MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015"

Transkripsi

1 MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK

2 MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK i

3 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Diterbitkan oleh: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan vi+ 134 hlm + ilustrasi; 21 x 29,7 cm ISBN: Pengarah: Ir. Harris Iskandar, Ph.D Penyunting: Dr. Abdul Kahar, M.Pd. Tim Penulis: Drs. Hamzah Hakim, M.Pd. Dr. Ade Kusmiadi, M.Pd. Dra. Maria Listiyanti Suci Paresti, M.Ed. Johan Winarni, S.P., M.Pd. Agus Ramdani, S.Sos, M.MPd. Apriyanti Wulandari, S.E Erika Yuanita Fatimah, S.Pd. Desain/Layout: Rulnaidi ii MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

4 KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu memastikan pendidikan yang inklusif, adil dan bermutu, serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua. Tujuan tersebut untuk menyelesaikan agenda Pendidikan Untuk Semua (PUS) dan Millenium Development Goals (MDGs), serta menjawab sebagai tantangan nasional. Kesepakatan yang dibuat ini lebih dikenal dengan Agenda Pendidikan 2030 Agenda Pendidikan 2030 disusun berdasarkan pri nsip bahwa pendidikan merupakan komoditi masyarakat, hak azasi manusia, dan dasar penjaminan hak-hak lainnya. Secara lebih tegas, Agenda pendidikan 2030 memuat komitmen untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Hal ini termasuk penjaminan kepastian bagi semua remaja dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan, serta memberikan mereka berbagai kesempatan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan. Sejalan dengan Agenda Pendidikan 2030, layanan pendidikan keaksaraan memegang peran strategis dan penting. Hal ini disebabkan karena secara nasional masih terdapat sebesar 2,07% atau 3,4 juta penduduk usia tahun buta aksara, dua pertiga diantaranya adalah perempuan (PDSP, Kemdikbud, 2017). Agar dapat menjangkau seluruh sasaran tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat berupaya memperluas sekaligus meningkatkan mutu pendidikan keaksaraan melalui keragaman layanan program, seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan orang dewasa, dan pendidikan berkelanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, peningkatan minat dan budaya baca, pemberdayaan perempuan, pendidikan keluarga, pengarusutamaan gender bidang pendidikan, dan penataan kelembagaan. Jakarta, Februari 2018 Direktur Jenderal Ir. Harris Iskandar, Ph.D. NIP iii

5 KATA PENGANTAR Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Termasuk menjamin kepastian bagi semua remaja dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan fungsional yang relevan dan diakui serta memberikan mereka berbagai kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa. Sejalan dengan itu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, memperluas berbagai layanan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan bagi para remaja, orang dewasa, dan komunitas masyarakat dikemas dalam berbagai program antara lain pendidikan keaksaraan, peningkatan budaya baca masyarakat, pendidikan kesetaraan orang dewasa, pendidikan kecakapan hidup perempuan, dan pendidikan berkelanjutan. Dalam rangka pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan keaksaraan dan kesetaraan perlu dirumuskan norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK) dalam bentuk standar kompetensi lulusan (SKL), silabus, panduan, petunjuk teknis, bahan ajar, dan perangkat pembelajaran lainnya sebagai acuan di lapangan. SKL merupakan tolak ukur dalam pencapaian kualifikasi lulusan pada jenjang atau program tertentu yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL pendidikan multikeaksaraan diarahkan sesuai dengan minat peserta didik pada bidang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni dan budaya, sosial, politik dan kebangsaan, serta pekerjaan atau profesi. Kami memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun dokumen tersebut, untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang lebih berkualitas. Semoga panduan, petunjuk teknis, dan perangkat pembelajaran tersebut yang telah disusun dengan kesungguhan, dan keikhlasan dapat bermanfaat untuk kita semua, semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayahnya kepada kita semua, Amin. Jakarta, Februari 2018 Direktur Dr. Abdul Kahar, M.Pd. NIP iv MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

6 DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA... 1 MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK v

7 MODUL 1 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA KODE M-1 3 jam Oleh: Drs. Hamzah Hakim, M.Pd. vi MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

8 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA A. Pengantar Materi Agar pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan sesuai dengan konteks dan kondisi sasaran (peserta didik) yang pada umumnya orang dewasa dengan berbagai karakter dan budaya yang berbeda, maka para tutor/fasilitator pendidikan multikeaksaraan perlu memiliki kompetensi pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan keaksaraan. Fasilitator dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dituntut memiliki kemampuan profesional, personal dan sosial secara memadai untuk mendukung keberhasilan pendidikan multikeaksaraan. Modul pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran yang terkait dengan kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia yang akan mengantarkan para tutor (peserta orientasi) agar lebih mengetahui dan memahami permasalahan mendasar serta arah dan tujuan pendidikan keaksaraan di Indonesia. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia ini, tutor pendidikan multikeaksaraan diharapkan: 1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan multikeberaksaraan masyarakat. 2. menguasai pengetahuan filosofis, faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai metode pembelajaran pendidikan orang dewasa (POD) pada pendidikan multikeaksaraan. 3. memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metoda yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa (POD) dalam meningkatkan kemampuan multikeaksaraannya. C. Petunjuk Penggunaan Setelah mempelajari modul pembelajaran ini, para tutor peserta orientasi/bintek pembelajaran pendidikan multikeaksaraan diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia sebagai bekal untuk melaksanakan proses dan implementasi pembelajaran pada pendidikan multikeaksaraan. KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 1

9 1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara: a. menggali pengetahuan, pengalaman, dan permasalahan peserta tentang program pendidikan keaksaraan; b. menyamakan paradigma tentang program pendidikan keaksaraan dan urgensinya dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan; c. mendeskripsikan berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan, serta yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan; dan d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menjabarkan berbagai kebijakan pendidikan keaksaraan agar memudahkan peserta didik memahami materi belajar. 2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 60 menit 1) menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan: 2) menginformasikan tentang data-data penduduk buta aksara, baik nasional, provinsi, serta kabupaten/kota; 3) menjabarkan semua jenis program pendidikan keaksaraan dengan berbagai ragam dan variasinya, serta alokasi sasaran perdaerah; 4) Menyampaikan dan menjabarkan grand desain pendidikan keaksaraan ke pendidikan kesetaraan; 5) menyampaikan berbagai praktik terbaik (best practice) pendidikan keaksaraan.. b. pemberian penguatan: 10 menit 3. Melakukan dialog dan Tanya jawab terkait program dan kebijakan pendidikan keaksaraan 40 menit. Memberikan penugasan kepada peserta selama 50 untuk membuat rencana pemetaan dan penuntasan buta aksara melalaui program pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan, dengan cara membagi peserta ke dalam 3 (lima) kelompok. Pembagian kelompok mengacu pada konteks wilayah, yaitu: a. wilayah terpadat buta aksara; b. wilayah 3T, Papua, dan Papua Barat; c. wilayah komunitas adat terpencil/komunitas khusus. 4. Melaksanakan refleksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 10 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika memetakan dan menjabarkan berbagai program pendidikan mulikeaksaraan. D. Materi Pembelajaran 1. Perkembangan Pendidikan Keaksaraan Pada tahun 2015 ini pemerintah Indonesia berusaha agar angka penduduk buta aksara berada pada tingkat minimal di atas target yang sudah dicanangkan dalam tujuan pembangunan millennium, yaitu sekitar 4 persen dari jumlah penduduk berusia tahun untuk beberapa provinsi dan kebupaten/kota yang masih memiliki angka penduduk buta aksara di atas 4 persen, tepatnya di atas rata-rata nasional sebesar 3,43 persen. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2015 masih terdapat 2 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

10 sekitar 11 provinsi dan 24 kabupaten/kota yang penduduk buta aksara tinggi yang memerlukan percepatan pengurangan penduduk buta aksara melalui pendidikan keaksaraan yang secara terus menerus harus dikembangkan sesuai kondisi dan permasalahan yang dihadapi. Untuk mengatasi masalah masih tingginya angka buta aksara, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan melalui berbagai kebijakannya, secara berkelanjutan terus mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan keaksaraan dalam tiga model dasar yaitu pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri, dan pendidikan multikeaksaraan. Model (terkini) dari pendidikan keaksaraan dasar telah dikembangkan dan dilaksanakan pada tahun 2014 yang lalu, dan pada tahun 2015 dikembangkan model pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan (sebagai bentuk dari pendidikan keaksaraan lanjutan) yang meliputi seluruh komponen-komponen penting pendidikan keaksaraan. Secara konseptual, untuk mengembangkan model pendidikan keaksaraan harus didasarkan pada kondisi dan permasalahan yang dihadapi pada saat ini, khususnya tentang pembelajaran dan mutu peserta didiknya. Bagaimana sesungguhnya kondisi dan permasalahan yang dihadapi dalam menuntaskan penduduk buta aksara dalam konteks percepatan pendidikan keaksaraan sebagaimana dijelaskan di atas, terutama kondisi dan masalah pembelajaran dan mutu peserta didik? Tulisan singkat ini akan membahas tentang permasalahan yang dihadapi berkait dengan pembelajaran dan mutu peserta didik pendidikan keaksaraan di Indonesia yang secara lebih khusus pada pendidikan lanjutan, pendidikan keaksaraan Prapaket A setara kelas 3, dan pendidikan multikeaksaraan. 2. Sasaran dan Data Penduduk Buta Aksara Penting untuk diketahui bagaimana kondisi sasaran pendidikan keaksaraan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini secara kuantitatif. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa sasaran buta aksara usia tahun secara nasional sebesar 3,43% atau sekitar 5,629,943 jiwa. Angka ini turun 0,27% dari tahun Dari data tersebut, bila dilihat per provinsi masih terdapat dua provinsi yang masih memiliki angka persentase buta aksara di atas 10% yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 10.32% dan Papua sebesar 21,22%. Dua provinsi ini pada tahun 2014 sebenarnya sudah mengalami penurunan 0,3% untuk provinsi NTB dan 7,39% untuk provinsi Papua. Sementara itu, data lain menunjukkan bahwa masih ada 11 provinsi yang memiliki penduduk buta aksara di atas rata-rata nasional sebesar 3.43% pada tahun 2015, yaitu Papua (21,22%), Nusa Tenggara Barat (10,32%), Sulawesi Barat (7,30%), Sulawesi Selatan (6,91%), Nusa Tenggara Timur (5,98%), Kalimantan Barat (5,23%), Papua Barat (4,05%), Jawa Timur (5,63%), Bali (4,86%), Sulawesi Tenggara (4,24%), dan Jawa Tengah (4,30%) (PDSP, 2014, dalam Jurnal Akrab, 2015). Di samping 11 provinsi tersebut, masih terdapat 6 provinsi dengan angka buta aksara usia tahun di atas orang pada tahun 2015 (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2016), yaitu: Jawa Timur (1,430,353), Jawa Tengah (924,284), Jawa Barat (569,444), Papua (442,031), Sulawesi Selatan (366,310), Nusa Tenggara Barat (309,715). KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 3

11 Tabel 1 Penduduk Buta Aksara Indonesia Tahun 2015 Per Provinsi Usia tahun 2015 No. Nama Provinsi Penduduk Buna Aksara th Persentase Buna Aksara th Laki2 Perem L+P Laki2 Perem L+P 1 DKI Jakarta 8,530 37,441 45, Jawa Barat 172, , , Jawa Tengah 278, , , DI Yogyakarta 11,996 31,119 43, Jawa Timur 455, ,384 1,430, Aceh 18,067 42,969 61, Sumatera Utara 43,722 83, , Sumatera Barat 17,674 30,874 48, Riau 15,302 32,004 47, Jambi 12,442 29,777 42, Sumatera Selatan 29,561 58,847 88, Lampung 28,063 65,180 93, Kalimantan Barat 43, , , Kalimantan Tengah 14,985 31,746 46, Kalimantan Selatan 2,870 7,102 9, Kalimantan Timur 3,731 7,870 11, Kalimantan Utara 3,512 5,730 9, Sulawesi Utara 3,369 3,197 6, Sulawesi Tengah 23,078 33,815 56, Sulawesi Selatan 161, , , Sulawesi Tenggara 20,445 42,930 63, Maluku 5,447 8,219 13, Bali 32,371 99, , Nusa Tenggara Barat 99, , , Nusa Tenggara Timur 74, , , Papua 193, , , Bengkulu 6,645 15,537 22, Maluku Utara 2,921 6,675 9, Banten 37, , , Bangka Belitung 5,743 12,439 18, Gorontalo 11,021 8,300 19, Kepulauan Riau 5,647 9,728 15, Papua Barat 7,238 15,592 22, Sulawesi Barat 21,255 36,392 57, Indonesia 1,872,669 3,757,274 5,629, Sumber: Data PDSP Kemdikbud, Kendala dan Permasalahan Buta Aksara Dari data yang ada, Indonesia diketahui masih memiliki jumlah penduduk buta aksara relatif tinggi, masih sekitar 5,6 juta orang. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah mengapa warga buta aksara masih banyak? Berikut ini merupakan penjelasan masih tingginya angka buta aksara itu (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2016). Pertama yang menjadi penyebab masih tingginya angka buta aksara adalah karena cara pendataan yang kurang tepat. Data yang ada di tingkat paling bawah berupa data jumlah peserta didik buta aksara yang tidak dilengkapi dengan data peserta didik yang mencakup nama dan alamat secara eksplisit. Hal ini kemudian menyebabkan ketidakjelasan sasaran 4 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

12 warga buta aksara. Ada sasaran yang memang masih buta aksara tetapi tidak dapat mengikuti pembelajaran keaksaraan. Sebaliknya ada peserta didik yang sudah mengikuti pembelajaran keaksaraan, karena pendataan yang kurang tepat tadi itu dapat berkali-kali mengikuti program pembelajaran keaksaraan. Sekali lagi, karena kekurangtepatan data sasaran di tingkat paling bawah. Salah satu cara pemecahannya adalah perlu dilakukan pendataan peserta didik yang masih buta aksara lengkap dengan nama dan alamat jelas di tingkat desa dengan melibatkan BPS. Kedua masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena peserta didik dalam kelompok belajar keaksaraan yang dilaksanakan diduga banyak peserta didik yang bukan buta aksara, tapi sudah melek aksara. Hal ini terjadi berkait dengan sebab yang pertama di atas yaitu karena pendataan yang kurang tepat yang tidak mencantumkan nama dan alamat peserta didik yang masih buta aksara secara jelas. Oleh karena peserta didik bukan berasal dari data dasar yang benar di setiap desa maka tidak akan mengurangi jumlah warga buta aksara di daerah tersebut. Dengan demikian seharusnya peserta didik yang diikutkan dalam pembelajaran keaksaraan itu adalah peserta didik yang masuk dalam data dasar peserta didik di tingkat desa. Ketiga masih banyaknya peserta didik yang masih buta aksara karena sebagian besar peserta didik tidak tuntas mengikuti pembelajaran tetapi sudah dianggap selesai atau sudah melek aksara sehingga tidak mengurangi jumlah peserta didik yang masih buta aksara yang sesungguhnya masih ada. Sebab katiga ini muncul berkait dengan dua hal penting yaitu pelaksanaan pembelajaran keaksaraan dan pengelolaan program pendidikan keaksaraan pada umumnya. Sebagai contoh apabila ada 10 peserta didik yang mengikuti pembelajaran keaksaraan dan hanya 6 peserta didik yang selesai (lulus) mengikuti program pembelajaran maka yang dihitung selesai hanya 6 orang itu, bukan dihitung 10 peserta didik yang selesai. Pemecahan masalah yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan keaksaraan secara sungguh-sungguh mengacu pada standar kompetensi lulusan yang telah disepakati dan apabila memang ada peserta didik yang tidak selesai dan tidak lulus maka tidak dihitung sebagai peserta didik sudah melek aksara. Keempat masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena peserta didik yang sudah melek aksara tidak memperoleh program lanjutan atau pemeliharaan sehingga kembali menjadi buta aksara. Apabila peserta didik yang baru melek aksara tidak ditindaklanjuti dengan program keaksaraan lanjutan maka akan terjadi buta aksara kembali sehingga menambah kembali warga masyarakat yang buta aksara. Sehubungan dengan hal itu maka diperlukan program lanjutan untuk membina kemampuan calistung peserta didik sehingga peserta didik yang sudah melek aksara akan terus melek aksara dan tidak kembali menjadi buta aksara. Kelima, terakhir, masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara. Oleh karena itu diperlukan pemahaman bersama tentang SKL, KI, dan KD oleh KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 5

13 tutor dan pihak-pihak terkait lainnya seperti instruktur, pamong belajar, pengelola PKBM, penilik, dan lain-lain. Selain itu, hendaknya dalam merancang rencana pembelajaran selalu mengacu pada kebutuhan peserta didik, kondisi peserta didik, dan standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan/ ditetapkan. 4. Rancangan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 dan 2016 mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan dalam tiga model yaitu pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan lanjutan, dan pendidikan keaksaraan mandiri dengan sedikit modifikasi menjadi pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri, dan pendidikan multikeaksaraan. Ketiga model itu bersifat berkelanjutan tetapi tidak berjenjang. Secara sederhana, pendidikan keaksaraan dasar menekankan pada kemampuan calistung, pendidikan keaksaraan usaha mandiri menekankan pada pemeliharaan keberaksaraan dan kemampuan awal untuk berusaha, sedangkan pendidikan Multikeaksaraan menekankan pada pengembangan peran peserta didik dalam masyarakat. Ketiga model itu dilaksanakan dengan pendekatan fungsional yang disesuaikan dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan peserta didik setempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan grand design pendidikan keaksaraan & kesetaraan berikut: KEAKSARAAN DASAR GRAND DESIGN PENDIDIKAN KEAKSARAAN & KESETARAAN (Pra Wajar Dikdas) Program Pendidikan Keaksaraan Dasar SUKMA KEAKSARAAN LANJUTAN Program KUM: Program Multi Keaksaraan: PENDIDIKAN KESETARAAN Hal menarik dari ketiga model pendidikan keaksaraan itu, khususnya untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan Multikeaksaraan dirancang setara dengan Paket A setara SD kelas 3 sehingga dengan demikian para peserta didik pendidikan keaksaraan dapat berlanjut terus ke pendidikan kesetaraan Paket A setara kelas 4, dan seterusnya ke program Paket B dan Paket C tahap berikutnya. 6 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

14 Agar pendidikan keaksaraan yang dimaksud di atas memiliki kekuatan hukum yang pasti, maka untuk pendidikan keaksaraan dasar telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. Sedangkan untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, yang isinya mengatur tentang pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan Multikeaksaraan. 5. Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Untuk meningkatkan keberhasilan dalam melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan lanjutan beberapa kebijakan teknis telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan pada tahun 2014 yang mencakup beberapa hal berikut ini: standar kompetensi lulusan, test kemampuan awal dan akhir, pendekatan pembelajaran fungsional, beberapa contoh pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pendidikan keaksaraan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan keaksaraan dasar secara singkat dideskripsikan sebagai berikut: (1) dapat membaca dan menulis bahasa Indonesia minimal 3 kalimat sederhana, (2) dapat mendeskripsikan lingkungan, jati diri, dan gambar, (3) dapat melakukan operasi perhitungan (tambah, kurang, kali, dan bagi) minimal dua digit, (4) dapat mengoperasikan uang dalam kehidupan sehari-hari, dan (5) dapat melakukan operasi perhitungan jarak, isi, waktu, dan berat. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan keaksaraan lanjutan secara singkat dideskripsikan sebagai berikut: (1) Sikap: Menjalankan ibadah dan mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya sehingga dapat berperilaku serta memiliki etika sebagai warga masyarakat yang baik, (2) Pengetahuan: Mampu menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia, (3) Keterampilan: Mampu mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia. Kebijakan teknis kedua berkait dengan pelaksanaan tes pada proses pembelajaran pendidikan keaksaraan yang mencakup tes kemampuan awal dan tes akhir dengan evaluasi berbasis kompetensi. Ada tiga kondisi yang dirancang dalam proses pembelajaran pendidikan keaksaraan. Pertama, awal, peserta didik tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung kemudian dilaksanakan pembelajaran huruf, suku kata, kata, dan kalimat serta belajar angka dan menghitung (tambah, kurang, kali, dan bagi) dengan pengantar bahasa Ibu untuk memudahkan mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat, dan angka. Kedua, peserta didik bisa membaca, menulis, dan berhitung tapi tidak lancar, maka dilakukan proses pembelajaran membuat kalimat dan deskripsi serta belajar berhitung. Peserta didik dilatih membuat kalimat atau mendeskripsikan sesuatu dalam bahasa Ibu dan lanjut ke bahasa Indonesia dan diajarkan berhitung. KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 7

15 Ketiga, peserta didik sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung dengan lancar kemudian dilanjutkan pembelajaran perhitungan uang, jarak, waktu, isi, dan berat. Peserta didik dilatih menghitung yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari. Setelah berlangsung proses pembelajaran keaksaraan pada tiga kondisi tersebut kemudian dilakukan penilaian berbasis SKL atau berbasis kompetensi dan kepada peserta yang telah selesai dan dinyatakan lulus diberikan surat keterangan melek aksara (SUKMA) dan surat keterangan melek aksara lanjutan (SUKMA-L) untuk lulusan KUM dan Multikeaksaraan. Di atas dijelaskan tentang pendekatan fungsional dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan. Apa yang dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam pendidikan keaksaraan itu? Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014) menyebut pendekatan fungsional sebagai materi, media, dan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan serta minat peserta didik. Pendekatan fungsional ini berdampak pada dua hal yaitu materi yang diajarkan mudah diikuti dan dipahami karena terkait dengan kondisi dan dirasakan manfaatnya oleh peserta didik serta apapun yang ada di sekitar peserta didik dapat digunakan sebagai sumber, bahan dan media pembelajaran. Dengan demikian maka dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar atau calistung, materi pembelajarannya disusun dari kondisi, masalah, kebutuhan, keinginan dan minat peserta didik yang mengacu pada standar kompetensi lulusan (SKL). Dalam hubungannya dengan mengembangkan contoh-contoh pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan lanjutan (KUM dan Multikeaksaraan), Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan mengidentifikasi beberapa contoh pembelajaran pendidikan keaksaraan yang selama ini telah dilaksanakan dan perlu dikembangkan. Pembelajaran pendidikan keaksaraan yang pertama dilaksanakan dengan model klasikal seperti anak sekolah yang ternyata dari pengalaman selama ini proses pembelajaran dengan cara klasikal ini kurang menarik, kaku, suasana belajar menjadi formal, hasil belajar kurang fungsional, dan proses pembelajaran memerlukan waktu lama untuk mencapai standar kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan dasar/pendidikan keaksaraan lanjutan. Pembelajaran kedua yang dilaksanakan adalah model pembelajaran kelompok dalam bentuk rombongan belajar. Pembelajaran dalam bentuk kelompok (dibaca: rombongan belajar) ini ternyata lebih menarik, pembelajarannya dinamis, suasana kekeluargaan, peserta didik cepat menguasai kemampuan calistung, hasil belajar lebih fungsional dan pembelajaran bisa lebih cepat mencapai SKL. Model kedua ini pada akhir-akhir ini banyak dilakukan dibanding dengan model pembelajaran klasikal. Model kelompok belajar ini merupakan model pembelajaran yang diharapkan banyak dilakukan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan. Model pembelajaran lain yang dilakukan adalah model pembelajaran dengan muatan keterampilan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha lanjutan dipadukan dengan pembelajaran kelompok. Hasilnya ternyata jauh lebih baik bila pembelajaran kelompok tidak dilaksanakan dengan keterampilan. Pembelajaran dengan keterampilan ini sesuai dengan karakteristik kebutuhan peserta didik orang dewasa. Beberapa tahun terakhir ini banyak dilaksanakan dan dikembangkan pembelajaran pendidikan keaksaraan yang disertai dengan pendidikan keterampilan. 8 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

16 Bagaimana halnya dengan evaluasi pembelajaran pendidikan keaksaraan? Apakah ditetapkan juga kebijakan teknisnya? Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan melaksanakan dua jenis penilaian yaitu hasil belajar dan keberhasilan program pendidikan keaksaraan. Penilaian pertama dilakukan oleh tutor sebagai pengelola pembelajaran: menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan penilaian proses pembelajaran serta melakukan administrasi pembelajaran. Penilaian kedua dilakukan oleh Dinas Pendidikan sebagai koordinator penilaian akhir pendidikan keaksaraan dengan langkahlangkah membentuk tim, menyusun dan menggandakan alat penilaian, menentukan waktu dan tempat penilaian akhir, melakukan penilaian, mengolah hasil, menetapkan kelulusan, mengumumkan hasil, dan menerbitkan SUKMA/SUKMA-L. Selain itu para pemangku kepentingan yang lain dapat melakukan pemantauan pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilaksanakan di tingkat desa dan lembaga oleh tim dinas pendidikan kabupaten/kota. E. Latihan 1. Setelah mempelajari materi/modul bintek di atas, coba anda lakukan identifikasi masalah dan rumuskan kebijakannya dengan mengacu pada peta masalah dan kebijakan yang sudah dijelaskan di atas yang berada di lingkungan tempat kerja anda sendiri di tingkat lembaga. 2. Cobalah anda menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: a. Sebutkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan keaksaraan di Indonesia? b. Sebutkan beberapa kebijakan yang telah dirumuskan untuk mengatasi dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pendidikan keaksaraan di Indonesia? Kunci Jawaban 1. Masalah-masalah yang dihadapi meliputi masih tingginya buta aksara yang disebabkan; a) cara pendataan yang kurang tepat, b) diduga banyak peserta didik yang bukan buta aksara, tapi sudah melek aksara, c) sebagian peserta didik tidak tuntas mengikuti pembelajaran tetapi sudah dianggap selesai atau sudah melek aksara sehingga tidak mengurangi jumlah peserta didik yang masih buta aksara yang sesungguhnya masih ada, d) peserta didik yang sudah melek aksara tidak memperoleh program lanjutan atau pemeliharaan sehingga kembali menjadi buta aksara, e) banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara. 2. Kebijakan yang telah dirumuskan mencakup; a) mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang mencakup; Standar Kompetensi Lulusan (SKL), banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), b) pelaksanaan tes pada proses pembelajaran pendidikan keaksaraan KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 9

17 yang mencakup tes kemampuan awal, proses dan tes akhir dengan evaluasi berbasis kompetensi. Kebijakan lainnya adalah pengembangan ragam keaksaraan melalui pendidikan multikeaksaraan yang diharapkan akan menjawab berbagai kebutuhan dan minat peserta didik pasca keaksaraan dasar. F. Refleksi Secara kuantitatif, jumlah penduduk buta aksara di Indonesia relatif masih cukup tinggi, tersebar di sepertiga provinsi di Indonesia dan di beberapa kabupaten/kota dengan karakteristik utama lokasi dengan fasilitas transportasi yang masih terbatas disertai adanya sejumlah faktor yang menyebabkan masih tingginya angka buta aksara, antara lain cara pendataan yang dilakukan kurang tepat dan lemahnya pelaksanaan pendidikan keaksaraan dasar sehingga masih memerlukan beberapa perbaikan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan keaksaraan. Oleh karena itu kemudian ditetapkan beberapa kebijakan untuk memperbaiki program pendidikan keaksaraan yang dilaksanakan seperti rumusan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan pelaksanaan penilaian. Daft ar Pustaka Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014). Materi I: Kebijakan Bidang Pendidikan Keaksaraan. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Jakarta. Wartanto Sketsa Perkembangan Pendidikan Keaksaraan di Indonesia. Jurnal Akrab! Volume V Edisi 1/Maret MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

18 MODUL 2 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN KODE M-2 2 jam Oleh: Erika Yuanita Fatimah, S.Pd. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN

19 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN Lanjutan A. Pengantar Materi Dalam melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan, para tutor pendidikan keaksaraan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015, serta ketentuan-ketentuan yuridis yang mengatur tentang pendidikan keaksaraan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar hak-hak penduduk buta aksara mendapat jaminan secara memadai serta terpelihara kemampuan keberaksaraan penduduk yang telah melek aksara. DModul pembelajaran ini berisi materi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tentang penyelenggaran pendidikan keaksaraan lanjutan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam: 1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan keberaksaraan masyarakat. 2. menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai cara pembelajaran pendidikan multikeaksaraan 3. melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metode yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa meningkatkan kemampuan keberaksaraannya. C. Petunjuk Penggunaan 1. Lakukan apersepsi kurang lebih 15 menit dengan cara: a. Menggali pengetahuan dan pemahaman peserta dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan b. Menyamakan persepsi tentang adanya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan. 12 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

20 c. Mendeskripsikan isi materi dari Permendikbud Nomor 42 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan. d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar. 2. Menyampaikan materi kurang lebih 45 menit tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 meliputi: kurikulum, pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian dan sertifikasi, pembinaan, pembiayaan, dan ketentuan lainnya. 3. Melaksanakan diskusi bersama atau forum tanya jawab dengan waktu 45 menit mengenai penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan, dalam hal ini lebih ditekankan pada pendidikan multikeaksaraan. 4. Melaksanakan refleksi dengan 15 menit bersama peserta bimbingan teknis yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan multikeaksaraan. D. Materi Pembelajaran Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud oleh pasal 26 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, untuk implementasinya memerlukan penguatan lebih lanjut dasar yuridisnya untuk memperjelas posisi dan peran pendidikan keaksaraan baik dalam konteks pendidikan nonformal, pendidikan nasional, maupun pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan nasional pada umumnya. Dasar yuridis pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan yang mendukung Permendikbud nomor 42 tahun 2015 adalah: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Meskipun sudah dikenal dan dilaksanakan sejak lama, Pendidikan Keaksaraan secara yuridis muncul atau disebut dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 26 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang menjelaskan tentang pendidikan nonformal. 2. Peraturan Pemerintah Ada dua peraturan pemerintah yang perlu dikaji dalam tulisan ini berkait dengan pendidikan nonformal dan khususnya pendidikan keaksaraan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Beberapa butir informasi yang diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang menyangkut pendidikan nonformal tertuang dalam Bab IV Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal Bagian Kesatu PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN

21 sampai Bagian Kelima yaitu tentang umum, fungsi dan tujuan, satuan pendidikan, program pendidikan dan penyetaraan hasil pendidikan. Pada pasal 112 ayat (1) dijelaskan bahwa pendidikan keaksaraan merupakan pendidikan bagi warga masyarakat buta aksara latin agar mereka dapat membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia dan berpengetahuan dasar yang memberikan peluang untuk aktualisasi potensi diri. Ayat (2) menjelaskan bahwa pendidikan keaksaraan berfungsi memberikan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, serta pengetahuan dasar kepada peserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan keaksaraan dapat dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup yaitu program pendidikan yang mempersiapkan peserta didik pendidikan nonformal dengan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan estetis, kecapakapan kinestetis, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional yang diperlukan untuk bekerja, berusaha, dan/atau hidup mandiri di tengah masyarakat. Perlu juga dijelaskan bahwa tentang penyetaraan hasil pendidikan yang dijelaskan bahwa hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui ujian kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah sesuai kewenangan masingmasing, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Pasal 115). 3. Peraturan Menteri Untuk memperjelas posisi dan peran pendidikan nonformal pada umumnya dan pendidikan keaksaraan khususnya, dari segi yuridis perlu ditelusuri juga beberapa peraturan yang bersumber dari peraturan menteri yang relevan antara lain: a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara; b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Nonformal; c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal; d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan merupakan pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan sebagai acuan dalam penyelenggaraan dan penjaminan mutu pendidikan keaksaraan usaha mandiri yang merupakan bagian dari keaksaraan lanjutan. Bahwa dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan keberaksaraan yang disertai dengan kemampuan berusaha secara mandiri bagi warga masyarakat pasca penyandang buta aksara, perlu diselenggarakan pendidikan keaksaraan lanjutan. 14 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

22 Pedoman penyelenggaraan dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang: Ketentuan umum Kurikulum Pembelajaran Pendidik dan tenaga kependidikan Sarana dan prasarana Penilaian dan sertifikasi Pembinaan Pembiayaan, dan Ketentuan lain Pada bagian Bab I Ketentuan Umum dijelaskan tentang pengertian keaksaraan dan pengertian keaksaraan lanjutan. Pendidikan Keaksaraan adalah layanan pendidikan bagi warga masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang untuk aktualisasi potensi diri. Sedangkan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan adalah layanan pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang telah selesai melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dalam rangka mengembangkan kompetensi bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar. Dalam kaitan dengan hal tersebut maka penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan menjadi penting dan oleh karena itu perlu dibuat suatu pedoman penyelenggaraan yang perlu dipatuhi oleh semua penyelenggara pendidikan keaksaraan, khususnya yang menyangkut; (a) rekrutmen peserta, (b) pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi inti, dan kompetensi dasar untuk ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pendidikan keaksaraan lanjutan terdiri atas pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan. Pendidikan keaksaraan usaha mandiri merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keberaksaraan dan pengenalan kemampuan berusaha. Sedangkan pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi keaksaraan bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar. Pencapaian hasil belajar pendidikan keaksaraan lanjutan yang termasuk dalam kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 1. Sikap; berupa dimilikinya perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab menjalankan fungsi dan peran dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. 2. Pengetahuan; berupa penguasaan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pengembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk meningkatkan kualitas hidup. 3. Keterampilan; berupa kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN

23 Struktur kurikulum pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan pengorganisasian kompetensi inti dan kompetensi dasar pada dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam program pendidikan keaksaraan lanjutan. Sedangkan ruang lingkup materi yang dipelajari dalam pendidikan keaksaraan lanjutan adalah teks sederhana yang meliputi teks penjelasan, teks khusus, teks tabel dan diagram, teks petunjuk arahan, teks narasi, dan teks laporan, penggunaan pecahan sederhana, bilangan dan uang serta penggunaan pengukuran dan pengetahuan keruangan sederhana dalam aspek kehidupan sehari-hari. Program pendidikan keaksaraan lanjutan diselenggarakan dengan alokasi waktu 86 jam. Kurikulum pada pendidikan keaksaraan lanjutan berupa program pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu yang fungsional, maksudnya terintegrasi dengan kehidupan keseharian peserta didik, meliputi agama, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Proses pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajarannya yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hendaknya didasarkan pada proses pembelajaran kontekstual, kooperatif dan kolaboratif, andragogik, tematik, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan disertai cara-cara penilaian hasil pembelajaran yang memenuhi persyaratan penilaian hasil pembelajaran disertai dengan dilaksanakannya pengawasan proses pembelajaran. Metode pembelajaran keaksaraan lanjutan dilaksanakan dengan tatap muka, tutorial, dan/ atau pendampingan. Rasio layanan untuk pendidik dan peserta didik paling banyak 1 : 10. Penyelenggara pendidikan keaksaraan lanjutan dapat memanfaatkan sarana yang tersedia di lingkungannya untuk menunjang proses pembelajaran. Penyelenggara juga bertanggungjawab untuk mengatur dan mengelola secara kreatif dan inovatif segala aktivitas yang terkait dengan pendidikan keaksaraan lanjutan. Penilaian dalam pendidikan keaksaraan lanjutan dilakukan oleh pendidik dan Dinas. Penilaian oleh pendidik dilakukan pada awal, proses dan akhir pembelajaran keaksaraan lanjutan. Sedangkan penilaian oleh Dinas Pendidikan dilakukan pada akhir program pendidikan keaksaraan lanjutan. Peserta didik yang telah memenuhi kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan memperoleh sertifikat berupa Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L) yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang ditandatangani oleh Kepala Bidang yang menangani pendidikan nonformal atas nama Kepala Dinas. Sedangkan untuk nomor SUKMA-L dikeluarkan oleh Direktorat yang menangani pendidikan masyarakat. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan. Penyelenggara pendidikan keaksaraan lanjutan wajib melaporkan hasil pelaksanaan pendidikan keaksaraan pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. E. Latihan Setelah mempelajari modul Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan, coba anda rumuskan substansi penting dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan! 16 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

24 F. Refleksi Secara yuridis pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya bagi kelompok sasaran yang secara Pendidikan belum pernah tersentuh oleh pendidikan yang secara institusional berperan dalam meningkatkan kualitas manusia dan kualitas kehidupan. Dalam melaksanakan peran penting itu pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan perlu diselenggarakan dan dikelola secara baik atas dasar prinsip-prinsip pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.. Coba anda cermati beberapa peraturan perundang-undangan di atas dan rumuskan beberapa hal yang menjadi inti dari peraturan tersebut! Daft ar Pustaka Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Modul Orientasi Tutor Keaksaraan Usaha Mandiri: Modul 2, Peraturan Mente ri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantaran Buta Aksara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal. Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN

25 MODUL 3 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA KODE M-3 3 jam Oleh: Dr. Ade Kusmiadi, M.Pd. 18 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

26 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA A. Pengantar Materi Agar pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan sesuai dengan kontek dan kondisi sasaran (peserta didik) yang pada umumnya orang dewasa dengan berbagai karakter dan budaya yang berbeda, maka para tutor/fasilitator pendidikan multikeaksaraan perlu memiliki kompetensi pengetahuan dan pemahaman tentang filosofi dan konsep pendidikan orang dewasa. Fasilitator dalam pembelajaran orang dewasa dituntut memiliki kemampuan profesional, personal dan sosial secara memadai untuk mendukung keberhasilan pendidikan multikeaksaraan. Modul pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran yang terkait dengan filosofi dan konsep pendidikan orang dewasa yang akan mengantarkan para tutor (peserta orientasi) agar lebih mengetahui dan memahami konsep dan praktek pembelajaran orang dewasa dalam program pendidikan multikeaksaraan. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul Konsep dan Filosofi Pendidikan Orang Dewasa, tutor mempunyai kemampuan dalam: 1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan multikeberaksaraan masyarakat. 2. menguasai pengetahuan filosofis, faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai metode pembelajaran pendidikan orang dewasa (POD) pada pendidikan multikeaksaraan. 3. memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metoda yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa (POD) dalam meningkatkan kemampuan multikeaksaraannya. C. Petunjuk Penggunaan 1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara: a. menggali pengalaman dan permasalahan peserta dalam pendidikan orang dewasa b. menyamakan paradigma tentang urgensi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 19

27 2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 40 menit 1) menjelaskan tentang konsep dan filosofi pendidikan orang dewasa 2) menjelaskan tentang implementasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dan contoh-contohnya b. pemberian penguatan: 25 menit 1) menyimpulkan konsep dan filosofi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran multikeaksaraan 2) mempersilahkan 1 orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan yang diungkapkan oleh fasilitator. 3. Melaksanakan diskusi tentang implementasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran multikeaksaraan 45 menit 4. Mempraktikkan pembelajaran keaksaraan pada orang dewasa 45 menit. 5. Melaksanakan refleksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 15 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan mulikeaksaraan D. Materi Pembelajaran 1. Pengertian dan Karakteristik Orang Dewasa a. Pengertian Yang dimaksud orang dewasa dalam modul ini, merujuk pada pandangan Knowles (1980) sebagai pelopor Andragogi, yaitu dari sudut pandang penentuan status individu sebagai orang dewasa, ada dua pertanyaan penting yang perlu dijawab, yaitu (a) siapakah yang berlaku sebagai partisipan orang dewasa (peserta didik), siapakah yang berperan sebagai orang dewasa?. Hal ini berkaitan dengan dengan definisi sosiologis, dan (b) siapakah yang memiliki konsep diri sebagai orang dewasa?. Hal ini berkaitan dengan definisi psikologis. Pertanyaan pertama berkaitan dengan sejauh mana individu melakukan peranan sosial. Sedangkan pertanyaan kedua berkaitan dengan sejauh mana individu menerima dirinya sendiri sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kehidupanya. Melalui kedua sudut sudut pandang itu, siapapun boleh mendefinisikan dari perspektif mana mengambilnya, namun dalam bahan pembelajar ini bahwa orang dewasa adalah orang yang melakukan peran sosial secara produktif dan bertanggug jawab terhadap kehidupannya. b. Karakteristik Knowles (1974) menyatakan : kunci keberhasilan dalam proses belajar untuk orang dewasa terletak pada keterlibatan mereka dalam proses tersebut, karena orang dewasa memiliki karakteristik psikologik yang berbeda dengan anak, seperti : Pertama, orang dewasa mempunyai konsep diri yang memandang dirinya sepenuhnya mampu mengatur dirinya sendiri. Oleh sebab itu orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. Orang dewasa akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai pribadi yang mandiri. 20 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

28 Kedua, orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengetahuan sebagai akibat dari latar belakang kehidupannya dimasa lalu. Makin lama ia hidup, makin banyak pengetahuan dan pengalamannya, maka dalam proses belajar orang dewasa lebih banyak mempunyai peluang untuk mengontribusikan pengalaman tersebut kepada orang lain, sehingga memungkinkan baginya untuk diperankan sebagai sumber belajar. Disisi lain, pada orang dewasa juga cenderung berpikir dan mempunyai kebiasaan menetap, sehingga cenderung kurang terbuka. Ketiga, orang dewasa mempunyai kesiapan belajar. Masa kesiapan belajar ini sebagai akiat adanya peranan sosial yang mereka emban. Peranan sosial pada mereka berubah sejalan dengan perubahan usia mereka dan hal inilah yang mengakibatkan adanya perubahan kesiapan belajar. Sebagai implikasinya, kurikulum belajar disusun berdasarkan urutan tugas perkembangan mereka dan bukan semata-mata atas dasar logik mata pelajaran. Keempat, orientasi belajar pada orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari, mereka terlibat dalam kegiatan belajar sebagian besar akibat adanya respon terhadap apa yang dirasakan dalam kehidupannya sekarang. Oleh karena itu, pendidikan seperti belajar pada orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. 2. Bagaimana Orang Dewasa Belajar Pada dasarnya bahwa pendidikan orang dewasa atau pembelajaran pada orang dewasa yang dikenal dengan andragogi adalah seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar. Knowles dalam Rifa i (2009), salah satu yang dimaksud dengan pendidikan orang dewasa dalam kontek yang lebih luas itu adalah digunakan untuk menggambarkan proses pembelajaran. Pengertian ini meliputi proses perolehan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, minat ataupun nilai-nilai baru bagi masyarakat. Istilah ini digunakan oleh orang dewasa untuk mengembangkan diri, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dan digunakan oleh lembaga untuk mengembangkan ketenagakerjaan dan sejenisnya. Proses belajar ini juga digunakan secara kombinasi dengan proses produksi, proses politik, ataupun proses pelayanan sosial. Berkaitan dengan itu, proses pembelajaran orang dewasa mempunyai beberapa tahapan sebagai berikut : a. Kesadaran, pengenalan terhadap materi yang dipelajari. b. Pemahaman, mulai dapat memahami konsep atau prinsip bahan yang dipelajari. c. Keterampilan, bila di dalam proses pembelajaran diberikan kesempatan untuk praktek, peserta didik akan dapat mencapai tahap penguasaan keterampilan. d. Penerapan pengetahuan dan keterampilan. e. Sikap, setelah menerapkan pengetahuan dan mempraktekkan keterampilan, peserta didik akan mempunyai sikap yang mencerminkan pengetahuan dan keterampilannya. Berdasarkan tahapan tersebut, maka sebelum memulai proses pembelajaran,tutor harus menyadari kebutuhan belajar peserta didik dan keterkaitan materi yang dipelajari terhadap kebutuhan tersebut. Kesadaran ini akan mendorong mereka untuk memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan yang harus dipelajari. Selanjutnya menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 21

29 3. Filosofi Pendidikan Orang Dewasa Filosofi yang medasari pendidikan orang dewasa (POD) tidak cukup dengan satu dasar saja, tetapi mengkaji beberapa pandangan aliran filsafat, karena sesuai dengan karakter manusia (dewasa) adalah unik, disamping memiliki karakter kesamaan juga memiliki perbedaanperbedaan satu dengan lainnya. Kesamaannya adalah sebagai makhluk bertuhan (homo religious), makhluk sosial (homo socious), makhluk ekonomi (homo economicus) dan lain sebagainya. Sedangkan perbedaannya terdapat dalam karakteristik internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dikaji pandangan-pandangan filsafat di bawah ini : a. Eksistensialisme atau Humanisme Filosofi Eksistensialisme atau Humanisme berfokus pada individu-individu dan kepercayaan bahwa individu selalu dalam masa transisi. Orang menginterpretasikan dunia berdasarkan persepsinya sendiri dan membangun konstruk sesuai realita mereka sendiri. Hal ini mungkin terjadi jika para pembelajar adalah pembelajar yang aktif. Pembelajar berpartisipasi dalam membuat situasi pendidikan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Itulah yang selalu dituntut dalam berbagai jenis pelayanan pembelajaran pendidikan luar sekolah (PLS) khusus dalam pendidikan orang dewasa (POD). Dimana setiap orang dewasa harus memilih kondisi belajar mereka sesuai dengan kebutuhan dan minat yang diarahkan oleh seorang fasilitator. Filosofi ini juga menjelaskan bahwa belajar merupakan proses pengembangan diri agar pembelajar mendapatkan sejumlah pilihan. Kata kunci yang dapat diambil dari filosofi ini adalah learner centered : orientasi pada pembelajar, kepercayaan antara pembelajar dan tutor atau fasilitator. b. Naturalisme Berpandangan bahwa belajar bagi manusia adalah sesuatu yang alamiah. Kebutuhan belajar inilah yang mengundang orang untuk membelajarkan, juga merupakan peristiwa yang alamiah. Sumber belajar atau tenaga pembelajar bukan megajar mata pelajaran tetapi membelajarkan warga belajar. Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa (POD), dilihat dari sisi posisi, adalah warga belajar berkedudukan sangat penting dan utama (student center). Dilihat dari sisi phisik, warga belajar perlu sehat dan mampu bertahan hidup terhadap goncangan kehidupan. Mereka sangat tergantung kepada orang lain dan aktivitas spontan untuk mendapatkan pengetahuan merupakan proses alamiah. Karena itu, ketergantungan sesama dan perolehan pengetahuan merupakann hal yang perlu diperhatikan. c. Idealisme Berpandangan bahwa manusia adalah makhluk rohaniah. Jadi, warga belajar adalah makhluk rohaniah yang merupakan alam rohaniah dari jagad raya. Implikasi dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa (POD), adalah harus mengembangkan aspek rohaniah warga belajar, yang meliputi ranah kognisi, afeksi, psikomotor dan aspirasi. Melalui pendidikan orang dewasa, potensi warga belajar dikembangkan, kesadaran dan keakraban antara potensi rohaniah, diri dan lingkungan ditingkatkan. Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan dan meyesuaikan perkembangan rohani dan jasmani, sikap positif, pikiran bebas, tanggung jawab, dan kesadaran terhadapan diri dan ligkungan serta menghubungkan rohani dengan Tuhan. Jadi, pembelajaran di dalam 22 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

30 pendidikan orang dewasa atau PLS, membantu mengoptimalkan perkembangan intelektual, perasaan dan keterampilan warga belajar (Djudju S. 1989). d. Realisme Berpandangan bahwa warga belajar adalah organisme yang memiliki kapasitas berpikir yang tinggi sehingga dapat diberikan pembelajaran. Mereka adalah organisme biologis yang memiliki syaraf yang kompleks dan mempunyai disposisi sosial (Djudju S. 1989: ). Karena itu, warga belajar menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa, adalah pembelajaran hendaknya memuat materi pembelajaran inti yang memungkinkan warga belajar memahami lingkungan, mengembangkan intelektual, kreatifitas, inovatif dan spontanitas (Djudju S. 1989:216). Pendidikan orang dewasa hendaknya dapat menjadikan warga belajar hidup layak (good life). Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan self determination, self realization dan self integration. Pembelajaran dimulai dari masalah yang berkaitan dengan kebutuhan nyata warga belajar, diarahkan dan dikaitkan dengan realitas dan kebaikan. e. Pragmatisme Berpandangan bahwa pengetahuan adalah semua hal yang dialami melalui alat dria. Jadi, pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan hasil belajar melalui pengalamannya. Di samping itu, warga belajar adalah individu yang memiliki bentuk terbaik, selalu berubah, tidak lepas dengan lingkungan, unik dan ada lingkaran proses kehidupan. Juga, warga belajar sebagai organisme yang paling utama, aktif, wawasannya fleksibel dan berpengalaman nilai (Butler, 1951:446). Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa, adalah tujuan dan kegiatan tersebut hendaknya fleksibel, terbuka terhadap perubahan, disusun secara rasional dan ilmiah. Pembelajaran tidak hanya memberikan informasi yang mapan tetapi mengembangkan wawasan dan pemikiran agar dapat memecahkan masalah, mengantisipasi masa depan. Peserta didik atau Warga belajar harus saling belajar, bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan bersama dan harapan masyarakat. Disamping itu, masih terbuka pandangan filsafat lainnya bila diperlukan dan ada relevansinya tematema pembelajaran yang diselnggarakan. 4. Implikasi dalam Pembelajaran Multikeaksaraan Implikasi dalam pembelajaran multikeaksaraan, secara garis besar meliputi empat aspek, yaitu konsep diri, peranan pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. a. Konsep Diri Konsep diri pada dasarnya terbagi kepada lima hal, yaitu : 1) Suasana Belajar Suasana belajar harus membuat pembelajar orang dewasa merasa nyaman dan kondusif, terutama berkenaan dengan situasi dan kondisi pembelajaran. 2) Diagnosis Kebutuhan Belajar Artinya pendidikan orang dewasa sangat mementingkan keterlibatan peserta didik di dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya. KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 23

31 3) Perencanaan Pembelajaran Dalam hal ini keterlibatan orang dewasa sebagai peserta didik mendapat peran yang sama dengan penyelenggara ataupun pendidik dalam proses pembelajaran, baik sebagai fasilitator ataupun sebagai narasumber lainnya. Karena, pada dasarnya perencanaan pembelajaran adalah penerjemahan dari kebutuhan yang telah didiagnosis ke dalam tujuan pembelajaran, perancangan, dan pelaksanaan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajarnya. 4) Pelaksanaan Pengalaman Belajar Pada prakteknya, pembelajaran orang dewasa memerlukan transaksi saling membelajarkan sebagai bentuk tanggung jawab bersama antara orang dewasa sebagai peserta didik dengan pendidik dan penyelenggara pendidikan. 5) Evaluasi Belajar Pendidikan orang dewasa menyarankan adanya proses self evaluation, dimana pendidik atau fasilitator mempersilahkan peserta didik (orang dewasa) memperoleh data dan kodisi proses maupun kemajuan belajarnya, untuk selanjutnya secara bersama-sama mengevaluasi hal tersebut. b. Peranan Pengalaman Pendidikan orang dewasa menganggap bahwa peserta didik orang dewasa sebelumnya telah memiliki pegalaman belajar yang kaya dan luas. Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam praktiknya. 1) Penekanan pada teknik ekperiential Artinya, memberikan keluasan partisipasi peserta didik dalam mengungkapkan pengalaman belajarnya, baik ketika dalam perancangan program pembelajaran, pelaksanaan, maupun evaluasinya. 2) Penekanan pada penerapan praktis Artinya, pendidik atau fasilitator pendidikan orang dewasa selalu memperhatikan pengalaman peserta didiknya dan beranggapan bahwa peserta didik itu akan dapat mempraktekan hasil pembelajarannya dalam kehidupan nyata (transfer of learning). 3) Belajar dari pengalaman Mengandung arti, melalui kegiatan belajar dari pengalaman orang dewasa dibantu agar bisa melihat dirinya sendiri secara objektif. c. Kesiapan Belajar Implikasi yang ketiga ini meliputi : 1) Waktu Belajar Implikasinya bahwa pengorganisasian kurikulum pembelajaran pendidikan multikeaksaraan hendaknya disesuaikan dengan tahap-tahap tugas perkembangan orang dewasa, bukan sebaliknya berorientasi kepada logika materi pembelajaran. 2) Pengelompokan peserta didik Sebenarnya, konsep tugas-tugas perkembangan memberikan arah/pedoman berkenaan dengan pembelajaran orang dewasa melalui kelompok-kelompok pembelajaran. Pengelompokan itu bisa saja didasarkan pada homogenitas atau heterogenitas karateristik orang dewasa. 24 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

32 d. Orientasi Belajar 1) Orientasi Pendidik Pendidik atau fasilitator hendaknya berorientasi dan memperhatikan kepada kebutuhan belajar orang dewasa dimana mereka berada dan sesuai hasil identifikasi kebutuhan aspek-aspek lainnya yang mendukung efektivitas pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. 2) Pengorganisasian Materi Pembelajaran Orientasi pembelajaran orang dewasa hendaknya terpusat pada masalah (problem centered), maka urutan belajar pada pendidikan multiaksara adalah bergantung pada area masalah yang dihadapinya, bukan sebaliknya menurut prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang bersifat subject-matter. 3) Perancangan Pengalaman Belajar Terkait dengan pengalaman belajar orang dewasa, maka pada awal kegiatan belajar mengajar pendidikan multikeaksaraan perlu diadakan identifikasi masalah melalui partisipasi peserta didik, utamanya untuk mengoptimalkan kemampuan mengidentifikasi masalah secara spesifik yang ingin mereka pecahkan/pelajari. E. Latihan S etelah mempelajari materi bahan ajar di atas: 1. coba anda lakukan identifikasi masalah belajar orang dewasa dan bagaimana pendekatan pembelajarannya. 2. Jawablah: a. Sebutkan tahapan proses belajar orang dewasa! b. Bagaimanakah implikasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan? F. Refleksi Apa saja penyebab peserta didik tidak tertarik dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan? sehingga menyebabkan mereka tidak datang dalam pembelajaran dan akhirnya kelompok tersebut bubar? DAFTAR PUSTAKA Arif, Zainudin Andragogi. Bandung: Angkasa Bandung. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kumpulan Paparan Materi TOT Keaksaraan Dasar. Jakarta Knowles, Malcolm S, The Modern Practice of Adult Education : Andragogy versus Pedagogy. New York. Association Press. Rifa i R. C., Achmad Desain Pembelajaran Orang Dewasa. Semarang: UNNES Press. Sudjana S., H. Djudju, Prof.; S.Pd., M.Ed., PhD Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung serta Asas. Bandung: Falah Production. Suprijanto Pendidikan Orang Dewasa, Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 25

33 MODUL 4 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN KODE M-4 3 jam Oleh: Dra. Maria Listiyanti Suci Paresti, M.Ed. 26 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

34 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Pengantar Materi Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana tetapi sering terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang (Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013). Paragraf pembuka di atas merupakan sinyal bagi pemerintah, bahwa pada hakikatnya pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Kenyataannya, pembangunan dan kemiskinan merupakan dua sisi yang selalu beririgan. Semakin tinggi tingkat kemiskinan di suatu daerah, semakin tinggi tingkat buta aksara penduduknya.itulah yang disebut masalah keaksaraan, karena penduduk yang menyandang kemiskinan bukan saja tidak tertarik pada peningkatan keaksaraan, tetapi juga keperluan pemenuhan kebutuhan pokok menjadi hal yang utama untuk melangsungkan kehidupan (Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, 2016). Pendidikan multikeaksaraan berupaya hadir untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan dengan cara merawat keaksaraan masyarakat setelah menempuh pendidikan keaksaraan dasar. Dalam naskah akademik (Ditbintara, 2016) dijelaskan bahwa konsep pendidikan multikeaksaraan menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan, ada interelasi antara keaksaraan dan pembangunan. Dengan demikian pendidikan multikeaksaraan tidak hanya memberikan keterampilan keaksaraan (membaca, menulis, dan berhitung), tetapi juga secara langsung maupun tidak langsung berusaha mentransformasi peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang terdidik, sehingga menjadi aset yang secara sosio-ekonomi produktif bagi masyarakatnya dan mampu berpartisipasi aktif dan produktif dalam proses pembangunan bangsanya. Pendidikan multikeaksaran sebagai pendidikan orang dewasa akan menarik minat peserta didik bila menerapkan strategi pemberdayaan. Pendidikan dengan pemberdayaan ini akan mendorong individu-individu untuk melakukan perubahan lingkungan sekitar atau terhadap struktur yang menghambat sehingga terjadi atau berlangsung proses pembebasan dan emansipasi sosial (Naskah Akademik PNF Kepemudaan, 2014). Tutor memiliki peran untuk meningkatkan kesadaran kritis individu dalam melakukan perubahan terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Kesadaran kritis ini diperoleh bila DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 27

35 tutor bersama peserta didik mampu melakukan identifikasi kebutuhannya, sehingga proses pembelajaran dalam keterampilan keberaksaraan didukung dengan pemberdayaan kelompok belajar. Untuk itu, modul pengembangan kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan disusun untuk memberikan pemahaman, perubahan pola pikir dalam mendampingi, dan keterampilan tutor dalam mengelola pembelajaran yang partisipatif dan emansipatoris. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami dan melakukan latihan serta menjawab evaluasi yang terdapat pada Modul ini, tutor akan mampu: Memahami tujuan dan alur pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan Memahami capaian kompetensi lulusan pendidikan multikeaksaraan yang mencakup dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Terampil melakukan identifikasi kebutuhan peserta didik sebagai bahan pembelajaran sesuai dengan konteksnya Terampil mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus pendidikan multikeaksaraan dengan basis data hasil identifikasi kebutuhan. Terampil menerapkan metode pembelajaran yang mendorong pemberdayaan kelompok belajar C. Petunjuk Penggunaan Berikut ini tata cara penggunaan modul: Bacalah materi modul secara berurutan dan keseluruhan Kerjakan latihan yang ada pada modul ini dengan mengacu pada penjelasan materi modul secara mandiri dan bertanggung jawab Kerjakan Test Formatif yang ada pada modul ini sebagai bahan evaluasi pemahaman materi yang dikerjakan dengan jujur tanpa melihat kunci jawaban. Apabila nilai latihan tidak mencapai nilai baik, maka baca kembali materi modul ini. D. Materi Belajar Materi yang akan dipelajari pada Modul ini adalah: 1. Desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi arah dan strategi, alur pengembangan, capaian kompetensi peserta didik, area/tema minat kurikulum, 2. Pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi pengertian, prinsip, dan komponen, analisis konteks/identifikasi kebutuhan, dan prosedur/tahapan pengembangan silabus 3. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi pengertian dan karakteristik rencana pembelajaran, dan komponen dan prosedur/ Tahapan Pengembangan RPP MATERI - I: DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Arah dan Strategi Pendidikan Multikeaksaraan Pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan (Permendikbud nomor 42 tahun 2015, pasal 3, ayat 3). Sebagai pendidikan keaksaraan lanjutan, pendidikan multikeaksaraan bertujuan mengembangkan kompetensi keaksaraan bagi warga masyarakat setelah mengikuti pendidikan keaksaraan dasar. 28 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

36 Pendidikan multikeaksaraan memiliki arah untuk peningkatan keberaksaraan masyarakat dengan fokus atau topik tertentu yang menjadi minat peserta didik. Peningkatan keberaksaraan itu melalui menulis, membaca, dan berhitung yang penggunaannya dibutuhkan dalam berkomunikasi, baik diskusi maupun percakapan, atau penulisan dengan beragam media. Materi-materi untuk peningkatan keberaksaraan dipilih sesuai minat peserta didik sehingga dapat membuka pengetahuan untuk dikuasai dan sekaligus membuka kesadaran kritis dalam praktik kehidupan nyata. Berangkat dari arah pendidikan multikeaksaraan itu adalah peningkatan keberaksaraan dengan fokus dan topik tertentu, maka tema-tema dalam pendidikan multikeaksaraan juga dipilihkan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari warga belajar. Tema-tema yang ditawarkan dalam pendidikan multikeaksaraan dibelajarkan melalui teks sederhana dan materi-materi berhitung yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian arah pendidikan multikeaksaraan ini idealnya melalui strategi pemberdayaan. Makna dari strategi pemberdayaan adalah, di satu sisi mempunyai makna peningkatan kapasitas individu, dan di sisi lain bermakna bahwa secara kolektif dapat memberikan kebermanfaatan sosial kepada lingkungannya. Dengan strategi pemberdayaan, pendidikan multikeaksaraan yang dijalankan secara berkelompok dan memiliki fokus tertentu diharapkan dapat meningkatkan keberaksaraan warganya, membuka kesadaran kritis secara kolektif, akhirnya pendidikan multikeaksaraan akan bermuara pada peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan seyogianya mengintegrasikan pencapaian kompetensi menulis, membaca, berhitung, dan berkomunikasi dengan pemberdayaan komunitas. B. Alur Pengembangan Kurikulum Kurikulum Pendidikan Multikeasaraan adalah bagian dari kurikulum pendidikan keaksaraan lanjutan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan dijelaskan dalam pasal 3 bahwa Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri atas Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dan Pendidikan Multikeaksaraan Pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan mengacu pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang pada pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadatuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.tujuan tersebut dijabarkan dalam 3 (tiga) dimensi yaitu sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Penjabaran tujuan pendidikan nasional dalam 3 dimensi dapat dibaca dalam tabel berikut ini. Sikap Spiritual Sikap Sosial Pengetahuan Keterampilan beriman dan bertakwa kepadatuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab Berilmu cakap dan kreatif DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 29

37 Selain mengacu pada tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan multikeaksaraan dikembangkan dengan mengacu pada 1) Standar Kompetensi Lulusan keaksaraan lanjutan tahun 2009; 2) Standar Keaksaraan Unesco; dan 3) Kurikulum Tahun Kebaruan rumusan kurikulum pendidikan keaksaraan yang mengacu pada Kurikulum 2013 dikembangkan dengan rumusan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kebaruan dari rumusan itu mengiringi perubahan paradigma pembangunan Indonesia, yang sampai pada dekade abad 20 orientasi pembangunan berbasis pada kekayaan alam. Sedangkan abad 21 sampai saat ini, orientasi pembangunan berbasis kekayaan peradaban. Perubahan itu tentunya merubah fokus pendidikan dalam membentuk SDM, yaitu SDM yang berpendidikan (berpengetahuan dan berketerampilan) dan berbudaya (berkarakter kuat). Ini memiliki makna bahwa ada penekanan pada penguasaan pengetahuan berorientasi pada praktik, atau pengetahuan dalam praktik yang memberikan kontribusi pada hasil nyata bagi kemajuan bangsa dan pengembangan peradaban untuk perkembangan kemanusiaan yang dengan itu akan menumbuhkan sikap religiusitas dan etik sosial di kalangan peserta didik (Naskah Akademik PNF Kepemudaan, 2014). Desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan diawali dengan menyusun SKL pendidikan keaksaraan lanjutan dengan melakukan evaluasi SKL kurikulum keaksaraan lanjutan tahun 2009, selain itu juga mencermati SKL Kurikulum 2013 pendidikan menengah karena peserta didik adalah orang dewasa dengan rentang usia tahun dan melihat visi pendidikan keaksaraan UNESCO dalam peningkatan keberaksaraan. SKL pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan capaian kompetensi lulusan untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan. Dari SKL pendidikan keaksaraan lanjutan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti (KI). Rumusan SKL dan KI pendidikan keaksaraan lanjutan mencakup 3 dimensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dari KI kemudian dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD) membaca, menulis, dan berhitung yang dirumuskan juga dalam dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. KD membaca, menulis, dan berhitung dikembangkan mengacu pada kompetensi kelas 3 SD, harapannya lulusan dari pendidikan keaksaraan lanjutan dapat meneruskan ke jenjang lebih tinggi, yaitu pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C. Alur pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan dapat digambarkan sebagai berikut. 30 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

38 Dari alur pengembangan kurikulum dalam bagan di atas, pengembangan SKL, KI, KD, dan model silabus menjadi wewenang pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang. Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap terdiri atas sikap spiritual dan sikap sosial. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap program pendidikan dan menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar. Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman belajar, atau materi pembelajaran yang mengacu pada kompetensi inti secara fungsional. Kompetensi dasar ini mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dalam muatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan dalam bentuk program pembelajaran secara fungsional. Setiap Kompetensi Dasar (KD) memiliki indikator pencapaian kompetensi sebagai tandatanda pencapaian kompetensi. Indikator merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar sebagai acuan penilaian. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur sebagai target pencapaian kemampuan peserta didik secara individu. Pelaksanaan Pendidikan Multikeaksaraan diatur dalam struktur program sebanyak 86 menit. Pengelolaan waktu untuk pencapaian setiap kompetensi dasar dapat mengacu pada silabus dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Di bawah ini tampilan SKL, KI, KD, dan Indikator Pendidikan Multikeaksaraan sesuai dengan rumusan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. DIMENSI SIKAP Standar Kompetensi Lulusan Memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggung jawab menjalankan peran dan fungsi dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya sehingga dapat berperilaku dan memiliki etika sebagai warga masyarakat yang baik 1.1 Meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas potensi diri yang dimiliki; 1.2 Menunjukkan sikap jujur sebagai dasar dalam membangun hubungan sosial; 1.3 Menunjukkan komitmen untuk membangun kebersamaan dalam mengembangkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat Melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut Memiliki kepedulian terhadap sesama Bersikap terbuka dalam membangun hubungan sosial Bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas sesuai bidang masing-masing Bersikap disiplin dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan bidang masing-masing Bekerja keras dalam melakukan aktivitas sesuai bidang masing-masing DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 31

39 DIMENSI PENGETAHUAN Standar Kompetensi Lulusan Menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pengembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk meningkatkan kualitas hidup Kompetensi Inti 2. Menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fung si dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia Kompetensi Dasar 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.2 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.3 Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya 2.4 Mengenal penggunaan ope rasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan 2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari 2.6 Menggali informasi dari teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu membaca lancar teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya Mampu menjelaskan secara lisan isi teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya Mampu menghitung hasil operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari dua bilangan cacah dan pecahan sederhana Mampu menyelesaikan masalah sederhana seharihari yang berkaitan dengan operasi bilangan cacah dan pecahan sederhana tentang produk/layanan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan Mampu melakukan penjumlahan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari Mampu melakukan pengurangan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari Mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana Mampu membaca isi teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati Mampu menyimpulkan teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati 32 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

40 Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Inti DIMENSI KETERAMPILAN Kompetensi Dasar 2.7 Mengidentifi kasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari 2.8 Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.9 Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.10 Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menyebutkan unsur dan sifat dari bangun datar dan bangun ruang sederhana yang diterapkan dalam ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan seharihari Mampu menggambar bangun datar dan bangun ruang sederhana dengan sifat-sifat tertentu yang diterapkan dalam ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari Mampu membaca lancar teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu mengindentifi kasi ciri-ciri teks petunjuk/ arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati Mampu membaca lancar teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menjelaskan secara lisan isi teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati sesuai dengan pemahamannya Mampu membaca lancar teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan isi teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Standar Kompetensi Lulusan Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup Kompetensi Inti 3. Mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di Kompetensi Dasar 3.1 Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis 3.2 Mengolah teks penjelasan ten tang wawasan ilmu dan tek nologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menuliskan kembali teks penjelasan sesuai dengan pemahaman sendiri tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 33

41 Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Inti masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia Kompetensi Dasar keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis 3.3 Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya 3.4 Mempraktikkan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki dan diminati menjadi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya 3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu menjelaskan bagian-bagian teks khusus berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya Mampu menulis teks khusus dalam bentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya dengan jelas Mampu merancang desain dan spesifi kasi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dan diminati dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya; Mampu membuat produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang kreatif, inovatif dan diminati dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya Mampu mengenal sifat pertukaran, pengelompokan dan distribusi dalam operasi hitung dengan menyederhanakan atau untuk menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan Melakukan manipulasi matematika dengan menggunakan sifat operasi untuk menyederhanakan perhitungan 3.6 Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan seharihari 3.7 Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan Mampu membuat perencanaan sederhana penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari Mampu membuat catatan penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari Mampu menyimpulkan efektivitas atau ketepatan penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari Mampu mengidentifi kasi komponen yang diperlukan pada pembuatan produk/layanan berkaitan dengan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif Mampu memilih komponen pembuatan suatu produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki, dan diminati dengan harga yang tepat 34 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

42 Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati 3.9 Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif 3.10 Menggunakan ha sil pengolahan dan penafsiran da ta dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana me nge nai kajian il mu dan teknologi, kese hatan dan olahraga, seni, bu daya, politik dan kebangsaan ser ta keterampilan ter tentu yang diminati 3.11 Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis 3.12 Mempraktikkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menyebutkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dalam produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati Mampu mengubah pecahan sederhana ke bentuk desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati Mampu menyelesaikan masalah penggunaan uang dalam kehidupan sehari-hari, produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati yang berkaitan operasi hitung dengan pecahan sederhana, desimal dan persen Mampu mengenal berbagai satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya (misal jarak, suhu, gula darah, tekanan darah, dll.) yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari Mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pengukuran panjang, waktu, berat atau satuan lainnya (misal jarak, suhu, gula darah, tekanan darah, dll) pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif Mampu menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana mengenai ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati Mampu menafsirkan hasil pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana mengenai ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati Mampu menulis teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana Mampu membacakan kembali isi teks narasi yang telah ditulis yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana Mampu menjelaskan manfaat kemitraan dalam pengembangan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya Mampu menjalin kemitraan dalam pengembangan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 35

43 Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3.13 Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati 3.14 Mengomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati Indikator Pencapaian Kompetensi Mampu menjelaskan isi teks laporan yang memuat judul, informasi produk, manfaat, sasaran produk, proses produksi tentang hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati Mampu menulis teks laporan yang memuat judul, informasi produk, manfaat, sasaran produk, proses produksi tentang hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati Mampu merumuskan ide produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati untuk bahan menyusun teks petunjuk atau arahan Mampu menyampaikan ide produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati untuk bahan menyusun teks petunjuk atau arahan C. Capaian Kompetensi Peserta Didik Kurikulum pendidikan multikeaksaraan seperti yang ditampilkan di atas akan dioperasionalkan dalam pembelajarannya dengan memperhatikan capaian kompetensi peserta didik. Tutor diharapkan fokus pada hasil capaian kompetensi dari peserta didik selama mengikuti pendidikan multikeaksaraan. Kompetensi keaksaraan yang harus dicapai oleh peserta didik adalah kompetensi membaca, menulis, berhitung. Selain itu, pemberdayaan sebagai strategi dalam peningkatan keaksaraan ini dapat dicapai bila secara individu dan kelompok dapat mencapai kompetensi sesuai minat yang berkaitan dengan pekerjaan dan profesi peserta didik. Berikut disajikan capaian kompetensi yang diharapkan dari peserta didik setelah mengikuti pendidikan multikeaksaraan. 1. Kompetensi Membaca 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.2 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.3 Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya 2.8 Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.9 Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana 2.10 Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana. 2. Kompetensi Menulis 3.1 Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis 36 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

44 3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis 3.3 Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leaflet sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya 3.11 Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis 3.13 Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati 3. Kompetensi Berhitung 2.4 Mengenal penggunaan operasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan 3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan 2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari 3.6 Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari 3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati 2.6 Menggali informasi dari teks able atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati 3.10 Menggunakan hasil pengolahan dan penafsiran data dalam bentuk able, diagram, dan grafik sederhana mengenai kajian ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati 2.7 Mengidentifikasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari 3.9 Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif 4. Kompetensi Minat 3.4 Mempraktikkan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki dan diminati menjadi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya 3.7 Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan 3.12 Mempraktikkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya 3.14 Mengomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 37

45 D. AREA/TEMA MINAT KURIKULUM PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan (Permendikbud nomor 42 tahun 2015, pasal 3 ayat 3). Keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan itu dijabarkan dalam area/tema yang dirancang membuka wawasan peserta didik. Area/tema yang terdapat dalam kurikulum pendidikan multikeaksaraan dirinci seperti dalam diagram berikut. Cakupan area pendidikan multikeaksaraan, adalah bersumber dari konteks lokal, agar peserta didik mampu memahami dan mendayagunakan sumberdaya lokal untuk digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, membentuk sikap dan mengembangkan keterampilan. Area yang dapat dijadikan materi pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan, adalah merujuk pada konteks lokal dan tuntutan kebutuhan lokalitasnya itu sendiri untuk meningkatkan kualitas peran dalam kehidupan yang lebih luas. Itu lah yang dinamakan kontekstualisasi kurikulum, bahwa kurikulum itu menghidupi konteksnya (Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, 2016). Kurikulum itu dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas, kepedulian dan praktik pendidikan dan pembelajaran di lingkungan kelompok belajar, tutor dan peserta didik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pengembangan komunitas. Dalam naskah akademik pendidikan multikeaksaraan, rincian area/tema keragaman keberaksaraan adalah berikut ini. 1. Keagamaan Pengertian keagamaan dalam konteks ini, adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia, manusia dengan lingkungannya yang terkait oleh ajaran agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pekerjaan, Keahlian, dan profesi Pekerjaan adalah suatu aktivitas antar-manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu. Tujuan tertentu yang dimaksudkan di sini adalah memperoleh uang. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keterampilan tingkat menengah diklasifikasikan sebagai keahlian. Sedangkan profesi adalah pekerjaan yang menuntut kompetensi tingkat tinggi serta pengakuan keprofesian. 3. Pengembangan Seni dan Budaya Pengertian pengembangan seni dan budaya, adalah segala sesuatu ciptaan manusia yang berkembang bersama pada suatu kelompok yang mengandung unsur kebiasaan, norma, 38 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

46 dan keindahan (estetika) untuk menata kelakuan dalam mengatur kehidupan bersama yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi. 4. Sosial, Politik, dan kebangsaan Pengertian sosial, politik, dan kebangsaan dalam konteks ini, adalah wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga bangsa yang dapat mengukuhkan ikatan-ikatan sosial dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional yang berlandaskan wawasan kebangsaan. 5. Kesehatan dan Olah Raga Pengertian kesehatan dan olahraga, adalah upaya menjaga kesehatan diri dan lingkungan guna meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan sedini mungkin dengan memanfaatkan aktivitas fisik agar memperkuat daya tahan tubuh dan kebugaran yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. 6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan (UU No. 18 Tahun 2002). MATERI II: PENGEMBANGAN SILABUS PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, pasal 20 menyatakan bahwa Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangkurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, sebagai pengelolaan kegiatan pembelajaran karena memberikan gambaran mengenai pokok-pokok progran yang akan dicapai dalam suatu program, dan sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program pembelajaran serta sebagai akuntabilitas suatu program pembelajaran. A. Pengertian, Prinsip dan Komponen Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam pengembangan silabus perlu memperhatikan prinsip atau kaidah dasar pengembangan silabus, yang meliputi hal berikut DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 39

47 Prinsip / Kaidah Dasar Pengembangan Silabus ilmiah relevan siste matis konsisten mema dai Konteks tual fleksi bel menye luruh 1. Ilmiah, bahwa materi dan kegiatan dalam silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan 2. Relevansi, bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. Selain itu, prinsip relevansi juga mendasari pemilihan materi, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, pertimbangan pemilihan sumber dan media pembelajaran, dan strategi penilaian hasil belajar. 3. Sistematis, bahwa penyusunan silabus hendaknya bersifat sistemik dan sistematik. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan komponen-komponen silabus (materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar) bersifat sinergis dalam pencapaian kompetensi dasar dan kompetensi inti. 4. Konsistensi, bahwa dalam pengembangan silabus harus terjadi hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian dan sumber belajar bersifat searah dalam rangka pencapaian standar kompetensi lulusan. 5. Memadai, bahwa cakupan materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian dan sumber belajar cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. 6. Aktual dan kontekstual, bahwa pengembangan silabus hendaknya memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan sesuai dengan konteks zaman dan kehidupan nyata peserta didik. 7. Fleksibel, bahwa seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, lingkungan belajar dan dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat dan satuan pendidikan setempat, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat. 8. Menyeluruh, bahwa pengembangan silabus hendaknya mencakup seluruh ranah kompetensi (kognitif, sikap dan keterampilan) dan sesuai dengan pengembangan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Selanjutnya, dalam mengembangkan silabus ada komponen-komponen yang harus ada. Apa saja komponen pengembangan silabus tersebut? Komponen Silabus tema, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, Indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, dan sumber belajar. 40 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

48 B. Analisis Konteks / Identifikasi Kebutuhan Pendidikan multikeaksaraan ditujukan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan dengan cara merawat keaksaraan masyarakat setelah menempuh pendidikan keaksaraan dasar. Oleh karenanya, pendidikan multikeaksaraan menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan. Bagi warga belajar pendidikan multikeaksaraan, pembelajaran hendaknya sesuai dengan minat dan kebutuhan (kontekstual). Hal ini bertujuan agar warga belajar termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan yang bermanfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat atau warga belajar. Untuk mengetahui kebutuhan warga belajar maka perlu dilakukan analisis konteks atau identifikasi kebutuhan di awal pertemuan pembelajaran. Hasil analisis konteks atau identifikasi kebutuhan ini untuk menentukan fokus pengembangan pembelajaran atau materi pembelajaran yang akan dikembangkan warga belajar selama menjalankan pendidikan multikeaksaraan. 1. Manfaat dan tujuan analisis konteks Pemahaman proses atau tahapan melakukan analisis konteks merupakan materi penting yang perlu dilakukan oleh para tutor dalam rangka merencanakan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran multikeaksaraan. Manfaat dari analisis konteks salah satunya untuk memandirikan dan memberdayakan sumber daya lembaga pendidikan dalam mengembangkan kompetensi warga belajar sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dengan demikian, fungsi dan dampak analisis konteks untuk ketercapaian program yang akan dijalankan. Jika disimpulkan, analisis konteks merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi kebutuhan satuan pendidikan sasaran dalam menentukan fokus/materi pengembangan pembelajaran atau materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan kondisi lingkungannya. Sebelum melakukan analisis konteks, ada baiknya mengetahui tujuan dari analisis konteks, yaitu: Mendapatkan data tentang masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat umum terutama yang berpengaruh bagi warga belajar. Mendapatkan temuan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab dan akar dari masalahmasalah itu Mendapatkan gambaran strategi dan materi pembelajaran untuk merespon masalahmasalah tersebut. Mendapatkan gambaran profil warga belajar terkait dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya di tingkat lokal dan nasional 2. Langkah-langkah dalam melakukan analisis konteks Analisis konteks merupakan tahap awal dari pengembangan suatu program multikeaksaraan yang perlu dilakukan oleh tutor bersama warga belajar untuk memperoleh gambaran masalah, potensi dan kebutuhan di lingkungan satuan pendidikan sasaran. Berikut ini merupakan skema dalam melakukan langkah-langkah analisis konteks: a. Analisis masalah Masalah yang dimaksudkan adalah kondisi dan hambatan yang dihadapi satuan pendidikan sasaran dalam kaitannya dengan kesesuaian kebutuhan dan tingkat perkembangan warga DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 41

49 belajar. Penentuan masalah ini dapat dilakukan dengan melakukan wawacara, penyebaran kuesioner, Focus Group Discussion (FGD/ diskusi terfokus) dengan pemangku kepentingan secara partisipatif tentang hambatan, potensi, keunggulan dan kebutuhan yang sesuai. ANALISIS KONTEKS Analisis Masalah Analisis Faktor Penyebab Analisis Strategi Rancangan Pembelajaran meliputi: kompetensi, materi, metode, proses, bahan ajar, dan penilaian Caranyanya dengan memetakan situasi umum ekonomi, budaya, sosial dan politik dari masyarakat di lingkungan satuan pendidikan sasaran. Dalam memetakan situasi umum difokuskan terhadap masalah yang terkait erat dengan warga belajar yaitu hal apa atau pengetahuan apa yang diperlukan untuk meningkatkan atau merawat keberaksaraan warga belajar? Elaborasi kekhususan/keunikan masing-masing kelompok sosial yang ada di masyarakat lingkungan satuan pendidikan sasaran. Hal ini diarahkan untuk melihat secara mendalam relasi pada masing-masing aspek sosial yang menonjol. Misalnya dalam budaya lokal, apa hal yang bersifat pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya. Minat dan keterampilan apa yang dibutuhkan warga belajar? Elaborasi ikatan-ikatan sosial dalam bentuk nilai atau institusi (misalnya bagaimana pandangan/nilai sosial yang berlaku di daerah setempat, maupun keselarasan dengan alam dan kearifan lokal, dan lain-lain). b. Analisis faktor penyebab Dalam menganalisis faktor penyebab yaitu dengan meninjau masalah-masalah dari aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ditemui. Misalnya: Mengapa terjadi relasi sosial masyarakat di Indonesia yang tidak mempunyai kepedulian untuk merespos masalah kemiskinan? Mengapa sistem perekonomian di Indonesia tidak dapat menanggulangi kemiskinan? Bagaimana kebijakan politik di Indonesia tidak mampu mengatasi kemiskinan? Bangunan budaya seperti apa yang membuat kemiskinan terus menerus terjadi? Selain itu dapat meninjau masalah yang erat dengan peningkatan/perawatan keaksaraan. Hal ini dapat didukung dengan data sekunder tentang data kemiskinan nasional, provinsi dan kabupaten. Maupun melalui data primer yang berkaitan dengan data kemiskinan komunitas warga belajar. c. Analisis strategi Setelah melakukan analisis masalah dan analisis penyebab, maka selanjutnya perlu menyusun analisis strategi untuk menjawab temuan masalah dalam faktor penyebab, seperti: Strategi membangun solidaritas sosial dimaksudkan untuk menumbuh kan kepekaan terhadap masalah kemiskinan Strategi penyadaran dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman bahwa struktur ekonomi politik yang ada justru menjadi penyebab dari kemiskinan 42 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

50 Strategi peningkatan skill sebagai tindakan awal untuk keluar dari masalah kemiskinan d. Penajaman analisis konteks Penajaman Analisis Konteks dilakukan dengan menggali data terbaru dan data dipilah berdasar jenis kelamin dan wilayah geografis di komunitas lokasi program, seperti: Bagaimana tingkat kesejahteraan di komunitas (mencakup data berapa buta huruf, putus sekolah, pendapatan, pelayanan kesehatan, dll) Bagaimana akses masyarakat terutama kelompok-kelompok miskin terhadap lapangan kerja, sumber daya, pinjaman modal usaha, dll Bagaimana mitos-mitos budaya yang menghambat kemajuan masyarakat miskin dan kelompok terpinggirkan? Bagaimana tingkat partisipasi kontrol masyarakat miskin dan kelompok terpinggirkan dalam pengambilan keputusan 3. Contoh format analisis konteks Setelah selesai mengumpulkan data dari pertanyaan analisis konteks/identifikasi kebutuhan tersebut, kemudian membuat simpulan jawaban dengan membuat rangkuman berupa tabel berikut ini. No. Tema Subtema 1 Kesehatan dan Olahraga 2 Profesi, Keahlian, dan Pekerjaan 3 Pengembang-an Seni Budaya 4 Sosial, Politik dan Kebangsaan 5 Ilmu Pengetahuan danteknologi Kesehatan untuk Lanjut Usia (Lansia) Pekerjaan dan Usaha di Bidang Pertanian Seni Tari Daerah Wawasan Kebangsaan Literasi Keuangan FORMAT ANALISIS KONTEKS (untuk identifikasi minat dan kebutuhan belajar) Masalah yang ada Pernah ada wabah penyakit diare Air bersih terbatas Potensi pendukung SDA SDM Kelembagaan Tersedia aneka sayuran dan buah Perikanan darat Apotik hidup di hampir semua rumah warga Tutor Petugas kesehatan Pelatih senam Terapis Posyandu lansia Puskesmas keliling Paguyuban Kondisi sosial budaya (Faktor pendukung dan penghambat) Lebih menyukai pengobatan tradisional Masyarakat menjaga tradisinya dan sulit menerima informasi baru C. Prosedur/Tahapan Pengembangan Silabus Pendidikan multikeaksaraan bermaksud memberikan keterampilan keaksaraan (merawat keaksaraan) dengan strategi pemberdayaan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. Oleh karenanya program multikeaksaraan disenergikan dengan perluasan bahan bacaan dan diintegrasikan dengan pendidikan karakter dan pengembangan keterampilan yang dilakukan dengan peningkatan kemampuan beraksara dan berusaha mandiri melalui keterampilan bermata pencaharian. Bahan bacaan sebagai pengetahuan pendidikan multikeaksaraan meliputi pengetahuan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang kontekstual dengan lingkungan kehidupan peserta didik. Setelah mengetahui komponen yang harus ada dalam pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, tutor harus memahami bagaimana prosedur/tahapan atau tata cara DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 43

51 pengembangannya. Mengingat, Pusat hanya memberikan model pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, yaitu model/contoh untuk lima area program/tema dengan satu sub tema pada masing-masing tema. Adapun, model/contoh pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan yang telah dikembangkan dari Pusat adalah: Tema pekerjaan, keahlian dan profesi dengan sub tema pertanian, Tema pengembangan seni dan budaya dengan sub tema kearifan budaya lokal, tradisi, bahasa ibu dan tata krama, Tema sosial,politik dan kebangsaan dengan sub tema wawasan kebangsaan, Tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia, dan Tema ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sub tema literasi keuangan. Prosedur/tahapan pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, jika digambarkan dengan skema seperti berikut 8. Menyiapkan sumber belajar 1. Analisis Konteks untuk menentukan area program/ tema 2. Menentukan cakupan materi dari tema/sub tema yang dipilih 7. Merumuskan penilaian SILA BUS 3. Mengkaji KD untuk dibuat KD berpasangan (KD-KI2 & KD- KI3) 6. Menentukan alokasi waktu 5. Merumuskan kegiatan pembelajaran untuk mencapai indikator dari ketiga aspek KD 4. Pemetaan KD berpasangan, indikator dan aspek/cakupan materi dari tema/subtema Sedangkan, prosedur/tahapan pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, dalam uraian rinci sebagai berikut: 1. Melakukan analisis konteks untuk menentukan area program yang nantinya digunakan dalam menetapkan tema pembelajaran dan sub tema pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan kelompok belajar. 2. Menentukan kedalaman dan keluasan materi pembelajaran dari tema/subtema yang telah ditetapkan/dipilih dengan menjabarkannya menjadi aspek dan cakupan materi. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia. Tema Kesehatan dan Olahraga berdasarkan analisis konteks/identifikasi kebutuhan komunitas kelompok belajar dijabarkan dalam 5 aspek, dimana setiap aspeknya diuraikan secara rinci cakupan materinya. Dalam menentukan cakupan materi hendaknya mencakup pengetahuan konseptual dan rencana aksi komunitas. Rencana aksi komunitas ini dimaksudkan agar kelompok belajar memiliki pengetahuan yang dipraktekkan sehingga menjadi keahlian/keterampilan individual bagi kelompok belajar untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih sejahtera dan baik. 44 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

52 Aspek Cakupan Materi Pola Hidup Sehat Lansia a. Olah raga ringan untuk lansia (senam lansia, senam jantung sehat,jalan santai) b. Kebutuhan gizi lansia (makanan yang bertekstur lembut, protein tinggi, rendah lemak, konsumsi gula rendah, banyak makan serat) c. Pembiasaan hidup sehat (mandi, makan, tidur teratur) d. Contoh menu makanan lansia e. Praktik mengolah makanan sehat Gangguan Penyakit Lansia a. Gangguan fi sik (kurang gerak, penurunan daya ingat, pendengaran, penglihatan, sering jatuh, gangguan tidur) b. Gangguan psikologis (depresi, perasaan takut, cemas) Kebutuhan Relasi untuk a. Membentuk kelompok lansia (paguyuban) Lansia (membangun b. Merancang kegiatan sebagai bentuk ekspresi (seni, diskusi, keagamaan, wisata, berkebun, atau kegiatan kemitraan) lain sesuai minat) c. Mendirikan pusat kesehatan bersama (pemeriksaan rutin kerjasama dengan Posyandu, sharing alat-alat kesehatan dasar) d. Mendirikan Taman Lansia (TL) sederhana Program Jaminan a. Hak warga negara mendapatkan pelayanan kesehatan dasar Kesehatan Masyarakat b. Cara mendapatkan kartu jaminan sosial untuk kesehatan c. Prosedur penggunaan kartu jaminan sosial untuk kesehatan 3. Mengkaji KD aspek pengetahuan dan KD aspek keterampilan untuk dibuat secara berpasangan. Bisa berpasangan 1-1 atau 1-2 atau 2-1, artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan satu KD aspek keterampilan, satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan dua KD aspek keterampilan, dst. KD berpasangan pada model silabus sudah ditetapkan. Berikut ini contohnya. Aspek/Dimensi Kompetensi Dasar (KD) Keterangan Pengetahuan Keterampilan 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana; 3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis; KD berpasangan 1-1 artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan satu KD aspek keterampilan Pengetahuan Keterampilan Keterampilan 2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari; 3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati; 3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan; KD berpasangan 1-2 artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan dua KD aspek keterampilan 4. Membuat pemetaan KD berpasangan, indikator pencapaian kompetensi dan aspek/cakupan materi dari tema/subtema yang telah ditetapkan/dipilih. Perlu diingat Kompetensi Inti (KI) perlu dicantumkan karena sebagai pengikat KD-KD. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia. Kompetensi Dasar (KD) Materi Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana; Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia 3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis; Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 45

53 2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari; 3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati; 3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan; Pecahan sederhana (pecahan biasa, desimal, persen) yang digunakan dalam bidang kesehatan lansia Mampu melakukan penjumlahan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari Mampu melakukan pengurangan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari Mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana Mampu menyebutkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dalam produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati Mampu mengubah pecahan sederhana ke bentuk desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati Mampu menyelesaikan masalah penggunaan uang sehari-hari, produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati yang berkaitan operasi hitung dengan pecahan sederhana, desimal dan persen Mampu mengenal sifat pertukaran, pengelompokan dan distribusi dalam operasi hitung dengan menyederhanakan atau untuk menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan Melakukan manipulasi matematika dengan menggunakan sifat operasi untuk menyederhanakan perhitungan 5. Merumuskan variasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai indikator pencapaian kompetensi dari ketiga KD (aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap) dan secara menyeluruh dengan memperhatikan kapasitas peserta didik. KD aspek sikap ditelaah dan dikembangkan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang direncanakan. Kompetensi Dasar aspek sikap dibangun melalui pengetahuan yang dipraktikkan untuk menguasai suatu keahlian atau keterampilan, sehingga penanaman sikap diintegrasikan pada proses pembelajaran. KD aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap merupakan kompetensi yang bersifat saling memperkuat dan ditunjukkan melalui unjuk kerja yang utuh. Adapun unjuk kerja sebagai pengembangan KD keterampilan dapat berupa pembuatan suatu produk atau suatu rencana aksi komunitas yang bersifat pemberdayaan. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia. Kompetensi Dasar 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana; Materi Pembelajaran Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia Indikator pencapaian kompetensi Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kese hatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wa was an keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Kegiatan pembelajaran Menguatkan kembali komitmen belajar untuk merawat keaksaraan dalam rangka peningkatan kualitas hidup melalui cara hidup sehat lansia Membangun konteks melalui diskusi tentang kesehatan lansia, baik kesehatan fi sik dan psikologis. Mendiskusikan kegiatan untuk lansia sebagai salah satu pengembangan program desa atau komunitas. Contoh: Pusat Kesehatan Bersama Lansia atau Taman Lansia Menuliskan jenis-jenis pola hidup sehat lansia yang bisa dilaksanakan di masyarakat setempat. Misal: jalan kaki bersama, senam lansia Membaca teks penjelasan tentang manfaat pola hidup sehat minimal 7 (tujuh) kalimat sederhana dengan lancar Misal : teks penjelasan tentang manfaat senam lansia 46 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

54 3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis; Mampu menuliskan kem ba li teks penjelasan ten tang wawasan ilmu dan tek no logi, kesehatan dan olah raga, seni, budaya, poli tik dan kebangsaan serta kete rampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Menceritakan kembali isi teks tentang manfaat pola hidup sehat lansia dan menanggapi isinya Mendiskusikan manfaat pola hidup sehat lansia untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa atau catatan bersama komunitas sebagai media komunikasi Menuliskan kembali isi teks penjelasan tentang pola hidup sehat di komunita dari hasil diskusi minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana dengan jelas dan rapi untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa Membacakan kembali hasil tulisan tentang pola hidup sehat dengan lancar 6. menentukan alokasi waktu yang disesuaikan dengan kedalaman/keluasan materi pembelajaran dan kondisi peserta didik 7. merumuskan penilaian dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan karakteristik indikator pencapaian kompetensi. 8. Menyiapkan sumber belajar sesuai dengan karakteristik kompetensi. 9. Berikut ini contoh silabus pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia yang memuat alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar. Kompetensi Dasar 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana; 3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis; Materi Pembelajaran Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia Indikator pencapaian kompetensi Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu mence rita kan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana Kegiatan pembelajaran Menguatkan kembali komitmen belajar untuk merawat keaksaraan dalam rangka peningkatan kualitas hidup melalui cara hidup sehat lansia Membangun konteks melalui diskusi tentang kesehatan lansia, baik kesehatan fi sik dan psikologis. Mendiskusikan kegiatan untuk lansia sebagai salah satu pengembangan program desa atau komunitas. Contoh: Pusat Kesehatan Bersama Lansia atau Taman Lansia Menuliskan jenis-jenis pola hidup sehat lansia yang bisa dilaksanakan di masyarakat setempat. Misal: jalan kaki bersama, senam lansia Membaca teks penjelasan tentang manfaat pola hidup sehat minimal 7 (tujuh) kalimat sederhana dengan lancar Misal : teks penjelasan tentang manfaat senam lansia Menceritakan kembali isi teks tentang manfaat pola hidup sehat lansia dan menanggapi isinya Mendiskusikan manfaat pola hidup sehat lansia untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa atau catatan bersama komunitas sebagai media komunikasi Menuliskan kembali isi teks penjelasan tentang pola hidup sehat di komunita dari hasil diskusi minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana dengan jelas dan rapi untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa Membacakan kembali hasil tulisan tentang pola hidup sehat dengan lancar * Pada saat membuat penilaian nantinya melihat kepada modul penilaian Alokasi Penilaian * waktu 8 JP Sikap: Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan di usia lanjut Pengetahuan: Kemampuan memahami isi bacaan melalui membaca teks penjelasan tentang pola hidup sehat lansia Keterampilan: Menulis teks penjelasan tentang pola hidup sehat lansia Sumber belajar - Bahan ajar Multikeaksaraan - Koran desa atau media cetak lainnya - Buku referensi - Film tentang kesehatan - Kliping koran tentang kesehatan lansia DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 47

55 MATERI - III: PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Seorang guru dalam mengajar harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran kelas di mana guru tersebut mengajar. Biasanya pengembangan RPP dipersiapkan guru disetiap awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat memikirkan rancangan pembelajaran dengan baik dan matang, tanpa diburu-buru oleh waktu. RPP dikembangkan dengan mengacu pada Silabus yang telah dikembangkan berdasarkan Kurikulum Nasional yang ditetapkan. Disamping itu, RPP yang baik adalah yang berpusat pada peserta didik, yang dapat mengaktifkan proses berpikir peserta didik. A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK RENCANA PEMBELAJARAN RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran untuk penerapan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Dalam merencanakan pembelajaran merupakan pekerjaan yang perlu dipikirkan secara seksama dan tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula suatu perencanaan tanpa prosedur yang sistematis. Karakteristik utama dalam merencanakan pembelajaran ada enam hal yang perlu diperhatikan yaitu (1) berpusat pada siswa, (2) berorientasi pada tujuan, (3) fokus pada pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didik, (4) hasil belajar dapat diukur secara valid dan terpercaya, (5) rencana pembelajaran merupakah hal empiris, berulang dan dievaluasi sendiri secara terus menerus, dan (6) suatu usaha kerja tim (Reiser dan Demsey, 2012: 10-11). Berikut ini penjelasan secara rinci. 1. Berpusat pada siswa Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara tepat akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik, semakin menguat daya pemahaman, semakin mendalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif sikap peserta didik terhadap materi mata pelajaran yang diajarkan. Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mencakup berbagai teknik seperti sistem penyajian yang menggunakan pengalaman belajar aktif melatih proses berpikir kritis dan kreatif, baik dengan melibatkan peserta didik dalam simulasi dan bermain peran, maupun pembelajaran dengan bekerjasama. Dengan meletakkan posisi peserta didik pada posisi yang sangat penting akan menentukan kualitas dan kuantitas belajar mereka. 2. Berorientasi pada tujuan Berorientasi pada tujuan merupakan titik sentral dalam proses desain pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan pijakan dasar dalam mengembangkan materi, strategi, dan metode pembelajaran, media dan evaluasi. Menurut taksonomi Bloom tujuan pembelajaran mencakup tiga domain yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor, sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dikenal dengan istilah olah pikir, olah rasa, olah raga dan olah hati. 3. Fokus pada upaya pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didik Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas, nilai yang kredibel. Dengan memperbaiki kinerja artinya mempersiapkan suatu cara yang lebih baik dari yang biasa 48 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

56 untuk dapat mencapai tujuan. Dengan fokus pada upaya pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didik maka mereka akan mampu melakukan sesuatu yang berarti dengan menunjukkan kemampuan berperilaku baik dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dhadapi. 4. Hasil belajar dapat diukur secara valid dan terpercaya Untuk mendapatkan hasil belajar yang dapat diukur secara valid maka obyek yang perlu diukur adalah respons dan pandangan peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu, instrumen yang perlu dibuat adalah wawancara yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai kegiatan penutup. Sedangkan untuk aspek pemahaman belajar atau penguasaan materi pembelajarannya, maka tes berupa pre-test dan post-test merupakan instrumen yang cocok untuk dikembangkan 5. Rencana pembelajaran merupakan hal empiris, berulang dan dievaluasi sendiri secara terus menerus Jantungnya proses pembelajaran adalah data atau catatan dari rancangan pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Data dari dokumen perencanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik perlu pelajari yang pada akhirnya dipergunakan sebagai perbaikan perencanaan pembelajaran selanjutnya 6. Suatu usaha kerja tim Keterlibatan suatu tim kerja dalam merencanakan pembelajaran sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek RPP merupakan usaha bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik. B. Komponen dan Prosedur/Tahapan Pengembangan RPP Sebelumnya sudah dijelaskan apa pengertian dan bagaimana karakteristik suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada bagian ini akan diuraikan cakupan komponen RPP dan prosedur/tahapan pengembangan RPP. 1. Komponen RPP Susunan Komponen RPP mencakup: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELOMPOK BELAJAR : PKBM... PROGRAM : Pendidikan Multikeaksaraan TEMA :... SUBTEMA :... ALOKASI WAKTU :... X Pertemuan A. KOMPETENSI INTI KI-1... KI-2... KI-3... B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARAN KD-KI 1 Indikator dari KD-KI 1 KD-KI 2 Indikator dari KD-KI 2 dan KD-KI 3 KD-KI 3(KD berpasangan) C. TUJUAN PEMBELAJARAN D. MATERI PEMBELAJARAN DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 49

57 E. METODE PEMBELAJARAN F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR 1. Media 2. Alat 3. Sumber Belajar G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pertemuan 1 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup 2. Pertemuan 2 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup 3. Pertemuan 3 dst H. PENILAIAN 1. Teknik Penilaian 2. Instrumen dan Penskoran RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan keterpaduan antara aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, dengan kontekstualisasi lingkungan sekitar peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka. 2. Prosedur / Tahapan Pengembangan RPP Prosedur pengembangan RPP seperti berikut ini. a. Mencantumkan identitas kelompok belajar dan program yang diikuti. b. Menentukan tema dan sub tema yang dipilih sesuai hasil analisis konteks/identifikasi kebutuhan c. Memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. d. Mencantumkan semua dimensi Kompetensi Inti yaitu Kompetensi Inti sikap, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Inti Keterampilan. KI merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL pada setiap program pendidikan yang harus dicapai oleh peserta didik. e. Menetapkan KD dan Indikator untuk semua dimensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan). KD yang dipilih adalah KD berpasangan untuk dimensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, KD dimensi sikap ditentukan setelah mengkaji pasangan KD pengetahuan dan KD keterampilan, dengan menetapkan kegiatan pembelajaran apa yang direncanakan, maka kemudian dapat diketahui sikap apa yang akan terwujud sehingga dapat ditetapkan KD sikap apa yang dipilih. Adapun, penetapan Indikator sesuai dengan KD yang telah dipilih. Setiap Kompetensi Dasar (KD) memiliki emedy or pencapaian kompetensi sebagai tanda pengukuran pencapaian kompetensi. f. Merumuskan tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah arah yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran menuntun kepada apa yang hendak dicapai. Dalam membuat rumusan tujuan pembelajaran meliputi tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan mengacu pada indikator. Tujuan pembelajaran hendaknya dibuat untuk setiap pertemuan agar jelas gambaran akhir dari satu pelaksanaan pembelajaran. g. Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan 50 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

58 mempertimbangkan potensi, disiplin ilmu, karakteristik daerah dan relevansi dengan kebutuhan dan kebermanfaatan peserta didik, serta alokasi waktu dan kesesuaian dengan tema/sub tema pembelajaran. Materi pembelajaran terdiri dari materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan h. Mengembangkan metode pembelajaran Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal atau strategi untuk tercapainya kegiatan pembelajaran. i. Menetapkan media, alat dan sumber belajar yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya. j. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui pembelajaran aktif yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik. Kegiatan pembelajaran dibuat untuk setiap pertemuan, dimana pada setiap pertemuan disusun dengan urutan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun pengembangan kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan ini, pendidik: mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan; mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan; menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. 2) Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. 3) Penutup Menggambarkan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Dapat berupa kegiatan merangkum, menyimpulkan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. k. Merancang Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan emedy or. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 51

59 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-2 dan KI-3. Penilaian menggunakan acuan kriteria; Sistem penilaian yang berkelanjutan. Ini mempunyai arti bahwa semua emedy or ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, seperti program emedy dan program pengayaan. Berikut ini uraian singkat dari prosedur/tahapan kerja penyusunan RPP: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELOMPOK BELAJAR : PKBM... PROGRAM : Pendidikan Multikeaksaraan TEMA : (berdasarkan hasil analisis konteks/identifikasi kebutuhan) SUBTEMA : (berdasarkan hasil analisis konteks/identifikasi kebutuhan) ALOKASI WAKTU :... X Pertemuan (sesuai KD yang hendak dicapai) A. KOMPETENSI INTI KI-1 (mengacu pada Kurikulum Permendikbud tentang Pendidikan Multikeaksaraan) KI-2... KI-3... B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARAN KD-KI 1 Indikator dari KD-KI 1 KD-KI 2 Indikator dari KD-KI 2 dan KD-KI 3 KD-KI 3 (KD berpasangan) C. TUJUAN PEMBELAJARAN (Tujuan pembelajaran rumusannya dibuat mengacu pada indikator yang meliputi tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Tujuan pembelajaran dibuat untuk setiap pertemuan) D. MATERI PEMBELAJARAN (Materi pembelajaran terdiri dari materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan) E. METODE PEMBELAJARAN (strategi untuk tercapainya kegiatan pembelajaran.) F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR 1. Media 2. Alat 3. Sumber Belajar G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pertemuan 1 Kegiatan Pendahuluan (menkondisikan peserta didik untuk belajar dan menjelaskan kompetensi yang dipelajari) Kegiatan Inti (proses mencapai kompetensi dengan belajar aktif dan prinsip belajar andragogi) Kegiatan Penutup (membuat rangkuman, simpulan, refleksi, dan tindak lanjut) 2. Pertemuan 2 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup 3. Pertemuan 3 dst H. PENILAIAN 1. Teknik Penilaian 2. Instrumen dan Penskoran (membuat penilaian proses pembelajaran) 52 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

60 L A T I H A N Bacalah model silabus pendidikan multikeaksaraan secara cermat dan dipahami. Pilihlah satu tema dengan sub tema yang berbeda dari yang pada buku model tersebut. Latihlah diri Anda untuk : 1. membuat silabus untuk satu sub tema (yang tidak ada di buku model), mulai dari pemetaan materi (aspek dan cakupan materi) dan menyusun silabus untuk satu KD berpasangan sesuai dengan format pada model silabus pendidikan multikeaksaraan. 2. Menyusun RPP dari silabus yang telah Anda kerjakan. Catatan: Diperkenankan untuk melihat modul ini dalam berlatih membuat silabus dan RPP. REFLEKSI Pada modul ini Anda mempelajari tentang desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan, pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Refleksikan diri Anda terhadap semua materi yang telah dipelajari. Catatlah materi mana yang belum dipahami atau sulit dipahami. Apakah bahasa modul yang sulit dipahami? Apakah penjabaran materinya yang terlalu tinggi atau kurang sederhana contoh penjelasan materinya? Pelajari kembali materi yang belum dipahami. Apabila tetap sulit untuk dipahami mintalah pendampingan pada tutor/fasilitator. DAFTAR PUSTAKA D irektorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Modul Orientasi Tutor Keaksaraan Usaha Mandiri: Modul 4, Desain Pengembangan Kurikulum, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta. Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan. Jakarta. Yaumi, Dr. Muhammad, M.Hum.,M.A Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pembangunan Manusia Berbasis Gender Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Nomor 42 Tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Naskah Akademik Pendidikan Nonformal Program Kepemudaan. Jakarta. Reiser, Robert A. And Dempsey, Jhon V Trends and Issues in Instructional Design and Technology, Third Edition. New York: Pearson. DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 53

61 MODUL 5 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN KODE M-5 3 jam Oleh: Johan Winarni, S.P., M.Pd. 54 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

62 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN A. Pengantar Materi Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Pada pasal 12 ayat (1) Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan menggunakan strategi pembelajaran andragogis, fungsional, praktis tematik, dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka, tutorial, dan/ atau penampingan. Dengan kata lain, para tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menggunakan pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran multikeaksaraan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar sesuai dengan tema multikeaksaraan yang dipilih. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul pengembangan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam: 1. Memahami beberapa pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan; 2. Mampu memilih dan memadukan penggunaan pendekatan, strategi, dan metode dalam kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.; C. Petunjuk Penggunaan 1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara: a. menggali pengalaman dan membuat analog dari suatu kegiatan kepada peserta dengan menganalogkan tentang pendekatan, strategi, dan metode pendidikan keaksaraan; b. menyamakan paradigma tentang urgensi pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan; c. menjelasakan paradigma pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan;.; dan PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 55

63 d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menguasai penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar. 2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 45 menit 1) menjelaskan tentang pengertian pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. 2) menginformasikan tentang jenis pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan, sesuai dengan apa yang terdapat pada silabus. 3) Mendeskripsikan dengan contoh penggunaan pendekatan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran dalam mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan. b. pemberian penguatan: 5 menit 1) menguatkan kembali pengertian dan jenis pendekatan pemblejaran pendidikan multikeaksaraa 2) mempersilahkan 2 (dua) orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan yang diungkapkan oleh fasilitator. c. Ice breaking sejenak 5 menit 3. Melaksanakan diskusi sekitar 45 menit kelompok tentang penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tema dan kompetensi pendidikan multikeaksaraan., dengan cara: d. membagi peserta ke dalam 5 (lima) kelompok. Pembagian kelompok mengacu pada tema belajar program multikeaksaraan, yaitu: 1) tema profesi, keahlian, dan pekerjaan, subtema pekerjaan dan usaha di bidang pertanian; 2) tema pengembangan seni budaya, subtema kearifan budaya lokal; 3) tema sosial, politik dan kebangsaan, subtema wawasan kebangsaan; 4) tema kesehatan dan olahraga, subtema kesehatan lansia; dan 5) tema ilmu pengetahuan dan teknologi, subtema literasi keuangan. 4. Mempersilahkan dari perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya selama 45 menit. 5. Melaksanakan refleksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 5 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan terkait pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan mulikeaksaraan. D. Materi 1. Apersepsi Pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memahami paradigma metodologi pembelajaran yang meliputi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran serta memilih strategi 56 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

64 dan metode yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga mempermudah peserta didik untuk mempercepat pencapaian kompetensi multikeaksaraan. PARADIGMA METODOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN PENDEKATAN (Partisipatif, Andragogi) Gambar 1. Paradigma Metodologi Pembelajaran Multikeaksaraan 2. Pentingnya Tutor Memami Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran yang berhasil guna, memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif. Tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaan pendidikan keaksaraan khususnya multikeaksaraan dengan baik untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar untuk mencapai kompetensi multikeaksaraan. Karenanya pada orientasi tutor ini, para peserta akan dibimbing secara praktis dalam memahami pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran serta memilihnya mana yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta. Selanjutnya diharapkan dapat diterapkan para tutor di lapangan, sehingga mereka mampu: a. Memahami pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan keaksaraan khususnya multikeaksaraan; PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 57

65 b. Memilih dan menerapkan pendekatan, streategi, dan metode yang tepat untuk kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Bagian utama dari program pendidikan multikeaksaraan adalah proses pembelajaran yang dalam pelaksanaannya harus mengacu pada standar proses dalam standar nasional pendidikan. Standar proses yang dimaksud merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan multi keaksaraan. Posisi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajarn ada di dalam proses pembelajaran. Dimana jika mengikuti alur Input-Proses-Output, maka proses pembelajaran inilah yang merupakan terjadinya interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai kompetensi keaksaraan yang harus dicapai. Input meliputi peserta didik, pendidik, sarana prasarana pembelajaran, pembiayaan, manajemen, lingkungan fisik, dan lingkungan non fisik. Proses meliputi strategi dan metode pembelajaran. Output adalah peserta didik yang lulus program pendidikan multikeaksaraan dan mencapai kompetensi multikeaksaraan serta mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L). Posisi strategi dan metode pembembelajaran multikeaksaraan sebagaimana dalam bagan berikut ini. Gambar 2. Posisi Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan 58 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

66 3. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan Pendidikan multikeaksaraan tidak semata-mata dipandang sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, melainkan juga mempersiapkan individu untuk berperan dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan sebagai warga negara. Pendidikan multikeaksaran yang dikenal dengan pasca-keaksaraan (post literacy) dapat dipandang sebagai konsep, proses dan program (Kusmiadi, 2007). Sebagai konsep, pendidikan pasca-keaksaraan merupakan bagian dari pendidikan sepanjang hayat, pendidikan orang dewasa dan pendidikan berkelanjutan. Tentunya, pendidikan multikeaksaraan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan, program pendidikan multikeaksaraan berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi belajarnya setelah mengikuti program keaksaraan dasar. Di sisi lain, konsep pendidikan multikeaksaraan ini selain memberikan keterampilan keaksaraan, juga secara langsung maupun tidak langsung berusaha mentransformasi peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang terdidik, sehingga menjadi aset yang secara sosio-ekonomi produktif bagi masyarakatnya dan mampu berpartisipasi aktif dan produktif dalam proses pembangunan bangsanya. Demikian pula pendidikan multikeaksaraan sebagai program merupakan kegiatan yang secara khusus dikembangkan untuk mereka yang baru melek aksara dan dirancang untuk membantunya menjadi melek aksara fungsional serta menjadi peserta didik yang otonom, sehingga mereka lebih berdaya dalam kehidupannya. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan, adalah bahwa peserta didik tidak dijadikan objek dari berbagai proses pembelajaran, tetapi merupakan subjek pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan konsep demikian, pemberdayaan peserta didik harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 59

67 program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhan belajarnya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan belajar mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) peserta didik dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri peserta didik miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok inilah yang lebih efektif dan jika dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu, kemitraan usaha antara kelompok tersebut dan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus dibina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan memajukan. Selanjutnya, untuk kepentingan analisis, pemberdayaan peserta didik harus dapat dilihat baik dengan pendekatan komprehensif rasional maupun instrumental. Pembelajaran dan pemberdayaan perlu menjadi strategi untuk menyusun rancangan kurikulum multikeaksaraan. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan andragogi dan pendekatan pedagogi. Terkait dengan pendidikan nonformal dan pendidikan sepanjang hayat, termasuk di dalamnya multikeaksaraan, Kindervatter (1979:46) mengemukakan, bahwa pendekatan pendidikan nonformal adalah proses pemberdayaan (nonformal education as empowering proccess), yang meliputi: pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented), pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan berdasarkan rasa terciptanya percaya diri dan kemandirian (self reliant), pendekatan yang mengutamakan aspek lingkungan (ecological sound), dan pendekatan yang berorientasi transformasi struktural (based on structural transformation). Sementara itu dalam pendidikan Multikeaksaraan yang mayoritas peserta didiknya orang dewasa pendekatan yang paling cocok yaitu pendekatan andragogi, tepatnya partisipasiandragogi yaitu pendekatan yang membantu menumbuhkan kerjasama dalam menemukan dan menggunakan hasil-hasil temuannya yang berkaitan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup yang dapat merangsang kemampuan berusaha secara individu, maupun kelompok. Dalam implementasinya pada pendidikan Multikeaksaraan, pendekatan tersebut dielaborasikan dengan konstruk pembelajaran yang bersifat: 1) induktif, membangun pengetahuan melalui kejadian atau fenomena empirik dengan menekankan belajar pada pengalaman langsung. Tutor dapat mempergunakan berbagai isu dan fenomena yang berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik; 2) tematik, mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dan mendorong terjadinya pengalaman belajar yang meluas 60 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

68 tidak hanya tersekat-sekat oleh batasan pokok bahasan, sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan kerjasama; 3) konstruktif, menumbuhkan pengakuan bahwa setiap peserta didik mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia dan alam sekitarnya berdasarkan pengalaman individu dalam menghadapi dan menyelesaikan situasi yang tidak menentu; 4) berbasis lingkungan, meningkatkan relevansi dan kebermanfaatan pembelajaran Multi Keaksaraan bagi peserta didik sesuai potensi dan kebutuhan lokal. Pendekatan dalam pendidikan multikeaksaraan, menekankan pada Pembelajaran Berbasis Karya. Diadopsi peristilahannya dari Project Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek/karya secara kolaboratif yang pada akhirmya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur: 1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik; 2) mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif; 3) mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, dan teknik pembelajaran; 4) menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. 4. Strategi Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik merupakan strategi pembelajaran yang harus dilakukan. Strategi pembelajaran, adalah upaya untuk mewujudkan kegiatan belajar yang bermakna, kreatif, partisipatif, dan efektif sehingga dapat mempermudah penumbuhan dan pemerolehan kompetensi Multikeaksaraan peserta didik (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2014). Secara teoritis, strategi pembelajaran seperti yang dimaksudkan di atas, salah satunya disebut sebagai strategi pembelajaran partisipatif yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajarannya baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian kegiatan pembelajaran atas dasar beberapa prinsip pembelajaran: sesuai kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan pembelajaran, berpusat pada peserta didik, dan berangkat dari pengalaman belajar peserta didik (Sudjana, 2000). Strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dalam praktiknya, terdapat sedikitnya enam strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan. Keenam strategi pembelajaran itu adalah PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 61

69 pembelajaran berbasis teks, PRA, penugasan, penggalian dan penyelesaian masalah, BDPS, dan Refl ect. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. Strategi yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, antara lain: Pertama, strategi pembelajaran berbasis teks, merupakan pembelajaran yang mempergunakan teks-teks untuk menumbuhkan kembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga teks tersebut bisa menjadi media percepatan pemerolehan kompetensi berbahasa Indonesia pada peserta didik pendidikan keaksaraan yang terintegrasi dengan lima area multikekeaksaraan yaitu (1) Tema Profesi, Keahlian, dan Pekerjaan, Subtema Pekerjaan dan Usaha di Bidang Pertanian, (2)Tema Pengembangan Seni Budaya, Subtema Kearifan Budaya Lokal, (3)Tema Sosial, Politik, dan Kebangsaan, Subtema Wawasan Kebangsaan, (4) Tema Kesehatan dan Olahraga, Subtema Kesehatan Lansia, (5) Tema Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Subtema Literasi Keuangan. Pada pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, pembelajaran berbasis teks; dipergunakan terutama untuk kegiatan membaca dan menulis melalui teks penjelasan tentang tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati; teks penjelasan tentang profesi, pekerjaan atau kemahiran di bidang yang diminati, teks khusus berbentuk brosur dan leaflet, teks tabel/ diagram/grafik, teks narasi, teks laporan, teks petunjuk atau arahan tentang tentang pekerjaan, profesi, atau kemahian di bidang yang diminati. Teks penjelasan adalah bacaan yang menceritakan proses yang ditandai dengan kata mengapa dan bagaimana dengan struktur kalimat berisi tentang pengenalan, penjelasan, dan penutupan. Teks Khusus adalah kata atau kalimat yang dipergunakan untuk mengisi dokumen tertentu, cirinya bersifat resmi dan formal. Teks Petunjuk/Arahan adalah bacaan yang berisi petunjuk pengerjaan sesuatu secara berurutan, cirinya berbentuk kalimat perintah dan kata penghubung seperti pertama, berikutnya, lalu, setelah itu, terakhir, dll. Teks Narasi adalah bacaan yang berisi cerita mengenai suatu peristiwa atau kejadian serta bagaimana peristiwa itu berlangsung berdasarkan urutan waktu yang di dalamnya terdapat kalimat majemuk yang menggunakan kata dan, tetapi, walaupun, meskipun, dll. Teks laporan adalah bacaan yang berisi laporan hasil pengamatan tentang suatu kejadian secara umum, objektif, dan tidak mengandung prasangka. Teks Tabel/Diagram adalah data berupa kata, kalimat atau bilangan yang tersusun dengan garis pembatas sebagai kolom-kolom berupa prediksi dan rencana jumlah produksi, penjualan, dan pembelian pada kegiatan usaha untuk menentukan rugi laba. Langkah pengembangan berbasis teks dalam pembelajaran multikeaksaraan menggunakan empat langkah berikut: a. Membangun konteks, melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami tujuan yang 62 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

70 melatari bangun teks. Pada proses ini peserta didik mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di sini peserta didik dapat mengungkap hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar; b. Membentuk model teks, pada langkah ini peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan: Simbol; Bunyi; Tata bahasa dan; Makna. c. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya. d. Membangun teks bersama-sama, menyusun teks bersama masih dalam kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan menyaji. Peserta didik dapat menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua peserta didik dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu; e. Membangun teks secara mandiri, titik tekan pada peserta didik supaya dapat menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta teks yang baru Kedua, strategi pembelajaran berbasis proyek/benda; dipergunakan untuk membelajarkan materi berhitung yang berkenaan dengan penggunaan pecahan sederhana, bilangan, dan uang serta penggunaan hasil pengukuran bangun datar, dan ruang sederhana dalam kegiatan usaha. Pembelajarannya dapat diaktualisasikan melalui strategi praktik membuat suatu produk inovatif dari bidang yang diminati dari lima tema multikeaksaraan tersebut. Strategi pembelajaran berbasis karya/produk dapat disajikan pada bagan berikut ini: Ketiga, strategi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman sendiri (Belajar Dari Pengalaman Sendiri (BDPS) yaitu strategi belajar yang memanfaatkan pengalaman belajar peserta didik, informasi dan ide-ide yang dimiliki peserta didik yang akan selalu mengiringi proses pembelajaran selanjutnya. Strategi pembelajaran seperti ini sedikit banyak diilhami oleh asumsi belajar yang dibangun oleh Knowles dalam merumuskan andragoginya bahwa orang dewasa telah memiliki pengalaman belajar sendiri. Strategi BDPS mencakup teknik tabel, diagram, peta, garis waktu, dan transek.atau pengkajian pembelajaran secara partisipatif, yang bertujuan memberdayakan masyarakat PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 63

71 dalam menganalisis, mengembangkan berbagai pengetahuan tentang kehidupan setempat, keadaan dan surnber dayanya untuk membuat rencana dan bertindak dengan lebih baik. Peserta didik dapat berdiskusi tentang pengetahuan dan situasi setempat, pengalamannya, belajar membaca, menulis, berhitung, menganalisis dan merencanakan kegiatan untuk rneningkatkan berbagai potensi yang ada pada lingkungan masyarakat setempat Sebagai contoh penerapan strategi BDPS dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, dapat dipahami pada prosedur serikut ini; a. Tutor membuka pertemuan dengan menanyakan perasaan/pengalaman; b. Meminta peserta didik mengemukakan ide/gagasan, perasaan, pengalaman atau masalah yang dihadapinya; c. Meminta peserta didik berdiskusi tentang salah satu topik; d. Tutor membuat tabel kosong, peta buta, atau kalender kegiatan dan meminta semua peserta didik untuk mengisi tabel, peta atau kalender kegiatan tersebut; e. Jika topik yang dipilih adalah mengenai kegiatan sehari-hari, pengalaman atau tentang perasaan peserta didik, maka meminta peserta didik yang bersangkutan untuk mengemukakan dan menceritakan kembali, sedangkan peserta didik lainnya menanggapi; f. Meminta peserta didik menuliskannya pada papan tulis membacanya; g. Meminta semua peserta didik membaca hasil tulisan tersebut baik secara bersama-sama maupun bergiliran; h. Meminta peserta didik mendiskusikannya; i. Meminta peserta didik untuk mengkritisi dan memperbaiki ide/gagasan, ejaan, tanda baca dan sebagainya; j. Meminta peserta didik menulis pada buku masing-masing; dan; k. Meminta semua peserta didik untuk membaca hasil tulisannya sendiri. Keempat, strategi pembelajaran menggali masalah dan memecahkan masalah (problem possing and problem solving) yang dikembangkan pertama kali oleh Paulo Freire, merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan masalah baik individu maupun kelompok yang kurang disadari oleh peserta didik sendiri dan merupakan strategi memecahkan masalah yang dilakukan oleh peserta didik sendiri tanpa keterlibatan pihak luar. Ada dua hal yang sangat berkaitan dalam problem possing, yaitu: Bagaimana memunculkan masalah dan Bagaimana membuat pertanyaan kunci. Pertanyaaan kunci adalah suatu cara menggunakan pertanyaan-pertanyaan penting untuk membuka pintu diskusi. Pertanyaan kunci ini dapat digunakan untuk menganalisis dan memunculkan masalah serta potensi pemecahannya.teknik ini digunakan terutama untuk membantu peserta didik mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar dan pemecahanannya. Peran tutor di sini adalah mengajukan pertanyaan kunci kepada peserta didik. Pertanyaan kunci dalam problem possing menjadi sangat penting karena tutor hanya memandu dan mengarahkan pikiran peserta didik dalam menemukan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari yang kadang-kadang tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan masalah kehidupannya. Dengan menggunakan pertanyaan kunci, mereka dirangsang untuk berpikir dan menganalisis sesuatu masalah yang belum disadarinya untuk dibahas secara bersama-sama di kelompok belajar. Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Multikeaksaraan, dikelola melalui strategi: 64 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

72 a. Menghimpun masalah berkenaan dengan kegiatan usaha; b. Menyajikan masalah; c. Membangkitkan ketertarikan peserta didik pada masalah; d. Memberi kesempatan untuk memahami masalah; e. Mendiskusikan gagasan strategi pemecahan masalah; f. Memandu peserta didik untuk merefl eksikan pemecahan masalah, dan; g. Mengaitkan hasil belajar dengan pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Kelima, strategi penugasan yaitu strategi pembelajaran yang memberikan seperangkat tugas kepada peserta didik untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk menunjukkan seluruh kemampuannya. Strategi pembelajaran seperti ini merupakan implementasi dari strategi pembelajaran yang menekankan kepada belajar sambil melakukan atau mengerjakan. Dan ini merupakan prinsip belajar yang harus dilakukan oleh pebelajar orang dewasa: belajar dengan melakukan sesuatu. Penugasan di sini tentu berbentuk tugas yang memperhatikan standar kompetensi yang akan dicapai oleh peserta pendidikan Multi Keaksaraan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan spesifikasi materi bahan ajarnya. Termasuk dalam hal ini adalah praktik kegiatan usaha. Keenam, strategi Reflect, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi reflect dilakukan melalui daur Refleksi-Aksi dan Refleksi Kembali (reflection action and futher reflection). Dengan menggunakan daur ini dalam proses pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, maka akan tumbuh kesadaran peserta didik atau warga, masyarakat yang responsif terhadap kenyataan hidup dan lingkungan, serta dapat bertindak untuk meningkatkan mutu kehidupan dan memperbaiki lingkungannya. Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi reflect ini, ialah masyarakat sendiri berpikir dan berbuat (refl ection-action) terhadap dan di dalam dunia kehidupannya. Strategi refl ect juga berguna untuk mengembangkan materi-materi pembelajaran sendiri melalui pembuatan peta, kalender, matrik, dan diagram-diagram konstruktif yang mewakili kenyataan yang ada di daerah setempat terkait kegiatan usaha, dengan memperhatikan pengetahuan lokal dari peserta didik dan menganalisis masalah-masalah lokal secara lebih rinci, seperti yang digunakan dalam strategi PRA. Contohnya pemetaan minat, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, peluang usaha dari suatu usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok. Dalam proses pembelajaran, peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan sendiri materi-materi belajarnya, sehingga tumbuh rasa memiliki terhadap rencana belajar dan rencana kerja/aksi yang berasal dari gagasan mereka, sehingga pada akhirnya mengubah perilaku dan sikapnya. Dalam proses belajarnya, baik peserta didik maupun tutor samasama belajar, dan sama-sama memiliki kesempatan untuk merefleksikan kembali peran dan posisi masing-masing, serta menggali potensi yang ada di dalam diri mereka untuk berubah ke arah yang lebih positif. Tiap orang memiliki potensi yang dapat dimotivasi, dikembangkan, dan diberdayakan. Karena itu dalam proses pembelajaran Multikeaksaraan bagi peserta didik maupun tutor harus dapat berkembang secara mandiri. Peserta didik dan tutor saling belajar, masing-masing mengemukakan ide dan menganalisis kehidupannya, mengidentifikasi keberadaannya, dan menggali potensi yang ada dalam diri mereka untuk berubah ke arah yang lebih positif. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang dan berdaya/berbuat. Proses belajar dan program Multikeaksaraan, ini isinya ditentukan oleh peserta didik. Peran tutor adalah untuk mengembangkan proses analisis, PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 65

73 bukan mendikte isinya. Hal ini bukan berarti tutor tidak dapat memberikan pengalamannya dan pandangannya, karena tutor juga merupakan peserta dalam keseluruhan proses. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan strategi reflect, terjadi interaksi belajar multi arah antara tutor dan peserta didik, dimana mereka berbagi pengalaman baru antara satu dengan yang lainnya. Namun, para tutor sangat penting dalam mensintesis pembelajaran kelompok belajar. 5. Metode Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual, maka untuk mengimplementasikannya digunakan metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan adalah a way in achieving something. Yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara memproses kegiatan belajar agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. Sebelum menetapkan jenis pembelajaran yang akan dilakukan perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam memilih metode pembelajaran seperti yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014), yaitu: a. berorientasi pada tujuan yang dicapai; b. sesuai dengan karakteristik orang dewasa; c. sesuai media belajar yang akan digunakan; d. berkait dengan tingkat kemampuan dan kemudahan peserta didik dalam menyerap materi; e. efisien, efektif, memiliki daya tarik, dan membanginkat suasan belajar dalam kelompok; dan f. berorientasi pada kemampuan awal peserta didik. Dalam melaksanakan praktik pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, metode pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mendukung penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran Multikeaksaraan, antara lain: a. Metode Ceramah; menyampaikan materi, konsep, pengalaman atau informasi lain yang berkaitan dengan penanaman sikap, wawasan dan pemberian bekal pengetahuan; b. Metode Diskusi; upaya secara bersama-sama memahami suatu konsep belajar menggalang kerjasama dan saling menghargai serta bertukar gagasan atau pengalaman; c. Metode Penugasan; adalah cara penyajian materi melalui penugasan peserta didik untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap peserta didik atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh peserta didik atau kelompok peserta didik, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh peserta didik dari satu kelompok dan ditanggapi oleh peserta didik dari kelompok yang lain atau oleh tutor yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat. Penugasan memberikan pengalaman awal, memupuk rasa percaya diri untuk belajar berani melakukan sesuatu dalam situasi sesungguhnya yang berguna untuk menggali alternatif pemecahan masalah; 66 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

74 d. Metode Drill Melalui metode drill, peserta didik dapat: Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, dan menulis; Mengembangkan kecakapan akademis, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, dan mengurangi; Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan banjir; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain. Dalam menjalankan drill, ada beberapa syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh hasil yang optimal, antara lain: Belajar harus menarik dan menyenangkan; Hanya untuk keterampilan tindakan yang bersifat otomatik; Diberikan dengan memperhatikan kemampuan/daya tahan peserta didik; Adanya pengarahan dan koreksi dari tutor yang melatih sehingga peserta didik tidak perlu mengulang suatu respons yang salah; Diberikan secara sistematis; Lebih baik diberikan kepada perorangan, karena memudahkan pengarahan dan koreksi. Latihan harus diberikan terpisah menurut kompetensi yang akan diajarkan. e. Metode global; sering disebut kalimat kunci adalah bentuk, lafal dan arti dari kalimat, kemudian kalimat diuraikan menjadi kata per kata, suku kata dan huruf. Metode global dikenalkan dalam global atau sering disebut kalimat kunci adalah bentuk, lafal dan arti dari kalimat, kemudian kalimat diuraikan menjadi kata per kata, suku kata dan huruf. ini digunakan dengan cara yang sama seperti pada penggunaan kata kunci. Perbedaannya, pada kata kunci dimulai dengan kata, sedangkan pada ini dimulai dengan kalimat sebagai kuncinya; Metode global ini digunakan dengan cara yang sama seperti pada penggunaan kata kunci. Perbedaannya, pada kata kunci dimulai dengan kata, sedangkan pada ini dimulai dengan kalimat sebagai kuncinya. Caranya secara ringkas adalah sebagai berikut: Mengenalkan bentuk dan lafal kata pada suatu kalimat Misal: Batik merupakan kekayaan budaya Indonesia Melafalkan kalimat secara berulang-ulang hingga paham tiap arti kata dan kalimat secara keseluruhan Menguraikan kalimat menjadi kata-kata Misal: Batik- merupakan- kekayaan-budaya- Indonesia Menguraikan kata menjadi suku kata Misal: Ba-tik- me-ru-pa-kan- ke-ka-ya-an-bu-da-ya- In-do-ne-si-a Menguraikan suku kata menjadi huruf Misal: B-a-t-i-k- m-e-r-u-p-a-k-a-n- k-e-k-a-y-a-a-n-b-u-d-a-ya- I-n-d-o-n-e-si-a Merangkaikan huruf menjadi suku kata baru Misal: Ba-tik- me-ru-pa-kan- ke-ka-ya-an-bu-da-ya- In-do-ne-si-a Merangkaikan suku kata baru menjadi kata-kata baru Misal: Batik- merupakan- kekayaan-budaya- Indonesia PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 67

75 f. Metode SAS (Struktur-Analisis-Sintesis) Metode pembelajaran yang sering dan sudah lama dipergunakan dalam pembelajaran Multikeaksaraan adalah metode struktur-analisis-sintesis (SAS) yang menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan bermanfaat serta menarik minat peserta didik jika menggunakan berbagai informasi yang dekat dan dikenal oleh mereka. Pembelajaran ini memiliki tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu, pertama, struktur, tutor menyusun struktur kalimat yang lengkap terdiri dari subyek-predikat-obyek dan keterangan. Kedua, analisis, peserta didik memahami arti suatu kalimat kemudian diuraikan menjadi kata, suku kata, sampai dengan huruf (dianalisis).di samping itu, peserta didik menghafal dan melafalkan huruf-huruf yang membangun kata dan kalimat tersebut.ketiga, tahap sintesis, peserta didik diminta menyusun huruf-huruf menjadi suku kata, kata, dan kalimat semula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap hafalan dan struktur dari hasil proses pada tahap selanjutnya. SAS ini dilihat dari arti namanya dan cara penyampaiannya adalah hampir sama dengan global. Bedanya jika global dalam penguraian tidak begitu mementingkan perangkaian huruf menjadi kalimat. SAS mementingkan perangkaian sesudah penguraian. Mengenalkan sebuah gambar, misalnya gambar semangkuk mi bakso Mengenalkan satu kalimat sesuai dengan isi gambar Misalnya: Tubuh kita memerlukan gizi yang seimbang Melafalkan kalimat sehingga paham artinya Menguraikan kalimat menjadi kata Tubuh -kita memerlukan- gizi yang- seimbang Menguraikan kata menjadi suku kata Tu-buh ki-ta me-mer-lu-kan- gi-zi yang- se-im-bang Menguraikan suku kata menjadi huruf T-u-b-u-h k-i-t-a m-e-m-e-r-l-u-k-a-n- g-i-z-i y-a-n-g- se-i-m-b-a-n-g Merangkaikan huruf menjadi suku kata Tu-buh ki-ta me-mer-lu-kan- gi-zi yang- se-im-bang Merangkaikan suku kata menjadi kata Tubuh -kita memerlukan- gizi yang- seimbang Merangkaikan kata menjadi kalimat Tubuh kita memerlukan gizi yang seimbang Metode SAS hampir sama dengan global. Bedanya jika global dalam penguraian tidak begitu mementingkan perangkaian huruf menjadi kalimat. SAS mementingkan perangkaian sesudah penguraian; Sama halnya dengan metode yang lain, metode pembelajaran ini memiliki juga kelebihan dan kelemahan.kekuatannya berupa pembelajaran yang didasarkan pada penyusunan kalimat itu tidak berdiri sendiri dan dibangun berdasarkan pikiran, ide, ucapan dan tulisan yang terdiri atas kata, suku kata, huruf, dan tanda baca. Kelemahannya berupa kalimat yang ditulis bukan berasal dari peserta didik, kalimat tersebut tidak memiliki makna bagi peserta didik atau kadang tidak fungsional, pemenggalan/pengkombinasian suku kata seringkali tidak memiliki kamna fungsional bagi peserta didik, dan kalau digunakan 68 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

76 secara terus menerus akan membuat kebosanan pada peserta didik. g. Metode Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB) Metode Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB) ini merupakan cara pembelajaran Multikeaksaraan (baca-tulis-hitung) berdasarkan pengalaman peserta didik sendiri. Metode ini dilaksanakan melalui proses belajar yang berasal dari gagasan/ide atau kalimat yang diucapkan oleh peserta didik sendiri bukan dari pihak lain dengan menggunakan bahasa ucapan atau bahasa tutur. Dalam pembelajaran ini peserta didik dilibatkan dalam memikirkan bahwa suatu kalimat itu tidak berdiri sendiri dan dibangun berdasarkan pikiran, ide, ucapan dan tulisan yang terdiri atas kata, suku kata, huruf, dan tanda baca. Ciri khusus metode pembelajaran pendekatan pengalaman berbahasa ini terletak pada penggunaan bahasa ucapan atau tutur dari peserta didik sendiri. Langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh Tutor dalam membelajarkan calistung kepada peserta didik dengan menggunakan tehnik PPB adalah sebagai berikut: Siapkan kertas manila panjang warna putih, spidol dan isolasi. Di awal pembelajaran mintakan peserta didik untuk menentukan suatu tema, kemudian mengungkapkan satu kalimat yang berhubungan dengan tema itu menggunakan kata-katanya sendiri. Misalnya muncul kalimat: Bapak pergi ke sawah. Tuliskan kalimat itu di papan tulis. Bapak pergi ke sawah Bacakan kalimat di atas dengan lantang bersama-sama dengan peserta didik, kemudian mintakan mereka untuk mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang sampai lancar. Tutor menulis kalimat tersebut pada kertas, kemudian memotongnya kata per kata. Tempelkan di papan tulis. Bapak pergi ke sawah Tutor membantu peserta didik mengingat kata-kata di atas dengan menggunakan permainan, seperti misalnya buka tutup kata, memindahkan posisi, dan sebagainya. Contoh: Bapak sawah pergi ke ke sawah Tutor membimbing peserta didik menyusun kata-kata tersebut sampai membentuk kalimat yang benar dan dapat dimengerti. Peserta didik menyalin kalimat tersebut dalam buku catatannya dan memasukkan kata-kata baru yang ditemuinya kedalam kamus pribadinya. Tutor membimbing peserta didik untuk praktek memotong huruf dari suku kata maupun memotong kata dari kalimat, sampai paham benar. Peserta didik diminta menghitung kata : Bapak pergi ke - sawah = 4 kata Ba - pak per - gi ke sa wah =7 suku kata B-a-p-a k- p-e-r-g-i k-e s-a-w-a-h = 17 huruf PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 69

77 Huruf vokal : a = 4 e = 2 i = 1 Jumlah = 7 Huruf Konsonan: b k s = = = p = 2 r = 1 g = 1 k = 2 Jumlah = 10 Setelah mengenal metode-metode pembelajaran pendidikan Multi keaksaraan, selanjutnya pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu secara spesifik. Dalam pendidikan Multikeaksaraan dikenal beberapa teknik belajar, antara lain mengeblat, menjiplak, menghubungkan titik-titik, berhitungpermulaan, belajar melalui KTP/ formulir, membaca melalui bahan bacaan yang telah disederhanakan, menulispadakorandinding, surveymatematika, garis waktu, peta, uang dan belajarmelaluipermainan. 6. Teknik Pembelajaran Berikut ini merupakan beberapa contoh teknik yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan: a. Belajar menulis melalui teks khusus; banyak teks khusus yang bias dipergunakan sebagai sumber belajar, seperti: KTP, formulir pendaftaran, kuitansi, rekening, dll; b. Menulis pengalaman; peserta didik biasanya sudah mempunyai pengalaman dalam kegiatan berusaha atau membuat suatu produk usaha. Pengalaman tersebut bisa dijadikan sebagai stimulus bagi peserta didik untuk menuliskan pengalaman baik atau buruk ketika teribat dalam kegiatan berusaha; c. Memperbaiki tulisan sendiri; mengajarkan peserta didik tentang cara menemukan dan memperbaiki kesalahan tulisan sendiri. d. Meningkatkan keterampilan berhitung; peserta didik diajak untuk menghitung dan mengukur benda atau barang yang. 7. Memilih Strategi Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan a. Memilih Strategi Pembelajaran Dari uraian di atas diketahui bahwa terdapat bermacam-macam strategi dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Multikeaksaraan. Pemilihan terhadap strategi dan metode yang akan dipergunakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha meningkatkan efektivitas pembelajaran. Disamping itu pemilihan strategi dan metode pembelajaran dapat mengefektifkan kerja tutor. Permasalahannya adalah bagaimana memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat digunakan 70 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

78 dalam pembelajaran Multi Keaksaraan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik? Berikut ini beberapa prinsip pemilihan pembelajaran pendidikan Multi Keaksaraan yang sesuai: 1) Mengacu pada kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa antara lain berorientasi pada masalah dan pengelaman pribadi peserta didik, memberi pengalaman yang bermakna, kebebasan bagi peserta didik sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya, tujuan pembelajaran ditetapkan dan disetujui oleh peserta didik, dan peserta didik memperoleh umpan balik atas hasil belajarnya. 2) Memperhatikan kondisi peserta didik sebagai orang dewasa dengan memperhatikan kondisi awal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung calon peserta didik; 3) Memperhatikan pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai serta memperhatikan kondisi lingkungan atau masalah-masalah yang dihadapi seharihari dalam segala aspek kehidupan; 4) Memperhatikan kebutuhan, keinginan atau minat peserta didik serta memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia dalam lingkungan belajarnya. Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, perlu juga diperhatikan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) kesesuaian dengan materi atau bahan ajar, (2) kesesuaian dengan ketersediaan media, (3) ketertarikan dan ketersenangan bagi peserta didik, (4) keterkaitan dengan kompetensi lulusan, (5) kesesuaian dengan tingkat kemampuan peserta didik, dan (6) tingkat penguasaan tutor terhadap strategi pembelajaran yang dipilihnya. b. Memilih Metode Pembelajaran Prinsip-prinsip yang dapat dipakai sebagai acuan dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan, sebagai berikut: 1) Mengetahui tingkat kemampuan membaca, menulis, dan berhitung oleh calon peserta didik: apakah berada pada tingkat rendah, sedang, atau tinggi; tingkat kemampuan ini berpengaruh pada pemilihan metode pembelajaran. Apakah peserta didik memiliki kemampuan baca tulis hitung yang masih rendah, atau sudah agak lancar. Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik maka dapat dilakukan dengan tes awal sederhana untuk mengenal huruf, wawancara, atau observasi. Jika peserta didik memiliki kemampuan baca tulis hitung yang masih minim, maka dapat direkomendasikan metode abjad, iqro, dan dril. Jika peserta didik sudah mulai mengenal huruf, maka dapat direkomendasikan metode suku kata, kata kunci. Jika peserta didik sudah agak lancar baca tulis hitungnya, dapat direkomendasikan metode global, SAS, PPB. 2) Mengetahui kondisi, masalah, kebutuhan, minat, keinginan calon peserta didik yang berkait dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, hubungan kemasyarakatan, pekerjaan sehari-hari, lingkungan hidup, lingkungan alam, dan kebiasaan atau adat istiadat. 3) Mengetahui sarana dan prasarana, fasilitas atau media yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung penggunaan metode pembelajaran. Memilih media pembelajaran pertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkannya. Hindari pemilihan metode pembelajaran yang tidak memungkinkan tersedianya segala bentuk dukungan, antara lain ketersediaan PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 71

79 sarana dan prasarana. Kekayaan lingkungan alam dan sosial di sekitarnya upayakan agar menjadi metode dan media pembelajaran yang efektif. 4) Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai hendaknya dikaitkan dengan perubahan tingkat kemampuan pembelajaran Multi Keaksaraan yang telah dicapai: dari belum bisa baca tulis hitung menjadi bisa baca, tulis, hitung berubah lagi menjadi meningkatnya kemampuan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini merupakan saran, perihal strategi dan metode yang sesuai kondisi peserta didik pendidikan Multikeaksaraan: a. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya rendah, disarankan menggunakan strategi BDPS dan metode abjad, drill, iqra, dan transliterasi; b. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya sedang, disarankan menggunakan strategi PRA dan metode suku kata, kata kunci, dan asosiasi; c. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya tinggi, disarankan menggunakan strategi berbasis teks dan penugasandan metode PPB, SAS, dan global. Namun demikian tutor diperkenankan menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran. Untuk mengukur tingkat kesesuaian penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, dapat dianalisis dari ketiga komponen berikut: a. Efisiensi, penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan; b. Efektivitas, pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif; c. Partisipasi peserta didik, pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. E. Latihan 1. Setelah mempelajari materi bahan ajar di atas, coba anda lakukan identifikasi strategi dan metode yang sesuai dengan kemampuan Multikeaksaraan peserta didik yang masih rendah, sedang, dan tinggi, disesuaikan dengan pengalaman anda dalam membelajarkan peserta didik Multikeaksaraan di satuan pendidikan pendidikan nonformal. 2. Bagaimana hubungan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran? 3. Jelaskan pengertian strategi pembelajaran 4. Sebutkan macam strategi pembelajaran Multikeaksaraan 5. Jelaskan pengertian metode pembelajaran 6. Sebutkan macam metode pembelajaran Multikeaksaraan 7. Jelaskan penggunaan strategi dan metode pembelajaran Multikeaksaraan yang sesuai dengan kemampuan awal peserta didik F. Refleksi Coba anda kenali strategi dan metode pembelajaran Multikeaksaraan yang banyak diterapkan dalam pembelajaran Multikeaksaraan di satuan pendidikan nonformal. 72 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

80 DAFTAR PUSTAKA Arif, Z., 1983, Andragogi, Angkasa, Bandung. Hasibuan, Melayu S.P Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta; CV. Haji Mas Agung. Irawan, Prasetya Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Kusnadi, (2005), Pendidikan Multi Keaksaraan, Filosofi, Strategi dan Implementasi, Dit.Dkmas, Ditjen PLS, Depdiknas, Jakarta. Nasution, M.A Prof. Dr. 1997: Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar DanMengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Multi Keaksaraan. Sudjana,Djudju., (2000), Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung...., dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Falah Production, Bandung. Udin S. Winataputra Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya Strategi Pembelajaran; Berorientasi Pelatih Tutor Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 73

81 MODUL 6 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN KODE M-6 3 jam Oleh: Agus Ramdani, S.Sos., M.MPd. 74 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

82 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN A. Pengantar Materi Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Pada pasal 12 ayat (1) Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan dilaksanakan setelah pendidik menyiapkan sumber atau bahan belajar yang terdiri atas modul pembelajaran, akses sumber informasi, media cetak, kejadian/fakta, pengalaman belajar dari pendidik atau peserta didik; dan sumber belajar lainnya. Dengan kata lain, para tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan sumber belajar, mengembangkan bahan, dan media belajaruntuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar. B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul pengembangan bahan dan media belajar pendidikan multikeaksaraan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam: 1. Menyusun bahan ajar dalam bentuk modul untuk mempermudah peserta didik memahami dan menguasai materi belajar pendidikan multikeaksaraan; 2. Mengembangkan media belajar untuk memfasilitasi penyampian materi dan kemudahan peserta didik dalam memahami materi belajar pendidikan multikeaksaraan; dan 3. Memanfaatkan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. C. Petunjuk Penggunaan 1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara: a. menggali pengalaman dan permasalahan peserta dalam mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan keaksaraan; b. menyamakan paradigma tentang urgensi keberadaan dan pemanfaatan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan; c. mendeskripsikan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar yang cocok untuk dikembangkan dan/atau disusun oleh pendidik untuk dipergunakan dalam PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 75

83 pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan, sesuai dengan silabus yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan; dan d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan sumber belajar, menyusun bahan ajar, dan mengembangkan media belajar untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar. 2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 40 menit 1) menjelaskan tentang keberadaan dan manfaat sumber belajar bahan belajar, dan media belajar dalam pembelajaran multikeaksaraan, dengan mempergunakan paradigma sebagai berikut: 2) menginformasikan tentang jenis sumber belajar, bahan belajar, dan media belajar yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan, sesuai dengan apa yang terdapat pada silabus. 3) memvisualkan beberapa jenis sumber belajar, sumber belajar, bahan belajar, dan media belajar yang bisa dipergunakan dalam mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan. b. pemberian penguatan: 25 menit 1) menyimpulkan persamaan dan perbedaan konsep, serta jenis sumber belajar, bahan belajar, dan media belajar yang dapat dipergunakan untuk memfasilitasi proses pembelajaran multikeaksaraan. 2) mempersilahkan 1 orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan yang diungkapkan oleh fasilitator. 3. Melaksanakan praktik pembuatan bahan ajar dan media belajar pendidikan multikeaksaraan selama 90 menit, dengan cara: a. membagi peserta ke dalam 10 (sepuluh) kelompok. Pembagian kelompok mengacu pada tema belajar program multikeaksaraan, yaitu: 76 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

84 1) tema profesi, keahlian, dan pekerjaan, subtema pekerjaan dan usaha di bidang pertanian; 2) tema pengembangan seni budaya, subtema kearifan budaya lokal; 3) tema sosial, politik dan kebangsaan, subtema wawasan kebangsaan; 4) tema kesehatan dan olahraga, subtema kesehatan lansia; dan 5) tema ilmu pengetahuan dan teknologi, subtema literasi keuangan. b. 5 (lima) kelompok praktik membuat modul, dan 5 (lima) kelompok lainnya membuat lima jenis media belajar pendidikan multikeaksaraan; dan c. Mempersilahkan 2 (dua) kelompok (1 dari perwakilan kelompok penyusun modul dan 1 dari kelompok penyusun media belajar) untuk mempresentasikan hasil kerjanya (sampel), dan melakukan pembahasan bersama-sama peserta lainnya untuk menyempurnakan kualitas/mutu produk yang disusun. 4. Melaksanakan refleksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 15 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan mulikeaksaraan. D. Materi Belajar 1. Perbedaan Sumber Belajar, Bahan Ajar, dan Media Belajar Secara sepintas atau sekarang masih juga, kita mungkin pernah terjebak pada pemahaman bahwa sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar merupakan satu objek yang sama. Mari kita reposisi dan kembalikan kepada khitahnya, bahwa sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar adalah ketiga hal yang bisa serupa, tetapi tidak sama manifest dan fungsionalisasinya ketika dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan multikeaksaraan.tidak mengapa, karena kita mungkin belum pernah mendapatkan pemahaman yang benar, atau mungkin belum pernah membaca konsepnya secara tepat. Di dalam silabus pendidikan multikeaksaraan, kita akan menemukan kata sumber belajar sebagai point yang harus dikontekstualisasikan dalam formatnya. Di dalam point sumber belajar tersebut diinformasikan berbagai bahan dan media belajar yang dapat dipergunakan pendidik/ tutor dalam mengelola kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber, bahan, dan media belajar adalah serupa tapi tidak sama. a. sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya; 2) benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya; PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 77

85 3) orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya polisi, dan ahli-ahli lainnya; 4) bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar; 5) buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya; dan 6) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun pendidik, apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa dalam proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Area atau tema belajar yang menjadi substansi dari program pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi: 1) profesi, keahlian dan pekerjaan; 2) pengembangan dalam seni budaya, 3) sosial, politik dan kebangsaan, 4) kesehatan dan olah raga, dan 5) ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itulah sumber belajar yang diperlukan sangat berkaitan dengan ke-6 (enam) tema belajar tersebut. Karena itu, sumber belajar yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, mengacu pada silabus yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, antara lain: 1) buku referensi antara lain yang berkaitan dengan tema: pertanian; geometri; pariwisata; wawasan kebangsaan; potensi daerah; pengolahan pangan; dan kerajinan tradisional. 2) artikel dan/atau kliping yang berkaitan dengan: budidaya pertanian; kearifan budaya lokal; jenis profesi dan pekerjaan; peninggalan budaya bangsa indonesia; dinamika kebangsaan: Pilkada; ekonomi kreatif; kesehatan Lansia; mata uang asing; kemitraan usaha; layanan keuangan; program asuransi; dan kejahatan keuangan. 78 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

86 3) benda, antara lain: alat-alat berbentuk bangun datar, bangun ruang, pengukuran, dll; brosur/leafl et; dan alat peraga uang. 4) film, antara lain; kebangsaan; pelestarian warisan bangsa; kesehatan Lansia; kerjasama ekonomi antar bangsa; layanan bank dan keuangan mikro; kisah pengusaha sukses; dan pajak untuk pembangunan. b. bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: 1) petunjuk belajar (bagi pendidik dan peserta didik); 2) kompetensi yang akan dicapai; 3) isi materi pembelajaran; 4) informasi pendukung; 5) latihan-latihan; dan 6) evaluasi. c. media belajar adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau pemebelajaran dengan efektif dan efisien.peranan atau manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut : 1) memperjelas penyajian pesan dan informasi, sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan hasil belajar; 2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri sendiri sesuai denagn kemampuan dan minatnya. 3) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; dan 4) memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan pendidik dan masyarakat serta lingkungannya. Secara umum media pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) macam, yaitu: 1) media audio, yang mengandalkan kemampuan suara seperti radio, kaset; 2) media visual yaiu medai yang menampilkan gambar diam seperti, foto, poster; 3) media audio video yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film; 4) media berbasis komputer yaitu media pembelajaran berbantuan komputer, seperti powerpoint; dan 5) alat peraga, dapat berupa benda maupun bentuk lain untuk mempermudah visualisasi materi belajar. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 79

87 2. Penyusunan Bahan Ajar Pendidikan Multikeaksaraan Bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis ditujukan supaya peserta didik termotivasi untuk mempelajari materi ajar. Bahan belajar berisi materi yang bersifat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diketahui atau diampu peserta didik, sesuai dengan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran. Dengan kata lain, apapun bentuk dari bahan ajar akan sangat membantu kelancaran aktivitas pembelajaran, termasuk pada pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan. Sebagai seorang pendidik sudah sewajarnya bapak/ibu mempunyai keahlian untuk menyusun bahan ajar, supaya bahan ajar program pendidikan keaksaraan lebih kontekstual dengan dinamika yang ada atau terjadi di lingkungan sekitar peserta didik berdomisili. Karena itulah, mari kita pahami terlebih dahulu, berbagai jenis bahan ajar beserta ciri dan kegunaanya. Dasar penulisan Pengguna Utama Alur dan Struktur Buku Referensi Diktat Buku Ajar Modul Hasil telaah Hasil Silabus Rencana teori, konsep, mengemas Pembelajaran Pelaksanaan atau kajian yang buku referensi Pembelajaran berkaitan yang berkaitan Pendidik untuk mengajarkan materi Sesuai logika keilmuan Apa mind map (kerangka berpikir) Ada studi kasus Pendidik untuk mengajarkan materi Sesuai logika keilmuan Ada contoh soal Ada latihan soal (umpan balik) Peserta didik untuk belajar Sesuai silabus Ada ilustrasi Ada contoh Ada kasus Ada soal latihan Peserta didik untuk belajar Sesuai RPP Ada intruksi dab contoh Ada ilustrasi Ada contoh Ada latihan/ LKS Bahasa Formal Formal Semi-formal Semi-formal Tujuan Membimbing Membimbing Mandiri Mandiri Publikasi Diterbitkan Ber-ISBN Diterbitkan Ber-ISBN Diedarkan untuk kalangan terbatas/ sendiri Diedarkan dikalangan peserta didik Jika kita mengacu pada perbedaan jenis, dasar penulisan, pengguna utama, alur dan struktur, bahasa, tujuan, dan publikasi, maka jelaslah pendidik/tutor pendidikan multikeaksaraan yang akan bapak/ibu latih, minimal mempunyai kemampuan untuk menyusun modul. Apakah modul tersebut? Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar. Modul biasanya disajikan dalam bentuk pembelajaran mandiri. Peserta didik dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya secara mandiri. Waktu belajar untuk menyelesaikan satu modul tidak harus sama, berbeda beberapa menit sampai beberapa jam. Modul dapat digunakan secara individual atau gabungan dalam suatu variasi urutan yang berbeda. Sebuah modul, idealnya memuat penjelasan tentang: a. kompetensi dasar yang akan ditunjang pencapaiannya; b. topik yang akan dijadikan pangkal proses pembelajaran; c. indikator yang akan dicapai oleh peserta didik; d. pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan; 80 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

88 e. peranan pendidik di dalam proses pembelajaran; f. alat-alat dan sumber belajar yang akan digunakan; g. kegiatan belajar yang akan dilakukan dan dipahami peserta didik secara berurutan; h. lembar kerja yang harus diisi oleh peserta didik; dan i. program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar. Modul sebagai bahan ajar juga mempunyai sifat-sifat yang khas yang menjadikannya berbeda dengan bahan ajar yang lain. Sifat-sifat tersebut adalah: a. merupakan unit atau paket pembelajaran terkecil dan terlengkap; b. memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis; c. memuat tujuan belajar (KI dan KD) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik; d. memungkinkan bagi peserta didik belajar secara mandiri; dan e. merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual. Modul dengan tema yang terdapat pada program pendidikan multikeaksaraan, dapat disusun dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. menelaah silabus multikeaksaraan, kemudian tentukan materi belajar pada silabus yang akan dijadikan sebagai substansi/ materi modul;. b. telaah kompetensi dasar dan indikator dari materi belajar yang telah ditentukan; c. tentukan judul yang sesuai dengan materi belajar, dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: 1) singkat, buat judul dengan kalimat singkat tetapi bermakna[ 2) selaras; judul harus selaras/berkorelasi dengan tema yang akan diangkat; 3) kontekstual; judul harus menunjukkan kesesuaian dengan substansi/materi yang akan diformulasikan dalam modul, dan; 4) menarik; pilih kalimat yang dipandang menarik motivasi peserta didik untuk membaca 5) pahami kalimat intruksi yang terdapat pada kolom indikator silabus; d. pergunakan format dan contoh di bawah ini sebagai peta pemetaan judul dan substansi dari modul yang akan kita susun; No Materi Belajar 1 Teks penjelasan bidang pertanian Kompetensi Dasar 2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana; Indikator Judul Intruksi Indikator Sentosa Membaca dan teks penjela- Permai san Negeriku Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana Menceritakan kembali Lingkup Materi Disajikan bacaan/teks penjelasan yang menggambarkan tentang keindahan dan kemakmuran alam Indonesia dalam 7 (tujuh) kalimat Formulasikan intruksi di atas teks penjelasan yang bersifat perintah bacalah Disajikan bacaan/teks penjelasan yang menggambarkan tentang keindahan dan kemakmuran alam Indonesia dalam 7 (tujuh) kalimat Formulasikan intruksi di atas teks penjelasan yang bersifat perintah bacalah e. pahami struktur dari masing-masing teks yang menjadi acuan penulisan untuk bacaan/ teks dalam modul. f. carilah referensi/sumber berlajar yang berkaitan dengan judul pada masing-masing modul. g. adaptasikan atau sesuaikan referensi dengan pengalaman dan kondisi kekinian yang sedang terjadi, bisa di sekitar kehidupan peserta didik, bisa juga yang sedang menjadi isu di masyarakat luas, tetapi diasumsikan sudah diketahui oleh peserta didik. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 81

89 h. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul bagi peserta didik multikeaksaraan, adalah sebagai berikut: 1) jenis huruf yang ramah di mata dan tidak mengubah bentuk huruf yang sudah lazim (tahoma, arial, times new roman); 2) ukuran huruf minimal 16 (enam belas); 3) jarak spasi 2 (dua); 4) 7 (tujuh) kalimat untuk materi membaca; 5) 5 (lima) kalimat untuk menulis; 6) sertakan contoh pengerjaan untuk materi yang berkaitan dengan berhitung; 7) 1 (satu) paragraf maksimal memuat 1 (satu) pokok pikiran; dan 8) pergunakan kata/kalimat sederhana, jangan menuliskan kata/kalimat yang tidak dikenal peserta didik. Contoh: i. sertakan gambar yang dipandang sesuai atau berkaitan dengan bacaan/teks yang dijelaskan pada materi. Bisa gambar hasil buatan sendiri, atau mendownload dari internet. Jika gambar diambil dari internet, tuliskan sumber unduhannya di bawah gambar untuk menghindari hal-hal yang diingkan di kemudian hari. Pembuatan ilustrasi atau gambar, dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) ilustrasi/ gambar dapat dibuat manual, dengan teknik gambar, kolase atau montase photo; 2) pilih gambar yang sesuai dengan materi. Ukuran gambar disesuaikan dengan melihat tata letak paragraf dan ukuran buku saku; dan 3) untuk gambar sampul/cover, pilih gambar yang dapat menarik minat peserta didik dengan tingkat kejelasan yang tinggi. j. pada bagian penataan modul, perhatikan hal-hal berikut ini: 1) susun teks dan gambar (ilustrasi) dengan sepadan dan saling memperkuat; 2) usahakan teks sesuai dengan tingkat pendidikan pembaca yang menjadi sasaran; 3) perbaiki dan perhalus gambar/ilustrasi; 4) periksa kembali penyusunannya secara menyeluruh (apakah jelas sistematika penulisannya?apakah tidak ada hal yang bertentangan?); dan 5) periksa kembali setiap halaman untuk melihat kesesuaian teks dan gambar. 82 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

90 k. struktur modul, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling minimal mengandung komponen sebagai berikut: 1) lembar kegiatan peserta didik, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Materi pelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan mudah dan cepat. 2) lembar kerja peserta didik, terdiri dari pertanyaan atau masalah yang harus dijawab dan dipecahkan oleh peserta didik. Pada lembar kerja peserta didik tidak boleh membuat coretan, karena modul akan digunakan oleh peserta didik yang berbeda di lain waktu. Semua pekerjaan yang dilakukan peserta didik ditulis pada lembar kerja peserta didik; 3) lembar evaluasi; penilaian pendidik terhadap tercapai tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta didik, ditentukan oleh hasil ujian akhir yang terdapat pada lembar evaluasi. lembar evaluasi dan kuncinya harus disimpan oleh pendidik; l. evaluasi dan revisi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah modul telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada peserta didik secara terbatas. Sasaran evaluasi, minimal 30% dari peserta didik yang akan menjadi pengguna modul, dan bisa juga melibatkan tutor atau unsur lain yang dipandang kompeten dan berpengalaman mengajar warga masyarakat yang masih baru bisa membaca, menulis, atau berhitung; Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: 1) kesesuaian dengan SK, KD; 2) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik; 3) kesesuaian dengan kebutuhan modul; 4) kebenaran substansi materi pembelajaran; 5) manfaat untuk penambahan wawasan; dan 6) kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial Komponen kebahasaan antara lain mencakup: 1) keterbacaan; 2) kejelasan informasi; 3) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; dan 4) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat). Komponen penyajian antara lain mencakup: 1) kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai; 2) urutan sajian; 3) pemberian motivasi, daya tarik; 4) interaksi (pemberian stimulus dan respond); dan 5) kelengkapan informasi Komponen kegrafikan antara lain mencakup: 1) penggunaan font; jenis dan ukuran; 2) lay out atau tata letak; 3) ilustrasi, gambar, foto; dan 4) desain tampilan. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 83

91 Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut: Judul modul :... Program :... Penulis :... Petunjuk pengisian Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda. 1 = sangat tidak baik/sesuai 2 = kurang sesuai 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik/sesuai No Komponen KELAYAKAN ISI 1 Kesesuaian dengan SK, KD 2 Kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik 3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar 4 Kebenaran substansi materi 5 Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan 6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial KEBAHASAAN 7 Keterbacaan 8 Kejelasan informasi 9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia 10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efi sien SAJIAN 11 Kejelasan tujuan 12 Urutan penyajian 13 Pemberian motivasi 14 Interaktivitas (stimulus dan respond) 15 Kelengkapan informasi KEGRAFISAN 16 Penggunaan font (jenis dan ukuran) 17 Lay out, tata letak 18 Ilustrasi, grafi s, gambar, foto 19 Desain tampilan Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap modul yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. 3. Pengembangan Media Belajar Pendidikan Multikeaksaraan Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium yang secara harfiah berarti Perantara atau Pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dengan kata lain, media belajar adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Adapun prinsip yang menjadi keharusan dalam mengembangkan media belajar dalam pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. mengaktifkan alat indera sebanyak-banyaknya secara kombinasi, sehingga memungkinkan iebih tinggi daya serap dan daya ingat peserta didik; 84 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

92 b. mengandung kesesuaian dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, mendukung proses belajar untuk mencapai tujuan belajar; c. memiliki nilai kepahaman bagi peserta didik pada masa daya serap dan masa daya ingat, sehingga lebih mudah terjadi interaksi dan lebih tinggi tingkat pemahamannya; d. membangkitkan minat peserta didik sebanyak-banyaknya, sehingga akan menarik perhatian dan tumbuh dorongan untuk mempelajarinya; e. memiliki nilai kegunaan sehingga mempan dan dirasakan benar manfaatnya bagi peserta didik, walaupun bentuknya sederhana; dan f. efisien, sehingga mudah dan murah dalam pengadaan dan penggunaannya dalam proses belajar mengajar. Sementara dari segi sifat, media belajar dalam pendidikan multikeaksaraan dapat digolongkan menjadi: a. instruksional (instruktif), yakni mengandung pesan yang bersifat isi pokok kegiatan belajar yang harus dipahami atau dikuasai oleh peserta didik; b. informatif, yakni mengandung pesan informasi yang bersifat pelengkap dan isi pokok kegiatan belajar untuk sekedar memperluas wawasan peserta didik. c. motivatif, yakni mengandung pesan yang bersifat penggugah perhatian, minat dan motivasi peserta didik sehubungan dengan isi pokok kegiatan belajar; dan d. rekreatif, yakni mengandung pesan yang bersifat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Ada bermacam-macam media belajar sehingga bermacam-macarn pula cara menggolongkannya tergantung dari sudut mana kita melihatnya, seperti dilihat dari alat dan bahan elektronik atau bukan, UNESCO/ACCU membagi media belajar dalam empat golongan yaitu: a. cetak jenis buku, misalnya buku ajar dan modul; b. elektronik, misalnya powerpoint dan film; c. permainan, misalnya kartu huruf dan kartu tempel; dan d. cetak non-buku, misalnya folder, poster, foto novel, komik, lembaran kasus, bagan; PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 85

93 Berikut ini contoh beberapa jenis media cetak yang bisa dikembangkan untuk mendukung aktivitas pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. poster tunggal, yaitu terdiri dari satu lembar saja yang dapat memuat satu gambar atau beberapa gambar, dapat digunakan sebagai alat penyampai informasi atau sebagai alat motivasi. Poster tunggal terdiri dari poster tunggal terbuka (tidak disertai kalimat) dan poster tunggal tertutup (disertai kalimat). Poster tunggal terbuka memungkinkan peserta didik secara bebas memaknai gambar yang terdapat pada poster, dan poster tunggal tertutup makna gambarnya sudah ditentukan, sehingga tidak menimbulkan multi tafsir atas makna dari gambar yang terdapat pada poster. Poster Terbuka Poster Tertutup b. poster seri ialah serangkaian poster (antara 5 15 lembar poster) yang satu dengan lainnya mempunyai kaitan cerita. Isi poster dapat berupa informasi pengetahuan dan keterampilan serta dapat menumbuhkan minat/motivasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi membaca, menulis, berhitung, dan mengembangkan sikap positif untuk terciptanya pening kat an pengetahuan dan keterampilan yang barkaitan dengan pekerjaan atau profesinya; c. poster lipat, ialah poster yang terdiri atas satu atau dua lipatan. Masing-masing lipatan menggambarkan tentang keadaan yang berlawanan/berbeda atau gambar yang mempunyai kesan negatif dan positif; d. fotonovella adalah bahan belajar cerita yang terdiri dari serangkaian foto-foto dan teks cerita. Fotonovella sangat sesuai untuk menceritakan kisah nyata. 86 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

94 e. brosur adalah suatu alat untuk promosi barang, jasa dan lain-lain, yang terbuat dari kertas yang dimana di dalamnya terdapat sejumlah informasi dan juga penawaran mengenai jasa atau produk dengan tujuan untuk memperkenalkan secara lebih jelas dan rinci mengenai produk, layanan, program dan sebagainya untuk membantu upaya pemasaran. Secara umum, pembuatan media belajar hampir sama cara dan langkahnya dengan pembuatan bahan ajar. Karena itulah mari kita mencoba untuk mengembangkan media belajar yang lebih spesifik bentuk dan jenisnya. Berikut ini merupakan contoh dari langkah-langkah yang bisa dipergunakan untuk mengembangan media belajar pendidikan multikeaksaraan: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 87

95 a. membuat media belajar cetak 1) Susun rencana pembuatan media belajar, dan untuk memudahkan dapat dibuat dalam format berikut: Judul Media Belajar Tujuan Kompetensi Dasar Indikator Sasaran Cara menggunakan Pesan-pesan pokok 2) cermati kebutuhan media belajar tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran. 3) menata materi media belajar, dengan cara: susun kalimat atau slogan yang singkat, tetapi dapat mewakili materi poster, misalnya: mari berusaha dengan semangat. Gunakan kata-kata/kalimat seharihari yang mudah dipahami peserta didik. susun juga rancangan kasar ilustrasi poster. 4) membuat ilustrasi, kegiatan ini sangat penting, karena dapat menyampaikan materi dalam media belajar. Buat ilustrasi semenarik mungkin, sesuaikan dengan keadaan sekitar peserta didik. Tentukan gambar apa yang dapat mendukung materi media belajar. Pastikan jenis gambar yang akan dibuat, apakah berupa gambar tangan atau berupa gambar photo. Pilih gambar dan photo yang jelas. 5) merancang media belajar tentukan ukuran media belajar, sesuaikan dengan isi materi, jenis poster,ukuran huruf, dan gambar ilustrasi. apabila dikerjakan manual, pilih dan siapkan alat dan bahan (kertas, alat tulis, alat gambar atau photo). Gunakan pensil untuk meletakkan teks, gambar sesuai dengan tata letak yang akan memperindah dan mengefektifkan penyampaian pesan dalam media belajar. Apabila dummy manual dirasakan sudah mendekati hasil jadi media belajar yang sebenarnya, tebalkan dengan menggunakan spidol warna. 6) mengembangkan gambar/ilustrasi ambilah gambar yang dipandang berkaitan dengan tema media belajar dengan photo atau melalui handphone, kemudian cetak. gambar juga bisa kita ambil melalui internet, dan jangan lupa tuliskan sumber alamat situs tempat kita mengambil gambar. akan lebih bagus jika kita meminta juru gambar untuk mempelajari materi poster, kemudian diskusikan bersama (antara penulis dan juru gambar) rencana gambar/ilustrasi yang dibutuhkan. 7) mengatur tata letak apabila media belajar dikerjakan secara manual, susun rancangan kalimat pada poster dengan tata letak yang tepat, sesuaikan dengan letak gambar, usahakan huruf (kalimat) dan gambar terbaca dan terlihat dengan jelas. apabila dikerjakan menggunakan komputer penyusunan tata letak huruf dan gambar lebih mudah. Kita dapat memilih program yang cocok untuk merancang poster. Hasil rancangan dengan komputer dapat langsung dicetak pada kertas sesuai ukuran yang diinginkan. 8) ujicoba persiapkan sebuah kelompok sasaran ujicoba untuk memberikan masukan terhadap media belajar yang akan diujicoba 88 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

96 dalam persiapan ujicoba, pembuat poster menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci untuk ditanyakan saat evaluasi media belajar. kemudian lakukan penggunaan media belajar bersama kelompok sasaran sesuai dengan cara penggunaan yang direncanakan. sebagai evaluasi media belajar, kembangkan diskusi dengan melontarkan pertanyaanpertanyaan kunci yang sudah disiapkan, misalnya: No Pertanyaan Keterangan Perbaikan 1 Apakah gambar media belajar sesuai dengan makna yang ingin disampaikan 2 Apakah media belajar bisa dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan peserta didik 3 Apakah bentuk huruf di media belajar bisa dipahami peserta didik 4 Apakah media belajar membantu mempermudah penyampaian materi catatlah proses dan hasil ujicoba ini termasuk saran-saran perbaikan yang disampaikan oleh peserta ujicoba. 9) Memperbaiki naskah, ilustrasi, maupun rancangan tata letak. Produksi media belajar yang dikerjakan manual dapat dikerjakan dengan mengerjakan beberapa buah media belajar dengan teknik tulis, tempel atau sablon. Apabila dikerjakan dengan menggunakan komputer dapat langsung diperbanyak dengan cara di cetak. b. pengembangan media belajar berbasis TIK 1) pemetaan KI-KD dalam pengembangan media belajar berbasis TIK bertujuan untuk menentukan karakteristik kompetensi inti (KI) - kompetensi dasar (KD) keaksaraan dasar, apakah dapat dikembangkan menjadi substansi media belajar TIK atau tidak. Selain itu, pemetaan KI-KD juga berguna untuk memperoleh gambaran tentang strategi penggunaan media belajar. Adapun, pemetaan KI-KD mempergunakan format KI KD Indikator Materi Langkah Penggunaan Dalam pemetaan ini harus secara tegas diidentifikasikan materi dan jenis media ajar. Identifikasi materi penting untuk menentukan jenis media belajar yang akan disusun. Karakteristik materi harus mengacu pada pada KI, KD dan indikator yang terdapat pada silabus pendidikan multikeaksaraan. 2) penentuan materi ajar, tema materi yang diajarkan kepada peserta didik adalah tema materi yang bersifat kongkrit/ fakta. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, nama benda, dan lain sebagainya. Cara yang mudah untuk menentukan tema materi menjadi materi yang cocok untuk diajarkan adalah dengan cara bertanya langsung kepada peserta didik atau biasa disebut dengan langkah identifikasi kebutuhan belajar yang minimal harus menghasilkan informasi mengenai: tujuan belajar; kata atau istilah yang popular digunakan sehari-hari yang diungkapan oleh peserta didik; dan tema yang sesuai dengan materi belajar. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 89

97 3) merancang cakupan isi media belajar, merancang cakupan isi dilaksanakan untuk menyajikan media belajar dalam bentuk naskah dokumen dengan memperhatikan kata-kata kunci dan selaras dengan silabus pendidikan multikeaksaraan. 4) penentuan jenis software, saat ini banyak sekali software yang dapat digunakan untuk menyusun media belajar berbasis TIK dari yang sederhana sampai yang kompleks. Penentuan jenis software sangat tergantung dari kemampuan penyusun dalam memanfatkan software yang ada, yang paling mudah adalah dengan mempergunakan powerpoint. 5) penyusunan storyboard (cetak biru) sebagai kerangka acuan dalam menyusun media belajar berbasis TIK berupa urutan tampilan media belajar yang akan dikembangkan. Penyusunan storyboard adalah cara alternatif untuk mensketsakan cakupan isi media belajar penuh sebagai alat perencanaan. Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada selembar kertas, sehingga naskah dan visual terkoordinasi dengan baik. Komponen yang harus ada pada storyboard meliputi urutan tampilan, materi tampilan, deskripsi, navigasi dan tata letak/ desain tampilan. Berikut contoh format storyboard. Judul Media Belajar : Kompetensi Inti : Kompetensi Dasar : Indikator : No Materi Tampilan Deskripsi Navigasi Desain tampilan 6) produksi, media belajar berbasis TIK diperlukan untuk meningkatkan interaksi peserta didk dengan materi yang diajarkan. Dengan kata lain, media belajar pendidikan keaksaraan multikeaksaraan harus dirancang agar menarik perhatian dan minat untuk peserta didik untuk belajar. 7) evaluasi, merupakan evaluasi terhadap media belajar yang telah disusun, apakah sudah memenuhi syarat atau masih perlu penyempurnaan Adapun komponen penilaian media belajar berbasis TIK, terbagi pada tiga komponen, yaitu: 90 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

98 subtansi materi» kebenaran, media belajar yang disajikan tidak menyimpang dari kebenaran kaidah pendidikan keaksaraan.» kedalaman, media belajar yang disajikan sesuai dengan kedalaman materi.» kekinian, media belajar yang disajikan sesuai dengan perkembangan ilmu.» keterbacaan, media belajar yang disajikan menggunakan tata bahasa yang dapat dimengerti. No Indikator Kriteria Skor 1 Kebenaran Sesuai kaidah keilmuan Teruji Berdasarkan fakta) Rasional 2 Cakupan materi Kelengkapan materi Pengembangan Kolaborasi dengan materi yang lain Deskriptif 3 Kekinian Aktual Menggunakan contoh aplikasi/penerapan berdasarkan kondisi nyata saat ini) Inovatif (memunculkan hal-hal yang baru) Salah satu item terpenuhi item terpenuhi 2 Semua item terpenuhi 3 Salah satu item terpenuhi item terpenuhi 2 Semua item terpenuhi 3 Salah satu item terpenuhi item terpenuhi 2 Semua item terpenuhi 3 4. Keterbacaan Bahasa tidak baku dan tidak dapat dimengerti Bahasa baku tetapi tidak dapat dimengerti Bahasa tidak baku dan dapat dimengerti Bahasa baku dan dapat dimengerti tampilan (komunikasi visual)» navigasi, kemudahan akses antar slide.» tipografi, proporsional antara besar huruf dan ruang slide.» media, gambar, suara, video sesuai dengan materi yang disajikan» warna, harmonisasi warna.» animasi, sesuai peruntukan desain tampilan media belajar. No Kompoenen Kriteria Skor Penilaian 1 Navigasi Tidak menggunakan navigasi sama sekali. 1 Menggunakan navigasi dasar tetapi ada navigasi 2 yang tidak berfungsi. Menggunakan navigasi dasar dan hyperlink walaupun salah satu ada yang tidak berfungsi. 3 Menggunakan navigasi dasar dan hyperlink yang 4 berfungsi dengan baik. 2 Huruf Tidak bisa terbaca dengan baik 1 Terbaca, tapi tidak proporsional. 2 Terbaca dan proporsional, tapi komposisi huruf tidak 3 tepat. Terbaca, proporsional dan komposisi huruf baik. 4 3 Media (Film, Tidak menggunakan media sama sekali. 1 suara, gambar, Menggunakan media tapi ada salah satu elemen 2 animasi) yang tidak berfungsi atau penambahan media mengganggu pembelajaran. Terbaca, proporsional dan komposisi huruf baik PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 91

99 No Kompoenen Kriteria Skor Penilaian 4. Warna Warna terlalu mencolok/terlalu pucat. 1 Komposisi warna cukup baik, tetapi tampilan warnanya terlalu monoton. Komposisi warna baik dan tampilannya menarik. 2 Bahasa tidak baku dan dapat dimengerti 3 Bahasa baku dan dapat dimengerti 5 Animasi (slide) Tidak ada animasi sama sekali. 1 Memakai animasi tetapi berlebihan (tiap slide lebih 2 dari 2 animasi dan memperlambat tampilan). Animasi yang sesuai dengan konteks dan tidak memperlambat 3 tampilan slide. 6 Layout Tata letak desain mengganggu keterbacaan dan 1 pembelajaran. Tata letak desain proporsional dan menarik. 2 pemanfaatan software» interaktif, umpan balik dari sistem ke peserta didik.» software pendukung, penggunaan software pendukung selain software utama pembuatan media belajar.» keaslian karya media belajar. Komponen No. Penilaiain 1 Interaktivitas (umpan balik dari sistem ke pengguna) 2 Software Pendukung Kriteria Skor Tidak ada interaktivitas 1 Terdapat interaktivitas pada butir 2 soal 2 Terdapat interaktivitas baik itu pada pembelajaran 3 3 Interaktivitas yang dilakukan peserta didik 4 disimpan dalam database Tidak memanfaatkan software pendukung 1 dalam proses pembuatan bahan ajar Memanfaatkan 1 software pendukung dalam 2 proses pembuatan bahan ajar Memanfaatkan 2-3 software 3 pendukung dalam proses pembuatan bahan ajar Memanfaatkan lebih dari 3 software pendukung dalam proses pembuatan bahan 4 ajar 3 Originalitas Gambar/suara/video/animasi sepenuhnya mengambil dari sumber lain 1 Gambar/suara/video/animasi sebagian dibuat 2 sendiri dan sisanya mengambil dari sumber yang lain Gambar/suara/video/animasi sepenuhnya 3 dibuat sendiri Dalam evaluasi media belajar pendidikan multikeaksaraan berbasis TIK, evaluasinya bisa menggunakan penskoran. Skor merupakan angka dalam skala ordinal yang diberikan pada setiap indikator menunjukkan tingkat kondisi indikator. Skor diberikan dalam skala 1-4. Total skor maksimum adalah 70. Cara penghitungan nilai adalah dengan membagi skor yang didapat dengan skor maksimum dikalikan 100. Contoh: total skor untuk bahan ajar Dasana mendapatkan skor 50. Maka nilai yang diperoleh adalah (50/70) x 100= 7,14. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut: 92 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

100 a. < 51 b c d : Kurang : Cukup : Baik : Sangat Baik E. Latihan 1. Buatlah cerita dalam 7 (tujuh) kalimat pada lembar terpisah, mengacu pada materi belajar di bawah ini! No Materi Belajar Tema 1 Teks penjelasan Pertanian 2 Teks tabel atau diagram sederhana Literasi keuangan 3 Teks petunjuk atau arahan Kesehatan dan olahraga 4 Teks khusus Seni budaya 5 Teks narasi Wawasan kebangsaan 6 Teks laporan Kesehatan dan olahraga 7 Pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal Pertanian dan persen 8 Satuan pengukuran panjang Seni budaya 9 Perhitungan yang berkaitan dengan uang Literasi keuangan 10 Perhitungan yang berkaitan dengan waktu Pertanian 2. Buatlah media belajar pendidikan multikeaksaraan dengan memperhatikan materi belajar sebagai berikut: No Materi Belajar Tema Jenis Media 1 Teks penjelasan Pertanian Pertanian 2 Teks tabel atau diagram Literasi keuangan Literasi keuangan sederhana 3 Teks petunjuk atau arahan Kesehatan dan olahraga Kesehatan dan olahraga 4 Teks khusus Seni budaya Seni budaya 5 Teks narasi Wawasan kebangsaan Wawasan kebangsaan 6 Teks laporan Kesehatan dan olahraga Kesehatan dan olahraga 7 Pecahan sederhana ke bentuk Pertanian Pertanian pecahan desimal dan persen 8 Satuan pengukuran panjang Seni budaya Seni budaya 9 Perhitungan yang berkaitan Literasi keuangan Literasi keuangan dengan uang 10 Perhitungan yang berkaitan dengan waktu Pertanian Pertanian F. Refleksi Untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengalaman, dan kemampuan peserta bimbingan teknik tutor pendidikan multikeaksaraan, dapat mempergunakan instrument penilaian diri sebagai berikut: Identitas Peserta Nama : Nomor Telp/HP : Nama Lembaga : Alamat Lembaga: Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 93

101 Usia : a. < 20 tahun b tahun c tahun d. > 40 tahun Pendidikan : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma e. S1 f. S2 Petunjuk Beri tanda checklist ( ) pada kolom yang telah tersedia dengan jelas dan benar, sesuai dengan pendapat anda. Keterangan Pilihan Jawaban SS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS=Sangat Tidak Setuju No Pernyataan Pemahaman terhadap materi 1. Saya sudah mengetahui manfaat penggunaan sumber, bahan, dan media belajar 2. Saya sudah memahami perbedaan sumber, bahan, dan media belajar 3. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk sumber belajar 4. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk bahan belajar 5. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk media belajar 6. Saya sudah memahami langkah-langkah penyusunan modul multikeaksaraan 7. Saya sudah memahami langkah-langkah penyusunan media belajar multikeaksaraan Kemampuan menyusun bahan dan media belajar 9. Saya sudah mampu menyusun modul multikeaksaraan 10. Saya sudah mampu membuat poster terbuka 11. Saya sudah mampu membuat poster tertutup 12 Saya sudah mampu membuat poster seri 13 Saya sudah mampu membuat poster lipat 14 Saya sudah mampu membuat media belajar dalam bentuk brosur/ leafl et 15 Saya sudah mampu membuat media belajar permainan 16 Saya sudah mampu membuat media belajar berbasis TIK Pilihan Jawaban SS S TS STS Daftar Pustaka Dimyati, dkk.2009.belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta Kunandar Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Rajawali Pers. Naim, Ngainnun Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurkancana, Wayan Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Ramdani, Agus Pembelajaran Keaksaraan Melalui Media TIK, Bandung: PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat. Ramdani, Agus Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Ibu Berbasis TIK, Bandung: PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat. Sudjana, Nana Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru. 94 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

102 LATIHAN: Buatlah Brosur dengan mempergunakan format di bawah ini! Logo Daerah Photo/gambar Tempat Wisata Gambar Peta/Denah Desa atau Tempat Wisata Uraian singkat tentang sejarah lokasi Kegiatan yang dapat dilakukan saat berkunjung ke daerah wisata. Nama dan Alamat Desa/Tempat Wisata Kalimat Ajakan Untuk Berkunjung Photo/gambar Keindahan Desa/Tempat Wisata PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 95

103 MODUL 7 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN KODE M-7 3 jam Oleh: Apriyanti Wulandari, S.E. 96 MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Tema Kehutanan Seri 1 Membaca dan Menulis Huruf Seri 2 Membaca, Menulis Angka dan Kalimat Sederhana Seri 3 Belajar Berhitung Permulaan Seri 4 Membaca dan Menulis Teks Sederhana

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3 No. 1264, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Pendidikan Keaksaraan Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Seri 2 Seri 3 Seri 4 Seri 5 Seri 6 Seri 7 Sikap Wirausaha Pandai Mencari Peluang Usaha Terampil Membuat Produk Usaha Terampil Menghitung Biaya

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Sikap Wirausaha Seri 2 Pandai Mencari Peluang Usaha Seri 3 Terampil Membuat Produk Usaha Seri 4 Terampil Menghitung Biaya Produksi Usaha Seri 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian

Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri Tema Pertanian Seri 1 Seri 2 Seri 3 Seri 4 Seri 5 Seri 6 Seri 7 Sikap Wirausaha Pandai Mencari Peluang Usaha Terampil Membuat Produk Usaha Terampil Menghitung Biaya

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global,

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PROGRAM KEAKSARAAN DAN BUDAYA BACA 2016

PROGRAM KEAKSARAAN DAN BUDAYA BACA 2016 PROGRAM KEAKSARAAN DAN BUDAYA BACA 2016 1 ANALISIS SITUASI DAN ARAH KEBIJAKAN Menurut kelompok Umur dan Tempat tinggal 3 Proporsi Penduduk Melek Huruf Data Melek Aksara 2014 90,05 45+ 86,06 94,26 95,88

Lebih terperinci

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan. Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan. Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat KATA PENGANTAR Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO

Lebih terperinci

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat () Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012 Pahala Simanjuntak Jumat, 17 Februari 2012 POSTUR ANGGARAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012 No Satuan Kerja Belanja Barang

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un No.225, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. BP-PAUD dan Dikmas. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu memastikan pendidikan yang

Lebih terperinci

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta ) 2075 Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan bagi SDM Kesehatan 2075.0 Terselenggaranya Standarisasi,

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas

Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas TAHUN 2017 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas AGUS PRANOTO

Lebih terperinci

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGELOLAAN DAPODIK PAUD DAN DIKMAS 2017 D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I PENGERTIAN DAPODIK

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.890, 2015 KEMENDIKBUD. Lembaga Jaminan Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 - 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode. 1 010022 Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154 ALOKASI ANGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR (Alokasi Anggaran Dekonsentrasi Per Menurut Program dan Kegiatan) (ribuan rupiah) 1 010022 : DKI Jakarta 484,909,154

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu No.740, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf

Daftar Isi. KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf. KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf Daftar Isi KEGIATAN BELAJAR 1 Terampil Membaca Huruf KEGIATAN BELAJAR 2 Terampil Menulis Huruf i Kata Sambutan Pelindung: Dr. Ir. Taufik Hanafi, M.U.P. Penanggung Jawab: Dr.Wartanto Editor: Dra. Ida M.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah.

Lebih terperinci

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012 ( PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN KEPADA PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DAN PENGELOLA TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) BERDEDIKASI DAN BERPRESTASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI TAHUN

Lebih terperinci

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014 Deputi Menteri Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013 SISTEMATIKA 1. Arah Kebijakan

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF Harris Iskandar Direktur Jenderal Disampaikan pada Rapat Koordinasi BAN PAUD dan PNF dan BAP PAUD dan PNF Tahun 2017 Bogor, 23 November

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP LATAR BELAKANG Taman Kanak-kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai masuk pendidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL Cakupan Materi 1. Landasan Yuridis 4. Mekanisme Akreditasi 2. Kelembagaan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh: Fitta Ummaya Santi

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh: Fitta Ummaya Santi PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN Oleh: Fitta Ummaya Santi Fitta Ummaya Santi SASARAN Peserta didik program pendidikan keaksaraan dasar adalah penduduk buta aksara, usia 15-59 tahun Tutor Memiliki

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi Harris Iskandar Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Disampaikan pada Rakornas BAN PAUD dan PNF Tahun 2018 Yogyakarta, 22

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI

PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI PENDIDIKAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI i KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Pasca tahun 015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global,

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN TEMU KOORDINASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN TEMU KOORDINASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN TEMU KOORDINASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT Ida M Kosasih Kepala Sub Direktorat Pembelajaran dan Peserta Didik Direktorat Bindikmas DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 123 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015

ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 . 1 ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2015 Dra. Th. Nuraeni Ekaningrum, MPd. MARET 2016 Kategori hasil UN dapat dikelompokkan sebagai berikut: 2 NILAI KETERANGAN N > 85 A = SANGAT

Lebih terperinci

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017

Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui. Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 Panduan Teknis Apresiasi Layanan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Melalui Lomba Keberaksaraan Warga Belajar Pendidikan Keaksaraan Tahun 2017 DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DAN KESETARAAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan; meliputi input, proses, output, dan outcome; yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015

No : 0062/SDAR/BSNP/IX/ September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 No : 0062/SDAR/BSNP/IX/2015 25 September 2015 Lampiran : satu berkas Perihal : Surat Edaran UN Perbaikan Tahun Pelajaran 2014/2015 Yang terhormat 1. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS Ir. Agus Pranoto Basuki, M.Pd KEPALA BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PAUD

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG (Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG UPT SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) KABUPATEN BANDUNG 2017 DESAIN PEMBELAJARAN Oleh: Yaya Sukarya,

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI

Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI Disampaikan pada Evaluasi Capaian Kinerja Pelaksanaan Program Pendidikan Masyarakat Tahun 2012 Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan

Lebih terperinci

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.210, 2016 KEMEN-LHK. Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016

Lebih terperinci

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar

Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Bahan Ajar Keaksaraan Dasar Seri Membaca dan Menulis Huruf Seri Membaca, Menulis Angka dan Kalimat Sederhana Seri Belajar Berhitung Permulaan Seri Membaca dan Menulis Teks Sederhana Seri 5 Membaca dan

Lebih terperinci

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan engembangan program pendidikan keaksaraan dan kesetaraan terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat di luar sistem persekolahan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Kebijakan Umum Kemendikbud Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI Disampaikan pada Kegiatan Workshop Saka Widya Budaya Bakti Di Pekanbaru Riau tgl 9 April 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PETUNJUK TEKNIS ORIENTASI TEKNIS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK ( PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT). Latar Belakang ULT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Tahun 2006 mempunyai unit kerja yang melayani masyarakat baik langsung maupun tidak langsung di tangani oleh Gerai Informasi Media yang berada

Lebih terperinci

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1. BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT PEMBERANTASAN TRIBUTA DAN PENGANGKATAN MURID PUTUS SEKOLAH KABUPATEN BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015 Disampaikan pada Temu Koordinasi Penyelenggara Program Pendidikan Masyarakat Bandung, 30 April 2015 oleh: Dr. Ir.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo No.298, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. LPMP. Orta. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat : a. bahwa pendidikan

Lebih terperinci

STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M TA HUN 2012

STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M TA HUN 2012 STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK TA HUN 2012 Yogyakarta, 16-18 Februari 2012 Sub Direktorat Pembelajaran dan Peserta Didik Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Direktorat

Lebih terperinci

KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia KEBIJAKAN DAN PROGRAM PAUDNI TAHUN 2015 1 2 3 RPJMN 2015-2019 Bidang PAUDNI Kondisi dan Tantangan PAUDNI Kebijakan dan

Lebih terperinci

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018

Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/ Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018 Nomor : 0094/SDAR/BSNP/III/2018 5 Maret 2018 Lampiran : satu berkas Perihal : Revisi Kedua POS UN Tahun Pelajaran 2017/2018 Yang terhormat: 1. Kepala Dinas Provinsi 2. Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci