BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Dalam pelaksanaan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat, sehingga dengan semakin banyak barang dan jasa yang diproduksi, maka kesejahteraan masyarakat akan meningkat (Mirza, 2012). Krisis ekonomi Asia tahun menyumbang inflasi Indonesia hingga 70% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia menyentuh angka -13%. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia melakukan reformasi politik maupun ekonomi. Salah satu reformasi pemerintah tersebut adalah dikeluarkannya kebijakan mengenai sistem pemerintahan yang baru dan relevan terhadap kondisi yang terjadi di Indonesia yaitu kebijakan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah di Indonesia berlaku sejak tahun 2000 dan diatur dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Isi dari undang-undang tersebut memberi kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangga daerah secara mandiri dengan meminimalkan campur tangan dari pemerintah pusat. 1

2 2 Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya (Kuncoro, 2004: 37). Kepala kantor perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, Rosmaya Hadi, menyatakan secara umum, kondisi perekonomian Jawa Barat terpantau terus membaik khususnya di tengah pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat diiringi dengan tingkat inflasi yang terus menurun selama semester I Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran hingga triwulan I 2016 terpantau menurun secara tahunan. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terakselerasi pada triwulan II 2016 sebesar 5,88% masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat selama enam tahun terakhir sebesar 6,02%. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Jawa Barat saat ini belum sepenuhnya pulih ke tingkat pertumbuhan fundamentalnya. Dari aspek kesenjangan, pertumbuhan ekonomi yang melambat khususnya hingga tahun 2015 diiringi dengan ketimpangan yang tercermin dari gini rasio yang juga relatif meningkat ke level 0,41 yang menunjukkan bahwa lapisan bawah masyarakat semakin sedikit menerima dampak pembangunan (Pojokjabar.com, 2016). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, menunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat berdasarkan pada laju pertumbuhan Produk Domestik

3 3 Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan selama tahun mengalami penurunan, sejalan dengan hal tersebut laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif selama tahun 2011 hingga 2015, sebagaimana tercantum dalam tabel 1.1 berikut : Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Barat (Persen) No Wilayah Provinsi Kab Bogor - 5,86 6,01 6,14 6,01 6,09 2 Kab Sukabumi - 4,42 6,38 5,51 5,98 4,91 3 Kab Cianjur - 4,89 5,60 4,89 5,06 5,46 4 Kab Bandung - 5,82 6,28 5,92 5,91 5,89 5 Kab Garut - 4,95 4,07 4,76 4,81 4,51 6 Kab Tasikmalaya - 4,25 4,02 4,65 4,78 4,31 7 Kab Ciamis - 5,23 5,41 5,34 5,07 5,58 8 Kab Kuningan - 5,62 5,71 6,25 6,32 6,38 9 Kab Cirebon - 5,23 5,46 4,96 5,07 4,87 10 Kab Majalengka - 4,71 6,06 4,93 4,91 5,33 11 Kab Sumedang - 4,79 6,56 4,84 4,70 5,23 12 Kab Indramayu - 4,06 3,18 2,86 4,93 2,16 13 Kab Subang - 3,27 0,60 4,09 5,02 5,29 14 Kab Purwakarta - 6,70 6,83 7,15 5,72 4,75 15 Kab Karawang - 6,56 4,94 7,96 5,37 4,49 16 Kab Bekasi - 6,60 6,53 6,23 5,88 4,46 17 Kab Bandung Barat - 5,68 6,04 5,94 5,77 5,01 18 Kab Pangandaran - 4,34 5,18 4,95 4,19 4,98 19 Kota Bogor - 6,22 6,31 6,04 6,01 6,13 20 Kota Sukabumi - 6,18 5,80 5,41 5,43 5,10 21 Kota Bandung - 7,91 8,53 7,84 7,71 7,63 22 Kota Cirebon - 5,78 5,92 4,90 5,71 5,80 23 Kota Bekasi - 6,45 6,74 6,04 5,61 5,57 24 Kota Depok - 6,81 8,06 6,85 7,28 6,63 25 Kota Cimahi - 5,50 6,24 5,65 5,49 5,43 26 Kota Tasikmalaya - 5,02 5,80 6,17 6,16 6,29

4 4 27 Kota Banjar - 5,47 5,32 5,45 4,97 5,32 28 Provinsi Jawa Barat - 6,50 6,50 6,33 5,09 5,03 Sumber : Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, 2016 Tabel laju pertumbuhan produk domestik regional bruto atas dasar harga konstan 2010 menurut kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat di atas menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Penurunan persentase pertumbuhan ekonomi yang cukup besar terjadi di Kabupaten Subang pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mencapai 3,27% namun pada tahun 2012 mengalami penurunan hingga hanya mencapai 0,60%, hal ini terjadi di tengah dominasi peningkatan pertumbuhan di tahun yang sama pada kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat. Pemerintah daerah memiliki peran yang besar dalam alokasi, distribusi dan stabilisasi. Kebijakan fiskal pemerintah daerah yang tepat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Sasana, 2012). Dalam APBD termasuk di dalamnya komponen penerimaan adalah pendapatan asli daerah yaitu pendapatan yang bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berdasarkan pada perundang-undangan. Bati (2009) menyatakan bahwa pendapatan asli daerah mendukung terwujudnya pelaksanaan otonomi yang utuh, nyata dan bertanggungjawab di daerah kabupaten atau kota. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan pendapatan asli daerah akan

5 5 membawa kearah kemajuan perekonomian daerah yang akan berdampak pada peningkatan pembangunan di daerah. Selain pendapatan asli daerah, komponen yang tidak kalah penting adalah belanja modal, belanja modal yaitu pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Secara normatif semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan (Mardiasmo, 2012: 93) Hal ini didukung himbauan Presiden Jokowi kepada kementerian dan lembaga terkait untuk mengevaluasi sistem anggaran yang digunakan, sehingga belanja barang yang saat ini masih tinggi dapat didorong untuk pembiayaan penganggaran belanja modal pemerintah. Bila hal itu dapat dilaksanakan, maka pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat dan angka kemiskinan dapat ditekan ( 2017). Farisa Ismiraj (2013) menguji pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penelitian yang dilakukan Azwardi (2013) menyimpulkan bahwa variabel belanja modal selama periode berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun Anasmen (2009) menyimpulkan bahwa belanja modal tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDRB.

6 6 Dengan adanya perbedaan hasil penelitian tersebut peneliti tertarik untuk menggambarkan kembali penelitian terdahulu Bati (2009) dengan variabel penelitian yang sama, yaitu variabel independen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan belanja modal serta variabel dependen pertumbuhan ekonomi. Namun dengan populasi yang berbeda, Bati menggunakan populasi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, sementara itu peneliti menggunakan populasi pada kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan permasalahan ke dalam pernyataan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi 2. Bagaimana pengaruh belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi 3. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh : 1. Pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi 2. Belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi 3. Pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : 1. Penulis Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman bagi penulis berkenaan dengan pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi serta kaitannya dengan pembangunan daerah otonomi. 2. Instansi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan dalam hal penyusunan kebijakan untuk masa mendatang yang berkaitan dengan evaluasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 3. Penulis Lain Memberi tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.

8 8 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada pemerintah kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Barat dimana data produk domestik regional bruto diperoleh dari dan data Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Barat bersumber dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Jalan Moch.Toha No.146 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai dengan selesai.