Pengolahan Pala v 4 Praktek Dokter v 5 Warung kopi v 6 Durian v 7 Sembako v 8 Penangkapan Ikan Dilaut v 9 Pala v 10 Padi v KPJu potensial di Kabupaten Aceh Selatan adalah sawit, penangkapan ikan di laut, dan industri pengolahan pala. Kabupaten Aceh Selatan memiliki peluang dalam pengembangan komoditi potensial tersebut karena tersedianya sumber daya alam yang potensial dan bahan baku yang memadai. Hambatan utama yang dihadapi adalah terbatasnya akses modal dan skill sumber daya manusia yang terbatas Kabupaten Aceh Tenggara Sektor usaha perkebunan merupakan prioritas utama di Kabupaten Aceh Tenggara. Hasil analisa data menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor utama dalam mendukung semua tujuan baik tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk dengan bobot sebesar 0,0860. Adapun sektor lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah tanaman pangan, industri, jasa, perikanan, perdagangan, pariwisata, angkutan, pertambangan, kehutanan dan peternakan. Tabel 43 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Tenggara Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Perikanan Peternakan Perdagangan Jasa Angkutan Pertambangan Kehutanan Pariwisata Industri P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

135 Kakao menempati rangking tertinggi sebagai komoditas unggulan pada sektor perkebunan. Dari hasil analisa AHP komoditas kakao mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati karet sebesar , selanjutnya diikuti sawit , Pinang dengan bobot sebesar , posisi terakhir yaitu kelapa dalam dengan bobot skor Padi merupakan sektor unggulan dari sektor tanaman pangan. Dari hasil analisa AHP komoditas padi mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati jagung sebesar , posisi ketiga diikuti oleh kacang hijau dengan bobot sebesar Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Motode Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (tabel 43) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (tabel 44). Tabel 44 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Tenggara Sektor/ Sektor Usaha / Sektor/ Bobot Rangking Subsektor KPJu Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe besar Jagung Bawang M erah Padi Palawija Kacang Hijau Sayuran Tomat Kacang Tanah Terong Kacang Kedelai cabe rawet Durian Kakao Salak Karet Buah-Buahan M angga Perkebunan Sawit Rambutan Pinang Pepaya Kelapa Dalam Budidaya Itik Ikan M as 0.25 Budidaya Ayam Buras Ikan Nila Peternakan Budidaya Ayam Ras Perikanan Ikan M ujair Budidaya Domba Ikan Lele dumbo Budidaya Kambing Ikan Jurung Rotan Batu Koral M eranti Kerikil Tambang Kehutanan Pinus Pasir Damar Tanah Liat Jati Kapur Industri Dari Kayu Hasil perkebunan Gula Aren Hasil pertanian Industri M akanan/jajanan Perdagangan Sembako M eubel/perabot Bahan bangunan Pakaian/konveksi M inibus roda empat Tukang Jahit Becak motor Bengkel Las Angkutan Ojek Motor Jasa Bengkel Mobil Truck Tempat Photo Copy Ojek Sepeda Polindes/Puskesdes Wisata Pantai barat Losmen/M otel/penginapan Waterboom Hotel Pariwisata Wisata pemandian sungai Hotel dan Restoran Restoran/Rumah M akan Katering Warung kopi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 135 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

136 Kakao merupakan komoditas utama lintas sektor di Aceh Tenggara baik untuk usaha perkebunan maupun perdagangan. Nilai bayes untuk perkebunan kakao dengan bobot skor sebesar 0.035, selanjutnya diikuti oleh pertanian palawija dengan komoditas padi dengan bobot skor , keduanya merupakan sektor unggulan di Aceh Tenggara dari 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor seperti disajikan pada 45. Tabel 45 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Tenggara Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Kakao Padi Palawija Padi Buah-Buahan Durian Perikanan Ikan M as Sayuran Cabe besar Padi Palawija Jagung Tambang Batu koral Perdagangan Hasil perkebunan Pengangkutan M inibus roda empat Jasa Tukang jahit Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Aceh Tenggara berbasis pada sektor pertanian dengan 6 jenis usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian yaitu kakao, durian, cabe, bawang merah, padi dan jagung. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJu lintas sektor maka berdasarkan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan seperti yang disajikan pada tabel 45 dapat dilihat 10 KPJU unggulan lintas sektor usaha adalah usaha perkebunan kakao, usaha pertanian dengan komoditas padi, sub-sektor buah-buahan dengan komoditas durian, untuk sektor perikanan komoditas ikan mas, subsektor sayuran komoditas cabe besar, dari sektor pertanian juga muncul komoditas jagung, sektor tambang galian C muncul KPJu batu koral, dari sektor perdagangan yang dominan muncul adalah perdagangan hasil perkebunan (kakao, sawit, jagung), sayuran bawang merah. Lifecycle Komoditi Kakao sebagai komoditi Unggulan. Luas lahan kakao yang telah ditanam masyarakat setempat hingga saat ini sekitar 35 ribu hektare dengan luas lahan produktif 15 ribu hektare. Rata-rata produksi komoditas kakao di Kabupaten Aceh Tenggara sekitar 650 kilogram hingga satu ton/hektare. Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara menargetkan luas lahan tanaman kakao di daerah ini bertambah seluas hektare pada 2012 menyusul akan adanya bantuan bibit kepada petani dari pemerintah daerah. penambahan luas lahan tersebut dengan memanfaatkan lahan tidur atau kawasan yang tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat setempat. Dengan pemanfaatan lahan secara maksimal akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar pengembangan komoditas kakao. 136 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

137 No KPJu Tabel 46 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Kakao v 2 Padi v 3 Durian v 4 Ikan M as v 5 Cabe besar v 6 Jagung v 7 Batu koral v 8 Hasil perkebunan v 9 M inibus roda empat v 10 Tukang jahit v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Unggulan lintas sektor yang telah mencapai tahap kematangan yaitu usaha pertanian padi sawah yang sudah stagnan karena luas lahan yang konstan pada setiap musim produksi; perkebunanan durian, sayuran cabe besar juga telah mencapai tahap kematangan. KPJu lain yang sudah mencapai tahap kematangan adalah pertanian jagung, galian C untuk jenis batu koral, dan perdagangan hasil perkebunan. Sementara empat KPJu unggulan lainnya yang masih dalam tahap pertumbuhan antara lain; perkebunan kakao termasuk yang dibina dengan program kerjasama pemerintah daerah dengan swisscontact, budidaya ikan mas, angkutan minibus roda empat, dan tukang jahit. Untuk keempat KPJu ini masih sangat memungkinkan untuk terus ditingkatkan. KPJu Potensial yang tidak masuk dalam 10 KPJu Lintas Sektoral. Selain 10 KPJu Unggulan lintas sektoral sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, setidaknya ada 3 KPJu yang potensial untuk dikembangkan antara lain; 1) Industri pengolahan ikan air tawar khususnya ikan mas, ikan nilai maupun lele dumbo; 2) Gula Aren, dilihat dari kualitas gula aren yang dihasilkan Aceh Tenggara sangat potensial untuk dikembangkan; 3) Perkebunan salak, rasa salak yang dihasilkan Aceh Tenggara sebenarnya cukup manis dan struktur tanah sebenarnya cukup potensial untuk pengembangan perkebunan salak. Aceh Tenggara memiliki potensi dalam pengembangan KPJu di sektor pertanian dan perkebunan karena di Aceh Tenggara karena topografi alamnya yang sangat mendukung, curah hujan yang mencukupi dan lahan yang subur. Peluang pengembangan kakao juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah dan dijadikannya Kabupaten Aceh Tenggara sebagai salah satu daerah di Provinsi Aceh sebagai sentra pengembangan kakao. Dampak dari pengembangan perkebunan kakao ini adalah pemanfaatan tenaga kerja, pemanfaatan lahan kosong, dan pergantian tumbuhan yang tidak bernilai ekonomis dengan kakao. Selain peluang di atas, dalam pengembangan KPJu secara umum di Aceh Tenggara juga mengalami hambatan, hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tenggara menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman kakao, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga sehingga kadangkala 137 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

138 keuntungan lebih banyak dinikmati oleh tengkulak, akses transportasi yang masih sangat terbatas, dan jalur pemasarannya masih monoton sehingga susah untuk dikembangkan, masyarakat juga mengeluhkan dengan jalur transportasi yang sulit dilalui dan memakan waktu yang lama sehingga sangat sulit untuk dipasarkan keluar daerah khususnya ke Medan Kabupaten Aceh Timur Berdasarkan analisis AHP,dihasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 47. Pada Tabel 47 memperlihatkan bahwa prioritas pengembangan UMKM kabupaten Aceh Timur lebih dititikberatkan pada sektor perkebunan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor perkebunan pada rangking pertama. Tabel 47 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Timur Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Industri Perdagangan Perikanan Peternakan Pertambangan Jasa Angkutan Kehutanan Pariwisata Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan, industri, Perdagangan, perikanan, peternakan, pertambangan, jasa, angkutan, kehutanan, dan pariwisata. 138 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

139 Tabel 48 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Timur Sektor/ Sektor/ Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Subsektor Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Jagung Kacang Panjang Padi Palawija Ubi Jalar Sayuran Ketimun Kacang Kedelai Cabe rawit Talas Terong Rambutan Sawit Semangka Kakao Buah-Buahan Durian Perkebunan Karet M anggis Pinang Sawo Kelapa Dalam Budidaya Ayam Buras Penangkapan ikan dilaut Budidaya Lembu Budidaya ikan di kolam Peternakan Budidaya Kambing Perikanan Udang Budidaya Kerbau Kapal M otor Penangkap Ikan Budidaya Itik Penangkapan ikan di sungai Bambu Pasir Trembesi Tanah Liat Tambang Kehutanan Rotan Batu/Koral Akasia Kapur M eranti Kilang Padi Sawit Batu bata Karet Industri M eubel/perabot Perdagangan Sembako Tahu/Tempe Coklat Anyaman Udang Ojek Motor Bengkel Motor Mobil Roda Empat Tempat Pangkas Angkutan Becak Jasa Praktek Mantri/Perawat Mobil pickup Praktek Bidan Taxi Praktek Dokter Wisata Pantai Warung kopi Wisata Air Terjun Hotel Pariwisata Wisata Religi Hotel dan Restoran Restoran/Rumah M akan AgroWisata Katering Wisata Menyelam di laut Wisma/Losmen Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor usaha perkebunan merupakan prioritas utama di Kabupaten Aceh Timur. Hasil analisa menunjukkan bahwa sektor perkebunan merupakan sektor utama dalam mendukung semua tujuan baik tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk dengan bobot sebesar 0,0976. Adapun sektor lain berdasarkan tingkat kepentingannya adalah tanaman pangan, industri, perdagangan, perikanan, peternakan, pertambangan, jasa, angkutan, kehutanan dan pariwisata. Sawit menempati rangking tertinggi sebagai komoditas unggulan pada sektor perkebunan. Dari hasil analisa AHP komoditas sawit mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati kakao sebesar , selanjutnya diikuti karet , Pinang dengan bobot sebesar , posisi terakhir yaitu kelapa dalam dengan bobot skor P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

140 Padi merupakan sektor unggulan dari sektor tanaman pangan. Dari hasil analisa AHP komoditas padi mempunyai nilai tertinggi yaitu sebesar , pada posisi kedua ditempati jagung sebesar , posisi ketiga diikuti oleh ubi jalar dengan bobot sebesar Berdasarkan hasil FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 47), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 48. Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggnakan Motode Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (tabel 47) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (tabel 48). Padi merupakan komoditas utama lintas sektor di Aceh Timur. Nilai bayes untuk sektor/subsector padi palawija dengan bobot skor sebesar , selanjutnya diikuti oleh sayuran cabe dengan bobot skor Perdagangan dan perkebunan sawit menempati peringkat tiga dan empat dengan bobot skor dan Berikut sektor unggulan di Aceh Timur dari 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor seperti disajikan pada Tabel di bawah. Tabel 49 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Timur Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Sayuran Cabe Perkebunan Sawit Perdagangan Sawit Buah-Buahan Sawo Perdagangan Karet Buah-Buahan Pepaya Perikanan Penangkapan ikan dilaut Perkebunan Karet Perkebunan Kakao Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Aceh Timur berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 7 jenis usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha padi palawija dengan komoditi unggulannya adalah Padi menempati urutan pertama diikuti oleh sayuran (cabe), perkebunan (sawit), perdagangan (hasil perkebunan/sawit), buah-buahan (sawo). Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 5.20 Berdasarkan hasil pembahasan Focus Group Discusion (FGD), disebutkan bahwa luas lahan pertanian di Kabupaten Aceh Timur tergolong yang terbesar di antara kabupaten lainnya. Oleh 140 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

141 karena itu, sektor pertanian baik sawah maupun kebun masih menjadi primadona usaha masyarakat. Dalam forum FGD rata-rata menyetujui dan menyepakati bahwa potensi unggulan dari Aceh Timur adalah Pertanian dan perkebunan. Untuk perkebunan sebagian besar saat ini usia produktivitas masih muda, ( ha sawit rakyat baru panen = ton TBS/tahun). Untuk kecamatan Peunaron, Serba Jadi tidak ada bantuan pemerintah, karena kedua kecamatan tersebut tersebut akan dikembangkan sektor palawija dan pengamanan serapan air. Untuk Peurelak Timur ada tembakau sangat potensi (2 desa). Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Tabel 50 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi Palawija 2 Sayuran 3 Perkebunan 4 Perdagangan 5 Buah-Buahan 6 Perdagangan 7 Buah-Buahan 8 Perikanan 9 Perkebunan 10 Perkebunan Terdapat beberapa KPJu Potensial di Kabupaten Aceh Timur seperti perluasan tanaman padi dan tempat penampungan ikan berbentuk cold storage. Pemerintah Aceh Timur saat ini telah melakukan pengembangan Cetak sawah baru mengingat saat ini jumlah lahan sawah yang ada ha yang produktif ha dengan luas sawah tadah hujan sebesar ha. Program bantuan pemerintah untuk padi hibrida, non hibrida dan padi ladang mampu menghasilkan 4,8 ton per ha. Selama ini sektor perikanan Aceh Timur sangat berkembang, oleh karena itu pemerintah daerah melalui Dinas Deperindagkop sekarang sedang mengupayakan untuk menyiapkan cool storage yang mempunyai kapasitas yang besar dan mampu menampung pada saat panen besar, khususnya penangkapan ikan di laut. Kabupaten Aceh Timur memiliki potensi pengembangan komoditi yang cukup besar, karena memiliki alam yang subur dan bahan baku yang melimpah. Peluang pengembangan KPJu di Kabupaten Aceh Timur sangat baik. Selama ini yang menjadi potensi terbesar adalah alam yang subur ditandai dengan tersediaanya bahan baku yang melimpah. Dukungan pemerintah yang baik, dan manajemen usaha yang baik. Selama ini pengembangan usaha terkedala oleh faktor modal yang belum mencukupi. Banyak petani dan pedagan (pelaku usaha) yang melakukan usaha dengan modal sendiri. Perbankan belum banyak menyentuh usaha UMKM karena masyarakat banyak terkendala dalam admintrasi yang belum lengkap. Pendampingan juga merupakan masalah yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha UMKM. 141 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

142 5.3.6 Kabupaten Aceh Tengah Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes yang didasarkan atas 4 (empat) kriteria dengan masing-masing bobot kepentingannya (Tabel 30) menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor/subsektor usaha UMKM pada setiap kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor/subsektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Aceh Tengah. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Aceh Tengah yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil analisis AHP atas kegiatan indepth interview dan FGD, dihasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 51. Pada Tabel 51 memperlihatkan bahwa prioritas pengembangan UMKM kabupaten Aceh Tengah adalah sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan, peternakan, angkutan, perdagangan, industri, pariwisata, jasa, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Tabel 51 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Tengah Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Peternakan Angkutan Perdagangan Industri Pariwisata Jasa Kehutanan Perikanan Pertambangan Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 51) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 52). 142 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

143 Tabel 52 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Tengah Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Kentang Kacang Kedelai Tomat Padi Palawija Jagung Sayuran Cabe Merah Kacang Tanah Cabe rawet Ubi Kayu Bawang Merah Alpokat Kopi Arabika Jeruk Keprok Tebu Buah-Buahan Nenas Perkebunan Kopi Robusta Marquisa Durian Terong belanda Sawit Budidaya Sapi Bali Ikan Nila Budidaya Kerbau Ikan Bawal Air Tawar Peternakan Budidaya Kambing Perikanan Ikan Mujair Budidaya Ayam Ras Ikan Depik Budidaya Itik Ikan Gegareng Pinus Pasir Rotan Batu gunung Tambang Kehutanan Pohon Aren Batu/Koral Meranti Kapur Damar Kilang Kopi Kopi Kilang Padi Toko/Kios Industri Pengolahan Kopi Perdagangan Sembako Konveksi/pakaian Toko Bangunan Kain/Tenun (Kerawang) Swalayan (mini market) Mobil Roda Empat Bengkel Mobil Becak Sewa pertokoan Angkutan Ojek Motor Jasa Warnet Pickup Photocopy Delman Tukang perabot Wisata Air Terjun Hotel Wisata Pinggir Danau Warung kopi Pariwisata Wisata Budaya Hotel dan Restoran Losmen/Motel/Penginapan Agrowisata Restoran/Rumah Makan Wisata Religi Katering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Aceh Tengah berbasis pada pertanian. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 53, terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan kopi, usaha buah-buahan alpokat, sayuran kentang, industri pengolahan kopi, tanaman pangan padi, buah-buahan jeruk keprok, perdagangan kopi, angkutan roda empat, jasa bengkel mobil dan sayuran kentang. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

144 Tabel 53 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Tengah Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Kopi Arabica Perindustrian Pengolahan Kopi Padi Palawija Padi Perkebunan Tebu Sayur-sayuran Kentang Buah-Buahan Jeruk Keprok Perdagangan Kopi Angkutan Mobil Roda Empat Peternakan Budidaya Sapi Bali Jasa Bengkel Mobil Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor perkebunan, pertanian, dan perdagangan menjadi sektor andalan di Kabupaten Aceh Tengah hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk KPJu lintas sektor perkebunan masih menjadi unggulan terutama perkebunan kopi dan tebu, diurutan kedua sektor pertanian merupakan sektor ungulan dengan KPJu Jasa meliputi industri pengolahan kopi, perkebunan kopi, pertanian alpukat, sayur-sayuran kentang. Komoditi Kopi Arabika sebagai komoditi Unggulan. Kopi hasil produksi dataran tinggi Gayo sudah sangat terkenal dikalangan penikmat kopi, bahkan sampai ke luar negeri. Kopi Arabika sendiri merupakan varietas baru yang kaya cita rasa dikembangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah, namun berdasarkan data yang ada Varietas Kopi Arabika ini dominan di Kabupaten Aceh Tengah dimana sekitar Ha lahan di Aceh Tengah di budidayakan Kopi Arabika. Untuk saat ini dimana varietas ini relatif baru dikembangkan maka nilai produksi masih rendah sekitar 0,725 ton/ha padahal jika dibudidaya dengan perawatan terbaik dapat menghasilkan sampai 2,5 ton/ha. Jika dibandingkan antara potensi luas lahan tanam dengan peluang produksi kopi arabika di Aceh Tengah maka apabila masyarakat petani, pemerintah daerah, dan semua komponen yang terlibat berkomitmen untuk mengembangkan KPJu ini maka sangat potensial dimasa yang akan datang. Tabel 54 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Kopi Arabica 2 Pengolahan Kopi 3 Padi Tebu 5 Kentang 6 Jeruk Keprok 7 Kopi 144 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

145 8 Mobil Roda Empat 9 Budidaya Sapi Bali 10 Bengkel Mobil Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Unggulan lintas sektor yang telah mencapai tahap kematangan yaitu usaha pertanian padi sawah yang sudah stagnan karena luas lahan yang konstan pada setiap musim produksi usaha padi ini dapat dijumpai yang luas di Kecamatan Bintang dan Kecamatan Linge terutama perbatasan dengan Gayo Lues, dan beberapa kecamatan lain, perkebunanan tebu yang dominan di Kecamatan Ketol, sayuran kentang juga telah mencapai tahap kematangan. KPJu lain yang sudah mencapai tahap kematangan adalah jeruk keprok dan kopi besar (robusta). Sementara lima KPJu unggulan lainnya yang masih dalam tahap pertumbuhan antara lain; perkebunan kopi arabika, pengolahan kopi secara modern, pengangkutan mobil roda empat, budidaya sapi potong khususnya varietas sapi bali, dan bengkel mobil. Untuk kelima KPJu ini masih sangat memungkinkan untuk terus ditingkatkan. Selain 10 KPJu Unggulan lintas sektoral sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, setidaknya ada 3 KPJu yang potensial untuk dikembangkan antara lain; 1) KPJu hotel dan penginapan, mengingat Aceh Tengah menjadi salah satu objek wisata maka usaha ini sangat potensial dimasa yang akan datang; 2) wisata alam, Aceh Tengah dianugerahi alam yang masih sangat asri dan memiliki objek wisata yang belum dikelola dan dikembangkan secara maksimal, sehingga bila dikelola dengan baik akan sangat potensi menjadi objek wisata baik lokal maupun mancanegara; 3) budidaya ikan air tawar, potensi pengembangan KPJu ini didukung oleh keberadaan danau laut tawar. Peluang pengembangan KPJu di Aceh Tengah Khususnya sektor pertanian dan perkebunan terutama anugerah topografi alamnya yang sangat mendukung, curah hujan yang mencukupi dan lahan yang subur, kondisi ini menjadi peluang yang tidak dapat dimiliki oleh daerah lain. Sebagai contoh untuk pengembangan komoditi Kopi Arabika, kopi ini hanya dapat dibudidaya pada dataran tinggi antara di atas permukaan laut. Dampak dari pengembangan kopi arabika ini adalah pemanfaatan tenaga kerja, khususnya dalam pasca panen. Untuk menghasilkan produk yang baik maka diperlukan tenaga kerja wanita yang tekun memilih kopi-kopi tersebut sesuai dengan gradingnya. Selain peluang di atas, dalam pengembangan KPJu secara umum di Aceh Tengah juga mengalami hambatan, hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga sehingga kadangkala keuntungan lebih banyak dinikmati oleh tengkulak, akses transportasi yang masih sangat terbatas, dan jalur pemasarannya masih monoton sehingga susah untuk dikembangkan, masyarakat juga mengeluhkan dengan jalur transportasi yang sulit dilalui dan memakan waktu yang lama sehingga sangat sulit untuk dipasarkan keluar daerah khususnya ke Aceh bagian pesisir. 145 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

146 5.3.7 Kabupaten Aceh Barat Prioritas pengembangan UMKM di Kabupaten Aceh Barat ditujukan pada sektor perkebunan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor perkebunan pada rangking pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah jasa, angkutan, perdagangan, pariwisata, industri, tanaman pangan, pertambangan, peternakan, perikanan, kehutanan. Tabel 55 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Barat Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Peternakan Perdagangan Kehutanan Industri Jasa Pertambangan Angkutan Perikanan Pariwisata Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 56. Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha. Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Aceh Barat berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 7 sektor usaha bidang pertanian.berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 56 terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan karet, industri ikan nila, perdagangan sawit, jasa lembaga keuangan miro, perdagangan sembako, perkebunan sawit, sayuran cabe, kacang kedelai, jasa menjahit, dan agrowisata. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

147 Tabel 56 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Barat Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Padi Cabe Kacang Kedelai Cabe rawet Kacang tanah Sayuran Buncis Kacang Hijau Kacang Panjang Ubi Kayu Ketimun Durian Karet Rumbia Sawit Semangka Perkebunan Kakao Jagung Kopi Langsat Kelapa Dalam Budidaya Kerbau Penangkapan di Laut Budidaya Ayam Ras Ikan Nila Budidaya Sapi Potong Perikanan Udang Budidaya Kambing Ikan Lele Budidaya Itik Ikan Gabus Meranti Batu/Koral Kayu Putih Kapur Tambang Rotan Pasir Akasia Tanah Liat Bakau Air Minum/Air Mineral Sawit Dari Logam Sembako Tahu/Tempe Perdagangan Swalayan (mini market) Ikan asin Apotik Konveksi/pakaian Perabot Mobil Roda Empat Lembaga keuangan mikroe Becak tukang pangkas Ojek Motor Jasa Warnet Ojek Sepeda Simpan Pinjam Desa Taxi Tempat Foto Copy wisata agrowisata Hotel wisata religi Katering Hotel dan wisata pantai Losmen/Motel/Penginapan Restoran wisata air terjun Warung kopi wisata menyelam Restoran/Rumah Makan Sektor perkebunan, padi palawija dan perdagangan menjadi sektor andalan di Kabupaten Aceh Barat hal ini terbukti dari hasil perhitungan dengan pendekatan tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. 147 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

148 Tabel 57 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Barat Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Karet Padi Palawija Padi Perdagangan Sawit Jasa Lembaga keuangan mikroe Perdagangan Sembako Perkebunan Sawit Sayuran Cabe Perikanan Penangkapan Di laut Jasa Tukang Pangkas Pariwisata wisata agrowisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Mayoritas penduduk Meulaboh lebih menekuni sektor perkebunan, karena banyak lahan pribadi yang berpotensi untuk dikembangkan. Adapun Salah satu faktor yang menentukan untuk budidaya komoditi adalah tingkat curah hujan. Sawit di Kabupaten Aceh Barat sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan daerah. Tabel 58 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Karet v 2 Padi v 3 Sawit v 4 Lembaga keuangan mikroe v 5 Sembako v 6 Sawit v 7 Cabe v 8 Penangkapan Di laut v 9 Tukang Pangkas v 10 Wisata agrowisata v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Wilayah Kabupaten Aceh Barat merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus dan curah hujan yang cukup. Selain pertanian, komoditi unggulan Kabupaten Aceh Barat adalah komoditi sawit, kakao, karet, kopi, kelapa. Mayoritas penduduk Meulaboh lebih cenderung menekuni sektor perkebunan, dikarenakan banyaknya lahan yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkan untuk dikembangkan. Salah satunya lahan sawit dan karet yang merupakan potensi besar di daerah tersebut dimana hasil dari sawit dan karet merupakan salah satu asset daerah. 148 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

149 Sedangkan keunggulan lainnya terdapat pada sektor pertanian buah buahan dimana durian merupakan komoditi yang merupakan paling diunggulkan di kabupaten Aceh Barat dikarenakan hampir semua kecamatan di Aceh Barat terdapat pohon durian. Setiap musimnya hampir semua kabupaten di Aceh menikmati durian Meulaboh. Oleh karena itu butuh perhatian lebih terhadap potensi pertumbuhan sektor perkebunan dan pertanian meulaboh agar kelangsungan pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli daerah di Kabupaten Aceh Barat. Saat ini hasil pertanian dan perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga, masa panen yang berbarengan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif, dan yang paling menjadi keluhan adalah lapangan kerja yang sempit Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD kemudian diolah dengan menggunakan analisis AHP dihasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 59. Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa kabupaten Aceh Besar, prioritas pengembangan UMKM lebih ditujukan pada sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah peternakan, perkebunan, pariwisata, perdagangan, jasa, angkutan, industri, perikanan, pertambangan kehutanan. Tabel 59 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Besar Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Peternakan Perkebunan P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

150 Pariwisata Perdagangan Jasa Angkutan Industri Perikanan Pertambangan Kehutanan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 60 Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 5.30) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 5.31). Tabel 60 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Besar Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Kacang Kedelai Bawang Merah Ubi Jalar Sayuran Terong Kacang Tanah Jamur Merang Ubi Kayu Meulinjoe Rambutan Kakao Langsat Jahe Durian Perkebunan Cengkeh Pisang Asam Jawa Mangga Sereh Wangi (Serai) Budidaya Lembu Penangkapan Ikan Laut Budidaya Ayam Ras Motor Tempel Penangkap Ikan Budidaya Kambing Perikanan Ikan Mas Budidaya Itik Kapal Motor Penangkap Ikan Budidaya Ayam Petelur Ikan Bandeng Jabon Tanah Liat Sengon Pasir Tambang Rotan Batu/Koral Pohon Aren Kapur P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

151 Industri Angkutan Pariwisata Meranti Air Minum/Air Mineral Sembako Keripik Toko/Kios Tahu/Tempe Perdagangan Ikan Gurami Roti/kue Basah Swalayan (mini market) Konveksi/pakaian Ikan Mas Motor tempel Bengkel Motor Kapal tidak bermotor Sewa Tempat Tinggal Kapal bermotor Jasa Bengkel Las Mobil Roda Empat Praktek Bidan Taxi Tambal Ban Wisata Pantai Warung Kopi Wisata Bandara Restoran/Rumah Makan Hotel dan Agrowista Katering Restoran Wisata Waduk WIsma/Losmen Wisata Religi Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di kabupaten Aceh Besar berbasis pada sektor pertanian namun sektor perikanan mempunyai skor bobot tertinggi. Berdasarkan hasil analis tersebur diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor, antara lain jenis usaha padi, usaha peternakan budidaya lembu, perikanan udang, hotel dan restoran dengan usaha warung kopi, jasa dengan usaha bengkel motor, buah-buahan durian, sayuran cabe, buah-buahan langsat dan budidaya ayam ras sebagaimana tabel berikut. Tabel 61 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Besar Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Peternakan Budidaya lembu Buah-Buahan Rambutan Perikanan Udang Hotel & Restoran Warung Kopi Jasa Bengkel Motor Buah-Buahan Durian Sayuran Cabe Buah-Buahan Langsat Peternakan Budidaya Ayam Ras Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 151 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

152 Sektor tanaman pangan, peternakan dan buah-buahan menjadi sektor andalan di kabupaten Aceh Besar. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk.. Sektor pertanian adalah salah satu sektor andalan di Kabupaten Aceh Besar karena mayoritas penduduk bermatapencaharian di sektor ini. Padi merupakan produk pokok bagi masyarakat menjadi produk yang unggul di Kabupaten Aceh besar. Hal ini didukung oleh suburnya tanah, tersedianya bahan baku yang memadai seperti pupuk dan bibit unggul serta sistem pengairan yang sudah cukup baik sehingga masyarakat dapat melakukan penanaman padi dua kali dalam setahun. Pengairan dilakukan dengan irigasi tehnis, setengah tehnis, dan irigasi pedesaan. Kabupaten Aceh Besar memiliki luas panen rata-rata mencapai ha setiap tahunnya dan produksi padi rata-rata mencapai berjumlah ,76 ton. Daerah di Kabupaten Aceh Besar yang memberikan kontribusi terbesar dari produk komoditi padi adalah kecamatan Seulimum, Blang Bintang, Indrapuri dan Montasik. Selain sektor pertanian, Peternakan juga merupakan sektor andalan di kabupaten Aceh Besar yang memberikan kontribusi yang cukup besar. Budidaya sapi potong adalah usaha yang paling banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki potensi yang besar. Ternak sapi potong dibudidaya secara perseorangan oleh masyarakat diseluruh kecamatan. Jumlah populasi ternak sapi di kabupaten Aceh Besar sebanyak ekor dan yang diproduksi setiap tahunnya dengan rata-rata sebanyak kg. Sapi potong ini dikonsumsi oleh masyarakat setempat, kota Banda Aceh, Pidie dan Aceh Jaya. Kecamatan Ingin jaya adalah daerah penghasil daging sapi terbesar di kabupaten Aceh Besar. Tabel 62 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi v 2 Budidaya Sapi v 3 Rambutan v 4 Udang v 5 Warung Kopi v 6 Bengkel Motor v 7 Durian v 8 Cabe v 9 Langsat v 10 Budidaya Ayam Ras v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Jenis usaha Bordir adalah usaha yang masih dalam poses pertumbuhan khususnya di kecamatan Kuta Malaka dan Montasik. Usaha ini dijalankan oleh sebahagian besar ibu-ibu rumah tangga dikecamatan tersebut dengan memanfaatkan waktu luang mereka. Produk bordir yang dihasilkan antara lain meukena, souvenir, tas bermotif dan produk lainnya. Produk ini dipasarkan selain di kabupaten Aceh Besar, juga kebeberapa kabupaten/kota terdekat seperti Kota Banda Aceh, Sabang, Pidie, Aceh Jaya dan 152 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

153 Aceh Barat. Hanya sebahagian kecil yang diekspor ke Malaysia. Bahan baku untuk diproduksi tergolong mudah diperoleh, dapat dibeli diibukota kecamatan. Hanya mesin bordir yang tergolong barang mahal yang di beli di Kota Banda Aceh. Sejauh ini Pemerintah Aceh Besar sedang melakukan upaya-upaya pengembangan terhadap Usaha Bordir ini di Kecamatan Kuta Malaka dan Montasik, seperti pemberian modal usaha. Usaha kue tradisional juga merupakan usaha yang tumbuh di kecamatan Peukan Bada Aceh Besar. Kue tradisional seperti dodol aceh, meusekat, wajik dan kue lainnya banyak diminati oleh wisatawan baik lokal maupun internasional. Selain cita rasanya, kue ini telah dikemas dalam kotak maupun plastik yang dapat menambah nilai produk sehingga menarik dipandang mata. Bahan baku untuk mengolah kue tradisional ini mudah diperoleh di warung sembako. Lokasi produksi dan pemasaran sangat strategis yaitu berada disepanjang jalan menuju objek wisata laut dan wisata budaya di Aceh Besar. Sampai saat ini usaha ini belum mendapatkan perhatian yang serius dari Pemda setempat. Padi merupakan komoditi yang paling diunggulkan di Kabupaten Aceh Besar, memiliki peluang berkembang karena lahan yang tersedia cukup luas, tanahnya subur dan tersedianya bibit yang berkualitas serta sebagian besarnya telah dialiri air irigasi. Selain itu, Kekayaan hutan dan laut yang belum disentuh menjadi aset berharga bagi masyarakat kebupaten Aceh Besar. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Besar menyangkut dengan kesulitan bahan baku atau masih sangat terbatas.tenaga kerja yang kurang terampil juga menjadi hambatan majunya usaha,dapat dilihat dari metoda masyarakat lakukan masih sangat tradisional sehingga tidak mempertimbangan efisiensi dan efektivitas kerja. Serta kekurangan modal usaha atau kesulitan dalam mengakses bantuan modal. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang harga, masa panen yang bersamaan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif Kabupaten Pidie Hasil analisis dengan menggunakan Metode Bayes yang didasarkan atas 4 (empat) kriteria dengan masing-masing bobot kepentingannya (Tabel 30) menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor/subsektor usaha UMKM pada setiap kecamatan di Kabupaten Pidie. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor/subsektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Pidie. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Pidie yang mempunyai nilai skor tertinggi. Berdasarkan hasil Indepth Interview dan kemudian dianalisis menggunakan AHP dihasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 63. Pada Tabel tersebut diperlihatkan bahwa kabupaten Pidie memiliki prioritas pengembangan UMKM pada sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perkebunan, industri, peternakan, 153 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

154 perdagangan, perikanan, pariwisata, jasa, kehutanan, pertambangan, dan angkutan. Tabel 63 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Pidie Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Perkebunan Industri Peternakan Perdagangan Perikanan Pariwisata Jasa Kehutanan Pertambangan Angkutan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 63) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 64). Tabel 64 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Pidie Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Meulinjoe Ubi Jalar Cabe Ubi Kayu Sayuran Bawang merah Talas Terong Kacang Hijau Cabe rawet Durian Kakao Pisang Kunyit Sawo Perkebunan Karet Manggis Sawit Mangga Kopi Budidaya Lembu Penangkapan Ikan Laut Perikanan Budidaya Kambing Ikan Bandeng P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

155 Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Budidaya Ayam Ras Udang Budidaya Itik Ikan Lele Dumbo Budidaya Kerbau Ikan Nila Jabon Tanah Liat Bambu Pasir Tambang Sengon Batu/Koral Rotan Kapur Meranti Roti/kue Tradisional Toko Obat Dari Kayu (Perabot) Apotik Anyaman Tikar Perdagangan Kelapa Tahu/Tempe Swalayan (mini market) Konveksi/pakaian Perabot Ojek Motor Bengkel motor Mobil Roda Empat Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pickup Jasa Tempat Pangkas Becak Perontok Padi/gabah Becak barang Praktek Mantri/Perawat Wisata Pantai Warung kopi Wisata Sungai Restoran/Rumah Makan Hotel dan Wisata Budaya Katering Restoran Wisata Guha Losmen/Motel/Penginapan Wisata Religi Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Pidie berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 6 sektor usaha untuk bidang pertanian. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 65. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha padi palawija padi dengan bobot , peternakan budidaya lembu dengan bobot , perikanan penangkapan ikan dilaut dengan bobot , perkebunan kakao dengan bobot , kehutanan jabon dengan bobot , jasa dengan jenis usaha bengkel motor dengan bobot , perindustrian roti/kue tradisional dengan bobot , buah-buahan durian dengan bobot , perkebunan kunyit dengan bobot , dan sayuran melinjau dengan bobot Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 65. Tabel 65 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pidie Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Peternakan Budidaya Lembu Perikanan Penangkapan Ikan di Laut P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

156 4 Perkebunan Kakao Kehutanan Jabon Jasa Bengkel motor Perindustrian Roti/kue Tradisional Buah-Buahan Durian Perkebunan Kunyit Sayuran Melinjau Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor tanaman pangan, peternakan dan perikanan menjadi sektor andalan di kabupaten Pidie. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk KPJu lintas sektor tanaman pangan dan peternakan adalah padi dan budidaya lembu. Sedangkan perikanan dan perkebunan terdiri dari penangkapan ikan di laut dan kakao. Berdasarkan analisa Lifecyclenya, Komoditi padi berada pada masa kematangan. Sektor pertanian adalah salah satu sektor andalan di kabupaten Pidie karena sebagian besar penduduk bergerak pada sektor ini. Padi merupakan produk pokok bagi masyarakat menjadi produk yang unggul di Kabupaten Pidie. Hal ini didukung oleh suburnya tanah, tersedianya bahan baku yang memadai seperti pupuk dan bibit unggul serta sistem pengairan yang sudah cukup baik sehingga masyarakat dapat melakukan penanaman padi dua kali dalam setahun. Pengairan dilakukan dengan irigasi tehnis, setengah tehnis, dan irigasi pedesaan. Daerah di Kabupaten Pidie yang memberikan kontribusi terbesar dari produk komoditi padi adalah kecamatan Delima, Geumpang, Glumpang Tiga, Glumpang baro, Grong-Grong, Indrajaya, Kembang Tanjong, Keumala, Mane, Tangse, Mila, Muara Tiga, Mutiara, Mutiara Timur, Padang Tiji, Peukan Baro, Pidie, Sakti, Simpang Tiga, Tiro dan Titeue. Selain sektor pertanian, Peternakan juga merupakan sektor andalan di kabupaten Pidie yang memberikan kontribusi yang cukup besar. Budidaya sapi potong adalah usaha yang paling banyak diminati oleh masyarakat dan memiliki potensi yang besar. Ternak sapi potong dibudidaya secara perseorangan oleh masyarakat diseluruh kecamatan. Sapi potong ini dikonsumsi oleh masyarakat setempat, kota Banda Aceh, Pidie Jaya dan Bireuen. Kecamatan yang memproduksi daging sapi di kabupaten Pidie adalah Delima, Glmpang Baro, Glumpang Tiga, Grong-Grong, Indrajaya, Keumala, Mila, Mutiara dan Padang Tiji. Tabel 66 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi v 2 Budidaya Lembu v 3 Penangkapan Ikan di Laut v 4 Kakao v 5 Jabon v 156 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

157 6 Bengkel motor v 7 Roti/kue Tradisional v 8 Durian v 9 Kunyit v 10 Melinjau v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Sektor industri merupakan sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan di kabupaten Pidie, seperti industri Kerupuk Kulit Kerbau (K3). Mengingat kabupaten Pidie memiliki jumlah kerbau yang banyak di hampir setiap kecamatan dan melihat permintaan atas produk kerupuk kulit kerbau yang tinggi. Produk ini dipasarkan ke beberapa kabupaten/kota di Provinsi Aceh seperti ke Kota Banda Aceh, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kota langsa serta kabupaten Aceh tengah. Daerah yang memproduksi produk ini di Kabupaten Pidie adalah kecamatan Delima, Muara Tiga dan Padang Tiji. Industri kerupuk Emping juga merupakan usaha yang berpotensi besar untuk dikembangkan. Kabupaten Pidie merupakan daerah penghasil meulinjo terbesar Aceh, ini berarti bahan baku telah tersedia melimpah. Pemasarannya selain keseluruh kabupaten/kota se provinsi Aceh juga telah merambah ke provinsi Sumatera Utara bahkan sampai diekspor ke Malaysia. Daerah penghasil kerupuk emping di kabupaten Pidie adalah Delima, Glumpang Baro, Grong-grong, Indrajaya, kembang Tanjong, Mutiara, Mutiara Timur, Muara Tiga, Peukan Baro, Sakti dan Simpang Tiga Padi sebagai komoditi yang paling diunggulkan di Kabupaten Pidie memiliki peluang berkembang karena lahan yang tersedia cukup luas, tanahnya subur dan tersedianya bibit yang berkualitas serta sebagian besarnya telah dialiri air irigasi. Selain itu, Kekayaan hutan dan laut yang belum disentuh merupakan aset berharga bagi kebupaten Pidie untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie menyangkut dengan kesulitan bahan baku atau masih sangat terbatas. Tenaga kerja yang kurang terampil juga menjadi hambatan majunya usaha,dapat dilihat dari metoda masyarakat lakukan masih sangat tradisional sehingga tidak mempertimbangan efisiensi dan efektivitas kerja. Serta kekurangan modal usaha atau kesulitan dalam mengakses bantuan modal. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang harga, masa panen yang bersamaan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif Kabupaten Bireuen Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD, dihasillkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 67. Pada Tabel 67 memperlihatkan bahwa kabupaten Bireuen, prioritas pengembangan UMKM lebih ditujukan pada sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat 157 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

158 kepentingannya berturut-turut adalah perkebunan, peternakan, industri, perdagangan, perikanan, angkutan, jasa, kehutanan, parawisata dan pertambangan. Tabel 67 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Bireuen Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Industri Perdagangan Peternakan Angkutan Jasa Kehutanan Pariwisata Pertambangan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), dengan menggunakan analisis AHP dihasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 68. Tabel 68 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Bireuen Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu 158 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Bobot Padi Cabe merah Kacang Kedelai Cabe rawet Jagung Sayuran Ketimun Kacang Hijau Terong Kacang Tanah Tomat Durian Kelapa Dalam Mangga Kelapa sawit Pepaya Perkebunan Kakao Pisang Pinang Rambutan Karet Peternakan Budidaya Sapi Potong Perikanan Penangkapan di Laut

159 Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Budidaya Ayam Buras Kapal Motor Penangkap Ikan Budidaya Itik (bebek) Ikan Bandeng Budidaya Ayam pedaging Ikan Lele Dumbo Budidaya Ayam petelur Udang windu Rotan Batu Gunung Meranti Batu Koral Tambang Bakau Kerikil Pohon Aren Pasir Damar Tanah Timbun Keripik Pisang Keripik Tahu/Tempe Sembako Makanan Perdagangan Perabot Kasab dan Bordir Hasil perkebunan Roti/kue Basah Toko pakaian Mobil Roda Empat Bengkel mobil Mobil Roda enam Tempat Foto copy Becak Jasa Praktek Bidan Ojek Motor Mesin Perontok padi/gabah Pickup Tambal Ban Wisata sungai Warung kopi Wisata pantai Losmen/Motel/Penginapan Hotel dan Wisata religi Hotel Restoran Wisata budaya Restoran/Rumah Makan Wisata Air Terjun Katering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Bireun berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 8 sektor usaha dibidang pertanian satu bidang jasa dan parawisata. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 69. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor tersebut antara lain usaha padi, sayuran cabe merah, perdagangan keripik, jasa bengkel mobil, perkebunan kelapa dalam, buah-buahan durian, industri keripik pisang, parawisata wisata sungai, perdagangan sembako, sayuran cabe rawet. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 69. Tabel 69 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bireuen Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Perdagangan Keripik Jasa Bengkel mobil Perkebunan Kelapa Dalam Perikanan Penangkapan di Laut P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

160 6 Buah-Buahan Durian Industri Keripik pisang Peternakan Budidaya sapi potong Perdagangan Sembako Sayuran Cabe Merah Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor pertanian, perkebunan, perdagangan dan jasa menjadi sektor andalan di Kabupaten Bireuen hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk rangking tiga besar KPJu lintas sektor di Kabupaten Bireuen; Pertanian merupakan sektor ungulan dengan KPJu Jasa meliputi pertanian padi sawah yang merata di setiap kabupaten yang ada di Kabupaten Bireuen; sektor perdagangan keripik pisang, ubi, sukun, dan ketela yang dihasilkan oleh industri rumah tangga; sektor Jasa bengkel mobil yang meliputi produksi bak terbuka untuk truck, pengadaan badan mobil dan karoseri untuk transportasi bus Bireuen Express (BE), kaca mobil, tapak rem mobil, dan aneka jasa lainnya. Menurut lifecycle-nya komoditi Padi berada pada masa kematangan karena usaha pertanian padi sawah yang sudah stagnan karena luas lahan yang konstan pada setiap musim produksi. Namun demikian, usaha pertanian sudah menjadi mata pencaharian utama penduduk Bireuen. Dari seluruh penduduk, 33,05 persen bekerja di sektor agraris. Sisanya tersebar di berbagai lapangan usaha seperti jasa (21,62 persen), perdagangan (10,20 persen), industri (5,50 persen). Nilai kegiatan ekonomi masyarakat di lapangan usaha pertanian Rp 1,07 triliun. Dari lima kegiatan pada lapangan usaha pertanian, tanaman pangan memberi kontribusi terbesar dengan nilai Rp 445 miliar. Bireuen menghasilkan ton padi dari areal panen hektar. Sentra produksi padi terdapat di Kecamatan Samalanga, Peusangan, dan Gandapura. Untuk pengairan sawah, kabupaten ini memanfaatkan tujuh sungai yang semua bermuara ke Selat Malaka. Salah satunya, irigasi Pandelhong yang memanfaatkan air Krueng Peusangan. Dengan potensi sawah yang ada di Kabupaten Bireuen, bila dikembangkan serius maka kemungkinan untuk menjadikan Bireuen sebagai salah satu lumbung Aceh akan mudah untuk diwujudkan. KPJu lain yang sudah mencapai tahap kematangan adalah buah durian yang walaupun tidak di budidaya secara modern namun cukup merata di semua wilayah, industri pengolahan keripik pisang, dan usaha penjualan sembako. Sementara empat KPJu unggulan lainnya yang masih dalam tahap pertumbuhan antara lain; perdagangan keripik, jasa bengkel mobil, budidaya sapi potong, dan pertanian cabe merah. Untuk keempat KPJu ini masih sangat memungkinkan untuk terus ditingkatkan. Tabel 70 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi v 2 Keripik v 3 Bengkel mobil v 4 Kelapa Dalam v 160 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

161 5 Penangkapan di Laut v 6 Durian v 7 Keripik pisang v 8 Budidaya sapi potong v 9 Sembako v 10 Cabe Merah v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Potensial yang tidak masuk dalam 10 KPJu Lintas Sektoral. Selain 10 KPJu Unggulan lintas sektoral sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, setidaknya ada 3 KPJu yang potensial untuk dikembangkan antara lain; 1) kacang kedelai yang dalam beberapa tahun terakhir program pengembangan komoditi kacang kedelai ini serius dilaksanakan oleh pemerintah daerah; 2) budidaya ikan air asin, sekitar 70% kecamatan yang ada di Bireuen berada pada pesisir pantai sehingga usaha perikanan khususnya keramba untuk budidaya beberapa jenis ikan air asin mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan; 3) warung kopi, seiring semakin meningkatnya masyarakat peminum kopi dan telah menjadi bagian dari tren gaya hidup, maka usaha warung kopi terutama yang dikelola secara modern mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan di Kabupaten Bireuen. Kabupaten Bireuen memiliki topografi yang menyebabkan daerah ini bagai sebuah jangkar yang menghubungkan Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Pidie, dan Kabupaten Bener Meriah. Kondisi ini tentu saja menjadi peluang pengembangan KPJu tidak hanya sektor pertanian tetapi juga pada sektor perdagangan, industri, maupun sektor jasa. Khusus untuk pengembangan komoditi padi sebagai komoditi yang paling diunggulkan di Kabupaten Bireuen peluang pengembangannya karena lahan yang tersedia cukup luas yang sebagian besarnya telah dialiri air irigasi. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Bireuen menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga, masa panen yang berbarengan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 71. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bobot setiap sektor/subsektor untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka,penciptaan lapangan kerja serta tujuan peningkatan daya saing produk untuk penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Aceh Utara. 161 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

162 Tabel 71 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Utara Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perdagangan Perikanan Industri Jasa Kehutanan Pertambangan Angkutan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Selanjutnya, dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 71) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 72). Tabel 72 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Utara Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu 162 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Bobot Padi Cabe Ubi Jalar Cabe Merah Kacang Hijau Sayuran Cabe rawet Ubi Kayu Tomat Kacang Tanah Sawi Durian Sawit Nangka Kakao Manggis Perkebunan Karet Belimbing Kopi Langsat Aren Budidaya ayam ras Penangkapan di Laut Budidaya Lembu Kapal Motor Pen. Ikan Perikanan Budidaya Kerbau Ikan Nila Budidaya Kambing Perahu Tak Bermotor

163 Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Pen. Ikan Budidaya Itik Ikan Mas Bakau Batu/Koral Rotan Tanah Liat Tambang Kayu Putih Kapur Bambu Pasir Meranti Kerajinan Sembako Air Minum/Air Mineral Hasil perkebunan Makanan/jajanan (Emp. Melinjo) Perdagangan Toko Obat Industri Dari Logam (Pandai Besi) Toko Bangunan Industri Dari Kayu Kedai makan minum Angkutan Kota Praktek Bidan Truck Pick Up Bengkel motor Mobil Roda Empat Jasa Puskesmas Angkutan Desa Tempat/ Tukang Jahit Becak Barang bermotor Tukang perabot Air Terjun Wisata Religi Wisata Pantai Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 4 5 Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Utara berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 8 sektor usaha dibidang pertanian satu bidang jasa bidang dan peternakan hewan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 72. Kabupaten Aceh Utara hingga saat ini, tercatat bahwa sektor perkebunan masih menjadi sektor primadona dengan komoditi sawit, kakao dan karet yang menjadi andalan utamanya.hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 73 pada urutan pertama sawit, padi, kakao, penangkapan dilaut, cabe, karet, durian, budidaya ayam ras, praktek bidan dan kerajinan. Tabel 73 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Utara Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Padi Palawija Padi P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

164 3 Perkebunan Kakao Perikanan Penangkapan dilaut Sayuran Cabe Perkebunan Karet Buah-Buahan Durian Peternakan Budidaya ayam ras Jasa Praktek Bidan Industri Kerajinan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil FGD potensi unggulan untuk usaha yang ada di Aceh Utara adalah perkebunan dan padi palawija. Luas areal pertanian dan perkebunan menjadikan kedua sektor tersebut menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat aceh utara. Usaha pertanian yang meliputi: sawit, karet, kakoa, sawah, sayur-sayuran dan buah-buahan telah memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. Menurut lifecycle-nya, Sawit, padi, kakao dan penangkapan ikan dilaut mengalami kematangan. Karenakan pada beberapa titik perkebunan sawit merupakan peninggalan belanda disamping itu Aceh Utara juga pernah menjadi lumbung padi untuk Aceh. Banyaknya jumlah TPI di Aceh Utara menjadikan pusat penampungan ikan seperti TPI di Seunuddon, Lapang, Tanah Pasir dan Muara Batu. Tabel 74 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Perkebunan 2 Padi Palawija 3 Perkebunan 4 Perikanan 5 Sayuran 6 Perkebunan 7 Buah-Buahan 8 Peternakan 9 Jasa 10 Industri Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu potensial yang dapat dikembangkan adalah Industri rumah kecil seperti anyaman, souvenir Aceh seperti tas kerrawang dan industri batu bata. Adapun sektor perikanan yang berpotensial seperti ikan nila, kerapu dan bandeng. Berdasarkan hasil FGD menyebutkan bahwa sektor jasa memiliki potensi yang sangat baik di Aceh Utara. Selama ini sektor jasa sudah memberikan kontribusi dalam bentuk PDRB yang lebih baik di bandingkan sektor perdagangan. Perikanan juga menjadi sektor usaha yang sangat prosuktif, wilayah Aceh Utara yang sebagian besar meliputi wilayah pesisir sangat mendukung dalam usaha pengembangan komoditas perikanan masa yang akan datang. 164 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

165 Kabupaten Aceh Barat Daya Pada Tabel 75 diperlihatkan bahwa prioritas pengembangan UMKM kabupaten Aceh Barat Daya, lebih ditujukan pada sektor perkebunan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor perkebunan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah tanaman pangan, industry, jasa, perdagangan, parawisata, perikanan, peternakan, angkutan, pertambangan dan kehutanan. Tabel 75 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Barat Daya Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Industri Jasa Perdagangan Kehutanan Perikanan Peternakan Angkutan Pertambangan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 75) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 76). Tabel 76 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Barat Daya Sektor/ Subsektor Padi Palawija Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu 165 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Bobot Padi Cabe rawet Kacang Tanah Tomat Sayuran Kacang Kedelai Kangkung Kacang Hijau Terong

166 Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Jagung Sawi Semangka Sawit Mangga Pala Durian Perkebunan Cengkeh Rambutan Kakao Kuini Kopi Budidaya Sapi Potong Ikan Nila Budidaya Entok (Itik Serati) Ikan Lele Budidaya Kerbau Perikanan Ikan Bawal Budidaya Ayam Buras Penangkapan di Laut Budidaya Kambing Budidaya Lele Sangkuriang Meranti Kapur Kayu Putih Batu/Koral Tambang Bakau Pasir Bambu Tanah Liat Akasia Meubel/Perabot Sawit Pabrik es/padi Coklat Anyaman Perdagangan Pala Bordir Sembako Ikan Asin Toko Bangunan Becak Simpan Pinjam Desa Dokar Mesin Perontok Padi Taxi Jasa Praktek Mantri/perawat Ojek Sepeda Sewa Pertokoan Ojek Motor Polindes/puskesdes Wisata Religi Warung kopi Agrowisata Restoran/Rumah Makan Wisata Hotel dan Waduk/Bndgan/telaga Restoran Hotel Wisata Air Terjun Katering Wisata Menyelam Di Laut Losmen/Motel/Penginapan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 3 posisi teratas sektor usaha dibidang pertanian. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 77. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan sawit, perdagangan sawit, padi palawija padi, jasa simpan pinjam desa perdagangan coklat, sayuran cabe, parawisata wisata religi, peternakan budidaya itik, perdagangan pala, perindustrian meubel/perabot. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

167 Tabel 77 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Barat Daya Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Padi Palawija Padi Perdagangan Sawit Jasa Simpan Pinjam Desa Perdagangan Pala Sayuran Cabe Perindustrian Meubel/Perabot Peternakan Budidaya Sapi Potong Perdagangan Coklat Pariwisata Wisata religi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor perkebunan, padi Palawija dan Perdagangan menjadi sektor andalan di Kabupaten Aceh Barat Daya. Perkebunan merupakan sektor ungulan meliputi perkebunan sawit serta perdagangan sawit yang merata di setiap kabupaten yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. MenurutLifecycle-nya, Komoditi sawit, pala, dan coklat telah berada pada tahap kematangan. Lapangan usaha perkebunan merupakan mata pencaharian utama penduduk Aceh Barat Daya. Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus. Dapat dilihat Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Aceh Barat Daya terdapat perkebunan sawit. Dilihat dari tata letak lokasi wilayah Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Nagan Raya menjadi batasan wilayahbagian barat. Wilayah ini termasuk dalam gugusan pegunungan Bukit Barisan. Oleh karena itu secara tataletak kabupaten Aceh Barat Daya sangat strategis dimana akses pasar mudah sehingga sangat memungkinkan kelancaran siklus ekonomi. Tabel 78 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Perkebunan Sawit v 2 Padi v 3 Perdagangan Sawit v 4 Simpan Pinjam Desa v 5 Pala v 6 Cabe v 7 Meubel/Perabot v 8 Budidaya Sapi Potong v 167 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

168 9 Coklat v 10 Wisata v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus. Adapun Salah satu faktor yang menentukan untuk budidaya komoditi pertanian adalah tingkat curah hujan. Secara geografis, sebagian besar desa/kelurahan terletak dataran, sisanya adalah pantai, lereng dan lembah. Sebanyak 20 desa terletak di kawasan pantai, 3 desa di kawasan lembah, 2 di kawasan lereng dan sisanya sebanyak 104 desa terletak di dataran. dilihat dari letak topografinya, letak desa dapat dibagi 2 yaitu datar dan berbukit dengan rincian 120 desa masuk dalam katagori datar dan sisanya sebanyak 9 desa masuk dalam katagori berbukit. Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan dan pelaksanaan FGD terlihat bahwa dari KPJu Unggulan di kabupaten Aceh Barat Daya adalah kelapa sawit. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Aceh Barat Daya terdapat perkebunan sawit begitu juga dengan sektor Padi Palawija Padi, Kacang Tanah dan Kacang Kedelai. Sektor Perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan. Sedangkan Padi, Kacang Tanah dan Kacang Kedelai dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang luara biasa, dimana luas lahan di Kabupaten Aceh Barat Daya yang ditanami padi meningkat dari Ha menjadi Ha. Seiring dengan bertambahnya luas lahan yang ditanami, produksi padi juga mengalami kenaikan. Kenaikan produksi tersebut sebesar 93,83 persen. Produksi kacang tanah mengalami peningkatan sebesar 28,5 persen. Adapun yang menggunakan sistem tadah hujan dan irigasi desa sebesar 22,15 persen dan 16,22 persen. Sedangkan sistem pengairan yang paling sedikit digunakan adalah irigasi sederhana yaitu hanya 15,46 persen. Oleh karena potensi dari sektor pertanian menjadi trend yang sangat memberi pengaruh besar terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebagai wujud pertumbuhan perekonomian di kabupaten Aceh Barat Daya. Peluang dan Hambatan Pengembangan KPJu di Kecamatan Aceh Barat Daya. Peluang Saat ini dikabupaten Aceh barat daya sangat berpotensi karena tata letak lokasi kabupaten yang strtegis dimana posisi kabupaten Aceh barat Daya terletak terletak antara Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seribu Bukit atau dengan nama lain Kabupaten Gayo Lues. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sedangkan Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Nagan Raya menjadi batasan wilayah bagian barat. Wilayah ini termasuk dalam gugusan pegunungan Bukit Barisan, sehingga akses Pasar dan material mudah terjangkau. Off farm merupakan hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya.Masalah utama yanga harus kita selesaikan untuk mempertahankan sawit sebagai produk unggulan di kabupaten Aceh Barat Daya, akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga, masa panen yang berbarengan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif. 168 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

169 Kabupaten Gayo Lues Berdasarkan analisis AHP, dihasilkan bahwa prioritas pengembangan UMKM di Kabupaten Gayo Lues adalah sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah peternakan, perkebunan, perdagangan, jasa, angkutan, industry, parawisata, pertambangan dan kehutanan. Tabel 79 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Gayo Lues Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Peternakan Perkebunan Perdagangan Jasa Angkutan Industri Pariwisata Perikanan Pertambangan Kehutanan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 79. Sektor/ Subsektor Padi Palawija Tabel 5.51 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Gayo Lues Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Besar Sayuran Jagung Buncis P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

170 Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Kacang Kedelai Tomat Kacang Tanah Terong Ubi Kayu Cabe kecil Nenas Sereh Wangi Mangga Kakao Pisang Perkebunan Nilam Pepaya Tembakau Rambutan Kemiri Budidaya Sapi Bali Ikan Nila Budidaya Kerbau Ikan Mujair Budidaya Ayam Buras Perikanan Ikan Lele dumbo Budidaya Sapi Lokal Ikan Mas Budidaya Kambing/Domba Ikan Jurung Rotan Tanah Liat Meranti Pasir Tambang Pinus Batu/Koral Damar Kapur Pohon Aren Minyak Serewangi Sembako Minyak Nilam Hasil perkebunan Kilang Padi Perdagangan Hasil pertanian Batu bata Toko bangunan Gula Merah Hasil perikanan Minibus roda empat Bengkel Motor Dump Truck Polindes/Puskesdes Becak Bengkel Mobil Jasa Ojek Motor Tempat /Tukang Jahit Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Agrowisata (Wisata Pertanian) Hotel Wisata Budaya Restoran/Rumah Makan Hotel dan Wisata Air Terjun Warung kopi Restoran Wisata Waduk/Bndgan/Telaga Losmen/Motel/Penginapan Wisata Pantai Katering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Gayo Lues berbasis pada sektor pertanian, hanya satu sektor usaha dibidang industri yaitu minyak sere wangi. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 80, terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha 170 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

171 perkebunan serewangi, pertanian tanaman padi, industri pengolahan minyak serewangi, sayuran cabe besar, buah-buahan nenas, jasa bengkel motor, peternakan budidaya sapi jenis sapi bali, perikanan ikan nila. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 80. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Gayo Lues Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Serewangi Industri Minyak Serewangi Pertanian Padi Perdagangan Sembako Jasa Bengkel Motor Peternakan Budidaya Sapi Bali Perdagangan Hasil perkebunan Sayuran Cabe Besar Perikanan Ikan nila Buah-Buahan Nenas Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Lintas sektor masih didominasi oleh perkebunan. Berdasarkan hasil pembibitan subsektor perkebunan dengan komoditi sereh wangi menduduki peringkat pertama, diikuti oleh industri pengolahan minyak sereh wangi walaupun tempat penyulingan minyak sereh wangi masih bersifat tradisional, pertanian padi, perdagangan sembako, jasa bengkel motor, peternakan budidaya sapi jenis peranakan sapi bali menduduki peringkat 6, dibawahnya yang masuk rangking besar perdagangan hasil perkebunan, pertanian cabe merah, untuk perikanan yang sedang dikembangkan di Gayo Lues adalah ikan nila, dan yang terakhir adalah buah-buahan nenas. Lifecycle Komoditi Sereh wangi pada masa kematangan. Sereh wangi dan aneka KPJu derivatif menjadi komoditi unggulan yang sangat diandalkan masyarakat Gayo Lues dalam meningkatkan perekomiannya. Kemudahan perawatan menjadi alasan utama dalam mengembangkan komoditi sereh wangi. Sereh wangi dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti sere mangat (Aceh), sange-sange (Toba), sere (Gayo, Jawa, Madura), sarai (Minangkabau), sorai (Lampung), sereh (Sunda), see(bali), patahampori (Bima), kendoung witu (Sumba), nau sina (Roti), bu muke (Timor), tenian nalai (Leti), timbuala (Gorontalo), langilo (Buol), dirangga (Goram), hisa-hisa (Ambon), isola (Nusa laut), bisa (Buru), hewuwu (Halmahera). Sedangkan nama asingnya adalah citronella grass. Sereh wangi diduga berasal dari Srilanka. Nama latinnya adlah Cymbopogon nardus L., termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan), Varietas sereh wangi yang paling dikenal adalah varietas mahapengiri dan varietas lenabatu. Var mahapengiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dibandingkan var lenabatu. Kedua Var tersebut dapat dibedakan dengan melihat / mengamati pertumbuhan daunnya. Daun sereh wangi var maha pengiri pada umur 6 bln akan merunduk, sehingga tinggi rumpun kurang dari 1 meter, sedangkan var lenabatu rumpunnya akan tumbuh lebih tinggi. Rumpun 171 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

172 var mahapengiri berbentuk lebar dan rendah serta membutuhkan lahan yang lebih subur, sedangkan var lenabatu rumpunnya tinggi dan dapat tumbuh pada lahan yang kurang subur. Walaupun harga minyak sereh wangi relatif mengalami penurunan dibandingkan pada saat terjadi krisis moneter, namun sampai saat ini sebagian besar lahan di Gayo Lues sehingga lifecycle komoditi ini akan tetap bertahan untuk beberapa tahun yang akan datang. Tabel 81 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Serewangi v 2 Minyak Serewangi v 3 Padi v 4 Sembako v 5 Bengkel Motor v 6 Budidaya Sapi Bali v 7 Hasil perkebunan v 8 Cabe Besar v 9 Ikan nila v 10 Nenas v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Unggulan lintas sektor yang telah mencapai tahap kematangan yaitu usaha perkebunan serewangi, demikian juga dengan industri pengolahan minyak serewangi, pertanian padi sawah yang sudah stagnan karena luas lahan yang konstan pada setiap musim produksi; perdagangan sembako, bengkel motor juga telah mencapai tahap kematangan. KPJu lain yang sudah mencapai tahap kematangan adalah perdagangan hasil perkebunan khususnya minyak serewangi, minyak nilam, kakao dan lainnya. Sementara tiga KPJu unggulan lainnya yang masih dalam tahap pertumbuhan antara lain; budidaya sapi varietas sapi bali, penanaman cabe besar, dan budidaya ikan nila, sedangkan satu KPJu lintas sektor lainnya adalah nenas yang masih dalam tahap pengenalan dan sedang dicoba budidayakan di Gayo Lues. KPJu Potensial yang tidak masuk dalam 10 KPJu Lintas Sektoral. Selain 10 KPJu Unggulan lintas sektoral sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, setidaknya ada 3 KPJu yang potensial untuk dikembangkan antara lain; 1) Perkebunan nilam; 2) Pertanian Jagung; Perkebunan Tembakau. Ketiga komoditi dari subsektor pertanian dan perkebunan ini mempunyai potensi yang baik bila dikembangkan dimasa yang akan datang. Tentu saja yang perlu segera pemerintah siapkan adalah jalan penghubung dari Gayo Lues ke daerah lain, agar hasil produksi Gayo Lues dapat segera dijual ke daerah lainnya. Peluang pengembangan KPJu di Gayo Lues Khususnya sektor pertanian dan perkebunan terutama anugerah topografi alamnya yang sangat mendukung, curah hujan yang mencukupi dan lahan yang subur, kondisi ini menjadi peluang yang tidak dapat dimiliki oleh daerah lain. Komoditi sereh wangi sangat unik karena sulit untuk dikembangkan di daerah lain terutama di kawasan pesisir 172 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

173 yang tingkat kelembaban udara rendah. pertumbuhan akan optimal pada areal dengan jenis tanah alluvial yang subur pada ketinggian sampai m dpl, beriklim lembab dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Selain peluang di atas, dalam pengembangan KPJu secara umum di Gayo Lues juga mengalami hambatan, hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Gayo Lues menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, sarana produksi untuk penyulingan minyak yang masih sangat sederhana, kurang menguasai teknologi, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga sehingga kadangkala keuntungan lebih banyak dinikmati oleh tengkulak, akses transportasi yang masih sangat terbatas. Jalur pemasarannya masih monoton sehingga susah untuk dikembangkan. Masyarakat juga mengeluhkan dengan jalur transportasi yang sulit dilalui, dan menghabiskan waktu yang lama sehingga sangat sulit untuk dipasarkan keluar daerah khususnya ke Medan untuk di ekspor ke luar negeri Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 82. Pada tabel tersebut Dapat dilihat bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Aceh Tamiang dan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja serta tujuan peningkatan daya saing produk. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha perkebunan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya perdagangan, tanaman pangan, industri, jasa, perikanan, angkutan, parawisata, pertambangan, peternakan dan kehutanan. Tabel 82 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Tamiang Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Perdagangan Tanaman Pangan Industri Jasa Peternakan Angkutan P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

174 Kehutanan Pertambangan Perikanan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang berbasis pada sektor pertanian dengan unggulan utamanya pada subsektor perkebunan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 84. Sektor unggulan di Kabupaten Aceh Tamiang terutama adalah sektor perkebunan dengan komoditi andalannya adalah sawit, diikuti oleh padi palawija (padi) buah-buahan (durian), sayuran (cabe), dan jasa (praktek mantri). Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 84. Tabel 83 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Tamiang Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Talas Bayam Kacang Tanah Sayuran Terong Ubi Kayu Kangkung Kacang Kedelai Ketimun Durian Sawit Pisang Karet Rambutan Perkebunan Kakao Mangga Pinang Nenas Kapuk Budidaya Itik Serati Ikan Gurami Budidaya Kerbau Ikan Jurong Motor Tempel Penangkap Perikanan Budidaya Ayam Buras Ikan Budidaya Domba Ikan Baung Budidaya Itik Udang Pohon Aren Kapur Bakau Batu/Koral Tambang Kenari Pasir Meranti Tanah Liat Akasia Air Minum/Air Mineral Sembako Perdagangan Batu bata Hasil Perkebunan P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

175 Angkutan Pariwisata Konveksi/pakaian Swalayan (mini market) Kilang Padi Toko Bangunan Meubel/Perabot Apotik Mobil Roda Empat Praktek Mantri Ojek Motor Sewa pertokoan Becak Jasa Bengkel Motor Pickup Mesin Perontok Padi/Gabah Becak barang Praktek Bidan Wisata Budaya Warung kopi Wisata Religi Restoran/Rumah Makan Hotel dan Agrowisata Katering Restoran Wisata Pantai Losmen/Motel/Penginapan Wisata Air Terjun Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Tamiang Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Padi Palawija Padi Buah-Buahan Durian Sayuran Cabe Jasa Polindes/Puskesdes Perkebunan Karet Perikanan Ikan Gurami Jasa Bengkel Motor Perdagangan Sembako Perindustrian Air Minum/Air Mineral Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil pembahasan dalam Focus Group Discusion (FGD) menyebutkan bahwa luas lahan sawit merupakan luas areal perkebunan terbesar di di Kabupaten Aceh Tamiang disamping karet dan kakoa. Rata-rata peduduk Kabupaten Aceh Tamiang bekerja sebagai petani, sawah maupun perkebunan. Sektor pertanian memberikan kontribusi unggulan lintas sektor yang besar di Kabupaten Aceh Tamiang. Disamping itu sektor perdagangan merupakan penunjang yang menghubungkan antara sektor pertanian, perkebunan yang banyak memberikan kontribusi bagi pendapatan masyarakat. Untuk perikanan, Kabupaten Aceh Tamiang belum menghasilkan swasembada ikan, karena selama ini untuk kebutuhan ikan masih membutuhkan pasokan dari luar, baik dari aceh timur maupun Sumatera utara. 175 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

176 Tabel 85 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Perkebunan 2 Padi Palawija 3 Buah-Buahan 4 Sayuran 5 Jasa 6 Perkebunan 7 Perikanan 8 Jasa 9 Perdagangan 10 Perindustrian Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Berdasarkan hasil FGD untuk kabupaten aceh tamiang, sektor pertanian yang meliputi perkebunan dan tanaman pangan menjadi sektor yang unggul. Untuk perkebunan usia tanaman rata-rata baru memasuki usia panen walaupun banyak juga yang sudah tidak produktif dan sekarang sudah dilakukan peremajaan. Usaha ini sangat didukung oleh pemerintah daerah. Banyak bantuan untuk sektor pertanian selama ini telah meningkatkan usaha dan pendapatan petani. Potensi pariwisara Aceh Tamiang sangat baik, karena mempunyai potensi alama yang memadai seperti air terjun, pantai dan wisata alam lainya. Akan tetapi selama ini Kabupaten Aceh Tamiang belum mengoptimalkan sektor pariwisata karena tidak mempunyai dukungan dana dan faktor masyrakat yang belum terbiasa dengan usaha ini. Selama ini sektor jasa lebih unggul dari pada sektor industri di Aceh Tamiang. Sektor jasa seperti usaha-usaha perorangan tumbuh pesat. Sehingga memberikan kontribusi yang posisitif bagi usaha ini disamping sektor perdagangan. Bank Aceh sudah menyalurkan kredit untuk UMKM khususnya untuk perdagangan dan perkebunan. Namun demikian, sektor pariwisata belum tersentuh, karena masih banyak fasilitas/sarana yang belum teroptimalisasikan. Aceh tamiang memiliki lahan yang sangat subur dan sumber mata air yang banyak. Selama ini pengembangan usaha terkedala oleh faktor modal yang belum mencukupi. Banyak petani dan pedagan (pelaku usaha) yang melakukan praktek pembiayaan usaha yang tidak sehat, sehingga menghambat pertumbuhan usaha karena mempunyai biaya tinggi. Manajemen usaha juga mempunyai kendala, karena selama ini pendampingan usaha tani masih kurang dan lemah. Pemerintah diharapkan agar lebih intensif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya petani Kabupaten Nagan Raya Prioritas pengembangan UMKM di kabupaten Nagan Raya, lebih ditujukan pada sektor perkebunan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor 176 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

177 perkebunan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah industri, perperdagangan, pertambangan, perikanan, jasa, pariwisata, angkutan, kehutanan, tanaman pangan dan peternakan. Tabel 86 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Nagan Raya Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Industri Perdagangan Pertambangan Perikanan Jasa Pariwisata Angkutan Kehutanan Tanaman Pangan Peternakan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 86. Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 86) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 87). Kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Nagan raya berbasis pada sektor perkebunan. 5 sektor unggulan meliputi perkebunan, perdaganggan, peternakan dan jasa. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 88. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan sawit, perdagangan hasil perkebunan, jasa sewa mesin/peralatan, budidaya itik, jasa polindes, perindustrian perabot,buah-buahan durian, perkebunan karet, perdagangan sembako dan sayuran cabe rawit. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

178 Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Tabel 87 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Nagan Raya Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe merah Ubi Jalar Cabe Rawet Ubi Kayu Sayuran Ketimun Jagung Tomat Talas Kacang Panjang Durian Sawit Jeruk Karet Pisang Perkebunan Kakao Nenas Pinang Manggis Kelapa Dalam Budidaya Sapi Ikan Nila Budidaya Ayam Ras Ikan Lele Budidaya kerbau Perikanan Penangkapan dilaut Budidaya Kambing Budidaya Ikan di Sawah Budidaya Itik serati Ikan keureleung Simantok Tanah Liat Rotan Kapur Tambang Bambu Batu/Koral Sereweng Pasir Pohon Aren Tanah Liat Meubel/Perabot Hasil Perkebunan Tahu/Tempe Sembako Roti/kue Kekarah Perdagangan Perabot Kilang Padi Toko/Kios Batu bata Air Isi ulang/mineral Mobil Roda Empat Jasa sewa mesin & peralatan Mobil pickup polindes/puskesdes Becak barang Jasa tempat foto copy Ojek motor tukang perabot koperasi simpan pinjam Agrowisata Warung kopi Pariwisata Budaya Katering Pariwisata religi Hotel dan Losmen/Motel/Penginapan Pariwisata Restoran waduk/bendungan Restoran/Rumah Makan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 5 Hotel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

179 Sektor perkebunan, perdagangan dan jasa menjadi sektor andalan di Kabupaten Nagan Raya hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk rangking tiga besar KPJu lintas sektor di Kabupaten Nagan Raya; Perkebunan merupakan sektor ungulan meliputi perkebunan sawit dan karet yang merata di setiap kabupaten yang ada di Kabupaten Nagan Raya. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Nagan Raya Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Perdagangan Hasil Perkebunan Jasa Jasa sewa mesin & peralatan Peternakan Budidaya sapi Jasa Praktek mantri/dokter Perindustrian Meubel/Perabot Buah-Buahan Durian Perkebunan Karet Perdagangan Sembako Sayuran cabe Merah Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Perkebunan merupakan mata pencaharian utama penduduk Nagan Raya. Wilayah Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai komoditi pertanian karena didukung oleh iklim yang bagus. Dapat dilihat Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Nagan Raya terdapat perkebunan sawit. Hal ini dibuktikan dengan tetap eksisnya tiga perusahaan besar pengolahan sawit menjadi minyak mentah (CPO) yaitu di Kecamatan Darul Makmur, Kuala Pesisir dan Tadu Raya. produksi tanaman kelapa sawit dari perkebunan rakyat mencapai ton, produksi karet ton. Komoditi sawit di Kabupaten Nagan Raya sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan daerah, karena sawit di kabupaten Nagan mempunyai potensi yang besar. Tabel 89 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Sawit v 2 Hasil Perkebunan v 3 Jasa sewa mesin & peralatan v 4 Budidaya sapi v 5 Praktek mantri/dokter v 6 Meubel/Perabot v 7 Durian v 179 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

180 8 Karet v 9 Sembako v 10 Cabe Merah v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Wilayah Kabupaten Nagan Raya merupakan daerah yang sangat cocok untuk mengembangkan komoditi pertanian, karena didukung oleh struktur tanah yang bagus dan tingginya tingkat curah hujan. Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD terlihat bahwa dari KPJu Unggulan di kabupaten Nagan Raya terletak pada sektor perkebunan Sawit dan Karet sedangkan pada sektor sayuran Cabe Merah yang merupakan KPJu unggul dikabupaten tersebut. Hampir seluruh kecamatan di kabupaten Nagan Raya terdapat perkebunan sawit dan karet. Perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan masyarakat di kabupaten ini dimana sejak zaman Belanda daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil kelapa sawit. Sedangkan cabe merah pada kabupaten ini telah lama dibudidayakan sehingga besar potensi untuk pengembangan kedepan. Oleh karena itu ketiga KPJu tersebut sangat potensial dalam rangka peningkatan taraf perekonomian kabupaten Nagan Raya. Peluang dan Hambatan Pengembangan KPJu di Kecamatan Nagan Raya. perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan masyarakat di kabupaten ini dimana sejak zaman Belanda daerah ini sudah terkenal sebagai penghasil kelapa sawit. BAPPEDA mencatat bahwa ada sebanyak 17 pabrik kelapa sawit di kabupaten Nagan Raya. Kabupaten sangat berpeluang besar dalam meremajakan dan membudidaya kembali sawit. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Nagan Raya menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga, masa panen yang berbarengan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif Kabupaten Aceh Jaya Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor/subsektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Aceh Jaya. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Aceh Jaya yang mempunyai nilai skor tertinggi. 180 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

181 Tabel 90 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Aceh Jaya Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Perkebunan Peternakan Perdagangan Perikanan Angkutan Kehutanan Industri Jasa Pariwisata Pertambangan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Prioritas pengembangan UMKM di Kabupaten Aceh Jaya lebih ditujukan pada sektor pertanian tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perkebunan, peternakan, angkutan, pariwisatta, perdagangan, kehutanan, industri, jasa, perikanan dan pertambangan. Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 91. Tabel 91 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Aceh Jaya Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Palawija Padi cabe rawet Jagung Bayam Kacang Kedelai Sayuran Kangkung Ubi Kayu Tomat Ubi Jalar Cabe Merah P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

182 Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Pepaya Nilam Kuini Sawit Durian Perkebunan Karet Jeruk Bali Kopi Rambutan Kakao Budidaya Sapi Potong Penangkapan di Laut Budidaya Kerbau Ikan Mujaer Budidaya Kambing Perikanan Ikan Nila Budidaya Ayam Buras Ikan Belanak Budidaya Ayam Ras Ikan Mas Meranti Batu/Koral Rotan Pasir Tambang Bambu Kapur Jabon Tanah Liat Bakau Industri Dari Kayu ( Perabot ) Swalayan (mini market) Tahu/Tempe Perabot Industri Dari Logam (Emas) Perdagangan Hasil Perkebunan Meubel/Perabot Air Isi Ulang/Mineral Anyaman Toko Bangunan Mobil Roda Empat praktek Mantri/perawat Becak kursus komputer Ojek Motor Jasa Koperasi Simpan Pinjam Ojek Sepeda Praktek Bidan Taxi Tukang Jahit Wisata Pantai Warung kopi Wisata Budaya Katering Hotel dan Wisata Nyelam di Laut Losmen/Motel/Penginapan Restoran Wisata Air Terjun Restoran/Rumah Makan Wisata Religi Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Orientasi ekonomi masyarakat di Kabupaten Aceh Jaya berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 5 sektor usaha dibidang pertanian 2 sektor usaha bidang jasa, masing-masing 1 sektor usaha untuk perikanan dan perindustrian. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 92, terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha padi palawija dengan komoditi padi sebagai andalan utama, diikuti oleh penangkapan ikan laut, usaha perabot, praktek mantra/perawat, sayuran kangkung, kursus komputer, budidaya sapi potong, perkebunan kopi, jagung dan perikanan ikan bandeng. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

183 Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Aceh Jaya Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Perikanan Penangkapan ikan laut Perindustrian Industri Dari Kayu ( Perabot ) Jasa praktek Mantri/perawat Sayuran Kangkung Jasa kursus komputer Peternakan Budidaya Sapi Potong Perkebunan Nilam Padi Palawija Jagung Perikanan Ikan Mujaer Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor Pertanian Padi Palawija, perikanan dan perindustrian menjadi sektor andalan di Kabupaten Aceh Jaya hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk rangking tiga besar KPJu lintas sektor di Kabupaten Aceh Jaya; Pertanian Padi Palawija merupakan sektor ungulan meliputi padi dan jagung yang hampir merata di setiap kabupaten yang ada di Kabupaten Aceh Jaya. Lifecycle Komoditi Padi berada pada masa kematangan. Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu daerah yang sesuai untuk budidaya berbagai jenis komoditi pertanian, baik jenis tanaman pangan seperti padi, palawija, buah-buahan, dan sayuran, maupun jenis tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, dan kelapa dalam. Namun sebagian besar lahan pertanian masih mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan. Dari hektar luas lahan baku sawah, sebanyak hektar di antaranya masih tadah hujan. Produksi Padi selama tahun 2010 mencapai ton setara dengan rata-rata produksi 4,5 ton/hektar. Padi saat ini masih merupakan unggulan di Kabupaten Aceh Jaya dan sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan daerah, karena padi di kabupaten Nagan mempunyai potensi yang besar. Tabel 93 Lifecycle KPJu Lintas Sektor KPJu Lifecycle No KPJu Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi V 2 Penangkapan ikan laut V 3 Industri Dari Kayu ( Perabot ) V 4 praktek Mantri/perawat V 5 Kangkung V 6 kursus komputer V 183 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

184 7 Budidaya Sapi Potong V 8 Nilam V 9 Jagung V 10 Ikan Mujaer V Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Wilayah Kabupaten Aceh Jaya merupakan daerah yang sangat cocok untuk budidaya berbagai komoditi pertanian serta perikanan karena didukung oleh iklim yang bagus dan lokasi kecamatannya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. Dilihat dari tingkat budidaya, bahwa hampir setiap daerah di Sembilan kecamatan terdapat perkebunan NIlam dan Kopi. Nilam dan Kopi menjadi perbincangan yang selalu hangat untuk dibahas, selain berpotensi nilam dan kopi juga memeberikan hasil dan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan perekonomian di aceh jaya. Seperti halnya kopi ulee kareng yang selama ini menjadi trend idola khas penikmat kopi di aceh. Mereka beranggapan bahwa kopi ulee kareng berasal dari daerah ulee kareng banda Aceh. Tetapi apabila dikaji secara jauh bahwa asal biji kopi ulee kareng itu terdapat di kabupaten aceh jaya tepatnya di kecamatan Lamno. Saat ini tercatat bahwa terdapat 3 perusahaan besar perkebunan dengan Hak Guna Usaha (HGU) mencapai hektar. Sementara untuk perkebunan rakyat mencapai hektar untuk 12 komoditi pertanian. Oleh karena itu potensi tersebut perlu di evaluasi dan dikembangkan kembali untuk peningkatan perekonomian aceh jaya. Sedangkan pada perikanan, perikanan/ penangkapan laut menjadi andalan di wilayah Kabupaten Aceh Jaya karena semua kecamatannya berbatasan langsung dengan samudera Indonesia. pendukung kelautan dan perikanan di Kabupaten Aceh Jaya terdiri dari 1 unit Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), 2 unit Tempat Pendaratan Ikan (TPI), 3 pasar ikan, 1 unit tempat penyimpanan ikan, dan 2 balai benih ikan. Sedangkan untuk kendaraan penangkapan ikan di Aceh Jaya pada tahun 2010, tercatat 202 kapal motor dan 590 non kapal motor. Kabupaten Aceh jaya pada tahun 2010 yaitu oarang nelayan dan 383 petani ikan. Sektor Perkebunan telah memberikan andil yang sangat besar bagi pembangunan masyarakat di kabupaten ini. Saat ini kabupaten Aceh Jaya ingin mengembailkan marwah kembali sebagai penghasil kopi. Dapat dilihat bahwa terdapat 3 perusahaan besar perkebunan dengan Hak Guna Usaha (HGU) mencapai hektar. Sementara untuk perkebunan rakyat mencapai hektar untuk 12 komoditi pertanian. Oleh karena itu aceh Jaya punya peluang besar dalam penghasil kopi di Aceh. Hambatan utama yang sering dialamai oleh masyarakat ancaman binatang buas, lahan perkebunan sering di ganggu oleh binatang buas seperti gajah, butuh penanggulangan khusus oleh pemerintah dan pihak manapun yang ingin mengembangan ekonomi masyarakat kabupaten kemudian menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga, masa panen yang berbarengan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif. 184 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

185 Kabupaten Bener Meriah Prioritas pengembangan UMKM kabupaten Bener Meriah adalah sektor perkebunan. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturutturut adalah tanaman pangan, industri, peternakan, jasa, perdagangan, pariwisata, pertambangan, angkutan, kehutanan, dan perikanan. Tabel 94 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Bener Meriah Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Tanaman Pangan Perdagangan Peternakan Jasa Industri Pariwisata Pertambangan Angkutan Kehutanan Perikanan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 94) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 95). Sektor/ Subsektor Tabel 95 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Bener Meriah Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu 185 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Bobot Padi Kentang Jagung Kubis Padi Ubi Kayu Sayuran Tomat Palawija Kacang Tanah Cabe Merah Kacang Kedelai cabe rawet Buah- Jeruk Perkebunan Kopi Robusta

186 Buahan Durian Kelapa Sawit Alpukat Tebu Terong Belanda Tembakau Nangka Pinang Budidaya Kerbau Ikan Nila Budidaya Sapi Potong Ikan Mujair Peternakan Budidaya Ayam Ras Perikanan Pedaging Ikan Lele Dumbo Budidaya Kambing/Domba Ikan Mas Budidaya Kuda Bawal Air Tawar Pinus Batu Koral Rotan Pasir Tambang Kehutanan Pohon Aren Kapur Bambu Tanah Liat Industri Angkutan Pariwisata Grupel Meubel/Perabot Kopi Kerajinan kayu Perabot Konveksi Perdagangan Toko/Kios Kerupuk Toko Bangunan Air Minum/Air Mineral Apotik Mesin Perontok Minibus Roda Empat Padi/Gabah Mobil Roda Enam Bengkel Motor Jasa Ojek Motor Sewa Pertokoan Truck Bengkel Mobil Becak Sewa Tempat Tinggal Wisata Pemandian Air Panas Warung kopi Wisata Pemandangan Air panas Restoran/Rumah Makan Hotel dan Wisata Alam Gunung Restoran Gerbong Katering Wisata Air Terjun Wisata Waduk/Bndgan/Telaga Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Orientasi ekonomi masyarakat di Kabupaten Bener Meriah berbasis pada sektor pertanian dari 10 sektor unggulan hanya 1 sektor dari usaha jasa. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 95, terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan untuk komoditi kopi robusta, padi, sayuran kentang, perdagangan kopi, buah-buahan dengan 186 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

187 komoditi jeruk sebagai andalannya. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 96. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Bener Meriah Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Kopi Robusta Palawija Padi Sayuran Kentang Perdagangan Kopi Buah-Buahan Jeruk Perkebunan Kelapa Sawit Peternakan Budidaya Kerbau Perkebunan Tebu Industri Meubel/Perabot Jasa Mesin Perontok Padi/kopi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor perkebunan, pertanian, dan perdagangan menjadi sektor andalan di Kabupaten Bener Meriah hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk KPJu lintas sektor Pertanian merupakan sektor ungulan dengan KPJu Jasa meliputi perkebunan kopi, pertanian padi, pertanian kentang. Sementara sektor perdagangan meliputi perdagangan kopi. Lifecycle Komoditi Kopi Robusta sebagai komoditi Unggulan. Areal perkebunan di Kabupaten Bener Meriah umumnya berupa Perkebunan Rakyat dengan total lahan seluas ,52 Ha, yang terdiri dari lahan yang telah dikembangkan (41.640,76 Ha), lahan yang dicadangkan (55.650,00 Ha), areal yang belum menghasilkan (1.944,15 Ha), lahan yang telah menghasilkan (20.576,67 Ha), areal tanaman tua/rusak (10.201,74 Ha), areal kebun terlantar (8,918,20 Ha). Umumnya kopi yang dibudidayakan di Kabupaten Bener Meriah adalah jenis kopi Arabika dan kopi Robusta. Total areal tanaman kopi di seluruh kecamatan di Kabupaten Bener Meriah mencapai 39,702 Ha dengan total produksi mencapai Ha kwintal setiap tahun dengan rata-rata produksi mencapai 6,5 11,5 kwintal biji kopi kering /Ha. Lahan tanaman kopi terluas berada di Kecamatan Permata (9.147,50 Ha, sedangkan kecamatan dengan luas tanaman kopi paling sedikit adalah Kecamatan Wih Pesam yang hanya seluas 2.595,50 Ha. Untuk ke depannya lifecycle kopi robusta kemungkinan petani kopi akan beralih ke jenis kopi arabika yang kualitas dan harganya lebih baik. Tabel 97 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Kopi Robusta v 2 Padi v 3 Kentang v 187 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

188 4 Kopi v 5 Jeruk v 6 Kelapa Sawit v 7 Budidaya Kerbau v 8 Tebu v 9 Meubel/Perabot v 10 Mesin Perontok Padi/kopi v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Unggulan lintas sektor yang telah mencapai tahap kematangan yaitu usaha perkebunan kopi robusta (walaupun sekarang varietas kopi arabika juga sudah banyak dibudidayakan), pertanian padi sawah yang sudah stagnan karena luas lahan yang konstan pada setiap musim produksi, pertanaman sayuran kentang, perdagangan aneka jenis kopi, perkebunan jeruk, budidaya kerbau juga telah mencapai tahap kematangan. KPJu lain yang sudah mencapai tahap kematangan industri perontok padi dan kopi. Sementara dua KPJu unggulan lainnya yang masih dalam tahap pertumbuhan antara lain; perkebunan tebu, dan industri meubel/perabot. Di Kabupaten Bener Meriah juga dijumpai perkebunan kelapa sawit yang masih dalam tahap pengenalan terutama di sekitar perbatasan Bireuen, dan perbatasan Aceh Utara. Selain 10 KPJu Unggulan lintas sektoral sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, setidaknya ada 3 KPJu yang potensial untuk dikembangkan antara lain; 1) KPJu perkebunan kopi arabika, mengingat pangsa pasar komoditi kopi yang banyak diminati adalah jenis arabika; 2) Galian C, untuk saat ini Bener Meriah masih menjadi pemasok utama galian C seperti batu gunung dan pasir ke wilayah Kabupaten Aceh Tengah; 3) budidaya ikan air tawar, potensi pengembangan KPJu cukup potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bener Meriah terutama untuk memenuhi permintaan local untuk wilayah Bener Meriah dan Aceh Tengah. Bener Meriah memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan karena memiliki anugerah topografi alamnya yang sangat mendukung, curah hujan yang mencukupi dan lahan yang subur, kondisi ini menjadi peluang yang tidak dapat dimiliki oleh daerah lain. Sebagai contoh untuk pengembangan komoditi Kopi, kopi dengan kualitas terbaik hanya dapat dibudidaya pada dataran tinggi antara di atas permukaan laut. Dengan meningkatnya prospek perkopian Nasional dan Internasional saat ini, Pemerintah Kabupaten Bener Meriah membuka peluang investasi seluas-luasnya kepada investor baik dari dalam negeri maupun invetor asing untuk memanfaatkan potensi yang masih cukup besar untuk pengembangan komoditas kopi. Selain peluang di atas, dalam pengembangan KPJu secara umum di Bener Meriah juga mengalami hambatan, hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Bener Meriah menyangkut dengan akses permodalan yang masih sangat terbatas, petani masih sangat sulit untuk memperoleh bantuan modal termasuk kredit, masih kurangnya tenaga ahli yang dapat menjelaskan kepada petani cara-cara yang baik dalam budidaya tanaman, kurangnya pendidikan dan pengetahuan petani tentang harga sehingga kadangkala keuntungan lebih banyak dinikmati oleh tengkulak, akses transportasi yang masih sangat terbatas, dan jalur pemasarannya masih monoton sehingga susah untuk dikembangkan, masyarakat juga 188 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

189 mengeluhkan dengan jalur transportasi yang sulit dilalui dan memakan waktu yang lama sehingga sangat sulit untuk dipasarkan keluar daerah khususnya ke Aceh bagian pesisir Kabupaten Pidie Jaya Hasil analisa dengan menggunakan Metode Bayes yang didasarkan atas 4 (empat) kriteria dengan masing-masing bobot kepentingannya (Tabel 30) menghasilkan KPJu unggulan untuk setiap sektor/subsektor usaha UMKM pada setiap kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan KPJu unggulan pada setiap sektor/subsektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Pidie Jaya. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor/subsektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 98. Pada Tabel 98 memperlihatkan bahwa kabupaten Pidie Jaya, prioritas pengembangan UMKM lebih ditujukan pada sektor tanaman pangan, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor tanaman pangan pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha tanaman pangan sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perikanan, peternakan, perkebunan, perdagangan, kehutanan, industri, pariwisata, jasa, angkutan dan pertambangan. Tabel 98 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Pidie Jaya Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Tanaman Pangan Perikanan Peternakan Perkebunan Perdagangan Kehutanan Industri Parawisata Jasa P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

190 Angkutan Pertambangan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Padi menempati peringkat teratas untuk tanaman padi palawija. Selanjtunya diikuti oleh ubi kayu, kacang hijau, ubi jalar, kacang kedelai. Sedangkan untuk sayuran peringkat pertama adalah cabe dikikuti oleh bawang merah, cabe rawet, kangkung dan tomat. Durian menduduki peringkat teratas untuk sektor buah-buahan, diikuti oleh semangka, mangga, rambutan dan manggis. Untuk sektor perkebunan kakao menempati peringkat pertama disusul kelapa dalam, pinang, nilam dan sawit. Tabel 99 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kabupaten Pidie Jaya Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu 190 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M Bobot Padi Cabe Ubi Kayu Bawang Merah Kacang Hijau Sayuran Cabe Rawet Ubi Jalar Kangkung Kacang Kedelai Tomat Durian Kakao Semangka Kelapa Dalam Mangga Perkebunan Pinang Rambutan Nilam Manggis Sawit Budidaya Ayam Penangkapan di Laut Budidaya Kambing Kapal Motor Penangkap Ikan Motor Tempel Penangkap Perikanan Budidaya Lembu Ikan Budidaya Kerbau Ikan Udang Budidaya Itik Ikan Mujair Jabon Pasir Sengon Batu/Koral Tambang Bambu Tanah Liat Mahoni Kapur Meranti Roti/kue Adee Sembako Bambu Saprodi Tahu/Tempe Perdagangan Hasil perkebunan Anyaman Hasil perikanan Batu bata Ponsel Mobil Roda Empat Penggilingan Padi Ojek Motor Air mineral isi ulang Jasa Becak Bengkel Motor Tukang jahit

191 Pariwisata 5 Tempat Foto Copy Wisata Pantai 1 Warung kopi Losmen/Motel/Penginapan Hotel dan 3 Restoran/Rumah Makan Restoran 4 Catering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 99) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 100). Orientasi ekonomi masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya berbasis pada sektor pertanian dengan masuknya 7 sektor usaha dibidang pertanian, masing-masing 1 sektor usaha untuk jasa, perikanan dan industri. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 99. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha pada subsektorpadi palawija yang menjadi melahirkan padi sebagai komoditi unggulan teratas. Selanjutnya diikuti subsektor perikanan (penangkatan ikan dilaut), perkebunan (kakao dan sawit), durian, roti/kue adee, semangka, penggilingan padi, warung kopi dan sembako. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 100. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Pidie Jaya Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Padi Palawija Padi Perikanan Penangkapan dilaut Perkebunan Kakao Perkebunan Sawit Buah-Buahan Durian Perindustrian Roti/kue ade Buah-Buahan Semangka Jasa Penggilingan padi Hotel dan Restoran Warung kopi Perdagangan Sembako Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Sektor tanaman pangan, perikanan dan perkebunan menjadi sektor andalan di kabupaten Pidie Jaya. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk. Untuk KPJu lintas sektor tanaman pangan dan perikanan adalah padi dan penangkapan di laut. Sedangkan perkebunan terdiri dari kakao dan sawit. 191 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

192 Sektor pertanian adalah salah satu sektor andalan di kabupaten Pidie Jaya karena sebahagian besar penduduk bergerak pada sektor ini. Padi merupakan produk yang unggul di Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini didukung oleh suburnya tanah, tersedianya bahan baku yang memadai seperti pupuk dan bibit unggul serta sistem pengairan yang sudah cukup baik sehingga masyarakat dapat melakukan penanaman padi dua kali dalam setahun. Pengairan dilakukan dengan irigasi tehnis, setengah tehnis, dan irigasi pedesaan. Daerah di Kabupaten Pidie jaya yang memberikan kontribusi terbesar dari produk komoditi padi adalah kecamatan Bandar baru, Jangka Buya dan Bandar Dua. Selain sektor pertanian, Perikanan juga merupakan sektor andalan di kabupaten Pidie Jaya yang memberikan kontribusi yang cukup besar. Tangkapan Ikan di Laut adalah jenis komiditi unggulan dari sektor perikanan. Ikan tangkapan berupa ikan tongkol, tuna dan jenis ikan lainnya. Nelayan menangkap ikan dilaut dengan menggunakan fasilitas seadanya seperti; jala, dan perahu bermotor. Ikan tangkapan dipasarkan secara eceran di kabupaten Pidie jaya dan dalam jumlah besar dipasarkan ke luar kabupaten seperti Bireun, Pidie dan Aceh Tengah. Daerah yang memberikan kontribusi dari hasil tangkapan ikan laut adalah kecamatan Jangka Buya, Meureudu, Ulim, Trieng Gadeng dan Pante Raja. Tabel 101 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Padi V 2 Penangkapan dilaut V 3 Kakao V 4 Sawit V 5 Durian V 6 Roti/kue ade V 7 Semangka V 8 Penggilingan padi V 9 Warung kopi V 10 Sembako V Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Sektor industri rumah tangga merupakan KPJu Potensial Kabupaten Pidie Jaya, terutama produksi kue tradisional adee menjadi usaha potesial di kabupaten Pidie jaya. Permintaan akan kue Adee setiap harianya sangat tinggi yaitu sekitar 1200 unit. Selain dipasar ditempat, kue ini juga dipasarkan di beberapa kabupaten/kota terdekat seperti bireuen dan Pidie. Bahan baku untuk produksi dapat diperoleh warung kelontong setempat kecuali serabut kelapa yang terbatas. Serabut kelapa dijadikan sebagai bahan bakar pengganti arang. Kue Adee yang dimasak dengan serabut kelapa akan menghasilkan citarasa yang berbeda. Daerah produksi dan pemasaran kue tradisional Adee di kabupaten Pidie Jaya adalah di kecamatan Meureudu, Bandar Dua dan Bandar baru. Pada sektor pariwisata, wisata pantai di sepanjang kecamatan Trieng Gadeng dan Pante Raja perlu dikembangkan. Pantai yang mudah dikunjungi oleh siapa saja, dapat dilihat dari jalan utama provinsi Medan-Banda Aceh memiliki panorama keindahan alam yang asri. Sejauh ini pemda setempat 192 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

193 belum melakukan upaya untuk membuat pantai tersebut menjadi menarik. Padi sebagai komoditi yang paling diunggulkan di Kabupaten Pidie Jaya, memiliki peluang berkembang karena lahan yang tersedia cukup luas, tanahnya subur dan tersedianya bibit yang berkualitas serta sebagian besarnya telah dialiri air irigasi. Selain itu, Kekayaan hutan dan laut yang belum disentuh merupakan aset berharga bagi kebupaten Pidie jaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie jaya menyangkut dengan kesulitan bahan baku atau masih sangat terbatas. Tenaga kerja yang kurang terampil juga menjadi hambatan majunya usaha,dapat dilihat dari metoda masyarakat lakukan masih sangat tradisional sehingga tidak mempertimbangan efisiensi dan efektivitas kerja. Serta kekurangan modal usaha atau kesulitan dalam mengakses bantuan modal. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang harga, masa panen yang bersamaan menyebabkan harga ditingkat petani kurang kompetitif Kota Banda Aceh Prioritas pengembangan UMKM Kota Banda Aceh lebih ditujukan pada sektor Jasa, dimana bobot atau prioritas tertinggi untuk semua tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) menempatkan subsektor jasa pada rangking pertama. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan tersebut, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha jasa sebagai prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah perdagangan, pariwisata, angkutan, perikanan, industri, kehutanan, peternakan, tanaman pangan, perkebunan, dan pertambangan. Tabel 102 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan Di Kota Banda Aceh Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Jasa Perdagangan Perikanan Pariwisata Industri Angkutan Peternakan Tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Pertambangan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 193 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

194 Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 102. Tabel 103 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha Di Kota Banda Aceh Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Bayam Jagung Kacang Panjang Ubi Kayu Sayuran Jamur Merang Kangkung Daun Sop Mangga Kelapa Hibrida Rambutan Tebu Jambu air Perkebunan Kelapa Dalam Pisang Melon Budidaya ayam ras Penangkapan Ikan Dilaut Budidaya Kambing Kapal Motor Penangkap Ikan Perahu Tak Bermotor Pen. Budidaya Burung Puyuh Perikanan Ikan Budidaya lembu Motor Tempel Penangkap Ikan Budidaya Ayam Ras Pedaging Ikan Bandeng Tambang 4 5 Industri Rumah Tangga Sembako Pegolahan kopi Ponsel Abon ikan Perdagangan Toko Pakaian Batu bata Perabot Ikan Kayu(Kemamah) Apotik Taxi Rumah Sewa Ojek Motor Bengkel Motor Becak Jasa Bengkel Mobil Mobil Roda Empat Lbg Keuangan Lainnya Warnet Wisata Religi Warung kopi /Café Hotel dan Wisata Tsunami Restoran/Rumah Makan Restoran Wisata Budaya Hotel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

195 Wisata Pantai Losmen/Motel/Penginapan Wisata Sejarah Katering Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 105) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 106). Orientasi ekonomi masyarakat di Kota Banda Aceh merata di 10 sektor unggulan, sektor jasa menempati peringkat teratas. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu (tabel 104), antara lain sektor usaha rumah sewa, perdagangan sembako, wisata religi, warung kopi, perdagangan ponsel, peternakan budidaya Ayam Ras, penangkapan ikan di laut, industri Rumah Tangga, pengolah kopi dan jasa bengkel motor. Tabel 104 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi KPJu Lintas Sektor Kota Banda Aceh Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Jasa Rumah Sewa Perdagangan Sembako Pariwisata Wisata Religi Hotel dan Restoran Warung Kopi/Café Perdagangan Ponsel Peternakan Budidaya Ayam Ras Perikanan Penangkapan ikan di Laut Perindustrian Industri Rumah Tangga Perindustrian Pengolahan kopi Jasa Bengkel Motor Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Namun demikian, rumah sewa merupakan jenis usaha yang telah berada pada fase kematangan. Hal ini tidak terlepas dari tingginya peminat pekerja, mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru daerah untuk bekerja, belajar di Kuta Radja. Sektor jasa adalah salah satu sektor andalan di Kota Banda Aceh hal ini didukung dengan banyak kedai kopi tempat tongkrongan masyarakat, selain itu wisata pantai merupakan alternatif lain untuk mengunjungi Banda Aceh, selain panorama laut yang indah juga terdapat beberapa peninggalan tsunami seperti mesium dan PLTD apung. Selain itu kota Banda Aceh mencanangkan motto wisatanya visit Banda Aceh year sejak tahun Tabel 105 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Rumah Sewa v 2 Sembako v 195 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

196 3 Wisata Religi v 4 Warung Kopi/Café v 5 Ponsel v 6 Budidaya Ayam Ras v 7 Penangkapan ikan di v Laut 8 Industri Rumah Tangga v 9 Pengolahan kopi v 10 Bengkel Motor v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Potensial Kota Banda Aceh. Sektor industri, terutama adalah industri produksi kue basah dan tradisional menjadi usaha potensial di Kota Banda Aceh karena permintaan akan kue basah dan tradisional sangat tinggi setiap harinya. Produk ini sebagai produk pendamping di warung kopi atau kafetaria seiring dengan budaya masyarakat yang selalu menikmati kopi disetiap waktu. Bahan baku diperoleh di warung sembako. Dominan yang memproduksi kue basah ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang berada di Kecamatan Jaya Baru, Kuta Alam, Lhueng Bata, Syiah Kuala, dan Ulee Kareng. Kue ini diproduksi dalam jumlah yang terbatas karena keterbatasan modal masyarakat. Budidaya Ayam potong perlu menjadi perhatian dalam sektor peternakan karena kian hari permintaan daging ayam potong terus meningkat. Selama ini, masyarakat kota Banda Aceh mengkonsumsi ayam dari daerah sendiri dan juga didatangkan dari Kabupaten Aceh Besar. Budidaya ayam potong dominan diproduksi di beberapa kecamatan seperti Bandar Raya, Jaya Baru, kuta raja, meuraxa dan syiah kuala. Kesulitan bahan baku dan modal menjadi penghambat maju usaha peternakan ayam di kota Banda Aceh. Peluang dan Hambatan Pengembangan KPJu di Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh adalah Ibukota Provinsi Aceh yang melakukan aktivitas penting baik bisnis, pemerintahan dan pendidikan. Jumlah penduduk sekitar jiwa yang tersebar di sembilan kecamatan menjadi peluang terhadap semua sektor perekonomian yang ada, terutama jasa dan perdagangan. Letak secara topografis pun sangat mendukung, berada diujung pulau sumatera yang berdekatan dengan kabupaten Aceh Besar dan Kota Sabang. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Banda Aceh menyangkut dengan kesulitan bahan baku atau masih sangat terbatas. Manajemen usaha yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat tradisional, mereka tidak mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektivitas kerja. Serta kekurangan modal usaha atau kesulitan dalam mengakses bantuan modal. Harga yang tidak stabil menyulitkan masyarakat dalam meramalan keuntungan usaha dan merencanakan usaha ke depan. Dukungan masyarakat setempat juga merupakan faktor yang serius bagi masyarakat Banda Aceh dalam menjalankan usahanya. 196 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

197 Kota Sabang Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, maka secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM tetap menempatkan subsektor usaha pariwisata sebagai prioritas pertama (tabel 106). Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah jasa, angkutan, industri, perdagangan, perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan, tanaman pangan dan pertambangan. Tabel 106 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan Di Kota Sabang Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Pariwisata Jasa Perdagangan Industri Perikanan Peternakan Pengangkutan Kehutanan Pertambangan Tanaman Pangan Perkebunan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 107. Tabel 107 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha Di Kota Sabang Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Jagung Ketimun Ubi Kayu Terong Padi Palawija Kacang Hijau Sayuran Tomat Kacang Kedelai Bayam Kacang Tanah Kangkung Buah- Salak Perkebunan Kelapa Dalam P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

198 Buahan Pisang Cengkeh Pepaya Kelapa Hibrida Mangga Kakao Sawo Budidaya Ayam Ras Kapal Motor Penangkap Ikan Budidaya Itik (Bebek) Ikan Mujair Peternakan Budidaya Kambing Perikanan Ikan Nila Motor Tempel Penangkap Ikan Penangkapan di Laut Rotan Tanah Liat Akasia Batu/Koral Tambang Kehutanan Bakau Pasir Kapur Roti/kue Dodol Sembako Tahu/Tempe Toko Obat Industri Meubel/Perabot Perdagangan Ikan Asin Kerupuk Begadang Air Isi Ulang/Mineral Batu bata Toko Bangunan Taxi Kursus Bhs Inggris Kapal bermotor Bengkel Mobil Angkutan Ojek Motor Jasa Polindes/Puskesdes Becak Sewa tempat tinggal Mobil Roda Empat Bengkel Motor Wisata Menyelam di Laut Hotel Pariwisata Wisata Pantai Losmen/Motel/Penginapan Hotel dan Wisata Air Terjun Restoran/Rumah Makan Restoran Wisata Danau Warung kopi Wisata Religi Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Orientasi ekonomi masyarakat di Kota Sabang berbasis pada sektor perdagangan dan Pariwisata. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu (Tabel 108), seperti usaha perdagangan Sembako dan toko obat, perkebunan cengkeh, wisata pantai, perindustrian kue/dodol, tahu/tempe, hotel, wisata menyelam di laut, perdagangan air sisi ulang/mineral dan perikanan penangkapan ikan. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Sabang Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perdagangan Sembako Perdagangan Toko Obat Perkebunan Cengkeh Pariwisata Wisata Pantai P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

199 5 Perindustrian Roti/kue Dodol Perindustrian Tahu/Tempe Hotel dan Restoran Hotel Pariwisata Wisata Menyelam di Laut Perdagangan Air Isi Ulang/Mineral Perikanan Kapal Motor Penangkap Ikan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Lifecycle Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan. Sektor Perdagangan adalah salah satu sektor andalan di Kota Sabang terutama perdagangan sembako. Perdagangan sembako dapat terdapat hampir di semua kecamatan seiring pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan masyarakat. Ditambah lagi dengan ketenaran kota sabang sebagai kota pariwisata. Setiap hari banyak pengunjung baik lokal maupun mancanegara berdatangan unuk menikmati alam sabang sehingga menggerakkan masyarakat sabang untuk mengolah berbagai macam makanan yang bahan bakunya dari warung sembako untuk dijual kepada pengunjung. Perdagangan sembako lebih banyak dijumpai di kecamatan Suka Karya. Usaha toko obat juga banyak dijumpai di Kota Sabang, yang bertujuan untuk melayani kesehatan masyarakat dan pengunjung. Usaha ini juga banyak ditemui di kecamatan Suka Karya. Tabel 109 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Sembako v 2 Toko Obat v 3 Cengkeh v 4 Wisata Pantai v 5 Roti/kue Dodol v 6 Tahu/Tempe v 7 Hotel v 8 Wisata Menyelam di Laut v 9 Air Isi Ulang/Mineral v 10 Kapal Motor Penangkap Ikan v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Potensial Kota Sabang seperti adalah buah-buahan, terutama untuk buah salak Pondoh. Menurut Lifecyclenya, Komoditi ini diperkirakan masih dalam tahap perkembangan. Salak pondoh banyak dibudidaya oleh masyarakat Suka Jaya. Pengetahuan tentang budidaya salak ini didapati oleh beberapa warga yang mengikuti pelatihan budidaya salak di Jawa tengah. Pembibitan salak pondoh telah dapat mereka kembangkan sendiri. Produk salak pondoh ini dipasarkan oleh warga di kota Sabang dan Banda Aceh sebagai oleh-oleh dari sabang. Selain itu, sektor industri seperti kerajinan souvenir tas dan baju juga merupakan jenis usaha yang perlu diperhatikan oleh pemda agar masyarakat dapat mengembangkan usahanya dengan kreativitas dan inovasi sehingga menambah nilai terhadap produk. Usaha ini dijalankan oleh masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan suka karya. 199 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

200 Peluang dan Hambatan Pengembangan KPJu di Kota Sabang. Kota Sabang adalah kota pariwisata Aceh yang cukup dikenal di lingkungan domestik maupun luar negeri. Dengan jumlah penduduk sebesar jiwa yang tersebar di dua kecamatan, dimana mayoritas penduduknya berprofesi sebagai penyedia jasa pariwisata baik itu sektor perdagangan maupun jasa lainnya. Dengan panorama alam laut yang indah membuat pengunjung ramai ingin menikmatinya. Letaknya yang cukup strategis, membuat kapal-kapal asing singgah di pulau kecil ini. Pengunjung berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, ini menjadi peluang besar bagi masyarakat kota sabang untuk maju dari perekonomian. Hambatan utama yang sering dikeluhkan oleh masyarakat di Sabang menyangkut dengan kesulitan bahan baku atau masih sangat terbatas. Manajemen usaha yang dilakukan oleh masyarakat masih sangat tradisional, mereka tidak mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektivitas kerja. Harga yang tidak stabil menyulitkan masyarakat dalam meramalan keuntungan usaha dan merencanakan usaha ke depan. Lemahnya pemahaman dan penggunaan teknologi mempersulit majunya usaha yang telah dirintis Kota Lhokseumawe Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM maka sektor usaha jasa merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah Perdagangan, industri, Pariwisata, perikanan, peternakan, tanaman pangan, angkutan, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan. Tabel 110 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan Di Kota Lhokseumawe Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Jasa Perdagangan Perikanan Industri Peternakan Tanaman Pangan Angkutan Perkebunan Pertambangan Kehutanan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 200 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

201 Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Angkutan Pariwisata Tabel 111 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha di Kota Lhokseumawe Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Jagung Kangkung Kacang Kedelai Terong Sayuran 4 Kacang Tanah Bayam Ubi Jalar Serai Nenas Pinang Semangka Tebu Jambu Biji Perkebunan Kelapa Dalam Mangga Asam Jawa Pisang Budidaya Sapi Potong Penangkapan di Laut Budidaya Ayam Ras Udang Budidaya Kambing Perikanan Ikan lele Budidaya Itik Ikan Kerapu Budidaya Ayam Buras Kapal Motor Penangkap Ikan Batu/Koral Tanah Liat Tambang 3 Pasir Konveksi/pakaian Sembako Roti/kue Toko/Kios Meubel/Perabot Perdagangan Apotik Makanan Toko Obat Roti Bakery Swalayan (mini market) Mobil Roda Empat Praktek Dokter Ojek Motor Kursus Komputer Becak Jasa Jasa Konsultasi Bangunan Koperasi Simpan Pinjam Wisata Pantai Tempat Foto Copy Warung kopi Waterbum Katering Wisata Waduk/Bndgan/Telaga Hotel dan Restoran Losmen/Motel/Penginapan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 4 Restoran/Rumah Makan Hotel P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

202 Kegiatan ekonomi masyarakat di Kota Lhokseumawe berbasis pada sektor perdagangan dan jasa. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu, seperti disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel tersebut dapat dilihat bahwa 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha adalah jasa praktek dokter, kursus computer, jasa konsultasi bangunan. Selanjutnya perdagangan sembako, swalayan (mini market), Apotik, Air Minum isi ulang/air mineral, wisata pantai, penangkapan ikan di laut, dan warung kopi. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 112. Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Lhokseumawe Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Jasa Praktek Dokter Perikanan Penangkapan Ikan di Laut Jasa Jasa Konsultasi Bangunan Perdagangan Sembako Perdagangan Swalayan (mini market) Perdagangan Apotik Industri Air Minum Isi Ulang/Air Mineral Hotel dan Restoran Warung Kopi Jasa Kursus Komputer Pariwisata Wisata Pantai Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan di kota lhokseumawe, terungkap bahwa sektor jasa, perdagangan, dan perikanan menjadi sektor yang paling unggul di kota lhokseumawe. Keunggulan sektor ini karena usaha tersebut sudah lama berkembang dan mempunyai kekuatan dalam manajemen penggelolaan. Sektor pariwisata juga mengalami peningkatan yang cukup baik. Pertumbuhan Hotel, losmen mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat hunian hotel yang meningkat telah memberikan kontribusi yang posistif bagi perkembangan pendapatan daerah. Ke depan kota lhokseumawe akan mengembangkan sektor jasa seperti konsultan keuangan mitra bank dan konsultan yang memberikan bimbingan program usaha. Tabel 113 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Jasa 2 Perikanan 3 Jasa 4 Perdagangan 5 Perdagangan 6 Perdagangan 7 Industri 202 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

203 8 Hotel dan Restoran 9 Jasa 10 Pariwisata Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota Peluang dan Hambatan Pengembangan KPJu di Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe. Peluang pengembangan KPJu di Pemko Lhokseumawe sangat baik. Selama ini yang menjadi potensi terbesar adalah minat usaha masyarakat yang baik, dukungan pemerintah yang kuat, dan manajemen usaha. Selama ini pengembangan usaha terkedala oleh faktor modal yang belum mencukupi. Banyak nelayan dan pedagang (pelaku usaha) yang melakukan usaha dengan modal sendiri. Program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah kota lhokseumawe belum berjalan efektif, terutama program dana bergulir dan kemitraan. Kendala dalam sarana dan infrastruktur pemko lhokseumawe harus dikembangkan untuk meningkatkan daya saing UMKM yang ada di Lhokseumawe Kota Langsa Berdasarkan hasil Indepth Interview dan FGD dan kemudian diolah menggunakan analisis AHP, dihasilkan bahwa bobot atau prioritas tertinggi untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi adalah sektor/sub sektor tanaman pangan, sedangkan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja adalah sektor perdagangan, dan tujuan peningkatan daya saing produk adalah sektor usaha jasa. Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan, secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan penetapan KPJu unggulan UMKM di Kota Langsa maka subsektor usaha Perdagangan merupakan prioritas pertama. Sektor usaha lain berdasarkan tingkat kepentingannya berturut-turut adalah jasa, Industri, angkutan, perikanan, peternakan, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan pariwisata. Tabel 114 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan Di Kota Langsa Sektor Usaha Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan Pertumbuhan ekonomi lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perdagangan Jasa Industri Angkutan Perikanan Peternakan Tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Pertambangan Pariwisata Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 203 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

204 Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Industri Angkutan Pariwisata Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 115. Tabel 115 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha Di Kota Langsa Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Jagung Ketimun Padi cabe rawet Kacang Kedelai Sayuran Terong Ubi Kayu Tomat Kacang Tanah Kangkung Durian sawit Pisang Kakao Pepaya Perkebunan Karet Nenas Pinang Mangga Kelapa Dalam Budidaya Ayam Ras Budidaya Ikan di Tambak Budidaya Sapi Potong Udang Budidaya Ayam Buras Perikanan Penangkapan di Laut Budidaya Kambing Ikan lele Budidaya Itik Ikan bandeng Meubel/Perabot Air Isi Ulang/Mineral Roti/Kue Tradisional Toko obat Tahu/Tempe Perdagangan Toko Bangunan Air Minum/Air Mineral Apotik Trasi Swalayan (mini market) Mobil Roda Empat Polindes/Puskesdes Becak Praktek Mantri/Perawat Taxi Jasa Bengkel Mobil Kapal bermotor Bimbingan Belajar Kapal tidak bermotor Bengkel Motor Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 1 Losmen/Motel/Penginapan Katering Hotel dan 3 Hotel Restoran 4 Restoran/Rumah Makan Warung kopi P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

205 Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 115) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 115). Kegiatan ekonomi masyarakat di Kota Langsa berbasis pada sektor jasa dan perdagangan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu unggulan lintas sektor di Kota Langsa antara lain jasa polindes/puskesdes, jasa praktek mantri/perawat, jasa bengkel mobil, jasa bimbingan belajar, dan jasa bengkel motor. Sementera diurutan pertama yang menjadi keunggulan daerah Kota Langsa sektor anggkutan mobil roda empat. (Tabel 116) Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Langsa Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Angkutan Mobil Roda Empat Jasa Polindes/Puskesdes Jasa Praktek Mantri/Perawat Perikanan Budidaya Ikan di Tambak Jasa Bengkel Mobil Perdagangan Air Isi Ulang/Mineral Jasa Bimbingan Belajar Perdagangan Toko obat Perkebunan Sawit Jasa Bengkel Motor Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil FGD di Pemko Langsa potensi unggulan daerah yang menonjol sektor perdagangan dan jasa. Pandangan yang mendasari hal tersebut berdasarkan hasil diskusi adalah PDRB kota langsa lebih besar kontribusi dari sektor perdagangan.untuk perkebunan, banyak usaha perkebunan di kota langsa yang dimiliki oleh perusahaan besar. Usaha yang dimiliki oleh masyarakat sangat sedikit. Tabel 117 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalaan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Angkutan 2 Jasa 3 Jasa 4 Perikanan 5 Jasa 6 Perdagangan 7 Jasa 8 Perdagangan 205 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

206 9 Perkebunan 10 Jasa KPJu Potensial Kota Langsa adalah sektor perikanan. Kota Langsa memiliki lahan tambak yang cukup luas yaitu berkisar ha dengan lahan produktif seluas ha. Jumlah petani tambak diperkirakan berjumlah 820 orang. Peternakan lele 50 orang, kapal besar penangkap ikan yang merapat di TPI langsa sebanyak 700 kapal. Dengan rincinan 50 unit besar, sisanya kecil dan menengah. Jumlah nelayan langsa 5000 orang. Berdasarkan penelitian lapangan, sektor pariwisata diproyeksikan memasuki masa pertumbuhan bagi kota langsa, karena Langsa mempunyai potensi wisata dan layak untuk dikembangkan. Namun, selama ini belum berjalan dengan baik karena belum dikembangankan secara optimal. Peluang dan Hambatan Pengembangan Komoditi Unggulan di Pemko Langsa. Selama ini potensi komoditi unggulan terbesar adalah sektor perdagangan, jasa dan angkutan.. Menurut beberapa pelaku UMKM, selama ini pengembangan usaha yang ada masih terkedala oleh faktor modal yang belum mencukupi. Banyak pelaku usaha yang melakukan usaha dengan modal sendiri. Perbankan sudah menyentuh usaha UMKM akan tetapi perlu pengembangan untuk menguatakan sektor usaha UMKM menjadi leih terbedaya. Sektor perikanan harus mempunyai perhatian khusus, karena sektor tersebut mempunyai potensi unggulan dimasa yang akan datang Kota Sulubussalam Dengan memperhatikan bobot kepentingan dari masing-masing tujuan (pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk) didapat bahwa subsektor usaha perkebunan sebagai prioritas pertama. Selain itu, sektor unggulan lainnya adalah perdagangan, industri, angkutan, jasa, pariwisata, pertambangan, perikanan, tanaman pangan kehutanan dan peternakan. Tabel 118 Skor Terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Urutan Kepentingan Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan Di Kota Subulussalam Sektor Usaha Pertumbuhan ekonomi Tujuan (Skor Terbobot) Penciptaan lapangan kerja Peningkatan daya saing produk Skor Terbobot Gabungan Rangking Perkebunan Perdagangan Industri Angkutan Jasa Pariwisata Pertambangan Perikanan P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

207 Tanaman Pangan Kehutanan Peternakan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 30), dihasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada tabel 118. Selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Penetapan dilakukan dengan menggunakan Metoda Bayes, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 118) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 119). Tabel 119 Rangking dan Skor-Terbobot KPJu Unggulan Per Sektor Usaha Di Kota Subulussalam Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Palawija Buah- Buahan Peternakan Kehutanan Industri Padi cabe rawet Jagung Cabe Ubi Kayu Sayuran Jengkol Kacang Tanah Bayam Ubi Jalar Terong Alpukat Sawit Manggis Karet Mangga Perkebunan Kakao Pepaya Nilam Rambutan Pinang Budidaya Domba Ikan nila Budidaya Ayam Ras Ikan emas Budidaya Itik (Bebek) Ikan Bawal Perikanan Budidaya Ayam Ras pedaging Ikan Sungai Budidaya Kambing Ikan Seleng Rotan Pasir Bambu Batu/Koral Tambang Pohon Aren Kapur Kayu Putih Tanah Liat Meranti Anyaman Hasil Perkebunan Air Minum/Air Mineral Sembako Batu bata Perdagangan Swalayan (mini market) Ikan Toko Bangunan Roti kombe Perabot P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

208 Angkutan Pariwisata Mobil Roda Empat Bengkel Mobil Becak Tukang Perabot kapal Motor Jasa Dokter Gigi Motor Tempel Tukang Pangkas kapal tidak bermotor Tempat Fotocopy Wisata Air Terjun Warung kopi Wisata Pantai Restoran/Rumah Makan Hotel dan Wisata Alami Losmen/Motel/Penginapan Restoran 4 Katering Hotel Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Mayoritas ekonomi masyarakat di Kota Subulussalam berbasis pada sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 120. terlihat bahwa terdapat 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor usaha perkebunan sawit, perdagangan hasil kebun dan swalayan mini market, angkutan roda empat, perkebunan nilam dan karet, jasa bengkel mobil, perkebunan Pinang padi, dan rotan. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 120 Tabel KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kota Subulussalam Rangking Sektor/ Subsektor KPJu Bobot 1 Perkebunan Sawit Perdagangan Hasil Perkebunan Perdagangan Swalayan (mini market) Angkutan Mobil Roda Empat Perkebunan Nilam Perkebunan Karet Jasa Bengkel Mobil Perkebunan Kakao Padi Palawija Padi Kehutanan Rotan Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) Lifecycle Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan. Perkebunan sawit merupakan komoditas unggulan teratas di Kota Subulussalam. Pengembangan lahan baru untuk penanaman sawit terus dilakukan, saat ini lebih kurang Ha belum produktif dari total luas lahan Ha. Pada urutan kedua ditempati oleh perdagangan hasil perkebunan. Lifecycle KPJu Lintas Sektor disajikan pada tabel berikut. 208 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

209 Tabel 121 Lifecycle KPJu Lintas Sektor No KPJu KPJu Lifecycle Pengenalan Pertumbuhan Kematangan Penurunan 1 Sawit v v 2 Hasil Perkebunan v 3 Swalayan (mini market) v 4 Mobil Roda Empat v 5 Nilam v 6 Karet v 7 Bengkel Mobil v 8 Kakao v 9 Padi v 10 Rotan v Sumber: FGD Tingkat Kabupaten dan Kota KPJu Potensial. KPJu potensial di Kota Subulussalam adalah kelapa sawit, swalayan (mini market), dan Industri sagu yang saat berada di Kecamatan Rundeng. Peluang yang dimiliki Kota Subulussalam dalam pengembangan KPJu adalah tersedianya sumber daya alam yang potensial dan bahan baku yang memadai. Hambatan utama yang dihadapi adalah terbatasnya akses modal dan skill sumber daya manusia yang terbatas. 5.4 PENETAPAN KPJU UNGGULAN TINGKAT PROVINSI KPJu unggulan tingkat provinsi terdiri dari KPJu unggulan per sektor ekonomi dan KPJu unggulan lintas sektor. Penetapan KPJu unggulan tersebut, sesuai dengan Metodologi yang telah dikemukakan merupakan agregasi dari KPJu unggulan per sektor dan lintas sektor tingkat kabupaten/kota tersebut yang ditetapkan dengan menggunakan metode Borda. Tabel 122 KPJu Unggulan per Sektor Tingkat Provinsi Aceh Sektor/ Subsektor Padi Palawija Buah-Buahan Sektor Usaha / KPJu Bobot Rangking Sektor/ Subsektor Sektor Usaha / KPJu Bobot Padi Cabe Jagung Cabe Rawet Ubi Kayu Sayuran Tomat Kacang Kedelai Ketimun Ubi Jalar Kentang Durian Sawit Pisang Kakao Pepaya Perkebunan Karet Mangga Kopi Jeruk Pinang P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

210 Peternakan Kehutanan Industri Hotel&Restora n Jasa Budidaya Ayam Ras Penangkapan di Laut Budidaya Itik (Bebek) Udang Budidaya Sapi Potong Perikanan Ikan Nila Budidaya Kerbau Ikan Mas Budidaya Kambing Ikan Lele Bambu Pasir Pohon Aren Batu/Koral Tambang Kenari Kapur Rotan Tanah Liat Bakau Batu Gunung Meubel/Perabot Sembako Air Minum/Air Mineral Hasil Perkebunan Tahu/Tempe Perdagangan Toko obat/apotik Batu bata Perabot Konveksi/pakaian Hasil Perikanan Warung Kopi Becak Losmen/Motel/Penginapan Kapal bermotor Katering Angkkutan Ojek Motor Restoran/Rumah Makan Angkutan Kota Hotel Becak Dayung Bengkel Motor Wisata Pantai Praktek Mantri/Perawat Agrowisata Tempat /Tukang Jahit Wisata Budaya Pariwisata Mesin Perontok Padi wisata pulau wisatawaduk/bendungan/tela Bengkel Mobil ga Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (diolah) 210 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

211 Gambar 51 KPJu Unggulan Persektor Tingkat Provinsi Aceh Sumber : Sumber : Data Primer, Tahun 2012 (Diolah) 219 P e n e l i t i a n K o m o d i t i / P r o d u k / J e n i s U s a h a U n g g u l a n U M K M

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ --l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ~ BANK INDONESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF... 9 EXECUTIVE SUMMARY BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF... 9 EXECUTIVE SUMMARY BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 7 RINGKASAN EKSEKUTIF... 9 EXECUTIVE SUMMARY... 19 BAB I PENDAHULUAN... 27 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN... 27 1.2 TUJUAN PENELITIAN... 28

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA 4lD BANK IND NESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASURUAN

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2010 539 540 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2008 sebesar 35.261,68 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 33522,22 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1 BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY

Lebih terperinci

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015 BAB III 33 TINJAUAN MENURUT LAPANGAN USAHA 34 0,96 7,52 8,62 7,90 29,62 25,76 22,78 22,96 36,25 32,35 34,06 31,10 29,86 30,82 42,95 44,89 44,84 41,18 39,94 39,52 41,37 48,12 49,07 BAB III BAB III TINJAUAN

Lebih terperinci

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1.

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 Pendapatan Regional/ BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BADAN PUSAT STATISTIK No. 57/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 276.729 RUMAH TANGGA, NAIK 11,22 DARI TAHUN 2009 Jumlah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 559 560 Nusa Tenggara in Figures 2012 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun

Lebih terperinci

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENEllIIAN PENBEMBA A KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20 Kerj ama c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUKlJENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA BATU

Lebih terperinci

Pendapatan Regional/ Regional Income

Pendapatan Regional/ Regional Income 2011 541 542 BAB XI PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER XI REGIONAL INCOME PDRB atas dasar berlaku pada tahun 2010 sebesar 49.362,71 milyar rupiah, sedang pada tahun sebelumnya 43.985,03 milyar rupiah, atau mengalami

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA) BADAN PUSAT STATISTIK HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA) No. 42/09/TH.XVI, 2September 2013 JUMLAH RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN DI PROVINSI ACEH TAHUN 2013 SEBANYAK 644.782 RUMAH

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA SEPA : Vol. 9 No. 2 Februari 2013 : 201-208 ISSN : 1829-9946 KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA WIWIT RAHAYU Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Potensi Ekonomi Daerah Bagi Pembiayaan Perbankan Di Kabupaten

Lebih terperinci

Number of Taxpayers based on the Type per Sub Distric

Number of Taxpayers based on the Type per Sub Distric 419 Jumlah wajib pajak yang membayar menurut jenisnya paling banyak adalah dari pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yakni sebanyak 590.238. Sedangkan untuk rekapitulasi perhitungan APBD Tahun 2015

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG CHAPTER XIV REGIONAL INCOME Penjelasan Teknis Catatan Teknis 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi dan kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH. Universitas Tanjungpura Pontianak. ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN MEMPAWAH ADE IRMAYADI 1), ERLINDA YURISINTHAE 2), ADI SUYATNO 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR digilib.uns.ac.id DAMPAK PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN KARANGANYAR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar)

Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota (hektar) Luas Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah Menurut (hektar) Dicetak Tanggal : Penggunaan Lahan Total Pertanian Bukan Luas Lahan Sawah Bukan Sawah Pertanian (1) (2) (3) (4) (5) 01 Simeulue 10.927 74.508

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012

PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012 No. 42/09/12/Th I, 03 September 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH HASIL INDUSTRI PENGGILINGAN PADI JAN APR 2012 PRODUKSI BERAS PROVINSI ACEH JANUARI APRIL 2012 SEBANYAK 201.605,53 TON Produksi beras provinsi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH 5.1. Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi Daerah Aceh terletak di kawasan paling ujung dari bagian utara Pulau Sumatera dengan luas areal 58.357.63 km 2. Letak geografis

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto/ Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 327 328 Bangka Selatan Dalam Angka/ Bangka Selatan In Figures 2012 10.1 Produk Domestik Regional Bruto Produk

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN

Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung. Oleh : Lismarwati. (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN Analisis Pemasaran Karet Rakyat di Kabupaten Sijunjung Oleh : Lismarwati (Di bawah bimbingan Yonariza dan Rusda Khairati) RINGKASAN Karet merupakan komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya di

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi

LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO. Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi LAPORAN PENELITIAN POTENSI PENGEMBANGAN WISATA KULINER: STUDI KASUS DI SOLO Oleh: Edy Purwo Saputro, SE, MSi Fatchan Achyani, SE, MSi DIBIAYAI PROYEK PENGKAJIAN DAN PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN TERAPAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN ROKAN HILIR: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE AGROINDUSTRY SECTOR TO ECONOMY OF KABUPATEN ROKAN HILIR ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2012/2013 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah 5 Ubi Kayu 6 Ubi Jalar Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan merupakan sektor dalam perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. Pentingnya sektor-sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, Penyerapan Tenaga Kerja, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pemerintah Aceh 5.1.1. Sumbangan Sektor Pertanian terhadap PDRB, dan Penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati Pogram Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman

LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman. Luas Panen Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman LEMBAR KERJA INDIKATOR PERTANIAN 2013/2014 Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman No. Jenis Tanaman 2010 2011 2012 2013 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Padi 2 Jagung 3 Kedelai 4 Kacang Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan minuman internasional dan digemari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kopi sudah pula menjadi bagian dari kehidupan manusia seharihari. Kopi diperlukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA TESIS Oleh : AZWIR SINAGA 017018016 / IEP PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2005 RINGKASAN ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2009

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2009 LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2009 Kajian Pengembangan Kompetensi Masyarakat dalam Mengelola Usaha Pariwisata Berdimensi Ekologis Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Dr. Hamidah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM

KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH (Baseline Economic Survey) PROVINSI ACEH 2010 di KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM Kerjas ama antara : KANTOR BANK INDONESIA BANDA ACEH Dengan PERISCOPE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

Idham: Kajian kritis pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam perspektif otonomi..., USU e-repository 2008

Idham: Kajian kritis pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam perspektif otonomi..., USU e-repository 2008 INTI SARI Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap proses dan hasil pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan di Provinsi Sumatera Utara, apakah telah sesuai dengan aspirasi bagi peserta

Lebih terperinci

Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM Provinsi Aceh 2012

Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM Provinsi Aceh 2012 LAMPIRAN 224 Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan UMKM Provinsi Aceh 2012 1 Kabupaten Simeuleu 1 Padi 119,9 Cabe 93,5 Durian 116,4 Kelapa Dalam 123,1 Budidaya Kerbau 147,6 2 Jagung 38,8 Kacang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii A. PENDAHULUAN... 1 B. METODE PENELITIAN... 2 C. PROFIL PROVINSI LAMPUNG... 5 D. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN UMKM... 6 E. PENGEMBANGAN UMKM... 9 F. PERANAN PERBANKAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 10.1. PDRB Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) merupakan salah satu cermin perkembangan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan

Lebih terperinci

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan SUPLEMEN 3 RESUME PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PROPINSI SUMATERA SELATAN Bank Indonesia Palembang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dan harus menghadapi persaingan yang sangat ketat mengingat akan terlaksananya Masyarakat Ekonomi

Lebih terperinci

Perdagangan BAB VII PERDAGANGAN

Perdagangan BAB VII PERDAGANGAN Perdagangan BAB VII PERDAGANGAN Bab ini akan menyajikan data mengenai sector perdagangan di Kabupaten Bombana selama tahun 2010. Data yang disajikan mengenai volume, nilai perdagangan, hingga banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH Tri Prastiwi 1 Muhammad Arfan 2 Darwanis 3 Abstract: Analysis of the performance of

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bagian I :

KATA PENGANTAR Bagian I : KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 Etty Puji Lestari 2 Abstrak Peranan UMKM dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini didukung oleh beberapa data

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1. BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX 9.1. Struktur Ekonomi 9.1. Economy Structure Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama perekonomian di suatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH. Mardiana Lumbanraja

SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH. Mardiana Lumbanraja SKRIPSI PENGARUH KREDIT PERTANIAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA OLEH Mardiana Lumbanraja 110523003 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

OUTSTANDING OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES

OUTSTANDING OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES PERKEMBANGAN BAKI DEBET KREDIT USAHA MIKRO, USAHA KECIL, DAN USAHA MENENGAH (UMKM) PERBANKAN 1 OUTSTANDING OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES (MSMEs) CREDITS 1 (Miliar / Billion Rp) 7.89% II.1.A PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil analisis menggunakan data SUSDA Tahun 2006 yang dibandingkan dengan 14 indikator kemiskinan dari BPS, diperoleh bahwa pada umumnya

Berdasarkan hasil analisis menggunakan data SUSDA Tahun 2006 yang dibandingkan dengan 14 indikator kemiskinan dari BPS, diperoleh bahwa pada umumnya 33 ABSTRACT ANDRI APRIYADI. The Strategic and Programs of Empowerment Poor People through Kelompok Usaha Bersama in Bogor District. Under guidance of YUSMAN SYAUKAT and FREDIAN TONNY NASDIAN. The objective

Lebih terperinci

ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG. Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : KERTAS KERJA

ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG. Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : KERTAS KERJA ASPEK EKONOMI IKAN CAKALANG DI KOTA BITUNG Oleh : VALENCIA ANGELI KARUNDENG NIM : 222009012 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Pendapatan Regional dan Pengeluaran

Pendapatan Regional dan Pengeluaran Pendapatan Regional dan Pengeluaran 10.1 Pendapatan Regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha yang melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 25/05/Th. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH Abstract This study aimed to analyze the level of income disparity in the district / city in the province of Aceh. The study used secondary data

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: BAB IV PENETAPAN PRODUK UNGGULAN DAERAH (PUD) Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR 1. Ketersediaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali membaik, terlihat dari TPAK yang menunjukkan peningkatan dari 61,77% pada Agustus 2012 menjadi 65,56% per Februari

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH Djarwadi dan Sunartono Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail : djarwadi@webmail.bppt.go.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan sebesar 74,8%. Dalam laporan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan sebesar 74,8%. Dalam laporan Produk Domestik Bruto (PDB) INTISARI Perusahaan diversifikasi memerlukan strategi pada tingkat korporat agar menghasilkan kinerja unit bisnis yang lebih baik daripada jika unit bisnis tersebut berdiri sendiri. Untuk melihat bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan 13 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DESKRIPSI PRODUK-PRODUK UNGGULAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DIPROVINSI LAMPUNG Tahun ke 2 dari Rencana 2 Tahun Nedi Hendri, S.E., M.Si., Akt. (Ketua Tim Pengusul) NIDN. 0020048101

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BAB 4 Kondisi Ketenagakerjaan Aceh kembali memburuk, terlihat dari TPAK yang menunjukkan penurunan cukup dalam dari 65,85 per Februari 212 menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore Oleh Muhammad Jibril Tajibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Abstrak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT

PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT RENCANA DESIMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP) PENGEMBANGAN LABORATORIUM LAPANGAN INOVASI PERTANIAN (LLIP) KAWASAN PERBATASAN RI-RDTL PROVINSI NTT. Peneliti Utama Y Ngongo BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT THE ROLE OF THE AGROINDUSTRY SECTOR TO ECONOMY OF RIAU PROVINCE: ANALYSIS OF THE INPUT-OUTPUT STRUCTURE Pradita

Lebih terperinci

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut : Penyajian statistik Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional dan regional khususnya di bidang ekonomi karena angka-angkanya dapat dipakai sebagai ukuran

Lebih terperinci

(juta rupiah). Jumlah

(juta rupiah). Jumlah 483 Sumber bagi pembiayaan pembangunan kota Surabaya salah satunya adalah pajak. Jumlah wajib pajak yang membayar mencapai 596.366. Jumlah pendapatan asli daerah tahun 2016 mencapai Rp. 4.091.867.015.500,-

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci