II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggemukan Domba dan Kambing

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggemukan Domba dan Kambing"

Transkripsi

1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penggemukan Domba dan Kambing Ternak domba dan kambing memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Ternak domba dan kambing mudah dikembangkan, memiliki sistem pemeliharaan yang relatif mudah dilakukan, siklus reproduksi relatif singkat, serta ternak domba dan kambing merupakan ternak yang lebih tahan terhadap berbagai penyakit daripada ternak lainnya. Penelitian mengenai penggemukan domba dan kambing telah banyak dilakukan oleh para peneliti maupun balai penelitian dan pengembangan peternakan. Umumnya usaha penggemukan domba dan kambing dilakukan di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan sumber pakan yang diperoleh mudah didapat seperti pakan hijauan berupa dedaunan dan rumput. Namun ada beberapa peternak yang memberikan pakan tambahan selain dedaunan dan rumput seperti penelitian yang dilakukan Priyanto dan Rusdiana (2008) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan. Pengamatan usaha ternak domba jantan dilakukan di Kecamatan Ciemas dengan dua model perlakuan dan kontrol. Ternak domba dikandangkan selama empat bulan. Pemberian pakan berupa ubi kayu dengan kombinasi daun ubi kayu baik kering, layu maupun segar yang diberikan satu kali dalam sehari Untuk menutupi kekurangan gizi diberi tambahan pakan penguat seperti dedak padi dan ampas tahu pada domba perlakuan. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan pakan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian. Analisis yang digunakan adalah analisis ekonomi B/C ratio dan uji regresi linier yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu ternak yang memperoleh pakan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dibandingkan dengan domba kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata 9,38 kilogram per ekor sedangkan pada domba kontrol hanya 5,59 kilogram per ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor memberikan keuntungan sebesar rupiah per periode.

2 Pemberian pakan berupa ubi jalar dan dedak padi pada ternak kambing juga dilakukan pada penelitian Farida (1998) yang berjudul Pengimbuhan konsentrat pada ransum penggemukan kambing muda di Wamena, Irian Jaya. Penelitian ini menggunakan dua belas ekor Kambing Kacang muda dengan umur empat sampai enam bulan. Penelitian dilakukan selama empat bulan untuk mengetahui pengaruh pengimbuhan konsentrat berupa ubi jalar dan dedak padi terhadap konsumsi dan perkembangan kambing muda. Hasil penelitian ini menunjukkan pengimbuhan ubi jalar dan dedak padi masing-masing sebanyak 300 gram per ekor per hari ke dalam ransum ternyata meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa N, kecernaan bahan kering serta tingginya pertambahan bobot badan harian dan angka konversi pakan yang baik. Penggemukan kambing juga dilakukan dengan cara yang berbeda seperti berkelompok dengan bergabung pada kelompok tani maupun secara individu, namun masih memberikan pakan tambahan berupa pakan konsentrat yaitu dedak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jakfar dan Irwan (2010) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Kambing Kacang Berbasis Sumber Daya Lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode On Farm Research (OFR) dan dilaksanakan di lahan petani dengan mengikut sertakan sepuluh orang petani yang tergabung dalam kelompok tani (petani kooperator). Sebagai pembanding atau kontrol dipilih lima orang petani (non kooperator) yang berlokasi di sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan penggemukan kambing pola kooperator memperoleh berat badan lebih tinggi dibandingkan non kooperator, yaitu rata-rata sebesar 11,62 kilogram per ekor atau rata-rata sebesar 96,83 gram per ekor per hari selama empat bulan dan memperoleh keuntungan sebesar rupiah. Selanjutnya, kinerja ekonomi diperoleh nilai R/C ratio yaitu 1,32. Usaha penggemukan ternak kambing lokal dengan menggunakan skala usaha sepuluh ekor ternak kambing dengan pola kooperator (perlakuan) memperoleh keuntungan lebih tinggi yaitu rupiah selama empat bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan kambing lokal dengan menggunakan skala usaha enam ekor dengan pola non kooperator (kontrol) yaitu rupiah selama empat bulan. Perbedaan ini disebabkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan pola perlakuan 14

3 menggunakan tambahan konsentrat (dedak). Sedangkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan kontrol tidak menggunakan pakan tambahan. Pemberian konsentrat pada pengemukan domba dan kambing tidak selamanya menguntungkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pakan tersebut lebih banyak dibandingkan hasil yang didapat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif. Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Mekar, Situ Gede, Bogor, Jawa Barat. Kelompok tani Harapan Mekar memiliki 76 kelompok peternak kambing. Hasil analisis nonfinansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (>0,005). 2.2 Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing telah banyak dilakukan. Namun pada peternakan Bapak Sarno belum pernah dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang sama yaitu tentang analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing, baik berupa pengembangan maupun evaluasi usaha yang telah dijalankan. Penelitian tentang kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009) pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara non finansial, aspek pasar dan manajemen layak untuk dijalankan. Sementara aspek lainnya seperti aspek teknis dan aspek hukum tidak terlalu dibahas secara keseluruhan. Berbeda dengan penelitian Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahawa usaha tersebut layak pada aspek non finansial. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara 15

4 permintaan dan penawaran. Untuk aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja. Perbedaan ini dikarenakan aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian yang dilakukan Rosid (2009) mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE). Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung. Bila salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan untuk memenuhi kriteria kelayakan aspek nonfinansial. Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biayabiaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cash flow perusahaan selama periode usaha. Dibuatnya aliran kas perusahaan kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi bertujuan untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan (financial). Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan juga mengakibatkan nilai yang didapat berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), mengenai analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm dengan umur ekonomis usaha selama lima tahun, tingkat diskonto 8,5 persen diperoleh nilai 16

5 NPV sebesar rupiah, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2,53, IRR sebesar 11,7 persen dan PP selama 1,5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha penggemukan domba pada Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu rupiah, IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 6,5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2,93. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3,3 tahun atau sama dengan 3 tahun 3 bulan, dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai Break Even Point (BEP) usaha penggemukan domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak kambing melalui penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh Dodo (2007), hasil analisis finansial pada penelitian ini menunjukkan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan yaitu nilai NPV rupiah, nilai IRR 41,6 persen, dan nilai PP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika diarahkan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga), yaitu nilai Profit Margin 24,11 persen (lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman komersial, yaitu 19,86 persen). Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga). Untuk memenuhi kebutuhan investasi, modal dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, seperti menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman. Penggunaan masing-masing modal memiliki keuntungan dan kerugian. Hal ini dapat dilihat dari segi biaya, waktu, persyaratan untuk memperolehnya dan jumlah yang dapat dipenuhi. Penelitian mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE) yang dilakukan oleh Rosid (2009) berbeda dengan Fitrial (2009) dan Widodo (2010), penelitian yang dilakukan oleh Fitrial dibagi menjadi 17

6 dua skenario. Skenario I (modal sendiri dan pinjaman) dan skenario II yaitu modal sendiri. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha Peternakan Unggul berdasarkan dua skenario menunjukan bahwa skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario II. Masing-masing nilai yang diperoleh yaitu NPV sebesar rupiah, IRR sebesar 127 persen, Net B/C sebesar 5,77 dan PP 2,01 tahun atau setara dengan dua tahun tiga hari. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah rupiah, IRR sebesar 44 persen, Net B/C sebesar 1,61 dan PP 6,88 tahun. Dalam beberapa penelitian analisis kelayakan usaha para peneliti melakukan analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput (penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4,79 persen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan delapan persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan pada peternakan Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3, persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6,97746 persen. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan Rosid (2009), dengan menggunakan dua skenario. Analisis switching value pada skenario I diperoleh tingkat penurunan harga susu yang dapat ditolerir sebesar 30,16 persen dan kenaikan biaya yang dapat ditolerir sebesar 55,43 persen. Sedangkan skenario II diperoleh tingkat kepekaan terhadap penurunan harga susu kambing sebesar 13,03 persen. Peningkatan biaya variabel diperoleh sebesar 18,52 persen. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan skenario II lebih peka 18

7 atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berisiko. Perbandingan switching value pada usaha Peternakan Unggul yaitu skenario II lebih peka atau sensitif dibandingkan skenario I, hal ini dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebanyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan. 2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada alat analisis yang digunakan, dimana penelitian yang akan dilakukan mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini menggunakan analisis studi kelayakan bisnis yang meliputi beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Persamaan lainnya dengan penelitian yang telah dilakukan Fitrial (2009), Rosid (2009) dan Widodo (2010) yaitu melakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk mengetahui kekuatan perusahaan dengan kondisi yang berubah-ubah. Oleh karena itu penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi mengenai alat analisis yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan lokasi penelitian dimana penelitian ini akan dilakukan di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan membandingkan kondisi peternakan sebelum dan sesudah pengembangan dengan menganalisis dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan ekonomi, lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang akan dibagi menjadi dua yaitu kondisi peternakan pada awal sebelum pengembangan dan kondisi 19

8 peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan kambing dan domba serta pembangunan kandang baru. Disamping itu secara teknis ditambahkan teknologi yaitu kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan kambing, serta antara domba dan kambing dipisahkan. Pada aspek finansial untuk menilai kelayakan usaha, umumnya semua peneliti menggunakan alat analisis yang sama yaitu kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Pada aspek finansial kelayakaan suatu usaha dapat ditentukan dengan hasil keluaran nilai dari kriteria investasi tersebut, karena kriteria tersebut memiliki nilai yang baku dan telah ditentukan nilai kelayakannya. Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dikatakan layak yang artinya usaha tersebut menguntungkan atau memberikan manfaat apabila nilai NPV>0, Net B/C>1, IRR lebih besar dari Discount Rate (DR), dan PP lebih kecil dari umur usaha. Dengan demikian peneliti dapat menilai apakah usaha yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan. Namun pada aspek nonfinansial tidak ada nilai yang baku untuk menilai apakah aspek-aspek nonfinansial layak atau tidak untuk dijalankan. Akan tetapi ada beberapa kriteria-kriteria aspek nonfinansial yang dapat menilai apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya umumnya hanya memaparkan keadaan atau mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Namun pada penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba untuk memberikan kriteria kelayakan aspek nonfinansial ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Kriteria kelayakan aspek nonfinansial setiap usaha berbeda-beda, setiap usaha memiliki kriteria kelayakan aspek nonfinansial masing-masing berdasarkan jenis usahanya. Walaupun nilainya tidak baku akan tetapi kriteria kelayakan dapat dipenuhi. Pada aspek pasar kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dilihat dari peluang pasar dan strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi). Aspek pasar dikatakan layak apabila peluang pasar usaha penggemukan domba dan kambing menunjukkan peluang 20

9 yang tinggi atau permintaan lebih besar dari penawaran ternak domba dan kambing. Produk yang ditawarkan merupakan produk yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen dan sesuai dengan permintaan konsumen. Produk juga memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Untuk harga, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno harus sesuai dengan produk yang ditawarkan dan memiliki harga bersaing dengan peternak lainnya. Tempat penjualan mudah ditemukan oleh konsumen sehingga konsumen tidak mengalami kesulitan untuk membeli domba maupun kambing. Promosi juga harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan sehingga memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Pada aspek teknis usaha penggemukan domba dan kambing, kriteria kelayakan usaha akan dilihat dari lokasi usaha apakah sesuai dengan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Selain itu juga pemilihan lokasi dilihat dari hukum dan peraturan yang berlaku seperti adanya ijin bangunan. Keadaan iklim yang mendukung untuk usaha penggemukan domba dan kambing, sikap masyarakat setempat (adat istiadat) yang mendukung atau tidak dengan adanya usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno serta rencana masa depan usaha apabila melakukan perluasan atau pengembangan usaha apakah masih memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat yang sama. Jumlah produksi (penggemukan domba dan kambing) juga dipertimbangkan, apakah permintaan telah diketahui terlebih dahulu sehingga jumlah ternak yang akan digemukkan diketahui. Tersedianya kapasitas kandang dan peralatan yang dibutuhkan. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja mengelola peternakan serta adanya perubahan teknologi yang dapat mendukung usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno. Proses produksi juga diperhatikan dimulai dari datangnya bakalan domba dan kambing ke kandang hingga domba dan kambing tersebut dijual ke konsumen. Selain itu, layout usaha juga diperhatikan sehingga proses penggemukan domba dan kambing mudah untuk dilakukan, penggunaan lahan yang optimal dan memungkinkan dengan mudah jika usaha melakukan pengembangan. 21

10 Pada aspek manajemen, kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah pelaksanaan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, manajemen bentuk organisasi, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan yang dilakukan tiap-tiap jabatan. Sedangkan untuk aspek hukum, hal yang akan dianalisis adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank. Pada aspek ekonomi usaha penggemukan domba dan kambing kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan usaha pada penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah, air dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Adanya kriteria atau indikator kelayakan usaha pada aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, maka penelitian ini dapat melengkapi kekurangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), Rosid (2009) Widodo (2010), dan Dodo (2007), yang hanya mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Dengan adanya kriteria tersebut maka peneliti dapat menilai apakah usaha penggemukan domba dan kambing tersebut layak atau tidak apabila ditinjau dari aspek nonfinansial. 22

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H

SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI SEPTIANNISA BAHMAT H34096102 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Sapi Perah Salah satu bidang usaha agribisnis peternakan yang memiliki potensi cukup besar dalam meningkatkan kesejahtraan dan kualitas sumberdaya manusia

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usaha Menurut Gittinger (1986) bisnis atau usaha adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sebuah usaha akan diikuti oleh kegiatan investasi. Kegiatan investasi yang dilakukan dalam bidang pertanian memiliki risiko yang relatif besar dibandingkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang V. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan sapi di CV. Anugrah farm merupakan peternakan yang berfokus pada bidang penggemukan sapi.sapi yang digemukkan mulai dari yang berbobot 200 kg sampai dengan 300

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman sumber daya alam. Salah satu keragaman sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal adalah komoditas peternakan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA Pada Agrifarm, Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat SURANTO WAHYU WIDODO A14104051 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 3, No. 2 (2017) 98 108 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo Jurnal Ekonomi Pembangunan http://journal.stiem.ac.id/index.php/jurep/index Kelayakan Investasi Penggemukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian dilakukan di perkebunan jambu biji UD. Bumiaji Sejahtera milik Bapak Imam Ghozali. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu

Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu Petunjuk Sitasi: Ardianwiliandri, R., Tantrika, C. F., & Arum, N. M. (2017). Analisis Kelayakan Finansial Produk Pakan Ternak Sapi Perah di Koperasi Susu Kota Batu. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perikanan merupakan kegiatan terorganisir yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan serta lingkungannya, mulai dari pra

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci